GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU...
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU...
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
PERILAKU WANITA USIA 25-50 TAHUN MENGENAI
KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK DI
RUMAH BERSALIN GIZAR CIKARANG PADA
BULAN AGUSTUS TAHUN 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Hartika Safitri
107103000016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Oktober 2010
Hartika Safitri
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA
25-50 TAHUN MENGENAI KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK
DI RUMAH BERSALIN GIZAR CIKARANG PADA BULAN AGUSTUS
TAHUN 2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Hartika Safitri
107103000016
Pembimbing
Ratna Pelawati Mbiomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
PERILAKU WANITA USIA 25-50 TAHUN MENGENAI KONTRASEPSI
HORMONAL JENIS SUNTIK DI RUMAH BERSALIN GIZAR
CIKARANG PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 yang diajukan oleh
Hartika Safitri (NIM: 107103000016), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 6 Oktober 2010. Laporan penelitian ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 6 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang dan Pembimbing Penguji
Ratna Pelawati, Mbiomed dr. Nurul Hiedayati, PhD
PIMPINAN FAKULTAS
DEKAN FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, SpAnd dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha segalanya. Karena akhirnya
penyusunan Laporan Penelitian Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Wanita Usia 25-50 Tahun Mengenai Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010 ini dapat saya
selesaikan. Sholawat serta salam tak lupa kami sampaikan pada baginda
Rasulullah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridoi oleh Allah SWT.
Dalam proses penyusunan Laporan penelitian ini, saya mendapat banyak
bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua tercinta yang telah mendukung dari berbagai hal.
2. Bapak Prof. Dr (hc).dr. M. K. Tajudin, Sp. And sebagai Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. dr Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM sebagai Kepala Program Studi
Kedokteran.
4. Ibu Ratna pelawati M Biomed selaku dosen pembiming akademik
yang telah memberikan waktu, arahan, dan pengembangan-
pengembangan pemikiran kepada tim penyusun demi
terselesaikannya penyusunan Laporan Penelitian ini.
5. dr. Slamet Susanto, Sp. OG selaku kepala Rumah Bersalin Gizar
yang telah berkenan menerima dan membantu saya dalam
melakukan penelitian.
6. Seluruh bidan Rumah Bersalin Gizar yang telah banyak membantu.
7. Seluruh mahasiswa PSPD 2007 yang telah banyak membantu.
Terakhir, tim penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Ciputat, 4-10-2010
Hartika Safitiri
ii
ABSTRAK
Hartika Safitri. PSPD. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Wanita
usia 25-50 tahun Mengenai Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah
Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010.
Tujuan dari keluarga berencana adalah untuk mencegah ledakan
penduduk, menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan kematian
bayi, meningkatkan status gizi ibu dan anak serta meningkatkan
perkembangan otak anak. Sehubungan dengan kondisi di atas peneliti
ingin mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 25-
50 tahun terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal jenis suntik. Jenis
penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan menggunakan
desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gizar,
Cikarang pada bulan Agustus 2010. Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah kuisioner. Dalam analisis dan interpretasi data,
digunakan analisis univariat dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil
penelitian dari 25 sampel, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan
kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%), wanita
yang memiliki sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20
orang (36%), wanita yang memiliki perilaku buruk mengenai kontrasepsi
suntik sebanyak 24 orang (96%). Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,
perilaku, kontrasepsi suntik.
ABSTRACT Hartika Safitri. PSPD. Descriptive of Knowledge, attitudes and behavior
for women aged 25-50 years against the use of inject-able hormonal
contraceptives types in the Maternity Hospital Gizar, Cikarang in August
2010.
The purpose of family planning is to prevent population explosion, reduce
maternal mortality and infant mortality, improving nutritional status of
mothers and children and children's brain development. Due to these
conditions, the researcher wishes to know the level of knowledge, attitude
and behavior of women aged 25-50 years against the use of inject-able
hormonal contraceptives types. To have better understanding of
knowledge, attitudes, and behavior of women regarding the use of inject-
able hormonal contraception types. The study was a descriptive survey
using a cross sectional design. This research was conducted in the
maternity hospital Gizar, Cikarang in August 2010. The instrument used in
data collection is questionnaires. In the analysis and interpretation of
data, univariate analysis was used in conjunction with descriptive
methods. Based on research results from 25 samples, the number of
women who were less informed about contraceptives injection was 19
people (76%), women who had awful demeanor toward contraceptives
injection was 20 people (80%), women who have foul attitude about the
contraceptives injection was 24 people (96%). Key Words : Knowledge,
attitudes, behavior, contraceptive injections.
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan………..………………………………………………………...
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i
Abstrak…..………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi…..……………………………………………………………………...iii
Daftar Tabel………………………………………………………………………..v
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 .Latar Belakang………………………………...……………………………...1
1.2 .Rumusan Masalah…………………………………………………………….3
1.3 .Tujuan………………………………………………...……………………….3
1.4 .Manfaat……………...……………………………………………………......3
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
2.1 .Kerangka/ landasan teori
2.1.1 Keluarga Berencana………………………………………………...…..5
2.1.2 Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi…………………...………..5
2.1.2.1 .Kontrasepsi Hormonal jenis Suntik…………………………….....8
2.1.3 Karakteristik Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi……………….10
2.2 .Kerangka Konsep……………………………………………………………15
2.3 .Definisi Operasional…………………………………………………………16
BAB 3 : Metodologi
1.1 .Desain Penelitian……………..…………………………………………….19
1.2 .Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….19
1.3 .Populasi dan Sampel………………………...……………………………...19
1.4 .Cara Kerja………….…………………………………………………….....21
1.5 .Manajemen Data….………………………………………………………...22
BAB 4 : Hasil dan Pembahasan………………………………………………….23
iv
BAB V Simpulan dan Saran
5.1 .Simpulan…………………………………………………………………….35
5.2 .Saran…………………………………………………………………………36
Daftar Pustaka………………………………………………………………………
Lampiran……………………………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia wanita yang
Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010.
Table 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita yang
Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Table 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita yang
Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Table 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan
Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis
Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan
Agustus 2010
Table 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang
dimiliki Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal
Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan
Agustus 2010
Table 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Suami dalam
Penentuan Jenis Kontrasepsi yang dimiliki Wanita
Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah
Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Table 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam
Penyuluhan Keluarga pada Wanita Pengguna Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik Berencana di Rumah Bersalin
Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Table 4.8 Distribusi Responden BerdasarkanSumber Informasi yang
Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana di Rumah
Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
vi
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Wanita tentang
Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin
Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Wanita tentang
Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin
Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Program Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan
dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1974. Walaupun program
tersebut telah ada sejak lama, tetapi pada saat ini Indonesia masih
menghadapi dua permasalahan yang cukup besar berkaitan dengan kurang
berhasilnya program keluarga berencana, yaitu tingginya jumlah penduduk
serta tingginya tingkat kematian ibu dan anak.
Permasalahan pertama yaitu jumlah penduduk yang terus
meningkat akan menimbulkan banyak permasalahan dalam berbagai
bidang, terutama di bidang sosial dan ekonomi. Pertambahan penduduk
yang tidak terkendali dapat menyebabkan peledakan penduduk, dan pada
akhirnya akan timbul kesulitan dalam pemerataan kemakmuran dalam
masyarakat. Dampak pertambahan penduduk yang cepat antara lain adalah
dalam bidang pendidikan (semakin banyak anak yang tidak mendapatkan
pendidikan yang memadai), bidang pelayanan kesehatan (banyak
masyarakat yang tidak mendapat pelayanan kesehatan yang mencukupi),
bidang tenaga kerja (banyaknya angka pengangguran karena terbatasnya
lapangan pekerjaan), bidang sosial ekonomi (pendapatan per kapita
masyarakat yang rendah), serta bidang lingkungan hidup (keseimbangan
alam akan terganggu). Lembaran Data Populasi Dunia pada tahun 2000
menunjukkan Indonesia berada pada peringkat kelima dalam hal jumlah
penduduk terbanyak, yaitu sebesar 237.500.000 jiwa (Hartanto, 2003).
