Gangguan pergerakanGerakan involuntar yang dapat dijumpai didalam klinik adalah korea (chorea),...
-
Upload
ningrum-atmaja -
Category
Documents
-
view
69 -
download
1
description
Transcript of Gangguan pergerakanGerakan involuntar yang dapat dijumpai didalam klinik adalah korea (chorea),...
Gangguan pergerakan
I. PENDAHULUAN
Gerakan involuntar yang dapat dijumpai didalam klinik adalah korea (chorea), balismus,
atetosis, dan distonia. Dalam kombinasi keempat gerakan involuntar itu dapat menjadi
simtomp suatu penyakit. Bahkan beberapa komponen gerakannya memperlihatkan kesamaan,
dan karena itulah mungkin keempat gerakan itu memiliki substrat anatomik dan fisiologik
yang sama.
Korea adalah istilah untuk gerakan involuntar yang menyerupai gerakan lengan-lengan
seorang penari. Gerakan itu tidak berirama, sifatnya kuat, cepat dan tersentak-sentak dan arah
geraknya cepat.berubah. Gerakan koreatik yang melanda tangan-lengan yang sedang
melakukan gerakan voluntary membuat gerakan voluntar itu berlebihan dan canggung.
Gerakan koreatik ditangan-lengan seringkali disertai gerakan meringis-ringis pada wajah dan
suara mengeram atau suara-suara lain yang tidak mengandung arti. Kalau timbulnya sekali-
sekali maka sifat yang terlukis diatas tampak dengan jelas, tetapi apabila timbulnya gencar,
maka gerakan koreatiknya menyerpai atetosis. Korea dalam bentuk yang khas ditemukan
pada korea syndenham dan korea gravidarum. Pada korea Huntington ia timbul dengan
gencar sehingga lebih tepat dinamakan koreoatetosis Huntington. Korea dapat bangkit juga
secara iatrogenic yakni akibat penggunaan obat-obat anti psikosis (seperti haloperidol, dan
phenothiazine).
Korea dapat melibatkan sesisi tubuh saja, sehingga disebut hemikorea. Bila hemikorea
bangkit secara keras sehingga seperti membanting-bantingkan diri, maka istilahnya ialah
hemibalisme. Secara pasti telah diketahui bahwa kerusakan dinukleus substalamikus
kontralateral mendasari hemibalisme.
Atetosis merupakan keadaan motorik dimana jari-jari tangan dan kaki serta lidah atau bagian
tubuh lain apapun tidak dapat diam sejenak. Gerakan yang mengubah posisi ini bersifat
lambat, melilit dan tidak bertujuan. Pola gerakan dasarnya ialah gerakan involuntar ekstensi
pronasi yang berselingan dengan gerakan fleksi-supinasi sengan, serta gerakan involuntar
fleksi yang berselingan dengan ekstensi jari-jari tangan dan dengan ibu jari yang berfleksi
dan beraduksi didalam kepalan tangan. Umumnya gerakan atetotik lebih lamban daripada
gerakan koreatik, tetapi gerakan atetotik yang lebih cepat dan gencar atau gerakan
koreatik yang kurang cepat dan tidak menyerupai satu dengan yang lain, dikenal sebagai
gerakan koreoatetosis. Bilamana atetosis melanda sesisi tubuh saja disebut hemiatetosis.
Distonia yang dikenal juga sebagai torsi spasme adalah suatu sikap menetap dari salah satu
bentuk gerakan atetotik yang hebat sekali. Gambarannya dapat berupa hiperektensi atau
hiperfleksi tangan, hiperinversi kaki, hiper-lateroleksi atau hiper-retrofleksi kepala, torsi
tulang belakang dengan melengkungkan pinggang, sambil wajah meringis-ringis.
II. FREKUENSI
Di Amerika Serikat walaupun tidak ada data yang tersedia mengenai insiden korea,
timbulnya beberapa kesatuan gejala, dimana korea adalah gejala utama sudah sangat
diketahui.
Penyakit huntington merupakan autosomal dominan, kelainan neurodegeneratif dimana defek
gen terletak pada lengan pendek dari kromosom 4. Kelainana penyakit huntington
diperkirakan 5 sampai 10 per 100.000 orang di USA. Penyakit Wilson merupakan autosomal
resesif, penyakit multi sistem dengan sebuah gen terkait lokus de esterase pada kromosom 13.
Walaupun kejadian gen ini (carrier heterozigot) yang hanya mengandung satu gen abnormal.
Telah diperkirakan sampai setinggi satu persen, kejadian penyakit hanya 30/1 juta orang.
Korea herediter benigna, adalah kelainan yang sangat jarang dimana kebanyakan pada silsilah
sudah dengan jelas ditunjukkan bersifat dominan, angka kejadian 1/500.000 orang.
a. Ras
George huntington pertama kali menjelaskan pertma kali transmisi penyakit huntington
pada tahun 1872 di Long Island New York. Semua orang yang terkena turun temurun dari
nenek moyang yang beremigrasi dari Anglia Timur ketempat baru pada tahun 1649. Kelainan
ini sekarang tersebar luas diseluruh dunia.
Huntington disease diketahui sering terjadi pada ras kaukasia. Semua kasus dari kelainan
ini mungkin terjadi dari garis keturunan Anglia Timur.
