Gogo Referat Mitral Stenosis

37
Referat Mitral Stenosis Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 1

description

mitral

Transcript of Gogo Referat Mitral Stenosis

Referat Mitral Stenosis

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 1

Referat Mitral Stenosis

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan pembuatan

Referat yang berjudul “STENOSIS MITRAL” salah satu syarat dalam melaksanakan

kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam

RSPAD Gatot Soebroto.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr.Hendarmin,Sp.PD, selaku pembimbing dalam pembuatan referat ini dan berbagai

pihak yang telah membantu pembuatan referat ini. Tidak lupa pula penulis

mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah membantu baik moril

maupun materiil sehingga terselesaikannya referat ini.

Penulis menyadari bahwa dakam penyusunan referat ini banyak terdapat kekurangan

dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca.

Semoga Referat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya.

Jakarta, 20 february 2008

Penyusun

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 2

Referat Mitral Stenosis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………… 5

1.2. Tujuan ………………………………………………………… 6

BAB II. TINJUAN PUSTAKA ………………………………………… 3

II.1. Definisi ………………………………………………………… 7

II.2. Epidemiologi ………………………………………………… 8

II.3. Anatomi ………………………………………………………… 8

II.4. Etiologi ………………………………………………………… 10

II.5.Patogenesis………………………………………………………… 12

II.6. Gambaran Klinis ………………………………………………… 14

II.7. Diagnosis ………………………………………………………… 16

II.8 Pemeriksaan penunjang ………………………………………… 20

II.9. Penatalaksanaan …………………………………………………. 25

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 33

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 3

Referat Mitral Stenosis

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

STENOSIS MITRAL

Disusun oleh :

Goher Malik (071.2002.0047)

FK UPH JAKARTA

Telah disetujui pada tanggal :

Dipresentasikan pada tanggal :

Pembimbing :

Dr. H. Hendarmin Syafei, Sp.JP

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 4

Referat Mitral Stenosis

Bab I

A. Latar Belakang

Stenosis mitral merupakan kasus yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-

hari terutama diluar negri. Sebagaimana diketahui stenosis mitral paling sering di

sebabkan oleh penyakit jantung reumatik yang mengambarkan tingkat sosial ekonomi

yang rendah. Oleh karena itu di negara maju seperti Amerika penyakit in sudah sangat

jarang ditemukan, walaupun ada kecendrungan meningkat karena meningkatnya

jumlah penduduk dengan kasus infeksi sterptokokus yang resisten, sedangkam di

Indonesia kasus baru cenderung menurun namun kasus baru mitral stenosis banyak

ditemukan. Kasus mitral stenosis memang terlihat pada orang-orang dengan umur

yang lebih tua dan biasanya dengan penyakit penyerta yang lain, baik kardiovaskuler

atau penyakit non kardoivaskuler sehingga merupakan tantangan tersendiri bagi ahli

medik.

Dengan berkembangan di bidang ekokardiografi diagnosa stenosis mitral, dan derajat

berat ringan penyakit serta efek terhadap hipertensi pulmonal sudah dapat diambil

ahli oleh EKG yang sebelumnya hanya dapat dilakukan dengan prosedur invasif

kateterisasi. 2.1

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 5

Referat Mitral Stenosis

B.TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui dan memahami tentang stenosis mitral, meliputi

definisi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan,

dan prognosisnya.

2. TUJUAN KHUSUS

- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinis Ilmu Penyakit Dalam

di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

- Sebagai prasyarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinis Ilmu Penyakit

Dalam di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 6

Referat Mitral Stenosis

Bab II

Daftar pustaka

Definisi

Stenosis mitral adalah suatu penyempitan jalan aliran darah dari atrium kiri ke

ventrikel kiri. Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan

tepat dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup

mitral menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati jantung.

Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta

gejala penyerta yang lainnya. 1.2

Gambar 12.1

Epidemiologi

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 7

Referat Mitral Stenosis

Di negara-negara maju, insidens dari stenosis mitral telah menurun karena

berkurangnya kasus demam rematik sedangkan di negara-negara yang belum

berkembang cenderung meningkat. Katup mitral adalah katup jantung yang paling

banyak terkena pada pasien dengan penyakit jantung reumatik. Gejala dapat pula

nampak sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal. Mitral stenosis kongenital

lebih sering sebagai bagian dari deformitas jantung kompleks.

Angka yang pasti tidak diketahui namun dari pola etiologi penyakit jantung di

poliklinik Rumah Sakit Mohammad Hosein Palembang selama 5 tahun (1990-1994 )

didapatkan angka 13.94 % dengan penyakit jantung katup. Katup mitral adalah katup

jantung yang paling banyak terkena pada pasien dengan penyakit jantung reumatik.

Dua pertiga pasien kelainan ini adalah wanita. Gejala biasanya timbul antara umur 20

sampai 50 tahun. 3

Anatomi

Jantung terletak dalam mediastinum dirongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru.

Perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan; lapisan dalam disebut

pericardium viseralis dan lapisan luar disebut pericardium parietalis. Jantung sendiri

terdiri atas tiga lapisan; lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah merupakan

lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan

endotel disebut endokardium. Ruangan jantung bagian atas, atrium, secara anatomi

terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah atau ventrikel, oleh suatu annulus

fibrosus. Keempat katup jantung terletak dalam cincin ini.

Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri, yang

memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih ke peredaran

darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran

darah secara anatomi; vena kava, atrium kanan, ventrikal kanan, arteri pulmonalis,

paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler,

venula, vena, vena kava4.1.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 8

Referat Mitral Stenosis

Gambar.6..1

B. JANTUNG DAN KATUP

Jantung adalah sebuah pompa muskuler yang memiliki empat katup, yang terbuka dan

tertutup untuk menjaga agar darah mengalir pada arah yang tepat. Katup mitral

menghubungkan atrium kiri dengan ventrikel kiri.

Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang

melintasi katup-katup tersebut. Katup normal memiliki dua ciri aliran yang kritis

aliran searah dan aliran yang tidak dihalangi. Katup akan terbuka jika tekanan dalam

ruang jantung di proksimal katup lebih besar dari tekanan dalam ruang atau pembuluh

di sebelah distal katup. Daun katup sedemikian responsifnya sehingga perbedaan

tekanan yang kecil (kurang dari 1 mmHg) antara dua ruang jantung sudah mampu

membuka dan menutup daun katup tersebut.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 9

Referat Mitral Stenosis

Katup yang terserang penyakit dapat menimbulkan dua jenis gangguan fungsional:

Gambar.6.2

(1) Stenosis katup-lubang katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah

mengalami hambatan. Insufisiensi dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu

katup, dikenal sebagai “lesi campuran” atau sendiri-sendiri. Mitral stenosis adalah

suatu“lesi murni”.

(2) Insufisiensi katup-daun katup tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah

dapat mengalir balik (sinonim adalah regurgitasi katup dan inkompetensi katup)4.2

Etiologi

Secara etiologis stenosis mitral dapat dibagi atas reumatik (lebih dari 90%) dan non

reumatik.

Stenosis mitral reumatik berawal dari demam reumatik, suatu peradangan non

supuratif pada berbagai jaringan tubuh dengan berbagai manifestasinya, misalnya

karditis.

Di negara yang sedang berkembang (termasuk indonesia) manifestasi stenosis mitral

sebagian terjadi pada usia dibawah 20 tahun yang disebut sebagai JUVENILE

MITRAL STENOSIS yang jarang ditemukan pada negara-negara maju. 5.1

Patofisiologi

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 10

Referat Mitral Stenosis

Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2 bila area orifisium

berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrim kiri berupa peningkatan

tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral

yang kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2.

