gizi buruk type 2 (PARERA).docx

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang. 1.2 Tujuan Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak. Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi : 1. Mengetahui patofisologi dari gangguan gizi. 2. Mengetahui manifestasi klinis dari tiap malnutrisi. 3. Menegtahui masalah yang dialami anak dan penatalaksanaan malnutrisi. 4. Mengetahui dampak malnutrisi. 5. Mengetahui proses tumbuh kembang anak usia sekolah terkait masalah. 6. Menerapkan proses keperawatan dari malnutrisi. 7. Mengetahui promotif dan prefentif dari malnutrisi. 1.3 Batasan Masalah Padamakalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal- hal yang akan dibahas dalam makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight). Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta dampaknya.

Transcript of gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Page 1: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara

normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa

adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan

mempenagruhi proses tumbuh kembang.

1.2  Tujuan

Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak.

Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi :

1. Mengetahui patofisologi dari gangguan gizi.

2. Mengetahui  manifestasi klinis dari tiap malnutrisi.

3. Menegtahui masalah yang dialami anak dan penatalaksanaan malnutrisi.

4. Mengetahui dampak malnutrisi.

5. Mengetahui proses tumbuh kembang anak usia sekolah terkait masalah.

6. Menerapkan proses keperawatan dari malnutrisi.

7. Mengetahui promotif dan prefentif dari malnutrisi.

1.3  Batasan Masalah

Padamakalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas

dalam makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight).

Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta

dampaknya.

 

 

 

 

Page 2: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

2.1  Pengertian Gizi Buruk

Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang

disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan

kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan

besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)

yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke

dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau

kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup

lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan

infeksi.

Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi

serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak

memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam

waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih

merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah

malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat

harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,

lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang

mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu

ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil

pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

 

 

2.2  Penyebab Gizi Buruk

Page 3: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

1. Penyebab langsung

Penyakit infeksi

1. Penyebab tidak langsung

A. Kemiskinan keluarga

B. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah

C. Sanitasi lingkungan yang buruk

D. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :

1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih

2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain ASI

sebelum umur 6 bulan

3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih

4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi

5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui

6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek

7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

2.3  Klasifikasi Gizi Buruk

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan

patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)

2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)

3. Berat badan <60% :  marasmus (MEP berat)

4. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Keterangan Gizi Baik(%) Gizi Kurang(%) Gizi Buruk(%)

BB/U 80-100 60-80 <60

TB/U 95-100 85-95 <85

BB/TB 90-100 70-90 <70

LLA/U 85-100 70-85 <70

Page 4: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

LLA/TB 85-100 75-85 <75

 

2.4  Tipe Gizi Buruk

1. Marasmus

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori

yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya

lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus  mempunyai penampilan

yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649).

Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.

1. Etiologi

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang

tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan

malformasi kongenital.

1. Tanda dan Gejala

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan

sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan

longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak

relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah

seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat

hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas

menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat

muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi

mucus dan sedikit.

1. Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau

keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan

makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan

pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak

merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)

dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh

untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi

kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan

menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama

Page 5: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat

mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan

makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah

protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik

ü  Mengukur TB dan BB

ü  Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam

meter)

ü  Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik

menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan

menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari

lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada

wanita.

ü  Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot

rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

 

1. Kwashiorkor

Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis

yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat.  Walaupun sebab

utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan

kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan,

maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

1. Etiologi

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian

malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare

kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi

menahun, luka bakar dan penyakit hati.

1. Patofisiologi

Page 6: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang

mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan

perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai

asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet

cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam

amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.

Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi

albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi

karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati

terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

 

 

1. Gejala Kwashiorkor

Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.

Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat.

Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare

Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna

Hilangnay massa otot

Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi

Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi

persisikan dan hiperpigmentasi

Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam.

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.

Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,

disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

1. Pemeriksaan Labolaturium

Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan

glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan

dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler

khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering

dijumpai pada malnutrisi berat.

1. Kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor )

Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.

Page 7: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

2.5  Penatalaksanaan (kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi)

1. Fase inisial (resusitasi)

A. Hipoglikemia (gula darah < 54 mg/dL)

Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min.

1 hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10%  dengan sonde

1. Hipotermia (S < 35°C aksila / <35,5°C rektal)

Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan pemanas atau lampu

/tempatkan anak pada dada/perut telanjang ibu  à selimuti.

