Gerontik Osteoporosis

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi

Transcript of Gerontik Osteoporosis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangHidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur angsur menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun.Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di IndonesiaadalahPrevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050.Mereka. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

B. Tujuan Penulisan :Mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan Osteoporosis.1. Tujuan Umum :Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan keperawatan dari Osteoporosis.2. Tujuan Khusus :a. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan osteoporosis.b. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan osteoporosis.c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan klien dengan osteoporosis.d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan osteoporosis.e. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah di lakukanf. Mampu mengdokumentasikanasuhan keperawatan klien denganosteoporosis.

BAB IIKONSEP DASAR

A. DefinisiOsteoforosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko patah tulang. Massa tulang laki laki dan perempuan akan berkurang seiring bertambahnya usia. Masa tulang pada perempuan berkurang lebih cepat di bandingkan dengan laki laki. Hal ini disebabkanpada massa menopause, fungsi ovarium menurun drastis yang berdampak pada berkurangnya produksi hormonestrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya karena usia yang lanjut ( menopause ), terjadilah penurunanaktivitas osteoblas ( pembentukan tulang baru ) dan peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur tulang ). Jadi, secara kodrati oateoporosis lebih banyak menyerang perempuan, yaitu lebih 2,5 kali lebih sering dibandingkan laki laki.Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas skeletal. Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal.(Consensus Development Conference, 2005).

B. Jenis OsteoporosisBila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder.1. Osteoporosis primeradalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan.Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.Osteoporisis sekunderdidefinisikansebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu.mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi,Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.

C. Anatomi FisiologiTulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang :1. Diafisis atau batang Adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Sumsum kuning terdapat pada diafisis, terutama terdiri dari sel-sel lemak.2. Metafisis, Adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoietik. Sumsum merah juga terdapat di bagian epifisis dan diafisis tulang.3. Lempeng epifisis, Adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akna menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang berhenti.Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut perioteum yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi yang berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan prteoglikan sebagai metriks tulang atau jaringan oeteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranana penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

D. EtiologiEtiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :1. Penyebab primer:menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak diketahui.2. Penyebab sekunder:pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan metabolism, gizi buruk, penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf belakang, rematik, transplasi organ.3. Penyebab secara kausal:Osteoporosi juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya:a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang orang berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan.c. Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat obatan. Penyakit ini disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.d. Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuh yang jelas.Faktor-faktor etiologi yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut adalah :a. Determinan Massa Tulang1) Faktor geneticPerbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.2) Faktor mekanisBeban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetic.3) Faktor makanan dan hormonePada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.b. Determinan Penurunan Massa Tulang1) Faktor geneticFaktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap seseorang mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila seseorang dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka seseorang tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada seseorang yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.2) Faktor mekanisDi lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.3) KalsiumFaktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.4) ProteinProtein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.5) EstrogenBerkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.6) Rokok, kopi dan AlkoholMerokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja. Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .c. Osteoporosis akibat pemakaian steroidHarvey Cushing, lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengamati bahwa hiperkortisolisme berhubungan erat dengan penipisan massa tulang. Sindroma Cushing relatif jarang dilaporkan. Setelah pemakaian steroid semakin meluas untuk pengobatan pelbagai kondisi penyakit, efek samping yang cukup serius semakin sering diamati. Diperkirakan, antara 30% sampai 50% pengguna steroid jangka panjang mengalami patah tulang (atraumatic fracture), misalnya di tulang belakang atau paha. Penelitian mengenai osteoporosis akibat pemakaian steroid menghadapi kendala karena pasien-pasien yang diobati tersebut mungkin mengalami gangguan sistemik yang kompleks.Misalnya, klien artritis rheumatoid dapat mengalami penipisan tulang (bone loss) akibat penyakit tersebut atau karena pemberian steroid. Risiko osteoporosis dipengaruhi oleh dosis dan lama pengobatan steroid, namun juga terkait dengan jenis kelamin dan apakah klien sudah menopause atau belum. Penipisan tulang akibat pemberian steroid paling cepat berlangsung pada 6 bulan pertama pengobatan, dengan rata-rata penurunan 5% pada tahun pertama, kemudian menurun menjadi 1%-2% pada tahun-tahun berikutnya. Dosis harian prednison 7,5 mg per hari atau lebih secara jelas meningkatkan pengeroposan tulang dan kemungkinan fraktur. Bahkan prednison dosis rendah (5 mg per hari) telah terbukti meningkatkan risiko fraktur vertebra.