Sedangkan permasalahan yang kedua yaitu masih tingginya tingkat
kematian ibu dan anak di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN. Berdasarkan data SDKI tahun 2007, tingkat kematian ibu
di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian
bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup . Pengaruh terhadap angka
kematian ibu melahirkan dan kematian bayi dapat dirasakan secara
langsung karena ibu yang mengatur kehamilannya dengan tepat dapat
terhindar dari risiko tinggi akibat terlalu muda atau terlalu tua melahirkan,
2
sering melahirkan dan mempunyai banyak anak. Ibu yang mengatur jarak
kelahiran anaknya tentu akan dapat merawat kehamilannya dengan baik
sehingga gizi bagi bayinya dapat tercukupi(BKKBN, 1999).
Program Nasional Keluarga Berencana di Indonesia bertujuan
untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Metode yang
digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan penggunaan
alat kontrasepsi oleh pasangan suami istri., dengan tujuan untuk menekan
angka kehamilan dan laju pertambahan penduduk (Mochtar, 1998).
Pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan
kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2009, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar
12,562,106, pil sebesar 5,611,936, IUD sebesar 2,223,291, implant
687,689, kondom sebesar 162,252, kontap wanita (Medis Operasi Wanita-
MOW) sebesar 972,959 dan kontap pria (Medis Operasi Pria-MOP)
sebesar 102,166, cara tradisional 329,644(Data Statistic Indonesia, 2009).
Dari hasil survey di atas, diketahui bahwa pengguna kontrasepsi terbanyak
adalah jenis suntik sehingga pengguna kontrasepsi jenis ini memiliki
peranan yang cukup besar dalam menunjang keberhasilan dari program
keluarga berencana,
Walaupun pengguna kontrasepsi sudah cukup banyak, namun
tujuan dari program keluarga berencana belum berhasil. Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 25-50 tahun
mengenai kontrasepsi jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar pada bulan
Agustus 2010, sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman dan
aplikasi penggunaan kontrasepsi oleh para pemakainya.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita usia 25-50
tahun mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita
mengenai penggunaan kontrasepsi hormonal jenis suntik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diketahuinya karakteristik wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal jenis suntik yang meliputi usia, jumlah anak, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, dan sumber informasi di Rumah Bersalin Gizar,
Ciputat.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi akseptor KB
Akseptor mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik. Sehingga, apabila
pengetahuan, sikap dan perilaku mereka terbukti kurang dapat
diberikan edukasi untuk memperbaikinya.
Bagi rumah bersalin:
Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan
edukasi dalam bidang kesehatan kepada masyarakat yang dalam hal
ini adalah penggunaan alat kontrasepsi yang dianggap aman dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Bagi pemerintah :
Sebagai sumber data karakteristik pengguna kontrasepsi jenis
suntik.
4
Bagi institusi
Mewujudkan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan,
pengabdian kepada masyarakat dan penelitian, sebagai masukan
untuk bahan dalam melaksanakan penyuluhan dalam bidang
kesehatan.
Bagi peneliti
Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan
saat kuliah, meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung
dengan masyarakat serta menimbulkan minat dan pengetahuan
peneliti.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka / Landasan Teori
2.1.1 Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk Indonesia(BKKBN, 1999; 2008).
Keluarga berencana yang dibolehkan syariat adalah usaha
pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu
untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
2.1.2 Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau
‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang
matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma
(Sarwono,2008).
Terdapat 2 jenis metode kontrasepsi yaitu metode sederhana dan
metode efektif. Metode sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan
sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih
dahulu. Hasil yang diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif
dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Dibawah ini adalah contoh dari
kontrasepsi dengan metode sederhana:
Senggama terputus yaitu senggama yang dilakukan sebagaimana biasa
tetapi pada puncak sanggama, kemaluan pria (zakar) dikeluarkan dari
vagina, sehingga mani keluar dari vagina. Cara ini tidak berbahaya, baik
6
secara fisik maupun mental. Namun cara ini tidak dapat diandalkan karena
memerlukan penguasaan diri yang kuat dan kemungkinan kegagalan
cukup besar.
Pantang berkala ialah tidak melakukan sanggama pada masa subur
seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi (Sarwono,
2008).
Metode amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa
pun lainnya serta dalam keadaan ibu yang belum haid setelah
melahirkan (Saiffudin, 2006).
Sedangkan metode kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam
penggunaannya keefektifan relatif lebih tinggi dan angka kegagalan lebih
rendah. Cara kerja metode ini adalah dengan menghalangi pertemuan sel
telur dengan sel sperma, mengusahakan tidak terjadi ovulasi dan
melumpuhkan sperma. Di bawah ini adalah macam-macam dari jenis
kontrasepsi efektif :
a. Kontrasepsi mekanik
Diagfragma vaginal terbuat dari cincin karet yang tebal dan di
atasnya diletakkan selembar karet yang tipis yang berbentuk
mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Diagfragma
dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan
sampai sperma masuk ke dalam uterus (Sarwono, 2008).
7
Sumber : http://metodoscontraceptivos.wordpress.com
Gambar 2.1 Diagfragma vaginal
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang
tebal (Sarwono,2008).
Sumber : http://library/healthguide
Gambar 2.2 Cervical cap
b. Kontrasepsi hormonal
Implant yaitu susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan
atas. Implan mengandung progesterone yang akan terlepas secara
perlahan dalam tubuh. Efektifitas mencapai 99 %. Keuntungan dari
metode implant ini antara lain tahan sampai 3 tahun (Baziat A,
2008).
8
KB adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat
progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat
terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui
penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa
servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan
endometrium (Sarwono,2008).
Kontrasepsi suntik memiliki cara kerja sama dengan pil.
Efektifitasnya mencapai 99%. Keuntungan metode ini antara lain
disuntikkan setiap satu sampai tiga bulan sekali, efektif, dan tahan
lama (Sarwono,2008).
Kontrasepsi dengan AKDR dalam kavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan serbukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma
(Sarwono, 2008).
Kontrasepsi Mantap (Tubektomi) adalah prosedur bedah sukarela
untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum ( Sarwono, 2008).
2.1.2.1 Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntikan
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin
banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis,
harganya relatif murah dan aman. Cara ini mulai disukai masyarakat kita
dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan
untuk mencegah kehamilan (1983). Penelitian lapangan kontrasepsi
suntikan dimulai tahun 1965, dan sekarang di seluruh dunia diperkirakan
berjuta-juta wanita memakai cara ini untuk tujuan kontrasepsi
(BAPPENAS, 2009).
9
Terdapat 2 macam kontrasepsi suntikan antara lain yaitu suntikan
progestin dan campuran. Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu Depo Medroksiprogesteron
Asetat(Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap
3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) dan Depo
noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretinedron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik
intramuscular. Cara kerja kontrasepsi ini adalah mencegah ovulasi,
mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba.
