Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Dan Asam
-
Upload
annisa-rahmawati -
Category
Documents
-
view
240 -
download
16
Transcript of Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Dan Asam
Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
HG 2•Annisa Rahmawati•Cahya Novita Sari•Eka Septia Wahyuni•Juwanty Eka Putri•Musayemah Kurnia•Putri Oktaviany
DIARE
Definisi DiareDiare adalah peningkatan jumlah
feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk dengan frekuensi 3x atau lebih per hari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja (Potter & Perry, 2005). Kandungan air feses lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk dengan frekuensi 3x atau lebih per hari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja (Potter & Perry, 2005). Kandungan air feses lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Klasifikasi Diare
Diare akut• Bakteri : Shigella Sp, E. Coli Patogen, Salmonela Sp, Vibrio Cholera, Yersinia Entreo Colytica,
Campylobacter Jejuni, V. Parahoemoliticus, VNAG Staphylococcus Aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteis, Dll
• Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus (CMV), echovirus, HIV virus
• Parasit-protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporadium parvum, Balantidium coli
• Worm : A. Lumbricoides, cacing tambang, trichuris trichura, S. sterocoralis, cestodiasis dll• Fungus : Kardia/moniliasis• Parenteral : Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, travellers diarrhea : E. Coli, giardia
lambia, shigella, entamoeba histolyca dll• Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri atau toksin : clostridium perfringens, B. Cereus, S. Aureus, streptococcus anhaemohytivus dll
• Alergi : susu sapi, makanan tertentu• Malabsorbsi/maldifestasi : karbohidrat : monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa),
disakarida (lakstosa, maltosa, sakarosa), Lemak : rantai panjang trigliserida, protein : asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorbtion, protein intolerance. Cows milk, vitamin & mineral
• Imunidefisiensi • Terapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dll• Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi• Lain-lain : sindrom zollinger-ellison, neuropati autonomik (neuropati diabetik)
Diare akut• Bakteri : Shigella Sp, E. Coli Patogen, Salmonela Sp, Vibrio Cholera, Yersinia Entreo Colytica,
Campylobacter Jejuni, V. Parahoemoliticus, VNAG Staphylococcus Aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteis, Dll
• Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus (CMV), echovirus, HIV virus
• Parasit-protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporadium parvum, Balantidium coli
• Worm : A. Lumbricoides, cacing tambang, trichuris trichura, S. sterocoralis, cestodiasis dll• Fungus : Kardia/moniliasis• Parenteral : Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, travellers diarrhea : E. Coli, giardia
lambia, shigella, entamoeba histolyca dll• Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri atau toksin : clostridium perfringens, B. Cereus, S. Aureus, streptococcus anhaemohytivus dll
• Alergi : susu sapi, makanan tertentu• Malabsorbsi/maldifestasi : karbohidrat : monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa),
disakarida (lakstosa, maltosa, sakarosa), Lemak : rantai panjang trigliserida, protein : asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorbtion, protein intolerance. Cows milk, vitamin & mineral
• Imunidefisiensi • Terapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dll• Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi• Lain-lain : sindrom zollinger-ellison, neuropati autonomik (neuropati diabetik)
Etiologi Diare
Mekanisme Diare
v
DIARE
Makanan (basi, keracunan)
Virus Psikologis
Stimulus saraf simpatis
Bakteri
Mengawali respon dingin
Prostaglandin
Neutrofil mengeluarkan
Pirogen endogen
Melambatnya gerakan peristaltic usus dan sekresi pancreas ke
dalam lambung
Suhu tubuh meningkat ke titik
patokan baru
Memproduksi enterotoksin dan
neurotoksin
Gangguan motilitas usus
hiperperistaltis
Makanan berlalu cepat dalam usus
Penurunan absorbsi makanan di usus
peningkatan volume cairan diusus
Diare
hiperperistaltis usus meningkat
Penurunan penyerapan makanan
Sekresi cairan
dan elektrolit
tetap
Peningkatan cairan di usus
Kehilangan cairan dan elektrolit
berlebihan
