GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA … · 2018. 10. 11. · Gambaran Permasalahan...
Transcript of GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA … · 2018. 10. 11. · Gambaran Permasalahan...
-
GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA
KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Rosalia Ika Sanata Ria
099114100
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA
KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Me'nrperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi
( Dr.Tjipto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PENGESAHAN SKRIPSI
GAMBARAN PERMASALAIIAN SOSIO.PSIKOLOGIS PADA
KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Rosalia Ika Sanata Ria
0991 14100
Telah dipertanggungiawabkan di depan Panitia Penguji
tanggal
tlI;,*t:
/\o"t',.1"..f ,,\
Nama Leng$ap -
"',., *
PenzuiiJ i''Dr. rlido su
f,g
tr vrqK$*4&'"\$, 1.:'":**.",
( Dr.T.Priyo Widiy M.Si.)
nl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
Belajarlah dari kesalahan masa lalu, bekerja keras untuk masa ini, dan
berharap hasil yang terbaik pada masa depan.
It always seems impossible until its done
(Nelson Mandela)
Hargai apa yang kamu miliki saat ini!!
Karena kebahagiaan tidak pernah datang kepada mereka yang tidak
menghargai apa yang telah dimiliki
Kita bahagia karena kasih sayang
Kita matang karena masalah
Kita lemah karena putus asa
Kita maju karena usaha dan
Kita kuat karena DOA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk semua orang yang telah mendukung,
menemani dan mengisi hari-hariku selama ini.
Terutama untuk kedua orang tuaku yang selalu mendukungku dalam keadaan
apapun, yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat yang tiada henti.
Terimakasih atas kehadiran kalian semua, I Love You All
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidakmemuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 04 Februari 2016
Penulis
Rosalia Ika Sanatana
V1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA
KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA
Rosalia Ika Sanata Ria
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan sosio-psikologis apa saja yang
dialami oleh keluarga selama tinggal bersama anggota yang menderita skizofrenia.Responden
dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak penderita skizofrenia. Responden
ditentukan menggunakan Criterion Sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dari
peneliti yaitu yang anaknya telah menderita skizofrenia minimal selama 2 tahun dan telah merawat
pasien skizofrenia di rumah selama minimal 1 tahun. Jumlah responden adalah dua orang. Data
peneltian diperoleh dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Validitas dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, dimana hasil pengecekan yang dilakukan oleh
partisipan terhadap hasil penelitian sesuai.Hasil penelitian ini adalah ketika merawat penderita
gangguan jiwa skizofrenia, kedua subjek memiliki permasalahan secara sosial, psikologis dan
finansial.
Kata kunci : sosio-psikologis, keluarga, skizofrenia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
DESCRIPTION OF SOCIO - PSYCHOLOGICAL PROBLEMS IN THE
FAMILY MENTAL DISORDERS SCHIZOPHRENIA PATIENTS
Rosalia Ika Sanata Ria
ABSTRACT
This study aims to describe the socio - psychological problems experienced by family members of
schizophrenia patients. Respondents in this study were parents who have children with
schizophrenia. Respondents were determined using Sampling Criterion. The criteria are : parent
with child diagnosed for schizophrenia for at least two years and had been treating patient with
schizophrenia at home for at least one year. The number of respondents was two people. Data
were obtained by using semi-structured interviews. Validity was checked using triangulation
sources, where the result of checks carried out by the participants on the results of this research
was appropriate. The results of this research showed that respondents had social, psychological
and financial problems.
Keywords : socio - psychological , family , schizophrenia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAIIUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Univeristas Sanata Dharma
Nama
Nomor Mahasiswa
: Rosalia Ika Sanata Ria
: 0991 14100
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Gambaran Permasalahan sosio-Psikologis pada Keruarga penderita
Gangguan Jiwa Skizofrenia
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lainuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarla
Pada tanggal:04 Februari 2016
Yang menyatakan
ix
(Rosalia Ika Sanata Ria)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia berkat dan kasihnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran
Permasalahan Sosio-Psikologis Pada Keluarga Penderita Gangguan Jiwa
Skizofrenia” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Program Studi Psikologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. T Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan
2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan arahan melalui saran dan pendapat yang sangat bermanfaat.
Terimakasih atas kesabaran, ketelatenan dan diskusi yang menjadikan
pemikiran dan penalaran saya terus berkembang.
3. Ibu bapak dosen penguji
4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi
5. Mas Gandung dan Bu Nanik, terima kasih atas bantuan yang sudah diberikan
selama ini. Mas Doni atas bantuannya dalam peminjaman buku dan jurnal di
ruang baca dan Mas Muji atas bantuan dan dukungannya selama ini, terutama
pada saat saya melakukan praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
6. Kedua orang tua saya yang sudah memberikan dukungan baik secara moral
maupun materiil selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
7. Suami saya, terimakasih atas dukungannya selama saya mengerjakan
skripsweet ini. Terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya, boleh
berbagi suka dan duka serta canda di saat saya merasa bosan.
8. Mbak Tutut dan mas Yonas, terima kasih atas diskusi pengalaman kalian
yang menjadikan saya semakin bersemangat untuk segera menyelesaikan
skripsweet ini.
9. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi
keberhasilan saya.
10. Sahabat-sahabat saya: Evy Rosi, Moktaningrum, Grasinta Laras Choi,
Beatrich Rani, Jane Ginza dan Realita, semuanya terima kasih atas semangat,
diskusi, dan canda tawa selama kita belajar ilmu jiwa.
11. Teman-teman psikologi angkatan 2010, terutama ex-anak asisten: Rosari, Ius,
Iwan, Desi, Sandra, Maya, Sheila, Ninda senang bisa mengenal dan berbagi
ilmu dengan kalian semua. Terima kasih atas pengalaman baru yang saya
terima setelah mengenal kalian.
12. Semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk
kesuksesan saya dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Terima
kasih.
Yogyakarta, Agustus 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACK .........................................................................................................viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................x
DAFTAR ISI.......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ....xvii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
A. Skizofrenia .................................................................................. 11
1. Definisi Skizofrenia ................................................................ 11
2. Ciri Utama Skizofrenia ........................................................... 13
B. Skizofrenia di Indonesia ............................................................. 15
C. Permasalahan Sosio-Psikologis Yang Dihadapi Keluarga Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
Memiliki Anak Penderitra Gangguan Jiwa Skizofrenia ............. 16
1. Permasalahan Sosial ............................................................... 19
a. Gangguan Hubungan dan Komunikasi Dalam Keluarga ... 19
b. Keterbatasan Dalam Melakukan Aktivitas Sosial ............. 21
c. Stigmatizasi ........................................................................ 23
2. Permasalahan Psikologis ........................................................ 26
a. Kesedihan ........................................................................... 26
b. Kehilangan ......................................................................... 27
c. Kecemasan ......................................................................... 27
d. Malu ................................................................................... 29
e. Stress Karena Gangguan Perilaku dan Kekambuhan ........ 30
f. Frustasi Akibat Perubahan Pola Interaksi Dalam
Keluarga ............................................................................. 35
3. Permasalahan Finansial .......................................................... 36
D. Keluarga Penderita Skizofrenia di Indonesia .............................. 37
E. Review Penelitian Sebelumnya Tentang Skizofrenia ................. 45
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49
A. Jenis Penelitian............................................................................. 49
B. Fokus Penelitian ........................................................................... 50
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 50
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 51
E. Prosedur Analisis Data ................................................................ 53
F. Kredibilitas dan Realibilitas Penelitian ....................................... 55
1. Kredibilitas Penelitian ............................................................ 55
2. Realibilitas Penelitian ............................................................. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
G. Pandangan Subjektif peneliti Mengenai Kehidupan Keluarga
Penderita Skizofrenia ................................................................. 57
H. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 59
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 58
A. Profil Responden ......................................................................... 63
1. Data Diri dan Latar Belakang Responden Pertama ................ 63
2. Data Diri dan Latar Belakang Responden Kedua ................... 63
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 64
1. Deskripsi Informan Penelitian ................................................ 64
a. Subjek 1 (Keluarga Y) ......................................................... 64
b. Subjek 2 (keluarga K) ......................................................... 64
2. Hasil Analisis Data Penelitian ................................................ 66
a. Responden Pertama ............................................................. 66
i. Awal Mula Terjadinya Gangguan Jiwa skizofrenia ........ 66
ii. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Untuk kesembuhan
