Gandum Fix Kurang Lampiran
-
Upload
nikmah-nicko -
Category
Documents
-
view
45 -
download
1
description
Transcript of Gandum Fix Kurang Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS GANDUM VARIETAS NIAS
Oleh
Kelompok 5 :
1. Dian Rizki Amalia (135040207113006)2. Cindy (135040218113006)3. Nikmatul Khoiriyah (135040218113020)4. Siti Fadhillah (135040218114006)
Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya Kampus IV
Kediri
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gandum termasuk tanaman serealia yang mengandung karbohidrat lebih
dari 70 % dan merupakan bahan pangan berbasis tepung (Nurmala, 1980).
Produksi gandum di Indonesia tergolong masih rendah, sedangkan kebutuhan
akan gandum ini terus meningkat karena gandum dibutuhkan untuk pembuatan
mie, roti, dll. Di Indonesia tanaman gandum hanya terbatas ditanam di dataran
tinggi dan pegunungan pada areal yang tidak begitu luas. Bercocok tanam
tanaman gandum masih dilakukan dengan cara yang sederhana seperti untuk padi
gogo. Di daerah iklim sedang, gandum ditanam pada musim dingin (winter) dan
musim semi (spring). Gandum yang ditanam di Indonesia adalah dari jenis
gandum musim semi yang diintroduksi dari Jepang. Filipina dan Meksiko.
Pengembangan tanaman gandum ditujukan untuk memantapkan daerah-
daerah yang sudah biasa menanam gandum, sedang daerah bukaan baru lebih
difokuskan kepada sosialisasi dan demplot-demplot agar petani yang ingin
mengembangkan tanaman gandum dapat belajar tentang budidaya gandum yang
benar. Agar tercapainya keberhasilan pengembangan gandum, maka waktu tanam
yang tepat, kualitas benih dan pemilihan lokasi seperti ketinggian tempat, suhu
atau temperature, iklim yang mendukung, topografi, maupun ketersediaan air dan
tanah merupakan faktor penting untuk mengembangkan pertumbuhan tanaman
gandum.
Salah satu teknologi produksi dalam budidaya gandum adalah dengan
pengaturan jarak tanam dan pemilihan varietas. Jarak tanam yang berbeda juga
akan menghasilkan produktivitas yang berbeda pula. Jarak tanam yang luas
umumnya akan meningkatkan hasil produksi karena tanaman akan memperoleh
cahaya matahari yang lebih optimal sehingga hasilnya juga akan optimal.
Sedangkan dengan pemilihan varietas yang berbeda juga akan menghasilkan hasil
produksi yang berbeda pula karena masing-masing varietas mempunyai
produktivitas yang tidak mungkin sama.
Tujuan
Mahasiswa dapat menerapkan prinsip teknologi produksi gandum
menggunakan perlakuan jarak tanam dan varietas tanaman serta mahasiswa dapat
memahami penggunaan agen hayati Trichoderma sp.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman di laksanakan di Laboratorium
terpadu Universitas Brawijaya Kampus IV, Kecamatan Kasembon, Kabupaten
Malang. Praktikum dilaksanakan setiap satu minggu sekali setiap hari
Senin/Selasa. Praktikum di mulai pada tanggal 23 September 2014 sampai tanggal
22 Desember 2014. Sedangkan untuk waktunya dilaksanakan pukul 12.30 setelah
selesai kuliah/pagi hari sebelum kuliah TPT.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Teknolgi Produksi Tanaman adalah
cangkul, alat ukur seperti meteran, tugal, timba, cetok, sabit, timbangan, gembor,
dan sprayer.
Bahan yang digunakan pada praktikum Teknolgi Produksi Tanaman
adalah benih gandum, pupuk NPK, pupuk kandang, dan agen hayati seperti
Trichoderma sp.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pada komoditas gandum meliputi persiapan lahan,
perlakuan setiap kelompok, perawatan yang meliputi penyiraman, pemupukan,
penyemprotan agen hayati, pengendalian hama, gulma dan patogen.