Juga informasi genetik diperoleh dari suatu garis keturunan keluarga yang membawa gen,
terletak di danau Maracaibo Venezuela dan sekelilingnya.
b. Umur,
Korea bisa terjadi pada semua umur. Pada anak-anak korea cepat menyebar, penyebab
peradangan, dan lesi-lesi striatal dapat terjadi pada banyak kasus
Sekitar 10 % dari pasien dengan penyakit huntington mempunyai onset penyakit pada saat
berumur kurang dari 20 tahun, sekitar 6 % saat berumur kurang dari 20 tahun, dan sekitar 3
% saat berumur kurang dari 15 tahun, tapi onset yang paling sering terjadi pada dekade ke IV
dan dekade ke V. Kasus pernah ditemukan pada pasien beumur kurang dari 5 tahun. Pasien-
pasien dengan onset dini biasanya menerima penyakit dari ayahnya, sementara pasien dengan
onset lanjut lebih
sering mendapatkan penyakit dari ibunya. Walaupun 27 % dari kasus pertama kali diketahui
pada pasien berumur lebih dari 50 tahun, kebanyakan dari kasus tercatat pada pasien kurang
dari 60 tahun. Onset penyakit tercatat paling lambat pada dekade ke VIII.
Neuroacanthocytosis, mungkin merupakan bentuk paling umum dari korea herediter,
biasanya bermanifestasi klinis pada dekade ke III dan ke IV (8-62 tahun). Ini dapat dibedakan
dengan penyakit huntington onset lambat melalui analisis silsilah dan tes neurogenetik.
Korea senilis merupakan sebuah kondisi yang bermanifestasi secara berangsur-angsur di
dekade pertengahan hidup.
Secara umum berdasarkan onset umum korea herediter benigna dapat dibedakan menjdadi
3 tipe : 1. awal masa anak-anak. 2. pada usia sekitar 1 tahun. Dan 3. selama masa kanak-
kanak atau masa remaja akhir. Onset umur yang paling sering yaitu sekitar satu tahun, saat
anak mulai belajar berjalan.
III. DEFINISI
Korea berasal dari bahasa yunani yang berarti menari, pada korea gerak otot berlangsung
cepat, sekonyong-konyong, aritmik, dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas,
separuh badan atau seluruh badan. Hal ini dengan khas terlihat pada anggota gerak atas
(lengan dan tangan) terutama bagian distal. Pada gerakan ini tidak didapatkan gerakan yang
harmonis antara otot-otot pergerakan, baik antara otot yang sinergis maupun antagonis.
Dengan kata lain korea adalah gerakan tak terkenali yang berupa sentakan berskala besar dan
berulang-ulang, seperti berdansa, yang dimulai pda salah satu begian tubuh dan menjalar
kebagian tubuh yang lainnya secara tiba-tiba dan tak terduga.
Gerak korea dapat dibuat nyata bila pasien disuruh melakukan dua macam gerakan sekaligus,
misalnya ia disuruh menaikkan lengannya keatas sambil menjulurkan lidah. Gerakan korea
didapatkan dalam keadaan istirahat dan
menjadi lebih hebat bila ada aktivitas dan ketegangan. Korea menghilang bila penderitanya
tidur.
IV. ETIOLOGI
Korea bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa terjadi pada beberapa
penyakit yang berbeda. Seseorang yang mengalami korea memiliki kelainan pada ganglia
basalisnya di otak.
Tugas ganglia basalis adalah memperhalus gerakan-gerakan yang kasar yang merupakan
perintah dari otak. Pada sebagian besar kasus terdapat neurotransmiter dopamin yang
berlebihan, sehingga mempengaruhi fungsinya yang normal. Keadaan ini bisa diperburuk
oleh obat-obat dan penyakit yang menyebabkan perubahan kadar dopamin atau merubah
kemampuan otak untuk mengenal dopamin.
Tabel 3 Inherited and Acquired causes chorea
V. PATOFISIOLOGI
Fungsi ganglia basalis yaitu membentuk impuls yang bersifat dopaminergik dan GABAergik
dari substansia nigra dan korteks motoris yang berturut-turut disalurkan sampai ke pallidum
didalam thalamus dan korteks motoris. Impuls ini diatur dalam striatum melalui dua segmen
yang paralel, jalur langsung dan tidak langsung melalui medial pallidum dan lateral pallidum/
inti-inti subtalamikus.
Aktifitas inti subtalamikus mengendalikan pallidum medial untuk menghambat impuls-
impuls dari korteks, dengan demikian mempengaruhi parkinsonisme. Kerusakan inti
subtalamikus meningkatkan aktifitas motorik melalui thalamus, sehingga timbul pergerakan
involuntar yang abnormal seperti distonia, korea, dan pergerakan tidak sadar. Contoh klasik
kerusakan fungsi penghambat inti subthalamicus adalah balismus.
Sindrom chorea yang paling sering dipelajari adalah chorea Huntington, oleh karena itu
patofisiologi dari penyakit Huntington berlaku pada chorea dan akan menjadi focus diskusi
dibawah ini.
Mekanisme Dopaminergik
Pada chorea Huntington, komposisi dari striatal dopamine normal, mengindikasikan bahwa
kelainan utama yang mengancam jiwa, tetapi sudah terkena penyakit, ukuran menengah, pada
striatal saraf-saraf dopaminergik. Zat-zat farmakologik yang dapat menurunkan kadar
dopamine (seperti reserpine, tetrabenazine) atau memblok reseptor dopamine (seperti obat-
obat neuroleptik) dapat menimbulkan chorea. Sejak obat-obatan yang menurunkan komposisi
dopamine striatal dapat menimbulkan chorea, meningkatkan jumlah dopamine akan
menambah buruk seperti pada chorea yang diinduksi levodopa yang terlihat pada penyakit
Parkinson.
Mekanisme Kolinergik
Konsep dari mekanisme ini yaitu menyeimbangkan antara acetylcholine dan dopamine yang
merupakan hal penting bagi fungsi striatum yang normal memberikan hal penting untuk
memahami penyakit
parkinson.Pada fase awal penyakit parkinson obat-obat anti kolinergik digunakan umum,
khususnya saat tremor sebagai gejala predominan. Gejala-gejala parkinson lain seperti
bradikinesia dan rigiditas juga dapat terjadi.
