GAMBARAN PENGGUNAAN SISTEM KOMPUTERISASI …
Transcript of GAMBARAN PENGGUNAAN SISTEM KOMPUTERISASI …
GAMBARAN PENGGUNAAN SISTEM KOMPUTERISASI PELAYANAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PADASUKA
KOTA CIMAHI
Wowo Trianto, Sabarinah
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Abstrak
Sistem komputerisasi rawat jalan di Puskesmas digunakan untuk mempermudah kegiatan sistem pencatatan pasien dan pelaporan Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan pemanfaatan penggunaan sistem komputerisasi pelayanan rawat jalan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di Puskesmas Padasuka wilayah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Juni 2014. Hasil menunjukan bahwa dalam melaksanakan Sistem Komputerisasi Rawat Jalan di Puskesmas Padasuka saat ini terkendala di komponen masukan, baik dari segi metode, sumberdaya manusia, pembiayaan dan peralatan. Pada komponen proses, pelaksanaan sistem komputerisasi hanya melibatkan petugas pendaftaran dan obat, sedangkan penggunaan Pcare untuk pasien dengan kepesertaan BPJS belum dapat terlaksana sampai dengan sekarang. Pada komponen keluaran, ditemukan kelengkapan data sosial pasien yang lengkap, kelengkapan data medis masih banyak item data yang tidak diisi petugas, dan beberapa jenis data yang terdapat pada sistem komputerisasi pasien belum dapat diolah untuk dimanfaatkan oleh petugas pemegang program yang ada di Puskesmas. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai kendala yang ada dalam pelaksanaan sistem komputerisasi, diperlukan sebuah komitmen yang tinggi antara Kepala Puskesmas sebagai pihak penyelenggara, dan Dinas Kesehatan Kota Cimahi sebagai penentu kebijakan dalam penggunaan Sistem Komputerisasi Rawat Jalan. Kata kunci: Informasi Kesehatan, Sistem Informasi Puskesmas
Describe of Computerized System of Outpatients Care in Padasuka Public Health
Center Cimahi Distric
Abstract
Computerized system of Outpatients Care in Padasuka Public Health Center used to facilitate the writing and reporting activities in Public Health Center. Purpose of the research is to describe the use of computerized system of outpatients in daily activity at Padasuka Public Health Center, Cimahi Distric West Java. Research design is qualitative descriptive. The research was done March-June 2014. Result indicated that implementation of computerized system of outpatients in Padasuka Public Health Center has barriers in the input component, methods, human resources, finance and tools. In process component, implementation of computerized system only involving register and medicine worker, while the use of Pcare for BPJS members can’t to be accomplished until now. In the output component, found complete of social data patients, but medical data still a lot of not complete, and several types of data in computerized system can’t to prossecced for to use program officer in Public Health Center. Therefore, to eliminate barriers of computerized system in implementation need ahigh commitment between head Public Health Center and Public Health Department Cimahi Distric as policy maker in implementation computerized system of Outpatients. Keywords: Health information, health center information system
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Pendahuluan
Fasilitas pelayanan tingkat pertama salah satunya adalah Puskesmas, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan Republik Indonesia, mendefinisikan
bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/ Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota (UPTD).
Pemerintah Kota Cimahi membuat sistem komputerisasi rawat jalan yang diberlakukan pada
tahun 2005 di tiga Puskesmas. Tujuan penggunaan sistem komputerisasi rawat jalan adalah
untuk meningkatkan Pelayanan Publik dan kepuasan pelayanan/ pelanggan, untuk
mempermudah dan meningkatkan ketepatan data terutama penyakit yang diderita oleh
masyarakat wilayah binaan, dan meningkatkan perencanaan berdasarkan evidence base.
SIMPUS ini dapat membantu mendapatkan data dengan cepat, tepat dan akurat serta dapat
membantu pimpinan dalam mengambil kebijakan dan perencanaan yang evidence based.
Puskesmas Padasuka terletak di jalan Kebon Manggu no 354, Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah. Memiliki wilayah kerja seluas 335,77 ha yang terdiri dari 2 (dua)
Kelurahan, yaitu: kelurahan Padasuka dengan luas 198,18 Ha dan Kelurahan dengan luas
Setiamanah : 137,59 Ha. Terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Dimana
Puskesmas Padasuka merupakan salah satu Puskesmas yang melaksanakan sistem
komputerisasi semenjak tahun 2010 dan diberlakukan di 9 (sembilan) Puskesmas lainnya dari
13 puskesmas yang ada di Kota Cimahi.
Dari hasil wawancara saat magang dengan Petugas Tim SIK Dinas Kesehatan dari hasil
supervisi, Puskesmas Padasuka memiliki hasil entri data yang lengkap diantara Puskesmas
yang lainya, namun dalam pengiriman laporan masih sering terlambat. Apabila dilihat dari
faktor input di semua Puskesmas yang berada di Kota Cimahi semua sama, baik dilihat dari
jumlah tenaga, material, dana dan metoda.
Selain itu juga Puskesmas Padasuka Kota Cimahi sebagai pelayanan fasilitas kesehatan
tingkat pertama bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, harus dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan komprehensif pada bulan Januari 2014. Dengan adanya Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), BPJS mengeluarkan sistem komputerisasi pasien tersendiri yang
dinamakan Pcare (Primary Care), dan secara nasional seluruh Puskesmas wajib
melaksanakan sistem tersebut. Puskesmas Padasuka sebagai pelaksana pemberi pelayanan
wajib mengumpulkan data pasien dengan cara mengentri data pelayanan ke dalam Pcare,
namun hingga bulan juni ini penggunaan Pcare tidak dapat terlaksana di Puskesmas.
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Tujuan penelitian adalah menggambarkan pemanfaatan penggunaan Sistem Komputerisasi
Pelayanan Rawat Jalan, dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di Puskesmas Padasuka
wilayah Kota Cimahi.
