Gene Kromosom Politen
-
Upload
widyasetyaningtyas -
Category
Documents
-
view
491 -
download
25
Transcript of Gene Kromosom Politen
Laporan Praktikum Genetika
PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN (KROMOSOM RAKSASA) Drosophila melanogaster
Widya Setyaningtyas*, Haniyya, I. Sobari, K.S. Juarna, N. Restiana, Nuruliawati, M. Fauzi, S. Purnadanti
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Maret 2012
Abstrak
Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang ukurannya dapat mencapai 100 kali dari kromosom biasa akibat
peristiwa endoreduplikasi. Endoreduplikasi adalah peristiwa duplikasi kromosom tanpa disertai pembelahan sel pada fase
mitotic. Kromosom politen salah satunya dapat ditemukan pada kelenjar ludah larva instar III Drosophila melanogaster.
Penggunaan larva instar III Drosophila melanogaster karena beberapa alasan yaitu tubuhnya transparan sehingga mudah
diisolasi, organ tubuh lengkap, dan banyak memiliki kromosom politen. Pengamatan kromosom politen dilakukan dengan
memisahkan kelenjar ludah dari tubuh larva instar III Drosophila melanogaster. Hasil praktikum didapatkan adanya
kromosom politen yang memiliki banyak lengan pada kelenjar ludah larva instar III Drosophila melanogaster.
Kata kunci : kromosom politen; larva instar III Drosophila melanogaster; endoreduplikasi.
1. Pendahuluan
Kromatin adalah penyusun kromosom yang terdiri
dari kompleks DNA yang berasosiasi dengan protein
histon. Kromatin berbentuk panjang, tipis, dan terurai
sehingga tidak terlihat di bawah mikroskop cahaya
(Campbell dkk. 2010: 245). Kromosom adalah struktur
pembawa materi genetik yang tersusun atas kromatin
yang memendek dan menebal (Rittner & McCabe 2004:
65). Kromosom terkondensasi disuatu bagian dan tidak
terkondensasi di bagian lainnya. Bagian yang
terkondensasi memiliki banyak salinan sekuen DNA,
namun karena berada dalam kondisi terpadatkan, salinan
sekuen DNA ini tidak ikut bertanggung jawab untuk
mengekspresikan informasi genetik, bagian ini disebut
dengan heterokromatin. Heterokromatin tidak
*) Kelompok 2A 1
mengandung gen-gen yang aktif sehingga tidak
melakukan transkripsi (Klug & Cummings 1994: 321).
Bagian yang tidak terkondensasi dan berwarna terang
akibat tidak mengalami pemadatan disebut dengan
eukromatin. Eukromatin mengandung gen-gen yang
aktif dan hampir mengandung semua gen yang
ditranskripsi, sehingga bagian tersebut menjadi bagian
yang aktif melakukan replikasi (Passarge 2007: 280).
Kromosom secara umum terdiri dari dua bagian utama
yaitu sentromer dan lengan kromosom. Sentromer
merupakan bagian yang berfungsi untuk
menghubungkan lengan-lengan kromosom (Fairbanks &
Andersen 1999: 309).
Berdasarkan letak sentromer, kromosom dibedakan
menjadi empat macam, yaitu metasentris,
submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Metasentris
adalah kromosom dengan posisi sentromer tepat
ditengah-tengah, sehingga dua lengan terlihat sama
panjang. Submetasentris adalah kromosom yang letak
sentromernya sedikit menjauhi salah satu lengan
kromosom. Akrosentris adalah kromosom yang letak
sentromernya berada pada bagian subterminal (di dekat
ujung kromosom), sehingga salah satu lengan kromosom
terlihat sangat pendek sedangkan lengan yang lain
sangat panjang. Telosentris adalah kromosom dengan
posisi sentromer pada ujung kromosom, sehingga
kromosom hanya terdiri dari satu lengan (Suryo 1994:
10).
Drosophila melanogaster adalah organisme yang
memiliki jumlah kromosom sedikit, yaitu hanya empat
pasang kromosom. Kromosom-kromosom tersebut
terdiri dari tiga pasang kromosom autosom dan satu
pasang kromosom gonosom (kromosom seks).
Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang
ukurannya mencapai 100 kali kromosom biasa pada
tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600
mikron. Panjang kromosom politen bisa mencapai 2000
mikron, karena ukurannya yang besar kromosom politen
dapat langsung diamati di bawah mikroskop cahaya
(Wolfe 1993: 727). Kromosom politen merupakan hasil
dari proses endomitosis dan endoreduplikasi.
Endomitosis merupakan replikasi yang menghasilkan
banyak kromosom yang bergabung, tidak terpisah satu
sama lain. Endoreduplikasi merupakan suatu keadaan
duplikasi kromosom terus menerus tanpa disertai
pembelahan sel pada fase mitotic (Hartl & Jones 2005:
272--273).
Siklus sel normal berlangsung melalui fase G1, S,
G2, dan fase mitosis. Fase G1 merupakan fase
pertumbuhan. Fase S merupakan fase replikasi DNA.
Fase G2 merupakan fase persiapan menuju fase mitotic
(Campbell dkk. 2010: 247). Terjadi pengecualian pada
siklus sel kromosom politen yaitu fase mitotic tidak
dilalui setelah fase S, sehingga menyebabkan terjadinya
replikasi DNA secara terus menerus. Hal tersebut
menyebabkan penggandaan rantai untai kromosom
homolog yang saling bersinapsis dan membentuk
kromosom politen dengan ukuran yang sangat besar
disertai lengan kromosom yang banyak (Wilkins dkk.
1993: 736).
Kromosom politen memiliki lima lengan panjang
dan satu lengan pendek. Lengan tersebut terdiri atas
lengan terpanjang yaitu kromosom X, sepasang lengan
2, sepasang lengan 3, dan satu lengan 4. Lengan 2 diberi
notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm). Lengan 3 diberi
notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X,
2R, 2L, 3R, dan 3L mengalami duplikasi sebanyak 20
kali. Kromosom 4 sulit dibedakan karena ukurannya
sangat kecil (Suryo 1995: 90--91).
2
Kromosom politen memiliki bagian-bagian khusus,
yaitu band, interband, puff, kromonemata, dan
kromosenter. Bagian yang berbentuk pita spiral
dinamakan kromonemata. Kromonemata merupakan
untaian DNA dengan RNA korespondennya serta
protein histon (Suryo 1994: 80). Kromosenter adalah
tempat bersatunya lima lengan panjang. Bagian yang
terlihat menggembung dan tidak menggulung adalah
daerah yang aktif melakukan transkripsi disebut dengan
puff. Band merupakan bagian yang disebut pita gelap,
mengandung heterokromatin, sedikit mengandung gen,
dan tidak aktif melakukan transkripsi. Interband
merupakan bagian yang disebut pita terang, mengandung
eukromatin, banyak mengandung gen, dan aktif
melakukan transkripsi (Wolfe 1993: 737).
Kromosom politen dapat ditemukan pada larva
serangga diptera contohnya Drosophila melanogaster,
yaitu pada bagian kelenjar saliva, pertengahan lambung,
proventrikulus, tubulus malphigi, dan rektum.
Tumbuhan tertentu juga memiliki kromosom politen,
seperti Pisum sativum (Klug & Cummings 1994: 41).
Beberapa lalat dewasa juga memiliki kromosom politen
pada sel-sel di telapak kakinya. Dua kelompok serangga
seperti Collembola dan jangkrik memiliki sel yang
mengandung kromosom dengan ukuran besar seperti
kromosom politen. Kromosom dengan penampilan
serupa juga terjadi pada tahap pengembangan
makronukleus protozoa dan di embrio tangkai pada
tanaman berbunga (Wolfe 1993: 736).
Drosophila melanogaster memiliki kromosom
politen untuk memenuhi kebetuhan sel pada larva yang
membutuhkan banyak protein (Fairbanks & Andersen
1999: 308). Protein tersebut digunakan untuk
melanjutkan pertumbuhan Drosophila melanogaster
menjadi lalat dewasa (Suryo 1995: 78). Kromosom
politen mengandung banyak sekali salinan molekul
DNA yang telah direplikasi beberapa kali sehingga
memberikan salinan tambahan DNA untuk transkripsi
dan produksi protein semakin banyak (Fairbanks &
Andersen 1999: 308).