Pada tahap ini dibutuhkan suatu tekanan sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan

cardiac output yang normal, atau aliran normal melalui katup sempit. Gradien

transmitral merupakan hall mark stenosis mitral selain luasnya area katup mitral,

sebagai akibatnya kenaikan tekanan atrium kiri akan diteruskan ke vena pulmonalis

dan seterusnya mengakibatkan kongesti paru serta keluhan sesak.

Derajat berat ringanya stenosis mirtal, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat

juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu

antara penutupan katup aorta dengan kejadian opening snap.

Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai berikut:

1. minimal :bila area >2.5 cm2

2. ringan :bila area 1.4-2.5 cm2

3. sedang :bila area 1-1.4 cm2

4.berat :bila area <1.0 cm2

5. reaktif :bila area <1.0 cm2

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 11

Referat Mitral Stenosis

Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup mitral

menurun sampai seperdua normal ( <2- 2.5 cm2 ). Hubungan antara gradien dan

luasnya area katup serta waktu pembukaan katup.

Derajat

Stenosis

A2-OS Interval Area Gradien

Ringan

Sedang

Berat

> 110 msec

80-110 msec

<80 msec

> 1.5 cm2

> 1dan < 1.5 cm2

< 1 cm2

< 5mmHg

5-10 mmHg

> 10 mmHg

Derajat

Stenosis

A2-OS Interval Area Gradien

Patogenesis

Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu dan penyakit seumur

hidup. Merupakan penyakit “ disease of plateaus” yang pada mulanya hanya ditemui

tanda dari stenosis mitral yang kemudian dengan kurun waktu (10-20 th ) akan diikuti

dengan keluhan, fibrilasi atrium dan akhirnya oleh ikuti oleh disabilitas.

Luas normal orifisium katup mitral adalah 4-6 cm2. Ketika daerah orifisium ini

berkurang hingga 2 cm2 maka akan terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang

dibutuhkan agar aliran transmitral tetap normal. Mitral stenosis yang parah terjadi

ketika pembukaan katup mitral menjadi 1 cm2. Pada tahap ini dibutuhkan tekanan

atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal.

Mitral stenosis menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase

diastolic ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan

curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk

mendorong darah melampaui katup yang menyempit.

Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan memompa darah.

Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai faktor yang membantu

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 12

Referat Mitral Stenosis

pengisian ventrikel. Dilatasi atrium kiri terjadi oleh karena volume atrium kiri

meningkat karena ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal.

Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke dalam

pembuluh paru-paru. Tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler meningkat,

akibatnya terjadi kongesti paru-paru, mulai dari kongesti vena yang ringan sampai

edema interstitial yang kadang-kadang disertai transudasi dalam alveoli.

Pada akhirnya, tekanan arteria pulmonalis harus meningkat sebagai akibat dari

resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respon ini memastikan gradient tekanan

yang memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh paru-paru. Akan tetapi,

hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria

pulmonalis. Ventrikel kanan memberi respons terhadap peningkatan beban tekanan ini

dengan cara hipertrofi.

Lama kelamaan hipertrofi ini akan dikuti oleh dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi

ventrikel kanan ini terlihat pada foto jantung pada posisi lateral dan posisi PA.

Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan mempengaruhi fungsi katup trikuspid.

Katup ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan mengalami kegagalan,

maka darah yang mengalir ke paru berkurang. Dilatasi ventrikel kanan akan

bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya insufisisiensi katup trikuspid semakin

besar. 2.2

.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 13

Referat Mitral Stenosis

Gambar6.3

MANIFESTASI KLINIS

Riwayat

Banyak pasien dengan stenosis biasanya bebas keluhan, tetapi biasanya

keluhan utama berupa sesak napas,. Pada stenosis mitral yang bermakna dapat

mengalami sesak pada aktivitas sehari-hari. Paroksismal nokturnal dispnea,

ortopnea atau edema paru yang tegas dapat terjadi pada stenosis mitral lanjut.

