Glasgow Coma Scale.rtf

download Glasgow Coma Scale.rtf

of 31

Transcript of Glasgow Coma Scale.rtf

Glasgow Coma Scale.Penilaian :*RefleksMembuka Mata (E)4 : membuka secara spontan3 : membuka dengan rangsangan suara2 : membuka dengan rangsangan nyeri1 : tidak ada respon*RefleksVerbal (V)5 : orientasi baik4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : tidak ada respon* Refleks Motorik (M)6 : melakukan perintah dengan benar5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi.3 : hanya dapat melakukan fleksi2 : hanya dapat melakukan ekstensi1 : tidak ada responcara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = compos mentis pasti GCSnya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCSnya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X-5-6.Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal, penulisannya 4-X-6.Atau bila tetra parese sedang E dan V normal, penulisannya 4-5-X. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran padaanakberumur kurang dari 5 tahun. Atau jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :a. Skor 14-15 : compos mentisb. Skor 12-13 :apatisc. Skor 11-12 : somnolentd. Skor 8-10 : stupore. Skor < 5 : komaDerajat Kesadaran- Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi- Somnolens: dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.- Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.- Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh menghindari tusukan).- Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.Kualitas Kesadaran- Compos mentis : bereaksi secara adekuat- Abstensia drowsy / kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.- Bingung / confused :disorientasiterhadap tempat, orang dan waktu.- Delirium : mental dan motorik kacau, adahalusinasidan bergerak sesuai dengan kekacauan pikirannya.- Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa.Gangguan fungsi cerebral meliputi : gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguanemosi.Pengkajian position mental / kesadaran meliputi : GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.

PENILAIAN KUALITATIFa. Composmentis CooperatifBereaksi segera dengan orientasi sempurna, sadar akan sekeliling orientasi, baik terhadap orang, tempat dan waktub. ApatisTerlihat mengantuk tapi mudah dibangunkan, klien tampak acuh tak acuh dengan lingkungannyac. ConfuseKlien tampak bingung/ bengong, respon psikologis agak lambatd. SamnolenDapat dibangunkan bila rangsangan cukup kuate. Soporos ComaKeadaan tidak sadar menyerupai koma, respon terhadap nyeri masih ada, biasanya ada inkontinensia urine, belum ada gerakan motorik sempurnaf. ComaTidak sadar dan tidak berespon terhadap rangsangan nyeri2. PENILAIAN KUANTITATIFDinilai dengan GLASGOW COMA SCALE (GCS), dengan menggunakan kriteria:a. MATA (E= EYE RESPONSE)4 Membuka mata spontan3 Membuka mata bila diperintah2 Membuka mata dengan rangsangan nyeri1 Tidak membuka mata walau dengan berbagai rangsanganb. MOTORIK ( M = MOTORIK RESPONSE)6 Bergerak sesuai perintah5 Dapat bereaksi menyingkirkan nyeri4 Fleksi siku pada rangsangan nyeri3 Fleksi spasti/ abduksi lengan atas dengan rangsangan nyeri2 Reaksi ekstensi dengan rangsangan nyeri1 Tidak ada respon dengan rangsangan nyeric. VERBAL ( V= VERBAL RESPONSE)5 Identifikasi yang tepat terhadap waktu, tempat dan orang ( berbicara orientasi baik)4 Bingung dengan waktu, tempat dan orang, dapat diajak bicara tapi kacau3 Respon verbal terhadap pertanyaan tidak tepat, tidak realistik, jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, mengulang kata-kata, mengucapkan kata-kata tidak sopan, dapat diajak bicara tapi tidak mengerti2 Merintih, mengomel1 Tidak ada respon terhadap pertanyaan, tidak ada suara/ kata-kata

Pada saat bayi baru lahir maka kita harus melakukan penilaian apgar skor, hal ini sangat penting untuk mengetahui adanya tanda-tanda asfiksia.Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR1. Hasil Apgar Score : 0 3 : Asfiksia Berat2. Hasil Apgar Score : 4 6 : Asfiksia Sedang3. Hasil Apgar Score : 7 10 : NormalPemantauan :Bila Apgar Score 5 menit masih kurang dari 7, penilaian dilanjutkan setiap 5 menit, sampai score mencapai 7.bagaimana cara kita menilai apgar score? berikut ini akan adalah tabel kriteria penilaian nya.Klinis012Detak jantungTidak adaKurang dari 100/menitlebih dari 100/menitPernapasanTidak adaTidak teraturTangis kuatReflek waktu jalan napas dibersihkanTidak adaMenyeringaiBatuk/bersinTonus ototLunglaiFleksi ekstermitas(lemah)Fleksi kuatGerak aktifWarna kulitBiru pucatTubuh merahEkstermitas biru

Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini terdapatgangguan tersumbatnya jalan nafas,tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilahBANTUAN HIDUP DASAR (BHD).

Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak.

Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secara cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan.

Bila tindakan ini dilakukan sebagai kesatuan yang lengkap maka tindakan ini dikenal dengan istilahRESUSITASI JANTUNG PARU (RJP).

Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronimA- B - Cyang berlaku universal.

A =Airway controlatau penguasaan jalan nafasB =Breathing Supportatau bantuan pernafasanC =Circulatory Supportatau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan Pijatan Jantung Luar dan menghentikan perdarahan besarSetiap tahap ABC pada RJP diawali dengan fase penilaian :penilaian respons, pernafasan dan nadi.

Penilaian respons.Setelah memastikan keadaan aman (penilaian korban bag. 1), maka penolong yang tiba ditempat kejadian harus segera melakukan penilaian dini (penilaian korban bag. 2). Lakukan penilaian respons dengan cara menepuk bahu korban dan tanyakan dengan suara lantang.

Aktifkan sistem SPGDTDi beberapa daerah yang Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadunya sudah berjalan dengan baik, penolong dapat meminta bantuan dengan nomor akses yang ada. Bila penolong adalah tim dari sistem SPGDT maka tidak perlu mengaktifkan sistem tersebut. Prinsipnya adalah saat menentukan korban tidak respons maka ini harus dilaporkan untuk memperoleh bantuan.

Airway Control(Penguasaan Jalan Nafas)Bila tidak ditemukan respons pada korban maka langkah selanjutnya adalah penolong menilai pernafasan korban apakah cukup adekuat? Untuk menilainya maka korban harus dibaringkan terlentang dengan jalan nafas terbuka.

Airway control

Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus korban dewasa tidak ada respons, karena pada saat korban kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi lemas termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi tertutup. Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.

Penguasan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban. Prosedurnya sangat bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan yang lain kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan nafas korban masih terganggu.

Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas

a. Angkat Dagu Tekan Dahi :

Angkat Dagu Tekan DahiTeknik ini dilakukan padakorban yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang.Akan dijelaskan lebih lanjutdisini.

b. Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)

Jaw Thrust Maneuver

Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini sangat sulit dilakukan tetapi merupakanteknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat dalam posisi alami / normal. Akan dijelaskan lebih lanjutdisini.Ingat : Teknik ini hanya untuk korban yang mengalami trauma tulang belakang atau curiga trauma tulang belakang

Pemeriksaan Jalan NafasSetelah jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena terbukanya jalan nafas dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernafasan adekuat. Keadaan jalan nafas dapat ditentukan bila korban sadar, respon dan dapat berbicara dengan penolong.

Perhatikan pengucapannya apakah baik atau terganggu, dan hati-hati memberikan penilaian untuk korban dengan gangguan mental.

Untukkorban yang disorientasi, merasa mengambang, bingung atau tidak respon harus diwaspadai kemungkinan adanya darah, muntah atau cairan liur berlebihan dalam saluran nafas. Cara ini lebih lanjut akan diterangkan pada halaman cara pemeriksaan jalan nafas.

C. Membersihkan Jalan Nafas

- Posisi PemulihanBila korban dapat bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan adanya cedera leher, tulang punggung atau cedera lainnya yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini maka letakkan korban dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilahposisi miring mantap.

Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas. Penjelasan lebih lanjutdisini.

- Sapuan JariTeknik hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas. Penjelasan lebih lanjutdisiniBREATHING SUPPORT(BANTUAN PERNAFASAN)Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk memberikan bantuan pernafasan.

Breathing SupportTeknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan yaitu:a. Menggunakan mulut penolong: 1. Mulut ke masker RJP 2. Mulut ke APD 3. Mulut ke mulut / hidung

b. Menggunakan alat bantu:

Masker berkatup Kantung masker berkatup (Bag Valve Mask / BVM)

Frekuensi pemberian nafas buatan:Dewasa : 10 - 12 x pernafasan / menit, masing-masing 1,5 - 2 detikAnak (1-8th) : 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detikBayi (0-1th) : lebih dari 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detikBayi baru lahir : 40 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik

Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut:- Penyebaran penyakit- Kontaminasi bahan kimia- Muntahan penderita

Saat memberikan bantuan pernafasan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya udara yang dimasukkan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara yang berlebihan karena dapat mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung sehingga menyebabkan muntah dan mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru. Jika terjadi penyumbatan jalan nafas maka lakukan kembali Airway Control seperti yang dijelaskan diatas.