Penderita Skizofrenia ....................................................... 68
iii. Permasalahan Sosial yang Dialami Keluarga penderita
Gangguan Jiwa Skizofrenia ............................................. 69
iv. Permasalahan psikologis yang dialami Keluarga
Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia ............................. 71
v. Permasalahan Ekonomi yang dialami Keluarga
Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia .............................. 74
vi. Beban Perawatan Yang Dihadapi Keluarga
Penderita Skizofrenia ............................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
b. Responden Kedua ................................................................ 76
i. Awal Mula Terjadinya Gangguan Jiwa skizofrenia ........ 76
ii. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Untuk kesembuhan
Penderita Skizofrenia ....................................................... 77
iii. Permasalahan Sosial yang Dialami Keluarga penderita
Gangguan Jiwa Skizofrenia ............................................. 79
iv. Permasalahan psikologis yang dialami Keluarga
Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia ............................. 82
v. Permasalahan Ekonomi yang dialami Keluarga
Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia .............................. 85
vi. Beban Perawatan Yang Dihadapi Keluarga
Penderita Skizofrenia ....................................................... 86
vii. Data Lain yang didapatkan dari Penelitian ...................... 87
3. Kesimpulan Hasil Analisis secara Keseluruhan ..................... 90
a. Permasalahan Sosial
i. Gangguan hubungan dalam komunikasi dalam
keluarga ............................................................................ 91
ii. Keterbatasan dalam melakukan Aktivitas Sosial ............ 92
iii. Stigmatizasi ...................................................................... 94
b. Permasalahan Psikologis ..................................................... 96
c. Permasalahan Finansial yang dihadapi oleh
Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Skizofrenia ................ 99
4. Pembahasan ............................................................................ 101
a. Analisis Terhadap Permasalahan Sosial yang dihadapi oleh
Keluarga penderita gangguan jiwa Skizofrenia .................. 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
b. Analisis terhadap persoalan psikologis yang dihadapi
oleh keluarga penderita gangguan jiwa skizofrenia ............ 103
c. Analisis terhadap persoalan finansial yang dihadapi oleh
Keluarga penderita gangguan jiwa skizofrenia ................... 106
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 109
A. Kesimpulan ................................................................................. 109
B. Saran ........................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN........................................................................................................ 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Concent .........................................................................119
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Partisipan ....................................................121
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ..................................................................122
Lampiran 4. Tabel Verbatim Responden I ........................................................127
Lampiran 5. Tabel Verbatim Responden II ......................................................136
Lampiran 6 Pengelompokan Kode Responden I ................................................155
Lampiran 7 Pengelompokan Kode Responden II ...............................................158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang terjadi di seluruh
dunia (Kendall dan Hammen, 1998, h. 268). Pernyataan tersebut juga
didukung oleh data dari World Health Organization (WHO), yang
menyatakan bahwa masalah gangguan jiwa memang sudah menjadi
masalah yang sangat serius di seluruh dunia. Data yang ditunjukkan oleh
WHO, sekitar 26 juta orang penduduk Indonesia mengidap skizofrenia
(Simanjuntak, 2008). Sementara itu, Survei Kesehatan Mental Rumah
Tangga (SMKRT) di 11 kotamadya jaringan epidemology psikiatri
Indonesia menemukan bahwa 185 dari 1000 penduduk menunjukkan
gejala gangguan kesehatan jiwa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa paling
tidak terdapat satu orang dalam setiap rumah tangga penduduk di
Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dan membutuhkan
pelayanan kesehatan jiwa (Siswono, 2011 dalam Kostiani, 2007).
Di kota Yogyakarta sendiri, penderita gangguan jiwa tergolong
tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) menunjukkan bahwa
32.033 orang atau sekitar 8,25 persen dari 387.813 jumlah penduduk
Yogyakarta mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil pendataan dari
RSJ Grhasia Yogyakarta (2012) ditemukan 568 orang atau 41,86 persen
dari jumlah yang ada mengalami gangguan jiwa berat. Menurut Joep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Djojodibroto (Kasubbid Fasilitas Pelayanan Medik RSJ Ghrasia
Yogyakarta) penderita gangguan jiwa lebih banyak berada pada kelompok
usia paling produktif, yaitu di bawah 40 tahun. Hal ini kemudian
berdampak pada ekonomi berupa hilangnya hari produktif untuk mencari
nafkah bagi penderita maupun keluarga yang merawat serta tingginya
biaya perawatan yang harus ditanggung oleh keluarga. Selain dampak
ekonomi, terdapat pula dampak sosial yang sangat serius bagi para
penderita gangguan jiwa dan keluarganya, yaitu penolakan, pengucilan
dan diskriminasi dari lingkungan sekitar (Dr. Vijay Chandra, dalam
Lanskap Hasrat dan Kekerasan, 2001).
Skizofrenia merupakan kondisi patologis yang serius karena
penderita mengalami penurunan fungsi kehidupan sehingga dalam
melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat diri sendiri, memenuhi
kewajiban peran, mengatasi permasalahan, menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di lingkungan dan membangun hubungan dekat
dengan orang lain menjadi terhambat (American Assosoation dalam Jeste
& Meuser, 2008). Defisit yang terjadi pada berbagai area kehidupan
penderita skizofrenia yang demikian menyebabkan dampak gangguan
skizofrenia tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun dirasakan pula
oleh orang lain yang berada disekitarnya, terutama keluarga yang tinggal
bersama dalam satu rumah (Hatfield and Lefley, 1987; Tessler et al., 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Selain itu, perilaku penderita gangguan jiwa terkadang juga susah
dikendalikan sehingga bukan saja menjadi masalah bagi keluarga tapi juga
membuat resah warga di sekitarnya. Seperti yang terjadi di Gandapura,
Bireuen, masyarakat disana berharap agar dinas kesehatan setempat
memantau, mencari dan membawa penderita gangguan jiwa ke rumah
sakit jiwa agar tidak mengamuk di masyarakat. Warga melaporkan hal ini
setelah mengetahui bahwa dua orang warga kecamatan tersebut tewas
karena diparang oleh pria stres yang sedang mengamuk di pasar Gurugok,
Gandapura (Bakri, 2012).
Ketika melakukan penanganan terhadap pasien gangguan jiwa,
obat memang menjadi hal yang penting. Namun, peran keluarga juga
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan mutu
kehidupan penderita gangguan jiwa. Keluarga merupakan sebuah sistem
sosial, dimana setiap anggotanya saling terhubung satu sama lain (Klein,
1996, h.155). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Creer et.al. (1982)
menunjukkan bahwa dalam perjalanan penyakitnya, 50% penderita
skizofrenia tetap memiliki kontak dengan keluarga. Hal ini dapat dipahami
karena keluarga memiliki kontak lebih sering dengan penderita sehingga
mengetahui kondisi kejiwaan anggota keluarganya, kondisi mood,
perasaan dan kebutuhan penderita daripada siapapun (Meuser & Gingerich,
2006). Keluarga memiliki peran penting dalam asuhan keperawatan yang
diperlukan oleh penderita gangguan jiwa di rumah sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
menurunkan angka kekambuhan (Nurdiana, dkk, 2007, h.2). Hasil
penelitian tersebut dipertegas oleh Dinosetro (2008) yang menyatakan
bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan angka
kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidup penderita serta
mengembalikan fungsi adaptasi penderita pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya. Keluarga juga berperan dalam meningkatkan keyakinan
penderita akan kesembuhan dirinya dari skizofrenia sehingga memiliki
motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi diri.
Hasil konsekuensi dari tugas perawatan yang dilakukan oleh
keluarga terhadap penderita skizofrenia telah diteliti selama beberapa
tahun belakangan ini. Dalam melakukan perawatan terhadap penderita
skizofrenia, keluarga seringkali memiliki pengalaman terhadap perasaan
kehilangan dan sedih (Miller et al., 1990). Keadaan emosi keluarga juga
menjadi tidak tentu terkadang keluarga merasa malu, merasa bersalah
bahkan marah. Keberadaan penderita skizofrenia di tengah-tengah
keluarga membuat hubungan timbal balik antar anggota keluarga menjadi
tidak seimbang. Kondisi normal yang seharusnya setiap anggota keluarga
dapat saling merawat satu sama lain berubah menjadi pemberian
perawatan yang lebih intensif pada penderita skizofrenia. Hal ini
menciptkan situasi stres pada keluarga baik secara psikologis maupun
finansial (Clark, 1994; Schene et.al., 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Secara umum, dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan
adanya penderita skizofrenia adalah beban ekonomi yang tinggi, beban
emosi, stress terhadap perilaku penderita skizofrenia, gangguan dalam
melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan
melakukan aktivitas sosial. Pandangan negatif atau stigma yang diberikan
oleh masyarakat bahwa gangguan jiwa dianggap sebagai aib dan akibat
dosa dari keluarganya membuat keluarga memilih untuk menyembunyikan
anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa. Beban sosial
ekonomi yang dialami oleh keluarga antara lain adalah gangguan dalam
hubungan keluarga, keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial,
pekerjaan dan hobi dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik keluarga.
Biaya perawatan berkala dan obat-obatan yang mahal membuat keluarga
juga mengalami beban secara finansial. Keluarga harus membatasi
pengeluaran-pengeluaran yang lain agar dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Sementara itu, beban psikologis menggambarkan reaksi
psikologis seperti perasaan kehilangan, cemas, sedih dan malu terhadap
masyarakat sekitar, stres dalam menghadapi perilaku penderita yang
terkadang tidak terkontrol dan frustasi karena terjadinya perubahan pola
interaksi dalam keluarga (WHO, 2003).