1. Dehidrasi

Dehidrasi R-S, CRO 70-100 ml/kg BB diberikan dlm 8-12 jam

1. Antibiotik

ü  Infeksi tidak nyata: kotrimoksazol (4 mg/kg/hr trimetropim dan 20 mg/kg/hr

sulfametoksazol, dibagi 2 dosis) selama 5 hari

ü  Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral

(ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB  iv/im sekali sehari (7 hari)

1. Nutrisi

ü  Energi 80-100 kkal/kg/hr, cairan 130 ml/kgBB/hr, F75 /2 jam/24 jam

ü  Vitamin-mineral: vit. A hr  1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang

sama hari ke-14

ü  Asam folat 5 mg hr I, selanjutnya 1 mg/hr 2 minggu

ü  MgSO4 40% 0,25 ml/kgBB/hr maks. 2 ml IM 10 hari

ü  ZnSO4 2-4 mg/kgBB/hr 2 minggu

ü  Tembaga (Cuprum): 0,3 mg/kgBB/hr 2 minggu

1. Pengobatan penyakit lain: TB, diare kronik, PJB.

 

 

 

Page 8: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

 

 

 

 

1. Fase Transisi

Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap

Energi 0,75 kkal/ml 1kkal/ml

Susu bubuk tanpa lemak

Gula Tepung sereal Minyak sayur Campuran mineral Campuran vitamin Air

25

 

70

35

27

20

 

140

 

+ sampai vol total 1000 ml

80

 

50

60

20

 

140

 

+  sampai vol total 1000 ml

     

 

1. Fase Rehabilitasi

A. Diet tinggi kalori 150-220 kkal/kgBB/hr

B. Suplemen zat besi (FeSO4) 10 mg.kgBB/x, 3x/hr

Page 9: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

C. Atasi penyebab (infeksi,  miskin)

D. Pendidikan gizi dan kesehatan

2.6  Tumbuh Kembang

Table 1.1 perkembangan kepribadian, moral, dan kognitif.

Tahap / usia

Radius hubungan bermakna(sullivan)

Tahap psikoseksual (Freud)

Tahap psikoeksual

(Erikcson)

Tahap kognitif (piaget)

Masa anak-anak (sekolah) 6-12 tahun Tetangga, sekolah Latensi

Industry vs inferioriti

Operasi konkrit (berfikir induktif dan mulai logis)

(4-7 tahun)

 

1. Pengelompokkan tumbuh kembang berdasarkan teori tumbuh kembang

1. Teori  psikososial Sigmund Freud

Usia sekolah  merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah), dengan karakteristik

sebagai berikut :

Energi digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual

Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).

Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman sebaya

yang sama jenis kelaminnya.

Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini

Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang motivasi

diri.

1. Teori Erikson

Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-12 tahun), dengan karakteristik

sebagai berikut :

Page 10: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan

ketekunan.

Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman

sebaya.

Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-

benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian

Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.

Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar

bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau

merupakan masalah.

Perasaaan inferior—ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan

ketrampilan fisik dan mencari teman.

1. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun), dengan karakteristik sebagai

berikut :

Memecahkan masalah konkret

Mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri

Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa

mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai

masalah ke depan.

1. Teori Moral Kohlberg

Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar

bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini

dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan

moral, sebagai berikut:

2. Tingkat II (Konvensional) – pada tingkat ini ada 2 (dua) tahap:

1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik, perbuatannya

harus diterima oleh masyarakat.

2. Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, Di sini seseorang menyadari

kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan

pentingnya ada norma-norma.

3. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini

terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik

agar diperlakukan dengan baik.

4. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk

menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.

3. Tingkat III (Post Konvensional) – pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:

Usia sekolah (6-12 tahun)

Page 11: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan

sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.

Anak usia 6-7 tahun :

ü  Membaca seperti mesin

ü  Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang

ü  Membaca waktu untuk seperempat jam

ü  Anak wanita bermain dengan wanita

ü  Anak laki-laki bermain dengan laki-laki

ü  Cemas terhadap kegagalan

ü  Kadang malu atau sedih

ü  Peningkatan minat pada bidang spiritual

Kebutuhan  nutrisi terkait  tumbuh kembang anak usia sekolah

ü  Kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85kkal/kg BB.

ü  Karakteristik :

–          Anak dapat mengatur pola makn sendiri

–          Adanya pengaruh teman atau jajanan

–          Kebiasaan menyukai satu makannan berangsur-angsur hilang

–          Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginnanya lebih besar pada

aktivitas bermain daripada makan

Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)

2.7  Akibat Gizi Buruk

1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulanginoleh tenaga kesehatan

2. Kurang cerdas

Page 12: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal

4. Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.

