Geologi struktur
-
Upload
roni-hepson-tambun -
Category
Documents
-
view
196 -
download
13
Transcript of Geologi struktur
LAPORAN PRAKTIKUM
LAPANGAN GEOLOGI DASAR
ACARA : GEOLOGI STRUKTUR
Disusun Oleh:
Roni Hepson Tambun
21100112140089
LABORATORIUM PALEONTOLOGI,GEOLOGI
FOTO DAN GEOOPTIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
DESEMBER 2012
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Mengetahui tentang pembentukan suatu singkapan yang diamati
dilapangan.
Mengetahui tentang struktur geologiyang ada dilapangan.
Mengatahui tentang genesa struktur geologipada bentang alam yang
diamati.
Menginterpretasian struktur geologi dengan pengamatan peta
topografi.
1.2 Tujuan
Adapaun tujuan dari Praktikum Lapangan Geologi Dasar, acara : Geologi
Struktur ini yaitu :
Mampu melakukan pendeskripsian terhadap kenampakan struktur
geologi pada suatu bentang alam.
Dapat menginterpretaskani genesa pembentukan struktur geologi di
lapangan.
Dapat mengetahui jenis-jenis struktur geologi dengan melakukan
interpretasi peta topografi.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum Lapangan Geologi Dasar acara : Geologi Struktur
telah dilaksanakan pada :
hari : Sabtu
tanggal : 17 November 2012
pukul : 08.15
tempat : Sungai Banyumeneng, Girikusumo, Mranggen, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah.
1.4 Kesampaian Daerah
2
Sebelum berangkat lokasi stasiun pengamatan,terlebih dahulu praktikan
dan asisten berkumpul di depan kampus Gedung Pertamina Sukowati untuk
melakukan briefing pada pukul 06.00.Kemudian setelah semua perlengkapan dan
personil lengkap kita pun brangkat dari Sukowati menuju daerah pengamatan
pada pukul 07.00 menggunakan sepeda motor.Setelah melewati panorama sawah -
sawah dan alam yang luarbiasa daerah Mranggen akhirnya kita tiba di pintu
masuk yaitu di sekitar bendungan Sungai Banyumeneng menuju tempat
pengamatan pada pukul 08.15.Kemudian kita melanjutkan perjalan munuju
stasiun pengamatan yang pertama dan tiba pada pukul 08.15.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pendahuluan
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat
dari gaya yang bekerja di dalam bumi.Secara umum pengertian geologi struktur
adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian
dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.
Untuk mempelajari geologi struktur,ada beberapa tahapan yang dapat
dilakukan.Pertama-tama adalah mengenal jenis-jenis struktur batuan yang ada.Hal
ini pada umumnya dilakukan pada pengamatan di lapangan.Jenis-jenis struktur
tersebut kemudian diamati bentuknya,dideskripsi sifat simestrinya,diukur
kedudukannya,dan sebagainya,serta bila perlu,digambarkan dalam pet,ini disebut
sebagai analisis deskriptif.
Tahap berikutnya adalah mengamati sifat perubahan (strain) yang terjadi
pada batuan dengan dasar pengetahuan tentang proses deformasi yang terjadi pada
batuan.Pengamatan ini meliputi sifat perubahan tempat atau gerak
(displacement),perubahan bentuk (distorsion) dan perubahan ukuran
(dilation).Tahapan ini disebut sebagai analisis kinematik.Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan tentang sifat fisik batuannya terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi akibat deformasi.Sebagai kelanjutan dari analisis kinematik,langkah
berikutnya adalah mempelajari ‘penyebab’ dari perubahan yang terjadi pada
batuan.Perubahan seperti pergerakan dan perubahan bentuk adalah respon dari
batuan terhadapa gaya (force) dan tegasan (stress).
2.2 Struktur Batuan
Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan
batuan,termasuk di dalamnya bentuk dan kedudukannya.Didasarkan pada proses
pembentukannya,struktur batuan dapat dibedakan menjadi:
4
A.Struktur primer,yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan
batuan tersebut,misalnya,pada batuan sedimen : bidang perlapisan
bersilang,gelembur gelombang,perlapisan bersusun,dan sebagainya.Pada batuan
beku : struktur aliran,kekar akibat pendinginan dan sebagainya.