Titik patokan hipotalamus
Produksi panas
Pengurangan panas
Malabsorbsi protein dan karbohidrat
Tekanan osmotik meningkat
Permeabilitas usus meningkat
Sekresi air dan elektrolit
meningkat
Air dan elektrolit berpindah ke
rongga
Gangguan absorbsi
Volume rongga usus meningkat
Respon untuk mengeluarkan
Diare
Diare
Diare
Penurunan BB
dehidrasi
Lesi disaluran pencernaan
Serabut aferen di usus memicu pusat muntah di medula
muntah
Syok hipovolemik
Menembus dinding usus
Kerusakan Sel
Menginfeksi dan merusak vili usus halus
Perbaikan sel kuboid/ sel epitel pipih yang baru
Fungsi usus belum stabil
Tidak mengabsorpsi makanan dan cairan
dengan baik
Tekanan koloid osmotic meningkat
Motilitas usus meningkat
Diare
Merangsang sekresi cairan di usus
Memproduksi enterotoksin
(enzim siklik adenilase)
() ATP
Berkembang biak
cAMP
Lambung
HCL
Bakteri mati Bakteri dapat lolos
& masuk duodenum
Motilitas usus meningkat
Volume cairan di usus meningkat
Diare
Demam
Menekan aktivitas lambung
Terdapat enzim yang tidak disekresikan
Sehingga zat makanan menjadi
lebh hipertonik
Diare
• Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan
tidak berbentuk dengan frekuensi 3x atau lebih per hari dengan atau tanpa darah dan
lender dalam tinja yang mempengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi dalam
saluran GI (Potter & Perry, 2005).
Klasifikasi Diare
Diare Akut Diare Kronik
Etiologi
bakteri, virus, parasit, dan non-infeksi kelainan endokrin, kelainan hati, kelainan pankreas, infeksi, keganasan
• Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
• Renjatan hipovolemik.• Hipokalemia (hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).• Hipoglikemia.• Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.• Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.• Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.
Komplikasi
Dehidrasi
HIPOTONIK
ISOTONIK
HIPERTONIK
Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Dalam mempertahankan suatu hemostasis, pemasukan cairan melalui ingesti atau produksi metabolik harus diseimbangkan
dengan pengeluarannya yang setara melalui ekskresi atau konsumsi metabolik.
• Air merupakan penyusun tubuh terbanyak sekitar 60% berat tubuh
• Terdiri dalam 2 kompartemen : - CIS (2/3 total H20 tubuh)- CES (1/3 total H2O tubuh)
* interstisial (4/5 volume CES)* plasma (1/5 volume CIS)
* Plasma dan cairan interstisium dipisahkan oleh dinding pembuluh darah, sedangkan CES dan CIS dipisahkan oleh membran plasma sel
Pergerakan Cairan Distribusi cairan di dalam dan luar sel tergantung
pada tekanan osmotic yang berkaitan dengan osmolaritas suatu cairan.
Air akan bergerak dari yang konsentrasi rendah ke tinggi.
pergerakan air menembus membrane sel kapiler ditentukan oleh tekanan hidrostatik dan osmotic.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler atau penurunan tekanan osmotic koloid plasma mengakibatkan semakin banyak cairan yang bergerak dari kapiler menuju cairan interstisial
Pengaturan keseimbangan cairan berfokus pada volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel
•Volume cairan ekstrasel harus diatur secara ketat dalam mempertahankan tekanan darah (memelihara keseimbangan garam penting dalam pengaturan jangka panjang volume CES)•Osmolaritas cairan ekstrasel harus diatur secara ketat untuk mencegah pembengkakan atau penciutan sel-sel (memelihara keseimbangan air sangat penting dalam
pengaturan osmolaritas CES)
Pengaturan keseimbangan cairan berfokus pada volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel
•Volume cairan ekstrasel harus diatur secara ketat dalam mempertahankan tekanan darah (memelihara keseimbangan garam penting dalam pengaturan jangka panjang volume CES)•Osmolaritas cairan ekstrasel harus diatur secara ketat untuk mencegah pembengkakan atau penciutan sel-sel (memelihara keseimbangan air sangat penting dalam
pengaturan osmolaritas CES)
Kontrol osmolaritas CES mencegah perubahan volume CIS
• Osmolaritas suatu cairan adalah ukuran konsentrasi partikel zat individual yang larut di dalamnya. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsenstrasi zat terlarut, atau semakin rendah konsentrasi H2O, air cenderung berpindah melalui osmosis mengikuti penurunan gradien konsentrasi dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut rendah (H2O tinggi) ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut tinggi (H2O rendah).