Tinjauan Teoritis a. Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan menurut Budi at al. (2008) adalah seperangkat komponen
dan prosedur yang terorganisasi dengan tujuan untuk menghasilkan informasi untuk
memperbaiki keputusan manajemen di semua tingkat organisasi sistem pelayanan
kesehatan. Tujuannya untuk mengurangi redudansi data, menyediakan data yang
berkualitas, memelihara integritas data, melindungi keamanan data, memudahkan
antarmuka dengan kemajuan teknologi, dan memudahkan akses ke data yang terintegrasi
(Sri et.al.,2009)
b. Rekam Kesehatan Berdasarkan Komputer
Rekam kesehatan elektronik adalah pengumpulan data medis yang berhubungan dengan
satu subjek pelayanan, yaitu data pasien yang disimpan di bagian komputer berbasis
sistem informasi kesehatan (Winter et.al.,2011). Penyelenggaraan Rekam Medis
Elektronik seperti yang tertuang dalam permenkes 269 tahun 2008 pada pasal 2 yaitu; (1).
Rekam medis harus dibuat secara lengkap tertulis dan jelas atau secara elektronik (2).
Penyelengaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur
lebih lanjut dengan peraturan sendiri. Dalam melaksanakan RKE, ada beberapa kelebihan
dan kekurangan. Menurut Gemala et.al.(2008) kelebihan yaitu; memungkinkan akses
informasi cepat dan mudah, memungkinkan adanya copy cadangan informasi yang dapat
diambil bila yang asli hilang atau rusak, memproses transaksi dalam jumlah besar dan
sulit secara cepat, memungkinkan mengaskses secara cepat untuk beragam sumber
profesional, memungkinkan mengakses secara lebih canggih dan dapat melihat rancang
sesuai kehendak. Sedangkan kekurangan dari penggunaan RKE, yaitu; kurang definisi
yang jelas, sulit memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam, kurangnya standarisasi,
adanya potensi ancaman terhadap privasi dan sekuritas, biaya.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan studi
kasus dimana peneliti menyajikan deskripsi yang mendalam dan lengkap untuk mengetahui
gambaran penggunaan sistem komputerisasi pelayanan rawat jalan di Puskesmas Padasuka
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Kota Cimahi. Informan penelitian berjumlah 8 orang, adalah petugas kesehatan yang terlibat
secara langsung dalam kegiatan penggunaan SIMPUS, yang terdiri dari; Petugas pendaftaran
berjumlah 4 orang; Petugas apotek pada pelayan farmasi berjumlah 2 orang; Kepala
Puskesmas berjumlah 1 orang; Tim IT Simpus Dinas Kesehatan berjumlah 1 orang.
Instrumen penelitian yaitu; Pedoman wawancara mendalam; Alat pencatat dan perekam suara
(Voice recorder); Panduan penelusuran dokumen (check list) seperti laporan bulanan, tupoksi,
dan hasil entry data sistem kompterisasi rawat jalan selama 3 bulan. Teknik pengumpulan
data terdiri dari data primer dan data sekunder. Hasil Penelitian a. Komponen Masukan
Menurut hasil wawancara diperoleh gambaran bahwa SOP pelayanan yang berkaitan entri
data telah di buat, dan buku Pedoman SIMPUS telah diterima oleh Puskemas, namun
pimpinan kurang mengetahui mengenai Buku Petunjuk Teknis penyelenggaraan SIMPUS di
Puskesmas. Sedangkan untuk penggunaan Pcare di Puskesmas, petugas puskesmas hanya
dilakukan pelatihan tanpa modul. Selain itu Puskesmas masih belum memiliki memiliki,
ketetapan petugas siapa saja yang terlibat.
Dilihat dari segi sumber daya manusia terlaksananya kegiatan sistem komputerisasi pasien
rawat jalan tidak terlepas dari ketersediaan tenaga yang ada. Tidak semua petugas dapat
mengoperasionalkan sistem komputerisasi rawat jalan. Pendidikan dan keterampilan yang
menunjang yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan tentunya amat sangat menunjang,
namun hal ini belum dapat terpenuhi karena petugas memiliki latar belakang pendidikan yang
berbeda. Agar dapat sistem komputerisasi terlaksana di Puskesmas, petugas yang dilatih telah
melakukan sosialisasi terhadap petugas yang ada di pendaftaran dan di bagian obat. Dalam
melaksanakan pendaftaran, petugas pendaftaran di Puskemmas Padasuka berjumlah 2 orang,
dan setiap petugas memiliki pekerjaan ganda. Setelah pasien didaftarkan, entri data medis
dilakukan oleh petugas yang berada dipendaftaran, dikarenakan di Poli Umum ataupun di Poli
Gigi tidak ada komputer. Entri data obat dilakukan oleh petugas apotek setelah pelayan
pemberian obat berakhir, entri dilakukan oleh dua orang petugas farmasi.
Kelancaran penggunaan sistem komputerisasi pasien rawat jalan di Puskesmas tidak lepas dari
adanya dukungan anggaran yang bersumber pada APBD. Jumlah komputer yang ada di
Puskesmas Padasuka berjumlah 4 buah, namun 2 yang rusak. Hasil wawancara dan telaah
dokumen didapatkan bahwa pemeliharaan komputer pada tahun sebelumnya hanya satu kali
dianggarkan dengan jumlah satu juta rupiah pada tahun 2013, dan untuk tahun 2014 belum
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
dianggarkan. Selain itu Puskesmas tidak memberikan insentif bagi petugas pendaftaran,
namun dinas kesehatan yang memberikan insentif kepada penanggungjawab SP3, sebesar Rp.
50.000 rupiah. Uang ini turun tiap tiga bulan sekali, namun kenyataan dilapangan uang
tersebut di potong oleh Puskesmas untuk masuk ke Kas Puskesmas, dan sisanya petugas
membagi rata kepada petugas yang terlibat entri data.
Untuk kelancaran dalam pelaksanaan sistem komputerisasi pasien rawat jalan, ketersediaan
sarana komputer yang memadai serta sarana penunjang.
