Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

9
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015 B - 74 Penggunaan Pembelajaran Berbasis Peta Konsep dalam Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA Unesa pada Materi Pokok Isomer Ismono Jurusan kimia FMIPA Unesa Email. [email protected] Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa untuk secara aktif mengikuti proses pembelajaran baik dalam berdiskusi, curah pendapat (brainstroming), bekerja dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012: Permendikbud RI No. 103 tahun 2014; NSTA, 2003 dan NRC,1996, 2000; Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson 2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012; dan Tony Wagner, 2008). Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui proses pembelajaran penggunaan peta konsep dan peningkatan hasil belajar mahasiswa pendidikan kimia’2013 pada materi pokok isomer. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pendidikan kimia’ 2013 sebanyak 60 mahasiswa terdiri dari mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan (21 orang) dan Pendidikan Kimia Reguler (29 orang}. Penelitian dilakukan tiga kali tatapmuka. Hasilnya peta konsep mampu menumbuhan keterampilan proses dan mahasiswa pendidikan kimia terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran seperti berdiskusi, curah pendapat, bekerja dan belajar secara kolaboratif, dan berani mengemukakan pendapat melalui presentasi baik tertulis maupun lisan dan. Selain itu terjadi kenaikan skor rata-rata pada kelas PKU’13 yaitu dari 54,39 menjadi 78,00 dengan gain skor 24,04 dan PKR’13 yaitu dari 42,31 menjadi 78,33 dengan gains skor 37,69. Kedua kelas tersebut sama mengalami kenaikan gain skor dalam katagori sedang (Hake, 1998). Kata kunci: peta konsep, isomer, gain skor A. Pendahuluan Tantangan para Guru atau calon guru IPA (kimia) di abad 21 yaitu guru atau calon guru harus (a) mampu melibatkan siswa untuk secara aktif mengikuti proses pembelajaran baik dalam berdiskusi, curah pendapat (brainstroming), bekerja dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012: Permendikbud RI No. 103 tahun 2014; NSTA, 2003 dan NRC,1996, 2000; Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson 2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012; dan Tony Wagner, 2008). Ilmu Kimia (bagian dari IPA) merupakan ilmu yang berbasis inkiri dan mengedepankan logika berpikir tingkat tinggi, kemampuan generalisasi dan abstraksi yang cukup tinggi untuk memahami konsep kimia, manum demikian saat ini masih banyak guru atau calon guru kimia yang relatif masih belum baik dalam memahami konsep – konsep dan menyampaikan materi kimia, sehingga peserta didik banyak mengalami kesulitan dalam memahaminya, bahkan ada keliru dalam pemahaman (miskonsepsi) terhadap

Transcript of Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Page 1: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 74

Penggunaan Pembelajaran Berbasis Peta Konsep dalam Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA Unesa pada Materi Pokok Isomer

Ismono

Jurusan kimia FMIPA Unesa Email. [email protected]

Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa untuk secara aktif mengikuti proses pembelajaran baik dalam berdiskusi, curah pendapat (brainstroming), bekerja dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012: Permendikbud RI No. 103 tahun 2014; NSTA, 2003 dan NRC,1996, 2000; Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson 2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012; dan Tony Wagner, 2008). Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui proses pembelajaran penggunaan peta konsep dan peningkatan hasil belajar mahasiswa pendidikan kimia’2013 pada materi pokok isomer. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pendidikan kimia’ 2013 sebanyak 60 mahasiswa terdiri dari mahasiswa Pendidikan Kimia Unggulan (21 orang) dan Pendidikan Kimia Reguler (29 orang}. Penelitian dilakukan tiga kali tatapmuka. Hasilnya peta konsep mampu menumbuhan keterampilan proses dan mahasiswa pendidikan kimia terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran seperti berdiskusi, curah pendapat, bekerja dan belajar secara kolaboratif, dan berani mengemukakan pendapat melalui presentasi baik tertulis maupun lisan dan. Selain itu terjadi kenaikan skor rata-rata pada kelas PKU’13 yaitu dari 54,39 menjadi 78,00 dengan gain skor 24,04 dan PKR’13 yaitu dari 42,31 menjadi 78,33 dengan gains skor 37,69. Kedua kelas tersebut sama mengalami kenaikan gain skor dalam katagori sedang (Hake, 1998). Kata kunci: peta konsep, isomer, gain skor

