Gt
Transcript of Gt
-
5/24/2018 Gt
1/23
KLASIFIKASI PENAMAAN BATUAN PIROKLASTIK
KLASIFIKASI PENAMAAN BATUAN PIROKLASTIK
A. Pendahuluan
Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi, sehingga merupakan
hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi kepermukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai piroklastika, yang berasal dari katapyro berarti api
(magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi),
dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastika
adalah batuan beku luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan
piroklastika ini mengikuti hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya
diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik
secara keseluruhan batuannya seperti batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan,
tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu
letusan gunungapi (sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami pengerjaan kembali
(reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder piroklastika atau endapanepiklastika.
http://2.bp.blogspot.com/-x8g4ac0hfos/UlaRob1D-II/AAAAAAAAAE8/bwP_aPQ3oV0/s1600/New+Picture.png -
5/24/2018 Gt
2/23
B. Klasifikasi Penamaan Batuan Piroklastik
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan
piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel 1. Bom gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang
mempunyai struktur-struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku
secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah
struktur kerak roti (bread crust structure). Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi
hal ini sangat tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma yang
dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek puntiran pada saat dilontarkan, sehingga
bentuknya dapat bervariasi. Selain itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik
panas tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga terbentuk struktur
vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya. Bom gunungapi berstruktur vesikuler di
dalamnya berserat kaca dan sifatnya ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya
berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai
hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu gunungapi dengan magma
berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunungapi yang juga berstruktur
vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah
lebah disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya merah, coklat sampai hitam, sifatnya
lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan oleh letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta
relatif encer. Bom gunungapi berwarna hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca,
permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan obsidian. Blok atau bongkah
gunungapi dapat merupakan bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan
sampai hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan demikian blok
dapat merupakan pecahan daripada bom gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di permukaan
tanah/batu. Bom dan blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma secara langsung tersebut
disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan
batuan dinding (batuan gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau
fragmen non-gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
Tabel 1. Klasifikasi batuan piroklastika, Fisher 1966
-
5/24/2018 Gt
3/23
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf kristal dan tuf litik,
apabila komponen yang dominan masing-masing berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tufjuga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku.
Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat juga disebut tuf batuapung atau
tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria,
batulapili batuapung dan batulapili skoria.
Tipe Endapan Piroklastik
Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated)
1. Bom Gunung Api
Bom Gunungapi adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64mm.
Daerah ini sebagian atau semuanya berujud plastik pada waktu tererupsi. Beberapabomb mempunyai
ukuran yang sangat besar.
http://3.bp.blogspot.com/-Kl_cmtLUd9c/UlaSmd3WFnI/AAAAAAAAAFI/AVhHulIYiB8/s1600/New+Picture+(1).png -
5/24/2018 Gt
4/23
2. Blok Gunung Api
Blok Gunung api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosive dari fragmen
batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok-blok ini selalu
menyudut bentuknya atau equidimensional.
3. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuruan
2mm-64mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augti, olivine,
plagioklas.
4. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-1/256mm yang dihasilkan oleh
pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi
karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan
belum terkonsolidasi, ( Endarto, Danang, 2005 ).
Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)
1. Breksi piroklastik
Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh blockblock gunung api yang telah mengalami
konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta mengandung lebih kurang 25 % lapili dan abu.
2. Aglomerat
Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi materialmaterial dengan kandungan yang
didominasi oleh bomb gunung api dimana kandungan lapili dan abu kurang dari 25 %
3. Batu lapilli
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili dengan ukuran 264 mm
4. Tuff
Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi, dengan kandungan abu
mencapai 75 %. Macamnya : tuff lapili, tuff aglomerat, tuff breksi piroklastik ( Endarto, Danang, 2005 ).