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Keuntungan pemakaian
kontrasepsi jenis ini adalah sangat efektif untuk pencegahan kehamilan
jangka panjang, tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung maupun pembekuan darah, tidak
memiliki pengaruh terhadap ASI serta akseptor tidak perlu menyimpan
obat suntik. Sedangkan kerugian penggunaan kontrasepsi ini adalah sering
ditemukannya gangguan haid berupa siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur
atau perdarahan bercak, tidak haid sama sekali, akseptor sangat bergantung
pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan),
kontrasepsi ini tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut, menimbulkan peningkatan berat badan, tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Akseptor yang
diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi jenis ini adalah orang yang
berada dalam usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak,
menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
10
tinggi, menyusui dan yang membutuhkan kontrasepsi yang sesuai dan
sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. Sedangkan yang tidak
diperbolehkan untuk menggunakannya adalah wanita hamil atau dicurigai
hamil dan wanita yang mengalami perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya.
Suntikan kombinasi mengandung 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan
injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat
dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali.
Cara kerja, keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi
ini sama seperti suntikan progestin. Hanya saja suntikan kombinasi tidak
boleh diberikan pada wanita yang sedang menyusui bayinya karena
kandungan esterogen dalam suntikan ini akan menekan produksi ASI.
Kontrasepsi jenis suntik dapat diberikan di bokong maupun daerah lengan
atas (Saiffudin, 2006).
2.1.3 Karakteristik Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik serta Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
akseptor KB .
Umur
Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar
kematangan dan perkembangan seseorang. Kematangan individu dapat
dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai
proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait
sejalan dengan bertambahnya umur individu (Muchsin, 1996). Setionegoro
(1979) mengatakan bahwa umur <20 tahun adalah umur belum dewasa,
21–29 tahun dewasa muda, sedangkan umur 30 – >40 tahun adalah dewasa
penuh. Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam
menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia
11
muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung
memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai.
Wanita muda cenderung menggunakan cara suntik, pil dan implant
sementara mereka yang lebih tua cenderung memilih alat atau cara
kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, sterilitas wanita dan sterilitas
pria (Ardiyan, 2008).
Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor penentu pada gaya hidup dan
status kehidupan seseorang dalam masyarakat. Penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat
pada perilaku reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi. Pemakaian
kontrasepsi meningkat seiring dengan tingkat pendidikan, wanita berstatus
kawin yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern dan
meningkat hingga jenjang pendidikan berpendidikan tamat SMTA keatas
(BKKBN, 2010).
Pemakai kontrasepsi modern yang berpendidikan lebih tinggi
lebih banyak memperoleh informasi mengenai efek samping atau masalah
dari metode yang digunakan, tindakan perlu diambil jika mengalami efek
samping, dan metode lain yang dapat digunakan dibandingkan dengan
wanita yang berpendidikan lebih rendah (SDKI, 2007).
Pekerjaan
Berdasarkan SDKI 2002-2003 alat kontrasepsi pil terbanyak
digunakan oleh wanita dari golongan menengah atas yaitu 15,4%; alat
kontrasepsi susuk KB atau implant lebih sering digunakan oleh wanita dari
golongan menengah bawah dan terbawah, sebesar masing-masing 6,4%;
pada golongan menengah sebesar 4,2%; golongan menengah atas sebesar
2,9%; dan golongan teratas sebesar 1,6%; kontrasepsi suntik banyak
digunakan oleh wanita dari golongan menengah yaitu 32,4% dan alat
kontrasepsi kondom banyak digunakan oleh golongan teratas yaitu 2,2%.
Sedangkan alat kontrasepsi spiral lebih sering digunakan oleh wanita dari
12
golongan teratas, sebesar 13,7%, pada golongan terbawah sebesar 3,1%,
pada golongan menengah kebawah sebesar 5,1%, pada golongan
menengah sebesar 4,7%; dan golongan menengah atas sebesar 4,2%
(SDKI,2003).
Tingkat pendapatan
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi
makin tinggi. Karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah
tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar.
Atau mungkin juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya
semakin menuntut kualitas yang baik (Notoadmojo, 1997).
Jumlah Anak
Berdasarkan SENSUS 1990 dan SUPAS 1995, proporsi pemilikan
anak pada wanita usia muda cenderung memiliki jumlah anak kecil lebih
besar, semakin bertambah umur semakin berkurang untuk memiliki anak.
Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan atau fertilitas merupakan
aspek demografis yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
diantaranya kontrasepsi(Iskandar, 1977). Pada wanita usia muda
penggunaan kontrasepsi cenderung mengarah pada kontrasepsi jangka
pendek, seperti pil, kondom atau suntik, hal ini disebabkan mereka masih
menginginkan tambahan anak. Sedangkan kontrasepsi jangka panjang
seperti Intra Uterine Device (IUD), Implant dan Medis Operasi Wanita
(MOW/sterilisasi wanita) serta Medis Operasi Pria (MOP/sterilisasi pria)
digunakan oleh kelompok wanita yang sudah tidak menginginkan anak
lagi. Hal ini berlawanan dengan hasil SDKI 1991 dan SDKI 1994 yang
menunjukkan jumlah wanita yang menggunakan kontrasepsi jangka
pendek tetap besar meskipun jumlah anak mereka bertambah. Sedangkan
yang menggunakan jangka panjang makin berkurang, khususnya IUD
(Biro Pusat Statistik, 1998).
13
Peran suami
Pembicaraan antara suami dan isteri mengenai KB tidak selalu
menjadi prasyarat dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi
tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi.
Berdasarkan SDKI 2002-2003, 57% wanita mendiskusikan KB dengan
pasangannya paling sedikit satu kali selama setahun terakhir. Wanita usia
20-34 tahun cenderung lebih sering membicarakan KB dengan suami
dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur lainnya. Dan 43%
wanita tidak pernah membicarakan KB dengan pasangannya. Data yang
lain juga menyebutkan bahwa 2% wanita setuju menggunakan alat
kontrasepsi tetapi suaminya tidak setuju dan hanya 1% wanita yang tidak
setuju tetapi suaminya setuju. Jadi perbedaan pendapat tentang KB antara
suami dan isteri di Indonesia relatif rendah yaitu 2% (SDKI,2003).
Keikutsertaan Dalam Kegiatan Penyuluhan KB
Berdasarkan penelitian BKKBN 2001, keaktifan isteri dalam
perkumpulan atau organisasi KB tidak dapat menjamin bahwa seseorang
dapat mengerti dan melaksanakan program KB. Keikutsertaan KB pada
keluarga kecil sebesar 46% yang ternyata lebih rendah daripada
keikutsertaan KB pada keluarga besar yaitu sebesar 54%. Persentase
terbesar pada keluarga kecil adalah pada kelompok keluarga muda,
sehingga sebaiknya sasaran program diarahkan pada mereka yang masih
keluarga muda, baik pada keluarga kecil maupun keluarga besar (BKKBN
2001).
Sumber informasi
Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode
yang terarah dan diberikan oleh orang atau petugas yang berkompeten
dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan
berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.
14
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Seorang yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung memilih
alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok digunakannya. Karena dengan
pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi
terutama tentang alat kontrasepsi. Sejalan pendapat dari Nursalam dan Siti
Priyani (2002) yang mengatakan bahwa pada umumnya pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat
pengetahuannya.
Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penentuan sikap yang utuh;
pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting
(Notoadmojo, 2003).
Pengukuran perilaku dapat secara langsung yaitu dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden, atau secara tidak
langsung melalui wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu.
15
2.2 Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka konsep
16
2.3 Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Umur Lamanya hidup
responden yang
dihitung dalam
tahun sejak
lahir sampai
saat penelitian
berlangsung
Wawancara Kuesioner Rasio 1. 25-30 th
2. 21-35 th
3. 36 – 40 th
4. 41-45 th
5. 46 -50 th
2. Pendidikan Pendidikan
formal tertinggi
yang pernah
ditamatkan oleh
responden
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buta huruf/ tidak
pernah sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMU dan
yang sederajat.