2.8  Komplikasi Gizi Buruk

1. Hipotermi

Penyebab :

1. Tidak/kurang/jarang diberi makan

2. Menderita Infeksi

 

Paparan angin :

1. Genting bocor

2. Dinding berlubang

3. Tidur dekat pintu

4. Selimut dan topi kurang rapat

Menempel benda yang dingin:

1. Tidur dilantai

2. Mandi terlalu lama

3. Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)

4. Hipoglikemi

Penyebab :

1. Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan

2. Penyakit Infeksi

Gejala :

1. Hipotemi (<35c)

2. Lemah

3. Penurunan kesadaran

4. Infeksi

5. Diare dan Dehidrasi

6. Syok

2.9  Tindakan untuk Mencegah Hipoglikemi dan Hipotermi

1. Suhu kamar hangat

A. Atap , bocor dinding , berlubang

B. Tidur dekat jendela

Page 13: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

C. Jangan gunakan kipas angina

D. Tubuh anak dihangati

i. Gunakan cara kanguru

ii. Gunakan selimut,topi & kaos kaki

iii. Jangan mandi terlalu lama (<5>

iv. Jangan gunakan botol panas,Inkubator

v. Sering diberi makan ( makan yang benar )

vi. Obati Infeksi

2.10     Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang

1. Bahan makanan yang dianjurkan

A. Semua sumber hidrat arang : bubur nasi tim, bubur roti, gandum, pasta, jagung,

kentang, sereal dan singkong

B. Sumber protein

Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan sumber laut

lainnya

Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan

1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A dan Fe

seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang kol, sawi, selada

2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ; jeruk, apel, papaya,

melon, jambu air, salak, semangka, belimbing.

3. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones

4. Bahan makanan yang dibuat :

5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak menyebabkan

anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan utama

6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis seperti sirop, dodol,

permen, coklat, disamping itu makanan yang manis menyebabkan gigi cepat rusak

sehingga anak menjadi susah makan/ sakit kalau makan dan anak cepat kenyang.

7. Bahan makanan yang dihindari :

8. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan menyebabkan sakit perut

9. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti : brem, soft drink, karena akan

menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak mau makan makanan utama

10. Cara mengatur diet

A. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar menarik minat anak

untuk makan

B. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak agar mau makan. Misalnya sambil

diajak bermain, anak tidak boleh dipaksa

C. Untuk anak dibawah 1 tahun , konsistensi makanan diberikan secara bertahap, dimulai

dari anak umur 6 bulan

Page 14: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

D. Makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin

dan mineral

E. Untuk balita dapat diberikan makanan formula seperti formula tempe , formula ikan

terutama pada anak yang menderita diare

F. Konsultasi kepada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya serta mendapatkan

suplemen multi vitamin dan mineral bila diperlukan.

Table kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur.

Golongan Umur

( tahun )

Kecukupan Energi

Laki-laki ( kkal/kg BB )

Kecukupan Energi

Perempuan ( kkal/kg BB )

0-1

1-3

4-6

6-9

10-14

14-18

110-120

100

90

80-90

50-70

40-50

110-120

100

90

60-80

40-55

40

 

Table Contoh menu sehari-hari

Pagi Siang Malam

Nasi goreng

Telur dadar

Ketimun + tomat

Susu

Nasi

Ayam goreng

Tempe bacem

Sayur bening bayam

Jeruk manis

Nasi

Empal daging

Tahu pepes

Sup sayuran

Pisang

Page 15: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

susu

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00

Bubur kacang hijau Puding coklat Biscuit, Susu

 

2.11     Proses Keperawatan

1. Riwayat Keperawatan

A. Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan

semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang

menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

1. Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan

yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,

baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu

dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan

protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,

pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang

penyakit klien dan lain-lain.

1. Pengkajian Fisik

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,

pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang

penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too

yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah,

dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Page 16: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda

dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

Penurunan ukuran antropometri

Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)

Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra

Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)

Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.

Edema tungkai

Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama

pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha

dan lipat paha).

Inspeksi

ü  Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki

ü  Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut

ü  Mata cekung dan pucat

ü  Pada marasmus terlihat pergerakan usus

ü  Auskultasi

ü  dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4

ü  bagaimana dengan tekanan darahnya

ü  dengarkan juga bunyi peristaltik usus

ü  bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi

Perkusi

ü  perut apakah terdengar adanya shitting duilnees

ü  bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi

 

Page 17: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Palpasi

ü  hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa

besarnya dan apakah ada nyeri tekan

ü  pada marasmus usus terasa dengan jelas

ü  limpa : apakah terjadi pembesaran limpa

ü  tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai

1. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik

normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum

tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan

gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.

Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

Pemeriksaan Labolatorium

Biokimia :

ü  Hb anemia

ü  kadar albumin yang rendah

ü  kadar globulin kadang – kadang rendah dan tinggi

ü  kadar asam amino biasanya kurang dari satu

Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi

Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang

2.12     Rencana Asuhan Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak

adekuat

Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.

Kriteria Hasil :

Page 18: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,

kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.

2. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per

sonde/per oral) sesuai program dietetic

Intervensi

1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,

susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber

makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.

Rasional :

Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk

pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan

selama hospitalisasi.

1. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk

melakukannya sendiri.

Rasional :

Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas

peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.

1. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.

Rasional :

Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai

keadaan malnutrisi.

1. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.

Rasional :

Menilai perkembangan masalah klien.

1. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori.

Rasional :

Menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.

 

Page 19: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.

Rasional :

NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak walaupun keadaannya tidak memungkinkan

untuk makan lewat oral.

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan  asupan kalori dan

protein yang tidak adekuat.

Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.

Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.

Intervensi

1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas

perkembangan sesuai usia anak.

 Rasional :

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

anak.

1. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.

Rasional :

Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.

1. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.

Rasional :

Menilai perkembangan masalah klien.

1. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.

Rasional :

Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek

motorik, bahasa dan personal/sosial.

 

Page 20: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

1. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

(Puskesmas / Posyandu)

Rasional :

Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak

dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi, dehidrasi

Tujuan: Integritas kulit kembali normal

Kriteria hasil

1. Gatal hilang / berkurang

2. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh

Intervensi

1. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.

Rasional :

Untuk mencegah terjadinya infeksi dekubitus

1. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit

anak tetap kering

Rasional :

Agar kulit anak tetap terjaga kebersihannya dan mencegah terjadinya infeksi pada kulit

1. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.

Rasional :

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien

1. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan

nutrisi

Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah

Kriteria hasil

1. Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan

2. Dapat mengulangi isi penyuluhan

3. Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah

Intervensi

1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar

Page 21: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

Rasional :

Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif

1. Jelaskan tentang nama penyakit anak, penyebab penyakit, akibat yang ditimbulkan, dan

pengobatan yang dilakukan.

Rasional :

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang penyakit anak.

1. Jelaskan tentang pengertian nutrisi dan pentingnya pola makan yang betul untuk anak

sesuai umurnya, dan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak

mengandung protein.

Rasional :

Membantu memulihkan kondisi anak

1. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.

Rasional :

Mengetahui sampai dimana pemahaman keluarga setelah diberi penyuluhan

1. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah

sakit.

Rasional :

Dapat membantu mempertahankan status gizi anak dengan pengetahuan yang ada.

2.13     Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

direncanakan sebelumnya

2.14     Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau

intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi merupakan pengukuran

keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka

dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam

Page 22: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka

dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. Adapun hasil evaluasi

yang diharapkan pada askep gizi buruk  adalah :

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik dan berat badan klien berada

dalam batas normal

2. Klien dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.Kebutuhan

nutrisi klien terpenuhi

3. Tidak ada gangguan integritas kulit

4. Keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si anak secara etiologi dan

terapi – terapinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh.

Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan

energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus / bakteri.

Adapun penyebab dari gizi buruk adalah :

1. Penyebab langsung

Penyakit infeksi

Page 23: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

1. Penyebab tidak langsung

A. Kemiskinan keluarga

B. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah

C. Sanitasi lingkungan yang buruk

D. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Sedangkan tipe dari gizi buruk yaitu kurang kalori (marasmus), kurang protein (kwashiorkor)

dan kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor ).

3.2  Saran

Setelah menelusuri berbagai sumber pustaka, maka dapat diajukan saran-saran agar

mahasiswa keperawatan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi dan mendapatkan

hasil yang diharapkan sebagai berikut :

1. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi di tiap tahap

tumbuh kembang.

2. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi bukan hanya dari

definisi, akan tetapi dari aspek lain agar dapat mengetahui penanganan dan spesifikasi

dari masalah yang dialami.

3. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menegakkan diagnosa sesuai dengan masalah

yang dialami dan dapat menegakkannya menurut prioritas serta melakukkan tindakkan

berdasarkan diagnose.

Dengan dibuatnya makalah ini, diharap mahasiswa paham tentang bagaimana promosi dan

preventif dari masalah gizi serta bagaimana merealisasikannya terhadap diri sendiri kususnya

dan mayarakat umumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: gizi buruk type 2 (PARERA).docx

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

file:///C:/Documents%20and%20Settings/AAN/My%20Documents/Downloads/askep%20gizi

%20buruk.htm

http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/gizi-buruk.htm

Potter & Perry, 2006. “Fundamental Keperawatan