h1n1 Dan h5n1
description
Transcript of h1n1 Dan h5n1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Flu Burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yan diwaspadai adalah
yang disebabakan oleh influenza dengan kode genetik H5N1 ( H: Haemagglutinin, N:
Neuramidase ) (WHO,2004).
Flu Babi adalah penyakit saluran perapasan akut pada babi yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A. Penyakit ini sangat cepat menyebar kedalam kelompok ternak
dalam waktu 1 minggu, pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali
bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian
(FENNER et al.,1987).
B. KLASIFIKASI
Virus Influenza strain A sebenarnya adalah virus yang sering menyerang hewan
dan hanya sedikit atau terkadang menyerang manusia. Virus strain A berbeda dengan
strain B dan C yang inang alamiyahnya memamng manusia . virus ini termasuk ke dalam
famili Orthomyxoviridae . virus influenza merupakan golongan RNA virus dengan 8
kode genetik segmen RNA (tidak tunggal) .
Virus ini mempunyai tonjolan glikoprotein hemaglutinin (H) dan enzim
neuraminidase (N) . H berfungsi sebagai antigen utama dan alat perekat ke mebran sel
yang terinfeksi, sedangkan N berfungsi mencegah hambatan reseptor sel yang terinfeksi ,
sedang N berfungsi memecah hambatan resepror sel yang terinfeksi agar virus bisa
masuk kedalam sel inng. Enzim neuraminidase juga berfungsi membantu virus untuk
melepaskan diri dari sel inang dan memungkinkan virus untuk menyebar ke seluruh
tubuh.
Subtipe virus dapat dibedakan menurut H dan N-nya. Subtipe H bervariasi dari 1
sampai 15 , dan N dari 1 sampai 9. Jenis virus yang biasanya menyerang babi adalah H1,
H3, H4, dan H5 dengan kombinasi N1 ,N2, dan N6. Virus yang menyerang unggas
adalah H4,H5, H7,H9, dan H10 dengan N1, N2, N4, dan N7. Adapun virus yang
menyerang manusia adalah H1, H2,H3, H5, H7, dan H9 dengan N1,N2, dan N7.
Spektrum inang virus influenza tipe A sangat luas, mulai dari unggas, babi,
sapi,kuda, ferret,anjing laut sampai paus. Para ahli melaporkan bahwa sifat genetik virus
flu tipe A relatif tidak stabil terhadap faktor yang mempengaruhi, sehingga perubahan
sifat virus mungkin bisa terjadi, misalnya virus yang sebelumnya hanya menyerang
hewan ternyata bisa juga menyerang manusia. Masa inkubasi kedua tipe ini kurang lebih
selama 3-5 hari.
C. ETIOLOGI
1. Flu Burung (H5N1)
Penyebab flu burung adalah virus AL dari famili Orthomyxoviridae. Virus strain
A ini dibedakan menurut tipe hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N)-nya, sehingga
virus ini dapat diklasifikasikan menurut subtipenya seperti H1N1, H2N1,dst. Subtipe
H5 dan H7 diperkirakan merupakan penyebab wabah dengan tingkat kematian yang
tinggi (patogenik). Sampai saat ini sudah terdentifikasi 15 subtipe virus.
Subtipe H5N1 dapat bermutasi secara genetik dengan subtipe lain sehingga dapat
menular ke manusia atau hewan selain burung. Galur H5N1 bertanggung jawab atas
terjadinya wabah flu di Hongkong pada pada tahun 1997 dan merupakan penyebab
kematian manusia (zoonosis) di Vietnam pada bulan januari 2004.
Virus ini juga didentifikasi berdasarkan strainnya, yaitu terdapat strain A,B, dqn
C . WHO melaporkan bahwa virus AL strain A bertanggung jawab atas terjadinya
wabah flu burung saat ini.
