GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT · PDF fileManajemen K3 Di Rumah Sakit . ... Lampiran 8...
Transcript of GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT · PDF fileManajemen K3 Di Rumah Sakit . ... Lampiran 8...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN KHUSUS
GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT
SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGANAN
BENCANA DI RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
Syaifuddin
R.0008074
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Pelaksanaan Tanggap
Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Syaifuddin, NIM : R.0008074, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….
Pembimbing I Pembimbing II
Harninto, dr.,MS., Sp.Ok Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes
NIP. 19540505 198503 2 001
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM., M.Kes
NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Tugas Akhir dengan judul :
Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai Upaya
Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
Disusun oleh :
Syaifuddin
NIM. R0008074
telah diajukan dan disahkan pada tanggal :
Hari : . . . . . . . . . . . Tanggal : . . . . . . . . . . Tahun : . . . . . . . . . .
Pembimbing Lapangan Kepala IPSRS
Heru Yulistianto, ST, M.Si Imam T. Prasetyo
NIP. 19700712 199803 1 012 NIP. 19680312 199103 1 009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT SEBAGAI
UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
Syaifuddin1, Harninto
2, Cr. Siti Utari
3
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, termasuk tim penanggulangan serta sarana dan fasilitas penunjangnya.
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif,
yaitu dengan memberikan gambaran mengenai pelaksanaan tanggap darurat.
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah rumah sakit sebagai suatu instansi yang
tidak terlepas dari bencana yang dapat mengakibatkan keadaan darurat seperti
kebakaran, bencana alam serta teror bom. Oleh karena itu diperlukan sistem
tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana sehingga dapat dilakukan
upaya penyelamatan manusia dan harta untuk meminimalisasi kerugian.
Hasil : Dalam melaksanakan kegiatan tanggap darurat sebagai upaya
penanggulangan bencana, RSUD Dr. Moewardi menyediakan prosedur
menghadapi keadaan darurat yang dilengkapi sarana dan fasilitas penunjang
seperti sarana komunikasi, peralatan pemadam kebakaran, jalur keluar dan tempat
evakuasi serta tim penanggulangan keadaan darurat. Data yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang
SMK3 dan Kepmenkes RI No. 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen K3 Di Rumah Sakit.
Simpulan : RSUD Dr. Moewardi telah melaksanakan upaya tanggap darurat
sebagai upaya penanggulangan bencana yang terjadi di rumah sakit sehingga telah
sesuai dengan perundang-undangan terkait. Saran yang diberikan adalah supaya
penempatan APAR disesuaikan standar, disediakan peta evakuasi dan fasilitas
petunjuk arah keluar yang jelas, serta dilakukan pelatihan tanggap darurat secara
menyeluruh minimal 1 tahun sekali.
Kata Kunci : Tanggap Darurat, Penanggulangan Bencana, Rumah Sakit
Kepustakaan : 16, 1993-2010
1,2,3
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang
dan penyusunan laporan magang yang berjudul ” Gambaran Pelaksanaan
Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan studi
di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu praktek kerja lapangan ini
dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan
memahami mekanisme pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat material maupun
spiritual. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof., Dr., H. A.A. Subiyanto, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta sampai Mei 2011.
2. Bapak Prof., Dr., Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS.,PKK.,Sp.Ok, selaku ketua Program D. III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta sampai periode Juni 2011.
4. Bapak Sumardiyono,SKM.,M.Kes, selaku ketua Program D. III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Harninto, dr.,MS., Sp.Ok, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
6. Ibu Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
7. Bapak drg. R. Basoeki Soetardjo. MMR, selaku Direktur RSUD dr. Moewardi
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang di RSUD
dr. Moewardi.
8. Ibu Anggita selaku Koordinator yang mengurusi masalah Praktek Kerja
Lapangan RSUD dr. Moewardi Surakarta.
9. Bapak Imam T. Prasetyo selaku Kepala Instansi Instalasi Sanitasi RSUD dr.
Moewardi Surakarta.
10. Bapak Heru Yulistianto, ST, M.Si, selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan magang di RSUD dr.
Moewardi Surakarta.
11. Semua staff yang ada di IPSRS yang telah memberikan bantuan.
12. Seluruh keluarga besar Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang
telah mendukung saya.
13. Bapak dan ibu yang selalu memberi dukungan dan berdoa untuk keberhasilan
dalam menyusun laporan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
14. Teman-teman Angkatan 2008 D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sukses
selalu buat teman-temanku semua.
15. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan
penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di rumah sakit.
Amin.
Surakarta, Juni 2011
Penulis,
Syaifuddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 20
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 21
A. Metode Penelitian ................................................................... 21
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 21
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................... 21
D. Sumber Data ........................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 22
F. Pelaksanaan ............................................................................ 22
G. Analisa Data ........................................................................... 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 24
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 24
B. Pembahasan ............................................................................ 47
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 55
A. Simpulan ................................................................................. 55
B. Saran ....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap
Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana .................... 20
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi ............ 31
Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja ....................................... 39
Gambar 4. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
RSUD Dr. Moewardi Di Luar Jam Kerja .................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapangan / Magang
Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 3 Susunan P2K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 4 Protap Penggunaan APAR
Lampiran 5 Protap Pemeliharaan APAR
Lampiran 6 Jenis APAR Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 7 Protap Sistem dan Pengoperasian Alarm Kebakaran
Lampiran 8 Protap Rambu-Rambu atau Tanda Khusus Jalan Keluar Evakuasi
Lampiran 9 Protap Sistem Komunikasi
Lampiran 10 Protap Daftar Nomor Telepon Eksternal
Lampiran 11 Protap Sistem Kewaspadaan Bencana
Lampiran 12 Protap Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
Lampiran 13 Protap Evakuasi Pasien
Lampiran 14 Protap Evakuasi Keluarga Pasien dan Pengunjung
Lampiran 15 Protap Evakuasi Karyawan Kantor
Lampiran 16 Denah dan Jaringan Sistem Alarm Kebakaran
Lampiran 17 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 1
Lampiran 18 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 2
Lampiran 19 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 3
Lampiran 20 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 4 dan 5
Lampiran 21 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Lampiran 22 Permenakertrans No : PER.04/MEN/1980
Lampiran 23 Permenaker Nomor : PER.05/MEN/1996
Lampiran 24 Kepmenaker RI No. : KEP.186/MEN/1999
Lampiran 25 Kepmenkes RI Nomor : 1204 /MENKES/SK/X/2004
Lampiran 26 Kepmenkes RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007
Lampiran 27 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Lampiran 28 Foto Perlengkapan Sarana dan Fasilitas Tanggap Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa
perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan
tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat,
pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia merupakan supermarket
bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia.
Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk
mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara
penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana
(Tahir, 2010).
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam keadaan emergensi)
sehari-hari adalah hak asasi manusia atau hak setiap orang dan merupakan
kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Salah satu permasalahan
kesehatan yang perlu mendapat perhatian adalah penanggulangan Medik
Penderita Gawat Darurat yang disebabkan oleh bencana alam maupun
bencana karena ulah manusia yang pada kenyataannya akan semakin sering
terjadi karena Indonesia memiliki banyak daerah rawan bencana (Team Blog
Akreditasi, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Rumah sakit biasanya menjadi tempat tujuan utama untuk mencari
pertolongan, sehingga rumah sakit segera dipenuhi oleh korban. Padahal,
rumah sakit di lokasi bencana merupakan bagian dari korban. Disisi lain,
tidak ada alasan untuk memberikan pelayanan yang tidak bermutu kepada
korban bencana, bagaimanapun kondisi rumah sakit tersebut. Pada fase-fase
awal pasca bencana, rumah sakit biasanya membutuhkan tambahan kapasitas
pelayanan. Dengan demikian, penting bagi rumah sakit untuk membuat
Disaster Plan yang implementatif sebagai pedoman bagi seluruh komponen
dalam rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang memenuhi standar
mutu maupun kuantitas. Disaster Plan di rumah sakit akan mencegah praktek
pelayanan kesehatan yang tidak aman bagi korban bencana. Perencanaan
untuk kesiagaan menghadapi kondisi pasca bencana ini sebaiknya meliputi
tidak hanya di pre-hospital namun juga pada area rumah sakit dan post-
hospitalization (Eka, 2007).
Sebagai Instansi Rumah Sakit yang menangani keadaan darurat,
RSUD Dr. Moewardi juga perlu untuk melakukan evakuasi pada saat keadaan
darurat, seperti kebakaran, peledakan, bencana alam maupun teror bom.
Resiko kebakaran terjadi terutama pada gudang dan tangki penyimpanan
oksigen yang mengandung bahan-bahan kimia mudah terbakar. Oleh karena
itu, rumah sakit memerlukan suatu sistem tanggap darurat yang mencakup
rencana evakuasi dan prosedur-prosedur yang harus dilakukan saat keadaan
darurat untuk menyelamatkan pasien, pengunjung maupun karyawan di
rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dengan latar belakang di atas maka penulis ingin membahas lebih
lanjut mengenai “Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai
Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
Dalam pelaksanaannya, penulis hanya membahas pelaksanaan
tanggap darurat untuk penanggulangan bencana yang ada di dalam rumah
sakit seperti kebakaran, bencana alam dan teror bom.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat suatu rumusan
masalah yaitu
1. Bagaimana sarana dan fasilitas yang disediakan untuk penanggulangan
bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?
2. Bagaimana peran tim tanggap darurat dalam penanggulangan bencana di
RSUD Dr. Moewardi?
3. Bagaimana gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya
penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sarana dan fasilitas yang digunakan untuk penanggulangan
bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Mengetahui tim yang berperan dalam pelaksanaan tanggap darurat di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
3. Mengetahui gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya
penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi :
1. Rumah Sakit
a. Diharapkan dapat memperoleh saran mengenai aspek keselamatan
dan kesehatan kerja terutama dalam pelaksanaan tanggap darurat di
rumah sakit.
b. Diharapkan dapat memperoleh alternatif calon karyawan yang
paham tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
c. Diharapkan dapat meningkatkan citra rumah sakit.
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Sebagai media untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah
mendapatkan bimbingan selama masa perkuliahan jika diaplikasikan
ke dunia kerja.
b. Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai pelaksanaan
tanggap darurat di rumah sakit.
c. Dapat meningkatkan kerjasama dengan rumah sakit dalam bidang
K3.
3. Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah di suatu
rumah sakit.
b. Dapat mengenal lebih dekat kondisi tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Dapat menambah wawasan mengenai tanggap darurat di suatu
rumah sakit.
d. Dapat memberikan kontribusi bagi rumah sakit Tempat Praktek
Kerja Lapangan terutama bagi aspek keselamatan dan kesehatan
kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Depkes RI, 2009a).
Keadaan darurat adalah situasi atau kejadian tidak normal yang
terjadi tiba-tiba dan dapat mengganggu kegiatan komunitas dan perlu
segera ditanggulangi (Rizka, 2009).
Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Keadaan darurat tingkat I
Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang
berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset),
yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu
instalasi / pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah
dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyalir.
2) Keadaan darurat tingkat II
Keadaan darurat tingkat II adalah suatu kecelakaan besar
dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
material yang tersedia di instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu
mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur
minyak atau gas dan lain-lain, yang mengancam nyawa manusia atau
lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak
bahaya atas karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan
tambahan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat
dan masyarakat sekitar.