Tabel 1 Jumlah Komputer Berdasarkan Jenis Pelayanan
No Jenis Pelayanan Ruang Jumlah 1 Pendaftaran 1 2 buah 2 UGD 2 - 3 Poli Anak & MTBS (0-5th) 3 - 4 Poli Umum (5-50 th) 4 1 rusak 5 Poli Lansia (> 50 th) 5 - 6 Poli Gigi 6 - 7 Poli KIA-KB 7 - 8 Persalinan 7 - 9 Klinik Paru (Pengambilan Obat TB) 8 - 10 Klinik Konseling Terpadu 9 - 11 Pelayanan Lainnya 1 - 12 Apotek 10 1 buah Jumlah Total 4 buah
Dari hasil observasi di gambarkan, jumlah komputer 4 buah yang terhubung jaringan LAN, 2
di ruang pendaftaran, 1 poli umum, dan 1 ruang obat. Hanya untuk di poli umum rusak. Dari
hasil observasi bahwa dalam melaksanakan sistem komputerisasi rawat jalan tersedia printer
dan modem, namun modem sampai saat ini tidak dipasang.
b. Komponen Proses
Proses entri data di Puskesmas Padasuka, bermula dari proses entri data pasien dibagian
pendaftaran, entri diagnosa sampai dengan entri obat dibagian apotik. Pada saat pertamakali
melakukan pendaftaran, petugas mengeklik dua kali icon bertuliskan “SIMPUS”. Selanjutnya
petugas menulis “User Name” dan “Password”. Setelah sistem terbuka, petugas melakukan
registrasi pendaftaran dan untuk entri data hasil pemeriksaan pasien dapat dilakukan sesudah
pasien pulang, atau hari berikutnya.
Saat melakukan entri data medis pasien petugas pendaftaran, melihat dari resep pasien bukan
dari rekam medis, karena dokter telah memberi diagnosa diresep pada bagian ujung atas.
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Alasan petugas pendaftaran mengentri data dari resep, karena pada resep telah tercetak nomor
register pelayanan sehinga dapat dengan mudah mengetik kode penyakit sama nama
pemeriksa.
Petugas pendaftaran hanya mengisikan data kode penyakit pasien dan nama pemeriksa,
karena untuk mengisi data seperti pemeriksaan fisik, anamnesa perlu melihat berkas rekam
medis pasien. Dan petugas berpikir kalo data penyakit diperlukan dan nama pemeriksa
diperlukan untuk laporan penyakit dan laporan BPJS. Bila melakukan entri data pasien
petugas menemukan resep tanpa menuliskan nama penyakit maka petugas melihat jenis obat
yang digunakan. Kepala Puskesmas tidak menganjurkan kepada petugas di pelayanan untuk
melakukan entri data pasien, sehingga tidak dilakukan Pelatihan terhadap petugas medis dan
paramedis untuk mengenalkan penggunaan sistem komputer yang ada.
Kesulitan dalam melaksanakan sistem komputerisasi pasien tidak ada petugas khusus yang
memegang entri data sehingga pekerjaan menjadi ganda. Puskesmas pembantu (PUSTU),
untuk data pasien yang berobat, petugas pendaftaran hanya menjumlahkan pasien yang
dilayani pada akhir bulan sedangkan diagnosanya tidak dicatat kedalam komputer, hal
tersebut diketahui oleh Kepala Puskesmas Padasuka, bahwa untuk data penyakit dan pasien
yang bersumber dari PUSTU tidak tersekap dalam kegiatan komputerisasi. Sedang untuk obat
direkap ke komputer diatas namakan satu orang.
Penggunaan Pcare (Primary Care)
Pada bulan Januari 2014 Puskesmas wajib melayani pasien dengan menggunaan kartu BPJS,
sampai pada saat ini penelitian berlangsung Puskesmas belum menggunakan. Dalam
menggunakan Pcare harus terhubung dengan internet, petugas tinggal memasuki website
BPJS dengan menuliskan http://pcare.bpjs-kesehatan.go.id. Dari hasil wawancara mendalam
Tim SIK Dinas Kesehatan Kota Cimahi, sebelumnya petugas di undang pelatihan untuk
melaksanakan penggunaan Pcare. Kemudian puskesmas diberi pemasangan internet Speedy.
Namum pemakaian internet tidak lagi dilakukan karena Puskesmas belum membayar biaya
langganan. Petugas beranggapan belum ada kejelasan siapa yang harus melakukan
pembayaran, apakah pihak dari BPJS atau pihak Puskesmas. Dalam pemasangan perangkat
internet, ternyata pihak Dinas Kesehatan Kota Cimahi juga telah mengangarkan pemasangan
internet untuk tahun 2014 dan akan dipasangkan pada bulan Oktober 2014, sehingga
kemungkinan akan satu perangkat internet yang tidak dipakai.
Pada gambar 5.19, menunjukan perbandingan data yang harus di isi oleh petugas pendaftaran
pada saat melakukan entri data pasien baru. Pada SIMPUS Data Pasien bersumber data
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
kependudukan, sedangkan pada Pcare data pasien bersumber pada peserta BPJS yang telah
terdaftar. Pada data pendaftaran item data yang dimunculkan pada menu, sangat sedikit, hanya
memunculkan nama, jenis kelamin, tanggal lahir dan umur. Sedangkan pada SIMPUS sangat
banyak item data yang dimunculkan pada menu pendaftaran pasien.
Gambar 5.19 Perbandingan Data Pcare dan SIMPUS
Saat Melakukan Entri Pasien Baru
SIMPUS Pcare
No RM
Nama
Jenis Kelamin
Tgl Lahir
Umur
Gol. darah
No KIP
No NIK
RT
RW
Wilayah
Provinsi
Kecamatan
Kelurahan
Kota
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
No KK
Nama KK
Hub Keluarga
No Kartu
Nama
Jenis Kelamin
Tgl Lahir
Umur
PPK Umum
Data kependudukan
Kota Cimahi
Data Peserta BPJS
No Jamkes
Sumber Data
Jenis Data
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Setelah melakukan entri data pasien baru, proses selanjutnya petugas melakukan registrasi
pendaftaran. Pada saat registrasi terdapat kesamaan antara Pcare dan SIMPUS. Hanya pada
Pcare terdapat data dimana petugas harus memilih rawat jalan atau rawat inap, sedangkan
pada SIMPUS tidak ada. Poliklinik tujuan pada Pcare terbatas pada lima jenis pelayanan,
sedangkan pada SIMPUS terdapat tujuh jenis. Pada Pcare petugas pendaftaran diharuskan
melakukan pemeriksaan fisik sedangkan pada SIMPUS tidak.