A. Pendahuluan

Tantangan para Guru atau calon guru IPA

(kimia) di abad 21 yaitu guru atau calon

guru harus (a) mampu melibatkan siswa

untuk secara aktif mengikuti proses

pembelajaran baik dalam berdiskusi,

curah pendapat (brainstroming), bekerja

dan belajar secara kolaboratif, (b) mampu

meningkatkan hasil belajar peserta didik

secara optimal (PP RI No. 8 tahun 2012:

Permendikbud RI No. 103 tahun 2014;

NSTA, 2003 dan NRC,1996, 2000;

Sudrajat, 2013; Galileo, 2007; Anderson

2010; Johnson, 2010; Hammann, 2012;

dan Tony Wagner, 2008).

Ilmu Kimia (bagian dari IPA)

merupakan ilmu yang berbasis inkiri dan

mengedepankan logika berpikir tingkat

tinggi, kemampuan generalisasi dan

abstraksi yang cukup tinggi untuk

memahami konsep kimia, manum

demikian saat ini masih banyak guru atau

calon guru kimia yang relatif masih belum

baik dalam memahami konsep – konsep

dan menyampaikan materi kimia, sehingga

peserta didik banyak mengalami kesulitan

dalam memahaminya, bahkan ada keliru

dalam pemahaman (miskonsepsi) terhadap

Page 2: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 75

konsep kimia (Ruseffendi, 2006).

Pendapat tersebut didukung oleh Gabel,

(1999), menyatakan kimia merupakan

materi ajar yang kaya akan konsep-

konsep abstrak yang disebabkan dari sifat

kekomplekskannya. Konsep-konsep dalam

kimia seperti kimia organik umumnya

tersusun atau terorganisasi secara

sistematis dan logis, di mana konsep-

konsep tersebut tersusun secara hirarkis

yaitu konsep dimulai dari konsep yang

paling umum/konsep penting/konsep kunci

hingga konsep spesifik atau contoh-contoh

dan antar konsep kadangkala memiliki

keterkaitan. Hal ini dapat menyebabkan

kesalahpahaman yang luas di kalangan

peserta didik dalam memahami konsep

dalam kimia organik pada materi isomer).

Adlaon (2012), materi ajar kimia

seperti kimia organik pada materi isomer

relatif sulit, baik untuk mengajarkan ke

para peserta didik maupun cara peserta

didik mempelajarinya, karena materi

kimia organik memiliki banyak konsep

yang bersifat abstrak. Pola pembelajaran

pada materi yang berkonsep abstrak

banyak diberikan dalam bentuk menghafal

informasi (konsep), sehingga peserta didik

menjadi pasif yang berakibat para peserta

didik gagal dalam membangun konsep

yang kuat dan kerangka kerja

proposisional. Barbara, (2005), peserta

didik dalam memahami materi reaksi pada

kimia organik banyak mengalami kesulitan

bahkan tidak mampu dalam

menghubungkan keterkaitan konsep dalam

kimia organik karena peserta didik hanya

menghafal bagaimana menulis tatanama

dan hasil reaksi kimia organik.