Hipertonisitas CES (konsentrasi zat terlarut CES berlebihan, H2O berkurang )
• Disebabkan oleh : insufiensi asupan H2O saat berada di gurun pasir, pengeluaran H2O berlebihan saat keringat, muntah, diare, saat diabetes insipidus
Jika kompartemen CES hippertonik, H2O bergerak ke luar dari sel melalui
osmosis ke dalam CES yang lebih pekat sampai osmolaritas CIS setara
dengan CES.
Sel dapat menciut
Hipotonisitas CES (Kelebihan H2O dari pada zat terlarut)
• Disebabkan oleh pasien gagal ginjal, orang minum banyak dalam waktu singkat, sekresi vasopresin yang tidak sesuai
H2O berpindah melalui osmosis dari CES yang lebih encer masuk ke
dalam sel,
sel dapat membengkak
Pengurangan atau penambahan Isotonik
• Contoh penambahan cairan isotonik dengan pemberian cairan isotonik
Tidak terjadi pergeseran cairan antara CES dan CIS sehingga tetap berada dalam keseimbangan osmotik
Contoh pengurangan cairan isotonik adalah perdarahan
Pengurangan tersebut terbatas pada CES tanpa
disertai pengurangan cairan CIS
Volume CES meningkat tetapi konsentrasi zat terlarut CES
tetap sehingga CES tetap isotonik
Kontrol Keseimbangan air oleh vasopresin dan rasa haus sangat penting dalam mengatur osmolaritas CES
•Kontrol pemasukan air oleh rasa haus. Pusat rasa haus terletak di hipotalamus dekat dengan sel penghasil vasopresin•Kontrol pengeluaran air di urin oleh vasopresin
Reseptor volume atrium kiri Reseptor volume atrium kiri
Volume CES Volume CES
Tekanan Darah Tekanan Darah
Osmolalitas Osmolalitas
Merangsang osmoreseptor hipotalamus
Merangsang osmoreseptor hipotalamus
Rasa hausRasa haus
Neuron hipotalamusNeuron hipotalamusVasopresinVasopresin
Permeabilitas tubulus distal dan pengumpul erhadap H2O
Permeabilitas tubulus distal dan pengumpul erhadap H2O
Asupan H2OAsupan H2O
Vasokontriksi arteriol
Vasokontriksi arteriol
Reabsorpsi H2OReabsorpsi H2O
Pengeluaran urinPengeluaran urin
Volume plasmaVolume plasma
Osmolaritas PlasmaOsmolaritas Plasma
Ketika volume CES/plasma rendah dan tekanan darah arteri rendah juga meningkatkan sekresi aldosteronKetika volume CES/plasma rendah dan tekanan darah arteri rendah juga meningkatkan sekresi aldosteron
Na+ dalam tubuh
Tekanan darah arteri
GFR Aldosteron
Na+ yang difiltrasi Na+ yang direabsorpsi
Ekskresi Na+
Tekanan darah Volume plasma
1) pengaturan natrium. • Natrium : kation yang paling banyak jumlahnya
dalam cairan ekstrasel. • berfungsi mempertahankan keseimbangan air,
mentransmisi impuls saraf dan kontraksi saraf. • Kadar natrium serum : 135 sampai 145 mEq/L. • Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan
haluaran urin. Aldosterone berperan dalam mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah.
Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation utama yaitu natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Sedangkan
anion utama adalah klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), dan fosfat (PO3-).
2) pengaturan kalium. •Kalium merupakan kation intrasel utama, yang mengatur eksitabilitas (rangsangan) neuromuscular dan kontraksi otot serta membantu pengaturan keseimbangan asam basa. •Kadar normal kalium serum adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L. Kalium diatur oleh ginjal. •Seiring dengan peningkatan aldosteron, kalium yang diekskresikan melalui urin akan lebih banyak sehingga kadar kalium serum menurun. Selain itu, dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium di tubulus ginjal. Jika natrium dipertahankan, kalium akan diekskresi.