Hal ini akan dicetuskan oleh berbagai keadaan meningkatnya aliran darah

melalui mitral atau menurunnya waktu pengisian diastole, termasuk latihan,

emosi, infeksi respirasi, demam, aktivitas seksual, kehamilan serta fibrilasi

atrium dengan respons ventrikel cepat.

Fatigue merupakan keluhan umum pada stenosis mitral.

Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering

terjadi pada stenosis mitral yaitu 30-40%. Kejadian ini sering terjadi pada umur

yang lebih lanjut atau distensi atrium yang menyolok akan merubah sifat

elektrofisiologi dari atrium kiri.

Fibrilasi atrium yang tidak dikontrol akan menimbulkan keluhan sesak atau

kongesti yang lebih berat, karena hilangnya peran kontraksi atrium dalam

pengisian ventrikel (1/4 dari isi sekuncup) serta memendeknya waktu pengisian

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 14

Referat Mitral Stenosis

diastol dan seterusnya akan menimbulkan gradient transmitral dan kenaikan

tekanan atrium kiri. 2.3

Kadang-kadang pasien mengeluh terjadi hemoptisis yang menurut Wood dapat

terjadi karena:

(1) Apopleksi pulmonal akibat rupturnya vena bronchial yang melebar.

(2) Sputum dengan bercak darah pada saat serangan paroksimal nocturnal

dispnea.

(3) Sputum seperti karet (pinkfrothy) oleh karena edema paru yang jelas.

(4) Infrak paru.

(5) Bronkitis kronik oleh karena edema mukosa bronkus.

Nyeri dada dapat terjadi pada sebagian kecil pasien dan tidak dapat dibedakan

dengan angina pektoris. Diyakini hal ini disebabkan oleh karena hipertrofi

ventrikel kanan dan jarang bersamaan dengan aterosklerosis koroner.

Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti

tromboemboli, infektif endokarditis atau simtom karena kompresi akibat

besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara serak.

Emboli sistemik terjadi pada 10%-20% pasien dengan stenosis mitral dengan

distribusi 75% serebral, 33% perifer dan 6% visera. Risiko embolisasi

tergantung umur dan tidaknya fibrilasi atrium, 80% kejadian emboli terjadi

pada fibrilasi atrium. Sepertiga dari kejadian emboli terjadi dalam 3 bulan dari

fibrilasi atrium, sedangkan 2/3 terjadi dalam 1 tahun. Jika embolisasi terjadi

pada pasien dengan irama sinus, maka harus dipertimbangkan suatu

endokarditis infektif. Kejadian emboli tampaknya tidak tergantung dengan

berat ringannya stenosis ,curah jantung, ukuran atrium kiri serta tidaknya gagal

jantung. Oleh karena itu kejadian emboli dapat berupa manifestasi awal

stenosis mitral. Pada kejadian emboli angka rekuren dapat sampai 15-40

kejadian dalam 100 pasien/bulan.

Dapat juga terjadi thrombus masif dalam atrium kiri ‘pedunculated ball-valve

thrombus’ yang dapat memperberat keluhan obstruksi bahkan dapat terjadi

kematian mendadak

endokarditis infektif jarang terjadi dengan insiden 2% dalam 1 tahun (pada

kasus tanpa operasi). 2.3

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 15

Referat Mitral Stenosis

Diagnosis

Sebagian besar penderita stenosis mitral menyangkal adanya riwayat demam reumatik

sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya demam reumatik mungkin sudah

terlalu lama (masa anak-anak), atau demam reumatiknya secara klinis tak memberikan

keluahan yang mencolok.

Keluhan penderita merupakan keluhan sistemik dan dinamik yang amat berkaitan

dengan tingkat aktifitas fisik dan tidak ditentukan hanya oleh luasnya pembukaan

lubang mitral. Keluhan pasien dapat berupa takikardia, dispneu, takipneu, atau

orthopnu dan denyut jantung tidak teratur, dan tidak jarang terjadi komplikasi gagal

jantung, batuk darah atau tromboemboli serebral maupun perifer.