Berdasarkan pendapat di atas, maka

materi kimia merupakan materi yang kaya

akan konsep yang abstrak seperti halnya

materi dalam kimia organik seperti isomer,

konsep-konsep terorganisir secara

sistematis dan logis, di mana konsep-

konsep tersebut tersusun secara hirarkis

dan antar konsep kadangkala memiliki

keterkaitan, sehingga untuk

mempelajarinya diperlukan kemampuan

berpikir tingkat tinggi peserta didik. Pola

pembelajaran pada materi ajar yang kaya

konsep abstrak banyak diberikan dalam

bentuk menghafal konsep, sehingga para

peserta didik gagal dalam membangun

konsep dan kerangka kerja proposisional

yang kuat. Proses pembelajaran pada

dasarnya untuk membimbing peserta didik

dalam memahami dan membangun

konsep, mampu menumbuhkan

pembelajaran bermakna, dan mampu

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi peserta didik.

Berdasarkan hal di atas, maka

penelitian ini akan mengkaji tentang

Page 3: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 76

(a) Bagaimana proses pembelajaran

selama menggunakan peta konsep,

dan

(b) Bagaimana peningkatan pertambah

an (gain) skor mahasiswa

pendidikan kimia 2013 setelah

mengikuti pembelajaran dengan

peta konsep

B. Teori

Peta konsep diciptakan oleh Joseph D.

Novak dalam program penelitian di

Cornell University pada tahun 1972, peta

konsep telah dirancang dengan tujuan

untuk memantau dan memahami

perubahan dalam pengetahuan anak-anak

tentang pemahaman sains. Peta konsep

terlahir dari suatu dan dalam gerakan

inovasi pembelajaran dengan konsepsi

dasar teoritis peta konsep yaitu teori

belajar bermakna yang dikemukakan oleh

Ausubel (1962) bahwa pembelajaran

bermakna tergantung pada

mengintegrasikan informasi baru dalam

struktur kognitif yang sebelumnya dimiliki

oleh peserta didik. Peta konsep merupakan

salah satu bentuk pembelajaran yang dapat

mengkaitkan pengetahuan/konsep yang

dipelajari dengan konsep yang dimiliki

peserta didik untuk membangun

pengetahuan yang baru disebut dengan

konstruktivisme. Teori konstruktivis

berpendapat bahwa pengetahuan

sebelumnya digunakan sebagai kerangka

belajar untuk membangun pengetahuan

baru yang lebih luas dan lebih kokoh

ikatannya.

Beberapa pakar peta konsep

mendefinisikan bahwa PK merupakan

keterkaitan antar konsep-konsep dalam

bentuk representasi grafis dua dimensi

yang menunjukkan tentang sebuah domain

pengetahuan seseorang antara lain: (a)

Novak dan Gowin, (1984), Novak (2000),

Canas, (2003) (dalam Khodadady, dkk,

2011) menyatakan PK merupakan

representasi grafis dari suatu pengetahuan,

dengan PK memungkinkan peserta didik

memahami hubungan antara ide-

ide/konsep-konsep yang dipresentasikan

dengan menciptakan koneksitas antar

konsep dengan menvisualisasikan dalam

bentuk peta. (b) Jonassen, Beissner, &

Yacci, (1993) menyatakan peta konsep

merupakan representasi spasial konsep dan

hubungan antara konsep dengan maksud

untuk merepresentasikan struktur

pengetahuan yang disimpan dalam pikiran

manusia. (c) Angelo dan Cross (1993)

berpendapat bahwa PK digambarkan

sebagai alat kognitif yang memfasilitasi

pola berpikir tingkat tinggi, di mana PK

mampu mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi peserta didik

melalui menanya, menganalisis, menarik

kesimpulan, mensintesis mengintegrasikan

informasi, mempermudah komunikasi,

Page 4: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 77

dan meringkas materi ajar, serta

pemikiran reflektif mendalam pengamatan

sehingga terjadinya pembelajaran

bermakna. PK memungkinkan peserta

didik untuk menginternalisasi

pengetahuannya dengan mengkaitkan

pengetahuan lama yang dimiliki peserta

didik dengan pengetahuan baru dan akan

membantu peserta didik untuk

merumuskan konsep yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi,

penyelidikan dan memecahkan masalah.