Beberapa tanda-tanda pernafasan:Adekuat (mencukupi)- Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan- Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung- Korban tampak nyaman- Frekuensinya cukup (12-20 x/menit)

Kurang Adekuat (kurang mencukupi)- Gerakan dada kurang baik- Ada suara nafas tambahan- Kerja otot bantu nafas- Sianosis (kulit kebiruan)- Frekuensi kurang atau berlebihan- Perubahan status mental

Tidak Bernafas- Tidak ada gerakan dada dan perut- Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung- Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung

Teknik pemberian bantuan pernafasan akan dibahas lebih lanjutdisini.

Bila menggunakan masker atau APD, pastikan terpasang dengan baik dan tidak mengalami kebocoran udara saat memberikan bantuan pernafasan.

CIRCULATORY SUPPORT(Bantuan Sirkulasi)Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada keadaanmati klinis.

Circulatory SupportPenekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di atas permukaan lengkung iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.- Dewasa : 4 - 5 cm- Anak dan bayi : 3 - 4 cm- Bayi : 1,5 - 2,5 cm

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernafasan akan langsung mengikutinya, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen.

Pada saat terhentinya kedua sistem inilah seseorang dinyatakan sebagai mati klinis. Berbekal pengertian di atas maka selanjutnya dilakukan tindakanResusitasi Jantung Paru.

Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau gangguan henti nafas pada saat tidur.OSAS didiagnosis berdarkan Sleep Study. Penilaian sleep study antara lain rekaman listrik otak, aktivitas listrik mata, aktivitas otot dagu, aktivitas otot tibialis anterior, denyut jantung, saturasi oksigen dalam darah, aliran udara, dan usaha bernapas dari otot dada dan otot perut. Semuanya dilakukan untuk mengukur kualitas tidur seseorang sehingga dapat diketahui dengan pasti apakah menderita OSA atau tidak. Dengan sleep study juga dapat diketahui OSA yang diderita masih termasuk ringan ataukah sudah berat, sehingga dapat menentukan jenis pengobatan yang tepat.Jika saat tidur sering mendengkur, bangun pagi seringkali tidak segar, sering terbangun di malam hari karena merasa tercekik, bangun dengan keadaan haus, sering merasa ngantuk dan capek di siang hari meskipun sudah tidur cukup, hati-hati, bisa jadi menderita Obstructive Sleep Apnea (OSA).OSA merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan aliran udara pernapasan terhenti ketika tidur, karenanya adanya penghambatan ataupun penyempitan di saluran pernapasan..OSA dapat terjadi karena adanya pembengkakan pada beberapa organ dalam mulut dan tenggorokan, seperti pembengkakan tonsil dan uvula. Selain itu, ukuran lidah yang terlalu besar juga dapat menyebabkan OSA.Risiko OSA meningkat antara lain untuk orang dengan penderita alergi, sinusitis, asma, obesitas dan usia lanjut. Selain itu, kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol, dan mengonsumsi obat-obatan sedative atau obat penenang dalam waktu lama, juga dapat memperburuk kondisi.Pengobatan OSA tergantung pada sudah sejauh mana seseorang menderita OSA. Menurut Dini, OSA ringan dapat diobati hanya dengan olahraga yang mengencangkan otot-otot saluran pernapasan. Olahraga seperti senam pipi, fitness yang difokuskan untuk daerah leher, dan bersepeda bisa jadi pilihan, karena olahraga seperti itu dapat membuat otot leher dan rongga mulut lebih kuat. Penguatan otot-otot ini dilakukan karena pada umumnya penderita OSA memiliki organ-organ yang bergelambir di saluran pernapasannya.Jika sudah parah, OSA dapat diobati dengan menjalani operasi. Operasinya pun ada tingkatannya, tergantung pada keadaan OSA yang diderita. Penyebab OSA beragam, maka pengobatannya juga harus dikonsultasikan dulu dengan ahlinya. Salah satu cara untuk melihat sudah sejauh mana OSA yang diderita adalah dengan sleep study.Dengan Sleep Study, dapat diketahui metode pengobatan yang tepat untuk pasien. Metode ini memungkinkan untuk melihat kualitas tidur pasien sehingga dapat menentukan sudah sejauh apa OSA dideritaSelf Test Sleep Study Obstructive Sleep Apnea :1. Merasa ngantuk dan berjuang keras untuk tetap bangun sepanjang hari.2. Terbangun dengan mulut kering.3. Merasa sakit kepala waktu bangun tidur di pagi hari.4. Terbangun karena merasa sulit bernapas.5. Berat badan berlebih.6. Mendengkur waktu tidur.7. Bangun tidur lebih awal dari waktu tidur ideal.8. Berbaring tanpa bisa tidur lebih dari 30 menit sebelum tidur.9. Sedih dan tertekan karena tidak bisa tidur.10. Banyak berkeringat waktu tidur.Penilaian:Skor 1 jika Terdapat gejalaSkor 0 jika tidak terdapat gejala.Jika skor total lebih dari 3 maka besar kemungkinan Anda menderita OSA.