Perkembangan korea pada pasien yang diberikan obat-obat kolinergik seperti triheksipenidil
merupakan pengamatan klinis yang umum. lebih lanjut obat visostigmin intra vena
(antikoliesterase sentral) dapat mengurangi korea untuk sementara dengan cara yang sama
korea yang diinduksi antikolinergik dapat menjadi lebih berat dengan pemberian visostigmin.
Dalam ganglia basalis pasien dengan penyakit huntington terjadi pengurangan kolin asetil
transferase, yaitu enzim yang mengkatalisator sintesis asetil kolin. Berkurangnya reseptor
kolinergik muskarinik juga telah ditemukan. Dua pengamatan ini dapat menjelaskan
bermacam-macam respon terhadap visostigmin dan efek terbatas dari prekursor asetilkolin,
seperti kolin dan lesitin.
Mekanisme Serotonergik
Manipulasi dari sriatal serotonin dapat berperan dalam pembentukan dari berbagai macam
pergerakan abnormal. Penghambatan pengambilan kembali serotonin seperti fluoksetin dapat
menimbulkan parkinsonisme, akinesia, mioklonus, atau tremor.
Peranan serotonin (5-hidroksi triptamin) dalam pergerakan korea kurang jelas. Striatum
mempunyai konsentrasi serotonin yang relatif tinggi. Penatalaksanaan farmakologik untuk
merangsang atau menghambat reseptor serotonin pada korea huntington tidak menunjukkan
efek, mengindikasikan kontribusi terbatas serotonin dalam patogenesis korea.
Mekanisme Gabanergik
Lesi yang paling konsisten pada korea huntington terlihat dengan hilangnya saraf-saraf dalam
ganglia basalis yang mensintesis dan mengandung GABA. Arti dari semua ini tidak
diketahui. Bermacam-
macam tehnik farmakologi untuk meningkatkan GABA didalam sistem saraf pusat telah
dicoba, bagaimanapun tidak ada manfaat yang diperoleh.
Substansi P dan Somatostatin
Substansi P telah diketahui berkurang pada penyakit huntington, sementara itu somatostatin
meningkat. Arti dari semua ini belum diketahui.
Tabel 5. Patofisiologi Chorea
Tabel 6. Hemibalismus dan Tardive Diskinesia
VI. GAMBARAN KLINIS
Diagnosis korea ditegakkan berdasarkan gejala klinis
Gerak korea melibatkan jari-jari dan tangan, diikuti secara gradual oleh lengan dan
menyebar ke muka dan lidah. Bicara menjadi cadel. Bila otot faring terlibat dapat terjadi
disfagia dan kemungkinan pneumonia oleh aspirasi. Sensibilitas normal.
Gerakan terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga, dan akan berkurang atau menghilang jika
penderita tertidur, tetapi akan bertambah buruk jika melakukan aktivitas atau mengalami
tekanan emosional.
Pasien yang menderita korea tidak sadar akan prgerakan yang tidak normal, kelainan
mungkin sulit dipisahkan. Pasien dapat menekan korea untuk sementara dan sering beberapa
gerakan tersama (parakinesia). Ketidak mampuan untuk mengendalikan kontraksi voluntar
(impersisten motorik), seperti terlihat selama tes menggenggam manual atau
mengeluarkan lidah, adalah gambaran karakteristik dari korea dan menghasilkan gerakan
menjatuhkan objek dan kelemahan. Peregangan refleks otot sering beersifat hung up dan
pendular. Pada beberapa pasien yang terkena gerakan berjalan seperti menari dapat
ditemukan. Berdasarkan pada penyebab dasar korea gejala motorik lain termasuk disartria,
disfagia, ketidakstabilan postural, ataksia, distonia, dan mioklonus. Suatu diskusi dari
manifestasi klinis yang paling umum pada penyakit korea telah dijelaskan disini.
1. Penyakit Huntington
Penetrance penyakit huntington adalah 100 %. Ekspresi penyakit ini sangat berfariasi
tergantung menifestasi klinis dan onset umur. Saat kelainan muncul lebih awal, terutama pada
pasien berumur kurang dari 20 tahun, hampir bisa dipastikan akan berkembang cepat dengan
adanya kelainan kognitif.
Varian Westhal yaitu kelainan distoni kaku, mungkin dibarengi kejang dan mungkin
mioklonus. Varian ini terutama pada pasien dengan onset pada masa anak-anak. Sebagai
pembanding, ketika kelainan terjadi pada akhir hidup tanda utama adalah korea.
Onset kelemahan tersembunyi dapat dikenali keliru sebagai kelainan saraf sederhana.
Walaupun korea dan kelainan motorik lain merupakan gejala yang cepat dikenali, mungkin
bukan merupakan gejala yang paling awal dari timbulnya penyakit huntington.
Perubahan kepribadian dan gangguan psikologis menjadi manifestasi awal pada 50 %
kasus. Gejala yang tetap dengan depresi merupakan yang paling sering.
Jangka waktu penyakit sampai timbulnya kematian sekitar 15 tahun pada kasus penyakit
huntington dewasa dan 8-10 tahun pada jenis remaja.
2. Penyakit Wilson
Gejala klinis tergantung dari umur. Pada anak-anak, penyakit bermanifestasi dengan
distonia progresif, rigiditas dan disartria, serta disfungsi hati sedangkan pada orang dewasa
terdapat gejala psikiatri, tremor, dan biasanya disartria predominan.
