GREEN CITY.docx

9
GREEN CITY Kota Hijau atau bisa disebut Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan kota yang sehat. Artinya ada keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait. Kriteria konsep Green City: 1.Pembangunan kota harus sesuai peraturan UU yang berlaku, seperti UU 24/2007: Penanggulangan Bencana (Kota hijau harus menjadi kota waspada bencana), UU 26/2007: Penataan Ruang, UU 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dll. 2.Konsep Zero Waste (Pengolahan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang). 3.Konsep Zero Run-off (Semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam tanah, konsep ekodrainase). 4.Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda). 5. Transportasi Hijau (penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor - berjalan kaki, bersepeda, delman/dokar/andong, becak. 6.Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20%, RTH Privat 10%) 7. Bangunan Hijau

Transcript of GREEN CITY.docx

GREEN CITYKota Hijau atau bisa disebut Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan kota yang sehat. Artinya ada keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait.

Kriteria konsep Green City: 1. Pembangunan kota harus sesuai peraturan UU yang berlaku, seperti UU 24/2007: Penanggulangan Bencana (Kota hijau harus menjadi kota waspada bencana), UU 26/2007: Penataan Ruang, UU 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dll.2. Konsep Zero Waste (Pengolahan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang).3. Konsep Zero Run-off (Semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam tanah, konsep ekodrainase).4. Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda).5. Transportasi Hijau (penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor - berjalan kaki, bersepeda, delman/dokar/andong, becak.6. Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20%, RTH Privat 10%) 7. Bangunan Hijau8. Partisispasi Masyarakat (Komunitas Hijau).

Dengan konsep Green City krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan, apabila kita mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran.

Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota. Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama yaitu:1. konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi. 2. konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum.3. konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau.4. konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku.5. konsep taman tadah hujan (rain garden). Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban Landscape). Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive. Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island.

Bukan hal yang tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu Dhabi dengan Urban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia yang beriklim tropis.

Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan lingkugan lainnya.

Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiaptiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda. Disamping itu, penerapannya saat ini kebanyakan pelaksanaan penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra penghijauan asal jadi tanpa melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari penghijauan.KONSEP ZERO WASTEZero Waste is a goal that is ethical, economical, efficient and visionary, to guide people in changing their lifestyles and practices to emulate sustainable natural cycles, where all discarded materials are designed to become resources for others to use. (Zero Waste International Alliance, 2004)

GARDEN CITYSejarah garden cityKonsep Garden City (Kota Taman) yang dicetuskan oleh Ebenezer Howard. Melalui paradigma yang mengarah pada terciptanya lingkungan fisik dan sosial yang ideal diharapkan konsep tersebut dapat menjaga kelangsungan hidup masyarakat kota dan hubungannya dengan alam. (Catanese dan Snyder, 1996: 16; Zahnd, 1999: 37; Clark, 2003: 87). Konsep Garden City kemudian memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan perencanaan kota modern di dunia. Seperti yang dikatakan oleh Mumford yang dikutip oleh Clark (2003: 87) bahwa: Garden Cities of Tomorrow, has done more than any other single book to guide the modern town planning movements and to alter its objectives. (Mumford dalam Clark, 2003: 87)

Jepang menjadi salah satu Negara yang telah turut mengimplementasikan konsep Garden City dalam sejarah perencanaan kotanya. Dimulai pada tahun 1868 ketika terjadi Restorasi Meiji yang membawa Jepang kepada masa pembaratan (westernization) dan modernisasi (modernisation) setelah lebih dari 200 tahun terisolasi pada masa Tokugawa, industrialisasi yang telah masuk ke Jepang dengan cepat merubah strukur kegiatan negara tersebut dari pertanian menjadi industri. Urbanisasi kemudian terjadi ke kota-kota industri di Jepang. Hal tersebut merubah bentuk keruangan kota yang semakin padat dan pada akhirnya meluas ke arah area suburban. Tokyo sebagai ibukota negara sekaligus pusat ekonomi mengalami peningkatan jumlah penduduk dari 1,4 juta menjadi 3,7 juta jiwa selama kurun waktu 40 tahun (1880 s.d 1920) (Allinson, 1979: 19).

Konsep Garden City kemudian masuk ke Jepang pada tahun 1905. Tahun 1907 pemerintah Jepang menerbitkan buku yang berjudul Denen Toshi sebagai interpretasi dari terminologi Garden City. Hingga kemudian kota Garden City pertama di Jepang, Denenchofu, dibangun pada tahun 1918. (Sorensen, 2002: 137; Oshima, 1996: 142). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisa bentuk implementasi konsep Garden City di Jepang melalui sejarah dan bentuk perencanaan kota yang telah dibangun. Catanese dan Snyder (1996:2) berargumen bahwa perencanaan kota biasanya menghadapi kondisi fisik, ekonomi, sosial, dan politik yang membudaya sejak lama sehingga sejarah menjadi penting untuk mengetahui kecenderungan perubahan dan pertumbuhan yang terjadi agar dapat memelihara kondisi yang ada ataupun memperbaikinya. Oleh karena itu, seperti yang diungkapkan oleh Watanabe dalam Ward (1992: 69), bahwa sangat penting untuk mengetahui proses sebuah konsep perencanaan diterapkan pada sebuah negara. Proses tersebut dapat memperlihatkan bagaimana sebuah konsep dipahami secara benar, atau terdapat perbedaan kepemahaman, atau bahkan telah diubah, diasimilasikan, dimodifikasi, dan bahkan dihilangkan sepenuhnya dari konsep aslinya menuju konsep baru.