6. Tidak tamat
perguruan tinggi
7. Tamat perguruan
tinggi
3 Jumlah
Anak
Banyaknya
anak kandung
saat ini
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Kurang dari 2 anak
2. Lebih dari 2 anak
4 Keikutsertan
dalam
penyuluhan
KB
Keaktifan
responden
dalam
mengikuti
penyuluhan KB
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Sering
2. Pernah
3. Tidak Pernah
5 Peran Suami Suami ikut
menentukan
jenis
kontrasepsi
yang digunakan
oleh akseptor
Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Suami ikut
berperan
2. Suami tidak ikut
berperan
17
Tabel 2.1 (Sambungan) 6. Pekerjaan Kegiatan rutin
yang dilakukan
dalam upaya
mendapatkan
penghasilan
untuk
pemenuhan
kebutuhan
hidup keluarga.
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ibu rumah tangga
2. Karyawan
3. Guru
4. Bidan/ petugas
kesehatan
5. Wiraswasta
6. Lain-lain
7. Tingkat
penghasilan
keluarga
Dikelompokkan
menurut rata-
rata upah/ gaji/
pendapatan
pekerja
perbulan
perprovinsi
menurut Biro
Pusat Statistik
Agustus 2008
dan 2009 untuk
Provinsi Banten
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Rendah : < Rp.
1.118.000
2. Sedang : anatar a
Rp. 1.118.000 –
Rp. 1.202.749
3. Tinggi : > Rp.
Rp. 1.202.749
8. Sumber
informasi
Segala media
yang menjadi
sumber
pengetahuan
bagi penerima
informasi.
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Rumah sakit
2. Puskesmas
3. Bidan posyandu
4. Klinik bidan atau
klinik dokter
5. Media elektronik,
yaitu televisi,
radio, dan internet
6. Media bacaan
(Majalah, brosur,
koran)
18
Tabel 2.1. (Sambungan) No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
9. Pengetahuan Fakta atau
ide yang
didapat
melalui
proses
observasi,
belajar, atau
penelitian.
Wawancara Kuesioner Ordinal Total skor : 30
1. Baik : jika
jawaban yang
benar > 80%
(total skor > 24)
2. Sedang : jika
jawaban yag
benar antara 60-
80% (total skor
18-24)
3. Buruk : jika
jawaban yang
benar < 60%
(total skor < 18)
(Arikunto, 1998)
10. Sikap Kecenderun
gan yang
dipelajari
untuk
bertingkah
laku secara
konsisten
terhadap
seseorang,
sekelompok
orang, suatu
objek.
Wawancara Kuesioner Ordinal Total skor : 35
1. Baik : jika
jawaban yang
benar > 80%
(total skor > 28)
2. Sedang : jika
jawaban yang
benar antara
60%-80% (total
skor 21-28)
3. Buruk : jika
jawaban yang
benar < 60%
(total skor < 21)
11. Perilaku Hal-hal yang
telah
dilakukan
responden
berkenaan
dengan
pengetahuan
yang telah
didapat.
Wawancara Kuesioner Ordinal Total skor : 35
1. Baik : jika
jawaban yang
benar > 80%
(total skor > 28)
2. Sedang : jika
jawaban yag
benar antara 60-
80% (total skor
21-28)
3. Buruk : jika
jawaban yang
benar < 60%
(total skor < 21)
19
19
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif
(observasional) dengan menggunakan desain cross sectional karena
pengukuran variable hanya dilakukan pada satu saat tertentu (Sudigdo S,
2008).
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gizar, Cikarang. Waktu
penelitian adalah pada bulan Agustus 2010.
3.3 Populasi dan Sample
Populasi target adalah semua wanita usia 25-50 tahun yang
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik.
Populasi terjangkau adalah wanita usia 25-50 tahun yang
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik di Cikarang.
Sampel adalah 25 wanita usia 25-50 tahun yang menggunakan
kontrasepsi hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar,
Cikarang pada bulan Agustus pada tahun 2010.
Cara pemilihan sample dengan menggunakan purposive accidental
sampling dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan
ada atau tersedia.
Kriteria Inklusi penelitian ini adalah wanita usia 25-50 tahun yang
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik.
Kriteri Eksklusi penelitian ini adalah subyek yang menolak
berpartisipasi.
Pengambilan sample dilakukan dengan teknik purposive accidental
sampling.
20
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia. Besar sample adalah
25 orang sesuai dengan jumlah pengguna kontrasepsi suntik di
Rumah Bersalin Gizar, Cikarang.
21
3.4 Cara Kerja
Wanita usia 25-50 tahun yang
menggunakan kontrasepsi
hormonal jenis suntik
Pengisian inform persetujuan dan
kuisioner
Variabel bebas :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Penghasilan
4. Peran serta suami
5. Keikutsertaan
dalam penyuluhan
program KB
6. Jumlah anak
7. Sumber informasi
Variabel terikat:
1. pengetahuan
2. sikap
3. perilaku
Skoring dari hasil
pertanyaan kuisioner.
Penyajian data
dalam bentuk
makalah.
Analisis SPSS untuk
mengetahui frekuensi
sebaran.
Analisis SPSS untuk
mengetahui frekuensi
tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku.
Uji validasi
Penyebaran kuisioner
ulang berdasarkan
hasil uji validasi
22
3.5 Manajemen Data
Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan
setelah penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian.
Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner.
Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows versi 16,0 dan Microsoft Excel 2007. Data disajikan
dalam bentuk tekstular dan tabular.
Analisis Data
Dalam analisis dan interpretasi data, digunakan analisis univariat
dengan metode deskriptif.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Gambaran Karakteristik dan tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang pada bulan Agustus 2010.
4.1 Gambaran Usia Responden
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Wanita yang
Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Usia Responden Jumlah Persentase (%)
25-30 tahun 15 60.0
31-35 tahun 4 16.0
36-40 tahun 4 16.0
41-45 tahun 2 8.0
46-50 tahun 0 0.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak berusia antara 25-30
tahun yaitu sebanyak 15 orang (60%). Sedangkan, tidak ada pengguna
kontrasepsi jenis suntik pada usia 46-50 tahun(0%).
Pada tahun 1992/1993 lebih dari separuh yaitu 57,61% pesera KB
baru adalah berusia antara 20-29 tahun, persentase ini menjadi 57,84%
pada tahun 1993/1994. Kelompok umur tersebut harus diperhatikan
dengan cermat, karena secara alamiah mempunyai fertilitas yang tinggi,
sehingga harus diusahakan untuk sesegera mungkin menggunakan
kontrasepsi yang efektif (BKKBN, 1995).
Menurut data SDKI 2009 frekuensi pengguna kontrasepsi hormonal
jenis suntik pada wanita usia 15-19 tahun (223,810), usia 20-24 tahun
(1,806,4222), usia 25-29 tahun (2,903,811), usia 30-34 tahun (2,964,838),
24
usia 35-39 tahun (2,381,297), usia 40-44 tahun (1,510,513), usia 45-49
tahun (650,629), dan usia 50-54 (120,704). Pengguna KB hormonal jenis
suntik didominasi wanita kelompok usia 30 sampai 34 tahun dengan
jumlah 2,964,838 (SDKI,2009).
Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam
menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia
muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung
memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai (Ardiyan, 2008).