Penelitian tentang skizofrenia dan keluarga sendiri telah dilakukan
oleh sejumlah orang. Penelitian tentang keluarga tersebut bervariasi, mulai
dari meneliti keluarga sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
keluarga sebagai salah satu intervensi bagi penyembuhan gangguan jiwa
dan juga dampak yang dialami oleh keluarga dengan keberadaan penderita
gangguan jiwa di tengah-tengah mereka. Penelitian terdahulu yang
menunjukkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor penyebab
skizofrenia di antaranya dilakukan oleh Parker (1982). Beliau menyatakan
bahwa peran orang tua, terutama ibu sangat berpengaruh terhadap
perkembangan skizofrenia. Selain itu, keluarga yang dominan dan
overprotektif juga ikut menyumbangkan perkembangan skizofrenia
(Parker, 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Kasanin et al. (dikutip dari
Parker, 1986) menunjukkan bahwa dari penelitian sejarah masa kecil
terhadap 45 penderita skizofrenia, ditemukan dua dari pasien mengalami
penolakan dari ibu dan 33 pasien mendapatkan perlakuan overprotektif
dari ibu.
Selain menjadi faktor penyebab, keluarga juga berfungsi dalam
area intervensi penderita skizofrenia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
sejumlah penelitian yang mengkaji pentingnya intervensi keluarga dalam
proses penyembuhan penderita skizofrenia. Diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Dixon et.al (2010). Dalam penelitian tersebut, beliau
melakukan intervensi keluarga pada penderita skizofrenia selama 6-9
bulan. Selama kurun waktu tersebut, berdasarkan hasil observasi,
ditemukan bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keluarga, secara
signifikan mengalami penurunan angka kekambuhan dan tidak harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
kembali ke rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang tidak
mendapatkan intervensi keluarga.
Sementara itu, penelitian terdahulu tentang dampak adanya
penderita skizofrenia bagi keluarga yang merawat, salah satunya dilakukan
oleh Deborah et.al (2006). Penelitian ini menguji komponen dan korelasi
dari beban pengasuh pada skizofrenia. Di dalam penelitian ini dilakukan
enam buah pengukuran, yaitu pengukuran terhadap pasien, kualitas hidup,
servis layanan, beban pengasuh dan sosiodemografi antara pasien dan
pengasuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% beban keluarga
berasal dari perilaku penderita skizofrenia yang mengganggu, tuntutan
sumber daya, dan gangguan, 21% beban berasal dari penurunan aktifitas
sehari-hari akibat merawat penderita skizofrenia dan 38% berasal dari
kewajiban untuk menolong pasien. Berbeda dengan Deborah, Oldridge & I
C Hughes (1992) memfokuskan penelitian pada kesejahteraan psikologis
dan level stres yang dialami oleh keluarga penderita skizofrenia. Dari
penelitian ini didapatkan bahwa beban objektif yang paling umum di alami
oleh subjek adalah emosi. Kesulitan keuangan juga terlihat memiliki andil
yang besar dalam beban yang dialami oleh keluarga pasien skizofrenia.
Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa keluarga
memiliki pengaruh yang besar terhadap penderita skizofrenia, baik sebagai
faktor penyebab maupun sebagai intervensi dalam proses penyembuhan
penderita skizofrenia. Penelitian tentang dampak yang dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
keluarga dengan keberadaan penderita skizofrenia juga telah dilakukan
oleh beberapa orang. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus
menggali permasalahan sosio-psikologis yang dihadapi oleh keluarga
penderita skizofrenia secara lebih mendalam melalui penelitian kualitatif.
Peneliti merasa penting untuk melakukan eksplorasi terhadap
permasalahan sosio-psikologis yang dihadapi oleh keluarga karena dapat
memunculkan hal-hal yang selama ini kurang mereka sadari. Melalui
eksplorasi terhadap permasalahan yang dihadapi, keluarga diharapkan
lebih mampu memahami kondisi fisik dan kejiwaan yang dialaminya
terkait dengan keberadaan anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Kesehatan keluarga penting dijaga agar tetap dapat memberikan dukungan
dan perawatan terhadap penderita skizofrenia. Apabila keluarga memiliki
kesadaran terhadap permasalahan yang mereka hadapi, diharapkan
keluarga nantinya juga dapat memiliki kesehatan jiwa yang memiliki
karaterstik persepsi yang sesuai dengan realitas, dapat menerima diri
sendiri dan orang lain secara alami, mampu fokus dalam memecahkan
masalah, memiliki otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan hubungan
interpersonal, kaya pengalaman yang bermanfaat, menganggap hidup ini
sebagai sesuatu yang indah (Maslow, 1970 dalam Townsend, 2005). Hal
ini kemudian dapat digunakan peneliti untuk membantu keluarga dalam
meningkatkan kualitas hidupnya dan mempertahankan potensi yang ada
sehingga nantinya keluarga dapat memberikan dukungan, baik secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
sosial maupun spriritual kepada penderita skizofrenia. Selain itu, hasil
penelitian ini juga bisa memperkaya data dalam area intervensi keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah permasalahan sosio-psikologis apa saja yang dialami
oleh keluarga selama tinggal bersama anggota yang menderita skizofrenia.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan
sosio-psikologis apa saja yang dialami oleh keluarga selama tinggal
bersama anggota yang menderita skizofrenia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan di
bidang psikologi, terutama psikologi klinis dan psikologi sosial karena
dari penelitian ini dapat diketahui isu-isu sosiopsikologis apa saja yang
dialami oleh keluarga ketika merawat penderita skizofrenia. Selain itu,
hasil dari penelitian ini nantinya juga dapat memperkaya data dalam
area intervensi keluarga.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan keluarga
yang memiliki anggota penderita skizofrenia dan dapat dijadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
sumber informasi untuk mengetahui isu apa yang mereka alami.
Melalui kesadaran dari keluarga tentang isu yang mereka hadapi,
kemudian mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Meningkatnya kualitas hidup keluarga dengan penderita skizofrenia
tersebut selanjutnya diharapkan dapat sejalan dengan meningkatnya
penyesuaian diri penderita skizofrenia di lingkungan, kemampuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan terbebas dari
kekambuhan.
a. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat luas di Indonesia pada umumnya dan
Yogyakarta pada khususnya tentang kondisi sosial dan psikologis
yang terjadi di dalam keluarga yang memiliki anggota menderita
skizofrenia.
b. Bagi Pemerintah
Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi
bahan referensi bagi pemerintah dalam memberdayakan keluarga
yang memiliki anggota keluarga skizofrenia. Hal ini penting
dilakukan karena skizofrenia memiliki dampak pada keluarga yang
membuat keluarga tersebut tidak dapat mengatasi persoalan yang
terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Skizofrenia
1. Definisi Skizofrenia
Secara etimologi skizofrenia berasal dari bahasa Yunani,
“schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang
artinya “jiwa”. Skizofrenia menggambarkan suatu gangguan psikiatrik
mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran,
afek, dan perilaku seseorang. Jadi, skizofrenia mengacu pada
perpecahan ego-aspek rasional dalam jiwa sehingga penderitanya
tidak lagi dapat membedakan antara alam khayal dan alam riil.
Konsep tentang skizofrenia telah dimulai sejak abad ke-19
oleh Emil Kraphelin (1856-1926) yang pertama kali membahas
tentang gejala-gejala skizofrenia seperti waham, halusinasi, dan
perilaku motorik yang aneh. Gejala-gejala tersebut menurut Kraphelin
bermula sejak masa kanak-kanak dan memburuk seiring pertumbuhan
seseorang (Nevid dkk., 2005). Kraphelin menggunakan istilah
dementia praecox untuk menyebut istilah-istilah tersebut. Dementia
praecox diambil dari bahasa latin yaitu dementis yang berarti „di luar
de (jiwa) mens (seseorang)‟ dan praecox yang diambil dari kata
precocious yang berarti „sebelum kematangan‟. Dementia praecox
diartikan sebagai kerusakan prematur dari kemampuan mental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
seseorang sehingga mengalami kemunduran inteligensi sebelum
waktunya (Nevid dkk., 2005).
Eugen Bleuer (1857-1939) adalah tokoh yang mengungkapkan
istilah skziofrenia pertama kali pada tahun 1911. Skizofrenia diambil
dari kata Yunani yaitu schizein yang berarti „terpotong‟ atau
„terpecah‟ dan phren yang berarti „jiwa‟ (Nevid dkk., 2005). Hal ini
bukan berarti individu dengan skizofrenia mengalami gangguan psikis
lain yaitu kepribadian ganda, melainkan mengalami ketidaksesuaian
antara pikiran dan emosi serta antara persepsi dan kenyataan yang
sebenarnya (Nevid dkk., 2005).
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam tiga
kelompok, yaitu gejala positif, gejala negatif dan gejala disorganisasi.