Garden City merupakan salah satu konsep perencanaan kota yang berupaya menjadi solusi bagi permasalahan kota akibat perkembangan industrialisasi dan kapitalisme. Jepang sebagai salah satu negara yang mengimplementasikan konsep tersebut pada awal mula perkembangannya, secara konseptual maupun prinsip-prinsip perencanaan, tentu tidak terlepas dari kondisi sejarah Jepang, baik sejarah umum maupun terkait dengan sejarah perencanaan kotanya. Melalui sebuah uraian sejarah penelitian ini diharapkan mampu memperlihatkan mengapa dan bagaimana konsep Garden City diterapkan di Jepang. Sejarah penerapan konsep Garden City dan deskripsi dari contoh kota di Jepang.

Konsep Garden City Berdasarkan uraian Ebenezer Howard dalam Garden Cities of Tomorrow (1946 dan 1967) terdapat 2 karakteristik utama dalam konsep Garden City yaitu karakter fisik dan karakter sosial. Karakter fisik digambarkan dengan diagram-diagram magnet kota-desa (The Town-Country Magnet) yang terdiri dari The Three Magnets (Tiga Magnet), The Garden City (Kota Taman), Garden City Centre(Pusat Kota Taman), Satellite Centers (Pusat-pusat Satelit), dan Polycentric Social City. Sedangkan karakter sosial muncul pada intrepretasi masing-masing gambar dan uraian Howard dalam bukunya yang kemudian disebut prinsip-prinsip kota sosial (Social Cities).

Dengan dasar pengetahuan mengenai perencanaan kota, konsep Garden City sebagai sebuah perencanaan kota baru kemudian dijabarkan ke dalam beberapa prinsip yaitu: 1. Derajat prinsip yang membentuk kota baru sebagai kota yang mandiri tidak bergantung pada kota utama baik secara fisik (sarana prasarana) maupun sosio-ekonomi yaitu self containment (self contained-self sufficient); 2. Perbedaan pola penggunaan lahan; 3. Tingkat keseimbangan komunitas; 4. Derajat pengelolaan kota (self government); 5. Ukuran/luasan kota.

Penjabaran tersebut kemudian dipertegas ke dalam bentuk yang akan dilihat dalam implementasi Garden City di Jepang:1. Keterkaitan Kota Utama dengan Garden City yang mengarah pada prinsip self contained-self sufficient; 2. Prinsip penggunaan lahan dan desain tapak kawasan; 3. Perkembangan penduduk dan ciri komunitas.

Konsep garden city yang terdapat di negara Eropa sepert Inggris, Belanda, Jerman, dan sekitarnya dikenal dengan nama urban park system. Urban park system atau taman-taman publik yang berada di Eropa adalah perkembangan daripada The English Landscape Gardening yang saat itu sangat berkembang pesat. Karena dari sudut desainnya sangat cocok dengan kebutuhan manusia dalam menuju peningkatan kualitas lingkungan permukiman khususnya setelah masa dimana udara kota dirusak oleh era industri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perkembangan konsep-konsep kota bagian barat tersebut merupakan perkembangan dari konsep taman gaya inggris yang tengah memasuki kota sebagai bagian penerapan desainnya.

Secara garis besar, konsep Indische Tropische Park ini mengandung komponen sebagai berikut:1. Merupakan tipe taman terbuka. Sehingga warga kota dapat memasuki dan berjalan-jalan di dalam taman. Taman bunga merupakan oase dalam kota.2. Taman terbuka mempunyai keuntungan dibanding taman tertutup. Menurut Bandung Vooruit, taman harus menjadi wahana efektif guna mengakrabkan kehidupan warga kota dengan alam.3. Flora tropis adalah ciri dari Indische Park. Sejauh itu, bangunan dan perlengkapan taman yang terbuat dari besi, batu bata, semen, dan kayu harus dibatasi pemakaiannya. Pembatasan ini dimakasudkan untuk menjaga agar taman tetap mengungkapkan wajah alamiah.

Garden city of to marrow to Ebenhenzer HowardEbenhezer HowardWarga negara Inggris yang hidjrah ke Amerika, tertarik akan isu-isu sosial dan kemudia kembali ke Inggris. Pada tahun 1898 menghasilkan sebuah buku kontroversi berjudul To-Morrow: A Peaceful Path to Real Reform yang menceritakan konsep kota taman atau garden city-nya yang terkenal itu.

Garden city of tomorrow Sebuah konsep perencanaan kota dengan memiliki cakupan wilayah sekitar 1.000 acre dimana setiap fungsi lahan disusun sedemikian rupa sehingga tetap berfungsi tanpa mengganggu satu sama lain terutama tidak membahayakan lingkungan mengingat sebagian besar diselubungi oleh fungsi-fungsi hijau seperti taman,pertanian dan lain-lain. Lingkaran garden citynya Ebenezer Howard, disisi ini dapat dilihat bahwa terdapat pembagian kavling-kavling permukiman, dan fungsi-fungsi industri diletakkan terpisah. Pembagian kavling diselingi dengan taman-taman dan jalan-jalan besar. Konsep dasar pembagian perletakkan fungsi-fungsi lahan, membagi suatu wilayah dengan berdasarkan sebuah pertanyaan mau kemanakah orang-orang akan pergi?

Tujuan Garden City Untuk menjaga kelangsungan kehidupan dari kombinasi antara kota dan pedesaan yang sehat, natural dan mapan ekonomi Dalam tujuannya ini Howard memandang mesin-mesin industri merupakan sektor yang penting dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu dia menempatkan fungsi-fungsi industri dalam perencanaan kotanya. Industri dan pertanian saling berdampingan di kota ini.