Maka, dilihat dari data BKKBN 1993 dan data SDKI 2009, hasil
penelitian ini memiliki gambaran karakteristik umur yang tidak jauh
berbeda, yaitu penggunaan kontrasepsi suntik kebanyakan digunakan oleh
wanita muda usia 25-30 tahun.
4. 2 Gambaran Pendidikan Responden
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita yang
Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah
Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Pendidikan
Responden
Jumlah Persentase (%)
tidak tamat SD 1 4.0
tamat SD 4 16.0
tamat SMP 4 16.0
tamat SMU dan
sederajat
9 36.0
tidak tamat
perguruan tinggi
3 12.0
tamat perguruan
tinggi
4 16.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa wanita yang paling
banyak menggunakan kontrasepsi jenis suntik adalah wanita yang
berpendidikan tamat SMU dan sederajat yaitu sebanyak 9 orang (36%) dan
yang paling sedikit menggunakan kontrasepsi jenis suntik ini adalah
wanita yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 1 orang (1%).
25
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal,
termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang
yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah
menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980).
Menurut survei, terdapat perbedaan akan pengetahuan kontrasepsi
dengan pendidikan. Proporsi wanita yang mengetahui mengenai
kontrasepsi meningkat berdasarkan tingkat pengetahuan. Sebagai contoh,
87 persen wanita tanpa edukasi pernah mendengar metode modern
kontrasepsi. Proporsi meningkat sampai 96 persen diantara wanita yang
lulus SD dan sampai 100 persen di antara wanita dengan pendidikan lebih
tinggi (Demografic and Health Survey, 1994).
Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan
perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan
berbagai keputusan. Termasuk dalam pengambilan keputusan untuk
memakai kontrasepsi. Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan
tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi
persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga
besar. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya
berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita
keluarga, berguna bagi masyarakat dan negara. Untuk sampai pada cita-
cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang
baik. Tidak mungkin menciptakan anak yang berkualitas di tengah waktu
yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan tidak mungkin menciptakan
anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang
terbatas(BKKBN, 1999). Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian, yaitu
wanita dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP
memiliki proporsi yang lebih rendah jika dibandingkan wanita dengan tingkat
pendidikan SMU.
26
Berdasarkan data SDKI 2009, tingkat pendidikan penduduk
Indonesia yang paling banyak adalah tingkat SMU sebanyak 5,316,044
orang dan SMK sebanyak 3,249,850 orang (SDKI,2009). Hal inilah yang
menyebabkan jumlah wanita pengguna kontrasepsi suntik lebih banyak
pada tingkat pendidikan SMU atau sederajat dibandingkan dengan tingkat
pendidikan perguruan tinggi.
4. 3 Gambaran Pekerjaan Responden
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita yang
Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah
Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Ibu rumah tangga 10 40.0
Karyawan 11 44.0
Guru 0 0
Bidan atau petugas
kesehatan
1 4.0
Wiraswasta 2 8.0
Lain-lain 1 4.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Persentase pemakaian alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan
menurut SDKI 1999 pada wanita bekerja sebesar 55,4% dan yang tidak
bekerja sebesar 44.6%. Wanita yang bekerja memiliki nilai waktu yang
mahal sehingga kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding
wanita yang tidak bekerja, sehingga wanita yang bekerja akan cenderung
membatasi jumlah anak (SDKI 1999). Selain itu, wanita yang mempunyai
latar belakang pendidikan relatif tinggi dan bekerja akan mempunyai
kecenderungan berpikir secara rasional. Dengan ukuran keluarga kecil
menjadi suatu keluarga yang lebih lincah (Himpunan Pidato Kepala
BKKBN, 1990). Penggunaan kontrasepsi suntik lebih didominasi oleh
wanita yang bekerja karena mereka memilih kontrasepsi dengan tingkat
efektifitas yang lebih baik dengan menghindari faktor lupa apabila
dibandingkan dengan menggunakan kontrasepsi jenis pil (BKKBN, 1999).
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan diatas, karena
berdasarkan tabel didapatkan bahwa wanita yang menggunakan
27
kontrasepsi suntik jenis hormonal paling banyak memiliki pekerjaan
sebagai karyawan yaitu sebanyak 11 orang (44%) dibandingkan jenis
perkerjaan lainnya.
4. 4 Gambaran Penghasilan Perbulan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan Wanita
yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di
Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Penghasilan Perbulan Jumlah Persentase (%)
Rendah 6 24.0
Sedang 5 20.0
Tinggi 14 56.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk
membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin
juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin
menuntut kualitas yang baik. Saat ini standar UMR adalah Rp 1.118.000.
Karena penghasilan yang cukup akan memotivasi seseorang memilih alat
kontrasepsi yang lebih baik pula yaitu kontrasepsi suntik (Notoadmojo,
1997).
Penggunaan alat kontrasepsi yang efektif mengurangi
ketidakpastian tentang kapan melahirkan anak dan dapat memberi
kesempatan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga pada peran ekonomi
dalam keluarga (BKKBN, 1995).
Pernyataan di atas mendukung hasil dari penelitian ini yang dapat
dilihat pada tabel, yaitu wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
jenis suntik paling banyak memiliki pendapatan perbulan yang tinggi
adalah sebanyak 14 orang (56%). Hal ini bisa saja disebabkan oleh
semakin tingginya tingkat penghasilan membuat akseptor menuntut jenis
kontrasepsi yang lebih efektif yaitu kontrasepsi jenis suntik, walaupun
harus membayar lebih mahal dibandingkan kontrasepsi jenis pil.
28
4. 5 Gambaran Jumlah Anak Responden
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Dimiliki
Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis
Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan
Agustus 2010
Jumlah Anak Jumlah Persentase (%)
<2 anak 15 60.0
>2 anak 10 40.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa wanita yang
menggunakan kontrasepsi suntik jenis hormonal paling banyak memiliki
anak kurang dari 2 yaitu sebanyak 15 orang (60%).
Data SDKI 2002 – 2003 menyatakan bahwa, pemakaian
kontrasepsi meningkat pesat sejalan dengan jumlah anak yang masih
hidup. Terdapat peningkatan sebesar 7% pada wanita yang tidak memiliki
anak, 67% pada wanita dengan 1-2 anak, 38% pada wanita yang memiliki
3-4 anak dan turun menjadi 49% pada wanita dengan 5 anak atau lebih
(SDKI,2003).
Pasangan usia subur (PUS) dengan paritas rendah menjadi prioritas
penggarapan gerakan KB nasional dalam upaya menurunkan tingkat
kelahiran. Keadaan jumlah peserta KB baru menurut jumlah anak hidup
dari tahun 1999-1994 menunjukkan bahwa peserta KB baru yang
terbanyak adalah PUS dengan jumlah anak 0-2, yang persentasenya
mengalami kenaikan setiap tahun. Sebaliknya PUS dengan jumlah anak
3-3+ terus mengalami penurunan setiap tahun (BKKBN, 1994).
Hal ini menunjukkan bahwa wanita pengguna kontrasepsi jenis
suntik yang memiliki jumlah anak kurang dari 2 sedang dalam masa
perencanaan jumlah anak. Sedangkan wanita yang telah memiliki jumlah
anak lebih dari 2 cenderung memilih kontrasepsi mantap yang lebih
efektif daripada kontrasepsi suntik.
29
4. 6 Gambaran Peran Suami dalam Penentuan Jenis Kontrasepsi
Responden
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Suami Dalam
Penentuan Jenis Kontrasepsi yang dimiliki Wanita Pengguna
Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar
Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Peran Suami Dalam
Menentukan Jenis
Kontrasepsi
Jumlah Persentase (%)
Suami ikut menentukan
kontrasepsi
19 76.0
Suami tidak berperan
menentukan kontrasepsi
6 24.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan SDKI 2002-2003, 57% wanita mendiskusikan KB
dengan pasangannya paling sedikit satu kali selama setahun terakhir.