Tabel 2. Klasifikasi Tuf (Tuffs/Ash) Schmid, 1981
-
5/24/2018 Gt
5/23
lithic tuff- tuf didominasi oleh fragmen batuan
vitric tuff - tuf didominasi oleh pumis dan fragmen glas vulkanik
crystal tuff - tuf didominasi oleh fragmen kristal
Tabel 3. Classification and nomenclature of pyroclasts and well-sorted pyroclastic deposits based on
clast size (afterSchmid,1981).
Clast size in
mm
Pyroclast
Pyroclastic deposit
Mainly unconsolidated tephraMainly consolidated
pyroclastic rock
> 64 bomb, blockagglomerate bed of blocks or bomb,
block tephra
agglomerate pyroclastic
breccia
64 to 2 lapillus layer, bed of lapilli or lapilli tephra lapilli tuff
2 to 1/16coarse ash
graincoarse ash coarse (ash) tuff
< 1/16 fine ash grain fine ash (dust) fine (ash) tuff
http://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schmhttp://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schmhttp://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schmhttp://2.bp.blogspot.com/-LW-UBlV1K_k/UlaUwYx_8YI/AAAAAAAAAFU/r7tt_v1sWYo/s1600/New+Picture+(2).pnghttp://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schm -
5/24/2018 Gt
6/23
Campuran Piroklastik dan Epiklastik
Tabel 4. Terms to be used for mixed pyroclastic-epiclastic rocks (afterSchmid,1981,).
Average clast size in
mm.
PyroclasticTuffites (mixed pyroclastic-
epiclastic)
Epiclastic (volcanic and/or
nonvolcanic)
> 64
Agglomerate,
pyroclastic
breccia
Tuffaceous conglomerate,
tuffaceous brecciaConglomerate, breccia
64 - 2 Lapilli tuff
2 - 1/16 coarse Tuffaceous sandstone Sandstone
1/16 - 1/256 fine Tuffaceous siltstone Siltstone
< 1/256 Tuffaceous mudstone, shale Mudstone, shale
Amount pyroclastic
material100% to 75% 75% to 25% 25% to 0%
Deskripsi
http://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schmhttp://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schmhttp://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schmhttp://3.bp.blogspot.com/-FBP5EKq37hc/UlaWF3rCXcI/AAAAAAAAAFg/02y-7qySckU/s1600/New+Picture+(3).pnghttp://www.geol.lsu.edu/henry/Geology3041/2IgneousClassify/igclassf.htm#schm -
5/24/2018 Gt
7/23
Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Piroklastik; warna putih; bertekstur ( Welded / Nonwelded); ukuran butir
0.2 - 1 mm; bentuk butiran : menyudutmembundar tanggung; disusun oleh: Lithic, Mineral,
Gelas dan Opak.
Komposisi Mineral:
1. Lithic (20 %) : Berwarna putih, ukuran butir 0.5 - 1 mm, bentuk butiran
membundar tanggung, hadir merata dalam sayatan, sebagai Fragmen.
2. Piroksen (5 %) : Berwarna coklat, ukuran butir 0.3 - 1 mm, bentuk butiran
euhedral, hadir Menyebar dalam sayatan sebagai Fragmen.
3. Kuarsa (10 %): Berwarna putih, ukuran butir 0.2 - 1 mm, bentuk butiran
subhedral, hadir Merata dalam sayatan sebagai Fragmen
4. Gelas (60 %) : Berwarna putih, ukuran butir - mm, bentuk butiran amorf,
hadir merata dalam sayatan sebagai matrik.
5. Opak (5 %) : Berwarna hitam, ukuran butir 0.2 - 1 mm, bentuk butiran
subhedral, hadir setempat-setempat dalam sayatan sebagai fragmen.
Nama Batuan : Vitric Tuff
-
5/24/2018 Gt
8/23
Pengertian
Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi bahan-bahan lepas yang
dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuhan kemudian
mengalami litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es.