Pada persiapan lahan langkah yang dilakukan yaitu dengan membagi rata
luasan lahan yang ada untuk beberapa kelompok dengan menggunakan meteran.
Setelah dibagi kemudian untuk komoditas gandum lahan tersebut kemudian
dibagi menjadi dua bedeng yang sama besar. Lalu tanah dicangkul sampai
gembur. Batu-batu yang ada disekitar dan didalam bedeng dapat di buang. Selain
batu, ada plastik dan kayu yang harus dibuang. Diusahakan lahan benar-benar
bersih dan tanahnya gembur. Sebelum digunakan lahan terlebih dahulu diberi
pupuk kandang.
Kemudian masing-masing petak tersebut dilubangi dengan menggunakan
tugal. Sebelum dilubangi, ukur jarak tanam dengan menggunakan tali raffia
dengan ukuran jarak tanam 20x10 cm dan tandai. Jarak tanam yang digunakan
yaitu 20x10 cm dan 30x10 cm. Lalu letakan meteran dan tali raffia di tanah
kemudian dapat langsung dilubangi. Pada setiap lubang diberi sebanyak 3-5 benih
gandum, tutup lubang dengan tanah, jangan terlalu padat dan jangan terlalu
gembur.
Minggu berikutnya gandum diberi pupuk N,P,K untuk pada minggu
selanjutnya disemprotkan agen hayati Trichoderma sp. Masing-masing lahan
disiram dengan sistem kocor. Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi
hari.
Kemudian untuk pengendalian hama, gulma dan patogen dapat dilakuakan
setiap seminggu sekali secara rutin. Pemberantasan hama dilakukan dengan
menggunakan yellow trap yang diberi oli. Pada lahan gandum kami terdapat
banyak sekali gulma. Pemberantasan gulma dilakukan dengan cara mencabut
dengan menggukan tangan atau alat bantu lainnya seperti sabit dan cetok.
Sedangkan untuk pemberantasan patogen dengan cara mencabut tanaman yang
terserang kemudian di bakar. Pada lahan gandum yang kami tanam tidak terdapat
penyakit. Ini terlihat dari kondisi gandum yang tidak menunjukkan gejala
terserang penyakit seperti layu, busuk, atau mati.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan pada praktikum yang kami lakukan untuk komoditas gandum
yaitu meliputi variabel pengamatan tentang tinggi tanaman, jumlah daun, dan
jumlah tanaman pada jarak tanam 20x10 cm dan 30x10 cm.
Adapun cara pengamatan yang kami lakukan untuk tinggi tanaman yaitu
kami menghitung tinggi tanaman gandum mulai dari pertama kali tumbuh sampai
dengan dewasa. Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan alat ukur
seperti penggaris, dimana penggaris di posisikan disebelah tanaman gandum
tepatnya diatas tanah, kemudian di ukur sampai pucuk daun tertinggi. Tetapi
apabila gandum sudah muncul bunganya yang nanti bunga tersebut akan menjadi
biji, maka pengukuran yang dilakukan yaitu dari atas tanah sampai pucuk yang
paling tinggi. diketahui pucuk yang paling tinggi saat tanaman sudah berbunga
adalah rambut bunga. Bunga gandum mempunyai rambut-rambut banyak.
Pengukuran di lakukan sampai rambut yang paling panjang.
Sedangkan untuk pengamatan jumlah daun tanaman gandum dilakukan
dengan cara menghitung helaian daun dari tanaman yang telah ditentukan sebagai
sampel. Daun yang dihitung adalah daun yang terdapat pada tanaman yang
dijadikan sampel. Semua daun harus dihitung, baik daun yang berada di batang
paling bawah atau pun daun yang mulai tumbuh harus di hitung.
Kemudian untuk pengamatan jumlah rumpun pada setiap jarak tanam
dilakuakan dengan cara menghitung tanaman yang tumbuh pada setiap lubang dan
pada setiap petak. Pengamatan rutin dilakukan setiap minggu, untuk dicatat
hasilnya dan diolah sebagai data dari laporan mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembibitan
Pada komoditas gandum tidak menggukan pembibitan melainkan
menggunakan benih. Benih yang digunakan adalah benih varietas Nias.