Tabel 7. Patofisiologi Wilson’s Disease
3. Neuroacanthocytosis
Gejala biasanya berawal dengan menggigit bibir dan lidah (sering menyebabkan luka
sendiri), distonia orolingual, suara dan gerakan tidak sadar, korea seluruh tubuh,
parkinsonisme dan kejang. Pasien dengan neuroacanthocytosis dapat dilaporkan terjadi
ketidakmampuan untuk makan sendiri karna distonia lidah setiap saat mereka akan makan.
Gambaran lain termasuk gangguan kognitif dan perubahan kepribadian, disfagia, disartria,
hamil trofi, arefleksia, bukti dari
neuropati akson dengan kelainan lingkaran refleks, dan kenaikan serum kreatinin kinase
tanpa bukti adanya miopati.
4. Korea senilis
Kesatuan klinis ditandai oleh serangan korea simetrik yang perlahan-lahan dan terutama
tidak termasuk kelainan mental, gangguan emosional, atau riwayat keluarga oleh karna itu tes
neurogenetik perlu dilakukan.
Tabel 8. Senile Hemichorea
5. Korea sydenham
Korea sydenham adalah manifestasi utama dari demam rematik akut dengan modifikasi
kriteria JONES pada tahun 1992, manifestasi ini cukup bagi dokter untuk membuat diagnosis
serangan pertama demam rematik akut. Ini telah dipertimbangkan sebagai suatu penyakit
pada anak-anak, bagaimanapun mungkin terjadi pada orang dewasa. Korea
rematik ditandai dengan kelemahan otot dan terjadinya korea. Pasien menunjukkan milkman
grip sign, gaya berjalan kaku dan gangguan bicara.
Gejala psikologis muncul dan secara kha mendahului gejala lain bahkan pergerakan korea.
Emosi yang labil merupakan gejala yang umum, berkurangnya perhatian, gejala obsesif
kompulsif, dan delainan anxietas juga dapat terlihat. Gejala-gejala dapat terjadi disamping
infeksi streptokokus selama 1-6 bulan. Pada orang dewasa korea pos streptokokal
generalisata dapat mempengaruhi pengendalian kelahiran dan kehamilan (korea gravidarum)
6. Korea herediter benigna
Ini merupakan kelainan genetik autosomal dominan yang ditandai oleh pergerakan
koreiform yang progresif yang terjadi pada masa anak-anak tanpa kelemahan intelektual.
Membedakan secara klinis dari penyakit huntington tipe remaja dengan tidak adanya kejang,
rigiditas atau gejala serebral.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Sejak penyakit huntington merupakan penyakit koreatik yang paling jelas ditemukan tanda-
tanda fisik sebagai berikut :
Penyakit huntington
o Korea secara umum ditandai adanya kedutan pada jari-jari dan pada wajah. Seiring waktu,
amplitudo meningkat, pergerkan seperti menari mengganggu pergerakan voluntar dari
ekstremitas dan berlawanan dengan gaya berjalan. Berbicara menjadi tidak teratur.
o Tanda khas, pasien hipotonus meskipun demikian refleks-refleks mungkin bertambah dan
mungkin ditemukan klonus.
o Gerakan volunter terganggu paling awal. Khususnya pergerakan mungkin tidak teratur.
o Hilangnya optokinetik nistagmus adalah tanda karakteristik setelah perkembangan
penyakit. Kelainan kognitif dalam manifestasi awal dengan kehilangan memori baru dan
pertimbangan melemah. Apraksia dapat juga terjadi.
o Kelainan prilaku neurologi berubah secara khas terdiri dari perubahan kepribadian, apatis,
penarikan sosial, impulsif, depresi, mania, paranoia, delusi, halusinasi, atau psikosis.
o Varian Westphal didominasi oleh rigiditas, bradikinesia dan distoni. Kejang umum dan
mioklonus dapat juga terlihat.
o Ataksia dan demensia dapat juga terjadi.
Tabel 11. The Hand in athetosis
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Diagnosis utama pada penyakit korea didasarkan pada anamnesa dan penemuan klinis;
akan tetapi pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat terutama untuk membedakan korea
primer dan sekuner diantarany :
o Penyakit Huntington; satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi
penyakit ini adalah dengan cara tes genetik. Kelainan ini terdapat pada kromosom ke 4 yang
ditandai dengan adanya pengulangan abnormal dari trinucleotide CAG, dimana panjang
lengan menentukan lamanya serangan.
o Penyakit Wilson; rendahnya kadar seruloplasmin dalam serum dan meningkatnya kadar
tembaga dalam serum pada pemeriksaan urin. Proteinuria ditemukan pada pasien yang
mempunyai gangguan ginjal, tetapi tidak semua pasien mengalami hal ini. Pada pemeriksaan
fungsi hati umumnya abnormal. Kadar amoniak dalam serum mungkin meningkat. Jika hasil
diagnosa masih belum
o Sydenham Korea; Korea dapat terjadi setelah infeksi streptokokus. Umumnya 1-6 bulan
pasca infeksi, kadang-kadang setelah 30 tahun. Oleh karena itu, maka titer antibody
antistreptokokus tidak begitu dipresentasikan. Tanpa bukti adanya infeksi streptokokus yang
mendahului, maka diagnosa korea harus ditegakkan tanpa penyebab lain.
o Neuroachanthocytosis; Diagnosa ditegakan oleh adanya gambaran acanthosit pada darah
perifer. Kadar kreatinin kinase serum mungkin meningkat.
Pemeriksaan labolatorium lain yang digunakan untuk diferensial diagnosis dari pada corea
adalah pemeriksaan kadar complement, titer antinuclear antibody (ANA), titer antibody
fosfolipid, asam amino dalam serum dan urin, tiroid stimulating hormone (TSH), thyroxine
(T4), dan parathyroid (PTH).