Gambar 5.20 Perbandingan Data Pcare dan SIMPUS
Saat Melakukan Registrasi
SIMPUS Pcare
Tgl Kunjungan
Umum
Lansia
KIA
MTBS
Tgl Kunjungan
Perawatan
Rawat Jalan
Rawat Inap
Poli Tujuan
Poliklinik
Gigi
Konseling
Lab
Cara Bayar
Keluhan
Umum
Lansia
KIA
Imunisasi
Gigi
No Kunjungan
Tinggi Badan
Berat Badan
Sistole
Diastole
Repiratory rate
Heart rate
Poliklinik tujuan
Cara Pembayaran
Anamnesa, Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan pasien saat melakukan entri data medis, item isian pada Pcare tidak
selengkap pada SIMPUS, dimana pada SIMPUS ada kolom isian kebutuhan penentuan jenis
kasus apakah baru atau lama, jenis kunjungan apakah baru atau lama, suhu tubuh pasien, dan
pemeriksaan fisik pasien. Kesamaan dalam pengisian data penyakit pada form simpus dengan
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Pcare, pemeriksa tingga mengisi keluhan, terapi dan diagnosis sedangkan SIMPUS item data
dilakukan pada saat pemeriksaan.
Gambar 5.24 Perbandingan Data Pcare dan SIMPUS
Entri Penyakit
SIMPUS Pcare
Nomor Kunjungan
Kunjungan Baru
Kunjungan Lama
Kasus
Baru
Nomor Kunjungan
Keluhan
Terapi
Diagnosa
Kesadaran
Jenis Kunjungan
Lama
Sistol
Diastol
Nadi
Compos mentis
Somnolance
Sopor
Coma
RespirasiTinggi Badan
Berat Badan
Sistole
Diastole
Repiratory rate
Heart rate
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Pemeriksaan Fisik
Status Gizi
Anamnesa
Pemeriksa
Diagnosa 1
Diagnosa 2
Diagnosa 3
Diagnosa 4
Rujukan
Tujuan Rujukan
Tenaga Medis
Status Pulang
Sembuh
Dirujuk
Konsep entri data obat pada Pcare, harus dilakukan oleh petugas pemeriksa pasien bukan oleh
petugas obat. Dikarenakan rekapitulasi obat menyatu dengan form pemeriksaan pasien, dan
dientri setelah petugas menentukan diagnosa penyakit. Apabila petugas menyimpan data
pemeriksaan sedangkan data obat kosong, petugas tidak dapat melakukan penambahan data
obat, secara otomatis tidak dapat dilakukan edit data.
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Pada form pelaporan Pcare, petugas Puskesmas dapat melihat jumlah rekapitulasi peserta
BPJS setiap bulan, peserta memilih pelayanan Puskesmas Padasuka sebagai tempat pelayanan
dasar. Selain itu petugas dapat mengetahui apakah terjadi peningkatan dan penurunan jumlah
peserta. Report lainya yang tersedia dalam sistem Pcare adalah dapat mencetak.
c. Komponen Keluaran
Kelengkapan Data Individu
Dari hasil telaah dokumen (tabel 5.5), dengan mereview kelengkapan identitas pasien pada
entri komputer periode bulan 1 Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014, dengan jumlah
pasien baru 2.322 orang. Dari item identitas pasien baru, ada 26 item yang harus diisi oleh
petugas pendaftaran, pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Januari 2014 terdapat
46% item tidak lengkap, dan 54 item petugas mengisi dengan lengkap (gambar 5.30).
Tabel 5.5 Persentase Kelengkapan Identitas Pasien
No Identitas Pasien Kelengkapan 1 No RM 100% 2 No BPJS 100% 3 Nama Pasien 100% 4 Tangal Lahir 100% 5 Umur 100% 6 Jenis Kelamin 100% 7 Nomor Kartu 0% 8 Nomor KTP 10.42% 10 Nomot NIK 38.55% 11 Alamat 100% 12 RT 100% 13 RW 100% 14 Wilayah 100% 15 Nama KK 90.91% 16 Nomor KK 36.19% 17 Kelurahan 98.97% 18 Kecamatan 99.19% 19 Kota 100% 20 Propinsi 100% 21 Hubungan Keluarga 100% 22 Pendidikan 40.09% 23 Agama 85.63% 24 Pekerjaan 39.97% 25 Golongan Darah 36.92% 26 Status Perkawinan 55.75%
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Kelengkapan Data Medis Pasien
Hasil telaah dokumen dengan melihat kelengkapan data medis pasien pada entri komputer
periode bulan 1 Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014, dengan jumlah pasien yang
diperiksa sebanyak 6.364 orang. Untuk ketidak lengkapan isian data medis pasien, yang tidak
di isi sama sekali adalah Keluhan Utama, Nadi, Respirasi, Suhu, Berat Badan, Tingi Badan,
Status Gizi, Anamnesa, Pemeriksaan Fisik.
Tabel 5.6 Persentase Kelengkapan Identitas Pasien
No Identitas Pasien Kelengkapan 1 Keluhan Utama 0% 2 Sisto 3.14% 3 Diastol 3.14% 4 Nadi 0% 5 Respirasi 0% 6 Suhu 0% 7 Berat Badan 0% 8 Tinggi Badan 0% 10 Status gizi 0% 11 Anamnesa 0% 12 Pemeriksaan fisik 0% 13 Kode ICD 97.27% 14 Diagnosa 97.27% 15 Pemeriksa 97.81% 16 Kasus Baru/Lama 100% 17 Rujukan 100% 18 Tujuan Rujukan 95.61%
Pelaporan
Laporan berdasarkan periode waktu pengerjaan yang dihasilkan dari sistem komputerisasi ada
dua bagian, yaitu laporan harian dan laporan bulanan puskesmas. Laporan harian berupa
laporan terkait dengan jumlah keuangan yang diperoleh dari pelayananan pasien, namun
pelaksanaan dilapangan petugas tidak mencetak laporan keuangan yang berada pada sistem
yang tersedia, petugas menghitung kembali secara manual. Hal tersebut dilakukan karena
kemungkinan terjadi selisih antara jumlah yang dientri dengan karcis yang dipergunakan.