Jika kontraksi ventrikel kanan masih baik sehingga tekanan arteri pulmonalis masih

tinggi maka keluhan akan lebih mengarah pada akibat bendungan atrium kiri, vena

pulmonalis dan interstisial paru. Jika ventrikel kanan sudah tidak mampu atau tidak

efisien lagi untuk menimbulkan tekanan tinggi pada arteri pulmonalis maka keluhan

akan beralih kearah bendungan vena sistemik, terutama jika sudah terjadi insufiiensi

trikuspid, dengan atau tanpa fibrilasi atrium.

Penentuan kelas fungsional amat penting karena menentukan ada tidaknya indikasi

pembedahan. Yang menjadi masalah adalah adanya kesulitan karena keluhan pasien

sangat subjektif. Oleh karena itu penentuan kelas fungsional ini tidak mudah, lebih-

lebih dalam kenyataan sehari-hari kelas fungsional dapat berubah dalam waktu relatif

singkat tergantung dari pencetusnya. Misalnya dekompensasinya karena demam,

dimana jika demam hilang mungkin dekompensasinya juga menghilang.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 16

Referat Mitral Stenosis

Pemeriksaan fisik

Tanda dari pemeriksaan fisis yang ditemukan tergantung pada perkembangan

penyakit dan tingkat dekompensasi kordis yang menyertai. Antara lain sebagai

berikut:

Inspeksi

Takipneu

a) Sianosis perifer dan fasial

Sianois perifer dan fasial terdapat pada pasien dengan mitral stenosis yang sangat

parah pada kasus yang sudah lanjut terdapat malar flash (pipi yang kemerah-merahan)

dan muka tampak kurus dan biru.

b) Distensi vena jugular

c) Digital clubbing

d) Distress pernafasan, menandakan adanya edema paru.

e) Tanda-tanda gagal jantung kanan pada mitral stenosis berat meliputi ascites.

Palpasi

Ketukan ventrikel kanan sepanjang pinggir sternum kiri menandai ventrikel kiri yang

membesar. Bunyi jantung pertama dapat teraba pada pasien dengan daun-daun katup

lembut.Pada pasien dengan hipertensi pulmonal, pukulan penutupan katup pulmonal

biasanya dapat diraba pada ruang interkostalis kiri kedua dan ketiga sternum

Diastolic thrill (getaran) yang dapat diraba di atas apeks, khususnya jika pasien

berbaring kepada posisi lateral kiri.

Auskultasi

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 17

Referat Mitral Stenosis

Opening snap biasanya adalah bising diastolik bergmuruh, bernada rendah, dan

paling baik tersengar pada apek jantung

Bunyi jantung (S1) pada umumnya tegas dan bergemeretak dan karena katup mitral

tidak menutup sampai tekanan ventrikel kiri mencapai tingkat ventrikel kiri yang

meningkat.

Opening snap katup mitral paling mudah terdengar pada ekspirasi tepat medial

terhadap apeks jantung, tetapi dapat juga terdengar secara mudah pada pinggir /batas

kiri sternum atau pada basis jantung .bunyi pada umumnya dapat di dengar setelah

bunyi penutupan katup aorta. (A2)

Karena opening snap terjadi jika tekanan ventrikel kiri turun dibawah atrium kiri.

Interval A2 dan OS berubah-ubah secara terbalik seiring dengan beratnya stenosis

mitral. Opening snap cenderung panjang pad pasien dengan stenosis mitral yang

ringan.

Pada pasien dengan hipertensi paru, komponen paru dari bunyi jantung kedua (P2)

sering menjadi tegas dan kedua komponen buny jantung terbelah secara dekat.

Ejection click sistolik paru dapat terdengar pada pasien dengan hipertensi pulmonal

berat dengan adanya dilatasi arteri pulmonalis yang mencolok.