Wanita usia 20-34 tahun cenderung lebih sering membicarakan KB dengan
suami dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur lainnya. Dan
43% wanita tidak pernah membicarakan KB dengan pasangannya. Data
yang lain juga menyebutkan bahwa 2% wanita setuju menggunakan alat
kontrasepsi tetapi suaminya tidak setuju dan hanya 1% wanita yang tidak
setuju tetapi suaminya setuju. Jadi perbedaan pendapat tentang KB antara
suami dan isteri di Indonesia relatif rendah yaitu 2%(SDKI,2003).
Data SDKI tersebut mendukung hasil penelitian ini karena
berdasarkan data dari tabel di atas, suami responden ikut menentukan
pemilihan kontrasepsi yang digunakan yaitu sebanyak 19 orang (76%).
Artinya, suami juga ikut berperan dalam merencanakan jumlah anak
sehingga tujuan keluarga berencana dalam mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera dapat segera tercapai.
30
4. 7 Gambaran Keikutsertaan Responden Dalam Penyuluhan Keluarga
Berencana
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam
Penyuluhan Keluarga Pada Wanita Pengguna Kontrasepsi
Hormonal Jenis Suntik Berencana di Rumah Bersalin Gizar
Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Keikutsertaan Responden
Dalam Penyuluhan
Keluarga Berencana
Jumlah Persentase (%)
Sering 1 4.0
Pernah 4 16.0
Tidak Pernah 20 80.0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kesadaran, pengetahuan, sikap
dan praktek masyarakat dalam ber-KB. Dengan telah besarnya jumlah
peserta KB, maka pelaksanaan program ini perlu makin ditingkatkan
kualitasnya. Sehubungan dengan itu, maka pesan-pesan penerangan KB
akan tetap diarahkan kepada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih efektif
dengan tingkat perlindungan kehamilan yang lebih tinggi. Kegiatan
penerangan juga meliputi penerangan medis yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi (BKKBN, 1990).
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden tidak
pernah mengikuti penyuluhan program keluarga berencana (80%). Hal ini
bisa saja disebabkan karena daerah penelitian adalah Cikarang yang
memiliki kepadatan penduduk cukup padat akibat tingkat urbanisasi yang
tinggi di wilayah industri tersebut, sehingga penyuluhan program keluarga
berencana belum mencakup untuk seluruh lapisan masyarakat. Namun,
untuk pembuktiannya diperlukan penelitian lebih lanjut.
31
4. 8 Gambaran Sumber Informasi yang Paling Berkesan Mengenai
Keluarga Berencana yang Didapatkan oleh Responden
Tabel 4.8 Distribusi Responden BerdasarkanSumber Informasi yang
Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana di Rumah
Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Sumber informasi yang
paling berkesan
Jumlah Persentase (0%)
Rumah Sakit 0 0
Puskesmas 4 16.0
Posyandu 1 4.0
Kinik bidan atau klinik
dokter
20 80.0
Media elektronik (TV) 0 0
Bahan bacaan (Majalah) 0 0
Total 25 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel di atas didapatkan bahwa sumber informasi yang paling
berkesan bagi wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik di RB Gizar
adalah berasal dari klinik bidan atau klinik dokter dengan jumlah 20 orang
(80%), sedangkan menurut mereka sumber informasi dari rumah sakit,
media elektronik dan bahan bacaan tidak berkesan.
Berdasarkan data, kebanyakan wanita mendapatkan informasi
mengenai keluarga berencana dari pusat-pusat kesehatan (37%). Bidan
merupakan sumber informasi yang paling popular (16%). Posyandu
adalah pilihan primer untuk pelayanan keluarga berencana (13%). Radio
dan televisi yang menampilkan drama dan dikusi mengenai keluarga
berencana juga merupakan salah satu sumber informasi. Wanita dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah menerima sumber
informasi dari berbagai macam media sebagai sumber informasi mengenai
keluarga berencana dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan yang
lebih rendah. Pada akhirnya, sumber informasi sangat berperan terhadap
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang (Demografic and Health
Survey, 1995).
32
Pernyataan di atas, mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa
sumber informasi yang responden dapatkan paling banyak berasal dari
pusat kesehatan yaitu klinik bidan atau klinik dokter.
4. 9 Gambaran Pengetahuan Responden
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Wanita
tentang Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin
Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Gambaran Pengetahuan
responden
Jumlah Persentase (%)
Baik 1 4.0
Sedang 5 20.0
Buruk 19 76
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 pertanyaan yang diajukan
mengenai pengetahuan pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi
jenis suntik diperoleh bahwa, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan
kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%). Sedangkan
wanita yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (20%) dan
jumlah wanita yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%).
Berdasarkan hasil survei daerah sekitar Jawa dan bali , DKI Jakarta
memiliki level tertinggi dalam pengetahuan mengenai lingkaran biru
(keluarga berencana) dengan persentase 88%, diikuti dengan Yogyakarta
70%, Kalimantan Timur (66%), Bali (65%) dan daerah Jawa Barat 60%.
(Demografic Health Survey, 1995). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian,
dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai kontrasepsi hormonal
jenis suntik di daerah Cikarang, Jawa Barat masih rendah.
33
4. 10 Gambaran Sikap Responden
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Wanita Mengenai
Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar
Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Gambaran Sikap Responden Jumlah Persentase (%)
Baik 1 4.0
Sedang 4 16.0
Buruk 20 80.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dari 5 pertanyaan yang diajukan
mengenai pengetahuan pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi
jenis suntik diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki sikap buruk
mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (80%).Sedangkan wanita
yang memiliki sikap sedang sebanyak 4 orang (16%). Dan jumlah wanita
yang memiliki sikap baik sebanyak 1 orang (4 %).
Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertututp
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan bahwa sikap
adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan
motif tertentu. (Notoatmojo, 2003)
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki sikap yang baik dalam penggunaan kontrasepsi suntik maka
memiliki kecenderungan untuk memiliki perilaku yang baik pula dalam
penggunaannya.
34
4. 11 Gambaran Perilaku Responden
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Wanita tentang
Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar
Cikarang Pada Bulan Agustus 2010
Gambaran Perilaku
Responden
Jumlah Persentase (%)
Baik 0 0
Sedang 1 4.0
Buruk 24 96.0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dari 5 pertanyaan yang diajukan
mengenai perilaku pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi
jenis suntik diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki perilaku buruk
mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang (96%).Sedangkan wanita
yang memiliki sikap sedang sebanyak 1 orang (4%). Dari data di atas
tidak ada wanita yang memiliki perilaku baik.
Perilaku adalah hal-hal yang telah dilakukan seseorang berkenaan
dengan pengetahuan yang telah didapat. (Notoatmojo,2003) Maka,
pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam
penggunaan kontrasepsi. Apabila pengetahuan sesorang kurang maka
orang tersebut akan memiliki kecenderungan memiliki sikap dan perilaku
yang buruk, dalam hal ini adalah penggunaan kontrasepsi hormonal jenis
suntik.
35
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
jenis suntik paling banyak berusia antara 25-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang
(60%).
Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang paling banyak menggunakan
kontrasepsi jenis suntik adalah wanita yang berpendidikan tamat SMU dan
sederajat yaitu sebanyak 9 orang (36%)
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal jenis suntik memiliki tingkat pendapatan yang tinggi
yaitu lebih dari Rp 1.202.749 (56%).