B.Struktur sekunder,yaitu struktur yang terjadi kemudian,setelah batuan
terbentuk,yaitu akibat proses deformasi atau tektonik.Jenis struktur yang termasuk
di dalam struktur sekunder diantaranya adalah :
lipatan,rekahan(kekar),patahan(sesar),dan sebagainya.
2.3 Deformasi Batuan.
Deformasi merupakan perubahan volume atau bentuk suatu material atau
batuan.
A.Penyebab Deformasi
Stress adalah gaya yang bekerja pada satuan luas.Macam-macam stress:
1.Stress yang dari segala arah sama (Uniform stress ):
Confining stress
2.Stress yang besarnya berbeda dari segala arah (Differential stress ):
Tensional stress yang menyebabkan tarikan pada batuan;Compressional
stress yang menekan batuan;Shear stress yang menyebabkan pergeseran dan
puntiran.
Strain adalah perubahan ukuran,bentuk atau volume dari material,terjadi akibat
batuan mengalami deformasi.
Gambar 2.1 Jenis-jenis stress
5
B.Tahapan Deformasi
Bila batuan mengalami penambahan stress akan terdeformasi melalui 3
tahap berurutan :
1.Elastic deformation adalah deformasi sementara tidak permanen atau kembali
ke bentuk awal (revesible).Begitu stress hilang,batuan kembali ke bentuk dan
volume semula.Seperti karet yang ditarik akan melar tapi jika dilepas akan
kembali ke panjang semula.Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic
limit,yang apabila dilampaui batuan yang pernah mengalami deformasi elastic
ini,karena tidak meninggalkan jejak atau bekas,karena kembali ke keadaan
semula,baik bentuk maupun volumenya.
2.Ductile deformation merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan
perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali.
3.Fracture terjadi apabila batas atau limit elastic dan ducktile deformasi
dilampaui.Deformasi rekahan ( fracture deformation) dan lentur (ductile
deformation) adalah sama,menghasilkan regangan (strain) yang tidak kembali ke
kondisi semula.
2.4 Jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai
produk dari gaya-gaya yang bekerja pada batuan,yaitu (1) Kekar (fractures) dan
Rekahan (cracks) (2) Perlipatan (folding) dan (3) Patahan/Sesar (fault)
Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsure
struktur,yaitu:
A.Kekar dan Rekahan
Banyak teori yang dikemukan untuk menjelaskan terjadinya kekandasan
pada batuan bila mengalami suatu gaya tekanan, terutama dalam hal pembentukan
rekahan-rekahan gerus (shear fracture) dan hubungannya dengan besarnya sudut
yang mereka bentuk di alam.Rekahan adalah hasil proses geologi yang tidak
menunjukkan perpindahan yang dapat diamati (Ramsay &
Huber,’87).Rekahan adalah pecahan pada batuan yang tidak atau sedikit sekali
mengalami pergerakan (Twiss & Moores,’92).Retakan pada batuan yang sedikit
atau tidak sama sekali mengalami pergeseran (Davis,1996). Retakan yang terjadi
6
gaya tekanan disebut “shear fractures” dan yang terjadi karena gaya tarikan
disebut “tension fractures” (Hatcher,1990 & Dennis,1972).Billings (1972),
membagi kekar tarikan kedalam “extension joints” dan “release joints”.
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.Fungsi
kekar adalah sebagai jalannya larutan (air/larutan magma dll),sebagai ruang untuk
pengendapan cebakan,sebagai jalan migrasi minyak bumi,sebagai reservoir
minyak bumi untuk memudahkan penambangan batu.Secara umum dicirikan oleh:
a)Pemotongan bidang perlapisan batuan;
b)Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
c) kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.Kekar yang
umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
1.Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.Kekar jenis shear
joint umumnya bersifat tertutup.
2.Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama.Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3.Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
Terjadinya kekar dapat disebabkan karena ;
-Tektonik (Kekar Gerus/Shear Joint dan Kekar Regangan/ Tension Joint/Gash
Fracture,Extension & Release Joint)
-Non-Tektonik (coling Joint, Shrinkage Joint & akibat hilangnya beban ).
B.Sesar atau Patahan
Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu
yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang
mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan (fracture).Tekanan yang
diberikan mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat
lama dan hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan
7
sampai beberapa meter.Ketika ini terjadi,maka akan timbul sebuah gaya yang
sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat suatu batuan
mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa. Arah pergerakan
pada suatu patahan tergantung pada kekuatan batuan. Patahan diakibatkan oleh
batuan yang ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam
bentuk tekanan ( pada umumnya membentuk lipatan) yang kemudian batuan dapat
pecah. atahan adalah istilah yang menandai adanya gaya tekan atau tekanan dan
terjadi secara alami yang geometris.
