HABIBIE AINUN

3
HABIBIE AINUN Siapa yang tidak mengenal Bapak Burhanudin Jusuf Habibie? Beliau merupakan Presiden Republik Indonesia ketiga yang menggantikan Presiden sebelumnya, yaitu Bapak Soeharto. Habibie memimpin Indonesia saat Indonesia sedang berada di ujung tanjuk. Krisis moneter tengah menjerat perekonomian Indonesia tat kala itu. Habibie sebagai sosok yang dianggap memiliki kecerdasan di atas manusia normal bahkan genius sekalipun harus memikul beban yang sangat berat guna menyelesaikan permasalahan bangsa kala itu. Ditambah lagi, terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Mantan Menteri Riset dan Teknologi itu pun hanya menjabat sebagai presiden selama 1,5 tahun saja. Kisah hidup beliau pun dituangkan kedalam sebuah buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku tersebut beliau persembahkan untuk istri beliau yang meninggal dunia akibat menderita kanker ganas. Sang penulis buku tersebut yang tak lain tak bukan adalah habibie sendiri tidak menyangka bahwa bukunya menjadi salah satu buku terlaris. Buku tersebut diangkat kedalam sebuah film layar lebar dengan judul yang sama. Reza Rahardian berperan sebagai Habibie dan Esa sigit berperan sebagai Habibie kecil. Sedangkan ibu Ainun deperankan oleh Bunga Citra Lestari. Film garapan sutradara Faozan Rizal ini dimulai dengan adegan Habibie saat kecil. Saat masih kecil, Habibie (Esa Sigit) suka mengolok Ainun yang kala itu berkulit hitam dan tergolong gadis tomboi. Beberapa tahun kemudian, Habibie tumbuh menjadi sesosok pemuda dengan otak yang sangat brilliant. Habibie (Reza Rahardian) mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jerman setelah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung yang tidak sempat terselesaikan. Habibie berlibur ke Indonesia setelah ia menyelesaikan studinya di Jerman. Habibie diajak oleh pamannya untuk datang ke rumah keluarga Bestari (keluarga Ainun). Habibie terkejut saat ia melihat Ainun yang telah tumbuh menjadi gadis cantik dan berkulit putih. Sontak ia berkata, “Rupanya gula jawa telah berubah menjadi gula pasir”. Setelah pertemuan tersebut, mereka pun merajut cinta. Ainun yang berprofesi sebagai dokter anak ternyata memiliki

description

cuplikan HABIBIE AINUN

Transcript of HABIBIE AINUN

HABIBIE AINUN

Siapa yang tidak mengenal Bapak Burhanudin Jusuf Habibie? Beliau merupakan Presiden Republik Indonesia ketiga yang menggantikan Presiden sebelumnya, yaitu Bapak Soeharto. Habibie memimpin Indonesia saat Indonesia sedang berada di ujung tanjuk. Krisis moneter tengah menjerat perekonomian Indonesia tat kala itu. Habibie sebagai sosok yang dianggap memiliki kecerdasan di atas manusia normal bahkan genius sekalipun harus memikul beban yang sangat berat guna menyelesaikan permasalahan bangsa kala itu. Ditambah lagi, terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Mantan Menteri Riset dan Teknologi itu pun hanya menjabat sebagai presiden selama 1,5 tahun saja.

Kisah hidup beliau pun dituangkan kedalam sebuah buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku tersebut beliau persembahkan untuk istri beliau yang meninggal dunia akibat menderita kanker ganas. Sang penulis buku tersebut yang tak lain tak bukan adalah habibie sendiri tidak menyangka bahwa bukunya menjadi salah satu buku terlaris. Buku tersebut diangkat kedalam sebuah film layar lebar dengan judul yang sama. Reza Rahardian berperan sebagai Habibie dan Esa sigit berperan sebagai Habibie kecil. Sedangkan ibu Ainun deperankan oleh Bunga Citra Lestari.

Film garapan sutradara Faozan Rizal ini dimulai dengan adegan Habibie saat kecil. Saat masih kecil, Habibie (Esa Sigit) suka mengolok Ainun yang kala itu berkulit hitam dan tergolong gadis tomboi. Beberapa tahun kemudian, Habibie tumbuh menjadi sesosok pemuda dengan otak yang sangat brilliant. Habibie (Reza Rahardian) mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jerman setelah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung yang tidak sempat terselesaikan. Habibie berlibur ke Indonesia setelah ia menyelesaikan studinya di  Jerman. Habibie diajak oleh pamannya untuk datang ke rumah keluarga Bestari (keluarga Ainun). Habibie terkejut saat ia melihat Ainun yang telah tumbuh menjadi gadis cantik dan berkulit putih. Sontak ia berkata, “Rupanya gula jawa telah berubah menjadi gula pasir”.