3) Keadaan darurat tingkat III
Keadaan darurat tingkat III ialah keadaan darurat berupa
malapetaka atau bencana dahsyat dengan akibat lebih besar
dibandingkan dengan Tingkat II dan memerlukan bantuan,
koordinasi pada tingkat nasional.
Faktor pemicu terjadinya keadaan darurat di rumah sakit adalah
adanya Bencana. Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara
mendadak atau tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan
ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta
lingkungannya (Depkes RI, 2007a).
Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikategorikan menjadi :
a. Bencana alam (natural disaster), yang disebabkan kejadian alam
(natural) seperti gempa bumi dan gunung meletus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu hasil dari
tindakan secara langsung atau tidak langsung manusia seperti
perang, konflik antar penduduk, teroris dan kegagalan teknologi.
2. Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan)
Rencana darurat adalah suatu rencana formal tertulis, yang
berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi di instalasi dan
konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar
tempat kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera
ditangani. Perencanaan darurat harus diberlakukan oleh para pejabat yang
berwenang, pengelola pabrik dan pejabat setempat sebagai unsur yang
penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Suatu rencana respon
gawat darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan diambil dalam
beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi
segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen
yang umum dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari
rencana biasanya di bawah pengarahan dari tim respon gawat darurat
atau Emergency Response Team (Kuhre, 1996).
Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat
kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan
dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia.
Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu
ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat.
Untuk telaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang
baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu
mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap
Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan
penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi
kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia
akibat keadaan emergency dapat dicapai (Okleqs, 2008).
Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat menurut Okleqs
(2008) :
a. Mitigation (Mitigasi) : Kajian awal yang dilakukan untuk
mengeliminasi atau menurunkan derajat resiko jangka panjang
terhadap manusia atau harta benda yang diakibatkan oleh bencana.
b. Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut
berdasarkan hasil mitigasi, yang mencakup pengembangan
kemampuan personil, penyiapan prasarana, fasilitas dan sistem bila
terjadi keadaan emergency.
c. Response (Kesigapan) : Kemampuan penanggulangan saat terjadi
keadaan krisis / bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat
(termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR (Search And Rescue),
pemadaman kebakaran, dan lain-lain).
d. Recovery (Pemulihan) : Kegiatan jangka pendek untuk memulihkan
kebutuhan pokok minimum kehidupan masyarakat yang terkena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara
normal.
3. Tim Respon Gawat Darurat (Emergency Response Team)
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat
Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau
sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti
kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya.
Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi
anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang
pemimpin.
Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk
menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat.
Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka
kekurangannya akan diambil dari tiap gedung.
Anggota kunci dari Tim Respon Gawat Darurat adalah Pemimpin.
Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang
pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan
tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar
terhadap lingkungan, pekerja dan kegiatan bisnis. Orang yang dipilih
harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan
mempunyai wawasan serta mampu memimpin timnya.
Menurut Tarwaka (2008), agar organisasi P2K3 dapat berjalan
dengan baik sesuai Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja pasal 3, maka
susunan anggota sekurang-kurangnya separuhnya adalah dari perwakilan
pekerja. Anggota dari perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari
orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang proses kerja dan
potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya. Demikian juga dengan
perwakilan dari pihak manajemen atau pengurus, diupayakan suatu
perwakilan yang berasal dari jajaran manajer, supervisor, personel
officers atau profesional K3 yang dapat memberikan informasi atau
masukan di dalam membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi
dan hal-hal teknis perusahaan lainnya. Selanjutnya jumlah anggota P2K3
yang ideal agar fungsi organisasi dapat berjalan dengan efektif adalah
sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih,
maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6
orang perwakilan pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus
perusahaan atau pihak manajemen.
b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang s/d 100 orang,
maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3
orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus
perusahaan atau pihak manajemen.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau
tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar, maka jumlah anggota
sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak
manajemen.
4. Sarana dan Fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Sistem Komunikasi
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), anggota Tim
Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki telepon
genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga
mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian.
Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos
Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat.
Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus
ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon
intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.
Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke
Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (ambulan). Dimana
penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi
dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak
koordinator kecelakaan atau pemimpin Tim Tanggap Darurat.
b. Peralatan Pemadam Kebakaran
Menurut Suma’mur (1993), alat-alat pemadam kebakaran meliputi 2
jenis:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Terpasang tetap di tempat
Perlengkapan yang terpasang di tempat meliputi
peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti pemancar
air otomatis, pompa air, pipa-pipa dan selang-selang untuk
aliran air serta peralatan pemadam dengan segenap pipa-pipanya
dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering,
karbondioksida atau busa.
2) Dapat bergerak atau dibawa
Sistem pemadam yang dipasang di tempat harus
dilengkapi pula dengan alat-alat pemadam yang dapat dibawa.
Alat tersebut sangat efektif untuk pemadaman api yang masih
kecil, sehingga dengan bantuannya tidak perlu alat pemadam
yang terpasang di tempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi
relatif cukup besar.
c. Fasilitas Evakuasi
1) Jalur Keluar Evakuasi
Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-
kurangnya dua jalan penyelamat diri pada dua arah yang
bertentangan terhadap setiap kebakaran yang terjadi pada
sembarang tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak
seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk menyelamatkan
diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian harus dipelihara bersih,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tidak terhalang oleh barang-barang, mudah terlihat dan diberi
tanda-tanda arah yang jelas (Suma’mur, 1993).