Patahan terjadi searah dengan retakan.Sesar atau patahan mempunyai
bentuk dan ukuran bervariasi,ukurannya ada yang sepanjang ratusan Km,ada yang
hanya beberapa Cm saja.
Patahan terdiri dari beberapa tipe yang diantaranya :
a.Dip – Slip Fault
- Normal Fault
Patahan normal adalah patahan yang terjadi pada batuan yang salah satu
bagiannya mengalami pergerakan ke bawah terhadap keadaan asalnya. Gerakan
patahan ini adalah disebabkan oleh kekuatan tegang dan mengakibatkan perluasan
(ada bidang fault plane).Nama lain adalah normal-slip fault,patahan gaya berat
atau patahan tegang.
Gambar 2.2 Normal fault
8
- Reserve fault
Pada reserve fault adalah kebalikan dari normal fault.Yaitu arah patahan
bagian batuan adalah naik terhadap keadaan awal batuan.Gerakan patahan ini
disebabkan oleh kekuatan compresional (tekanan) yang mengakibatkan
pemendekan atau penyempitan.
Gambar 2.3 Reserve fault
b.Strike – Slip Fault.
Patahan Strike – Slip ini merupakan patahan yang terjadi pada batuan yang
arah patahannya secara horizontal.Bagian yang bergerak menjauhi bagian kanan
bidang dinamanakan left-fault.Dan sebaliknya apabila bagian yang bergerak
menjauhi bagian kiri bidang dinamakan right-fault.Patahan ini terjadi karena gaya
yang mengenai sebuah batuan berasal dari samping atau gaya melintang.
Gambar 2.4 Strike – slip fault
c.Oblique – slip Fault
Oblique – Slip Fault merupakan kejadian yang merupakan gabungan dari
Dip-Slip fault dan strike-slip fault.Sehingga pergerakan batuan terjadi secara naik
9
atau turun dan juga mengalami pergerakan secara horisontal ke kanan atau ke kiri.
Sehingga pergerakan yang timbul secara vertikal dan horizontal.Patahan ini
disebabkan oleh gaya tekan dari atas atau dari bawah dan juga gaya samping yang
diberikan / dikenakan pada batuan.
Gambar 2.5 Oblique – slip fault
C.Lipatan
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang
cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke
arah atas.
Gambar 2.6 Lipatan berdasarkan lengkungannya
10
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya,lipatan dapat
dikelompokkan menjadi :
1) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.
3) Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau
tidaknya sumbu utama.
4) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
5) Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
6) Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
7) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar.
Gamabr 2.7 Jenis-jenis lipatan
Disamping lipatan tersebut diatas,dijumpai juga berbagai jenis lipatan,seperti
Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan
suatu sesar.
11
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
3.1 Daerah Geologi Kali Banyumeneng
Lokasi studi secara administratif mencakup seluruh wilayah Kotamadya
Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada koordinat
110º16’20’’ – 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ – 7º 07’04’’ Lintang
Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2.
Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia
beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan silih berganti
sepanjang tahun. Besarnya rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah
Semarang utara 2000 – 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500
– 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata perbulan berdasarkan data dari
tahun 1994 – 1998 berkisar antara 58 – 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi di
daerah pemetaan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah
hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada
bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 – 131
mm/bulan.
Kali Banyu Meneng terletak di daerah Desa Banyu Meneng Kecamatan
Mranggen, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan daerah dengan bentang alam
fluvial karean terdapat sungai yang panjang, akan tetapi daerah ini juga terdapat
bentang alam strutural karena terdapat sesar dan kekar yang di akibatkan oleh
gaya tektonik pada daerah tersebut. Kali Banyu Meneng dikatakan pada
dahulunya merupakan sebuah lautan yang dimana laut tersebut mengalami
pengangkatan(uplift) dan dipengaruhi gaya tektonik yang membuat lapisan itu
bergeser-geser, lalu daerah itu mengalami deformasi sehingga permukaan itu
membentuk fracture geser berupa sesar. Pada daerah ini lebih banyak di temukan
batuan sedimen, lanau, dan beberapa batu gamping. Karena daerah ini tingkat
sedimentasinya sangat tinggi yang di pengaruhi oleh air sehingga banyak juga
terdapat batuan yang telah tertransport oleh aliran sungai.