3) pengaturan kalsium. •Kalsium digunakan untuk integritas dan struktur membrane se, konduksi jantung yang adekuat, koagulasi darah, pembentukan dan pertumbuhan tulang dan relaksasi otot. •Kadar normal kasium serum adalah 4 sampai 5 mEq/L. •kalsium didalam cairan ekstrasel diatur oleh kerja kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone paratiroid (PTH) mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorpsi kalsium di GI, dan ekskresi kalsium di ginjal. Tirolkasitoni dari kelenjar tiroid juga berperan dalam menghambat pelepasan kalsium dari tulang.
• 4) pengaturan magnesium. Magnesium berfungsi untuk aktivitas enzim, neurokimia dan eksitabilitas otot. Kadar normal magnesium serum adalah 1,5 sampai 2,5 mEq/L. Magnesium diekskresi melalui mekanisme ginjal. • 5) pengaturan klorida. Klorida ditemukan di dalam cairan ekstrasel
dan intrasel. Keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan, dan ekskresi serta reabsorpsi renal. Kadar normal klorida serum adalah 100 sampai 106 mEq/L. • 6) Pengaturan bikarbonat. Bikarbonat adalah buffer dasar kimia yang
utama di tubuh. kadar normal bikarbonat arteri antara 22 sampai 26 mEq/L. Bikarbonat diatur oleh ginjal. • 7) pengaturan fosfat. Fosfat adalah anion buffer dalam cairan intrasel
dan ekstrasel. Fosfat meningkatkan kerja neuromuscular normal dan membantu pengaturan asam baska. Kadar normal fosfat serum adalah 2,5 sampai 4,5 mg/100 ml. konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormone paratiroid, dan vitamin D teraktivasi dan fosfat ini diserap melalui saluran pencernaan
Keseimbangan Asam Basa Keseimbangan asam basa mengacu pada
pengaturan konsentrasi ion hidrogen bebas (tidak terikat) di dalam cairan tubuh.
Tanda pH untuk menyatakan konsentrasi ion hidrogen.
pH darah arteri dalam keadaan normal adalah 7,45 sedangkan pH darah vena adalah 7,35. Untuk pH darah rata-rata adalah 7,4.
Apabila pH darah turun dibawah 7,35 disebut asidosis sedangkan apabila pH darah naik diatas 7,45 disebut alkalosis.
Untuk mempertahankan H+ yang konstan di cairan tubuh, pemasukan ion hidrogen harus diseimbangkan dengan
pengeluarannya.
Pada keadaan normal ion H+ secara terus-menerus ditambahkan ke cairan tubuh dari tiga sumber melalui : •pembentukan asam karbonat, •asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian nutrien •asam organik yang dihasilkan dari metabolisme perantara misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak sebagian asam akan berdisosiasi melepaskan ion H+.
Hal yang terpenting dalam keseimbangan H+ adalah mempertahankan alkalinitas normal CES walaupun asam terus-
menerus dihasilkan
Terdapat tiga cara mengatasi setiap perubahan H+ agar selalu konstan dalam cairan tubuh yakni melalui :
• sistem penyangga (dapar) kimiawi, • mekanisme kontrol pH oleh sistem pernapasan dan• mekanisme kontrol pH oleh ginjal.
Sistem penyangga kimiawi
berfungsi sebagai pertahanan lini pertama bekerja cepat dalam waktu sepersekian detik dalam
memperkecil perubahan pH jika terjadi penambahan atau pengurangan asam atau basa.
Sistem penyangga ini terdiri dari sepasang bahan yang reversible yang dapat menghasilkan H+ bebas ketika konsentrasi H+ mulai turun dan bahan yang lain yang dapat berikatan dengan H+ apabila konsentrasi H+ mulai naik.
Empat penyangga kimiawiSistem penyangga H2CO3: HCO3
- adalah penyangga CES primer untuk asam-asam non karbonat. Berfokus pada persamaan :H+ + HCO3
- H2CO3- CO2 + H2O
Sistem penyangga protein sangat penting di dalam sel karena mengandung gugus-gugus asam dan basa yang dapat menyerap dan memberi H+.
