General Anestesi Pada Ulkus Pedis

10
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Winiarti Jenis Kelamin: Perempuan Usia : 39 tahun Berat Badan : 55 kg Alamat : Pohgading – Lombok Timur Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. RM : 209267 MRS : 31 Oktober 2012 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Luka di kaki kanan Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD DR. R. Soedjono Selong dengan keluhan luka di kaki kanan sejak 1 bulan yang lalu. BAB warna hitam, BAK meningkat terutama pada malam hari. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku tidak ada riwayat hipertensi, DM (+) sejak umur 18 tahun, penyakit jantung (-), asma (-). Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengaku ada keluarga pasien yang menderita sakit yang sama dengan pasien. Riwayat Operasi : Pasien mengaku pernah operasi kaki kiri 4 tahun yang lalu. Riwayat Pengobatan dan Alergi : Riwayat pengobatan jangka panjang (+), riwayat alergi terhadap obat- obatan (-) dan riwayat alergi terhadap makanan(-). III. PEMERIKSAAN FISIK a.Pemeriksaan Fisik Umum Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6 Status Gizi : Cukup 1

Transcript of General Anestesi Pada Ulkus Pedis

Page 1: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

I. IDENTITAS PASIENNama : WiniartiJenis Kelamin : PerempuanUsia : 39 tahunBerat Badan : 55 kgAlamat : Pohgading – Lombok TimurPekerjaan : Ibu Rumah TanggaNo. RM : 209267MRS : 31 Oktober 2012

II. ANAMNESISKeluhan Utama : Luka di kaki kananRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD DR. R. Soedjono Selong dengan keluhan luka di kaki kanan sejak 1 bulan yang lalu. BAB warna hitam, BAK meningkat terutama pada malam hari.Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku tidak ada riwayat hipertensi, DM (+) sejak umur 18 tahun, penyakit jantung (-), asma (-).Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengaku ada keluarga pasien yang menderita sakit yang sama dengan pasien.Riwayat Operasi : Pasien mengaku pernah operasi kaki kiri 4 tahun yang lalu. Riwayat Pengobatan dan Alergi : Riwayat pengobatan jangka panjang (+), riwayat alergi terhadap obat-obatan (-) dan riwayat alergi terhadap makanan(-).

III. PEMERIKSAAN FISIKa. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum : SedangKesadaran : Compos MentisGCS : E4V5M6Status Gizi : CukupTanda Vital :

TD : 140/90 N : 86x/menitR : 16x/menitT : 36,80C

b. Status GeneralisKepala : Bentuk dan ukuran normal, rambut normal.Mata : Bentuk dan ukuran simetris, eksoftalmus (-), nistagmus(-), oedem palpebra (-), ptosis (-), konjungtiva anemis (-), pupil isokor.Telinga : Bentuk normal, simetris, sekret (-), nyeri tekan (-).

1

Page 2: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

Hidung : Bentuk simetris, deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-).Mulut : Bentuk simetris, bibir sianosis (-), gigi palsu (-), tes mallampati grade I.Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), fleksi dan ekstensi tidak ada keterbatasan gerak.Thoraks : Bentuk dan gerak dada simetris, vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).Jantung : S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-).Abdomen : Bentuk normal, nyeri tekan (-).Ekstremitas : Tampak kaki kanan dibungkus perban, akral hangat, oedem kaki (-/-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGHb : 11,3 g/dLeukosit : 10.000/µlLED : 85 mm/1 jamEritrosit : 4,47 juta/µlTrombosit: 562.000/µlHematokrit: 35,0 %BT : 1’50”CT : 5’00”SGOT : 22,7 U/LSGPT :13,0 U/LGDS : 265 mg%Ureum : 61,0 mg/dlKreatinin : 2,11 mg/dlAlbumin : 1,73 g/dl

V. KESIMPULAN PRE OPERATIFDiagnosa : Ulkus PedisRencana Operasi : DebridementACC Operasi : 8 September 2012Klasifikasi ASA : ASA 2Rencana Anestesi : Anestesi UmumKIE Pasien : Puasa 6 jam mulai pukul 00.00 WITA

2

Page 3: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

VI. PENATALAKSANAAN Pemantauan keadaan umum dan tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,

pernafasan)

VII. LAPORAN OPERASIa. Tanggal Operasi : 8 September 2012 b. Persiapan :

1. Menyiapkan alat-alat : peralatan monitor (tanda vital), peralatan resusitasi (mesin anestesi, ambu bag, tabung oksigen), serta obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan untuk anestesi umum.

2. Pemasangan jalur intravena ditangan.3. Pemasangan pengukur saturasi oksigen di jari tangan.4. Observasi tanda vital pre operasi :

TD : 120/70N : 88x/menitR : 16x/menitt : 36,50C

c. PembedahanMulai anestesi : Pukul 12.15 WITAMulai Operasi : Pukul 12.25 WITASelesai Operasi : Pukul 13.00 WITASelesai Anestesi : Pukul 13.10 WITA

d. Prosedur Anestesia1. Pasien dibaringkan di meja operasi2. Pemberian sulfas atropin 0,25 mg IV3. Pemberian midazolam 10 mg IV4. Pemberian petidin 50 mg IV5. Pemberian ketamin 100 mg IV6. Pemberian ondansetron 1 amp IV7. Inhalasi sevofluran 2 % dengan masker muka8. Terapi cairan :

Cairan pengganti puasa : 2 cc / kgBB / jam puasa 2x55x6=660 cc

Stress operasi : 2 cc / kgBB / jam operasi 2x55x1=110 cc Jumlah perdarahan : ± 50 ml EBV : 70 ml x kgBB 70 x 55 =3850 cc EBV : 10% x 3850 = 385 cc

3

Page 4: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

Jumlah perdarahan kurang dari 10% EBV, jadi hanya dibutuhkan cairan kristaloid 3 kali jumlah perdarahan 3 x 50 = 150 cc.

VIII. INSTRUKSI POST OPERASIAwasi keadaan umum, tensi, nadi, pernafasan dan suhuDrip tramadol + ketorolac Pemberian O2 nasal 2-3 L / menit

4

Page 5: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

TINJAUAN PUSTAKA

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan

komplikasi kronis diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes

bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut :

1. Sering kesemutan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki

diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak

dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.

Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik

Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami

masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)

membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi

karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma

misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal

yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam

waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau

yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang

yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomielitis). Upaya yang dilakukan untuk

mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan

tulang).

5

Page 6: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel

pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara

lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).

Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan

bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian

dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak

jarang memerlukan tindakan amputasi.

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan

hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari

serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari

kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat

munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembangnya bakteri

patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang ada akan

tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita

diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang

tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen

jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob

berkembang biak.

Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum

penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan

sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar

gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD

menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena

penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada

borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa

berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).

6

Page 7: General Anestesi Pada Ulkus Pedis

Patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik

Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang

menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar

arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian

bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya

kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke

kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.

Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab

seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti

neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi

yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki diabetik.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik

dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata

mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme

karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat

menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),

akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang

mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan

oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah

kaki.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita

neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan

yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak

ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan

bahkan amputasi.

7