Jumlah benih yang dibutuhkan per lubang tanam sebanyak 3-4 benih.
Penanaman
Penanaman pada komoditas gandum dilakukan dengan proses
persiapan lahan dan proses penanaman. Untuk proses persiapan lahan yang
harus di lakuakan yaitu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti
meteran yang digunakan untuk mengukur luas lahan, cangkul yang
digunakan untuk menggemburkan tanah, tugal yang digunakan untuk
melubangi lahan.
Sedangkan untuk proses penanaman yang harus di lakukan adalah
menyiapkan benih gandum yang digunakan untuk penanaman tanaman
gandum pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman. Benih yang sudah
disiapkan di letakkan didalam lahan yang sudah dilubangi dengan
menggunakan tugal. Kemudian tanah di tutup dengan tanah. Proses
penutupan diusahakan tanah jangan terlalu padat dan jangan terlalu
gembur,apabila terlalu padat maka benih akan sulit untuk perkecambahan.
Sebaliknya apabila tanah terlalu gembur maka benih gandum akan
kekurangan unsur hara dan benih akan terkena sinar matahari langsung
sehingga berakibat benih menjadi rusak.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman gandum yang kami lakukan yaitu dengan
cara penyiraman, pemupukan, pemberian agen hayati, pengendalian gulma
dan hama.
Pada proses penyiraman dapat dilakukan dengan cara menyiram
lahan gandum yang diairi dengan menggunakan selang atau dengan
menggunakan gembor. Beri air secukupnya pada lahan.
Sedangkan pada proses pemupukan dilakukan dengan
menggunakan pupuk NPK dengan dosis pupuk urea sebanyak 0,25 kg,
SP36 sebesar 0,25 kg, dan KCL sebesar 0,125 kg.
Pemberian agen hayati dengan menggunakan Trichoderma sp
sebanyak 0,75 liter per Ha. Pemberian agen hayati sebanyak satu kali pada
sekali pertanaman. Pemberian Trichoderma sp bertujuan untuk menjaga
tanaman dari gangguan jamur atau penyakit yang ditularkan melalui tanah.
Kemudian pembersihan gulma dan hama dilakukan setiap satu
minggu sekali. Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan cetok,
sabit, dan mekanis dengan cara di cabut. Pengendalian gulma dilakukan agar
tidak terjadi kompetisi unsur hara antara tanaman utama dan tanaman
pengganggu. Sedangkan pada perlakuan pemberantasan hama dengan
menggunakan yellow trap yang diberi oli. Hal ini dilakukan agar tanaman
gandum tidak terserang hama. Penggunaan yellow trap dengan dilapisi oli
dimaksudkan agar hama dapat terperangkap di oli sehingga tidak menyerang
tanaman gandum.