Batuan Piroklastik merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil letusan gunungapi dan
langsung dari magma pijar. Piroklastik merupakan fragmen yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan
secara khusus menunjuk pada klastika yang dihasilkan dari magmatisme letusan. Dalam mempelajari
batuan piroklastik kita tidak dapat lepas dari mempelajari bagaimana mekanisme pembentukan dan
karakteristik endapan piroklastik.
Batuan piroklastik berdasarkan mekanisme pembentukannya dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu jatuhan piroklastik, aliran piroklastik dan seruakan (surge) piroklastik. Jatuhan piroklastik
merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui media udara, dan terbentuk setelah material
hasil letusan dikeluarkan dari kawah, menghasilkan suatu kolom erupsi. Aliran piroklastik merupakan
aliran panas berkonsentrasi tinggi, menyusuri permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel
terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik. Seruakan piroklastik adalah piroklastik yang mekanisme
transportasinya secara dihembuskan, disemburkan atau menyeruak secara lateral yang mengangkut
piroklas sepanjang permukaan sebagai kelanjutan dari sistem turbulen, mengandung partikel rendah
dan merupakan dispersi gas dengan bahan padat. Jatuhan, aliran dan seruakan piroklastik ini jika terjadi
pada lingkungan yang berbeda contohnya lingkungan subaerial dan subaqueus akan mempunyai
mekanisme berbeda dan memberikan karakteristik endapan tersendiri.
Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku, apabila batuan beku adalah hasil
pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri
dari kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri
dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan
oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar,
bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir
maupun jenis butirannya.pengamatan petrografi dari batuan piroklastik ini sangat terbatas, oleh karena
itu sangat di anjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari kelompok batuan piroklastik ini harus
dilakukan pengamatan di lapangan, karena keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan
mikroskopi saja. ( Yuwono, 2002)
Tipe 1
-
5/24/2018 Gt
9/23
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang kemudian kering akibat
pengaruh medium udara, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental.Jadi jatuhan
piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
Tipe 2
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke dalam tempat pengendapannya
yaitu di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan
aliran abu yang merupakan onggokan aliranlitifikasi dan membentuk batuan fragmental.
Tipe 3
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu tubuh perairan (baik daratmaupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil, onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan
fragmental.
Tipe 4
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada suatu tubuh perairan yang
arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami litifikasi mengalami rewarking dan dapat bercampur
dengan batuan lain yang dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.
Tipe 5
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian diangkut dan diendapkan
ditempat lain dengan media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan
piroklastik,dengan struktur sediment biasa.
Tipe 6
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi, kemudian diendapkan
kembali ke tempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah batuan sediment dengan propenan
piroklastik.
-
5/24/2018 Gt
10/23
2.2. Tekstur Batuan Piroklastik
Klasifikasi tekstur pada batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan tekstur batuan beku plutonik. Yang
khas pada batuan piroklastik adalah bentuk pada batuan yang runcing yang tajam, yang biasa dikenal
sebagai glass hard atau gelas runcing tajam serta adanya batu apung (pumica).
2.3. Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya struktur batuan beku plutonik , pada batuan piroklastik juga dijumpai struktur
seperti skoriaan, vesikuler, sertaamygdaloidal.
2.4. Jenis Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi
Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang
berukuruan 2mm64mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral
mineral augti, olivine, plagioklas.
Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2mm- 1/256mm yang dihasilkan
oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi
karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan
belum terkonsolidasi,
Bom Gunung Api
Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64mm.
Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar. Sebagai contoh bomb yang berdiameter 5 meter
dengan berat 200kg dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di gunung api
Asama, Jepang pada tahun 1935.
-
5/24/2018 Gt
11/23
Block Gunung Api
Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen
batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu
menyudut bentuknya atau equidimensional.
2.5. Tipe Endapan Piroklastik
Endapan Aliran ( Pyroclastic Flow)
Endapan piroklastik aliran yaitu merupakan jenis material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian
teronggokan di suatu tempat. Hal ini meliputi hot avalanche, glowing avalanche, lava collapse ,hot ashes
avalanche.