(d) Fosnot, C. T, (1996), menyatakan peta

konsep merupakan sarana yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi cara

peserta didik berpikir, cara kita melihat

hubungan antara pengetahuan. Selain itu

PK dapat membantu guru lebih memahami

bagaimana peserta didik dapat menafsirkan

makna dari materi pelajaran.

PK disusun dengan mengkaitkan

hubungan antar konsep-konsep dengan

garis dan kata penghubung. Novak &

Gowin, (1984) berpendapat kombinasi dari

dua kotak atau lingkaran merupakan

konsep dengan garis berlabel dan

merupakan unit dasar yang memiliki

makna hubungan antar konsep dalam PK

disebut proposisi. PK yang paling

sederhana yaitu bila dua konsep yang

dihubungkan dengan kata penghubungan

(proposisi) sehingga kedua konsep tersebut

memiliki makna. Pendapat tersebut

didukung oleh Cañas (2003) di mana PK

adalah representasi grafis dari pengetahuan

peserta didik. PK terdiri dari konsep-

konsep, tertutup dalam lingkaran atau

kotak, dan dihubungkan oleh garis baik

berupa link atau crosslinked berlabel yang

menunjukkan hubungan antara konsep

disebut proposisi. (Cañas, 2003). PK yang

paling sederhana yaitu dua atau tiga

konsep yang dihubungan dengan proposisi,

misal konsep isomer yang dikaitkan

dengan proposisi “dapat dibagi menjadi”

isomer struktural dan isomer ruang.

Kajian lain yang dilakukan melalui

beberapa kajian dari literatur tentang peta

konsep antara lain oleh: (1) strategi

pemetaan konsep dirancang untuk

mempromosikan pembelajaran inkuri,

kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan

pembelajaran yang bermakna (Julie dan

Gary, (2013), (2) strategi peta konsep

dapat mengembangkan keterampilan

berpikir kritis (Able & Freeze, 20 06;

Briscoe & LaMaster, 1991; Kinchin,

2001), (3) metode peta konsep

menjauhkan dari kebiasan dari menghafal

(Briscoe & LaMaster, 1991; Heinze - Fry

& Novak , 1990 ; Kinchin , 2001; Novak ,

1998; Novak & Musonda, 1991), (4)

strategi peta konsep sebagai alat

komunikasi antara guru dan siswa ( Roth,

1994), (5) peta konsep dapat meningkatkan

Page 5: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 78

prestasi belajar siswa ( Hay, 2007; Horton

et al., 1993. ), (6) strategi peta konsep

dapat memaparkan kesalahpahaman

(Heinze - Fry & Novak, 1990; Kinchin &

Hay , 2000; Novak & Gowin, 1984 ), (7)

peta konsep sebagai alat evaluasi (formatif

dan sumatif), (Kinchin et al. 2005:

Brüssow 2007), dan (8) strategi peta

konsep untuk memfasilitasi produksi

kreatif pengetahuan (Novak, 2004), (9)

strategi peta konsep dapat membantu

peserta didik dalam membangun

kemampuan penyelidikan (inkuri) dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta

didik, (8) Martin (2005: 114) menyatakan

peta konsep merupakan alat penting untuk

perencanaan dan pengajaran, peta konsep

dapat membantu siswa meningkatkan

konstruksi konsep, sambil membantu

untuk menghindari kesalahan konsep, (9)

Novak, (1995) dan Joanne, (2013),

menyatakan peta konsep dapat digunakan

untuk: (a) alat instruksional pembelajaran,

(b) alat untuk mengelola pengajaran, (d)

alat untuk keterampilan komunikasi di

mana peta konsep menggambarkan

keterhubungan antar konsep dan alur

berpikir siswa, (e) alat untuk evaluasi, (d)

peta konsep sebagai alat dapat digunakan

untuk membantu guru dalam perencanaan

pengajaran, membantu penulis dalam

perencanaan materi pada buku pelajaran,

dan membantu peserta didik dalam

mengorganisir pembelajaran mereka (Julie

dan Gary, 2013; Carol T Kostovich,

2007; dan Bybee, 1997).

