Gambaran Puisi Di Indonesia

download Gambaran Puisi Di Indonesia

of 12

Transcript of Gambaran Puisi Di Indonesia

A. GAMBARAN PUISI DI INDONESIA Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua, karya yang besar yang bersifat abadi seperti Mahabrata, Ramayana, Wedatama, Tripama, Babad Tanah Jawi (Sastra Jawa), oedipus, Andigone, Homlet, Machbeth, dan sebagainya (dari Yunani dan Inggris) dikarang dalam bentuk puisi, bentuk puisi yang paling tua adalah Mantra.

1. Mantra Mantra terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia untuk memohon sesuatu. Dari uraian di atas telah bahwa sebuah mantra mempunyai kekuatan bukan hanya hampir di semua daerah di seluruh Indonesia terdapat mantra. Mantra tidak hanya untuk keperluan yang dipandang kurang atau tidak baik. Mantra itu misalnya (yang baik) mantra menuai padi, mengusir tikus.

2. Pantun dan Syair Kedua jenis puisi adalah jenis puisi lama yang paling terkenl. Jenisjenis puisi lama lainnya ialah : talibun, gurindam, tersina dan sebagainya. Ikatan yang memberikan nilai keindahan dalam stuktur kebahasaan itu berupa: a. Jumlah suku setiap bait b. Jumlah baris setiap bait c. Jumlah bait setiap puisi d. Aturan jalan hal rima dari ritma

Secara ekspilisit aturan dalam hal struktur makna ini ada aturan tapi tidak diberikan. Namun demikian kenyataannya kita mengenal klasifikasi jenis pantun dan syair yang menunjukkan bahwa dalam struktur makna ini ada

aturan juga. Pantun dan syair menyembunyikan penciptanya; karya sastra bersifat anonim, sifat anonim itu menyebabkan aturan-aturan yang dapat dijadikan kriteria penilaian. Pantun adalah puisi asli Indonesia, hampir disemua daerah di Indonesia terdapat tradisi berpantun.

3. Puisi Jawa Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret tentang hubungan antara struktur kebahasaan dengan struktur makna dalam puisi. Struktur batin dan struktur fisik terpadu dengan saksama. Dalam proses penyusunan tentang Jawa, aturan struktur fisik dan struktur batin harus pada artinya aturan struktur fisik saja belum cukup karena harus perlu artinya aturan struktur yang ditentukan.

4. Puisi Baru Jika pada angkatan balai pustaka penulisan puisi masih banyak dipengaruhi oleh puisi lama seperti pantun dan syair pada angkatan punjangga baru diciptakan puisi baru. Pencipta puisi baru berusaha melepaskan ikatanikatan puisi lama.

5. Puisi Angkatan 45 Pada angkatan 45 benar-benar terjadi revolusi dalam puisi, ikatan puisi lama ditinggalkan. Mantra bentuk fisik dipentingkan dan makna tidak dipentingkan, puisi lama/puisi baru ada keseimbangan antara bentuk fisik dan bentuk puisi. Kepadatan bahasa puisi dimasa angkatan 45 ini dipandang kurang memuaskan prinsip-prinsip antara nampak dalam puisi ini. Namun tipografi puisi mendapatkan perhatian saksama.

B. PENGERTIAN PUISI Puisi adalah karya sastra semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konodatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang.

1. Beberapa Batasan Puisi Slainet Muljana menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai cirri khasnya pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma dan musikalitas. Herberct Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinya.

2. Unsur-Unsur yang Membangun Puisi Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat pada karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur lainnya. unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur lainnya. Puisi sebagai struktur untuk dapat kita lihat dari tembang Jawa tari. Sedangkan makna yang terkandung dalam puisi tari tidak secara langsung dapat kita hayati disebut struktur batin atau struktur makna. Struktur fisik sering kali disebut juga struktur puisi. Istilah inilah memang tidak tepat, sebab kesatuan unsur-unsur kebahasaan dalam puisi tidak membentuk struktur sintatik tapi membentuk baris-baris puisi.