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden memiliki jumlah
anak kurang dari 2 orang (60%).
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sumber informasi yang paling
berkesan bagi wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik di RB Gizar adalah
berasal dari klinik bidan atau klinik dokter dengan jumlah 20 orang (80%),
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan
kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%).Sedangkan
wanita yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (20%). Dan
jumlah wanita yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%).
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki
sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (36%).Sedangkan
wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 4 orang (56%). Dan jumlah
wanita yang memiliki sikap baik sebanyak 1 orang (4 %).
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki
perilaku buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang
36
(96%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 1 orang (4%).
Dari hasil penelitian, tidak ada wanita yang memiliki perilaku baik.
5.2 Saran
Diperlukan penggalakan program keluarga berencana di daerah Cikarang
karena 20 dari 25 responden mengaku tidak pernah mengikuti penyuluhan
kelarga berencana. Selain itu, diperlukan penyampaian informasi yang lebih
lengkap dari para tenaga kesehatan maupun media penunjang informasi
lainnya kepada wanita pengguna kontrasepsi, sehingga diharapkan kedepannya
pengetahuan pengguna kontrasepsi semakin meningkat dan secara langsung
juga memberikan dampak yang lebih baik pada sikap dan perilaku dalam
penggunaan kontrasepsi.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar di daerah
Cikarang, sehingga didapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
wanita penggguna kontrasepsi jenis suntik yang lebih representatif daripada
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. KB Itu Mengatur Keturunan. Diakses hari rabu tanggal 29 September
2010. Diunduh dari www. bkkbn.go.id
Anonim. 2009. Tujuan Program Keluarga Berencana. Diakses hari rabu tanggal 29
September 2010. Diunduh dari http://www.bkkbn.go.id
Anonim. 2009. Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik. Diakses hari kamis tanggal 16
September 2010. Diunduh dari http ://www. Bappenas.go.id.
Anonim. 2010. Pencapaian MDG Hadapi Kendala. Diakses hari jumat tanggal 1 Oktober
2010. Diunduh dari http : //www. bkkbn.go.id
Arikunto, Suharsimi: Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan dan Praktik ), Rieneka
Cipta, Jakarta, 1998, p24.
Ardiyan, Kundi. Hubungan antara Tingkat pengetahuan tentang KB dan Metode
Kontrasepsi di Kelurahan Sumber Sari. Diakses tanggal 14 Agustus 2010. Diunduh dari:
http://www. University of Jember.com.
Biro Pusat Statistik: Indonesia Demographic and Health Survey 1997, BPS. Kantor
Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, Dep.Kes, Demographic and Health Surveys
Macro Internatioanal Inc, Jakarta. 1998, 87-9.
BKKBN: Himpunan Pidato Kepala Bkkbn Tentang Pembangunan Sumberdaya Manusia
Melalui Gerakan KB Nasional, Membangun Keluarga Mandiri yang Berpotensi. Kantor
Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta,
1990,p15-17.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri
Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1994, p70.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri
Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1995, p50-
2.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Jakarta :
Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for
population/NFCB,1999,p80-4.
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri
Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 2000, p34-
5
BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri
Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1999, p55-
7.
BKKBN. 2008. Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Jakarta :
Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB.
Central Bureau of Statistic Jakarta: Demographic and Health Survey. Calverton,
Maryland: CBS and MI, 1995, p115-20
Direktorat Statistik dan Kependudukan. 1999;2003;2007. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia. Biro Pusat Statistik. www.datastatistik_indonesia.com. . Diakses
tanggal 10 September 2010.
Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003,
p46 – 50.
Irwati T,Lolong D.B, Isnawati, Hzartanto W, et al: Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2002-2003. BPS, BKKBN, DepKes, ORC, Jakarta, 2003, p88-9.
Iskandar N: Demografi Tehnik. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 1997, p20-3.
Mochtar,R: Sinopsis Obstetri Jilid II. EGC, Jakarta, 1998, p249 – 254.
Notoatmodjo,Soekidjo: Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, p44-6
Notoatmodjo, Soekidjo: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2003,
p50-60.
Royston, Erica: Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1994, p34-
5.
Saifudin: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, ed.1, Cetakan ke-4. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2006b.
Sudigdo, S : Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 3. Sagung Seto, Jakarta,
2008, p92-103.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2009. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang
Berstatus Kawin menurut Alat atau Cara KB yang Sedang Digunakan dan Golongan
Umur, Indonesia. Diunduh dari www.datastatistik_indonesia.com. Diakses tanggal 10
September 2010.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2009. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang
Berstatus Kawin menurut Alasan Utama Tidak Menggunakan Alat/Cara KB dan
Golongan Umur, Indonesia. Diunduh dari www.datastatistik_indonesia.com. Diakses
tanggal 10 September 2010.
Prawirohardjo S: Ilmu Kandungan. Tridasa Printer, Jakarta, 2008, p 532-53.
Lampiran Persetujuan Penelitian
Persetujuan Partisipasi dalam Penelitian
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA 25-50
TAHUN TENTANG PENGGUNAAN KB HORMONAL JENIS
SUNTIK PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010
Kami ingin meminta kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Silakan membaca
lembar persetujuan ini. Jika ada pertanyaan, tidak perlu merasa sungkan atau ragu untuk
menanyakannya.
Penelitian ini mengharapkan ketulusan Anda untuk berpartisipasi. Penelitian ini nantinya
diharapkan bermanfaat untuk Subjek mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita
tentang penggunaan KB hormonal jenis suntik. Penelitian ini tidak memiliki risiko yang akan
membahayakan Anda secara fisik.
Kerahasiaan Anda akan kami jaga. Kami tidak akan menyebutkan nama Anda. Kami hanya akan
memberikan nama samaran. Semua informasi yang Anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya
sehingga identitas Anda tetap kami lindungi. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan sebagai
skripsi.
Saya memahami semua informasi di atas dan dengan ini menyatakan kesediaan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
_______________________ ________________
Tanda Tangan Partisipan Tanggal
Saya telah menjelaskan penelitian ini kepada partisipan/subjek di atas sebelum meminta
persetujuannya untuk terlibat dalam penelitian ini.
____________________ ________________
Tanda tangan Peneliti Tanggal
Lampiran Persetujuan Penelitian
Lampiran Lembar Kuisioner
LEMBAR KUISIONER KONTRASEPSI DENGAN MENGGUNAKAN
KONTRASEPSI HORMONAL JENIS SUNTIK
I IDENTITAS RESPONDEN SKOR
Nama :
Umur :
1. 25-30 tahun
2. 31-35 tahun
3. 36- 40 tahun
4. 41-45 tahun
5. 46 – 50 tahun
Pendidikan :
1. buta huruf/ tidak pernah sekolah,
2. tidak tamat SD
3. tamat SD
4. tamat SMP
5. tamat SMU dan yang sederajat.
6. tidak tamat perguruan tinggi.
7. tamat perguruan tinggi
Pekerjaan :
1. Ibu rumah tangga
2. Karyawan
3. Guru
4. Bidan/ petugas kesehatan
5. Wiraswata
6. Lain-lain.
Penghasilan perbulan :
1. Kurang dari Rp. 1.118.000
2. Antara Rp. 1.118.000 – Rp.
1.202.749
3. Lebih dari Rp. 1.202.749
Jumlah anak kandung saat ini :
1. Kurang dari 2 anak
2. Lebih dari 2 anak
Apakah saat ini Ibu menggunakan Kontrasepsi
jenis suntik?
1. Ya
2. Tidak
Dimanakah Ibu pernah mendapatkan informasi
mengenai KB?