2) Peta Evakuasi
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan
ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-
peta ini harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar
cadangan, dan titik pertemuan. Para pekerja harus diberitahu
untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan
keluar utama tertutup (Kuhre, 1996).
3) Titik Pertemuan di Luar Lokasi (Tempat Evakuasi)
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah
ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja
diinstruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat
keadaan darurat (Kuhre, 1996).
d. Peralatan Perlindungan Personil
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal
Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan
misalnya alat pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu
keselamatan, appron, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum
digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan
darurat yang sebenarnya (Kuhre, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan komunikasi, pemadam kebakaran dan
peralatan perlindungan personil, peralatan P3K berikut Tim
Kesehatan dan fasilitas kesehatan juga harus dimiliki dalam
menghadapi keadaan darurat (Kuhre, 1996).
5. Pelatihan Tanggap Darurat
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Anggota Tim Respon
Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi
yang berbeda seperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, gempa bumi dan
masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Penting bagi manajemen untuk
mendukung pelatihan Tim Tanggap Darurat. Penyelia harus
mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka
untuk benar-benar terlatih dalam fungsi Tim Tanggap Darurat.
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta
Pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat
bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
Program pelatihan merupakan salah satu langkah agar
pelaksanaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan
pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap
darurat dapat ditingkatkan. Tim Tanggap Darurat harus dilatih tentang
bagaimana menangani situasi-situasi keadaan darurat yang berbeda-beda.
6. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996) kegiatan minimal yang
harus dilakukan saat keadaan darurat antara lain :
a. Pemberitahuan
Tim Respon Gawat Darurat diberitahu akan terjadinya
keadaan darurat oleh pusat komando penanganan atau sumber lain,
kemudian berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang
aman. Pemberitahuan pada Tim Respon Gawat Darurat dapat
dilakukan melalui radio panggil, radio komunikasi, atau sistem
pemberitahuan masyarakat.
b. Evakuasi
Tim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan
mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap
keselamatan jiwa. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus
dilakukan oleh Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat dengan
masukan dari individu yang mengerti keadaan yang terjadi. Para
pekerja harus diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui
rute yang ditentukan dalam peta evakuasi. Para pekerja tidak boleh
panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa barang-
barang pribadi.
c. Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh
pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila
ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus
diberitahu untuk tidak masuk ke dalam area pabrik lagi sampai ada
tanda yang diberikan oleh Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat.
d. Penilaian Keadaan Darurat
Tim Respon Gawat Darurat akan mengenakan PPE (Personal
Protective Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua
pekerja sudah keluar dan membuat penilaian akan keadaan darurat
tersebut. Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini,
misalnya dengan mengidentifikasi penyebab kejadian.
e. Memindahkan Pekerja yang Cidera
Bila ditemukan pekerja yang cidera, maka harus dipindahkan
dari lokasi gawat darurat hanya oleh Tim Respon Gawat Darurat
yang memakai PPE (Personal Protective Equipment) lengkap.
Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai ambulan
tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan pekerja
tersebut.
f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar
Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera, Pimpinan Tim
Respon Gawat Darurat akan menginstruksikan siapa yang harus
dihubungi dari daftar yang ada.
g. Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu
Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk
penghentian saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tim Respon Gawat Darurat akan memutuskan dengan masukan dari
lainnya, seperti bagian prasarana. Harus diperhatikan untuk tidak
menghentikan terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha
penyelesaian gawat darurat dan menyebabkan gangguan yang serius
pada kegiatan bisnis.
h. Mendirikan Penghalang
Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi yang
melarang siapapun kecuali Tim Respon Gawat Darurat untuk masuk.
i. Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja
Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya
pada para pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila
terpaksa harus dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang
dipulangkan harus dicatat oleh pengawas.
j. Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan
Bila keadaan sudah memungkinkan artinya dapat dilakukan
dengan aman, untuk pembersihan sisa-sisa bahan kimia berbahaya,
maka harus segera dibersihkan.
k. Pekerja Memasuki Gedung Kembali
Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menentukan
(dengan bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung / area
mana yang cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa
terkecuali boleh mengizinkan orang-orang kembali ke area.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
l. Pertemuan Penutup
Tim Respon Gawat Darurat, Perwakilan Manajemen,
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta
badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah
keadaan darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai
tindakan terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk
masa mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para
pekerja untuk mengurangi ketegangan.
7. Prosedur Pemulihan
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan
darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan
membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Segera
setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan bencana dilakukan jika
kegiatan operasional tidak berjalan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam
pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi (Kuhre, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai
Upaya Penanggulangan Bencana
Upaya Penyelamatan
Manusia dan Harta
Safe
1. Tim Respon Gawat Darurat
2. Sarana dan Fasilitas
3. Pelatihan
4. Prosedur Penanggulangan
5. Rencana Pemulihan
Rumah Sakit
Bencana
Kebakaran
Teror Bom
Rencana Penggulangan
Bencana
Dikendalikan
Keadaan Darurat
Tidak
Dikendalikan
Korban
Bencana Alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, yaitu dengan menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan
untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subyek yang diteliti
(Dharminto, 2007).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kolonel
Sutarto No. 132 Surakarta.
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai pelaksanaan
tanggap darurat di RSUD Dr. Moewardi yang meliputi prosedur tanggap
darurat, tim pelaksana serta sarana dan fasilitas penunjang yang digunakan
untuk keadaan darurat.
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
observasi lapangan dan wawancara dengan pihak terkait.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
yaitu melalui dokumen-dokumen RSUD Dr. Moewardi yang terkait
dengan pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung mengenai sarana dan fasilitas untuk menghadapi keadaan
darurat yang tersedia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
langsung dengan pihak yang terkait mengenai masalah tanggap darurat
sehingga dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan
dalam menghadapi keadaan darurat.