12
3.2 Morfologi Daerah
Morfologi daerah studi berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan
lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
1.Dataran.
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai dan setempat di
bagian baratdaya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng
umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 –
5% (0-3%), ketinggian tempat di baruan utara antara 0 – 25 m dpl dan di baguan
baratdaya ketinggiannya antara 225 – 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9
km2 (42,36%) dari seluruh daerah studi.
2.Daerah Bergelombang.
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan
lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan
kemiringan lereng medan 5 – 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 – 200 m
dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah studi.
3.Pebukitan Berlereng Landai.
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan,
mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10
– 15 % dengan ketinggian wilayah 25 – 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31
km2 (18,84%) dari seluruh daerah pemetaan.
3.Pebukitan Belereng Agak Terjal.
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan
lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 – 30%,
ketinggian tempat antara 25 – 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2
(14,8%) dari seluruh daerah studi.
4.Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan
lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 – 50%, ketinggian
tempat antara 40 – 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%)
dari seluruh daerah studi.
5.Perbukitan Berlereng Sangat Terjal.
13
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan
lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 – 70%,
ketinggian tempat antara 45 – 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2
(0,58%) dari seluruh daerah studi.
6.Perbukitan Berlereng Curam.
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng
yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 – 300 m
dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah studi.
7.Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah
terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran
perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak
terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan dan konservasi.
3.3 Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang –
Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut:
1.Aluvium (Qa)
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai
litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya
mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari
kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 – 3 m. Bongkah tersusun andesit,
batu lempung dan sedikit batu pasir.
2.Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir
halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat
keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting
joint).
3.Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus,
komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
4.Formasi Jongkong (Qpj)
14
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut
batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman,
komponen berukuran 1 – 50 cm, menyudut – membundar tanggung dengan masa
dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu
tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
5.Formasi Damar (QTd)
Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik.
Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus – kasar, komposisi
terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas
sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,
komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 – 5 cm,
membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik
mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen
terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 – 20 cm, menyudut – membundar
tanggung, agak keras.
6.Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus
sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung
mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat
kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa
dasar tufa, komponen umumnya menyudut – menyudut tanggung, porositas
sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak
rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning
keputihan, halus – kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau,
porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam
keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus – sedang, porositas
sedang, agak keras.
7.Formasi Kalibeng (Tmkl)
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal
berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral
lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras
15
dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini
setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning
kehitaman, halus – kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan
lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
8.Formasi Kerek (Tmk)
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi
volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda – tua, gampingan,
sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram,
moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu
lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis,
kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.
3.4 Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya berupa sesar yang
terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah
barat – timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara
selatan hingga barat laut – tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat
– timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek,
Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
16
BAB IV
DATA LAPANGAN
4.1 STA 1 Pinggir Kali Banyumeneng
Lokasi : Daerah Pinggir Sungai Banyumeneng, Mranggen
Cuaca : Cerah
Waktu : 09.02 WIB
Morfologi : Tebing yang curam dan perbukitan
Bentuk lahan : Meander
Litologi : Batuan sedeimen (batu gamping)
Warna : abu-abu gelap
Struktur : non struktural
Tekstur : subrounded, sortasi baik, kemas tertutup
Nama batuan : batu gamping
Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas,
kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan
sebelumnya yang mengalami transportasi jauh
sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan
sebagian hancur kemudian terkumpul dan
terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan laut
menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami
pengangkatan dan membentuk daratan dan karena
permukaannya yang lebih tinggi dari daerah sekitar
maka terbentuk lereng.Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah
jenis batuan sedimen.
Bentang Alam : Struktural
Struktur Geologi : Sesar turun
Dimensi singkapan : 10 m x 6 m
Strike/dip perlapisan : N1200 E / 450
N1270 E / 500
17
Strike/dip sesar turun : N 3200 E / 320
N 3220 E / 360
Tingkat pelapukan : sedang
Vegetasi : pohon jati, semak-semak belukar, putri malu, dan
pohon pisang
Tataguna lahan : perkebunan
Potensi positif : tempat pariwisata dan tempat penelitian
Potensi negatif : Banjir, erosi dan longsor
Morfogenesa : STA I merupakan daerah dengan litologi batuan
berwarna abu-abu dengan struktur non perlapisan.