Pada pasien yg irama sinus bising sering muncul kembali atau menjadi tegas kembali

pada waktu sistol atrium, seraya kontraksi atrium kembali meningkatkan kecepatan

aliran darah melintasi orifisium yang menyempit.Bising sistol yang lembut (derajat I

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 18

Referat Mitral Stenosis

atau II/ VI ) umumnya dengan stenosis mitral terdengar pada apeks atau sepanjang

batas kiri sternum pada pasien dengan stnosis mitral yang murni.

Lesi yang berhubungan

Regurgitasi miral

Pengenalan pada regurgitasi mitral yang menyertai mempunyai makna klinis pada

pasien dengan stenosis mitral. Bising prasistolik dan penekanan bunyi jantung

pertama menantang adanya regurgitasi mital serius yang menyertai, tetapi jika S1/OS

halus atau tidak ada pada pasien penyakit katup mitral, yng juga mempunyai bising

sistolik apial maka hal ini menandakan adanya regurgtasi mitral yang signifikan atau

kalsifikasi yang serius dari daun katup mitral yang mengalami deformitas.

Bunyi jantung ketiga pada apeks seringkali menandakan bahwa regurgitasi mital

adalah berbahaya, bunyi ini umumnya lebih tumpul, nada lebih rendah, dan adalah

setelah opening snap.

Bising Graham steell pada regurgitasi mitral, bising meniup dekresendo, diastolik,

nada tinggi yang dapat terdengar sepanjang batas sternal kiri akiabt dilatasi cincin

katup pulmonal dan terjadi pada penyakit katup mitral debgasn hipertensi pulmonal.2.4

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 19

Referat Mitral Stenosis

Pemeriksaan penunjang

Elektrokardiogram

Pada stenosis mitral dan irama sinus, gelombang P biasanya memberi kesan

pembesaran atrium kiri. Gelombang P dapat menjadi tinggi dan berpuncak pada lead

II dan tegak pada V1 jika ada hipertensi pulmonal lanjut atau stenosis trikuspid

mempersulit stenosis mitral dan terjadinya pembesaran atrium kanan.

Left Left AtrialAtrial HypertrophyHypertrophy

IIII

V1V1

P P mitralemitrale

Akan tetapi Dengan hipertensi pulmonal yang parah deviasi aksis kanan dan

hipertropi ventrikel kanan biasa ditemukan.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 20

Referat Mitral Stenosis

Gambar 3.1

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 21

Referat Mitral Stenosis

Pemeriksaan foto toraks

Gambaran klasik dari foto toraks adalah pembesaran atrium kiri serta pembesaran

arteri pulmonalis. Edema intertisial berupa garis Kerley terdapat pada:

30% pasien dengan tekanan atrium kiri < 20 mmHg.

70% bila tekanan atrium kiri >20 mmHg.

Temuan lain dapat berupa garis Kerley A serta kalsifikasi pada daerah katup mitral.

Gambar 8.1

Ekokardiografi doppler :

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 22

Referat Mitral Stenosis

Ekokaridografi doppler merupakan modalitas pilihan paling sensitive dan spesifik

untuk diagnosis stenosis mitral.

Dengan ekokardiograrfi dapat dilakukan:

evaluasi struktur dari katup.

pliabilitas dari daun katup.

ukuran dari daun katup dengan planimetri (mitral valve area).

struktur dari katup subvalvular.

Dengan doppler dapat ditentukan :

gradien dari mitral.

Ukuran dari area mitral dengan cara mengukur pressure half time terutama

jika struktur katup sangat jelek karena kalsifikasi, sehingga ukuran

pengukuran planimetri tidak dimungkinkan.

Derajat berat ringanya stenosis berdasarkan eko-doppler tentukan antara lain oleh:

Gradien transmitral

Area katup mitral

Besaranya tekanan pulmonal

Perubahan hemodinamik pada latihan atau pemberian beban dengan

dobutamin, sehingga dapat ditentukan derajat stenosis pada kelompok pasien

yang tidak menunjukan berat stenosis pada saat istirahat.