MRI
Pasien dengan HD dan choreo-acantocithosis menunjukkan adanya penurunan signal pada
neostriatum, cauda, dan putamen. Tidak ada perbedaan penting pada penyakit ini. Penurunan
signal neostriatal dihubungkan dengan adanya peningkatan zat besi.Atrofi umum, seperti
halnya atrofi lokal pada neostriatum, pada sebagian cauda dengan adanya pelebaran pada
bagian cornu anterior menandakan adanya penurunan signal pada neostriatal.
Kebanyakan kasus sydenham korea tidak menunjukkan adanya kelainan. Akan tetapi, pada
beberapa laporan studi ditemukan adanya perbedaan volume pada cauda, putamen, dan
globus pallidus dimana pada sydenham korea lebih besar dibanding yang normal. Pasien
dengan hemibalimus menunjukkan adanya perubahan signal pada inti subthalamik kontra
lateral, dan sedikit pada striatum atau nukleus thalamik.
MRI otak pada pasien korea senilis menunjukkan adanya penurunan intensitas sinyal pada
seluruh striatum (diakibatkan deposit besi) dan pada batas caput caudatus dan putamen, tetapi
tidak ada arofi pada struktur tersebut.
POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY (PET)
Uptake fluorodopa (F-dopa) normal atau sedikit berkurang pada pasien dengan korea. Pada
HD dan coreoacanthocytosis terjadi hipermetabolisme bilateral pada nucleus caudatus dan
putamen.
Pada pasien korea dan demensia terjadi menurunan metabolisme glukosa pada korteks
frontal, temporal dan parietal.
Pada pasien korea benigna herediter dapat atau tidak terjadi penurunan metabolisme
glukosa pada kauda.
Penemuan metabolisme normal pada otak didaerah striatal dapat mengesampingkan
kemungkinan HD. Hasil diagnosa HD yang terbatas dibuat dengan cara neurogenetik.
Pada pasien hemikorea ditemukaan hipometabolisme pada inti kauda dan putamen
kontralateral.
Tabel 12. Investigasi pada pasien korea
Tabel 13. Investigasi pada pasien korea
IX. DIAGNOIS BANDING
1. Penyakit Huntington
Penyakit hutington ditandai oleh trias gejala, yaitu gangguan gerak, gangguan kognitif dan
gangguan psikiatri.
Ekspresi penyakit ini sangat berfariasi tergantung menifestasi klinis dan onset umur. Saat
kelainan muncul lebih awal, terutama pada pasien berumur kurang dari 20 tahun, hampir bisa
dipastikan akan berkembang cepat dengan adanya kelainan kognitif.
Varian Westhal yaitu kelainan distoni kaku, mungkin dibarengi kejang dan mungkin
mioklonus. Varian ini terutama pada pasien dengan onset pada masa anak-anak. Sebagai
pembanding, ketika kelainan terjadi pada akhir hidup tanda utama adalah korea.
Onset kelemahan tersembunyi dapat dikenali keliru sebagai kelainan saraf sederhana.
Walaupun korea dan kelainan motorik lain merupakan gejala yang cepat dikenali, mungkin
bukan merupakan gejala yang paling awal dari timbulnya penyakit huntington.
Perubahan kepribadian dan gangguan psikologis menjadi manifestasi awal pada 50 %
kasus. Gejala yang tetap dengan depresi merupakan yang paling sering.
Jangka waktu penyakit sampai timbulnya kematian sekitar 15 tahun pada kasus penyakit
huntington dewasa dan 8-10 tahun pada jenis remaja.
2. Penyakit Wilson
Gejala klinis tergantung dari umur. Pada anak-anak, penyakit bermanifestasi dengan
distonia progresif, rigiditas dan disartria, serta disfungsi hati sedangkan pada orang dewasa
terdapat gejala psikiatri, tremor, dan biasanya disartria predominan.
Terdapat gangguan metabolisme tembaga yang mengakibatkan akumulasi tembaga sampai
tingkat toksik di hati, otak, ginjal, mata, tulang.
Gen yang terganggu berlokasi di kromosom 13.
3. Neuroacanthocytosis
Gejala biasanya berawal dengan menggigit bibir dan lidah (sering menyebabkan luka
sendiri), distonia orolingual, suara dan gerakan tidak sadar, korea seluruh tubuh,
parkinsonisme dan kejang. Pasien dengan neuroacanthocytosis dapat dilaporkan terjadi
ketidakmampuan untuk makan sendiri karna distonia lidah setiap saat mereka akan makan.
Gambaran lain termasuk gangguan kognitif dan perubahan kepribadian, disfagia, disartria,
hamil trofi, arefleksia, bukti dari neuropati akson
Pada beberapa pasien dapat berkembang menjadi rhabdomyolysis atau trauma local
berkaitan dengan pergerakan abnormal yang adekuat.
Aspirasi pneumonia dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada beberapa pasien
dengan neuroacanthocytosis karena berhubungan dengan adanya kesulitan menelan
(distonia).
XI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Hanya bersifat simptomatik terhadap gejala-gejala yang ditemukan. Chorea dapat menjadi
sebuah gejala yang menyebabkan diasabilitas, menyebabkan memar, fraktur dan trauma dan
dapat mengganggu kemampuan pasien untuk makan. Selain itu pasien terkadang
mengutarakan keinginan akan terapi antikorea demi alasan kosmetik.
Terapi yang paling banyak digunakan adalah neuroleptik. Penggunaan agen neuroleptik
sebagai antagonis reseptor dopamine. Yang biasa digunakan (tipikal) diantaranya haloperidol
dan fluphenazine. Sedangkan yang jarang digunakan (Atipilkal) yaitu risperidone,
olanzapine, clozapine, dan quetiapine. Dopamin depleting agen diantaranya reserpine dan
tetrabenazine dapat diberikan sebagai pengganti.