E. PatofisiologiF. Manifestasi KlinisOsteoporosis merupakansilent disease. Klien osteoporosis umumnya tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris).Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.Masa total tulang yang terkena, mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu normal yang berbeda. Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor lingkungan.1. Factor genetic meliputi:usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.2. Factor lingkungan meliputi:merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

G. Pemeriksaan Diagnostik1. RadiologisGejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.2. CT-ScanCT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.3. Pemeriksaan LaboratoriumKadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

H. Penatalaksanaan MedisAdapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :1. PengobatanPerempuan yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi dan Bifosonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.Perempuan pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen ( biasanya bersama dengan progesterone) atau alendronat, yang dapat memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Sebelum terapi sulih estrogen dilakukan,biasanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan payudara dengan mammogram, pemeriksaan kandungan, sertaPAP smearuntuk mengetahui apakah ada kanker atau tidak. Terapi ini tidak di anjurkan pada perempuan yang pernah mengalami kanker payudara dan kanker kandungan (ndometrium).a. Pemberianalendronat,yang berfungsi untuk :1) Mengurangi kecepatan penghancuran tulang pada perempuan pasca menopause.2) Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.3) Mengurangi angka kejadian patah tulang.b. Pemberian Kalsitonin, untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan melalui suntikan atau melalui semprot hidung.c. Laki laki yang menderita osteoporosis biasanya menapatkan kalsium dan tambahan vitamin Dd. Pemberian Nutrilife-deer Velvet merupakan alternative terkini yang bisa mengatasi osteoporosis. Nutrilife-deer Velvet yang terbuat dari tanduk Rusa Merah New Zealand, terbukti bermanfaat untuk mencegah osteoporosis dan telah digunakan selama lebih dari 10.000 tahun oleh China, Korea, dan Rusia. Obat ini mengandung delapan factor pertumbuhan, prostaglandin, asam lemak, asam amino, dan komponen dari kartilago, dan dosisnya 1x1/kapsul 1 hari.e. Pengobatan patah Tulang pada Osteoporosis.Patah tulang panggul biasanya di atasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau di perbaiki dengan pembedahan. Jika terjadi penipisan tulang belakang disertai nyeri panggung yang hebat, dapat di berikan obat pereda nyeri, di pasang supportive back brace, dan dilakukan terapi fisik dengan mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat atau dingin selama 10 20 menit.Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolicMenghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.2. PencegahanPencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:a. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimalb. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:1) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)2) Latihan teratur setiap hari3) Hindari:a) Makanan Tinggi proteinb) Minum kopic) Minum Antasida yangd) Merokoke) Mengandung Alumuniumf) Minum Alkohol4) Pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan kaki, berenang, senam aerobic).5) Pencegahan Dan Pengobatan dengan vitamin dan mineral :a) Vitamin Cb) Fosforc) Zat besid) Magnesiume) Boronf) Nutrilife-deer Velvetg) Seng ( zinc )h) Jus Timuni) Vitamin Dj) Jus Brokolik) Beras ponnil) Jus Avokadm) Kalsiumn) Jus Kale-collard

I. KomplikasiOsteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

J. Asuhan Keperawatan1. PengkajianPengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan klien yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.a. Anamnese:1) Identitasa) Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.b) Identitas penanggung jawabIdentitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.2) Riwayat KesehatanRiwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi:a) Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang.b) Berat badan menurun.c) Biasanya diatas45 tahun.d) Jenis kelamin sering pada wanita.e) Pola latihan dan aktivitas.

3) Pola aktivitas sehari-hariPola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik.Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.

4) Aspek Penunjanga) RadiologiGejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.b) CT-ScanDapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

5) Pemeriksaan Fisika) B1 (Breathing).Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru.Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.b) B2 ( Blood).Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat. c) B3 ( Brain).Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.Kepala dan wajah: ada sianosisMata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.Leher: Biasanya JVP dalam normalNyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebrad) B4 (Bladder).Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.e) B5 ( Bowel).Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.f) B6 ( Bone).Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowagers hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.6) Riwayata) PsikososialPenyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.2. Diagnosa KeperawatanMasalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :a. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampakmeringis.b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.c. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.d. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.e. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).f. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras.g. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah

3. Intervensia. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang.Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.Kriteria Hasil: Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana.

IntervensiRasional

Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri terlokalisasi atau menyebar pada abdomen atau pinggang.Ajarkan pada klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri.Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat dengan berbaring dalam posisi telentang selama kurang lebih 15 menit1.Tulang dalam peningkatan jumlah trabekular, pembatasan gerak spinal.2.Alternatif lain untuk mengatasi nyeri, pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.3.Keyakinan klien tidak dapat menoleransi obat yang adekuat atau tidak adekuat untuk mengatasi nyerinya.4.Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengandisfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.Criteria hasil: Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari hari secara mandiriIntervensiRasional

Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.Rencanakan tentang pemberian program latihan:Bantu klien jika diperlukan latihanAjarkan klien tentang aktivitas hidup sehari hari yang dapat dikerjakanAjarkan pentingnya latihan.Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan aktivitas hidup sehari hari, rencana okupasi .Peningkatan latihan fisik secara adekuat:dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalaninstruksikan klien untuk latihan selama kurang lebih 30menit dan selingi dengan istirahat dengan berbaring selama 15 menithindari latihan fleksi, membungkuk tiba tiba,dan penangkatan beban berat1.Dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemapuannya.2.Latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah

3.Aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri

4.Dengan latihan fisik:Masa otot lebih besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosisProgram latihan merangsang pembentukan tulangGerakan menimbulkan kompresi vertical dan fraktur vertebra.

c. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh.Tujuan: Cedera tidak terjadiKreteria Hasil: Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi: Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan frakturIntervensiRasional

1.Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya:Tempatkan klien pada tempat tidur rendah.Amati lantai yang membahayakan klien.Berikan penerangan yang cukupTempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi.Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan.2.Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan:Kaji kebutuhan untuk berjalan.Konsultasi dengan ahli therapist.Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan.Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar ruangan.