Sistem penyangga hemoglobin menyangga ion hidrogen yang dihasilkan oleh asam karbonat
Sistem penyangga fosfat adalah penyangga sistem kemih yang penting yang terdiri dari garam fosfat asam (NaH2PO4) yang dapat memberikan sebuah H+ bebas jika konsentrasi H+ turun dan sebuah garam fosfat basa (Na2HPO4) yang dapat menerima sebuah H+ bebas apabila konsentrasi H+ meningkat.
Sistem pernapasan sebagai lini pertahanan kedua
berespons dalam hitungan beberapa menit kemudianmengatur konsentrasi ion hidrogen dengan mengontrol
kecepatan pengeluaran CO2 sebagai penghasil H+ dari plasma melalui penyesuaian ventilasi paru.
Ketika konsentrasi H+ arteri menurun, ventilasi paru berkurang. Akibat bernapas yang lebih lambat dan lebih dangkal, CO2 hasil metabolisme akan berdifusi dari sel ke dalam darah lebih cepat daripada pengeluaran gas tersebut dari darah oleh paru, sehingga terjadi penimbunan lebih banyak CO2 pembentuk asam di darah sehingga konsentrasi H+ dpat dipulihkan ke normal.
Ginjal sebagai lini pertahanan ketiga berespons dalam hitungan jam sampai hari berperan penting mengontrol keseimbangan asam-basa dengan
mengontrol konsentrasi ion hidrogen dan bikarbonat dalam darah. Untuk kompensasi asidosis, ginjal mengeluarkan asam (H+) ke urin dan
mereabsorpsi semua HCO3- yang difiltrasi serta menambahkan basa
(HCO3-) ke cairan tubuh, sehingga pH menjadi normal.
terdapat dua penyangga urin yakni penyangga fosfat (yang difiltrasi) dan ammonia (NH3) yang disekresi. Ammonia (NH3) akan berikatan dengan H+ sehingga akan ikut keluar melalui urin ketika terjadi kelebihan H+.
Ginjal secara lebih efektif mengeliminasi H+ yang berasal dari asam sulfat, fosfat, laktat dan asam lain daripada paru yang hanya dapat mengeluarkan asam karbonat melalui eliminasi CO2.
ketidakseimbangan asam basa
Asidosis respiratorik (retensi CO2 yang disebabkan oleh hiperkapnia sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi H+. Penyebabnya penyakit paru, gangguan sara atau otot yang mengurangi kemampuan otot pernapasan, atau tindakan menahan napas.
Alkalosis respiratorik (pengeluaran berlebihan CO2 dari tubuh akibat hiperventilasi sehingga H+ menurun. Penyebabnya adalah demam, rasa cemas dan keracunan aspirin.
Asidosis metabolik (semua jenis asidosis selain yang disebabkan oleh kelebihan CO2) ditandai oleh penurunan konsentrasi HCO3
- plasma sedangkan CO2 normal. Disebabkan oleh diare berat, diabetes mellitus, olahraga berlebihan.
Alkalosis metabolik (reduksi konsentrasi H+ plasma karena defisiensi relative asam asam non karbonat. Berkaitan dengan peningkatan HCO3
- tidak disertai perubahan CO2. Disebabkan oleh muntah dan ingesti obat-obat alkali.
Hubungan perubahan Volume cairan dan sistem sirkulasi
• Penurunan volume CES, dengan menurunkan volume plasma menyebabkan penurunan tekanan darah arteri, begitu juga sebaliknya.
• Terdapat dua kompensasi atas perubahan volume CES ini (Sherwood, 200
• 1)Mekanisme refleks baroreseptor terkait curah jantung• Terjadi perpindahan cairan sementara dan otomatis,
penurunan volume plasma dikompensasi dengan pergeseran kompartemen interstisium ke dalam darah, sehingga terjadi peningkatan volume plasma (dengan mengorbankan interstisium), begitu juga sebaliknya
Perubahan elektrolit terhadap EKG
Irama (Rhythm)•Bila teratur (reguler) dan gel. P selalu diikuti gel. QRS-T yakni normal disebut Sinus Ritme (irama sinus).•Bila irama cepat lebih dan 100 kali/menit disebut sinus tachikardi kurang dari 60 kali/menit disebut sinus bradikardi•Selain dan yang tersebut di atas adalah aritmiaGelombang T (T Wave)•Ukurannya dari awal sampai dengan akhir gel. T. Nilai normal amplitudo (tinggi): Minimum 1 mm. Gelombang T menggambarkan:•Adanya kelainan otot jantung (iskemia/infark).•Menandakan adanya kelainan elektrolit.