Berdasarkan pendapat beberapa

ahli di atas peta konsep merupakan salah

strategi belajar yang mampu meningkatkan

prestasi belajar, memaparkan

kesalahpahaman, sebagai alat evaluasi,

membantu peserta didik dalam

membangun kemampuan penyelidikan

(inkuri) dan keterampilan berpikir tingkat

tinggi, berpikir kritis, sebagai alat

komunikasi antara guru dan siswa, dan

sebagai sarana pembelajaran bermakna.

C. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif yang mendeskripsikan

pelaksanaan proses pembelajaran dan

kenaikan gain skor setelah mengikuti

pembelajaran dengan peta konsep. Subyek

penelitian yaitu mahasiswa pendidikan

kimia 2013 sebanyak 60 orang dengan

rincian Pendidikan Kimia Unggulan (21

orang) dan Pendidikan Kimia Reguler (29

orang yang mengambil matakuliah kimia

organik 1 dengan materi ajar isomer.

Pembelajaran dilakukan selama 3 minggu

(3 kali tatapmuka) dengan belajar dan

bekerja secara kolaboratif. Dengan

prosedur sebagai berikut: (a) mulanya

mahasiswa diberikan pretes untuk

mengetahui tingkat pemahaman awal

Page 6: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 79

tentang isomer, (b) dilakukan

pembelajaran dan pelatihan tentang

analisis konsep dan penyusunan peta

konsep, dan (3) diberikan pos tes.

Instrumen penelitian meliputi perangkat

pembelajaran, tes obyektif, tes penyusunan

peta konsep, lembar pengamatan, dan

angket. Instrumen evaluasi peta konsep,

yaitu Tabel 1. Penskoran peta konsep adopsi dan diadaptasikan dari oleh Novak dan Gowin (2002)

No Komponen Skor 1 Konsep valid 1 2 Proposisi valid (link) 1 3 Hirarki valid 5 4 Cross link valid 10 5 Contoh valid 1

skor = (skor perolehan/skor∑komponen) x 100

Untuk mengetahui kenaikan gain skor

digunakan rumus (Hake, 1998).

di mana : (g) = peningkatan skor hasil belajar (Sf) = rata-rata skor tes akhir setelah perlakukan (Si) = rata-rata skor tes kemampuan awal Tabel 2. Interprestasi Nilai dari gain skor

Skor (g) Intreprestasi Nilai (g) ≥ 0,7 Tinggi 0,7 < (g) ≥ 0,3 Sedang (g) < 0,3 Rendah

(Adopsi dan adaptasi dari Hake, 1998)

D. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan selama

proses pembelajaran dengan menggunakan

peta konsep mampu menumbuhkan

keterampilan proses ilmiah seperti meneliti

bahan bacaan dengan cara

mengindentifikasi, menganalisis,

mengelompokan, mensisntesis dan

mengevaluasi konsep-konsep secara

hirarkhi dalam bahan bacaan, dan

menumbuhkan budaya sikap ilmiah

seperti diskusi, curah pendapat

(brainstrorming), bekerjasama

(collaborative), menghargai pendapat

temannya, menyampaikan pendapat dan

mengkomunikasikan hasil atau ide-ide

karyanya di depan kelas. Dengan demikian

selama proses peta konsep mampu

menumbuhkan keterampilan proses dan

budaya sikap ilmiah yang positip

mahasiswa pendidikan kimia, seperti yang

diharapkan pada guru atau calon guru di

abad 21. Tumbuhnya keterampilan proses

dan budaya sikap ilmiah disebabkan

karakteristik dari pembelajaran peta

konsep yang menuntut mahasiswa untuk

menggunakan semua kemampuan kognitif

dan saling berdiskusi, curah pendapat, dan

belajar dan bekerjasama dalam

mengindentifikasi, menganalisis,

mengelompokan, mengevaluasi konsep-

konsep, menyusun peta konsepm serta

mengkomunikasikan hasilnya di depan

kelas.