3.Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara hati-hati.4.Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak naik tanggga, dan mengangkat beban berat.Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis:Rujuk klien pada ahli giziAjarkan diet yang mengandung banyak kalsiumAjarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi6.Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang7.Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan.1.Menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.

2.Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.

3.Penarikan yang terlalu keras akan menyebabkan terjadinya fraktur.

4.Pergerakan yang cepat akan lebih memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis.5.Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium serum, mencegah bertambahnya kehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kalsium dalam urine. Alcohol akan meningkatkan asidosis yang meningkatkan resorpsi tulang6.Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis.7.Obat-obatan sepertidiuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, megantuk, dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.

4.Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun,Tujuan:setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri klien terpenuhi.criteria hasil:klien mampu mengungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang kebersihan diri,mampu mendemonstrasikan kebersihan optimal dalam perawatan yang diberikan.IntervensiRasional

1.Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitasperawatan.2.Beri perlengkapan adaptif jika dibutuhkan misalnya kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki atau keset yang tidak licin, alat pencukur, semprotan pancuran dengan tangkai pemegang.3.Rencanakan individu untuk belajar dan mendemonstrasikan satu bagian aktivitas sebelum beralih ke tingkatan lebih lanjut.1.Untuk mengetahui sampai sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.

2.Peralatan adaptif ini berfungsi untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya.

3.Bagi klien lansia, satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri.

5.Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).

Tujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkanadaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri.criteria hasil:klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif.IntervensiRasional

1.Dorong klien mengekspresikan perasaannya khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinya.2.Hindari kritik negative.3.Kaji derajat dukungan yang ada untuk klien

1.Ekspresi emosi membantu klien mulai meneerima kenyataan.

2.Kritik negative akan membuat klien merasa semakin rendah diri.3.Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses adaptasi

6.Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan kerasTujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan eleminasi klien tidak terganggu dengancriteria hasil:klien mampu menyebutkan teknik eleminasi feses, klien dapat mengeluarkan feses lunak dan berbentuk setiap hari atau 3 hari.

IntervensiRasional

1.Auskultasi bising usus2.Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang

3.Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses.

4.Lakukan latihan defekasi secara teratur5.Anjurrkan klien untuk mengkonsumsi makanan berserat dan pemasukan cairan yang lebih banyak termasuk jus/sari buahR/meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah1.Hilangnya bising usus menandakan adanya paralitik ileus.

2.Hilangnya peristaltic(karena gangguan saraf) melumpuhkan usus, membuat distensi ileus dan usus.3.Mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan.4.Program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin.5.Meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah.

7.Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenangKriteria hasil:Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan mampu menyebutkan program terapi yang diberikan,klien tampak tenang

IntervensiRasional

Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datangAjarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosisBerikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat1.Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.2.Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya3.Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal

D.IMPLEMENTASIPada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yangditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :1. Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif.Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untukmemenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.3. Dokumentasi : Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.E.EVALUASIHasil yang diharapkan meliputi:Nyeri berkurangTerpenuhinya kebutuhan mobilitas fisikTidak terjadi cederaTerpenuhinya kebutuhan perawatan diriStatus psikologis yang seimbangTerpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi

BAB IVPENUTUPKesimpulan :Osteoporosisadalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)Penyakit osteoporosisadalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.Saran :Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya sajaDiharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calonperawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai ASKEP MUSKULOSKELETALOSTEOPOROSIS menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :1.Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.2.Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA:

The power of soul for great health, mei 2006

dr. Iskandar junaiadi

Kumar, Vinay, Abul K. Abbas dan Nelson Fausto. 2005.Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Lewis, Sharon L. 2007.Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical Problems Volume 2.Seventh Edition. St.Louis : Mosby.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6.Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001.Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.Edisi 2. Jakarta : EGC.

http://ismaelstikesperintis.wordpress.com/2010/12/15/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-osteoporosis/http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.htmlhttp://www.4shared.com/office/4a5VvsYC/asuhan_keperawatan_osteoporosi.htmhttp://www.infokeperawatan.com/susu-hanya-efektif-cegah-osteoporosis-sebelum-usia-30-tahun.htmlhttp://www.slideshare.net/search/slideshow?searchfrom=header&q=patofisiologi+osteoporosis