Pengamatan
Pengamatan yang di lakukan pada komoditas gandum meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun atau helai daun, dan jumlah rumpun pada
masing-masing petak dengan perlakuan jarak tanam yang berbeda yaitu
20x10 cm dan 30x10 cm. Berikut adalah data hasil praktikum yang kami
dapatkan yaitu :
Tabel 1 Tinggi tanaman gandum varietas Selayar dan Nias jarak tanam
20x10 cm
Jenis Gandum 3mst 4mst 5mst 6mst 7mst 8mst 9mst
SELAYAR (20X10)
Tanaman 1 15 16 23 38,5 40 45 45,5
Tanaman 2 14 15 18 43,5 44 50 50
Tanaman 3 12,5 12,5 20 38 47 47 47,5
Tanaman 4 11 14 24 37 44 44 50
Tanaman 5 9,5 10 15 29,5 44 48 48
Rata-rata 12,5 13,5 20 37,3 43,8 46,8 48,2
NIAS (20X10)
Tanaman 1 0 0 3 13 21 30 35
Tanaman 2 0 0 4 15 23 30 29
Tanaman 3 0 0 5 10 27 33 35
Tanaman 4 0 0 7 11 28 38 41
Tanaman 5 0 0 10 16 29 40 44
Rata-rata 0 0 5,8 13 25,6 34,2 36,8
Tabel 2 Tinggi tanaman gandum varietas Selayar dan Nias jarak tanam 30x10 cm
Jenis Gandum3
mst4mst 5mst 6mst 7mst 8mst 9mst
SELAYAR (30X10)
Tanaman 1 9,5 11 26 28,5 42 42 46
Tanaman 2 9,5 9,5 29 28,5 44 47 47,5
Tanaman 3 10 10 25 31 44 51 51
Tanaman 4 12 12 26 38,5 45 45 45
Tanaman 5 8,5 8,5 19 21 35 46 46
Rata-rata 9,9 10,2 25 29,5 42 46,2 47,1
NIAS (30x10)
Tanaman 1 0 0 15 25 37 55 60
Tanaman 2 0 0 11 21 28 35 45
Tanaman 3 0 0 13 27 38 42 50
Tanaman 4 0 0 10 20,5 30 40,5 52
Tanaman 5 0 0 9 20 29 37 47,5
Rata-rata 0 0 11,6 22,7 32,4 41,9 50,9
Tabel 3 Jumlah daun tanaman gandum varietas Selayar dan Nias jarak
tanam 20x10 cm
Jenis Gandum 3mst 4mst 5mst 6mst 7mst 8mst 9mst
SELAYAR (20X10)
Tanaman 1 2 3 3 3 3 3 4
Tanaman 2 2 3 3 3 3 3 3
Tanaman 3 2 2 2 3 3 3 3
Tanaman 4 3 3 3 3 4 4 4
Tanaman 5 2 2 3 3 4 4 4
Rata-rata 2,2 2,6 2,8 3 3,4 3,4 3,6
NIAS (20X10)
Tanaman 1 0 0 1 2 2 2 2
Tanaman 2 0 0 2 3 3 3 3
Tanaman 3 0 0 1 2 3 3 3
Tanaman 4 0 0 1 2 2 2 2
Tanaman 5 0 0 2 2 3 3 3
Rata-rata 0 0 1,4 2,2 2,6 2,6 2,6
Tabel 4 Jumlah daun tanaman gandum varietas Selayar dan Nias jarak
tanam 30x10 cm
Jenis Gandum 3 mst 4mst 5mst 6mst
7mst 8mst 9mst
SELAYAR (30X10)
Tanaman 1 2 2 2 3 3 3 3
Tanaman 2 2 2 2 2 2 3 3
Tanaman 3 2 3 3 3 3 3 4
Tanaman 4 2 3 3 3 3 3 4
Tanaman 5 2 2 2 2 3 3 3
Rata-rata 2 2,4 2,4 2,6 2,8 3 3,4
NIAS (30x10)
Tanaman 1 0 0 1 1 2 2 2
Tanaman 2 0 0 2 2 3 3 3
Tanaman 3 0 0 2 3 3 3 3
Tanaman 4 0 0 2 2 2 2 2
Tanaman 5 0 0 1 2 3 3 3
Rata-rata 0 0 1,6 2 2,6 2,6 2,6
Tabel 5 Panjang malai tanaman gandum varietas Selayar jarak tanam
20x10 cm dan 30x10 cm
Varietas gandun
7mst 8mst 9mst
SELAYAR (20x10)
Tanaman 1 8 8 8
Tanaman 2 9 9 9
Tanaman 3 8 8 9
Tanaman 4 8 8 8
Tanaman 5 8 6 6
Rata-rata 8,2 7,8 8
SELAYAR (30x10)
Tanaman 1 7 7 7
Tanaman 2 7 6 6
Tanaman 3 6 7 7
Tanaman 4 5 5 7
Tanaman 5 6 6 6
Rata-rata 6,2 6,2 6,6
Tabel 6 Jumlah rumpun tanaman gandum per-bedeng varietas Nias jarak
tanam 20x10 cm dan 30x10 cm
Pengamatan
ke-
JarakTanam
20 x 10 cm
(cm)
30 x 10
(cm)
3 MST 0 0
4 MST 0 0
5 MST 15 24
6 MST 17 30
7 MST 25 39
8 MST 28 45
9 MST 30 51
Rata-rata 12,78 21
Pembahasan
Praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman yang kami lakukan
di Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang menggunakan komoditas gandum
Varietas Nias. Lahan gandum meliputi dua perlakuan yaitu jarak tanam 20x10 cm
dan 30x10 cm. Hal yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah
tanaman yang tumbuh pada setiap petak.