1. Rumah sakit 5. Media
elektronik(TV)
2. Puskesmas 6. Bahan bacaan
(Majalah)
3. Posyandu
4. Klinik Bidan atau Klinik Dokter
Lampiran Lembar Kuisioner
(lanjutan)
PENGETAHUAN RESPONDEN
Apakah yang Ibu ketahui tentang keluarga berencana
(KB)? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Perencanaan kehamilan sehingga kehamilan
hanya terjadi pada waktu yang diinginka
2. Usaha untuk merencanakan jumlah anak
3. Usaha untuk mengatur jarak kehamilan.
4. Tidak tahu
Menurut Ibu apakah tujuan dari program KB?
1. Agar kehamilan tidak terjadi pada usia terlalu
dini
2. Agar kehamilan tidak terjadi pada usia tua
3. Agar jarak antara kehamilan tidak terlalu dekat
4. Tidak tahu
Apakah yang Ibu ketahui mengenai manfaat dari
kontrasepsi?
1. Menjarangkan kehamilan
2. Menunda kehamilan
3. Mengatur jarak kehamilan
4. Tidak tahu.
Kontrasepsi jenis apakah yang Ibu ketahui selain
kontrasepsi jenis suntik? (jawaban boleh lebih
dari satu)
1. Pil
2. spiral (IUD)
3. Kondom
4. Tidak tahu
Apakah Ibu mengetahui kapan seharusnya
kontrasepsi suntik harus diberikan? (jawaban
boleh lebih dari satu)
1. Setiap 1 bulan
2. Setiap 3 bulan
3. Tidak tahu
Sejauh yang Ibu tahu, apa sajakah yang
merupakan kerugian dari penggunaan kontrasepsi
suntik? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Penambahan berat badan
2. Perubahan pola menstruasi
3. Tergantung pada dokter atau bidan untuk
menyuntikkan KB
4. Tidak tahu
(lanjutan)
Sejauh yang Ibu tahu, apa sajakah keuntungan
dari penggunaan kontrasepsi suntik? (jawaban
boleh lebih dari satu)
1. Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari
pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
2. Kontrasepsi jangka panjang dibandingkan
pil kontrasepsi
3. Anda tidak perlu menyimpan obat suntik
kb di rumah
4. Tidak tahu
Menurut Ibu, wanita yang boleh menggunakan
kontrasepsi suntik adalah…
1. Wanita yang menginginkan kontrasepsi
jangka panjang dibandingkan dengan
penggunaan kontrasepsi pil.
2. Wanita yang telah punya banyak anak
3. Wanita yang sering lupa minum pil
kontrasepsi
4. Tidak tahu
Menurut Anda kapankah penggunaan kontrasepsi
suntik dapat dihentikan?
1. Ketika ingin mengganti dengan
kontrasepsi jenis yang lain.
2. Ketika ingin hamil kembali
3. Ketika timbul gangguan kesehatan akibat
suntik kontrasepsi
4. Tidak tahu
Sejauh yang Ibu tahu, dibagian tubuh manakah
penyuntikan Kontrasepsi jenis suntik diberikan?
1. Pantat/Bokong
2. Lengan bagian atas
3. Tidak tahu
SIKAP RESPONDEN
Apakah ibu setuju bahwa alat kontrasepsi suntik dapat
mencegah kehamilan ?
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Netral
4. Tidak Setuju
5. Sangat tidak setuju
Apakah ibu setuju bahwa kontrasepsi suntik adalah
(lanjutan)
alat kontrasepsi yang aman dan efektif?
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Netral
4. Tidak Setuju
5. Sangat tidak setuju
Apakah ibu setuju bahwa kontrasepsi suntik lebih
praktis daripada alat kontrasepsi pil dalam hal
penggunaan?
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Netral
4. Tidak Setuju
5. Sangat tidak setuju
Menurut ibu, apakah wanita yang sedang memberikan
bayinya ASI eksklusif (pemberian ASI selama 6 bulan
pertama) harus menggunakan kontrasepsi suntik untuk
mencegah kehamilan?
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Netral
4. Tidak Setuju
5. Sangat tidak setuju
Menurut Ibu, apakah suami harus turut berperan
dalam penentuan jenis kontrasepsi?
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Netral
4. Tidak Setuju
5. Sangat tidak setuju
PERILAKU RESPONDEN
Sudah berapa lamakah Ibu menggunakan
Kontrasepsi jenis suntik?
1. ≤ 6 bulan
2. 1 – 3 tahun
3. 4 tahun
4. Lebih dari 5 tahun
(lanjutan)
Apakah alasan Anda menggunakan kontrasepsi
jenis suntik? (boleh lebih dari satu)
1. Sebagai perencanaan kehamilan untuk
menjarangkan jangka waktu kelahiran
2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan
suami istri
3. Harga yang lebih ekonomis
4. Pemakaiannya praktis
5. Tidak tahu
Apakah Anda pernah mengikuti perkumpulan
atau organisasi atau penyuluhan keluarga
berencana?
1. Sering
2. Pernah
3. Tidak pernah
Kegiatan sosial apa saja yang ibu ikuti selama 6
bulan terkhir ini?
1. PKK
2. Posyandu
3. Penyuluhan
4. Kegiatan Agama (Pengajian atau
ceramah)
5. Arisan
Apakah Anda pernah menganjurkan kepada ibu-
ibu ain untuk ikut menggunakan kontrasepsi?
1. Sering
2. Pernah
3. Tidak pernah
(lanjutan)
Lampiran data spss
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 25-30 tahun 15 60.0 60.0 60.0
31-35 tahun 4 16.0 16.0 76.0
36-40 tahun 4 16.0 16.0 92.0
41-45 tahun 2 8.0 8.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak tamat SD 1 4.0 4.0 4.0
tamat SD 4 16.0 16.0 20.0
tamat SMP 4 16.0 16.0 36.0
tamat SMU dan sederajat 9 36.0 36.0 72.0
tidak tamat perguruan tinggi 3 12.0 12.0 84.0
tamat perguruan tinggi 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ibu rumah tangga 10 40.0 40.0 40.0
karyawan 11 44.0 44.0 84.0
bidan atau petugas
kesehatan 1 4.0 4.0 88.0
wiraswasta 2 8.0 8.0 96.0
lain-lain 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Lampiran data spss
penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <1118000 6 24.0 24.0 24.0
1118000-1202749 5 20.0 20.0 44.0
>1202749 14 56.0 56.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
jumlah_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <2 anak 15 60.0 60.0 60.0
>2 anak 10 40.0 40.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
informasi_KB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid puskesmas 4 16.0 16.0 16.0
posyandu 1 4.0 4.0 20.0
klinik bidan atau klinik
dokter 20 80.0 80.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Lampiran data spss
tingkat pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 1 4.0 4.0 4.0
sedang 5 20.0 20.0 24.0
kurang 19 76.0 76.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
sikap_responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 1 4.0 4.0 4.0
sedang 4 16.0 16.0 20.0
buruk 20 80.0 80.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
perilaku responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sedang 1 4.0 4.0 4.0
buruk 24 96.0 96.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Lampiran Skor Kuisioner
HASIL SKOR
I. TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN
NO Jawaban yang diharapkan Skor Jika jawaban
1 a,b,c 3 Benar 3
2 Benar 2
1 Benar 1
0 D
2 A,b,c 3 Benar 3
2 Benar 2
1 Benar 1
0 D
3 A,b,c 3 Benar 3
2 Benar 2
1 Benar 1
0 D
4 A,b,c 3 Benar 3
2 Benar 2
1 Benar 1
0 D
5 A,b 3 Benar 2
a/b 2 Benar 1