Aliran umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500-650C dan temperaturnya cenderung
menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi,
sebab sifat-sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan
morfologi asal dan bagian atasnya datar.
Endapan Surge (Pyroclastic Surge)
Endapan piroklsatik surge merupakan suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang
mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara trubulensi di atas
permukaan. Pada umumnya endapan piroklastik surge ini mempunyai pemilahan yang baik, berbutir
halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai strutur pengendapan primer seperti laminasi dan
perlapisan bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari endapan ini adalah mempunyai struktur
silang siur, melensa dan bersudaut kecil . Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan kristal.
Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall)
Endapan piroklastik jatuhan yaitu merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara .
Endapan ini umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran
bersusun. Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
-
5/24/2018 Gt
12/23
2.6. Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik
Beragam klasifikasi piroklastik telah diusulkan oleh para ahli, yang masing-masing mempunyai dasar
klasifikasi sendiri-sendiri. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka sepakat memberi
nama piroklastik , dari mulai yang paling halus hingga yang sangat kasar, berkisar dari abu hingga bom.Meskipun dasar penamaan adalah ukuran butir , tetapi tetap saja tidak ada keseragaman dalam ukuran
besar butirnya. Salah satu contoh klasifikasi penamaan batuan piroklastik adalah menurut Tunner &
Gilbert, 1954.
Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)
William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir, membagi piroklastik menjadi bom
dan bongkahan apabila ukurannya lebih besar dari 32mm;lapili (4-32mm) dan abu ( 23
Bomb
Block
Block and ashes
Angglomerat
Volcanic Breciass
Tuff Breceiass
4- 32
Lapili
Cinder (vecikuler)
Lapili
Cindey lapili tuft
-4 Coarse Ash Coarse Tuft
-
5/24/2018 Gt
13/23
< Asg or volcanic dust Tuft
Tabel 2.2 Klasifikasi batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)
Ukuran Piroklas
Endapan piroklastik
Tefra (tak terkonsolidasi) Batuanpiroklastik (terkonsolidasi)
> 64 mm Bom, blok
Lapisan bom / blok
Tefra bom atau blok Aglomerat, breksi piroklastik
264 mm Lapili
Lapisan lapili atau
Tefra lapili Batulapili (lapillistone)
1/162 mm Abu/debu kasar Abu kasar Tuf kasar
< 1/16 mm Abu/debu halus Abu/debu halus tuf halus
Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:
Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen gelas, kristal
pirojenik)
Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang sama)
Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
Fragmen:
-
5/24/2018 Gt
14/23
1. Gelas/ Amorf
2. Litik
3. Kristalin
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, mineral dan teksturnya. Namun, yang
paling umum digunakan adalah klasifikasi berdasarkan komposisi mineral dan tekstur.
Material penyusun batuan piroklastik disebut piroklast, dimana material ini dibedakan berdasarkan
ukurannya menjadi :
Bombdiameter >64mm, bentuk retak-retak seperti kerak roti menunjukkan pendinginan cepat.
Blockdiameter >64mm, bentuk angular hingga subangular, menunjukkan terbentuknya setelah dalam
bentuk solid.
Lapillidiameter 64mm hingga 2mm, terdapat dalam segala macam bentuk.
Ashdiameter < 2 mm, dapat dibedakan lagi menjadi coarse ash(2mm -1/16mm) dan fine ash ( 64mm dengan bentuk membundar.
Breksi Piroklastiktersusun atas rata-rata ukuran piroklast > 64 mm, namun bentuknya angular.
Lapili Tufftersusun atas rata-rata ukuran piroklast 264 mm.
-
5/24/2018 Gt
15/23
Tuff atau ash tufftersusun atas ukuran piroklast < 2mm.