Obat GABAergik, seperti clonazepam, valproat, dan gabapentin dapat digunakan sebagai
terapi adjunctif.
Koenzim Q10 secara tunggal maupun dikombinasi dengan minocycline telah disarankan
sebagai terapi potensial dan menjanjikan pada hewan coba tikus. Koenzim Q10 diduga
memiliki target pada disfungsi mitokondria, yang terwujud dalam salah satu mekanisme
patologis mutan huntingtin. Minocysklin, yang merupakan salah satu tetrasiklin, diketahui
memiliki efek anti apoptosis.
Imunoglobulin intra vena dan plasmapharesis dapat digunakan untuk mengurangi gejala
sydenham korea.
Korea yang disebabkan oleh kelainan jantung (post transplantasi jantung) dapat diobati
dengan pemberian steroid.
Terapi operasi, DBS (Deep Brain Stimulation) dapat menguntungkan pasien terutama pada
pasien tertentu.
Walaupun DBS belum digunakan rutin pada pasien korea, sebagaimana untuk Parkinson,
namun modalitas ini menjanjikan hasil yang baik
Transplantasi sel masih controversial danmasih dalam tahap penelitian awal. Terapi ini
menunjukkan hasil yang bermacam – macam pada pasien Huntington disease.
PENGOBATAN
Tujuan akhir dari farmakoterapi adalah mengurangi angka kejadian dan mencegah
komplikasi korea akan membaik setelah pemakaian Jika penyebabnya obat dihentikan. Untuk
membantu mengendalikan pergerakan yang abnormal bisa diberikan obat yang menghalangi
efek dopamin (misalnya obat anti psikosa).
Kategori obat: Antipsikotik –
Berfungsi sebagai antagonis
dopamine dan mempunyai efek
sebagai anti spasmodik. Nama Obat
Haloperidol (Haldol) – Biasanya
digunakan untuk mengobati
pergerakan irregular pada otot-otot
muka dan tungkai.
Dosis Dewasa Dosis rendah: 0.5-1 mg/d PO; dosis
>10 mg/d dapat sedikit atau tidak
bermanfaat disbanding dosis yang
rendah.
Dosis Anak Tidak ada
Kontraindikasi Hipersensitifitas, glaucoma sudut
sempit, depresi sumsum tulang,
penyakit kronis jantung dan hati,
hipotensi, kerusakan otak subkortikal.
Interaksi Obat Dapat meningkatkan konsentrasi
TCAs serum dan kadar obat-obat anti
hipertensi: phenobarbital atau
carbamazepine dapat mengurangi
efek; anticholinergics dapat
meningkatkan tekanan intraocular ;
lithium dapat mengakibatkan
encephalopathy-like syndrome
1. Distonia
a. Definisi
Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter, terus menerus,
dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang berulang ulang sehingga
menyebabkan gerakan atau posisi tubuh yang abnormal.
Epidemiologi
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1998 di Rochester, Minnesota, diperkirakn sebanyak
29,5 individu per 100000 untuk fokal distonia dan 3,4 per 100000 untuk distonia general. Ras
yang mayoritas terkena adalah european askhenazi jewish yang berisiko 3 sampai 5 kali
tekena distonia
b. Klasifikasi
Fokal : blepharospasme, distonia oromandibular, distonia spasmodik, distonia servikal,
writer’s cramp
Segmental : axial (leher, tubuh), satu lengan dan satu bahu, dua bahu, brachial dan crural.
Multifokal : dua atau lebih dua bagian tubuh yang berbeda
General: kombinasi crural distonia dan segmen yang lain
Hemidistonia : lengan dan tungkai sesisi
Etiologi
penyebab dystonia tidak diketahui. Para peneliti percaya bahwa dystonia disebabkan dari
suatu kelainan atau kerusakan pada basal ganglia atau daerah otak lain yang mengontrol
gerakan. Mungkin terdapat kelainan pada kemampuan otak untuk memproses kelompok
bahan kimia yang disebut neurotransmitter yang berfungsi untuk membantu sel sel di otak
dalam berkomunikasi dengan satu sama lain. Kemungkinan terdapat juga kelainan dalam cara
otak memproses informasi dan menghasilkan perintah untuk bergerak. Namun dalam
kebanyakan kasus, tidak ada kelainan yang terlihat menggunakan magnetic resonance
imaging atau pencitraan diagnostik lainnya.
Dystonias dapat dibagi menjadi tiga kelompok: idiopatik, genetik, dan diperoleh.
• dystonia idiopatik mengacu pada dystonia yang tidak memiliki penyebab yang jelas. banyak
contoh dystonia yang idiopatik.
Ada beberapa genetik penyebab dystonia. Beberapa bentuk tampaknya diwariskan dalam
cara yang dominan, yang berarti hanya satu orang tua yang membawa gen yang rusak adalah
diperlukan untuk lulus gangguan kepada anak mereka. Setiap anak orang tua memiliki
normal gen akan memiliki kesempatan 50 persen carry-ing gen yang rusak. Hal ini penting
untuk perhatikan gejala dapat bervariasi dalam jenis dan keparahan bahkan di antara anggota
keluarga yang sama. Dalam beberapa kasus, orang yang mewarisi gen yang rusak tidak
mungkin mengembangkan dystonia. Setelah satu bermutasi gen tampaknya cukup untuk
menyebabkan ketidakseimbangan kimia yang dapat menyebabkan untuk dystonia, tapi
genetik lain atau bahkan faktor lingkungan mungkin memainkan peran.