Kromosom politen digunakan sebagai model dalam
berbagai penelitian kromosom. Kromosom politen juga
dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi perubahan
struktur kromosom, mengetahui perbedaan evolusi antar
spesies, mengetahui peristiwa transkripsi akibat adanya
ekspresi gen, dan mengetahui perubahan lingkungan
terhadap kromosom (Klug & Cummings 1994: 41).
Tujuan praktikum pengamatan kromosom politen
Drosophila melanogaster adalah untuk mengetahui dan
memahami struktur kromosom politen Drosophila
melanogaster, mengetahui dan memahami bagian-
bagian kromosom politen Drosophila melanogaster,
serta mengetahui dan memahami perbedaan kromosom
politen dengan kromosom biasa.
2. Metodologi
Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan
kromosom politen Drosophila melanogaster adalah
mikroskop cahaya, mikroskop stereo, object glass, cover
glass, jarum sonde, kertas penghisap (tisu), pipet dan
cawan petri.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan
kromosom politen Drosophila melanogaster adalah
larva instar III Drosophila melanogaster, pewarna
asetokarmin, dan larutan ringer NaCl.
Cara kerja pada praktikum pengamatan
kromosom politen Drosophila melanogaster yaitu
pertama larva instar III Drosophila melanogaster
diambil dari botol medium. Kedua, object glass
3
ditetesi dengan larutan ringer. Ketiga, larva instar
III yang telah diambil dari botol medium ditaruh di
atas object glass yang telah ditetesi larutan ringer.
Keempat, larva instar III yang terdapat di object
glass diletakkan di bawah mikroskop stereo untuk
diisolasi kelenjar ludahnya. Kelima, larva instar III
ditusuk dengan menggunakan jarum sonde pada
bagian kepala dan badan, kemudian masing-masing
bagian ditarik dengan arah yang berlawanan.
Keenam, kelenjar ludah yang telah diisolasi
dibersihkan dari lemak dan sisa bagian tubuh
lainnya. Ketujuh, kelenjar ludah yang sudah
dibersihkan diberi pewarna asetokarmin dan
didiamkan selama 10-15 menit. Kedelapan, cover
glass diletakkan di atas kelenjar ludah dengan hati-
hati, kemudian ditekan dengan menggunakan ibu
jari agar kelenjar ludah hancur dan sel-selnya
tersebar merata. Kesembilan, sisa pewarna
asetokarmin yang berlebihan diatas object glass
dibersihkan dengan menggunakan tisu. Kesepuluh,
preparat kelenjar ludah larva instar III Drosophila
melanogaster diamati di bawah mikroskop cahaya.
3. Hasil dan Pembahasan
Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila
melanogaster digunakan dalam praktikum pengamatan
kromosom politen karena mengandung seribu kali DNA
lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom
politen dibuat dari banyak untai DNA. Tidak semua
DNA bereplikasi bersamaan saat pembentukan
kromosom politen, beberapa masih tetap pada tahap
diploid. Kromosom politen pada kelenjar saliva
mengalami replikasi sebanyak 10 kali, sedangkan pada
tubulus malphigi bereplikasi sebanyak 6 kali, dan pada
lambung mengalami replikasi sebanyak 9 kali (Wolfe
1993: 736--737).
Praktikum pengamatan kromosom politen
menggunakan larva instar III Drosophila melanogaster
karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah tubuh
larva instar III Drosophila melanogaster transparan
sehingga mudah untuk diisolasi. Alasan kedua organ
tubuh larva instar III Drosophila melanogaster telah
lengkap. Alasan ketiga adalah larva instar III Drosophila
melanogaster memiliki banyak kromosom politen
(Wilkins 1993: 85--86).
Berdasarkan literatur, kromosom politen terdiri
dari 4 lengan yang sama panjang, 1 lengan pendek,
kromosenter, band, interband, dan puff (Wolfe 1993:
737). Hasil yang kelompok kami dapatkan adalah hanya
terlihat kromosom politen dengan beberapa lengan,
sedangkan struktur dan bagian dari kromosom politen
tidak terlihat jelas. Hal tersebut dikarenakan
kekurangtelitian dalam melakukan isolasi kelenjar ludah.