Tekstur dari batuan ini kebundarannya baik,
ukuran butirnya pasir halus (skala wenth worth),
sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini
adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama
karbonat.STA ini terbentuk akibat adanya uplift
atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang
membuat litologi disekitar termasuk bukitnya
memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan
batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan
ini disebakan karena adanya gaya tektonik
lempeng yang saling bertumbkan sehingga
mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan
dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena
adanya pengaruh dari air permukaan namun tidak
terlalu kuat maka perlapisan pada batuan ini tidak
tergerus seperti STA dan tetap berbentuk lereng.
Dan karena adanya gaya tektonik susulan
mengakibatkan bidang perlapisan pada STA ini
mengalami rekahan dan rekahan tersebut akhirnya
mengalami pergeseran dengan hanging wall
18
bergerak turun ke bawah atau sering disebut
singkapan sesar turun.
Gambar 4.1 STA 1 Daerah Pinggiran Mranggen
4.2 STA 2 Daerah Sungai Banyumeneng,Mranggen
Lokasi : Kali Banyumeneng
Cuaca : Cerah
Waktu : 10.05 WIB
Morfologi : Sungai yang bermeander dan perbukitan
Bentuk lahan : Meander
Litologi : Batuan sedimen (batulempung)
Warna : Coklat keabu-abuan
Ukuran Butir : Lempung ( >1/256) Batu sedimen (batupasir)
Warna : Abu abu
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
19
Ukuran butir : Pasir kasar
Petrogenesa : Berdasarkan pengamatan pada batuan di daerah
STA 2 memiliki warna merah bata yang dimana
berupa pengotor pada batuan, batuan ini memiliki
tekstur holokristalin, equigranular, fanerik, dan
euhedral.Batuan ini memiliki mineral yang masih
tampak seperti biotit dan hornblende. Berdasarkan
pengamatan batuan di daerah STA 1 batuan ini
termasuk dalam batuan beku namun batuan ini
telah mengalami transport karena telah mulai
mengikis.
Bentang Alam : Fluvial (stadia dewasa)
Struktur Geologi : Sesar sinistral
Strike/dip perlapisan : N1440 E / 540
Strike/dip bidang sesar geser : N 1450 E / 500
N 3400 E / 700
Strike/dip bidang sesar : N 350 E / 650
N 460 E / 690
Tingkat pelapukan : Sedang
Vegetasi : pohon jati, pohon bambu kuning, dan ilalang
Tataguna lahan : Pengairan, MCK
Potensi positif : tempat penelitian
Potensi negatif : Banjir dan erosi
Morfogenesa : STA 2 terdapat sesar mendatar yaitu sesar sinistral.
Dimana sesar itu sendiri merupakan rekahan yang
cenderung mengalami perubahan tempat, sedangkan
sinistral sesar yang mendatar mengiri, dimana sesar
ini disebabkan adanya gaya tektonik. Sesar ini dapat
diketahui karenaa adanya perbedaan batas batuan.
Kemiringan (bidang yang tegak lurus dengan strike)
20
bidang sesar tidak curam. Sesar ini hanya berskala
mikro (kecil).
Gambar 4.2 Sesar Sinistral Pada STA II di Meander Banyumeneng
4.3 STA 3 Daerah Kali Banyumeneng
4.3.1 Lokasi Pengamatan 1
Lokasi : Kali Banyumeneng
Cuaca : Cerah
Waktu : 11.20 WIB
Morfologi : Sungai yang terdapat antiklin pada bagian
pinggirnya
Bentuk lahan : Sungai
Litologi : Batuan sedimen (batu lanau)
Warna : Abu-abu
Struktur : Non struktural
Tekstur : Subrounded, sortasi baik, kemas tertutup
Nama batuan : Batulanau
Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas,
kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan
21
sebelumnya yang mengalami transportasi jauh
sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan
sebagian hancur kemudian terkumpul dan
terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan
laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami
pengangkatan dan membentuk daratan selajutnya
karena aliran air permukaan maka lapisan batuan
ini muncul dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah
jenis batuan sedimen.