Laporan bulanan Puskesmas yang dihasilkan dari sistem komputerisasi adalah jumlah
kunjungan pasien, jenis pasien dan penyakit pasien. Dari hasil observasi diperoleh gambaran
bahwa Puskesmas Padasuka memiliki 71 laporan bulanan yang harus dikirimkan kesetiap
bidang yang ada di Dinas Kesehatan Kota Cimahi, yang terdiri dari Bidang Yanmas 42 buah
jenis laporan, Bidang Pelayanan Medik 17 buah jenis laporan, Bidang P2PL 13 buah jenis
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
laporan, Bidang Jamproinfokes sebanyak 7 buah jenis laporan dan TU sebanyak 5 buah jenis
laporan. Dikarenakan banyaknya jenis laporan petugas puskemas tidak dapat memenuhi
ketepatan waktu dalam mengirim data walaupun menggunakan sistem komputerisasi rawat
jalan. Dikarenakan laporan melibatkan beberapa program kegiatan yang menyebabkan sering
terjadi keterlambatan.
Tabel 5.7 Pemanfaatan Laporan SIMPUS
No Jenis Laporan Pemanfaatan 1 Biling F1 Tidak 2 Rekap pengunjung Ya 3 Rekap detil pengunjung Ya 4 Rekap Kunjungan Ya 5 Register pemeriksaan Tidak 6 Rekap penyakit bulanan Ya 7 Rekap penyakit berdasarkan pemeriksa Tidak 8 Rekap penyakit terbanyak Ya 9 Rekap per-rw Tidak 10 Tindakan Tidak 11 Rekap pengeluaran obat Ya 12 Rekap pengeluaran obat berdasarkan penyakit Ya 13 Rekap laporan BPJS Ya
Gambar 5.38 Pemanfaatan SIMPUS terhadap Laporan di
Dinas Kesehatan Kota Cimahi
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Pembahasan a. Komponen Masukan Dalam melaksakan perorganisasian Sistem Komputerisasi Rawat Jalan Puskesmas Padasuka
telah dilengkapi SOP yang beriskan prosedur kerja saat melakukan pelayanan pasien dan
Buku Pedoman SIMPUS, sedangkan untuk Pcare tidak ada buku pedoman. Menurut Siagian
(2006) prosedur kerja sangat penting, karena merupakan instrument untuk menjamin bahwa
keseluruhan proses pengolahan data diselenggarakan dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Implikasi dari ketidak pahaman tentang pedomana terhadap karyawan puskesmas adalah
apabila terjadi rotasi maka petugas yang terlibat entri data, maka petugas lain akan
kebingungan bagai mana cara melaksanakan kegiatan tersebut dan terjadi kesalahan dalam
menentukan definisi operasional suatu item data dalam sistem komputerisasi rawat jalan.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, sebaiknya pada saat melatih kembali karyawan di
Puskesmas dalam melakukan entri data, petugas yang telah dilatih mengenalkan buku
pedoman pada karyawan lainnya. Sedangkan buku pedoman dalam penggunaan Pcare di
Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kota Cimahi, meminta agar BPJS dapat memberikan
buku pedoman ke masing-masing Puskesmas. Selain masalah tersebut, ditemukan tidak
adanya SK Petugas yang terlibat entri data, otomatis pelaksanaan SIMPUS akan mengalami
gangguan, dimana pekerjaan entri data akan tertuju pada satu orang. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, sebaiknya membuat SK Tim enti data, agar jelas pembagian tugas.
Hasil wawancara dengan informan memperlihatkan bahwa petugas yang terlatih
menggunakan Sistem Komputerisasi Rawat Jalan, telah melakukan sosialisasi terhadap
petugas pendaftaran yang diperbantukan dan petugas obat, walaupun secara informal. Namun
yang jadi permasalahan tidak semua petugas yang terlibat pelayanan rawat jalan seperti
medis dan paramedis tidak dilakukan sosialisasi terhadap penggunaan sistem komputerisasi
rawat jalan. Hasil observasi ini sejalan dengan penelitian Ross (2009) yang dilakukan pada
bulan februari tahun 2008 di Amerika Serikat, dimana telah dilakukan survey bahwa
sebanyak 44% rekam medis elektronik telah digunakan. Jawaban dokter tidak menggunakan
rekam medis elektronik dengan alasan karena terlalu mengganggu untuk menginstal (4%),
terlalu mahal (8%), terlalu banyak dengan alur kerja dan banyak waktu untuk digunakan
(3%), menjawab ketiganya adalah 10% dan tidak menjawab 4%. Namun agar dapat
meningkatkan kualitas data, sebaiknya petugas yang terlibat dalam pelayanan mengetahui
bagaimana proses entri data pasien, sehingga diperlukan pengenalan dalam bentuk pelatihan.
Menurut Edison (2009), pelatihan dapat dilakukan dua kategori sebagai berikut; In-house
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
atau on site training dan External atau outside training. Melalui In house training lebih tepat
digunakan, dengan mengenalkan tujuan dari penggunaan SIMPUS, sehingga maanfaat dari
penggunaan sistem ini dapat dirasakan oleh seluruh karyawan yang terlibat.
Diketahui dari hasil wawancara dan observasi bahwa entri data pendaftaran, data medis
pasien, melibatkan beberapa orang. Hampir semua petugas memiliki pekerjaan ganda seperti;
supir, kasier, petugas kebersihan dan bidan ikut terlibat didalam kegiatan entri data. Hal
tersebut bertujuan agar sistem komputerisasi rawat jalan dapat terselenggarakan dengan baik.