2.7 Mekanisme Endapaan Piroklastik
Tekstur dan struktur batuan piroklastik sangat bervariasi dan kompleks, dibandingkan komposisi tephra
yang relatif lebih sederhana. Struktur dan tekstur ini dihasilkan oleh mekanisme pengendapan yang
langsung akibat aktifitas letusan gunungapi. Secara umum, dikenal tiga kelompok mekanisme
pengendapan batuan piroklastik yang menghasilkan tiga jenis endapan yang berbeda. Ketiganya dapat
dibedakan oleh kenampakan dan asosiasi struktur atau teksturnya. Ketiga jenis endapan tersebut
yaitu pyroclatic fall deposit,pyroclatic flow deposit dan pyroclastic surge deposit. (Yuwono, 2002).
2.8 ALTERASI DAN WELDING (PENGELASAN)
Batuan piroklastik rawan terhadap alterasi hidrotermal, terutama apabila pada saat diendapkan masih
bersuhu tinggi, terlebih bila bersentuhan dengan air (laut). Alterasi intensif juga terjadi pada zona di
dekat pusat erupsi. Alterasi pada tufa dan lapili berkomposisi basa akan diawali dengan proses
devitrifikasi yaitu alterasi yang dialami gelas menjadi agregat sangat halus dari material kriptokristalin
berwarna keruh, yang lalu digantikan agregat klorit berwarna kehijauan, tetapi akibat oksidasi akan
berubah warna menjadi kecoklatan. Feldspar akan berubah menjadi kalsit, mineral lempung dan serisit,
sedangkan mineral mafik berubah menjadi serpentin dan klorit. Apabila tufa dan lapili diendapkan
dalam suhu tinggi (misalnya endapan awan panas), kemungkinan akan mengalami proses pengelasan
sehingga membentuk welded tuff atau welded lapilistone yang sangat padat dan sangat mirip dengan
batuan beku aliran lava, baik kenampakan lapangan maupun dibawah mikroskop. (Yuwono, 2002).
2.9 KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK
Penamaan batuan piroklastik menurut Schmid (1981) berdasar ukuran butir piroklas secara deskriptif
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.3. Klasifikasi granulometri dengan piroklas berbutir seragam
Ukuran butir (mm) Piroklas
Endapan piroklastik
Material lepas (tephra) Material memadat (batuan piroklastik)
-
5/24/2018 Gt
16/23
64
2
1/16
Blok, bom Tefra blok, tefra bom Breksi piroklastik, aglomerat
Lapili Tefra lapili Batulapili
Abu kasar Tefra lapili Tufa kasar
Abu halus Tefra halus Tufa halus
Apabila batuan piroklastik terdiri dari campuran berbagai ukuran piroklas, klasifikasi dengan diagram
segitiga (Fischer, 1966) dengan anggota akhir blok atau bom, lapili dan abu yang disajikan pada gambar
1.1.
Gambar 2.1. Penamaan batuan piroklastik berbutir tidak seragam
Batuan piroklastik berbutir halus, baik tufa kasar maupun tufa halus dapat dibedakan berdasarkan jenis
piroklasnya yang dominan. Dengan menggunakan diagram segitiga yang anggota akhirnya gelas (vitrik),
kristal dan batuan (lithik), dikenal nama-nama tufa gelas, tufa lithik/ tufa sela, tufa kristal, tufa gelas-
kristal dan sebagainya.
-
5/24/2018 Gt
17/23
Gambar 2.2. Klasifikasi ash dan tufa menurut jenis piroklas
(Schmid, 1981)
3.10 FASIES GUNUNG API
Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng,
kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney
(1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone,
Proximal Zone, dan Distal Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api,
Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama dengan daerah kaki
serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis tersebut sering menyebut
zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies.
beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie,
-
5/24/2018 Gt
18/23
Gambar 2.3. Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan
fasies distal
Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan
Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, Fasies gunung api dan aplikasinya (S. Bronto) 61 yaitu
Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan Distal Facies. Fasies sentral terletak di bagian
puncak atau pusat erupsi, fasies proksimal pada lereng atas dan fasies medial di lereng bawah. Fasies
distal terletak di kaki dan dataran di sekeliling gunung api, di antaranya dataran di latar depan gunung
api.