Tes hasil belajar diperoleh data sebagai

berikut.

Page 7: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 80

Tabel 3. Hasil pre dan pos tes isomer

Berdasarkan tabek 3 di atas mahasiswa

PKU’13 memiliki rata-rata skor 54,29,

sedangkan PKR’13 memiliki skor 41,93.

Setelah dilakukan pelatihan penyusunan

peta konsep terjadi kenaikan skor rata-rata

pada kelas PKU’13 yaitu dari 54,39

menjadi 78,00 dengan gains skor 24,04

dan PKB’13 yaitu dari 42,31 menjadi

78,33 dengan gains skor 37,69. Kedua

kelas tersebut sama mengalami kenaikan

gains skor dalam katagori sedang (Hake

1998).

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa

pembelajaran peta konsep mampu

menaikan pertambahan (gain) skor pada

kedua kelas PKU dan PKR mahasiswa

pendidikan kimia walaupun pada katagori

sedang.

Berdasarkan hasil angket diperoleh data

bahwa: (1) peta konsep membantu

mahasiswa dalam memahami konsep, (2)

diawal pembelajaran mahasiswa

mengalami kesulitan dalam menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi konsep-konsep

dan menyusun peta konsep, (3) mahasiswa

merasa senang dengan pembelajaran peta

konsep, karena mereka merasa tertantang

untuk mengkaji konsep-konsep dan

keterkaitan antar konsep dalam suatu

bahan bacaan, (4) peta konsep dapat

menumbuhkan sikap menghargai pendapat

orang lain, belajar dan kerja kolaboratif,

berani mengemukakan pendapat atau

mengkomunikasikan hasilnya di depan

kelas.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Peta konsep dalam proses

pembelajaran mampu menumbuhkan

keterampilan proses ilmiah dan sikap

mahasiswa pendidikan kimia terlibat

secara aktif dalam proses

pembelajaran seperti berdiskusi, curah

pendapat, bekerja dan belajar secara

kolaboratif, dan berani

mengemukakan pendapat melalui

presentasi baik tertulis maupun lisan.

b. Peta konsep mampu menaikan gain

skor mahasiswa kelas PKU’13 dan

PKR’13 walaupun kedua kelas

tersebut mengalami kenaikan gain

skor dalam katagori sedang

2. Saran

a. Mahasiswa pendidikan kimia 2013

perlu dilatihkan untuk menganalisis

konsep dan menyusun peta konsep

b. Perlu adanya tambahan waktu agar

para mahasiswa memiliki kemampuan

menganalisis konsep dan menyusun

peta konsep.

Page 8: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 81

Daftar Pustaka

Abrami, P.C., Chambers, B., Poulsen, C., DeSimone, C., d’Apollonia, S., & Howden, J., 1995. Classroom connections - Understanding and using cooperative learning, Toronto: Harcourt Brace.

Abrams, R. 'Meaningful Learning: A Collaborative Literature Review of Concept Mapping' [online] (cited 25/05/2007) Available from http://www2.ucsc.edu/mlrg/clrconceptmapping.html.

Adlaon B.S. Ritchie Bagcat, 2012, Assessing Effectiveness of concept map as Instructional Tool in High School Biology, Thesis, La Salle University (tidak dipublikasikan)

Ahuja Amit. (2007), in the area of Cognitive Psychology on the topic entitled. Effectiveness of concept mapping in learning of science, (Desertasi yang tidak dipublikasikan) pu.ac.in/use/amitahuja.htm.

Anderson, R. 1985. Cognitive psychology and its implications. Second edition. New York: W. H. Freeman.

Anderson Lorin, 1999, et al, Bloom's 'Taxonomy of Educational. Objectives' discriminates between levels of cognition. Thinking Strategies for the Inquiry Classroom . http://www.curriculumpress.edu.au/sample/pages/9781742003139.pdf, akses September 2014.