Gejala positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi serta
sebagian besar menjadi ciri episode akut skizofrenia. Gejala positif
meliputi delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh, gelisah dan
perilaku aneh atau bermusuhan. Sementara itu, gejala negatif
mencakup berbagai defisit behavioral dan cenderung bertahan
melampaui suatu episode akut serta memberikan efek parah pada
kehidupan penderita skizofrenia. Gejala negatif ini merupakan
prediktor kuat terhadap kualitas hidup yang rendah pada penderita
skizofrenia. Gejala negatif meliputi alam perasaan (afek) tumpul atau
mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, kurangnya
kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan
kehendak atau inisiatif (Davidson dkk., 2006). Gejala disorganisasi
mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh. Disorganisasi
pembicaraan merupakan masalah dalam mengorganisasikan ide dan
pembicaraan sehingga pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dan
dimengerti oleh orang lain. Disorganisasi pembicaraan dapat meliputi
inkoherensi dan asosiasi longgar. Sementara itu, perilaku aneh
misalnya dapat ditemukan pada katanonia dimana pasien
menampilkan perilaku tertentu secara berulang-ulang, menampilkan
pose tubuh yang aneh atau waxy flexibillity, dimana seseorang dapat
memutar atau membentuk posisi tubuh tertentu dalam jangka waktu
yang lama (Davidson dkk., 2006).
2. Ciri Utama Skizofrenia
Menurut DSM-IV-TR, ciri-ciri skizofrenia adalah sebagai
berikut (APA dalam Jeffrey S. Nevid dkk, 2005):
a. Terdapat dua atau lebih gejala yang harus muncul secara
signifikan selama munculnya penyakit dalam waktu 1 bulan.
Gejala tersebut meliputi: 1) waham/delusi; 2) halusinasi; 3)
pembicaraan tidak koheren atau ditandai oleh asosiasi longgar; 4)
perilaku tidak terorganisasi atau katatonik; 5) ciri-ciri negatif
(misalnya ekspresi emosi datar)
b. Fungsi pada bidang-bidang seperti hubungan sosial, pekerjaan,
atau perawatan diri selama perjalanan penyakit secara nyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
berada di bawah tingkatan yang dapat dicapai sebelum munculnya
gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak-kanak
atau remaja, terdapat suatu kegagalan untuk mencapai tingkat
perkembangan sosial yang diharapkan.
c. Tanda-tanda gangguan terjadi secara menetap selama setidaknya
enam bulan. Pada enam bulan ini harus mencakup fase aktif yang
berlangsung setidaknya satu bulan, di mana gejala psikotik terjadi
(memenuhi kriteria gejala point a).
d. Gangguan tidak dapat didistribusikan sebagai dampak zat-zat
tertentu (misalnya penyalahgunaan zat atau obat yang diresepkan)
atau pada kondisi medis umum.
Selain itu, meskipun sudah diberi pengobatan dan
penyembuhan secara medik penderita skizofrenia umumnya
masih mengalami kemunduran dalam fungsi psikososialnya.
Tanggung jawab untuk berhadapan dengan kenyataan hidup
menjadi berkurang. Penderita skizofrenia biasanya enggan untuk
menghadapi realitas dan lebih mengandalkan dunia fantasinya
sendiri, enggan untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan
orang-orang di sekitarnya. Selain itu, penderita skizofrenia juga
enggan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena mereka
lebih suka berdiam diri dan berkelana dengan dunia fantasinya.
Bahkan tidak sedikit penderita skizofrenia yang mengalami
kemunduran pada tingkat yang sederhana seperti hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
mengetahui kebutuhan untuk makan dan minum dan tetap
membutuhkan orang lain untuk melakukan pengawasan dan
pengontrolan. Penderita skizofrenia juga akan kesulitan untuk
menjaga kebersihan diri sendiri. Mereka tidak lagi
memperhatikan kesehatan dirinya (Anonim, 2011).
B. Skizofrenia di Indonesia
Skizofrenia merupakan gangguan yang cukup banyak diderita oleh
orang Indonesia. Angka prevalensi skizofrenia di seluruh dunia mencapai
4 sampai 14 dari setiap 1000 orang populasi di seluruh dunia (Lewis,
2011 dalam Riskesdas, 2013). Sementara itu, hasil riset kesehatan dasar
Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi rata-rata orang Indonesia yang
menderita skizofrenia mencapai 1,7 setiap 1000 orang. Dua provinsi yang
memiliki angka prevalensi tertinggi adalah Yogyakarta dan Aceh yang
memiliki angka prevalensi sebesar 2,7 setiap 1000 orang. Menurut hasil
survey Kementrian sosial tahun 2008 jumlah penserita skizofrenia di
Indonesia kurang lebih 650.000 orang (Kompas, 2011).
Penderita skizofrenia seringkali terabaikan oleh lingkungan
disekitarnya termasuk keluarganya sendiri. Hal ini terkait dengan biaya
yang harus dikeluarkan secara langsung untuk membeli obat-obatan dan
biaya perawatan skizofrenia sangat besar. Selain itu, secara tidak
langsung penderita skizofrenia juga akan kehilangan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan dan keluarga yang menjadi caregiver pun
menjadi membutuhkan waktu ekstra untuk merawat pasien (Sinaga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
2007). Sekitar 80% penderita skizofrenia di Indonesia diketahui tidak
mendapatkan pengobatan yang tepat. Penderita skizofrenia menjadi tidak
produktif karena tidak mendapatkan perawatan yang tepat dan bahkan ada
yang ditelantarkan di jalan (Kompas, 2011).
Saat ini, pengobatan di rumah sakit jiwa untuk penderita
skizofrenia sebenarnya sudah lebih maju. Namun, masyarakat kurang
dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan optimal. Hal ini terbukti
dari penelitian yang dilakukan oleh Raharjanti pada tahun 2007 yang
menunjukkan bahwa pada pencarian pertolongan pasien skizofrenia,
didapatkan hanya 10% yang langsung ke pelayanan kesehatan jiwa
(Yankeswa). Jenis pertolongan pertama yang sering dilakukan oleh
masyarakat Indonesia adalah pengobatan tradisional yaitu sebesar 38%
dan yang melakukan konsultasi ke pemuka agama sebanyak 30%.
Halangan terbesar keluarga untuk membawa penderita skizofrenia ke
pelayanan kesehatan jiwa (Yankeswa) adalah perasaan negatif (62%) dan
stigma terhadap penyakit gangguan jiwa (46%) (Inuwicaksana, 2011).
C. Permasalahan Sosio-Psikologis yang dihadapi Keluarga yang
Memiliki Anak Penderita Gangguan Jiwa Skizofrenia
Setiap orang memiliki berbagai peristiwa dalam hidupnya.
Peristiwa hidup satu orang dengan yang lainnya tentu saja berbeda.
Begitu juga dengan sikap terhadap peristiwa yang dialaminya, setiap
orang memiliki cara yang berbeda. Salah satu peristiwa yang dapat terjadi
pada seseorang adalah memiliki anak yang menderita gangguan jiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Bukan hal yang mudah bagi keluarga yang memiliki anak menderita
gangguan jiwa karena banyak perubahan yang terjadi sebelum dan
sesudah anak menderita gangguan jiwa. Hal tersebut tentu saja juga
berpengaruh terhadap kehidupan kedua orang tuanya. Keluarga sangat
mungkin mengalami masalah maupun kesulitan di dalam merawat anak
yang menderita gangguan jiwa skizofrenia. Bukan hanya karena
kurangnya pengalaman yang dimiliki sebelumnya tetapi juga karena
merawat penderita gangguan jiwa bukanlah hal yang mudah.
Salah satu masalah yang mungkin dialami oleh keluarga penderita
gangguan jiwa adalah masalah sosio-psikologis. Masalah sosio-psikologis
yang dimaksud disini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh
keluarga meliputi beban ekonomi yang tinggi, beban emosi, beban
psikologis seperti stres dan gangguan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari dan sosial. Selain itu, pandangan negatif atau stigma yang
diberikan oleh masyarakat terhadap keluarga yang memiliki anak
penderita gangguan jiwa juga termasuk dalam masalah yang dihadapi
oleh keluarga penderita gangguan jiwa. Hal tersebut juga dijelaskan di
dalam buku Kriminologi Psikososial (Gadd & Jefferson, 2013) bahwa
istilah psikososial sering dirujuk pada hubungan penyesuaian sosial atau
hubungan-hubungan interpersonal (Frosh, 2003). Selain itu dijelaskan
pula bahwa psikososial sering digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau
emosinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
WHO (2003) menjelaskan bahwa dampak yang dirasakan keluarga
dengan adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
skizofrenia adalah beban ekonomi yang tinggi, beban emosi, stres dengan
perilaku penderita skizofrenia yang kadang kambuh dan mengganggu,
keterbatasan melakukan aktivitas sosial dan terganggunya kegiatan rumah
sehari-hari. Terdapat stigma yang dimiliki masyarakat terhadap gangguan
jiwa yaitu menganggap bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh dosa yang
pernah dilakukan keluarganya dan menjadi aib bagi keluarga. Hal ini
tentu saja membuat keluarga berusaha untuk menyembunyikan anggota
keluarganya yang menderita gangguan jiwa karena merasa malu, kecewa
dan putus asa. Permasalahan sosial meliputi gangguan hubungan dalam
keluarga, memiliki batas dalam melakukan aktivitas sosial dan pekerjaan.