2. Flu Babi (H1N1)
Pada kasus H1N1, banyak laporan yang menyebutkan babwa kemampuan untuk
menginfeksi manusia disebabkan oleh 2 model , yaitu :
a. Antigenic shift
Ini adalah proses pencampuran didalam tubuh babi yang terinfeksi oleh virus flu
babi, flu burung, atau flu manusia. Pencampuran ini menyebbkan munculnya
virus H1N1 penyimpangan yang mengakibatkan kemampuan menular dari
manusia ke manusia.
b. Drift
Terjadinya pencampuran seperti diatas mengakibatkan salah satu atau lebih
segmen RNA yang bisa mnyebabkan perubahan sifat . salah satunya adalah
kemampuan menular dari manusia ke manusia.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Flu Burung (H5N1)
Menurut Badan Penelitian & Pengembangan kesehatan Depkes RI, tanda dan gejala
flu burung meliputi :
a. Demam ( suhu badan di atas 38 C C)
b. Batuk dan nyeri tenggorokan
c. Radang saluran pernapasan atas
d. Pneumonia
e. Infeksi mata
f. Nyeri sendi dan otot
2. Flu Babi (H1N1)
(Menurut Widoyono 2011) tanda dann gejala yang dapat muncul pada manusia yang
terserang flu babi (H1N1 adalah :
a. Demam (38 C C atau lebih )
b. Batuk
c. Sekresi hidung berlebihan
d. Keletihan
e. Sakit kepala
f. Mual
g. Muntah
h. Diare
i. Nyeri otot dan tulang
j. Sakit tenggorokan
k. Menggigil dan lemas
l. Tidak nafsu makan
m. Bersin – bersin
E. PATOFISIOLOGI
1. Flu Burung (H5N1)
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi
penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel
hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan
materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin
genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru,
dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa
hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata
avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris JS,et.al.
2004), dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul
M,et.al.2005). Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal,
dan tinja pasien (WHO,2005).
Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah
virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.
Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor
yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya. Ada
perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor
yang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali
dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari
oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminic acid α-2,3-galactose (SA α-
2,3-Gal), dimana molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia.
Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA α-2,6-galactose (SA α-2,6-
Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena
perbedaan reseptor spesifiknya.
Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi
reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-
H5N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan
sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat
menular antar manusia ke manusia (Russel CJ and Webster RG.2005, Stevens J. et. al.
2006).
2. Flu Babi (H1N1)
Saat ini cara penularan virus ifluenza A rH1N1 sedang dipelajari dan
merupakan bagian dari penelitian pandemi yang sedang terjadi. Data terbatas
memperlihatkan bahwa virus tersebut ditularkan dengan cara yang sama dengan virus
influenza yang lain. Virus influenza manusia menular antar manusia terutama melalui
droplet partikel besar saluran napas (misalnya, pada saat penderita batuk atau bersin
dekat dengan seseorang yang rentan). Dalam penularan itu perlu kontak erat antara
penderita sebagai sumber dengan orang yang rentan sebagai penerima, karena droplet
tidak masih melayang di udara dan umumnya bergerak hanya dalam jarak yang
pendek (kurang dari 6 kaki). Cara penularan yang lain juga dapat terjadi yaitu, kontak
dengan permukaan yang terkontaminasi dan penularan melalui nukleus droplet yang
sangat kecil (juga disebut penularan dengan cara airborne).
Peran dari cara penularan terakhir masih belum jelas pada epidemiologi
influenza. Karena data penularan virus rH1N1 masih sangat terbatas, adanya infeksi
pada mata, konjungtiva, dan saluran cerna masih belum diketahui. Karena virus influ
influenza A rH1N1 baru pada manusia, kemungkinan penularan yang dianggap
paling umum dari penderita adalah melalui kontak yang erat. Seluruh sekresi saluran
napas dan cairan yang lain (cairan diare penderita rH1N1 sebaiknya dianggap sangat
infeksius).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
No Pemeriksaan
Diagnostik
Temuan Normal
1 Pemeriksaan Apusan Ditemukan virus / bakteri
yang menyebabkan flu
burung
Tidak ditemukan virus /
bakteri yang menyebabkan
flu burung
2 Rontgen Pemeriksaan toraks dapat
dilihat yaitu bagi penderita
H5N1 dan H1N1 terdapat
pneumonia (radang
membrane paru) akibat
eksudat pada rongga pleura
yang berlebihan
Paru-paru bersih (tidak
ditemukan pneumonia)
3 Pemeriksaan darah
rutin
Leukosit
Pada pasien H5N1 dan H1N1
ditemukan leukosit
meningkat.