Ausubel, David. 1963. The psychology of meaningful verbal learning. New York: Grune & Stratton.

Ausubel, D P. (1966). Meaningful Reception Learning and Acquisition of Concepts in Analysis of Con-cept Learning. New York: Academic Press.

Ausubel, D. P. (1968). Educational psychology: A cognitive view. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Bruner, J., 1966, Toward a theory of instruction, New York: Horton.

Hake, R.R. 1998. "Interactive-engagement vs traditional methods: A six-

thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses." Am. J. Phys. 66(1):64-74; http://www.physics.indiana.edu/~sdi

Mintzes, J. J., Wandersee, J. H., & Novak, J. D., 1997, Meaningful learning in science: The human constructivist perspective. In G.D. Phye (Ed.), Handbook of academic learning: Construction of Knowledge. San Diego: Academic Press. pp. 405-447. http://dx.doi.org/10.1016/B978-012554255-5/50014-4

Novak, J.D., & Gowin, D.B., 1984, Learning how to learn. Cambridge, England: Cambridge University Press.

Novak, J.D., 1990, Concept mapping: A useful tool for science education. Journal of Research in Science Teaching, 27, 937-949.

Novak, J. D., 1990, Concept maps and vee diagrams: Two metacognitive tools for science and mathematics education, Instructional Science, 19, 29-52.

Novak, J. D. , 1991, Clarify with concept maps. Journal of The science teacher. 45- 49.

Novak, J. D. (1993). Human constructivism: A unification of psychological and epistemological phenomena in meaning making, International Journal of Personal Construct Psychology, 6, 167-193

Novak, J. D., 1998, Learning, creating, and using knowledge: Concept maps as facilitative tools in schools and corporations. Mahweh, NJ: Lawrence Erlbaum Association

Novak, J. D. & Gowin, B. (1999). Aprender a aprender. Lisboa: Plátano Edições Técnicas

Novak, J. D. (2002). Meaningful learning: The essential factor for conceptual change in limited or appropriate propositional hierarchies (liphs) leading to empowerment of learners. Science Education, 86(4), 548-571.

Page 9: Guru atau calon guru IPA (kimia) harus (a) mampu melibatkan siswa ...

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015

B - 82

Okebukola, P. A & Ogunniyi, M. B (1984). Cooperative and competitive and individualistic laboratory interaction patterns: Effects on achievement and acquisition of practical skills.Journal of Research in Science Teaching, 22 (9), 198 – 206.

Okebukola, P. A., & Jegede, O. J. (1988). Cognitive preference and learning mode as determinants of meaningful learning through concept mapping. Science Education, 72(4), 489-500.

Okebukola, P. A. (1990). Attaining meaningful learning of concepts in genetics and ecology: An examination of the potency of the concept-mapping technique. Journal of Research in Science Teaching, 27(5), 493-504

Ruiz-primo, M.A., Shavelson,R.J.,(1996). Problems and issues in use of concept maps in science assessment. Journal of research in science teaching, 33, 569-600.

Rye, J. A., & Rubba, P. A., 2002, Scoring

concept maps: An expert map-based scheme weighted for relationships. School Science & Mathematics, 102(1), 33-45.

Safdar, M. (2010). A comparative study of Ausubelian and Traditional ethods of teaching physics at secondary school level in Pakistan. Unpublished Ph.D thesis. Islamabad. National University of Modern Languages, Islamabad, 66-70.

Safdar Muhammad, Azhar Hussain, Iqbal Shah, Qudsia Rifat, 2012 Concept Maps: An Instructional Tool to Facilitate Meaningful Learning European Journal of Educational Vol. 1, No. 1, 55-64 Vol. 3, No. 3, July 2008, xx-xx ISSN 2165-8714, Copyright © 2012 EUJER. http://www.akademikplus.com/eujer/ index.html.