Proses rekruitmen petugas yang diperbantukan dalam entri data adalah orang yang memiliki
waktu senggang harus membantu dipendaftaran, jadi apabila tugas pokonya lagi kosong
wajib membantu di pendaftaran. Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan dan menarik
pelamar yang kapabel untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Kegiatan
rekrutmen tidak bisa tidak harus didasarkan pada perencanaan Sumber Daya Manusia yang
telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2008). Perekrutan perlu mengacu pada KSAO,
Knowledge (Pengetahuan), Skill (Keterampilan), Ability (Kemampuan), Other (Lainya). Saat
ini proses merekrut tenaga khususnya untuk petugas bagian pendaftaran di Puskesmas tidak
berdasarkan kriteria diatas.
Dari hasil wawancara Puskesmas memiliki keterbatasan anggaran dalam pemeliharaan
komputer. Dari 4 buah komputer 1 diantaranya mengalami kerusakan. Diketahui bahwa
tahun 2013 kebelakang anggaran pemeliharaan sangat terbatas dan pada tahun 2014
menggunakan sistem claim apabila ada kerusakan namun sampai saat ini penelitian
berlangsung biaya perbaikan belum diganti. Dijelaskan dalam penelitian Ross (2009)
hambatan untuk penggunaan EMR adalah biaya tinggi, hilangnya otonomi, dan gangguan
alur kerja. Pendapat tersebut sejalan dengan Gemala et.l.(2008) yang menyebut bahwa faktor
biaya merupakan salah satu kelemahan penggunaan RKE. Dan hasil penelitian dari
Virgiandari, R. (2008) menyebutkan SIMPUS tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan
dana, walaupun terjadi perubahan prilaku sikap disiplin, dan etos kerja. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, memang perlu komitmen yang tinggi antara Kepala Puskesmas
sebagai pelaksana dengan Dinas Kesehatan sebagai pembuat kebijakan.
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran bahwa petugas penanggung jawab entri data hanya
mendapatkan uang lembur sebesar Rp.20.000.-, pertiga bulan sekali, dikarenakan harus
dibagi-bagi dengan petugas entri data yang lain, dan mengalami pemotongan. Dinas
Kesehatan mengeluarkan uang entri data dengan tujuan menimbulkan motivasi petugas
dalam menyelenggarakan sistem Komputerisasi Rawat Jalan, hal ini disebabkan banyaknya
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
pekerjaan ganda yang dimiliki, oleh masing-masing petugas. Motivasi adalah usaha
seseorang untuk menjalankan suatu kegiatan, hal ini biasanya dijelaskan dalam istilah
dorongan atau kebutuhan manusia. Menurut Siagian (2006) motivasi biasanya timbul bila ada
imbalan, yang dimaksud imbalan adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan dari
organisasi sebagai balas jasa atas pengerahan tenaga, pengetahuan, keterampilan dan waktu
sebagai bukti pemenuhan kewajiban yang bersangkutan kepada organisasi. Motivasi seorang
karyawan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya internal maupun
eksternal. Yang termasuk faktor-faktor internal adalah ; (a) persepsi seseorang mengenai diri
sendiri, (b) harga diri, (c) harapan pribadi, (d) kebutuhan, (e) keinginan, (f) kepuasan kerja,
(g) prestasi kerja yang dihasilkan. Faktor eksternal adalah; (a) jenis dan sifat pekerjaan, (b)
kelompok kerja seseorang bergabung, (c) organisasi tempat bekerja, (d) situasi lingkungan
pada umumnya, (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya (Siagian, 2008).
Dengan memberikan uang entri data Rp.50.000.- perbulan dengan teori tersebut motivasi
muncul dikarnakan rasa dihargai, prestasi kerja dan jenis kerja. Namun dengan adanya
pemotongan dari Puskesmas, mengurangi jumlah minimal yang diterima oleh petugas.
Sebaiknya tidak pemotongan untuk uang entri data, dikarenakan jumlah yang diterima tidak
besar nominalnya.
Diketahui dari hasil wawancara bahwa dalam pelaksanaan sistem komputerisasi pada saat
petugas menjalankan SIMPUS, terjadi proses loading yang lama pada saat membuka aplikasi.
Hal tersebut dikatakan oleh petugas dikarenakan spesifikasi yang rendah. Untuk menjalankan
program SIK perlu didukung dengan tersedianya sarana yang memedai minimal sesuai
dengan satandar yang telah ditetapkan. Menurut Yaskur (2014) beberapa penyebab komputer
lambat adalah sebagai berikut; Start up yang berlebihan; Terlalu banyak temporary files; Hard
disk terfragmentasi; Uninstall yang kurang bersih; Operating System (OS) Drive terlalu
penuh; Antivirus; Virus dan program jahat lainnya; Termakan usia. Harapan dari suatu
perbaikan atau penggantian sistem lama adalah adanya peningkatan-peningkatan yang
meliputi peningkatan performance/ kinerja, information/ informasi, economics/ ekonomi,
control/ kontrol, efficiency/ efisiensi, dan peningkatan service/pelayanan atau disingkat
PIECES (Whitten, Benttley & Dittman 2004). Dari beberapa poin di atas, peneliti
menyarankan agar Puskesmas Padasuka dapat melakukan perawatan komputer secara rutin,
agar dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada di Puskesmas.
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Diketahui dari hasil wawancara bahwa Puskesmas telah memberhentikan biaya langgana
internet. Secara otomatis penyelenggaraan Pcare untuk pasien peserta BPJS tidak dapat
teselenggara di Puskesmas Padasuka Pcare adalah sistem yang online sehingga harus
terkoneksi langsung jaringan internet, dengan tidak terpasangnya modem secara otomatis
Pcare tidak dapat terselenggara. Untuk hal tersebut sebaiknya pemasangan langganan internet
dilakukan kembali oleh Puskesmas.