Leukosit normal baik laki-
laki maupun perempuan
yaitu 5 – 10.000
Hb
Hb normal laki-laki yaitu
13,5 – 18 g/dl
Hb normal wanita yaitu
11,5 – 16 g/dl
4 Pemeriksaan
Lab.virologi
PCR
Pemeriksaan dapat
mendeteksi adanya virus
influenza
Tidak ditemukan virus
influenza
5 CT-Scan dan MRI Memeberikan gambaran khas
yang terletak di pons dan
thalamus. Kelainan yang khas
yang terletak di pons dan
thalamus yang tampak dalam
CT otak adalah gambaran
densitas rendah simetris di
thalamus, pons dan batang
otak. Pada pemeriksaan MRI
dengan kontras didapatkan
gambaran kelainan berbentuk
outcome
ensefalitis/ensefalopati
berhubungan dg usia
penderita & temuan CT /
MRI.
Tidak ditemukan gambaran
khas kelainan otak pada
thalamus, pons, dan batang
otak.
G. PENCEGAHAN
1. Flu Burung
(Menurut Widoyono,2011) yang dapat dilakukan dalam mencegah tertularnya flu
burung, yaitu :
a. Peternak
1) Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus
menggunakan masker, baju khusus, kacamata renang.
2) Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan
3) Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan
4) Mendisinfeksi peralatan peternakan
5) Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan
b. Masyarakt umum
1) Memilih daging yang baik dan segar
2) Memasak daging ayam minimal 80oC selama 1 menit dan telur minimal 64oC
selama 5 menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup lama)
3) Menjaga kshatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahhraga, dan
istirahat yang cukup
4) segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit/ bagi masyrakat yang mengalami
gejala-gejala di atas.
Pencegahan dan Pengobatan
Tidak ada pngobatan khusus. Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi dan
kebersihan kandang yang memadai, pengasingan terhadap unggas sakit serta
menghindari perbedaan umur dalam kelompok dapat membantu mmperbaiki
keadaan. Penyakit ini dapat sembuh secara spontan. Tindakan vaksinasi untuk
penyakit influenza unggas sampai saat ini masih diragukan keberhasilannya.
Pencegahan dan Kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan secara umum prinsip-prinsip
kerja yang hygienis seperti mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan lain
dan menggunakan alat pelindung diri, merupakan upaya yang harus di lakukan
oleh mereka yang kontak dengan unggas, baik unggas hidup maupun unggas
mati. WHO juga menyatakan bahwa dengan memasak bahan makanan asal
unggas secara baik (merebus daging sampai 80oC/sampai mendidih, merebus
telur menjadi masak) maka virus akan mati. Juga perlu diperhatikan pada saat
mengolah/memasak unggas dengan memakai perlindungan dan setelah itu mncuci
tangan dengan sabun deterjen secara bersih, khusus pada peternakan dan
pemotongan hewan terdapat beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan :
a. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus sering-
sering mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung memegang dan
membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk
membersihkan tangannya.
b. Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan
unggas yang sakit dan atau mati karena flu burung seyogyanya melengkapi
diri dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kacamata, dan juga
sepatu bot.
c. Ruangan kandang perlu selalu dibesihkan dengan prosedur yang baku dan
memperhatikan faktor keamanan petugas.
d. Pekerja peternakan, pemotongan dan keluarganya perlu diberi tau untuk
melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan,
seperti batuk, pilek, sakit tenggrokan, susah napas, infeksi mata dan gejala
flu lainnya.
e. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam
pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan
pemberian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus, dan pengamatan
petubhan kondisi pekerja.
2. Flu Babi
Pencegahan meliputi kegiatan untuk mengusahakn agar virus tidak masuk ke
indonesia dengan meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk bandar udara dan
pelabuhan laut. Ini dilakukan melalui skrinning suhu tubuh dan pemeriksaan lebih
lanjut bagi pendatang dari luar negeri yang terinfeksi dengan suhu tubuh di atas 38oC.