Sementara itu masalah psikologis berkaitan dengan reaksi psikologis yang
dialami oleh keluarga seperti perasaan sedih dan kehilangan, cemas, malu
tyerhadap masyarakat sekitar, stres menghadapi gangguan perilaku dan
kekambuhan serta frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam
keluarga.
Berikut merupakan permasalah sosio-psikologis yang dihadapi
oleh keluarga yang memiliki anak penderita skizofrenia :
1. Permasalahan sosial, meliputi :
a. Gangguan hubungan dan komunikasi dalam keluarga
Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang
tergabung karena suatu ikatan atau hubungan darah, ikatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga. Keluarga
melakukan interaksi satu sama lain dan menciptakan pertahanan
terhadap suatu kebudayaan (Salvion G Baylon, et.al, 1989).
Keluarga adalah sekelompok individu yang saling berinteraksi,
memberikan dukungan dan saling mempengaruhi satu sama lain
dalam melakukan berbagai fungsi dasar (Shives, 2005). Tugas
utama keluarga adalah memelihara pertumbuhan psikososial
anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara
umum (Friedman, 1998).
Dari pengertian yang disampaikan di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung dalam ikatan tertentu, merasa memiliki satu sama
lain, memberikan dukungan, melakukan berbagai fungsi dasar,
memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi,
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga.
Setiap keluarga akan memiliki perbedaan dalam
memaknai suatu peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan
mereka (Klein, 1996, h.88). Keluarga merupakan sebuah sistem
sosial dimana anggotanya saling terhubung satu sama lain. Jika
seorang anggota keluarga mengalami perubahan maka anggota
yang lain juga akan terkena dampaknya (Klein, 1996). Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
karena itu, keluarga memerlukan keadaan yang selalu seimbang
dalam menjalankan kehidupannya. Keadaan yang demikian dapat
dicapai ketika setiap anggota keluarga dapat menjalankan
perannya dengan baik dan terjalin hubungan komunikasi yang
kuat dan hangat (Klein, 1996, h.159).
Ketika di dalam sebuah keluarga memiliki anak yang
menderita skizofrenia, maka hal tersebut dapat mengganggu
hubungan atau interaksi di dalamnya. Penderita gangguan jiwa
yang sulit untuk diajak berkomunikasi menyebabkan keluarga
mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsinya. Bahkan
beberapa anggota keluarga tidak menyadari bahwa telah terjadi
perubahan komunikasi (Barry, 1998).
Orang yang mengidap skizofrenia tidak akan mampu
berkomunikasi secara normal dengan orang lain karena salah
satunya mereka menganggap bahwa orang lain ingin
mencelakakan dirinya (Sadock & Sadock, 2010). Pasien-pasien
ini akan sangat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
berada dalam lingkungan banyak orang. Selain itu mereka juga
mengalami halusinasi dan ilusi sehingga seakan-akan melihat hal
yang tak nyata (Amelia & Anwar, 2013). Penderita skizofrenia
juga mengalami kesulitan dalam melakukan fungsi dasar secara
mandiri, misalnya menjaga kebersihan diri dan penampilan
sehingga orang lain memandang penderita skizofrenia sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
individu yang apatis, menarik diri dan terisolasi dari lingkungan
sekitarnya (Maramis, 1998). Hal ini menyebabkan penderita
skizofrenia tidak dapat menjalankan fungsi dan peran yang
dimiliki di dalam keluarga, sehingga akan terjadi
ketidakseimbangan di dalam keluarga tersebut.
b. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial
Setiap orang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan
sosial dan terlibat aktif di dalamnya. Selain itu, juga karena
manusia memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang
lain demi keberlangsungan hidupnya. Manusia dalam hidup
bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat
menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati
(2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” (p.
22). Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan
Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada
akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial” (p.
50).“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat
suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
mendukung” (Siagian, 2004, p. 216). Berdasarkan definisi di atas
maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok
maupun antar individu dan kelompok.
Pada dasarnya, dalam membina hubungan sosial, individu
berada dalam rentang respon yang adaptif sampai maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku. Sementara
respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional
yang maladaptif sering kali terjadi di dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk salah satunya juga dialami oleh keluarga dengan
penderita skizofrenia.
Ketika memiliki anak yang menderita gangguan jiwa
skizofrenia, secara otomatis keluarga terbatas dalam melakukan
aktivitas sosial yang biasa dilakukannya. Penyimpangan perilaku
yang menyertai gejala skizofrenia seperti tersenyum lebar,
menggerakkan bibir tanpa suara, berteriak, mengamuk dan sulit
untuk menuruti perintah menyebabkan keluarga harus
menyediakan waktu khusus karena penderita tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
hal ini tentu saja akan membuat keluarga menjadi terbatas dalam
melakukan aktivitas sosial di luar rumah.
c. Stigmatisasi
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society
yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan).
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling
berinteraksi satu sama lain. Interaksi sosial merupakan proses
dasar dan pokok dalam setiap masyarakat, dan sifat-sifat manusia
yang berlangsung di dalamnya akan sangat mempengaruhi proses
interaksi sosial yang terjadi. Di dalam melakukan interaksi sosial,
individu secara otomatis akan melibatkan berbagai reaksi
emosional, sikap, kemauan, perhatian, motivasi, harga diri dan
lain sebagainya. Reaksi emosional setiap individu berbeda, oleh
sebab itu, di dalam melakukan interaksi sosial akan terjadi
pertentangan, perselisihan bahkan diskriminasi sosial.
Di Indonesia, sebagian besar masyarakat masih
menganggap bahwa gangguan jiwa berkaitan dengan hal-hal gaib
atau mistis, seperti kerasukan setan, ilmu sihir atau santet,
kutukan dan lain sebagainya. Masyarakat menganggap bahwa
orang yang mengalami gangguan jiwa mengancam kehidupan
bermasyarakat sehingga kebanyakan dari mereka memilih untuk
menghindar. Oleh karena itu, tidak jarang penderita gangguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
jiwa mendapatkan perlakuan yang keras dan tidak manusiawi dari
orang-orang disekitarnya (Stuart dan Laraia, 2001).
Menurut Pfluf (ahli psikologi sosial), stigma yang diberikan
kepada seseorang akan menyebabkan hilangnya kepercayaan diri
kemudian merasa terdiskriminasi (dibedakan) sehingga akhirnya
sulit mencari bantuan untuk keluar dari permasalahan yang
dihadapinya (Pfluf, 1986).
Stigma sosial ini mempunyai unsur, sebagai berikut :
1) Menghindar (avoidance), pasien skizofrenia dihindari
karena kondisi lingkungannya.
2) Penolakan (rejection), dalam hubungan interaksi sosial
tertentu kecenderungan orang dengan riwayat
skizofrenia tidak akan diterima termasuk saat mencari
pengobatan.
3) Penghakiman moral (moral judgement), penderita
skizofrenia dan keluarganya dianggap sebagai kutukan,
oleh karena kesalahan mereka sendiri.
4) Berhubungan dengan label (stigma of association),
pemberian tanda atau label yang diberikan oleh
individu atau kelompok lain yang berhubungan dengan
kondisi yang pernah dialaminya.
5) Keengganan atau ketidakadilan (unwillingless),
seseorang akan memberikan kesenjangan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
berinteraksi atau social distance terhadap penderita
skizofrenia.
6) Pembedaan (discrime), penderita skizofrenia sangat
jelas akan dibedakan dalam kesempatan bekerja atau
berinteraksi di lingkungannya.
7) Penganiayaan (abuse), situasi yang cukup ekstrim akan
dialami pasien skizofrenia untuk mengalami tindakan
penganiayaan baik verbal maupun fisik oleh komunitas
yang tidak mengetahuinya. Stigma sosial ini juga
merupakan alasan mengapa penderita skizofrenia harus
dirawat kembali (Fleischacker, 2003).
Menurut survey yang dilakukan oleh Otto F Wahl
(1999) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan sumber stigma
yang utama. Di dalam masyarakat, masih sering terdapat lelucon
tentang rumah sakit jiwa dan penderita gangguan jiwa. Akan
tetapi, keluarga dan penderita yang seharusnya terluka oleh
lelucon tersebut kehilangan hak untuk marah dan akhirnya
terbawa untuk ikut menikmatinya. Stigma jika dibiarkan akan
mengukuhkan pelecehan masyarakat terhadap penderita gangguan
jiwa. Jika hal tersbut terjadi makan masyarakat berhak menjauhi,
mengucilkan, menganggap penderita skizofrenia sebagai lelucon
yang dapat dipermainkan dan diolok-olok (Irmansyah, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
2. Permasalahan Psikologis, meliputi :
Selain mengalami permasalahan dalam berhubungan sosial
baik antar anggota keluarga maupun masyarakat disekitarnya,
keluarga penderita skizofrenia juga mengalami permasalahan secara
psikologis. Permasalahan psikologis yang dimaksud disini meliputi
ungkapan emosi yang terjadi selama merawat anak yang menderita
skizofrenia.