Setelah pertemuan tersebut, mereka pun merajut cinta. Ainun yang berprofesi sebagai dokter anak ternyata memiliki banyak ‘penggemar pria’. Namun, Ainun tidak memerdulikan pria lain selain Habibie seorang. Habibie pun melamar Ainun dan mengajak Ainun untuk tinggal bersamanya di Jerman. Ainun menerima lamaran Habibie. Mereka menikah lalu memulai membina keluarga di Jerman. Habibie dan Ainun hidup dalam kesederhanaan di Jerman. Dalam suatu adegan diceritakan bahwa Habibie harus menambal sepatunya yang berlubang dengan kertas coretan saat musim salju. Keadaan ekonomi keluarga mereka berubah saat Habibie berhasil menemukan sebuah rancangan kereta api pengangkut beban yang baru. Keluarga mereka juga diramaikan dengan kehadiran dua orang putra, Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Habibie dan Ainun mendapat cobaan ringan saat ternyata Ainun divonis mengidap kanker Akan tetapi, kanker tersebut berhasil disembuhkan oleh tim dokter yang menangani Ainun saat itu.

Sejak awal, Habibie memang bertekad untuk membangun dunia perindustrian Indonesia. Habibie merasa hal tersebut merupakan kewajiban bagi dirinya mengingat ia adalah orang Indonesia. Keinginan tersebut terwujud saat Presiden Suharto menunjuk beliau sebagai Menristek dan menugaskan beliau untuk membangun industri pembuatan kapal terbang di Indonesia. Akhirnya, pesawat terbang pertama buatan anak Indonesia berhasil diterbangkan dengan disaksikan langsung oleh Presiden Suharto. Habibie pun dipilih Suharto

untuk mendampinginya sebagai Wakil Presiden RI. Habibie menggantikan Suharto sebagai Presiden RI setelah pengunduran diri Suharto pasca kerusuhan 1998.

Habibie memutuskan untuk tidak mencalonkan lagi sebagai Presiden RI agar dapat menikmati masa tuanya bersama keluarga yang sangat ia cintai. Bertahun-tahun Habibie menikmati kehidupannya pasca menjabat sebagai presiden. Sebuah kabar buruk mendatangi Habibie dan Ainun saat ternyata dokter memberitahu mereka bahwa Ainun kembali mengidap kanker. Namun, kanker yang diderita Ainun kali ini telah menyebar ke bagian organ tubuh yang lain. Ainun langsung dibawa ke Jerman. Ainun mendapatkan perawatan intensif dari tim medis di Rumah Sakit di Jerman. Akan tetapi, Tuhan berkata lain. Ainun meninggal dunia beberapa hari setelah ulang tahun pernikahannya bersama Habibie. Ainun dimakamkan di Indonesia di mana Presiden yang sedang menjabat saat ini, Susilo Bambang Yodhoyono, memimpin langsung upacara pemakaman Ibu Ainun.

Film tersebut menggambarkan dengan sempurna bagaimana kisah cinta klasik antara Habibie dan Ainun. Film tersebut juga menggambarkan dengan jelas bagaimana kejeniusan Habibie dan kegigihannya dalam memimpin Indonesia. Habibie dan Ainun telah menyadarkan kita bahwa di balik kesuksesan seorang pria pasti terdapat peran seorang wanita hebat. Hj. Asri Ainun Habibie telah mendampingi Habibie hingga Habibie mencapai puncak kariernya. Film ini sangat menginspirasi generasi muda khususnya para ‘engineer’ untuk kembali membangun bangsa yang sedang mati suri ini dan sangat direkomendasikan sekali untuk ditonton.

Hal yang sangat disayangkan dari film yang berdurasi 118 menit ini adalah beberapa adegan romantis yang ditulis secara jelas oleh Habibie di dalam buku tidak ditampilkan di dalam film. Salah satu adegan yang menurut saya wajib ada namun ternyata dihilangkan adalah saat dimana Habibie berjanji kepada Ainun untuk selalu berada dalam satu atap selama ia berada dalam kondisi kritis. Apalagi, Habibie sempat berfikir untuk ikut masuk ke liang lahat saat Ainun akan dimakamkan. Lalu, terdapat beberapa adegan yang menayangkan produk-produk sponsor yang terkadang mengundang gelak tawa penonton. Salju yang jatuh di dalam salah satu adegan juga terlihat sangat tidak nyata.

Terlepas dari beberapa kekurangan film ini, film ini merupakan film yang tepat untuk ditonton karena dapat menginspirasi generasi muda agar mencontoh Habibie dalam proses pembangunan bangsa mengingat bangsa ini kekurangan figur seorang pemimpin yang brilian. Film yang akan diputar di beberapa negara ini juga telah menorehkan beberapa rekor baru dalam segi jumlah penonton.

keterangan : Biru : Penggunaan kata sifatMerah : Kalimat Majemuk Setara Hijau : Kalimat Majemuk Tidak SetaraBold Italic : Konjungsi Temporal