Kriteria EKG (terkait gelombang T)
• Hyperkalemia: evolusi (1) gelombang T runcing, (2) perpanjangan PR dan gelombang P datar, serta (3) QRS melebar. Kompleks QRS dan gelombang T menyatu membentuk sebuah gelombang sinus.
• Hypokalemia: danya gelombang U yang tingginya bisa sama dengan gel T, bahkan lebih tinggi dari gel T. Tiap pasien berbeda, artinya tidak semua pasien dengan kalium rendah akan menyebabkan munculnya gel U. Gelombang U muncul diawali dengan gel T yang datar atau inverted, sampai pada titik rendah nilai kaliumnya, sehingga akan muncul gel U.
Gangguan elektrolit dan interpretasi EKG
• Hypercalcemia: QT interval memendek,yaitu tidak adanya ST segment
• Hypocalcemia: QT interval memanjang, yaitu lebih dari normal ( > 0,46 detik).
Terapi Cairan
Terapi cairan intravena, ada dua metode yang dipakai yaitu infus IV kontinu dan infus IV
intermiten (Kee & Hayes, 1996).
Pemberian IV kontinu dimaskudkan untuk mengganti kehilangan cairan, menjaga
keseimbangan cairan, dan sarana pemberian obat. Pemberian IV intermiten terutama
ditujukan untuk memberikan obat IV.
Terapi Cairan
Penggantian Cairan (Potter & Perry, 2006):•Secara enteral: oral dan melalui selang•Secara parenteral: nutrisi parenteral total (NTP), terapi cairan dan elektrolit vena, dan penggantian darah
Jenis-Jenis Cairan Intravena (Potter & Perry, 2006):•Cairan Hipotonik: Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitar dan akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Kurang dari 240 mOsm, contoh: 0,45% Normal Saline dan 0,2% Normal Saline. Cairan hipotonik ini diberikan pada pasien dengan dehidrasi hipertonik.
•Cairan Isotonik: Osmolaritasnya mendekati serum, sehingga terus berada dalam pembuluh darah 240-349 mOsm. Contoh:Normal Saline dan Ringer Lactate. Cairan isotonik ini diberikan pada pasien dengan dehidrasi isotonik.
•Cairan Hipertonik: Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum. Maka yang terjadi adalah menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Konsentrasi lebih dari 340 mOsm, contoh: 3% Sodium Chloride solution dan D5 0,9NS. Cairan hipertonik ini diberikan pada pasien dehidrasi hipotonik.
Cairan Intravena
Pembagian Cairan Intravena•Kristaloid: Bersifat isotonik, efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan dengan segera. Contoh: dextrose dalam air atau saline, Isotonic (Normal saline), Ringer’s.
•Koloid: Ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah. Sifat dari cairan koloid ini yaitu hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contoh: Darah, albumin.
Cairan Resusitasi Cairan MaintenanceMenggantikan kehilangan akut dari cairan
ekstrasel.
Cairan isotonik, yaitu Asering, Ringer laktat,
dan Normal saline digunakan pada gangguan
asam basa yang menyertai.
Asering mengandung Na: 130 mEq, K: 4 mEq,
Cl: 109 mEq, Ca: 3 mEq, asetat: 28 mEq
RL mengandung Na: 130 mEq, K: 4 mEq, Cl:
108,7 mEq, Ca: 2,7 mEq, dan laktat: 28 mEq
NS mengandung Na: 154 mEq, CL: 154 mEq
Untuk pasien yang hemodinamiknya tidak
terganggu oleh syok atau hipotensi.