Emosi berasal dari kata latin, yaitu emovere yang berarti
bergerak menjauh. Daniel Goleman (2002 : 114) mengatakan bahwa
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari
luar dan dalam diri individu yang mencakup perubahan-perubahan
yang disadari yang sifatnya mendalam dan perubahan perilaku yang
disertai adanya ekspresi biologis.
Berikut merupakan reaksi psikologis yang dialami oleh
keluarga penderita gangguan jiwa :
a. Kesedihan
Kesedihan merupakan salah satu emosi yang berlangsung
lebih lama. Setelah sebuah periode penderitaan mendalam yang
disertai dengan ungkapan protes, biasanya ada sebuah periode
mengehentikan kesedihan yang di dalamnya orang merasa tidak
berdaya dan kemudian, periode penderitaan yang disertai protes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
itu muncul kembali dalam usaha untuk memulihkan rasa
kehilangan tersebut, yang diikuti oleh kesedihan, kemudian
penderitaan mendalam dan begitu seterusnya.(Paul Ekman).
Kesedihan (grief) merupakan reaksi normal ketika
mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai.
(Davies, 1998). Kesedihan yang berkenaan kepada seluruh
perasaan yang menyakitkan dihubungkan dengan kehilangan,
termasuk perasaan sedih, marah, perasaan bersalah, malu dan
kegelisahan (Zeanah, 1989).
b. Kehilangan
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi
tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Potter&Perry,
2005).
Keluarga yang memiliki anak penderita gangguan jiwa
merasa kehilangan karena menganggap kehidupan masa depan
keluarga dan penderita telah berakhir (Willick, 1994 dalam Mohr,
2006).
c. Kecemasan
Kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang dirasa
mengancam. Menurut Nevid (2005), kecemasan dapat menjadi
reaksi emosional yang normal dibeberapa situasi, tetapi tidak
disituasi lain. Kecemasan merupakan suatu perasaan takut yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
tidak menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya
ketegangan fisiologis. Dalam teori pembelajaran, kecemasan
dianggap sebagai suatu dorongan yang menjadi perantara antara
suatu situasi yang mengancam dan perilaku menghindar
(Davidson, dkk, 2006). Sumadinata (2004) mengatakan bahwa
seseorang yang merasa khawatir karena menghadapi situasi yang
tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa
mengharapkan suatu pertolongan, dan tidak ada harapan yang
jelas akan menyebabkan orang mengalami rasa cemas.
Kecemasan merupakan sebuah fenomena kognitif, dimana
seseorang nerasa sesuatu akan terjadi diluar kehendak dan tidak
bisa diprediksi. Kecemasan akan menjadi lebih parah ketika
seseorang merasa tidak sanggup menghadapinya karena
meragukan kemampuan diri sendiri.
Ciri-ciri kecemasan (Nevid, 2003) meliputi :
1) Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan
anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak
berkeringat, mulut atau kerongkrongan terasa kering, sulit
berbicara, sulit bernapas, jantung berdebar keras atau
berdetak kencang, pusing, merasa lemas atau mati rasa,
sering buang air kecil, merasa sensitif atau mudah marah.
2) Secara perilaku, meliputi perilaku menghindar, perilaku
melekat dan dependent, perilaku terguncang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
3) Secara kognitif, meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu atau ketakutan, keyakinan bahw2a akan terjadi
sesuatu yang buruk tanpa ada penjelasan yang jelas,
ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi maslaah, berpikir bahwa
seuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit untuk
memfokuskan pikiran atau konsentrasi.
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang jelas. Terkadang seseorang mengalami kecemasan sebagai
sebuah tantangan sehingga mempersiapkan untuk menghadapinya
dan memberikan hal yang positif. Akan tetapi terkadang pula,
kecemasan membuat seseorang tidak berdaya dan merasa tidak
mampu menghadapi kecemasan tersebut sehingga ingin lari dari
maslaahnya dengan mengembangkan defend mechanism
(mekanisme pertahanan diri/ego).
Ketika memiliki anak yang menderita skizofrenia, keluarga
memiliki kekhawatiran tersendiri tentang hal tersebut. Hal ini
terjadi karena kebanyakan penderita skizofrenia tidak mampu
melakukan penyesuaian diri.
d. Malu
Malu merupakan perasaan yang muncul ketika seseorang
mengevaluasi tindakanm, perasaan dan perilakunya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
menyimpulkan bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang
keliru, kurang benar atau tidak sesuai (Lewis, 1993, dalam
Strongman, 2003). Meskipun pada kondisi tertentu, malu
merupakan hal yang wajar, namun ada kalanya malu
menyebabkan orang merasa takut atau segan untuk terbuka
kepada orang lain.
Penyebab rasa malu, meliputi 3 hal :
1) Merasa telah melakukan sesutau kekonyolan atau kebodohan
2) Melakukan sesuatu yang dinilai tidak sesuai dengan norma
sekitar
3) Gagal menyesuaikan tindakan dengan standart yang
ditetapkan sendiri.
Perasaan malu bisa muncul melalui proses belajar. Selain
itu, perasaan malu juga bisa terjadi melalui pengalaman yang
tidak menyenangkan, seperti dikritik oleh orang lain, dan
dicemooh. Ketika rasa malu berada dalam tingkat yang tinggi,
maka akan menghambat pergaulan sosial. Seseorang akan
menarik diri secara sosial.
e. Stres karena gangguan perilaku dan kekambuhan
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan dapat membuat produktivitas
seseorang menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Stres merupakan bentuk ketegangan baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan
diakibatkan karena stress disebut strain.
Gejala stress meliputi :
1) Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi
2) Hilang selera makan yang berujung pada penurunan berat
badan
3) Terlihat lelah, atau kurang energi
4) Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan
5) Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya
6) Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih
7) Melankolik yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua
jam dari biasanya, rasa tidak berdaya dipagi hari dan
bergerak lebih lamban
8) Pusing atau sakit perut
9) Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati bahkan bunuh
diri.
Sementara itu, faktor penyebab stress meliputi :
1) Faktor biologis yang terbagi dalam beberapa tipe :
a) Gen
Keadaan individu pada masa konsepsi dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku ibu. Bagaimana ibu berperilakuketika
hamil dan asupan gizi yang sudah terpenuhi atau mal;ah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
defisiensi. Ketika seorang ibu stres, otomatis bayi yang
dikandung akan ikut stres pula dan kebanyakan hal ini
tidak disadari bahkan dapat menyebabkan cacat fisik atau
mental pada bayi.
b) Penyakit
Memiliki penyakit langka, atau sulit disembuhkan dapat
mengakibatkan seseorang memilih untuk mengakhiri
hidupnya. Hal ini karena penyakit dapat membuat orang
merasa tidak berguna. Penyakit yang tidak dapat sembuh
atau tidak ada obatnya dapat menjadi sebuah stressor
c) Tidur
Obat capek yang paling manjur adalah tidur. Ketika porsi
tidur seseorang tidak dapat terpenuhi maka akan terjadi
tekanan dalam diri orang tersebut. Hal ini ditandai
dengan tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dari
biasanya, pusing, sulit beradaptasi dengan lingkungan
dan belum menyadari dimana berada. Hal tersebut
menimbulkan stres baik tingkat ringan maupun tinggi.
d) Postur tubuh
Kebanyakan stressor ini terjadi pada perempuan yang
menyebabkan ingin melakukan apa saja untuk
mendapatkan postur tubuh yang diinginkan/ideal.
e) Kelelahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Faktor ini tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu
penyebab stress yang paling utama. Ketika seseorang
merasa kelelahan maka hal yang ingin segera dipenuhi
adalah beristirahat.
2) Faktor psikologis :
a) Frustasi, sudah sangat jelas bahwa frustasi adalah
penyebab seseorang mengalami stres.
b) Perasaan dan emosi : marah, mudah tersinggung, ,merasa
tidak nyaman, merasa tidak aman, sedih, merasa
bersalah, dll.
c) Pengalaman hidup, meliputi peristiwa-peristiwa hidup
yang dialami oleh seseorang, misalnya kehilangan
tempat tinggal karena bencana alam, kebakaran,
kematian orang yang disayangi, kecelakaan yang
menyebabkan cacat, memiliki keluarga yang menderita
gangguan jiwa, dll. Akan tetapi perpisahan dengan orang
yang dicintai merupakan stressor dari psikologis yang
paling banyak mempengaruhi tingkat kesadaran
seseorang.
d) Keputusan perilaku. Salah mengambil keputusan
membuat orang merasa takut dan tidak mau lagi
menjalani hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
e) Respon berlawanan. Ketika seseorang melawan hal yang
terjadi namun dia tetap tidak merubah keadaan. Disaat
itu orang akan merasa down dan tidak berguna.
3) Faktor sosial :
a) Keluarga. Misalnya terjadi kesalahan pola asuh, yang
diberikan, broken home, keadaan sosial ekonomi.
b) Lingkungan. Peristiwa alam seperti gempa bumi,
tsunami, banjir dan tanah longsor secara langsung
membuat orang memiliki ketegangan tinggi.
c) Dunia kerja. Tugas yang menumpuk atau tugas yang
sedikit namun memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
Gangguan perilaku yang dialami oleh penderita gangguan
jiwa seperti suka tersenyum sendiri, tertawa tanpa sebab, suka
berdiam diri, perilaku yang seperti dihantui atau diteror, dan
terkadang suka mengamuk menyebabkan keluarga mengalami
kesulitan dalam merawat penderita. Keluarga kurang dapat
beristirahat secara maksimal, kelelahan fisik karena merawat
penderita skizofrenia bukanlah hal yang mudah karena
memerlukan perhatian yang ekstra.