Gandum varietas Nias yang ditanam pada jarak tanam 20x10 cm maupun
30x10 cm baru dapat diamati mulai umur 5 MST dikarenakan pada penanaman
pertama tidak terjadi pertumbuhan benih gandum yang kami tanam. Hal ini
diakibatkan pengaruh lingkungan, yaitu keadaan lahan yang terlampau kering.
Lahan di laboratorium terpadu ini belum pernah dicoba untuk ditanami gandum
sebelumnya. Unsur hara di lahan ini juga sangat minim, banyak gulma yang
terdapat pada lahan gandum yang kita gunakan untuk praktikum kali ini. Pada
setiap minggunya kelompok kami membersihkan gulma yang ada di sekitar
pertanaman, namun gulma yang sudah dibersihkan selalu muncul lagi. Menurut
pengamatan kelompok kami hal ini dapat terjadi karena pembersihan gulma yang
tidak semuanya dibersihkan hingga ke akar, sehingga gulma dapat tumbuh
kembali. Pemberian pupuk yang seharusnya ditujukan untuk mendukung
pertumbuhan gandum agar optimal pada akhirnya juga mengenai akar gulma yang
belum terangkat tadi, hal ini juga memacu pertumbuhan gulma yang tidak
diharapkan dan sangat mengganggu.
Gandum merupakan tanaman serealia yang relatif toleran terhadap
kekeringan. Pada fase pertumbuhan vegetatif sampai fase primordia (± 60 HST)
tanaman gandum memerlukan cukup air. Pada fase pertumbuhan selanjutnya,
kelembaban yang tinggi tanpa suplai air masih memungkin bagi tanaman gandum
untuk tumbuh optimal dengan bantuan bulu-bulu malai yang mampu
mengabsorpsi uap air di udara. Kebutuhan air untuk pertumbuhan gandum relatif
lebih rendah dibanding tanaman serealia lainnya, berkisar 330 – 392 mm.
Gandum merupakan komoditas yang banyak dikembangkan di daerah
subtropis, dimana siklus hidupnya membutuhkan suhu udara antara 4-13˚C
dengan suhu optimum rata-rata 20˚C untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Oleh karena itu, di Indonesia sebagai lingkungan tropis, gandum lebih sesuai
dibudidayakan di dataran tinggi (>800 m dpl) dengan temperatur sekitar 22 –
24˚C. Kondisi iklim yang demikian hanya dapat ditemukan di beberapa wilayah di
Indonesia dan bila gandum dibudidayakan di daerah tersebut, maka akan bersaing
dengan komoditas yang sering ditanam di dataran tinggi seperti sayuran dan
tanaman hortikultura lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
(Fisher 1980).
Pada penanaman hari pertama hingga umur 4 MST tidak ada
perkembangan tinggi tanaman yang dapat diamati. Setelah umur 5 MST hingga
umur 9 MST, ketinggian gandum menunjukkan pertumbuhan yang terus
bertambah. Rata – rata tinggi tanaman dari kelima sampel tanaman gandum
dengan jarak tanam 20 x 10 cm , pada 5 MST mempunyai rata-rata 5,8 cm; pada 6
MST mempunyai rata-rata 13 cm; pada 7 MST mempunyai rata-rata 25,6 cm;
pada 8 MST mempunyai rata-rata 34,2 cm; dan pada 9 MST mempunyai rata-rata
tinggi tanaman 36,8 cm. Sedangkan untuk tanaman gandum dengan jarak tanam
30 x 10 cm, pada 5 MST mempunyai rata-rata tinggi tanaman 11,6 cm; pada 6
MST mempunyai rata-rata 22,7 cm; pada 7 MST mempunyai rata-rata 32,4 cm;
pada 8 MST mempunyai rata-rata 41,9 cm; dan pada 9 MST mempunyai rata-rata
tinggi tanaman 50,9 cm.