Contoh cairan: Aminofluid. KA-EN
Jenis Cairan Infus
Water gain Water loss
Cairan yang diminum Feses
Makanan yang dimakan IWL
Metabolisme air Keringat
Urin
Bisa juga dihitung dengan skor Daldiyono Haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2
Frekuensi nadi >120x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen/sopor/koma 2
Frekuensi nafas >30x/menit 1
Facies Cholerica 2
Vox Cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer Woman Hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur >60 tahun -2
Obat diare dibagi menjadi tiga:•Kemoterapika (sesuai dengan resep dokter), yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon, furazolidon.•Obstipansia, untuk menghilangkan gejala diare•Spasmolitik, membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan
Pada pasien diare
Elektrolit dan air hilang
Dehidrasi isotonik
Diberikan cairan resusitasi
Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
Paling aman NaCl 0.9%
Mengganti natrium yang
hilang
Jadi kebutuhan cairan yang dibutuhkan pasien selama satu hari yaitu 3192cc/hari.
Pasien diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 500cc/8 jam sehingga pemberian cairan selama satu hari sebanyak 1500cc/24 jam.
Pemberian cairan infus harian ini belum mencukupi kebutuhan cairan pasien Pasien masih kekurangan cairan sebanyak 1692 cc Kekurangan cairan ini dipenuhi dari asupan oral dari minum dan makan pasien.
Asuhan Keperawatan
Seorang pria berusia 30 tahun dibawa ke UGD karena mengalami diare selama 6 hari yang
terkadang disertai muntah. Selama 6 hari pasien kekurangan asupan cairan. Ketika dikaji pasien
mengalami dehidrasi berat. Dari pemeriksaan fisik TD 90/50 mmHg, Nadi 60 kali/menit, RR 26
kali/menit, suhu 38 derajat celcius, produksi urin oliguria. Di ruang gawat darurat pasien tampak
gelisah, keluarga cemas, dan menanyakan kondisi pasien pada staf dokter dan perawat. Pemeriksaan
EKG didapatkan gelombang sinus, perubahan gelombang T. klien diberikan cairan IV NaCl 0.9 %
500 cc/ 8 jam, diberikan obat-obatan sesuai kondisi klien saat ini.
KASUS
Klien pria usia 30 tahun
diare dan muntah selama 6 hari, dehidrasi berat
BB normal 60 kg, BB sekarang 57 kg turun 3 kg
TD 90/50 hipotensi
Nadi 60 kali/menit lemah
RR 26 kali/menit takipnea
Suhu 38C tinggi, oliguria
Kesadaran compos mentis
EKG, gelombang sinus dan perubahan gelombang T
Terapi cairan NaCl 0,9%, 500 cc/8 jam dan onat-obatan
Pengkajian
Hasil Anamnesa : riwayat perjalan penyakit kepada keluarga/ pasien,
lamanya sakit, frekuensi, volume, warna, ada tidaknya batuk, pilek, demam sebelum atau setelah diare, BB sebelum dan setelah diare
Pemeriksaan fisik : · Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir,
mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan, rewel/gelisah
· Perkusi : adanya distensi abdomen. · Palpasi : Turgor kulit kurang elastis · Auskultasi : terdengarnya bising usus.
Pemeriksaan tinja:- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja- Bila perlu diadakan uji bakteri
•Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.• Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.•Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
Pemeriksaan Diagnostik
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, BAB berlebih, dan dehidrasi
Kriteria evaluasi: tanda vital dalam batas normal, turgor elastik, dan konsistensi BAB normal
Intervensi: pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit, pantau intake dan output, timbang berat badan, dan terapi cairan
Diagnosa Keperawatan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan output.
Kriteria evaluasi: nafsu makan meningkat dan BB meningkat dan normal
Intervensi: pengaturan diet, ciptakan lingkungan yang bersih, berikan jam istirahat, dan monitor intake dan output
Diagnosa Keperawatan
ansietas berhubungan dengan eliminasi yang sering dan tidak terkontrol
Kriteria evaluasi: ansietas pasien kurang
Intervensi: mendukung upaya koping pasien.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi (Brunner & Suddarth, 1996) hasil yang diharapkan:•Melaporkan pola defekasi normal.•Mempertahankan keseimbangan cairan•Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat•Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot•Menunjukkan membrane mukosa lembab dan turgor jaringan normal•Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran•Mengalami berat jenis urin normal.•Mengalami penurunan tingkat asietas•Mempertahankan integritas kulit.•Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defekasi•Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit
Evaluasi