Keluarga mengalami peningkatan konflik, sikap saling
menyalahkan satu sama lain, kesulitan untuk mengerti dan
menerima anggota keluarga yang sakit, meningkatnya emosi
ketika berkumpul dan kehilangan energi untuk merawat anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
keluarga yang sakit (Doornbos, 1997 dalam Stuart & Laraia,
2001). Selain itu gangguan yang tidak dapat disembuhkan secara
total dan sering mengalami kekambuhan menambah beban yang
dialami oleh keluarga.
f. Frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam keluarga
Frustasi berasal dari bahasa latin yaitu frustasio yang
artinya perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam
pencapaian tujuan. Frustasi merupaka suatu keadaan ketegangan
yang tidak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas
simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh
rintangan atau hambatan. Frustasi dapat berasal dari dalam
(internal) dan dari luar diri(eksternal). Sumber yang berasal dari
dalam salah satunya seperti kurangnya rasa percaya diri atau
ketakutan pada situasi yang menghalangi pencapaian tujuan
(Kesehatan Mental, 1968).
Terdapat tiga faktor penyebab frustasi yaitu :
1) Frustasi lingkungan, merupakan frustasi yang disebabkan
oleh halangan atau rintangan yang terdapat dalam lingkungan
dimana ia tinggal
2) Frustasi pribadi, merupakan frustasi yang tumbuh dari
ketidakpuasan seseorang dalam mencapai tujuan dengan kata
lain frustasi pribadi ini terjadi karena adanya perbedaan
antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan kemampuannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
3) Frustasi konflik, merupakan frustasi yang disebabkan oleh
konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang dengan
adanya motif saling bertentangan, maka pemuasan dari salah
satu motif yang menyebabkan frustasi bagi motif yang lain.
Penderita gangguan jiwa skizofrenia ketika mengalami
kekambuhan seringkali tidak dapat berkomunikasi secara efektif
sehingga tidak mampu menyampaikan perasaan, tidak mampu
memahami pesan dari orang lain, menginterupsi percakapan,
bahkan mengucapkan kata-kata kasar. Hal ini menyebabkan
perubahan pola interaksi di dalam keluarga tersebut. Anggota
keluarga menjadi kurang maksimal dalam berinteraksi sebab
penderita kesulitan untuk menyampaikan pesan. Penderita juga
tidak dapat menjadi pendengar yang baik, kurang dapat
mengungkapkan diri dan fokus pada isi komunikasi. Oleh karena
komunikasi merupakan kunci di dalam berinteraksi, ketika
penderita dan anggota keluarga yang lain kurang dapat
membangun komunikasi secara baik maka interaksi di dalam
keluarga tersebut juga menjadi terhambat dan membuat keluarga
menjadi frustasi.
3. Permasalahan Finansial
Keluarga memiliki fungsi ekonomi dimana keluarga harus
mampu menyediakan sumber-sumber finansial dan mengalokasikan
sumber-sumber finansial tersebut untuk memenuhi kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
pangan, sandang dan papan dan perawatan kesehatan keluarganya.
Ketika memiliki anak yang menderita gangguan jiwa skizofrenia,
keluarga harus menyediakan biaya untuk pengobatan dan perawatan.
Pembiayaan obat dan perawatan untuk penderita skizofrenia tidaklah
sedikit (Walton-Moss, 2005). Selain itu, keluarga memerlukan biaya
untuk mengantar penderita berobat ke rumnah sakit.
Kondisi penderita gangguan jiwa yang membutuhkan
perhatian ekstra menyebabkan salah satu anggota keluarga harus
mengalami pengangguran. Beberapa dari mereka terpaksa
meninggalkan pekerjaan untuk merawat anaknya yang menderita
gangguan jiwa skizofrenia (WHO, 2001). Keluarga yang tidak hanya
mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan perawatan penderita,
tetapi juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti
kebutuhan pangan dan sandang merasa semakin terbebani.
D. Keluarga Penderita Skizofrenia di Indonesia
Skizofrenia adalah terjadinya perpecahan atau ketidakserasian
antara afeksi, kognitif dan perilaku. Jadi, skizofrenia mengacu pada
perpecahan ego-aspek rasional dalam jiwa sehingga penderitanya tidak
lagi dapat membedakan antara alam khayal dan alam riil. Skizofrenia
merupakan gangguan yang cukup sulit atau hampir tidak dapat
disembuhkan sehingga terkadang menjadi beban bagi keluarga yang
merawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Orang yang menderita skizofrenia semakin lama akan semakin
terlepas dari masyarakat karena dianggap gagal berfungsi sesuai dengan
peran yang diharapkan (Keith, Regier & Rae, 1991). Penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa terdapat stigma terhadap penderita skizofrenia dan
memberikan konsekuensi yang negatif bagi keluarga maupun penderita
sendiri (NAMI dalam Jo. C Phelan dkk., 1998; Willis, 1982; Corrigan,
2004). Stigma yang ada di dalam masyarakat tersebut membuat penderita
skizofrenia dan keluarganya mengalami isolasi sosial dan diskriminasi
(Fenton, 2005). Keluarga yang memiliki salah satu anggota menderita
skizofrenia akan secara drastis terasing dari lingkungannya, diremehkan
dan menjadi bahan pergunjingan di masyarakat. Hal ini akan berdampak
pada status sosial ekonomi keluarga, sehingga terkadang penderita
skizofrenia menjadi beban tersendiri bagi keluarga dan diasingkan karena
dianggap sebagai pembawa malapetaka (Saseno, 2001). Selain itu, stigma
juga berdampak pada kemauan keluarga untuk mengungkapkan masalah
yang mereka hadapi terkait dengan keberadaan penderita skizofrenia dan
juga dalam hal mencari bantuan. Keluarga yang sangat sensitif tentang
dugaan pandangan kerabat atau tetangga tentang masalah gangguan jiwa
akan lebih tertutup tentang keberadaan anggota keluarganya yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan penjelasan di atas, stigma merupakan
masalah yang serius bagi penderita skizofrenia dan keluarganya, namun
belum banyak penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hal
tersebut (NAMI dalam Jo. C. Phelan dkk., 1998; Willis, 1982).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Keberadaan penderita skizofrenia di tengah-tengah keluarga
membuat keluarga juga memiliki stigma terhadap anggota keluarga
tersebut dan penyakit yang dideritanya. Keluarga yang anggotanya
menderita skizofrenia dan dirawat di rumah sakit, mereka akan lebih
cenderung untuk menyembunyikan masalah tersebut (Jo. C. Phelan dkk,
1998).
Penelitian terdahulu telah banyak yang menunjukkan bahwa
skizofrenia cenderung menurun dalam keluarga. Pada keluarga tingkat
pertama akan mendapat sepuluh kali lipat resiko menderita skizofrenia
(Davidson dkk., 2006). Meskipun skizofrenia bersifat menurun, faktor-
faktor eksternal dari penderita skizofrenia seperti peristiwa-peristiwa yang
terjadi di dalam keluarga juga dapat menyebabkan dan memperburuk
keadaan penderita skizofrenia. Sebagai contoh, interaksi anak dan orang
tua pada masa kanak-kanak awal yang terganggu dapat menyebabkan
anak mencari perlindungan pada fantasi pribadinya sehingga membangun
gejala yang akhirnya menjadi skizofrenia (Jeffrey S. Nevid dkk., 2005).
Selain itu, gaya komunikasi yang menyimpang di dalam keluarga juga
dapat menyebabkan stres bagi penderita sehingga frekuensi gejala
kelainan orang dengan skizofrenia yang tinggal dengan keluarga akan
meningkat (Jeffrey S. Nevid dkk., 2005; Mueser & Gingerich, 2006). Pola
komunikasi yang dimiliki oleh keluarga yang dengan anggota skizofrenia
cenderung kacau (Bateson dalam Klein, 1996, h. 170). Kondisi yang
demikian membuat anak mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
keluarganya sendiri sehingga mulai muncul gangguan psikis pada diri
anak (Klein, 1996, h.171).
Ketika anggota keluarga yang menderita skizofrenia kembali ke
rumah, keluarga memiliki tanggung jawab untuk merawat mereka. Jangka
waktu perawatan yang lama membuat keluarga seringkali merasa
frustrasi karena kurangnya kemajuan yang tampak dalam
pengobatan. Apalagi ditambah dengan isolasi sosial dari masyarakat
sekitar yang membuat keluarga tidak memiliki akses untuk meminta
bantuan. Akhirnya dukungan emosional suatu keluarga menjadi
berkurang dan beberapa keluarga memutuskan semua kontak dengan
penderita skizofrenia. Hal tersebut semakin menghambat proses
penyembuhan skizofrenia karena pada dasarnya orang yang menderita
skizofrenia membutuhkan dukungan moral dan spiritual dari orang-orang
terdekatnya (Fox, 1968; Hudson, 1978).