Pada pengamatan jumlah daun gandum didapatkan hasil seperti pada tabel
yang telah dibuat. Untuk rata-rata jumlah daun dari kelima sampel tanaman
gandum dengan jarak tanam 20 x 10 cm, pada 3 MST dan 4 MST belum
menunjukkan pertumbuhan tanaman gandum sehingga rata-rata jumlah daun
adalah 0 ; pada 5 MST mempunyai rata-rata jumlah daun 1,4 ; pada 6 MST
mempunyai rata-rata jumlah daun 2,2 ; pada 7 MST, 8 MST dan 9 MST sama-
sama mempunyai rata-rata jumlah daun 2,6. Sedangkan rata-rata jumlah daun
tanaman gandum dengan jarak 30 x 10 cm, pada 3 MST dan 4 MST belum
menunjukkan pertumbuhan tanaman gandum sehingga rata-rata jumlah daun
adalah 0 ; pada 5 MST mempunyai rata-rata jumlah daun 1,6 ; pada 6 MST
mempunyai rata-rata jumlah daun 2 ; pada 7 MST, 8 MST dan 9 MST sama-sama
mempunyai rata-rata jumlah daun 2,6.
Variabel pengamatan yang terakhir yaitu pengamatan pada jumlah rumpun
per-bedeng, dimana pada praktikum kali ini kami menggunakan 2 bedeng dengan
jarak tanam yang berbeda yaitu 20 x 10 cm dan 30 x 10 cm. Pada bedeng pertama
dengan jarak tanam 20 x 10 cm, pada 3 MST dan 4 MST belum menunjukkan
pertumbuhan tanaman gandum sehingga jumlah rumpun adalah 0, dan pada 5
MST terdapat 15 rumpun gandum. Jumlah ini bertambah terus hingga pada
minggu pengamatan terakhir yaitu 9 MST yang mencapai 30 rumpun gandum.
Sedangkan pada bedeng dengan jarak tanam 30 x 10 cm, pada 3 MST dan 4 MST
juga belum menunjukkan pertumbuhan tanaman gandum sehingga jumlah rumpun
adalah 0, dan pada 5 MST terdapat 24 rumpun gandum yang juga terus bertambah
hingga minggu ke 9, dimana jumlah rumpun pada 9 MST mencapai 51. Dengan
hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil yang lebih optimal lebih terlihat pada
gandum dengan perlakuan jarak tanam 30 x 10 cm. Hal ini disebabkan karena
semakin lebar jarak antar tanaman, semakin berkurang pula kompetisi yang terjadi
antara satu tanaman dengan tanaman lain sehingga tanaman mampu mendapatkan
unsur hara dan cahaya yang optimal untuk pertumbuhan. Menurut Sitompul dan
Guritno (1995), jarak tanam merupakan salah satu cara untuk ciptakan faktor-
faktor lingkungan dan hara dapat tersedia secara merata bagi setiap individu
tanaman.
Pada lahan gandum kelompok 5 A yang menggunakan varietas selayar
juga dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman,variabel pengamatan yang bisa
dijadikan perbandingan dengan kelompok kami yaitu jumlah daun dan tinggi
tanaman. Pada kelompok 5 A pengamatan sudah dapat dilakukan sejak gandum
berusia 3 MST dikarenakan tidak terjadi permasalahan pada lahan gandum dengan
varietas Selayar tersebut.
