Upaya pemerintah RI untuk mempersempit ruang gerak kejahatan kehutanan
Gps Untuk Kehutanan
-
Upload
afrinda-dara-kartikasari -
Category
Documents
-
view
164 -
download
22
description
Transcript of Gps Untuk Kehutanan
Aplikasi GPS Dalam Bidang Kehutanan
Dr. Hasanuddin Z. AbidinKelompok Keilmuan Geodesi ITB
Jl. Ganesha 10, Bandung 40132, [email protected]
PERANAN GPS UNTUK KEHUTANAN
Penentuan jaring titik-titik kontrol untuk keperluan pemetaan hutan.Penentuan batas hutan atau batas antar sub-sistem hutan.Navigasi dan pemantauan personil dan kendaraan kehutanan.Pembangunan dan aplikasi dari SIG-Kehutanan.Pemetaan jalan-jalan kehutanan.Pemantauan kebakaran hutan.
GPS akan punya peran yang cukup besar dalam bidang Kehutanan, yaitu antara lain untuk :
Hasanuddin Z. Abidin, 1998
PENENTUAN POSISI DENGAN GPS
Survey
Absolut Diferensial
Post-processing Real-Time
Statik
Pseudo- kinematik
Kinematik
Stop-and-Go
Statik Singkat
Navigasi
AbsolutDiferensial
Carrier Phase(RTK)
Pseudorange(DGPS)
Survei GPS real-timeNavigasi berketelitian tinggi
Metode-Metode Penentuan Posisi Dengan GPS
Aplikasi GPS dalam bidang kehutanan akan menggunakan lebih dari satu metode.
KawasanHutan
PEMBANGUNAN JARING KONTROL GEODETIK KEHUTANAN
Hasanuddin Z. Abidin, 1999
Berbasiskan metode survei statik GPS.Jarak antar titik sekitar 10 -20 km.Terikat ke Jaring Kerangka Dasar Geodetik Nasional (KDGN) atau Jaring Kerangka DasarKadastral Nasional (KDKN).Merupakan titik-titik acuan bagi aktivitas pengukuhan,pemetaan, maupunpengelolaan hutan.
-
e
90
P riode
< 1980
1980
> 1990a
-
-
- -
u
r
Titik Kontrol Nasional(yang ada)
Titik Triang lasi
+ Titik Titik Doppler
+ Titik Titik GPS(Ke angka Dasar Geodetik
N sional), Orde 0 dan Orde 1
•
-
-
u
•• arkan
•
(EDM, Theodolith T2)
Titik Kontrol Kehutanan(yang digunakan)
Titik TriangulasiTitik MTitik TriangulasiTitik Markan+ Jaring Titik Kontrol Keh tananTitik titik Terestris
Titik titik GPS (sejak 19 93);jarak antar titik sekitar 20 km.
•
•
Perkembangan Jaring Titik KontrolKehutanan Indonesiadisarikan dari [Soetardjo, 1999].
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
A
B
C
KawasanHutan
PENENTUAN/REKONSTRUKSI TITIK-TITIK BATAS KEHUTANAN
Hasanuddin Z. Abidin, 1999
Berbasiskan metode survei GPS berdurasi pendek :statik singkat atau pseudokinematik.Jarak antar titik disesuaikan keperluan.Terikat ke jaring titik kontrol kehutanan.Kendala utama : obstraksi sinyal oleh rerimbunanpohon.Perlu memanfaatkansistem integrasiGPS/Total Station.
Periode PeraturanPerundang-undangan Alat
< 1960• Penunjukan : GB,ZB• Berita Acara Titik Batas
tidak seragam
BTM(Boussole Tranche Montagne)
1967 • UU No. 5 th. 19671970 • PP No. 33 th. 1970
1974 • SK Dirjen Kehutanan No. 85/KPTS/DJ/I/1974
1983 • Jo. No. 102/KPTS/DJ/I/83
BTM/T0
1990 lKepmenhut No. 399
lSK Dirjen INTAG No. 151T0/Theodolith/Total Station
1996 lKEPMENHUT No. 6341997 lKep. Dirjen : Juknis
+ ikatan ke titik GPS
•••
•
Perkembangan Pengukuhan/PenataanBatas Kehutanan Indonesia
disarikan dari [Soetardjo, 1999].
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
Titik Kontrol
d1 Posisi titik-titik batas TB-i
telah diketahui/ditentukan. Pada setiap titik, jarak dan arah
(di,α i) ketitik berikutnya ditampilkan pada layar tampilan receiver GPS.
Navigasi way-point dengan GPS
α1
d2
α2
α3 d3
Utara TB-1
TB-2
TB-3
TB-n
PENCARIAN / PEREKONSTRUKSIAN TITIK-TITIK BATAS KEHUTANAN
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
Titik A, B dan C ditentukankoordinatnya dengan metode survei GPS
Asimut dihitung darikoordinat titik-titik A, B dan C
A
B
C Utara
Titik A, B dan C ditentukankoordinatnya dengan metode survei GPS
Asimut dihitung darikoordinat titik-titik A, B dan C
A
B
C Utara
Penentuan Asimut Dengan GPS
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
• DENGAN BANTUAN SATELIT INDERAJA (REMOTE SENSING)
• SURVEI FOTOGRAMETRIS• SURVEI TERESTRIS
Pemetaan Hutan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu antara lain :
GPS punya peran yang cukup penting untuksetiap metode di atas.