A. BEBERAPA ALIRAN SASTRA 1. Aliran Romantik Aliran ini ialah menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela. Jika yang dilukiskan itu kebahagian, maka kebahagiaan itu perlu sempurna tanpa tara. Sebaliknya, jika yang dilukiskan kesedihan, maka pengarang ingin agar air mata tekuras. Sebab itu, aliran romantik sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng.

2. Aliran Realisme Aliran realisme menggambarkan segala sesuatu secara realistis apa adanya. Dalam pengambaran secara apa adanya itu batas-batas kepantasan, tabu dan hal yang tidak sopan masih diperhatikan. Dalam realisme, pelukis kejadian dilaksanakan secara teliti. Jika dihubungkan dengan perkembangan jiwa seseorang, maka masa dewasa merupakan masa disaat seseorang berpikir realistis apa adanya.

3. Aliran Realisme Sosial Penyair ekspresionisme tidak mengungkapkan kenyataan secara objektif. Namun secara subyektif yang diekspresikan adalah gelora kalbunya, kehendak batinnya. Puisi benar-benar ekspresi jiwa. creatio bukan mimesis. Sejak ekspresionistis tidak menggambarkan alam atau kenyataan. Juga bukan penggambaran kesan terhadap alam atau kenyataan tetap cetusan langsung dari Jawa.

4. Aliran Impresionisme Didepan telah dikemukakan bahwa impresionisme merupakan perkembangan dari realisme. Kenyataan dalam impresionisme menimbulkan

kesan-kesan dalam diri penyair. Adapun kenyataan itu dapat manusia, peristiwa, benda dan sebagainya. Kesan-kesan yang timbul dari kenyataan diolah dalam batin pengarang kemudian pengarang membuat perincian (deskripsi) tentang kesannya itu ke dalam puisi.

B. LATAR BELAKANG SOSIAL DAN BUDAYA PENYAIR Adalah asal-usul kesukaan, daerah dan bahasa daerah yang digunakan. 1. Latar Belakang Jiwa Dalam cerita tersebut terkandung nasihat yang luhur. 2. Latar Belakang Daerah Lain Penyari Madura seperti Abdul Hadi. W. M. akan mendendangkan keindahan tanah Madura. 3. Latar Belakang Lainnya Banyak penyair yang memiliki latar belakang sosial budaya di luar Indonesia. Jika kita membaca perkembangan puisi Inggris-Prancis dan Amerika, maka kita sedikit banyak akan melihat banyaknya pengaruh penyair luar negeri tersebut kepada penyair Indonesia. Puisi mutakhir yang dianggap puisi konkret juga banyak dipengaruhi oleh puisi Inggris/Amerika. Latar belakang penyair juga banyak menentukan referensi kata-kata yang dipilih (diksi).

C. MENGENAL CIRI-CIRI KHAS PUISI INDONESIA 1. Periode 1920-1933 Puisi-puisi pada periode ini masih mewarisi corak puisi lama mirip pantun dan penyair.

2. Periode 1933-1945 Kita kenal Amir Hamzah sebagai raja penyair pujangga baru. Ia disebut pula penyair dewa Irama. Puisi-puisi pujangga baru berbentuk baru, bukan pantun, syair atau gudindam. ciri-ciri adalah sebagai berikut: a. Bentuk dan strukturnya mengikuti bentuk atau struktur puisi baru, sonata, distichon, tersina, oktaf dan sebagainya. b. Pilihan kedua-duanya diwarnai dengan kata-kata yang indah-indah. c. Kiasan yang banyak dipengaruhi atau dipergunakan adalah gaya bahasa perbandingan. d. Bentuk dan struktur larik-lariknya adalah simentris. e. Gaya ekspres aliran romantic nampak dalam pengucapan perasaan pelukisan alam yang indah tentram dan damai. f. Gaya puisi diafan dan folos sangat jelas dan lambang-lambangnya yang umum digunakan. g. Rima (penskoran) dijadikan sarana puistisan.