Bentang Alam : Fluvial
Struktur Geologi : Antiklin (lipatan asimetri)
Strike/dip antiklin : N 2900 E / 470
N 1450 E / 300
Tingkat pelapukan : Sedang
Vegetasi : Pohon jati, pohon bambu kuning, dan semak-
semak
Tataguna lahan : Sumber air, dan pengairan
Potensi positif : Tempat penelitian
Potensi negatif : Banjir dan erosi
Morfogenesa : STA III / LP I merupakan daerah dengan litologi
batuan berwarna abu-abu dengan struktur
perlapisan.Tekstur dari batuan ini kebundarannya
baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth),
sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini
adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama
karbonat.STA ini terbentuk akibat adanya uplift
atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang
membuat litologi disekitar termasuk bukitnya
memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan
batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan
22
ini disebakan karena adanya gaya tektonik
lempeng yang saling bertumbukan sehingga
mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan
dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena
adanya pengaruh dari air permukaan maka
perlapisan pada batuan ini tergerus dan
membentuk sungai. Dan dari hasil penggerusan
tersebut terlihat bidang perlapisan yang jelas dan
perlapisan yang dijumpai berupa lipatan asimetri.
Gambar 4.3 Antiklin Pada Lokasi Pengamatan 1
4.3.2 Lokasi Pengamatan 2
Lokasi : Kali Banyumeneng
Cuaca : Cerah
Waktu : 11.30 – 11.50 WIB
Morfologi : Meander sungai yang
terdapat sesar geser (dekstral)
Bentuk lahan : Sungai
Litologi : Batuan sedimen (batu lanau)
23
Warna : Abu-abu
Struktur : Non struktural
Tekstur : Subrounded, sortasi baik, kemas tertutup
Nama batuan : Batu gamping
Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas,
kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan
sebelumnya yang mengalami transportasi jauh
sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan
sebagian hancur kemudian terkumpul dan
terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan
laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami
pengangkatan dan membentuk daratan selajutnya
karena aliran air permukaan maka lapisan batuan
ini muncul dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah
jenis batuan sedimen.
Bentang Alam : Fluvial
Struktur Geologi : Sesar Geser (Dekstral)
Strike/dip sesar geser : N 3410 E / 78 0
N 3280 E / 670
N 3340 E / 790
N 3340 E / 790
N 3300 E / 780
Tingkat pelapukan : Rendah
Vegetasi : Pohon jati, pohon bambu kuning, dan semak-
semak
Tataguna lahan : Sumber air, dan pengairan
Potensi positif : Tempat penelitian
Potensi negatif : Banjir dan erosi
Morfogenesa : STA III / LP II merupakan daerah dengan litologi
batuan berwarna abu-abu dengan struktur
24
perlapisan.Tekstur dari batuan ini kebundarannya
baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth),
sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini
adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama
karbonat. STA ini terbentuk akibat adanya uplift
atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang
membuat litologi disekitar termasuk bukitnya
memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan
batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan
ini disebakan karena adanya gaya tektonik
lempeng yang saling bertumbkan sehingga
mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan
dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena
adanya pengaruh dari air permukaan maka
perlapisan pada batuan ini tergerus dan
membentuk sungai. Dan karena adanya gaya
tektonik susulan mengakibatkan bidang perlapisan
pada STA ini mengalami rekahan dan rekahan
tersebut akhirnya mengalami pergeseran dengan
arah geser horizontal dengan bidang berser ke
kanan atau sering disebut singkapan sesar geser
dekstral.
25
Gambar 4.4 Sesar Dekstral Pada Lokasi Pengamatan 2
26
BAB V
PEMBAHASAN
Pada pengamatan tanggal 17 November 2012 di daerah Kali Banyu
Meneng, Desa Banyu Meneng, Kecamatan Mranggen, Jawa Tengah dimana
waktu keberangkatan pukul 07.00 dari gedung Pertamina Sukowati Universitas
Diponegoro. Dengan cuaca cerah akan tetapi di perjalanan terdapat halangan yaiut
jalan yang dikatakan sangat buruk dan berbatu. Perjalanan menuju kali Banyu
Meneng memerlukan sekitar waktu ±45 menit, dilanjutkan dengan berjalan kaki
menuruni bukit hingga sampai di daerah tujuan. Pada pengamatan daerah ini
terdapat tiga STA yang harus diamati. Jarak dari daerah pengamatan satu dengan
yang lain cukup jauh dan memiliki jalan berbatu.