Cairan Infus (Komposisi,Indikasi)Posted on18 February 2012bymangsholehCairan Kristaloid

1. Normal SalineKomposisi(mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.Kemasan: 100, 250, 500, 1000 ml.Indikasi :a. ResusitasiPada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.b. DiareKondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.c. Luka BakarManifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.d. Gagal Ginjal AkutPenurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.Kontraindikasi: hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.2. Ringer Laktat (RL)Komposisi(mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.Kemasan: 500, 1000 ml.Cara Kerja Obat: keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.Indikasi: mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.Kontraindikasi: hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.Peringatan dan Perhatian: Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner,heart failure/impaired renal function& pre-eklamsia.

3. DekstrosaKomposisi: glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).Kemasan: 100, 250, 500 ml.Indikasi: sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).Kontraindikasi :Hiperglikemia.Adverse Reaction: Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi;loadingcairan saat induksi anestesi regional;priming solutionpada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.Manfaat pemberianloadingcairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-diastolik).Tabel I. Komposisi Beberapa Cairan KristaloidCairanTonusitasNa(mmol/l)Cl(mmol/l)K (mmol/)Ca (mmol/l)Glukosa (mg/dl)Laktat (mmol/l)Asetat (mmol/l)NaCl 0,9 %308 (isotonus)154154

Saline154 (hipotonus)7777

Dextrose 5 %253 (hipotonus)

5000

D5NS561 (hipertonus154154

5000

D5 NS330 (isotonus)38,538,5

5000

2/3 D & 1/3 SHipertonus5151

3333

Ringer Laktat273 (isotonus)13010943

28

D5 RL273 (isotonus)130109435028

Ringer Asetat273,4 (isotonus)13010943

28

Cairan KoloidMerupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma.1. AlbuminKomposisi: Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkanstarchesdan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.Indikasi : Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih. Padaspontaneus bacterial peritonitis(SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resikorenal impairmentdan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinyamulti organ dysfunction syndrome(MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.Kontraindikasi: gagal jantung, anemia berat.Produk :Plasbumin 20, Plasbumin 25.2. HES (Hydroxyetyl Starches)Komposisi:Starchestersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.Indikasi: Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.Kontraindikasi:Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena : Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas. Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid. Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori. HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis karena : Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli. HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan hipovolemia. HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, danliver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh: transplantasi ginjal). Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien dengan sepsis.Adverse reaction: HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.Contoh: HAES steril, Expafusin.3. DextranKomposisi: dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.Indikasi : Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.Kontraidikasi: pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang parah.Adverse Reaction: Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.Contoh: hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.4. GelatinKomposisi: Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.Indikasi :Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.Kontraindikasi: haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan hiperkalsemia.Adverse reaction: dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000 pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan denganstarches.Contoh: haemacel, gelofusine.Cairan KhususMANNITOLD-Manitol. C6H14O6IndikasiMenurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada pencegahan dan/ataupengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.ASERINGIndikasi:Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.Komposisi:Setiap liter asering mengandung: Na 130 mEq K 4 mEq Cl 109 mEq Ca 3 mEq Asetat (garam) 28 mEqKeunggulan: Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran Mempunyai efek vasodilator Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebralKA-EN 1BIndikasi: Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jamKomposisi :

Tiap 1000 ml isi mengandung- sodium klorida 2,25 g- anhidrosa dekstros 37,5 g.- Elektrolit (meq/L) :a. Na+ 38,5b. Cl- 38,5c. Glukosa 37,5 g/L.d. kcal/L : 150KA-EN 3A & KA-EN 3BIndikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3BKompisisi :KA-EN 3A

Tiap liter isi mengandung- sodium klorida 2,34 g- potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g- anhydrous dekstros 27 g.- Elektrolit (mEq/L)a. Na+ 60b. K+ 10c. Cl- 50d. laktat- 20e. glukosa : 27 g/L.f. kcal/L : 108KA-EN 3B