3. Periode 1945-1953 Ada 3 pokok pikiran yang terkandung dalam surat kepercayaan gelanggang itu, yakni: a. Bahwa sastrawan merupakan ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia. b. Ciri ke Indonesiaan tidak ditandai oleh wujud fisik, tetapi terlebih dahulu oleh ungkapan jiwa kebudayaan Indonesia terjadi oleh pengaruh dari luar dan perkembangan dari dalam. Jadi tidak usah menyebut keaslian yang mempersempit ukuran dan nilai. c. Revolusi adalah penetapan nilai baru atas nilai lama yang using, revolusi Indonesia belum selesai.

Puisi angkatan 45 memiliki struktur yang bebas. Ciri-cirinya secara lengkap adalah sebagai berikut: a. Puisinya adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris dan persajakan. b. Gaya atau aliran yang banyak dianut adalah aliran eksprosionisme dan realisme. c. Diksinya mengemukakan pengalaman batin yang mendalam dan mengungkapkan intensitas arti. Kesatuannya adalah bahasa sehari-hari sesuai dengan realisme. d. Gaya bahasa metafora dan simbolik banyak dipergunakan kata-kata, prosa dan kalimat bermakna ganda menyebabkan tafsiran ganda bagi pembaca. e. Gaya sajaknya prismatis, hubungan baris dan kalimat-kalimatnya bersifat implisit. f. Gaya pikiran berkembang dan hal ini kelak berkembang menjadi sloganis. g. Gaya ironi sinisme banyak kita jumpai dalam puisi-puisi periode ini.

Ciri-ciri diatas berhubungan dengan ekspresi kebahasaan dan struktur fisiknya dalam hubungan dengan struktur tematisnya, maka terdapat ciri-ciri sebagai berikut: a. Sajak-sajak periode 1945-1953 mengekspresikan kepada eksisrensi dirinya sebagai tanda adanya individualisme yang menonjol. b. Melukiskan kehidupan batin manusia melalui peneropongan batinya sendiri. c. Mengemukakan masalah kemanusiaan umum (humanisme universal) yang berhubungan dengan hak-hak asasi dan persamaan derajat manusia. d. Banyak dikemukakan permasalahan kemasyarakatan seperti, kepincangan, perbedaan si kaya dan si miskin, penyelewengan dan sebagainya.

e. Mulai dikemukakan karya yang bernafas filsafat eksistensialisme.

4. Periode 1953-1966 Ciri-ciri puisi pada periode ini adalah: a. Puisi dengan gaya bercerita (balada) banyak ditulis para penyair. b. Balada-balada itu juga dimulai menampakkan gaya mantra. c. Gaya repetisi yang dalam periode sebelumnya belum luas dipergunakan sebagai pada periode ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan ritma maupun rima. d. Gaya puisi liris yang banyak diciptakan tidak berbeda dari periode 19541953. e. Puisi romantik banyak diciptakan. f. Gaya slogan dan retorik yang mulai dikenal pada periode 45.

Struktur tematik puisi-puisi than 50-an juga berbeda dari tahun sebelumnya. Ciri-ciri struktur tematik yang menonjol adalah: a. Mulai memunculkan corak-corak kedaerahan (subkultur) yang pada periode-periode sebelumnya tidak dikemukakan. b. Beberapa penyair mengungkapkan suasana muram karena lukisan kehidupan yang penuh penderitaan. c. Masalah-masalah kaya/miskin. d. Cerita-cerita rakyat dan mitos-mitos kedaerahan banyak dimunculkan. sosial, kemiskinan, pengangguran, perbedaan

5. Periode 1966-1970 Masa ini didominasi oleh puisi yang beraliran realisme sosial yakni puisi demonstrasi Taufik Ismail dan puisi-puisi protes Rendra. Puisi

demonstrasi dan protes sebenarnya memiliki ciri yang hampir sama dengan puisi penyair-penyair/EKRA. Perbedaan terletak pada siapa yang bedan dan siapa yang kritik.