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
PEMETAAN HUTAN
• Forest Management Plans • Timber Sales • Estate Planning • Mortgages and liens • Hunting Leases • Wetland Delineation • Acreage Determination • Riparian River Buffers • Endangered Species • Timber Theft
MANFAAT PEMETAAN HUTAN
www.rawlingsforestry.com/services/mapping.html
GPS and GIS Mapping may be beneficial for:
Contoh : Forest Management Map
www.rawlingsforestry.com/services/mapping.html
• Pengadaan titik kontrol tanah untuk koreksi geometrik.
• Proses klasifikasi dan klarifikasi bagi kandungan informasi kehutanan yang nampak pada citra tersebut.
PERAN GPS DALAM PEMETAAN HUTANDENGAN BANTUAN SATELIT INDERAJA
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
Untuk keperluan di atas ketelitian posisi yangdituntut tergantung pada resolusi piksel sertaskala citra yang bersangkutan
Umumnya tidak terlalu tinggi.
GPS – Inderaja – Kehutanan
Ground truthing menggunakan receiver GPS tipe navigasiberketelitian (posisi horisontal) sekitar 5 m sudah memadai.
• Pengadaan titik kontrol tanah
• Navigasi pesawatsaat pemotretan
• Penentuan pusateksposure kamera
Satelit GPS
PERAN GPS DALAM PEMETAAN HUTANSECARA FOTOGRAMETRIS
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
A forest inventory is the measurement and tally of forest products such as timber, pine straw, and lighter stumps. Most inventories are referenced by the percentage of land area on which the forest product was sampled. A 100% inventory indicates that each and every tree is measured while a 10% inventory means the trees on 10% of the land area are measured with the volume expanded mathematically to cover the entire area.
A forest inventory may be required for:• Timber sales • Forest management plans
• Estate planning • Estate valuations • Mortgages and liens
GPS and Forest Inventory
www.rawlingsforestry.com/services/mapping.html
Antena GPS
Koordinat tempat alat berdiri ditentukan dengan GPS
LPS (Laser Positioning System) mengukur jarak (d), beda tinggi (Δh) dan asimut (A)
Koordinat pohon dihitung dengan menggunakan koordinat tempat alat berdiri dan data ukuran LPS.
LPS
Controller
A
d, Δh
Dengan pengukuran ke beberapatitik pada batang pohon, diameter batang dan tinggi pohon dapat diestimasi
PERAN GPS/LPS DALAMINVENTARISASI DATA KEHUTANAN
Hasanuddin Z. Abidin , 2000
GPS-derived 3D Forest Map
Dominy and Duncan (2001)
Penentuan posisi titik-titik batas blok dan petak,Rekonstruksi tata batas, Pemetaan enclave dalam areal petak,Pendugaan luas petak dan luas tanaman HTI,Penentuan posisi fasilitas pendukungdan obyek vital,Pemetaan jaringan jalan.
PERAN GPS DALAM PEMBANGUNANHUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI)
Hasanuddin Z. Abidin, 2000
0
2
4
6
8
10
0 50 100 150 200
Perbedaan Luas Petak (%)Poligon vs GPS (Navigasi)
Luas petak (ha)
Perb
edaa
n (%
)
Ref. : [Natadiwirya dan Gunawan, 1999].
LUAS PETAK HTI GPS ABSOLUT vs. POLIGON
Hasanuddin Z. Abidin , 2000
GPS untuk SIG-Kehutanan
GPS UNTUK GROUND TRUTHING GPS SEBAGAI
PENGKORELASI DATA
GPS SEBAGAI PENDIJITASI BUMI
GPS MEMBAWA SIG KE LAPANGAN
GPS UNTUK PEMANGGILAN DATA DAN ANALISA
Hasanuddin Z. Abidin , 1998
INVENTARISASI & PEMETAAN JALAN KEHUTANAN
Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Menggunakan Inventory ITS
SatelitGPS
Receiver GPSOnboarddata logger& map display
Kamera video/dijitaluntuk pengumpulan data
Kendaraan umumnya berdiri sendiri.Pencatatan waktu pengambilan data.Pencatatan koordinat dari data.Jalur komunikasi data (mungkin).Basis data di kendaraan.
Tergantung kondisi medan kendaraan survei bisa disesuaikan (motor, kuda, jalan kaki)
Pencarian (rekonstruksi) lokasi di lapangan dari hot spots (titik-titik kebakaran hutan) yang teridentifikasi pada citra satelit inderaja,Pendelinasian kawasan kebakaran hutan dengan menggunakan pesawat.Pemanduan pesawat dalam menjatuhkan 'bom-bom air' pada titik-titik kebakaran hutan,Pemanduan (navigasi) personil ke kawasan kebakaran hutan, dan Pemanduan personil dan penduduk dalam proses evakuasi dari kawasan kebakaran hutan.
GPS & KEBAKARAN HUTAN
Hasanuddin Z. Abidin , 2000
Lokasi Hotspots, 1 Oktober 2006
http://earthobservatory.nasa.gov/NaturalHazards/
CATATAN PENUTUPPEMAKAIAN GPS
DALAM SEKTOR KEHUTANAN
1. Kombinasikan GPS danTotal Station atau LPS
2. Gunakan receiver yangjuga mengamati GLONASS
3. Gunakan receiver GPS/GLONASS yangsensitivitas penerimaansinyalnya tinggi.
4. Gunakan peralatan untuk meninggikan antena.
Hasanuddin Z. Abidin, 2006