Tiap liter isi mengandung- sodium klorida 1,75g,- ptasium klorida 1,5g,- sodium laktat 2,24g,- anhydrous dekstros 27g.- Elektrolit (mEq/L) :a. Na+ 50,b. K+ 20,c. Cl- 50,d. laktat- 20,e. glukosa 27 g/L.f. kcal/L. 108KA-EN MG3Indikasi : Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) Mensuplai kalium 20 mEq/L Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/LKomposisi :

Tiap liter isi mengandung bahan :- sodium klorida 1,75g,- potassium klorida 1,5g,- sodium laktat 2,24g,- anhydrous dekstros 100g.- Elektrolit (mEq/L) :A. Na+ 50,B. K+ 20,C. Cl- 50,D. laktat- 20,E. glukosa 100 g/L;F. kcal/L: 400KA-EN 4AIndikasi : Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonikKomposisi (per 1000 ml): Na 30 mEq/L K 0 mEq/L Cl 20 mEq/L Laktat 10 mEq/L Glukosa 40 gr/LKA-EN 4BIndikasi: Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonikKomposisi: Na 30 mEq/L K 8 mEq/L Cl 28 mEq/L Laktat 10 mEq/L Glukosa 37,5 gr/LOtsu-NSIndikasi: Untuk resusitasi Kehilangan Na > Cl, misal diare Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)Mengandung elektrolit mEq/LNa+= 154Cl-= 154Otsu-RLIndikasi: Resusitasi Suplai ion bikarbonat Asidosis metabolikMengandung elektrolit mEq/LNa+= 130Cl-= 108.7K+= 4Ca++= 2.7Laktat = 28MARTOS-10Indikasi: Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam Mengandung 400 kcal/LAMIPARENIndikasi: Stres metabolik berat Luka bakar Infeksi berat Kwasiokor Pasca operasi Total Parenteral Nutrition Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

KomposisiSetiap liter Amiparen isi mengandung- L-leucine 14g,- L-isoleucine 8g,- L-valine 8g,- lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),- L-threonine 5,7g,- L-tryptophan 2g,- L-methionine 3,9g,- L-phenylalanine 7g,- L-cysteine 1g,- L-tyrosine 0,5g,- L-arginine 10,5g,- L-histidine 5g,- L-alanine 8g,- L-proline 5g,- L-serine 3g,- aminoacetic acid 5,9g,- L-aspartic acid 30 w/w%,- total nitrogen 15,7g,- sodium kurang lebih 2 mEq,- acetate kira-kira 1220 mEq.- Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.AMINOVEL-600Indikasi: Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI Penderita GI yang dipuasakan Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi) Stres metabolik sedang Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

Komposisi :Tiap liter Aminovel 600 berisi- amino acid (L-form) 50g,- D-sorbitol 100g,- ascorbic acid 400mg,- inositol 500mg,- nicotinamide 60mg,- pyridoxine HCl 40mg,- riboflavin sodium phosphate 2,5mg,- Elektrolit :a. Sodium 35 mEq,b. potassium 25 mEq,c. magnesium 5 mEq,d. acetate 35 mEq,e. maleate 22 mEq,f. chloride 38 mEq.- Setiap 50g asam amino berisi :a. L-isoleucine 3,2gram,b. L-leucine 2,4g,c. L-lysine (calculated as base) 2g,d. L-methionine 3g,e. L-phenylalanine 4g,f. L-threonine 2g,g. L-tryptophan 1g,h. L-valine 3,2g,i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,j. L-histidine (calculated as base) 1g,k. L-alanine 6g,l. glycine 14g,m. L-proline 2gPAN-AMIN GIndikasi: Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan Nutrisi dini pasca operasi TifoidKomposisiTiap liter infuse mengandung- L-arginine HCl 2,7g,- L-histidine HCl H2O 1,3g,- L-isoleucine 1,8g,- L-leucine 4,1g,- L-lysine HCl 6,2g,- L-methionine 2,4g,- L-phenyilalanine 2,9g,- L-threonine 1,8g,- L-tryptophane 0,6g,- L-valine 2g,- glycine 3,4g,- D-sorbitol 50g- air.TUTOFUSIN OPSPer liter :-Natrium 100 mEq,- Kalium 18 mEq,- Kalsium 4 mEq,- Magnesium 6 mEg,- Klorida 90 mEq,- Asetat 38 mEq,- Sorbitol 50 gram.Indikasi :o Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.O Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca operasiO Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intraselularo Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsialKontraindikasi :O Insufisiensi ginjalO intoleransi Fruktosa & SorbitolO kekurangan Fruktosa-1-6-difosfateO keracunan Metil alkohol.Hati-hati pada :O Penyakit ginjal atau jantungO retensi cairanO hipernatremia.