Hasil pengamatan yang kami dapat dari kelompok 4A
memperlihatkan bagian-bagian seperti kromosenter,
puff, band, interband, 4 lengan panjang, dan 1 lengan
pendek. Bagian puff terlihat lebih menggembung dan
tidak menggulung (Wolfe 1993: 738). Kromosenter
terletak di tengah dan merupakan tempat melekatnya
kelima lengan kromosom (Hartl & Jones 2005: 272).
Bagian band dan interband tidak dapat terlihat dengan
jelas. Hal tersebut terjadi karena pada saat penambahan
perbesaran bagian kromosom jadi membias.
Bagian yang banyak terkondensasi pada
kromosom politen memiliki banyak salinan sekuen DNA
4
Gambar 1. Kromosom politen pada kelenjar ludah larva instar III Drosophila melanogaster (a) Kromosenter (b) Puff (c) Lengan X (d) Lengan 4 (e) Lengan 3R (f) Lengan 3L (g) Lengan 2L (h) Lengan 2R
[Sumber : Dokumentasi Kelompok 4A]
tetapi karena berada dalam kondisi terpadatkan, DNA
tidak bisa diakses oleh sel yang bertanggung jawab
untuk mengekspresikan informasi genetik yang
dikodekan dalam DNA, bagian tersebut bernama
heterokromatin. Heterokromatin berwarna gelap karena
berada dalam kondisi yang terpadatkan. Heterokromatin
tidak aktif dalam melakukan transkripsi karena tidak
mengandung gen-gen yang aktif (Klug & Cummings
1994: 321). Eukromatin adalah bagian yang tidak
terkondensasi dan terlihat berwarna terang. Hal tersebut
terjadi karena eukromatin tidak mengalami pemadatan.
Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif dan hampir
mengandung semua gen yang ditranskripsi sehingga
menjadi bagian yang aktif dalam melakukan replikasi
(Wolfe 1993: 553).
4. Kesimpulan
Kromosom politen adalah kromosom raksasa
yang ukurannya bisa mencapai 100 kali dari kromosom
biasa. Berdasarkan hasil praktikum kromosom politen
ditemukan pada kelenjar ludah larva instar III
Drosophila melanogaster. Berdasarkan hasil praktikum
yang didapatkan dari kelompok 4A struktur kromosom
politen Drosophila melanogaster terdiri dari kromosom
2 lengan kanan, kromosom 2 lengan kiri, kromosom 3
lengan kanan, kromosom 3 lengan kiri, kromosom X,
dan kromosom 4 yang memiliki lengan sangat pendek
daripada lengan kromosom yang lain. Bagian
kromosom politen Drosophila melanogaster terdiri dari
kromosenter, puff, band, dan interband. Kromosenter
adalah tempat bersatunya kelima lengan kromosom.
Puff adalah bagian pada kromosom politen yang tidak
menggulung dan terlihat menggembung. Perbedaan
antara kromosom politen dan kromosom biasa terletak
pada ukuran dan struktur kromosom.
5. Daftar Pustaka
5
b
a
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2010. Biologi.
Ter. dari Biology oleh Wulandari, D.T., Erlangga,
Jakarta: xi + 486 hlm.
Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics:
The Continuity of Life. Brooks/Cole
Publishing Company, California: xix + 820
hlm.
Hartl, D.L., E.W. Jones. 2005. Genetics: Analysis of
Gene and Genomes, 6th ed. Jones and Bartlett
Publishers, Inc., USA: xxv + 854 hlm.
Klug, W.S. & M.R. Cummings. 1994. Concepts of
Genetics. 4th ed. Prentice Hall Inc., Engelwood
Cliffs: xvi + 779 hlm.
Passarge, E. 2007. Color Atlas of Genetics. Appl Aprinta
Inc., Germany: x + 497 hlm.
Rittner, D. & McCabe, T. L. 2004. Encyclopedia of
Biology. Facts On File, Inc., New York: xiv +
400 hlm.
Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta: xiv + 446 hlm.
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta: xvi + 446 hlm.
Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of Animal
Development, 2nd ed. Willey-Liss, Inc., New York:
xv + 546 hlm.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology.
Wadsworth, Inc., California: xviii + 1145 hlm.
6
7
8