Mengetahui pola pewarisan dapat membantu keluarga memahami risiko yang lewat dystonia
bersama untuk generasi mendatang.
Acquired dystonia Juga disebut sekunder dystonia, hasil dari lingkungan atau kerusakan
lainnya ke otak, atau dari paparan beberapa jenis obat-obatan. Beberapa penyebab yang
diperoleh dystonia termasuk Cedera lahir (termasuk hipoksia, kurangnya oksigen ke otak, dan
otak neonatal perdarahan), infeksi tertentu, reaksi obat-obatan tertentu, logam berat atau
karbon keracunan monoksida, trauma, atau stroke...
Manifestasi klinis
Patofisologi
2. Penyakit huntington
Definisi
Penyakit huntington adalah penyakit neurodegenerasiprogresif genetik autosomal dominan,
yang muncul pada dewasa umur pertengahan.
Epidemiologi
Distribusi global penyakit huntington cukup menarik. Umumnya penyakit tersebut
diasosiasikan dengan populasi eropa barat, namun kasusnya juga ada di wilayah lain seperti
Tasmania dan papua Nugini. Data epidemiologis menunjukan bahwa penyakit huntington
umumnya menyebar melalui migrasi manusia dari Eropa Barat. Penyakit Huntington tertinggi
di dunia terletak di desa desa terpencil sepanjang pantai Danau Maracaibo, Venezuela.
Etiologi
Huntington merupakan penyakit yang bersifat genetik autosomal, sehingga penyebab satu
satunya dari Huntington disease ini adalah terjadinya pewarisan gen dari seorang pengidap
ke anaknya. Namun, pada kasus yang sangat jarang, diperkirakan Huntington disease dapat
terjadi tanpa faktor keturunan ketika terjadi mutasi genetik pada kromosom ke 4 yang
mengakibatkan terjadinya replikasi yang berlebihan pada trinukleotid CAG.
PATOFIOLOGI
HD terjadi akibat gangguan pengulangan trinucleotida yang disebabkan oleh panjang bagian
ulang gen melebihi rentang normal. HTT gen terletak di lengan pendek kromosom 4. HTT
berisi serangkaina 3 DNA basis cytosine-adenin-guanina (CAG) yang mengulang beberapa
kali dan dikenal sebagi trinucleotide yang berulang.klasifikasi pengulangan trinucleotide dan
status penyakit yang dipengaruhi oleh jumlah pengulangan CAG
JUMLAH
PWNGULANGAN
KLASIFIKASI STATUS
<28 Normal Unaffected
28-35 Intermediate Unaffected
36-40 Reduced penetrance Affected
>40 Full penetrance Affected
Umumnya seseorang memiliki kurang dari 36 ulang glutamines di wilayah polyQ yang
mengakibatkan produksi sitoplasmik Huntingtin. Namun urutan 36 atau lebih glutamines
dalam hasil produksi protein memiliki karakteristik yang berbeda, terjadi perubahan bentuk
yang disebut mutan HTT(Mhtt), sehungga dapat meningkatkan laju peluruhan jenis neuron
tertentu.(loss neuron)
Penyakit huntington memiliki autosomal dominan warisan, sehingga seorang individu yang
terkena biasanya mewarisi satu salinan dari gen dengan trinucleotida mutan alel dari orang
tua yang terkena dampak. Karena penetrance mutasi yang sangat tinggi, maka seseorang yang
memiliki salinan mutasi gen akan terkena penyakit tersebut.
Trinucleotida CAG melakukan pengulangan lebih dari 28 kali secara tidak stabil selama
melakukan replikasi dan jumlah pengulangan akan cenderung meningkat. Hal ini
mengakibatkan jumlah pengulangan akan berubah dalam generasi tersebut berturut turut.
Ketidakstabilan lebih besar terjadi ketika pada fase spermatogenesis dan oogenesis
Penyakit huntington akan mempengaruhi seluruh otak, namun terdapat daerah daerah yang
lebih rentan dibanding lainnya. Efek awal terjadi pada bagian dari basalis yang disebut
neostriatum yang terdiri dari caudatus dan putamen. Daerah lain yang terkena adalah
substansia nigra, lapisan 3,5,6 korteks serebral, hippokampus, purkinje sel dalam otak kecil,
lateral inti tuberal hipotalamus dan beberapa bagian di thalamus. Area area yang terkena efek
tergantung dari jenis neurin yang terkandung di dalamnya. Striatal neuron spiny adalah yang
paling rentan terkena terutama proyeksi yang menuju globus pallidus. Selain itu pada HD
juga dapat terjadi peningkatan astrocytes secara abnormal dan aktivitas sel imun otak
makroglia secara abnormal.
Untuk melakukan suatu gerakan korteks serebral akan mengirim suatu sinyal pada gangglia
basalis untuk menghasilkan inhibisi. Kerusakan ganglia basalis akan mengakibatkan inhibisi
yang dirilis tidak terkendali sehingga gerakan menjadi tidak menentu an tidak terkendali.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis triad adalah movement disorders(chorea), demensia (subkortikal demensia)
dan gangguan psikiatri atau tingkah laku.
Klinis
1.manifestasi klinis onse tidak pasti ( insidious), umur 35-40 tahun, prevalensi 4-8/100000
penduduk , diturunkan secara 100% autosomal dominal (triplet expansi CAG pada cromosom
4)
2. chorea timbul pada 90% penyakit huntington adalah gerakan yang tidak disadari, spontan,
mendadak, berlebihan, ireguler, kasar, berubah-ubah arah , random
3.dalam perjalanan penyakit huntington berlangsung secara progresif dan dapat memburuk,
chorea dapat berubah menjadi distonia, gambaran parkinson seperti rigiditas,bradikinesia,
gangguan postural, myoclonus, ataxia, gangguan gerakan mata, stadium lanjut disphagia.