b. Komponen Proses Pada hasil observasi dan wawancara menurut informan, petugas yang terlibat dalam sistem
komputerisasi rawat jalan memiliki username dan password yang sama, jadi siapa pun bisa
membuka dan menggunakan software tersebut dengan username dan password. Disini
otentifikasi dari pengguna sistem tidak memiliki hak akses yang yang berbeda pada masing-
masing petugas, baik petugas pendaftaran dan obat. Menurut Brooks (2010) privasi data
pasien tidak dapat diabaikan dalam penggunaan Sistem Komputerisasi Rawat Jalan, rekam
medis merupakan sangat rahasia sehingga dalam penggunaan sistem perlu dilakukan
monitoring. Ada mekasnisme teknologi informasi untuk membatasi data pasien agar dapat
terlindungi, sehingga data tidak sembarangan terbuka. Terkait dengan hal tersebut maka
keamanan pada sistem komputerisasi wajib dibuat. Kenyataan dilapangan pada Puskesmas
Padasuka masing-masing petugas memiliki hak akses yang sama, apabila dibiarkan
kemungkinan ada petugas yang bukan wewenangnya dapat melakukan modifikasi data,
mengambil dan menyebarkan tanpa sepengetahuan Kepala Puskesmas. Untuk kedepannya
sebaiknya petugas puskesmas membuat username dan password untuk masing petugas
berdasarkan hak aksesnya, sehingga masing-masing petugas dapat dilakukan monitoring dan
evaluasi terhadap hasil entri data.
Dari hasil wawancara dan observasi, dalam melaksanakan entri data medis kedalam
komputer, dilakukan melalui resep. Petugas pendaftaran disini hanya memasukan nama
petugas yang memeriksa dan Kode ICD 10. Nama pemeriksa teridentifikasi dari tulisannya
sedangkan diagnosis dilihat dari keterangan diujung resep. Namun terkadang ada beberapa
resep dimana petugasnya lupa menuliskan kondisi utamanya, sehingga yang dilakukan
petugas untuk menentukan kondisi utama pasien adalah melihat jenis obat yang digunakan.
Menurut WHO (2005) kondisi utama adalah kondisi yang didiagnosis pada akhir episode
asuhan kesehatan, yang menyebabkan pasien memerlukan pengobatan atau pemeriksaan.
Kalau terdapat lebih dari satu kondisi, harus dipilih kondisi yang membutuhkan penggunaan
sumber-daya lebih banyak. Kalau tidak ada diagnosis yang ditegakkan, maka gejala, temuan
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
abnormal, atau masalah pasien harus dipilih sebagai kondisi utama. Untuk menghidari ketidak
tepatan dalam penyandian Kode ICD di Puskesmas Padasuka, sebaiknya petugas penyandi
apabila menemukan kekurang jelasan diagnosis penyakit, harus dikembalikan kepada petugas
pemeriksa untuk mengklarifikasi keluhan utama yang tepat. Oleh karena keputusan tentang
kondisi utama harus diterima dan dikode serta diproses.
c. Komponen Keluaran Dari segi keluaran pada penelitian penggunaan sistem komputerisasi pasien rawat jalan,
dilihat dari 2 sisi yang pertama adalah kelengkapan data individu dan yang kedua adalah
pelaporan. Kelengkapan data individu, dari hasil telaah dokumen tergambar kelengkapan
data pasien sosial pasien, adapun elemen data kesehatan dasar untuk pribadi. Dari telaah
ketidak lengkapan terdapat beberapa data yang tidak lengkap saat melakukan entri data
identitas pasien. Menurut Gemala et.al.(2008) kelengkapan data individu adalah informasi
yang dikumpulkan sewaktu pendaftaran pasien atau saaat kedatangan awal ke penyedia atau
institusi pelayanan kesehatan. Elemen ini diperkirakan hanya diambil sekali saja atau
diperbaharui setiap tahun. Dari hasil telaah dokumen digambarkan secara umum dengan
menggunakan sistem komputerisasi rawat jalan, menunjukan kelengkapan data individu
sangat baik, terlihat dari jumlah kelengkapan pengisian data. Ada beberapa jenis data yang
nilainya kurang dari 50% seperti data pekerjaan.
Kelengkapan Data Medis, dari hasil telaah dokumen, terdapat ketidak lengkapan kelengkapan
komponen data yang di isi oleh petugas entri data, seperti; Keluhan Utama (0%); Sistol dan
diastol; 3.14%; Nadi, Suhu, Berat Badan, Tinggi Badan, Status Gizi, Anamnesa dan
Pemeriksaan Fisik sebanyak 0%; Kode ICD dan Diagnosis sebanyak 97.27; Kasus Baru/
Lama dan Rujukan sebanyak 100%; Tujuan Rujukan sebanyak 95.61%. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008, dalam pasal 2 disebutkan bahwa rekam medis
harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau elektronik. Dari uraian tersebut Puskesmas
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan wajib mengisi kelengkapan data medis pasien,
agar manfaat dari sistem komputerisasi dapat dirasakan oleh Puskesmas itu sendiri.
Dari hasil observasi pemanfaat dari administrasi keuangan kurang dirasakan oleh petugas
terutama dalam melakukan kegiatan rekapitulasi pasien dan rekap tindakan. Sering terjadi
selisih dan kesalahan dalam menghitung, sehingga petugas pendaftaran menghitung kembali
secara manual. Penyebabnya karena faktor ketelitian dari petugas. Oleh karena itu diperlukan
evaluasi secara berkala dalam pemanfaatannya dan diperlukan pelatihan kembali mengenai
pemanfaatan SIMPUS. Hasil observasi bahwa rekap pengunjung, rekap detil pengunjung,
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
rekap kunjungan, rekap penyakit bulanan, rekap penyakit terbanyak, rekap pengeluaran obat,
rekap pengeluaran obat perpenyakit dan laporan BPJS, telah dapat dimanfaatkan oleh petugas
pendaftaran untuk membuat laporan. Menurut Gemala et.al.(2008) kelebihan RKE yaitu;
memungkinkan akses informasi cepat dan mudah, memungkinkan adanya copy cadangan
informasi yang dapat diambil bila yang asli hilang atau rusak, memproses transaksi dalam
jumlah besar dan sulit secara cepat, memungkinkan mengaskses secara cepat untuk beragam
sumber profesional, memungkinkan mengakses secara lebih canggih dan dapat melihat
rancang sesuai kehendakDari uraian tersebut bahwa produk informasi belum dapat
dimanfaatkan sehingngga tidak dapat menjadi bukti, pengetahuan dalam pengambil
keputusan. Dengan melatih petugas pemegang program untuk mengambil data diharapkan
dapat memanfaatkan secara tepat dengan menggunakan Sistem Komputerisasi Rawat Jalan.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa Sistem Komputerisasi Rawat Jalan di Puskesmas
Padasuka saat ini terkendala baik dari segi metode, sumberdaya manusia, pembiayaan dan
peralatan. Dari segi metoda tergambarkan bahwa berbagai belum berjalan dengan baik,
dimana belum terdapat seperti SK Penetapan Petugas, Petugas tidak mengetahui adanya Buku
Pedoman penggunaan SIMPUS, serta tidak adanya Buku Pedoman Pcare. Dari komponen
sumber daya manusia pelaksanaan sistem Komputerisasi Rawat Jalan, petugas dipendaftaran
mengalami kekurangan petugas, terlihat adanya petugas yang mempunyai tugas sebagai supir
harus membatu mendaftarkan pasien, bidan mendaftarkan dan mengentri diagnosa, petugas
kebersihan yang mengentri pendaftaran dan diagnosa. Dari komponen biaya terdapat
keterbatasan anggaran baik dari segi pemeliharaan dan perbaikan, selain itu pula perlu insentif
petugas yang sangat kecil. Dari komponen meterial, diperoleh gambaran bahwa jumlah
komputer yang terbatas dalam pelayanan rawat jalan, sehingga pelaksanaan entri data hanya
dapat dilakukan dibagian pendaftaran dan obat. Selain itu juga pemutusan jaringan internet
yang dapat menghambat penyelenggaraan pelayanan peserta BPJS.
