GEA + DS (anak)
description
Transcript of GEA + DS (anak)
LAPORAN KASUS ANAK
GASTROENTERITIS AKUT + DEHIDRASI SEDANG
Disusun Oleh :
Bram Ray ,S.ked
NPM : 08700237
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AJARAN
2013-2014
BAB I
LAPORAN KASUS Gastroenteritis akut + dehiderasi sedang
I. IDENTITAS PENDERITA
Identitas penderita :
Nama penderita : An. Velina Riska Kurnia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : tebel timur RT I /RW VI
Umur : 2 bulan
Tanggal MRS : 4 oktober 2013
Tanggal Pemeriksaan : 4 oktober 2013
Tanggal KRS : -
No.Rekam Medik : 161-24-91
Identitas orang tua/wali :
Nama Ayah : Tn. Anang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : tebel timur RT I /RW VI
Nama Ibu : Ny. Farida
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : tebel timur RT I /RW VI
II. ANAMNESIS
Kiriman dari : -
Dengan diagnosa : -
Aloanamnesa dengan : Orang tua pasien
Tanggal/jam : 4 oktober 2013 / 22.30 WIB
1. Keluhan utama : Mencret - mencret
2. Riwayat penyakit sekarang :
Orang tua mengatakan pasien mencret – mencret sejak kemarin I 4 X sehari, hari ini 4 X , Ampas (+) lendir (-) , mual (-) , muntah sejak kemarin kurang lebih 2 X hari ini, 2X, cair (+) pasien haus terus& minum (+) banyak susu formula. BAK (+) lancer, batuk (-) pilek (-) panas (+) kemarin , hari ini turun
3. Riwayat penyakit dahulu :
Anak tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat Antenatal :
Ibu rajin memeriksakan kehamilan ke bidan.
Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan : Spontan
Nilai APGAR : Ibu tidak tahu
Berat badan lahir : Ibu lupa
Panjang badan lahir : Ibu lupa
Lingkar kepala : Ibu lupa
Penolong : Bidan
Tempat : Rumah
Riwayat Neonatal : Anak langsung menangis, kulit kemerahan, gerak aktif.
III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum : cukup
Kesadaran : komposmentis
GCS : 4-5-6
2. Pengukuran : Tanda vital : Tensi : - mmHg
Nadi : 110 x/menit, kualitas cukup reguler
Suhu : 36,4 ° C
Respirasi : 46 x/menit
Berat badan : 4,5 kg ( 6,75% kurang dari standar BB/U)
Tinggi badan : -
Lingkar Lengan Atas (LLA) : -
Lingkar kepala : -
a. Kulit : Turgor kulit normal, elastisitas baik, tidak ada
Ruam, tidak ada ptekie, tidak ada nodul, tidak ada
tanda infeksi.
b. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe di leher,
Aksila, dan inguinal
c. Otot : Tidak terdapat atrofi otot
d. Tulang : Tidak ada deformitas
3. Pemeriksaan Keadaan Umum
a. Kepala
Bentuk : bulat, simetris
Rambut : panjang, warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva ananemis, sklera anikterik, lensa keruh, pupil isokor,
reflek cahaya (+/+), tidak ada edema
Pada daerah palpebra pada kedua mata
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Telinga : tidak ada secret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Mulut : tidak sianosis
Lidah : tidak kotor, tidak hiperemi
b. Leher
Inspeksi : simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB leher
Kaku kuduk : tidak ada
c. Dada
RH : -/-
WH : -/-
S1 S2 : Tunggal
d. Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus raba (+) normal
Perkusi : sonor
Auskultasi : RH (-), WH (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
Ballotement (-), Shifting Dulness (-)
Perkusi : Timpani,shifting dulness (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
f. Ektremitas
Superior : akral hangat -/-, edema -/-
Inferior : akral hangat -/-, edema -/-
g. Sensibilitas
l Eksteroseptif / rasa permukaan ( superior / Inferior )
Rasa raba : (N/N)
Rasa nyeri : (N/N)
Rasa suhu panas : (N/N)
Rasa suhu dingin : (N/N)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium pada tanggal 4 oktober 2013 / 19:46 WIB
PEMERIKSAAN METODE HASIL
HEMATOLOGI
Darah lengkap
WBC (Leukosit)
RBC (Eritrosit)
HGB (Hemoglobin)
HCT (Hematokrit)
PLT (Trombosit)
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
RDW-CV
PDW
MPV
P-LCR
PCT
EO%
Cell counter
Flocymetri
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Terlampir
8,2
3,46
10,2
30,7
312
88,7
29,5
33,2
13,4
11,3
9,4
20,7
22.8
0.35
1.2
BASO%
NEUT%
LYMPH%
MONO%
EO#
BASO#
MONO#
NEUT#
LYMPH#
0.1
34,2
53,8
5.1
0.24
0.03
1.07
2,8
4,4
II. DIAGNOSA KERJA
Gastroenteritis akut + dehidrasi sedang
III. PLANNING
- Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tabet klinitest, bila diduga
terdapaat intoleransi gula
c. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
- pemeriiksaan gangguan keseimbangan asam – basa dalam darah dengan menetukan Ph
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut
ASTRUP (bila memungkinkan)
- pemeriksan kadar ureum dan kreatini untuk mengetahui fal ginjal
- pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium , kalsium, dan fpsfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
- pemeriksaan intubuasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara
kualitatif dan kuantitatif , terutama dilakukan pada diare kronik