3. Studi Kepustakaan
Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada
serta dari dokumentasi perusahaan, yang berhubungan dengan objek
penelitian yaitu keadaan darurat.
F. Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1
sampai 31 Maret 2011 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1. Tanggal 1 – 14 Maret 2011 Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sanitasi.
2. Tanggal 15 Maret 2011 Observasi ke unit boiler.
3. Tanggal 16 - 17 Maret 2011 mempelajari sistem tanggap darurat di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
4. Tanggal 18 Maret 2011 Observasi petunjuk arah keluar evakuasi di
seluruh instalasi rumah sakit.
5. Tanggal 19 Maret 2011 Observasi ke unit genset.
6. Tanggal 21 - 23 Maret 2011 Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip
dan dokumen K3 di rumah sakit.
7. Tanggal 26 Maret 2011 melakukan persiapan dan koordinasi petugas
untuk pelatihan pemadaman api.
8. Tanggal 29 Maret 2011 Observasi sarana proteksi kebakaran di seluruh
instalasi rumah sakit.
9. Tanggal 30 Maret 2011 Pelatihan pemadaman api menggunakan APAR
dan karung goni kepada perwakilan setiap instalasi di RSUD Dr.
Moewardi.
10. Tanggal 31 Maret 2011 Observasi rambu-rambu K3 di seluruh instalasi
rumah sakit.
G. Analisa Data
Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif, yaitu dengan
cara menggambarkan sejelas-jelasnya pelaksanaan tanggap darurat di RSUD
Dr. Moewardi yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar
perundang-undangan yang terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sistem tanggap darurat yang diterapkan di RSUD Dr. Moewardi
berupa sistem kewaspadaan bencana. Menurut RSUD Dr. Moewardi, Sistem
kewaspadaan bencana adalah tanda-tanda atau sistem yang ada yang
dirancang sebagai tanda, peringatan dan fasilitas bila terjadi kebakaran atau
bencana. Adapun sistem kewaspadaan bencana yang dilakukan di RSUD Dr.
Moewardi meliputi :
1. Persiapan Awal Menghadapi Keadaan Darurat
a. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat
1) Sarana Komunikasi
a) Sarana Komunikasi Internal
Sarana komunikasi telepon internal telah
didistribusikan ke setiap bagian di rumah sakit dan nomor-
nomor emergency telah disediakan di setiap unit kerja
untuk memudahkan karyawan jika sewaktu-waktu
menemukan keadaan darurat. Sarana komunikasi internal
lain berupa sistem audio sentral yang berfungsi untuk
pengeras suara dalam pembacaan informasi-informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penting, serta menginformasikan kejadian keadaan darurat
ke seluruh unit kerja untuk mempermudah proses evakuasi.
b) Sarana Komunikasi Eksternal
Sarana komunikasi eksternal menggunakan telepon
yang langsung bisa berhubungan dengan telepon lain di luar
instansi ataupun telepon seluler. Untuk sarana komunikasi
keluar masuk dapat menggunakan radio panggil dengan
gelombang yang ada di IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada
frekuensi 14477 serta layanan telepon gawat darurat bebas
pulsa dipakai 118 di IGD.
2) Sistem Alarm Kebakaran
Sistem alarm kebakaran di RSUD Dr. Moewardi
dipasang pada empat titik yaitu di selasar gedung instalasi gizi,
ruang IPI (Instalasi Perawatan Intensif), Ruang Mawar 1 dan
IGD serta gedung Aster. Pemeriksaan dilakukan setiap satu
tahun sekali meliputi pengecekan kerja sistem alarm dan
instalasi jaringannya oleh IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit).
3) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Fasilitas pemadam kebakaran yang disediakan RSUD Dr.
Moewardi antara lain :
a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
APAR yang disediakan di RSUD Dr. Moewardi
adalah jenis powder. APAR ini disediakan di setiap
ruangan. Untuk pemasangannya terlalu tinggi, yaitu sekitar
2 meter dari lantai dan jarak antar APAR kurang dari 15
meter. Pemeriksaan APAR rutin dilakukan oleh bagian
Rumah Tangga (RT) setiap menjumpai APAR yang
meliputi pemeriksaan fisik dan tekanan APAR. Sedangkan
untuk pemeriksaan bagian dalam, seperti sparepart APAR
dan pengisian ulang dibagi dalam dua periode dalam satu
tahun pada bulan Maret dan September oleh pihak ketiga
yaitu CV. Kencana Tehnik. Hal itu dimaksudkan agar pada
saat pengisian ulang, masih ada APAR yang stand by. Pada
setiap APAR dilengkapi dengan keterangan jenis APAR,
tanggal pemeriksaan dan tanggal kadaluarsa, serta petunjuk
pemakaian.
b) Hydrant
Hydrant yang digunakan di RSUD Dr. Moewardi
berupa hydrant gedung dan halaman. Penempatan hydrant
gedung disediakan di setiap lantai gedung dan untuk
hydrant halaman ditempatkan di halaman rumah sakit.
Pemeriksaan hydrant dilakukan setiap satu tahun sekali
meliputi pemeriksaan pada rumah, selang dan peralatan
perlengkapannya oleh bagian IPSRS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c) Smoke Detector
Smoke detector baru dipasang pada gedung baru,
yaitu gedung Aster. Untuk pemeriksaan dilakukan oleh
IPSRS mengenai sistem kerja smoke detector.
d) Sprinkler System
Di RSUD Dr. Moewardi, sistem sprinkler hanya
dipasang pada bagian Instalasi Gizi (dapur) dan digunakan
jika terjadi kebakaran pada kompor. Sistem kerjanya adalah
dengan membuka valve pengaman, air akan keluar dan
memadamkan api. Pemeriksaan terhadap sprinkler
dilakukan setiap satu tahun sekali oleh IPSRS yang meliputi
pengecekan bentuk dan tekanan sprinkler.
4) Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi merupakan jalur yang dipakai untuk
mengevakuasi orang-orang jika terjadi keadaan darurat. Jalur
evakuasi dibuat tidak satu arah saja tetapi beberapa arah, ada
yang langsung mengarah ke tempat evakuasi aman dan ada yang
mengarah ke tempat evakuasi sementara sebelum ke tempat
evakuasi aman. Hal ini dibuat untuk mempermudah dan
mempercepat proses evakuasi.
Jalur evakuasi dilengkapi penunjuk arah keluar yang
dipasang di seluruh tempat di rumah sakit yang mengarah ke
tempat evakuasi jika terjadi keadaan darurat. Penunjuk arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
keluar dipasang di tempat-tempat yang mudah terlihat. Untuk
tempat yang gelap, dilengkapi penunjuk arah yang bisa menyala
atau terlihat dalam gelap.
5) Peta evakuasi
Disediakan juga fasilitas peta evakuasi pada setiap
bagian gedung rumah sakit. Akan tetapi karena program
pengecatan rutin dinding rumah sakit, maka peta yang
seharusnya dipasang, dilepas oleh petugas pengecatan dan tidak
dipasang kembali.
6) Lift, Pintu dan Tangga Darurat
Di RSUD Dr. Moewardi, untuk mengevakuasi pasien
beroda atau tidak bisa jalan digunakan lift. Lift yang digunakan
merupakan lift yang aman, yaitu lift yang berada bukan di
tempat kejadian (lift gedung lain). Semua lift di rumah sakit
telah dilengkapi dengan ARD (Automatic Rescue Device) yang
berfungsi untuk mencari pintu keluar terdekat jika terjadi listrik
mati. Untuk pintu dan tangga darurat telah dirancang sedemikian
rupa dan bebas dari segala rintangan serta dilengkapi penunjuk
arah keluar yang jelas seperti papan bertuliskan exit atau keluar.
Di beberapa titik, terdapat tangga darurat yang dipakai untuk
gudang sehingga tidak bisa dipakai. Tersedia juga Ram atau
jalan miring di gedung IBS (Instalasi Bedah Sentral) lantai 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang berhubungan dengan ruang perawatan atau bangsal untuk
mengevakuasi pasien beroda atau tidak bisa berjalan.
7) Tempat Evakuasi Sementara
Merupakan tempat evakuasi sementara yang bebas dari
pengaruh bencana sebagai tempat berkumpul bagi orang-orang
sebelum ke tempat evakuasi aman. Tempat evakuasi sementara
di RSUD Dr. Moewardi adalah di halaman depan rumah sakit
dan halaman depan gudang.
8) Tempat Evakuasi Aman
Merupakan tempat yang mutlak bebas dari pengaruh
bencana sebagai tempat berkumpul bagi orang-orang yang
dievakuasi. Tempat evakuasi aman di RSUD Dr. Moewardi
adalah di basemen bawah masjid di belakang rumah sakit dan di
tempat tersebut dilengkapi rambu petunjuk yang bertuliskan
“Tempat Evakuasi”.
9) Penentuan Area Evakuasi
Bila terjadi kebakaran, tempat berkumpulnya korban
(pasien, petugas, karyawan dan pengunjung) ditetapkan di area
parkir bawah masjid RSUD Dr. Moewardi. Akan tetapi jika
terjadi bencana banjir atau gempa bumi, area evakuasi akan
ditetapkan menurut keadaan pada saat kejadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
10) Alat Pelindung Diri (APD)
Di RSUD Dr. Moewardi, alat pelindung diri dan pakaian
kerja bagi petugas tanggap darurat tidak disediakan. Sehingga
pada saat upaya penanggulangan keadaan darurat, petugas hanya
mengenakan pakaian kerja atau seragam tim P2K3.
11) Instalasi Gawat Darurat
Jika terjadi keadaan darurat di RSUD Dr. Moewardi,
korban yang timbul dibawa ke IGD untuk mendapat perawatan
dan penanganan lebih lanjut.
b. Tim Penanggulangan Keadaan Darurat
Dalam upaya untuk menjaga keamanan, mencegah
kebakaran, persiapan menghadapi bencana serta untuk menjamin dan
menjaga keselamatan hidup pasien, karyawan dan pengunjung di
RSUD Dr. Moewardi maka dibentuk Panitia Pembina Keselamatan
Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (P2K3). Adapun
struktur organisasi P2K3 dibagi menjadi 3 bidang, yaitu :
1) Bidang pengamanan peralatan medik dan non medik
2) Bidang pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja, dan sanitasi
3) Bidang pengamanan keselamatan bangunan, kewaspadaan
bencana dan evakuasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi
Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011
Dalam pelaksanaannya, tim P2K3 dibantu oleh tenaga
pendukung (tenaga yang melakanakan fungsi K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) yang terdiri dari Pejabat Struktural, Kepala
Instalasi, Koordinator, Kepala Ruang, Ketua SMF, Ketua
Tim/Komite) serta tim IGD dalam melakukan penanggulangan dan
penyelamatan. Bila diperlukan, Tim K3 menghubungi Kantor
Pemadam Kebakaran Kota Surakarta, Tim SAR, PMI (Palang Merah
Indonesia) dan Kepolisian Polsek Jebres dalam menangani keadaan
darurat.