Doppler 2-D-color untuk melihat aliran ke ventrikel kiri pada pasien mitral stenosis.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 23

Referat Mitral Stenosis

Gambar 8.2

Pada pasien dengan mitral stenosis terlihat penebalan dari daun katup dan atrium kiri

membesar dengan ada trombus di aspek posterior.

Gambar 8.3

Tekanan gradient half-time dan area mitral di kalkulasi dari orifisium diastole mitral

Doppler velocities signals . LV = left ventricle; LA = left atrium; RV = right ventricle;

RA = right atrium

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 24

Referat Mitral Stenosis

Ekokardiografi Transesofageal

Merupakan pemeriksaan ekokardiografi dengan menggunakan transedur endeskop,

sehingga jendela ekokardiografi akan lebih luas, terutama untuk struksur katup,

atrium kiri atau apendiks atrium. Dengan ekokardiografi transesofagus lebih

sensitive dalam deteksi trombus pada atrium kiri atau terutama pada apendiks

atrium kiri.

Penatalaksaanan

Pada pasien stenosis mitral anamnesis dan pemeriksaan lengkap harus dilakukan.

Prosedur penunjang EKG, foto toraks, ekokardiografi harus dilakukan secara lengkap

Pada kelompok pasien stenosis mitral yang asimtomatik,tindakan lanjutan sangat

tergantung dengan hasil pemeriksaan ekokardiografi.

Jika seorang pasien asimtomatik dengan area >1.5cm2, gradien <5 mmHg, maka

tidak perlu dilakukan evaluasi lanjutan, selain pencegahan terhadap kemungkinan

endokarditis.

Prinsip umum

Stenosis mitral adalah kelainan mekanik, oleh karena itu obat bersifat suportif atau

simptomatik terhadap gangguan fungsional jantung atau pencegahan terhadap infeksi.

Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin,

sulfa, sefalosporin untuk demam reumatik atau pencegahan endokarditis sering

dipakai obat-obat inotrapik negatif seperti ß-bloker atau Ca-bloker, dapat memberi

manfaat pada pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi

jantung meningkat seperti pada latihan.

Retriksi garam atau pemberian diuretik secara intermiten bermanfaat jika terdapat

bukti adanya kongsti vaskuler paru.

Pada stenosis mitral dengan dengan irama sinus, digitalis tidak bermanfaat, kecuali

terdapat disfungsi ventrikel baik kiri maupun kanan. Latihan fisik tidak dianjurkan,

kecuali ringan, hanya untuk menjaga kebugaran, karena latihan akan meningkatkan

frekuensi denyut jantung dan memperpendek fase diastole dan setertusnya akan

meningkatkan gradien transmitral.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 25

Referat Mitral Stenosis

Fibrilasi atrium

Prevalensi 30 -40 % akan muncul dengan gangguan hemodinamik yang bermakna

karena hilangnya konstribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi

ventrikel yang cepat.

Pencegahan emolisasi sistemik

Antikoagulan warfarin sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium

atau irama sinus dengan kecendurugan pembentuk trombus untuk mencegah

fenomena tromboemboli.

Valvotomi Mitral Perkutan dengan balon

Mula-mula dilakukan dengan 1 balon ,tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan

dalam teknik pembuatan balon, prosedur valvotomi cukup memuaskan dengan

prosedur 1 balon.

Intervensi bedah reparasi atau ganti katup

Akhir –akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena adanya mesin

jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat jelas,pemisahan komisura, atau korda otot

papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Juga dapat

ditentukan tindakan yang akan diambil apakah itu reparasi atau pengantian katup

mitral dengan protesa sebisa mungkin operasi bersifat reparasi akan timbul resiko

antikoagulasi, trombosis pada katup, infeksi endokarditis, malfungsi, malfungsi

protesa serta kejadian trombo emboli.

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 26

Referat Mitral Stenosis

Kepanitraan Departemen Penyakit Dalam RSPAD GS 27