5.1 Analisa Sayatan Peta Topografi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap daerah ini
dan penggabungkan data lapangan dengan teori yang sudah ada serta geologi
regional daerah ini maka dapat dilakukan interpretasi peta topografi sebagai
berikut ini.Sayatan pada peta topografi yang melalui Sungai Banyumeneng
ternyata pada daerah tersebut dikelilingi oleh bukit-bukit yang sedang atau agak
curam.Sayatan menyilang ini melewati puncak Gunung Magerdjenu dan melewati
beberapa puncak bukit yang lebih rendah dari Gunung Magerdjenu. Puncak bukit
ini berada tepat disebelah sungai Banyumeneng sehingga daerah di pinggir sungai
banyumeneng terkesan beupa bukit-bukit yang agak curam. Namun kecuraman itu
tidak sama antara sisi kanan dan sisi kiri sungai Banyumeneng. Sisi lainnya yang
tersayat cenderung lebih landai dibandingkan sisi yang dekat dengan puncak bukit
dekat Gunung Magedjenu.
5.2 Litologi
Pada Stasiun Pengamatan pertama ditinjau dari deskripsi megaskropis
batuan di atas, kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan sebelumnya yang
mengalami transportasi jauh sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan
sebagian hancur kemudian terkumpul dan terendapkan serta tersedimentasi di
lingkungan laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami pengangkatan dan
27
membentuk daratan dan karena permukaannya yang lebih tinggi dari daerah
sekitar maka terbentuk lereng.
Gambar 5.1 Batu Gamping Pada STA 1
Pada Stasiun Pengamatan kedua, daerah ini memiliki litologi yang
didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur non
perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya
lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah
jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat.
Pada Stasiun Pengamatan LP I,daerah ini memiliki litologi yang
didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur
perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya
lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah
jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat. Pada daerah pengamatan
ketiga LP II, daerah ini memiliki litologi yang didominasi oleh batuan dengan
ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur perlapisan. Tekstur dari batuan ini
yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya
baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semen
utama karbonat.
28
Gambar 5.2 Batu lempung ( kiri ) dab Batu pasir ( kanan)
5.3 Geologi Struktur
Pada STA 1 ini ditemukan struktur geologi yaitu adanya sesar turun.
Dimana sesar yang terdapat pada singkapan ini memunyai hanging wall turun
oleh sebab itu dinamakan sesar turun. Pada sesar ini kami melakukan pengukuran
sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 1200 E / 450 dan N1270 E / 500. Selain
mengukur strike and dip dari sesar turunnya kami juga melakukan pengukuran
strike and dip dari perlapisannya sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 3200 E
/ 320 dan N 3220 E / 360.
Sesar turun
Gambar 5.3 sesar turun
Selain terdapatnya sesar pada singkapan ini juga terdapat adanya kekar
yaitu suatu struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Kekar yang
terdapat pada singkapan ini adala kekar tarik atau extension fracture karena
rekahan yang ada pada singkapan ini tergolong terbuka.
29
Gambar 5.4 gambar kekar tarik atau extention fracture
Pada STA 1 kita menemukan batu sedimen, dimana batuan sedimen
berupa batu gamping karenaa jaman dahulu daerah sekitar semarang berupa
lautan, dengan berjalannya waktu dan adanya pergerakan tektonik dalam bumi
terjadi uplift pada permukaan ini, sehingga terangkatlah bagian permukaan ini.
Oleh karenaa itu, bekas lautan ini yang meninggalkan batuan sedimen berupa batu
gamping, dimana batuan gamping mengandung karbonat, karenaa daerah bekas
daerah laut.
Struktur geologi geologi yang kami dapatkan pada STA 2 yaitu sesar
geser, dimana sesar geser yang kami amati adalah sesar geser sinistral yaitu sesar
yang arah prgeserannya berlawanan dengan jarum jam. Pada sesar ini kami
mengukur strike and dipnya, pada sesar yang pertama kami melakukan
pengukuran strike and dip perlapisan dan didapatkan N1440 E / 540
Sesar geser Sinistral
Gambar 5.5 Sesar geser sinistral
30
Dan pada sesar geser sinistral kami melakukan pengukuran strike and
dipnya sebanyak 2 kali dan didapatkan N 1450 E / 500 dan N 3400 E / 70. Selain
mengukur strike and dip dari sesar sinistral, kami juga melakukan pengukuran
strike and dip dari biddang sesarnya dan kami melakukan sebanyak dua kali dan
didapatkan hasil N 350 E / 650 dan N 460 E / 690 .