Keluhan yang paling umum di antara teman dan anggota keluarga
dari orang dengan skizofrenia adalah tidak memahami bagaimana cara
untuk membantu mereka, atau memberikan dukungan lanjutan, serta
dukungan jangka panjang yang sebetulnya dapat membantu menghindari
penderita skizofrena menjadi gelandangan, tunawisma atau menganggur.
Namun, keluhan tersebut kurang mendapat perhatian dari para ahli karena
kebanyakan dari mereka lebih memfokuskan penelitian pada penderita
skizofrenia saja. Padahal, keberhasilan pelayanan pada pasien skizofrenia
sangat kompleks, tergantung dari kerjasama tim kesehatan jiwa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
masyarakat yang meliputi dokter, perawat dan pekerja sosial dengan
pasien dan keluarganya (Falloun, 1990).
Status sehat dan sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi
satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh
keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan
status kesehatan anggota. Oleh karena itu, pengaruh dari status sehat dan
sakit pada keluarga saling mempengaruhi atau sangat bergantung satu
sama lain (Marilyn, 1998).
Skizofrenia merupakan gangguan yang parah dan mengakibatkan
stres bagi penderita dan keluarganya (Stanley & Shwetha, 2006). Dalam
merawat penderita skizofrenia, keluarga dituntut untuk memiliki
kesabaran dan ketelatenan. Hal ini disebabkan karena penderita
skizofrenia sangat rentan terhadap kekambuhan. Mengembalikan
penderita skizofrenia pada masyarakat sering menimbulkan kesulitan-
kesulitan pada keluarganya. Kesulitan keluarga pengasuh penderita
skizofrenia antara lain adalah akses ke layanan spesialis, ketersediaan
layanan tambahan seperti perawatan tangguh, kelayakan untuk bantuan
keuangan (misalnya, pembayaran penjaga), dan dukungan terapi untuk
diri mereka sendiri (Edwards, Higgins, Gray, Zmijewski , & Kingston
2008). Ada dua problem yang dihadapi keluarga penderita skizofrenia
yaitu masalah yang berhubungan dengan penarikan sosial (social
withdrawl) karena penderita skizofrenia tidak dapat berinteraksi dengan
anggota keluarga lain dan masalah yang berhubungan dengan gangguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
dan perilaku sosial yang memalukan seperti tidak bisa istirahat, aneh,
adanya ancaman kekerasan dan sebagainya (Gelde, et al., 1996).
Dalam menghadapi penderita skizofrenia, terdapat permasalahan
sosio-psikologis pada keluarga yang terjadi selama melakukan perawatan
terhadap penderita skizofrenia. Permasalahan sosial merupakan suatu
fenomena atau gejala kehidupan yang mengandung beberapa hal yaitu:
(1) sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai
dengan nilai-norma yang dijunjung tinggi oleh kelompok; (2) sesuatu
yang dilakukan individu atau kelompok itu telah menyebabkan terjadinya
disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan (3) sesuatu yang dilakukan
inidividu atau kelompok itu telah memunculkan
kegelisahan,ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok (Coleman,
J.W and Cressey, D.R. 1984). Menurut Parrilo dalam Soetomo (1995),
untuk dapat memahami pengertian masalah sosial perlu diperhatikan
empat hal, yaitu: (1) masalah itu bertahan untuk suatu periode waktu
tertentu; (2) dirasakan dapat menyebabkan beragam kerugian secara fisik
dan non fisik pada individu dan kelompok; (3) merupakan pelanggaran
terhadap nilai atau standar sosial atau sendi-sendi kehidupan masyarakat;
dan (4) menuntut adanya usaha untuk dicarai pemecahannya.
Menurut Anas Tamsuri, psikologis adalah masalah-masalah
perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan,
elektrolit, dan asam-basa dalam diri seseorang. Menurut Bison
Simamora, psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
seseorang dan unsur-unsur psikologis ini meliputi motivasi, persepsi,
pembelajaran, kepribadian, memori, emosi, kepercayaan, dan sikap.
Sementara menurut Nursalam, psikologis merupakan hal yang merupakan
kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya
menghadapi stress yang disebabkan situasi dan lingkungan. Dari definisi
yang diuraikan oleh beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
psikologis adalah masalah-masalah perilaku atau emosional dari dalam
individu yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan, elektrolit dan
asam basa sehingga mempengaruhi kemampuan individu dalam
memanfaatkan stres yang disebabkan oleh situasi dan lingkungan. Oleh
karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan psikologis
adalah masalah-masalah berkaitan dengan perilaku atau emosional yang
mempengaruhi kemampuan individu dalam memanfaatkan stres yang
disebabkan oleh situasi dan lingkungan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dalam memberikan
perawatan bagi penderita skizofrenia, keluarga mengalami beban yang
sangat berat. Beban psikologis yang dialami oleh keluarga tercermin
dalam beberapa istilah yang mereka gunakan untuk menggambarkan
kondisi yang mereka alami. Misalnya menggambarkan bahwa
pengalaman merawat penderita skizofrenia sebagai sebuah malapetaka
yang besar, pengalaman yang menyakitkan, menghancurkan, penuh
dengan kebingungan dan kesedihan yang berkepanjangan (Marsh, 1992;
Pejlert, 2001). Keluarga mengalami perasaan kehilangan baik dalam arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
nyata (kehilangan orang yang dicintai) maupun kehilangan secraa
simbolik (kehilangan harapan di masa depan karena penderita tidak dapat
mencapai apa yang diharapkan)(Lefley, 1987; Marsh & Johnson, 1997).
Penderita skizofrenia pada umumnya memiliki kesulitan untuk
berkomunikasi, tidak dapat merawat diri sendiri dan suka mengamuk.
Selain itu, di masyarakat juga masih terdapat stigma yang kuat terhadap
skizofrenia. Bagi masyarakat, penderita skizofrenia sering dianggap
sebagai ancaman dan membahayakan karena perilakunya yang tidak
terkontrol. Hal ini membuat keluarga memiliki beban tersendiri karena
merasa malu dengan kondisi anaknya yang merupakan aib. Selain itu,
keluarga juga mengalami isolasi sosial dan diskriminasi dari masyarakat
sekitar sehingga seringkali tidak memiliki akses untuk meminta bantuan
(McGorry, 1995; Fenton, 2005).
Sementara itu, keluarga perlu meningkatkan kualitas hidupnya
sendiri agar dapat terus memberikan dukungan kepada penderita
skizofrenia. Peningkatan hidup bisa dimulai dengan perawatan diri.
Pemenuhan kebutuhan orang lain harus diseimbangkan dengan
pemenuhan kebutuhan sendiri. Kenyamanan psikis dan sosial dapat
dicapai melalui berbagai aktivitas yang memberikan suatu bentuk
dekompresi. Keluarga harus mengenali dan menghadapi tanda awal
distres atau ketidaktepatan koping.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam merawat
anggota keluarga yang menderita skizofrenia dapat menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
perasaan terbebani dan ketegangan sehingga kualitas hidup orang tua
menjadi berkurang (Sales dalam Stanley & Shwetha, 2006, h.4). Ivarsson
et.al (2004) menyatakan bahwa beban orang tua yang merawat merupakan
hal yang kompleks dan mencakup beberapa hal seperti kegiatan sehari-
hari, kecemasan dan tekanan sosial (Stanley & Shwertha, 2006, h.4).
Namun, keluarga biasanya diharapkan menjalankan peran untuk merawat
penderita skizofrenia tanpa memperhatikan konsekuensi emosional, fisik
dan keuangan yang mungkin terjadi (Kasuya, Polgar-Bailey & Takeuchi,
2000). Terlepas dari hal itu, penderita skizofrenia tetap membutuhkan
support dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Keluarga terlebih
dahulu perlu meningkatkan quality of life dirinya agar nantinya dapat
terus memberikan dukungan kepada penderita skizofeenia agar dapat
kembali berfungsi secara maksimal dalam menghadapi tuntutan
kehidupan sehari-hari.
E. Review Penelitian Sebelumnya tentang Skizofrenia
Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang dampak skizofrenia
bagi keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keluarga
memiliki beban dalam merawat penderita skizofrenia di rumah.
Penelitian yang dilakukan oleh Mandelbrote&Folkard (1961a,b)
ingin menunjukkan sejauh mana keluarga merasa terganggu dengan
kehadiran penderita skizofrenia di rumah. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa 55% dari sampel penelitian mengalami gangguan
dalam beberapa hal dan hanya 2% keluarga yang mengalami stress berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
Peneliti menggambarkan situasi khas dari stres yaitu ketika penderita
skizofrenia marah kepada keluarganya atau ketika keluarga mencegah
penderita skizofrenia melakukan hal-hal tertentu. Hal ini menjadi
kelemahan penelitian karena peneliti tidak jelas memberikan definisi
tentang stress yang dialami oleh keluarga.
Selain itu, t