DIREKTUR
KETUA
P2K3RS
SEKRETARIS
WADIR
KEUANGAN
WADIR
UMUM WADIR
PELAYANAN
BIDANG
PENGAMANAN
PERALATAN MEDIK
DAN NON MEDIK
KEPALA
BIDANG
KEPALA BAGIAN
KEPALA INSTALASI KEPALA BIDANG
KEPALA INSTALASI
BIDANG PENGAMANAN
KESELAMATAN
BANGUNAN,
KEWASPADAAN
BENCANA DAN
EVAKUASI.
BIDANG PELAYANAN
KESEHATAN KERJA,
PENCEGAHAN
PENYAKIT AKIBAT
KERJA, DAN SANITASI
UNIT KERJA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Pelatihan
Pelatihan yang sudah dilakukan RSUD Dr. Moewardi dalam
mengatasi keadaan darurat adalah pelatihan pemadaman kebakaran
dan pelatihan evakuasi. Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari
seluruh instalasi yang ada di rumah sakit.
1) Pelatihan Pemadaman Kebakaran
Pelatihan ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Dalam
prakteknya, digunakan alat pemadam api tradisional (karung
goni) dan modern (APAR). Adapun tujuan diadakannya
pelatihan ini adalah untuk melatih keterampilan dan ketangkasan
karyawan dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran serta
dapat melakukan tindakan awal untuk memadamkan api apabila
terjadi kebakaran.
2) Pelatihan Evakuasi
Pelatihan ini baru dilaksanakan pada tahun 2004, 2008
dan 2009. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah agar
karyawan dapat membantu proses evakuasi jika terjadi keadaan
darurat.
Pada tahun 2004 dilakukan pelatihan simulasi tanggap
darurat secara besar-besaran untuk menghadapi kebakaran, bencana
dan teror bom. Pelatihan yang dilakukan meliputi penggunaan
hydrant, alarm system, springkler serta pelatihan evakuasi bagi
karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Tujuan :
1) Melaksanakan pemadaman, menyelamatkan jiwa pasien,
karyawan dan pengunjung.
2) Menyelamatkan sarana, prasarana dan alat yang ada di RSUD
Dr. Moewardi.
3) Merencanakan tindak Ianjut untuk pelayanan pasien.
b. Pelaksanaan :
1) Penanggulangan Bencana
a) Aktivasi Tim P2K3, Tim Brigade Siaga Bencana, Tim IGD,
staf dan tenaga pendukungnya di masing-masing unit kerja
serta satpam.
b) Penentuan jenis bencana, jumlah korban dan lokasi bencana
bila terjadi bencana.
c) Penentuan status bencana dengan merujuk ketentuan
sebagai berikut :
(1) Siaga I : korban 20-30 orang
(2) Siaga II : korban 31-50 orang
(3) Siaga III : korban 51-75 orang
(4) Siaga IV : korban lebih dari 75 orang.
d) Komunikasi dan koordinasi Tim baik internal maupun
eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(a) Kantor Pemadam Kebakaran (PMK) Kota
Surakarta (0271) 655772
(b) Tim SAR UNS (0271) 660880 dan (0271) 642640
PMI (0271) 642640
(c) Kepolisian (Polsek Jebres 0271 644506)
(5) Kepala Bidang / lnstalasi / Bagian / Sub Bagian /
Koordinator ruang mengkoordinir dan melaksanakan
instruksi bersama sama dengan tim K3, Satpam, staf
lain dan tenaga pendukung K3 di ruang yang
bersangkutan.
(6) Staf, satpam, tenaga pendukung (Tim PMK, SAR,
Kepolisian) melaksanakan :
(a) Pemadaman (kebakaran)
(b) Evakuasi dan pertolongan pertama
(c) Mengamankan lokasi dan peralatan
(d) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak lanjut
(e) Laporan
(7) Aktivasi seluruh petugas rumah sakit terutama pada
tenaga pendukung di unit kerja terkait :
(a) Satpam, dibantu petugas unit terkait segera
melakukan pemadaman dengan alat pemadam
terdekat atau alat pemadam lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(b) Petugas sarana / petugas lain segera memadamkan
aliran listrik.
(c) Dinas PMK bila telah tiba segera melakukan
pemadaman sesuai dengan ketentuan.
(d) Perawat dibantu penunggu pasien melakukan
evakuasi, dijauhkan dari lokasi kebakaran ke
tempat yang aman dan segera melakukan
pertolongan pertama pada korban.
(e) Dokter atau dokter IGD melaksanakan tindak
lanjut pertolongan dibantu dengan perawat.
b) Penanggulangan kebakaran dan bencana di luar jam kerja.
(1) Petugas di tempat kejadian membunyikan alarm
kebakaran dan memberi laporan atau informasi
kepada :
(a) Direktur / Wakil Direktur / Ketua tim K3 / Tim K3
(b) Dokter jaga IGD / Supervisi perawat sore, malam
(psw 118)
(c) Staff lain / Satpam / tenaga pendukung.
(2) Direktur / Wadir / Tim K3 memberi instruksi kepada
Dokter jaga IGD / Supervisi perawat sore / malam dan
bila perlu datang ke lokasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(3) Dokter jaga IGD atau Supervisi perawat sore / malam
member instruksi lanjutan dan bila perlu
menghubungi :
(a) Kantor Pemadam Kebakaran Kota Surakarta
(0271) 655772
(b) Tim SAR UNS (0271) 660880 dan (0271) 642640
(c) PMI (0271) 642640
(d) Kepolisian (Polsek Jebres 0271 644506)
(4) Staf, satpam, tenaga pendukung (Tim PMK, SAR,
Kepolisian) melaksanakan :
(a) Pemadaman (kebakaran)
(b) Evakuasi dan pertolongan pertama
(c) Mengamankan lokasi dan peralatan
(d) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak lanjut
(e) Laporan
c) Penanggulangan bencana diluar rumah sakit
(1) Koordinasi Tim BSB / IGD dengan Tim
Penanggulangan Bencana Pemda Tk I / II.