6. Periode 1970-Sekarang Ciri-ciri puisi pada periode ini adalah: a. Puisi bergaya mantra menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan kata, frase atau kalimat. b. Banyak digunakan puisi konkret sebagai puisi eksperimen. c. Kata-kata daerah (sub kultur) banyak dipergunakan, member warna daerah dan memiliki efek ekspretif. d. Asosiasi bunyi banyak dipergunakan untuk memperoleh makna yang baru. e. Puisi-puisi imajisme banyak ditulis dalam puisi ini banyak dipergunakan kiasan. f. Gaya penulisan banyak prosais. g. Banyak ditulis puisi, lagu mempergunakan pengungkapan gagasan secara polos. h. Banyak kata-kata tabu dipergunakan baik dalam konteks puisi main-main.

Struktur tematik puisi juga memiliki ciri-ciri tersendiri diantaranya dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Protes yang dikemukakan tidak seperti dalam periode 66 yang ditunjukkan kepada orde lama dan kemunafikan. b. Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan obyek dalam pembangunan. c. Banyak mengungkapkan kehidupan batin religious dan kecenderungan ke mistik.

d. Cerita dan pelatihan bersifat alegoris dan parabel. e. Hak-hak asasi manusia diperjuangkan: kebebasan, persamaan, pemeradaan dan terhindar dari pencemaran teknologi modern. f. Kritik sosial kepada si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah.

A. STRUKTUR FISIK PUISI SEBAGAI METODE PENGUCAPAN PUISI Ke-9 penyimpangan bahasa itu merupakan kumpulan data dari berbagai puisi dalam berbagai kurun waktu.

1. Penyimpangan Leksikal Kata-kata yang dipergunakan dalam puisi menyimpang dari kata-kata yang kita penggunaan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Penyimpangan Semantis Karena dalam puisi tidak menunjuk pada satu makna, namun menunjuk pada makna ganda, makna kata-kata tidak selalu sama dengan makna dalam bahasa sehari-hari. 3. Penyimpangan Fonologis Untuk kepentingan rima, penyair sering mengadakan penyimpangan bunyi. 4. Penyimpangan Morfologis Penyair sering melanggar kaidah morfologis secara sengaja. 5. Penyimpangan Sintaksis Didepan sudah dijelaskan bahwa kata-kata dalam puisi bukan membangun kalimat, namun membangun larik-larik.

6. Penggunaan Dialek Penyair ingin mengungkapkan isi batinya secara tuntas. Pengucapan isi hati dengan bahasa Indonesia dirasa belum mewakili ketuntasan. 7. Penggunaan Register Register adalah ragam bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu dalam masyarakat. 8. Penyimpangan Historis Penyimpangan historis berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. 9. Penyimpangan Grafologis Dalam menulis kata-kata kalimat baris, penyair sengaja melakukan penyimpangan dari kalimat yang biasa berlaku.

B. SINTAKSIS DALAM PUISI Meskipun kaidah sintaksis sering diabaikan dalam puisi. Namun untuk menafsirkan makna puisi kita hendaknya menafsirkan larik-larik puisi sebagai suatu kesatuan sintaksis. Pola sintaksis dapat runtut dalam prosa. Namun penyair membuat pola yang aneh dibuat lain dari pada yang lalu menunjukkan kretivitas dan identitasnya.

C. METODE PUISI Unsur-unsur atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur dari luar puisi. Perbedaan penyair, jaman, latar belakang sosial budaya, pendidikan dan agama member warna terhadap perbedaan dalam pemilihan kata-kata penyair dari jiwa bahasa itu bahasa Jawa biasanya kurang merasa puas menggunakan istilah-istilah

Jawa untuk kata-kata khas Jawa yang pada kata Indonesianya kurang tepat sama. Latar belakang bacaan dan pendidikan penyair yang berbeda juga dimungkinkan perbendaharaan kata yang berbeda pula.

1. Diksi (Pemilihan Kata) Penyair sangat cermat daam memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya. Komposisi bunyi dalam rma dan irama, kedudukan kata itu ditengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Disamping memilih kata yang tepat penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Selanjutnya akan dibahas perbendaharaan kata, ungkapan urutan kata-kata dan daya sugesti dari kata-kata. a. Pembendaharaan kata b. Urutan kata (word order)

2. PENGIMAJIAN Ada hubungan antara diksi, pengimajian dua kata konkret. Diksi yang dipilih harus pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kata hayati melalui penglihatan, pendengaran atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan perhatian/pengertian 3. D.