Gambar 2.4 Pembagian fasies gunung api pada gunung api aktif masa kini
Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api
pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifi kasi
berdasarkan data:
http://elangnaga.files.wordpress.com/2014/01/piroklastik.pnghttp://elangnaga.files.wordpress.com/2014/01/piroklastik.png -
5/24/2018 Gt
19/23
1. inderaja dan geomorfologi,
2. stratigrafi batuan gunung api,
3. vulkanologi fisik,
4. struktur geologi, serta
5. petrologi-geokimia.
-
5/24/2018 Gt
20/23
Batuan piroklastikadalah batuan yg bersifat klastik (lepas-lepas) hasil dari erupsi suatu gunungapi
yang langsung terendapkan. Penamaan batuan piroklastik berdasarkan besar butir (Schmid, 1981),
yaitu:
(tabel
darihttp://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rock)
Erupsi gunungapi yang eksplosif menghasilkan tiga macam endapan piroklastik, yaitu:
1. piroklastik jatuhan (fall),2. piroklastik aliran (flow), dan3. piroklastik surge.
Mekanisme erupsi eksplosif yang terjadi disebabkan oleh erupsi magmatis, preato magmatis, danpreatik. Piroklastik jatuhan mempunyai ketebalan endapan yang sama, sementara piroklastik aliran
akan menebal pada cekungan dan piroklasktik surgeadalah gabungan keduanya.
(Gambar hubungan geometri endapan piroklastik
(Wright, Smith dan Self, 1980))
1. Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik terjadi akibat letusan gunungapi yang eksplosif. Pada erupsi preatik,
abu gunungapi tidak sebanyak pada erupsi magmatis. Ketebalan endapan piroklastik jatuhan relatif
seragam dengan pemilahan yang baik, akibat proses fraksinasi oleh angin saat pengendapannya.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rockhttp://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rockhttp://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rockhttp://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/geometri.jpghttp://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/classification.jpghttp://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/geometri.jpghttp://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/classification.jpghttp://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rock -
5/24/2018 Gt
21/23
2. Piroklastik aliran (f low)
Endapan piroklastik ini terjadi ketika abu panas, fragmen batuan dan gas yang bergerak ke bawah
dari pusat erupsi eksplosif sebagai longsoran berkecepatan tinggi ketika ada bagian kubah lereng
gunungapi yang roboh, sehingga menghasilkan suatu aliran piroklastik dengan suhu tinggi (sekitar
8000) dan kecepatan 65-100 km/jam. Aliran piroklastik umumnya terdiri dari 3 jenis utama, yaitu:
endapan aliran bongkah dan abu, endapan aliran scoria dan endapan aliran batuapung atau
ignimbrite (welded tuff).
(Gambar mekanisme terjadinya aliran piroklastik (modifikasi dari Cas dan Wright, 1988)
3. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge umumnya terjadi akibat dari suatu letusan gunungapi, yang temudian
teralirkan (mekanisme gabungan antara jatuhan piroklastik dan aliran piroklastik). Endapan ini
berasosiasi dengan erupsi preatomagmatik dan preatik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik.
Endapan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu base surge, graund surge dan ash clound surge.
http://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/mekanisme-piroklastik-cas-wright-1980.jpg -
5/24/2018 Gt
22/23
(Gambar skema pengendapan piroklastik (Walker,1983))
http://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/skema.jpg -
5/24/2018 Gt
23/23
(Gambar struktur endapan piroklastik (Fischer dan Schminke, 1984))
http://ceritageologi.files.wordpress.com/2013/01/struktur-piroklastik.jpg