Untuk tinggi tanaman gandum dengan jarak tanam 20 x10 cm pada 3 MST
memiliki rata-rata tinggi 12,5 cm dari 5 sampel yag telah diambil, pada usia 4
MST rata-rata tinggi tanaman naik menjadi 13,5 cm. Rata-rata tinggi tanaman
gandum varietas selayar pada jarak tanam ini terus meningkat hingga mencapai
angka 48,2 cm pada usia 9 MST. Sedangkan pada perlakuan dengan jarak tanam
30 x 10 cm rata-rata tinggi tanaman pada usia 3 MST sepanjang 9,9 cm. Angka ini
juga terus meningkat hingga minggu terakhir pengamatan yaitu 9 MST, dimana
didapatkan hasil rata-rata tinggi tanaman yang mencapai 47,1 cm.
Variabel pengamatan kedua yang bisa dibandingkan dengan kelompok
kami yaitu jumlah daun tanaman gandum varietas Selayar. Pada lahan yang diberi
perlakuan jarak tanam 20 x 10 cm rata-rata jumlah daun di minggu ke-3 setelah
tanam tercatat sebanyak 2,2 helai. Pada minggu ke-4 setelah tanam hingga minggu
terakhir pengamatan, jumlah helai daun terus bertambah hingga mencapai rata-
rata 3,6 helai daun pada usia 9 MST. Sedangkan untuk bedeng dengan perlakuan
jarak tanam 30 x 10 cm didapatkan rata-rata helai daun sebesar 2 helai pada
minggu ke-3 setelah tanam. Sama halnya seperti bedeng pertama dengan
perlakuan jarak tanam yang berbeda, pada bedeng ini juga mengalami
peningkatan terus menerus pada rata-rata helai daun, hingga mencapai angka 3,4
pada usia 9 MST.
Dari pembahasan perbandingan diatas dapat kita lihat bahwa varietas
gandum Selayar dapat tumbuh lebih optimal dibandingkan dengan gandum
varietas Nias. Varietas Selayar dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan yang
kering dibandingkan dengan Nias yang kurang tahan dengan keadaan tanah yang
terlalu kering.
Menurut literatur cekaman panas pada fase akhir pertumbuhan (terminal
heat stress atau post-anthesis heat stress) sering menjadi faktor pembatas pada
produksi gandum di beberapa negara (Yang et al, 2002). Pada suhu tinggi laju
perkembangan tanaman meningkat sehingga mengurangi potensi akumulasi
biomasa. Secara umum, pengaruh suhu tinggi terhadap perkembangan bulir pada
serealia meliputi laju perkembangan bulir yang lebih cepat, penurunan berat bulir,
biji keriput, berkurangnya laju akumulasi pati serta perubahan komposisi lipid dan
polipeptida (Stone 2001).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai produksi tiga varietas gandum pada
berbagai ketinggian tempat disarankan memperhatikan suhu dan waktu tanam
yang tepat untuk mendapatkan produksi yang maksimal (Syam’un, 2013).
Pada pemeliharan tanaman gandum ini, kami menggunakan Trichoderma
sp sebagai agen hayati. Pemberian Trichoderma sp bertujuan untuk menjaga
tanaman dari gangguan jamur atau penyakit yang ditularkan melalui tanah, selain
itu pemberian Trichoderma sp juga dapat memperbaiki sifat tanah dengan
berperan sebagai pengurai bahan organik.
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme, termasuk jamur
didalamnya. Jamur berperan dalam perubahan susunan tanah. Jamur tidak
berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon
dari bahan organik (Soepardi, 1983). Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis
jamur yang menguntungkan bagi pertanian, selain berperan sebagai agen hayati,
Trichoderma sp. juga berperan sebagai pengurai bahan organik. Hal ini didukung
oleh Widyastuti et al (1999) yang menyebutkan bahwa Trichoderma sp. memiliki
kemampuan untuk mempercepat penguraian seresah tanaman yang sulit terurai.
Kriteria panen pada tanaman gandum yaitu apabila 80% dari rumpun telah
bermalai, jerami, batang dan daun mengering dan menguning. Jika 20% dari
bagian malai telah matang penuh, dimana butir gandum telah cukup keras apabila
dipijit tangan, maka gandum sudah waktunya panen. Saat panen sangat ditentukan
oleh tingkat pematangan dan cuaca. Gandum yang terlalu matang cenderung
untuk rebah dan rontok. Curah hujan, kelembaban dan suhu udara terlalu dingin
atau panas sering menghambat dan menurunkan hasil panen. Panen gandum yang
ditangguhkan melebihi dari satu minggu akan menurunkan bobot butir gandum.