Farmakologi
- Infuse D10 0,18 750cc/24jam
- Inj. Futacef 3x150 mg
- Dehidralite setiap kali daire 30 cc
- Lacto B 2 x 1
Planning monitoring
a. Evaluasi vital sign
b. Evaluasi komplikasi
Planning edukasi
a. Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya
b. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya faktor-faktor pencetus
c. Menjelaskan pada pasien pentingnya berobat dan control
IV. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih daritiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14hari. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akutdidefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak darinormal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakattetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negaraBarat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus,Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakitdari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae, diikuti dengan Shigella sp, Salmonella sp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi,Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01,dan Salmonella paratyphi A
Epidemiologi
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia , yang menyebabkan 1 billiun kejadian akit dan 3 – 5 juta kematian setiap tahunnya. Di amerika serikat , 20 – 35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun , pada 16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun , menghasilkan 2,1 – 3,7 juta kunjungan dokter , 220.000 penginapan dirumah sakit, 924hari rumah sakit, dan 400 samapai 500 kematian . mekanisme penularan utama untuk patogan diare adalah tinja mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian . enteropatogen yang infeksius pada pemasukan (inokulum) yang sedikit (shigella , virus enteric, giardia lamblia, cryptosporidium, dan mungkin eschericia colli 0157;H7 dapat ditularkan dari orang kontak orang ke orang. Factor factor yang menambah kerentanan terhadap infeksi dengan enteropatogen adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi , perjalanan ke daerah endemic, kekurangan asi, pemajana terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu dan pengunjung pusat perawatan harian
2. Patofisiologi
ETIOLOGI
Penyebab diare dapat di bagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini
meliputi :
- Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, dsb.
- Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb.
- Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
- Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
- Jamur (Kandida Albican)
b. Infeksi parenteral
Yaitu; infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA, tonsilofaringitis,
bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : Makanan basi, baracun, alergi terhadap makanan.
4.Faktor psikologis : rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
3. PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
. 1.Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran elektrolit dalam rongga usus
untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan tertentu ( misal: oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan
sehingga timbul diare.
Patogenesa Diare Akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam tubuh dan berkembang biak.
2. Oleh jasad renik dikeluarkan toxin
3. Akibat toxin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesa diare kronik
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malnutrisi
dan lain lain.
Patofisiologi diare dan dehidrasi
Cairan yang hilang karena diare mengandung cairan tubuh dan elektrolit (Natrium,
Klorida, Kalium, dan Bikarbonat). Muntah dan demam yang menyertai akan mempertinggi
kehilangan itu tetapi dapat menggantikan cairan yang hilang itu. Pada penderita diare yang
penting menjaga keseimbangan positif yang artinya keadaan masukan seluruh cairan lebih besar
dari pada keluaran seluruh cairan dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
- Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan asam
basa
- Gangguan gizi
- Hipoglikemia
- Gangguan sirkulasi darah.
4. GAMBARAN KLINIS
Mula-mula bayi dan anak menjadi cenggeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
napsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir atau darah. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare, bila penderita telah
banyak kehilangan cairan, dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Beberapa prilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan
resiko terjadinya diare adalah:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk empat sampai enam bulan pertama kehidupan.
2. Menggunakan botol susu.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
4. Menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
memasak makanan.
6. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.