Dalam melaksanakan SIMPUS, proses entri data, hanya melibatkan petugas pendaftaran dan
obat, seharusnya semua petugas yang terlibat dalam pelayanan pasien. Dalam pengisian data
medis pasien dilakan oleh bagian pendaftaran sehingga terjadi penumpukan beban kerja
dibagian pendaftaran. Selain itu pelayanan pada PUSTU masih belum tercover dalam
pelayanan SIMPUS sehingga perlu cara manual dalam mengelola informasi data pasien.
Pelaksanaan Pcare di Puskesmas belum dapat terlaksana sampai dengan sekarang,
dikarenakan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang sangat terbatas. Apabila Pcare
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
dilaksanakan kemungkinan akan mengalami kendala seperti; beban kerja petugas yang tinggi,
perlunya penambahan petugas pendaftaran dan perlunya penambahan komputer dan printer.
Hasil dari entri data pasien dalam menggunakan SIMPUS diperoleh kelengkapan data sosial
pasien yang lengkap, sedangkan kelengkapan data medis masih banyak item yang tidak diisi
petugas.
Dalam pemanfaatan laporan petugas sudah memanfaatkan data pelayanan untuk membuat
laporan ke Dinas Kesehatan Kota Cimahi, namun masih ada beberapa jenis laporan yang
belum dapat dimanfaatkan oleh petugas pemegang program yang ada di Puskesmas.
Saran Dibuatkannya SK Petugas yang terlibat dalam proses entri data di Puskesmas Padasuka.
Kepala Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kota Cimahi, megajukan permohonan kepada
BPJS agar membagikan Buku Pedoman dalam penyelenggaraan Pcare.
Agar dapat memanfaatkan secara maksimal penggunaan SIMPUS, Puskesmas Padasuka dapat
melakukan pelatihan terhadap petugas yang terlibat dalam pelayanan rawat jalan, maupun
pelatihan cara memanfaatkan data pelayanan yang ada pada SIMPUS terhadap pemegang
program di Puskesmas.
Agar dapat melaksanakan Pcare untuk melayani pasien dengan kepesertaan BPJS, sebaiknya
Puskesmas memasangkembali modem yang telah disediakan oleh BPJS.
Perlunya Komitmen yang tinggi antara Kepala Puskesmas Padasuka sebagai pihak
penyelenggara dan Dinas Kesehatan Kota Cimahi sebagai penentu kebijakan dalam
penggunaan Sistem Komputerisasi Rawat Jalan.
Dalam mengentri data medis sebaiknya dilengkapi dengan kelengkapan data yang lain, tidak
hanya pengisian diagnosa dan kode penyakit saja, namun data yang lain perlu dilengkapi
kedalam komputer.
Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dalam pelaksanaan Sistem
Komputerisasi Rawat Jalan, baik dilakukan oleh Kepala Puskesmas maupun oleh Dinas
Kesehatan.
Daftar Referensi Brooks, R. (2010). Implementattion Of Electronic Medical Records: How Healthcare
Providers Are Managing The Challenges Of Going Digital. Journal Of Business & Economics Reasearch, 73-80.
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014
Gemala et.al. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-PRESS.
Sri Kusumadewi, Ami Fauzijah, Arwan A Khoiruddin, Fathul Wahid, M Andri Setiawan, Nur
Wijayaning Rahayu, Taufiq Hidayat, Yudi Prayudi. (2009). Informatika Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siagian, P Sondang. (2006). Sistem Informasi Manajemen, Cetakan ke Enam. Bumi Aksara:
Jakarta. Siagian, P Sondang. (2008). Manajemen Sumberdaya Manusia, Cetakan ke Lima belas. Bumi
Aksara: Jakarta Winter, Alfred, at.al,. (2011). Health Information Systems Architectures and Strategies,
Second Edition. London: Springer. Ross, S. (2009). Results of a Survey of an Online Physician Community Regarding Use of
Electronic Medical Records in Office Practices. Medical Practice Management , 254-256.
Virgiandari, R. (2008). Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Depok: Universitas Indonesia. Yaskur, D. (2014, Juli 6). Kompinia.com. Retrieved from Kompinia.com:
http://www.kompinia.com/penyebab-komputer-lambat/ Whitten, Jeffery L, Bentley, Lonnie D, Dittman, Kevin C. 2004, System Analysis and Design
Method 6th, diterjemahkanoleh Tim PenerbitAndi. PenerbitAndi, Yogyakarta WHO. (2005). International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems, Tenth Revision, Volume 2, Instruction Manual. Geneva: WHO.
Gambaran penggunaan…, Wowo Trianto, FKM UI, 2014