Untuk menguji tingkat kekeringan malai, dilapangan dilakukan dengan jari
tangan. Apabila butir-butir gandum lepas ketika digosok dengan tangan dan poros
malainya mudah patah, maka kadar air gandum cukup untuk dipanen. Komponen
produksi gandum sama dengan padi yaitu jumlah malai per satuan luas tanah,
jumlah butir isi permalai dan bobot rata-rata butir gandum. Malai gandum yang
baru dipanen, perlu dikeringkan dahulu, dijemur dibawah panas matahari sampai
malah mudah dirontokkan (dijemur 1-2 hari berturut-turut) (Nurmala, 1978).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penanaman gandum dengan
varietas Nias pada lahan yang berada di Laboratorium Terpadu Universitas
Brawijaya tidak menglami pertumbuhan yang optimal. Hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai hal salah satunya adalah keadaan tanah yang terlalu kering.
Dengan menggunakan perlakuan jarak tanam dimana pada bedeng 1
digunakan jarak tanam 20x10 cm dan pada bedeng 2 digunakan jarak tanam
30x10 cm, dapat disimpulkan bahwa bedeng yang mengalami pertumbuhan paling
bayak terdapat pada bedeng 2 yakni sebanyak 51 rumpun, dibandingkan dengan
bedeng 1 yang hanya 30 rumpun hingga usia 9 MST.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dalam budidaya gandum dalam
lahan yang sama namun berbeda varietas memiliki perbedaan nyata. Pada tabel
tinggi tanaman di dapatkan hasil bahwa varietas selayar rata-rata lebih tinggi
daripada varietas nias. Hal ini menunjukkan bahwa varietas selayar dapat
beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan
Saran
Sebaiknya untuk perhitungan jumlah malai ikut dimasukan ke dalam data
pengamatan, supaya bisa terlihat jelas peningkatan dari tanaman gandum itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Fischer RA. 1980. Wheat. Paper Presented at The Symposium on Potential
Productivity of Field Crops Under Different Environments. IRRI.
Hamdani M., Sriwidodo, Ismail, dan Marsum M, Dahlan. 2002. Evaluasi galur
gan-dum Introduksi dan CIMMYT. Pro-siding Kongres IV dan Simposium
Nasional PERIPI. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nurmala, Tati. 1978. Pengujian Sembilan Varietas Gandum (Triticum spp) pada
Musim Kemarau di Tanah Andosol Lembang. Kerjasama Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran dengan Lembaga Pusat Penelitian
Pertanian (LP3) Bogor.
Nurmala, T. 1980. Budidaya Tanaman Gandum. Bandung : PT. Karya Nusantara
Jakarta.
Saunders, D.A. 1988. Characterization of tro-pical wheat environments; iden-
titication of production constraints and progress achieved in south and
south east asia in klatt (ed). Wheat Production Constraints in Tropical
Environments (CMMYT) Mexico DF. Pp, 12026.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Stone P. 2001. The effects of heat stress on cereal yield and quality. In: Basra AS.
(ed.), Crop Responses and Adaptation to Temperature Stress. Binghamton
NY: Food Products Press. hlm 243–291
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Syam’un, Elkawakib. 2013. Produksi Berbagai Varietas Gandum pada Berbagai
Ketinggian Tempat. Universitas Hasanudin. Makasar
Widyastuti, S.M., Sumardi, Supriyanto. 1999. Pemanfaatan Biofungisida
Trichoderma sp. untuk Mempercepat Penguraian Seresah Acacia
mangium. Mediagam I (1) Hal 13-20
Yang J, Sears RG, BS Gill, and GM Paulsen. 2002. Quantitative and molecular
characterization of heat tolerance in hexaploid wheat, Euphitica 126: 275-
282.