Berikut ini penilaian derajat dehidrasi yang timbul pada penderita diare:
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan-Sedang Dehidrasi Berat
kesadaran Composmentis Gelisah, lekas marah, rewel Lesu, tidak sadar
Rasa haus Mau minum Sangat haus ingin banyak minum Tidak mau minum
Nadi 120 x/i Cepat Cepat sekali
Pernafasan N Agak cepat Cepat dan dalam
UUB N Cekung Sangat cekung
Mata N Cekung Sangat cekung
Air mata N Tidak ada Tidak ada
Mulut/ lidah Basah Kering Sangat kering
Turgor Kembali cepat Lambat Sangat lambat
% kehilangan BB 2-4 % 5-10 % > 10 %
DIAGNOSIS
Diagnosis pada pasien gastroenteritis ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Langkah-langkah dalam mendiagnosis
adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis dan penimbangan berat badan
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium, seperti :
Fasces rutin
Darah rutin
Urin rutin
4. Pemeriksaan penunjang lainnya : kultur tinja.
Disamping itu perlu pula menentukan derajat dehidrasi ( ringan, sedang, berat) dan menentukan
penyakit penyerta komplikasi diare.
PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan diare adalah:
I. Pemberian Cairan (rehidrasi awal dan rumat)
II. Dietetik (pemberian makanan)
III. Obat-obatan.
I. Pemberian cairan
a. GE Tanpa Dehidrasi
Pemberian cairan lebih banyak dari biasanya secara oral untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
b. GE Dengan Dehidrasi Ringan Sedang
Oralit sebanyak 75 cc/KgBB diberi dalam masa 4 jam.
Jika ada hal yang menyebabkan kegagalan à pemberian cairan secara oral dapat diberikan RL secara
intra vena.
c. GE Dengan Dehidrasi Berat
RL secara intra vena sebanyak 100 cc/KgBB dalam waktu 3 – 6 jam.
Usia < 1 tahun : 30 cc/KgBB/1 jam.
Dilanjutkan 70 cc/KgBB/5 jam
Usia > 1 tahun : 30 cc/KgBB/30 menit
Dilanjutkan 70 cc/KgBB/2 1/2 jam
Setelah rehidrasi tercapai dilanjutkan dengan pemberian cairan rumatan berdasarkan Holidays sgar,
yaitu:
BB < 10 Kg : 100 ml/KgBB/hari.
BB 10 – 20 Kg : 1000 ml + (BB – 10) x 50 ml/hari
BB > 20 Kg : 1500 ml + (BB – 20) x 20 ml/hari
II. Dietetik (pemberian makanan)Pengobatan dietetic
1. Untuk anak diabawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kgJenis makanan :
Susu (asi dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron)
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) biLa anak tidak mau minum susu karena sudah biasa diberi makanan padat
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang / tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan
2. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kgJenis makanan :
Makanan padat atau makanan cair / susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah
Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantkan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cara mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air , tajin, tepung beras dan sebagainya)
1. Obat anti sekresia. Asetosal
Dosis : 25mg/ tahun dengan dosis minimum 30mgb. Klorpromazin
Dosis : 0,5 – 1mg/kgbb/hari
2. Obat anti spasmolitikPada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine,ekstrak beladona,opium,loperamide dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut
3. Obat pengeras tinjaObat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatsai diare
4. AntibiotikaPada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali bila penyebabnya jelas seperti:
Kolera, diberika tetrasiklin 25- 50mg/kgbb/hari Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgbb/hari
Antibiotika lain lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti misalnya :
Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan penisilin prokain 50.000 U/kgbb/hari Infeksi sedang (bronkitis), diberikan penisilin prokain atau ampisilin
50mg/kgbb/hari Infeksi berat (misalnya bronkopneumonia) diberikan penisilin prokain dengan
kloramfenikol 75mg/kgbb/hari atau ampisilin 75-100 mg/kgbb/hari ditambah gentamisin 6mg/kgbb/hari atau derivate sefalosporin 30-50mg/kgbb/hari
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul pada diare berupa :
Dehidrasi ( ringan, sedang, berat )
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia
Hipoglikemia
Malnutrisi energi protein. Karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
Kejang
Dasar Penegak DiagnosaDiare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,manifestasi
klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongya.Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
1.Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)2.Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh penderita.3.Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karenakeracunan makanan atau pencemaran sumber air.4 .D imana t empa t t i ngga l pende r i t a .5 . P o l a k e h i d u p a n s e k s u a l . Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak darah pada feses, panas > 38,5oC diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut >70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FK-UI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak; Jilid I;
Edisi 7; Info medika; Jakarta; 1985; Hal 283 – 294.
2. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), BalaiPenerbit UI,
2000.
3. Naskah lengkap penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam2007.
4. Nelson Textbook Of Pediatrics, 15 th Ed, Vol 2 ; 1996