Ditinjau dari vegetasi yang berada di sekitar singkapan terdiri atas pohon
jati, pohon bambu kuning, dan semak-semak dan tata guna lahan dari singkapa
pada STA 2 ini adalah sebagai sumber air bagi daerah sekitar. Untuk potensi
positif dari singkapan ini menurut kami yaitu sebagai tempat observasi geologi
karenaa di daerah ini terdapat struktur geologi dan adanya batuan gsedimen dan
dari potensi negatifnya yaitu dapat menyebabkan banjir karenaa daerah ini
merupakan daerah fluvial.
Proses terjadinya struktur geologi pada singkapan ini yaitu sesar adalah
dikarenakan adanya tenaga endogen dari dalam perut bumi yang disebut sbagai
tenaga tektonik dan gempa yang dangkal.
Pada STA III / LP I tergolong kedalam bentang alam struktural-fluvial.Hal
ini dibuktikan dengan pembentukan daerah ini yang terjadi akibat adanya uplift
atau pengangkatan dasar laut. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya
tektonik lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk
muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. Kemudian karena
adanya pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan
lama kelamaan membentuk sungai (salah satu bentang alam fluvial). Karena
adanya gaya tektonik yang melampuai batas limit elstik maka perlapisan batuan
pada STA tidak dapat kembali seperti keadaan semula. Gaya tektonik yang
dialami oleh lapisan batuan ini mengakibatkan pengangkatan pada bagian tertentu,
pengangkatan tersebut mengakibatkan terbentuknya lipatan asimetri yang terlihat
akibat adanya pengaruh air permukaan yang terus-menerus menggerus lapisan
yang menutupinya.
STA III LP / II tergolong kedalam bentang alam struktural-fluvial,hal ini
dibuktikan dengan pembentukan daerah ini yang terjadi akibat adanya uplift atau
pengangkatan dasar laut. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya tektonik
31
lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke
permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. Kemudian karena adanya
pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan lama
kelamaan membentuk sungai (salah satu bentang alam fluvial). Karena adanya
gaya tektonik susulan yang mempunyai daya besar sehingga mengakibatkan
bidang perlapisan mengalami deformasi tahap ketiga yaitu fracture yang artinya
batas limit elastik dan ducktile deformasi terlampaui oleh gaya tektonik sehingga
lapiasan batuan mengalami rekahan yang tidak kembali lagi dan rekahan tersebut
mengalami pergeseran dengan arah geser horizontal dengan bidang kanan
bergeser ke depan atau sering disebut singkapan sesar geser dekstral. Kejadian-
kejadian inilah yang membuat litologi di sekitar termasuk bukitnya memiliki
komposisi karbonat yang tinggi dan batuannya berjenis batuan sedimen.
Gambar 5.6 Antiklin Gambar 5.7 Sesar dekstral
BAB VI
32
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.1.1 STA 1 memiliki morfologi yang berada di daerah tebing yang
curam, terdapat beberapa struktur geologi berupa sesar turun dan
kekar.
6.1.2 STA 2 memiliki morfologi sungai yang bermeander. Dan memiliki
litologi batuan sedimen, serta memiliki struktur geologi yaitu sesar
geser sinistral.
6.1.3 STA 3 memiliki merfologi daerah sungai yang memiliki meander.
Terdapat struktr geologi berupa lipatan antiklin dan sesar geser
dextral.
6.2 Saran
6.2.1 Praktikan harus fokus saat asisten menjelaskan konsep materi.
6.2.2 Praktikan bisa membaca refrensi untuk mendukung pemahaman
konsep saat dilapangan.
6.2.3 Praktikan harus lebih komunikatif dengan Asisten Praktikum
DAFTAR PUSTAKA
33
Endarto,Danang.2005.Pengantar Geologi Dasar.Surakarta : Lembaga
Pengembangan Pendidikan
Tim Asisten Geologi Dasar.2012.Buku Panduan Praktikum Geologi
Dasar.Semarang : Universitas Diponegoro
Tim Asisten Mineralogi.2012.Buku Panduan Praktikum Mineralogi.Semarang
: Universitas Diponegoro
Http://www.adipedia.com/20122/04/sesar-mendatar-strike -dip-slip-dan-
sesar.html(Diakses Pada 1 Desember 2012 pukul 22.30)
34