4. gangguan psikiatri aau tingkah laku, kadang psikosis, dengan halusinasi visual dan dan
pendengaran, mania, apais, tingkah laku obsesif dan depresi.
5. subkortikal demensia pada penyakit huntington dengan ciri khas bradyphrenia, gangguan
atensi dan sequencing tanpa disertai apraxia, agnosia atau aphasia. Registrasi informasi baru
dan immediate memory dan recall masih utuh, meskipun retrieval recent dan remote memory
terganggu.
Patofisologi
Pemeriksaan
Laboratorium
Bila memungkinkan laboratorium genotyping khusus untuk penyakit huntington (triplet
expansi CAG pada chromosom 4)
Radiologis
Pada ct atau mri terlihat atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi sedang globus
pallidus, korteks,substansia nigra,nucleus subthalamus, dan locus coerolus.
Gold standar : tidak ada
Patologi anatomi
Pada penyakit huntington atropi berat pada cauda dan putamen, atropi sedang globus pallidus,
kortek,substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus.
Diagnosa Banding
Tatalaksana
Medikamentosa
-remacide dan coenzim q10 600 mg/hari dapat menghambat progretivitas penyakit
Untuk depresi diberikan tricyclic antidepressan
Chorea dapat diberikan
Haloperidol
Dopamin blocking agent
Benzodiazepines
Amantandine
Gangguan psikiatri seperti delusion diberikan neuroleptik, haloperidol, atau thioridazin
Psikosis dapat diberikan quetiapine dan clozapine
Tindakan: tidak ada
Penyulit :
Gangguan psikiatri dan tingkah laku
Parkinsonism seperti rigiditas,bradikinesia, gangguan postural,dystonia,myoclonus,ataxia,
dysphagia
Prognosis: penyakit huntington adalah penyakit degeneratif yang progresif berakhir fatal,
sebab kematian biasanya aspirasi pneumonia atau trauma sekunder akibat jatuh
3. Sydenham’s chorea
Definisi
Adalah komplikasi lambat dari infeksi Aβ Haemolytic Streptococcal dan merupakan
kriteria mayor acute rheumatic fever, dengan ciri khas chorea, kelemahan otot dan
beberapa gejala neuropsikiatri, akibat penyakit autoimun.
Etiologi
Patofisiologi
Faktor resiko
1. didahului adanya infeksi Aβ Haemolytic Streptococcal (200-30%)
2. umur 5-15 tahun
3.perempuan predominan
Maifestasi klinis
Chorea general, simetris,gerakan lebih cepat dibanding chorea huntington
Terdapat adanya perubahan tingkah laku, gangguan obsesif kompulsif dan irritabek
Sembuh sendiri dalam 5-16 minggu
Pemeriksaan
Laboratorium
Kadar ASTO( Anti Streptolisin O) meningkat
Radiologis
MRI lesi di nucleus caudatus dan putamen
Patologi anatomi: tidak ada
Diagnosa banding
Immune mediated chorea
Vaskular chorea
Hormonal disorders
Drug induced chorea
Infectious chorea
Tatalaksana
Medikamentosa
Chorea dapat diberikan
Haloperidol
Benzodiazepines
Amantandine
Tindakan:-
Prognosis: dubia et bonam, dapat sembuh sendiri
4. Tremor essensial
Definisi
Manifestasi Kliniss
1. tremor essential berdasarkan core and secondary criteria
Kriteria inti Kriteria sekunder
Tremor saat kerja bilateral di tangan dan
lengan bawah
Lama > 3 tahun
Tidak ada keluhan neurologis lain
kecuali coghweel phenomenon
Riwayat keluarga positif
Tremor kepala dengan / tanpa dystonia Ada respon terhadap alkohol
2. onset usia rata rata 45 tahun
3. bisa unilateral atau bilaterak
4. tremor bisa meluas sampai kepal dan leher, kira-kira 50-60% mengenai kepala
5. tremor suara terjadi pada 30% pasien
6. tremor essensial jarang terjadi pada tubuh dan kaki
7. tremor cenderung progresif dengan bertambahnya usia
lab-
radiologi-
gold standar-
PA-
Tatalaksana
Medikamentosa
Botulinum toxin A: Terutama tremor essensial kepala, suara tangan
Tindakan
Bedah: continous deep brain stimulation with electroda implanted pada ventral
intermediate nucleus of the thalamus dan thalamotomy
Physical terapi : speech terapi
Penyulit : stress
Prognosis : baik
5. Progressive supranuclear palsy
Pemeriksaan penunjang :
Mri untuk menyingkirkan dementia multi infark dan hidrosephalus
Single photo emission tomography( PET) Scan
Diagnosa banding
Parkinsons disease idiopatik
Multiple cerebralinfark
Tatalaksana
Medikamentosa
Tindakan
Penyulit
Aspirasi pneumonia dan mata kering
6. Mioklonus
Definisi
Mioklonus adalah gerakan tidak disadari tiba – tiba,sebentar, jerky, shocklike, akibat
kontraksi otot, disebabkan gangguan di CNS timbul di anggota gerak, wajah atau
badan
Etiologi
1.drug induced mioklonus
Opsoklonus-mioklonus sindrome
Trauma
Metal toxic
Mptp
7. Sindrom tourette
Sindrome tourette adalah sindroma waxing, waning tik motorik baik simpel atau komplek,
disertai minimal satu vokal tics (phonic tics), disertai obsessesive compulsive disorders tetapi
gangguan tingkah laku bukan kriteria untuk diagnosis, tetapi penting untuk pasien.
Epidemiologi