Setiap penderita demam harus diperiksa di poliklinik bandra dan setiap pendrita flu
sebaiknya di rawat di rumah sakit dengan observsi ketat kemungkinan tertular virus
H1N1. Sosiliasi penykit ini perlu disampaikan kepada semua pihak terutma
pencegahan dan tindakan yang hares di lakukan sebelum merujuk ke rumah sakit.
Unit pelayanan kesehatan seperti poliklinik, klinik 24 jam, praktik swasta,
puskesmas, dan rumah sakit harus disiapkan untuk antisipasi jika keadaan semakin
memburuk. Kampanye massal tentang hygiene dan sanitasi perlu digalakkan.
masyarakat dihimbau untuk berperilaku bersih dan sehat melalui :
a. olahraga teratur
b. istirahat yang cukup
c. makan dengan memperhatikan kecukupan gizi
d. menambah konsumsi vitamin
e. menghindri rokok dan alkohol
Utk mnghdpi influenza H1N1, perlu kampanye besar-besaran tentang :
a. mnutup mulut dn hdg saat batuk dn bersin
b. memakai masker jika sdg menderita flu
c. mencuci tmgn dgn air mngalir dn sabun sebelum dn seaudah makan
d. tdk meludah sembarangan
e. hindari berjabat tngn,berangkulan atau berciuman dgn pnderita flu
f. tidk menyeka hdg dn mulut dgn tngn jika sdg influenza
H. KOMPLIKASI
Komplikasi akan terjadi bila pasien terlambat dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan. Adapaun komplikasinya adalah gagal nafas dan gagal multi
organ yang ditandai dengan gejala tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai dengan
sepsis dan bahkan kematian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
- Keluhan Saat Masuk Rumah Sakit
....................................................
- Keluhan Saat ini
...................................................
2) Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
..........................................................
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan bahwa klien ...................
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan bahwa sebelumnya klien .......................
3) Alergi
Klien mengatakan bahwa sebelumnya klien tidak memiliki riwayat alergi
apapun baik makanan maupun obat, dll.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)
Klien mengatakan bahwa klien tidak suka merokok dan minum-minuman
alkohol. Klien hanya mengkonsumsi kopi, itupun tidak sering.
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarga klien hanya memiliki riwayat hipertensi.
d. Keadaan lingkungan (memelihara hewan unggas dan babi)
Klien mengatakan bahwa klien tidak memelihara atau beternak hewan, hanya saja
disekitar tempat klien tinggal ada yang memiliki ternak babi. Dan belum lama ini
klien baru habis melihat ternak babi tersebut.
3. Pola Kebutuhan dasar
a. Bernafas : klien tampak sesak
b. Makan dan minum :
c. Eleminasi : klien mengatakan bahwa klien BAB = 3x
seminggu, BAK = 2x sehari
d. Gerak dan aktifitas :
e. Istirahat tidur :
f. Pengaturan suhu tubuh :
g. Kebersihan diri :
h. Rasa nyaman :
i. Rasa aman :
j. Sosial :
k. Pengetahuan :
l. Rekreasi :
m. Spiritual :
n. Prestas :
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda – tanda vital (Nadi,Temp,RR,TD)
c. Pemeriksaan penunjang
1) Darah rutin (leukosit, hitung jenis, Hb)
2) Fungsi hati
3) Fungsi ginjal
4) Ronsen foto dada
5) AGD
6) Deteksi virus
7) Pemeriksaan laboratorium:
a) Isolasi virus dari bahan:
Darah
Internal organ
Hapusan hidung dan mulut
b) Serologi:
8) Antibody detection:
a) ELISA (enzim link assay/ELA)
b) HI (Haemaglutinin Inhibition Test)
c) CFT (Compliment Fixation Test)
9) Antigen detection: (HI, IF/FA)
5. Data Subjektif
a. Pasien mengatakan badannya terasa panas
b. Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya
c. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
d. Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas
e. Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare
6. Data objektif
a. Suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C
b. Pada pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru
c. BB menurun
d. Pasien tampak batuk dan mengeluarkan sputum
e. Pasien tampak sesak dengan RR diatas 30 x/menit
f. PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg
g. Tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan diastolic < 60 mmHg
h. Serum kreatinin ≥ 2mg/dl
i. Jumlah limfosit, leukosit dan trombosit menurun
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi sekret
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan meningkatnya
peristaltik usus ditandai mual muntah
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic usus
ditandai dengan diare.
6. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob ditandai dengan
pasien tampak meringis
C. RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi sekret
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan jalan
nafas pasien
efektif
Kriteria hasil :
Eksudat dapat
dapat di
keluarkan
- Berikan psioterapi
dada dan Anjurkan pasien
untuk batuk efektif
- Berikan cairan
sedikitnya 2500 ml per hari
(kecuali kontra indikasi)
- Pengisapan sesuai
indikasi ( pasien tidak
sadar)
- Kolaborasi dalam
pemberian tindakan
nebulizer
- Dengan batuk efektif
dan pembersihan eksudat,
jalan nafas pasien menjadi
lancar
- Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
merangsang pengeluaran
sekret
- Pemberian udara hangat
dan basa dapat
mengencerkan sekret
sehingga mudah dikeluarkan
- Pemberian obat melalui
Neboliser akan membantu
mengencerkan dahak
Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan
peningkatan
ekspansi dada
Tujuan :
Setelah
diberikan askep
selama ….x24
jam pola nafas
pasien kembali
normal
Kriteria hasil :
Mandiri :
- Pantau pemasukan/
pengeluaran. Hitung
keseimbangan cairan, catat
kehilangan tak kasat mata.
Timbang berat badan
sesuai indikasi.
- Evaluasi turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa, adanya edema
dependen/ umum.
- Pantau tanda vital
(tekanan darah, nadi,
frekuensi, pernafasan).
Auskultasi bunyi nafas,
catat adanya krekels.
- Kaji ulang kebutuhan
- Evaluator langsung
status cairan. Peubahan tiba-
tiba pada berat badan
dicurigai kehilangan/ retensi
cairan.
- Indikator langsung
status cairan/ perbaikan
ketidakseimbangan.
- Kekurangan cairan
mungkin dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardi,
karena jantung mencoba
untuk mempertahankan curah
jantung. Kelebihan cairan/
terjadinya gagal mungkin
dimanifestasikan oleh
cairan. Buat jadwal 24 jam
dan rute yang
digunakan. Pastikan
minuman/ makanan yang
disukai pasien
- Hilangkan tanda
bahaya dan ketahui dari
lingkungan. Berikan
kebersihan mulut yang
sering.
- Anjurkan pasien
untuk minum dan makan
dengan perlahan sesuai
indikasi.
Kolaborasi :
- Berikan cairan IV
melalui alat kontrol.
- Pemberian
antiemetik, contoh
proklorperazin maleat
(compazine),
trimetobenzamid (tigan),
sesuai indikasi.
- Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi, contoh Hb/Ht,
BUN/ kreatinin, protein
plasma, elektrolit.
hipertesi, takikardi, takipnea,
krekels, distres pernapasan.
- Tergantung pada situasi,
cairan dibatasi atau diberikan
terus. Pemberian informasi
melibatkan pasien pada
pembuatan jadwal dengan
kesukaan individu dan
meningkatkan rasa terkontrol
dan kerjasama dalam
program.
- Dapat menurunkan
rangsang muntah
- Dapat menurunkan
terjadinya muntah bila mual.
- Cairan dapat dibutuhkan
untuk mencegah dehidrasi,
meskipun pembatasan cairan
mungkin diperlukan bila
pasien GJK.
- Dapat membantu
menurunkan mual/ muntah
(bekerja pada sentral,
daripada di gaster)
meningkatkan pemasukan
cairan/ makanan.
- Mengevaluasi status
hidrasi, fungsi ginjal dan
penyebab/ efek
ketidakseimbangan.