(2) Mengirim Tim Khusus (Tim Ambulan 118 / IGD) ke
tempat lokasi untuk membantu pemeriksaan dan
pelaksanaan.
(3) Tim Ambulan 118, anggotanya terdiri dari:
(a) Dokter Umum, Dokter spesialis Bedah, Spesialis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Jantung sesuai
dengan susunan Tim yang sudah disahkan
Direktur.
(b) Paramedis terampil dalam tugas lapangan.
(c) Sopir yang siap bertugas.
(d) Satpam yang bertugas.
(e) Teknisi atau Tenaga teknis lapangan lainnya.
(4) Bila diperlukan membentuk posko atau rumah sakit
lapangan di sekitar lokasi bencana.
c. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan meliputi :
1) Waktu kejadian
2) Tempat kejadian
3) Lain-lain :
a) Kronologi penanggulangan kebakaran dan bencana.
b) Tim yang bekerja
c) Jumlah korban
d) Jenis pertolongan
e) Jenis tindakan
f) Perkiraan kerugian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja
Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011
DIREKTUR
WADIR 1, II, II
KETUA K3
TIM P2K3
PSW 555 ATAU 550
DINAS PEMADAM
TIM SAR
KEPOLISIAN
(BILA PERLU)
KEPALA BIDANG
KEPALA INSTALASI
KEPALA RUANG
STAF / SATPAM / OPERATOR
TENAGA PENDUKUNG / BSB
INFORMASI DARI TKP
(TENAGA YANG
BERSANGKUTAN)
MEMBUNYIKAN ALARM
1. MELAKSANAKAN PEMADAMAN
2. EVAKUASI DAN PERTOLONGAN
PERTAMA
3. PENGAMANAN LOKASI DAN
PERALATAN
4. MELAKSANAKAN INSTRUKSI
5. TINDAKAN TINDAK LANJUT (IGD)
6. LAPORAN
Keterangan :
: Garis Komando Instruksi
: Garis Koordinasi
: Garis Laporan
: Garis Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 4. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
RSUD Dr. Moewardi Di Luar Jam Kerja
Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011
3. Prosedur Pelaksanaan Evakuasi
a. Tujuan
Untuk mengamankan pasien, keluarga pasien dan pengunjung
serta karyawan dari bahaya kebakaran dan bencana serta ancaman
bahaya lain.
DIREKTUR
WADIR 1, II, II
TIM K3
DOKTER JAGA IGD
SUPERVISI PERAWAT
PSW 118
DINAS PEMADAM
TIM SAR
KEPOLISIAN
(BILA PERLU)
SATPAM / STAF /
TENAGA PENDUKUNG
INFORMASI
TKP
ALARM
1. MELAKUKAN PEMADAMAN
2. EVAKUASI DAN PERTOLONGAN
PERTAMA
3. PENGAMANAN LOKASI DAN
PERALATAN
4. MELAKSANAKAN INSTRUKSI
5. TINDAKAN TINDAK LANJUT (IGD)
6. LAPORAN
Keterangan :
: Garis Komando Instruksi
: Garis Koordinasi
: Garis Laporan
: Garis Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Regu penolong, bertugas melaksanakan evakuasi dan tindakan
pengamanan fasilitas rumah sakit.
1) Tim SAR
2) Staf dan tenaga pendukung K3 rumah sakit yang terlatih
3) Petugas Pemadam Kebakaran Kota Surakarta
c. Ketentuan umum
1) Bila terjadi bencana (gempa bumi) semua evakuasi hanya
dilakukan dengan tangga tidak boleh dengan lift.
2) Bila terjadi kebakaran di salah satu gedung tertentu evakuasi
bisa dilakukan dengan "Lift yang aman" (bukan lift tempat
kejadian), dan hanya digunakan untuk turun bagi korban berat
atau pasien tidak bisa jalan (beroda) dari lantai 3 saja.
3) Untuk korban berat dan pasien beroda dari lantai 2 evakuasi
dilakukan melalui Mawar 2, terus ke arah barat melalui Ram
jalan miring menuju basemen bawah masjid.
4) Bila Kebakaran terjadi di gedung Mawar bagian barat,
evakuasi dilakukan dengan lift yang aman atau dengan tangga.
5) Evakuasi dari lantai 1 dilakukan melalui pintu-pintu keluar
yang terdekat dan berkumpul di basemen bawah masjid.
d. Ketentuan khusus
1) Gedung A (Wijaya Kusuma)
a) Penanggung jawab atau koordinator :
(1) Lantai 3 oleh Kepala Bagian Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(2) Lantai 2 oleh Kepala Ruangan Poli Bedah
(3) Lantai 1 oleh Kepala IGD
b) Tangga A1 (Timur Utara) khusus untuk jalan masuk regu
penolong atau pemadam.
c) Tangga A2 (Timur Selatan), A3 (Barat Selatan), dan A4
(Barat Utara) digunakan untuk jalan keluar evakuasi bagi
pasien poliklinik dari lantai 3 dan 2 dibantu karyawan,
pengantar dan pengunjung.
d) Setelah semua pasien atau korban terevakuasi selanjutnya
dikumpulkan di halaman parkir dan atau segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
2) Gedung B (Cendana)
a) Koordinator Kepala Ruangan masing-masing lantai dan atau
Kepala shif.
b) Tangga A1 (Timur Utara / Gedung A) khusus untuk jalan
masuk regu penolong atau pemadam.
c) Tangga B1 (tengah) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien
dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3
dan 2.
d) Tangga B2 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di halaman cendana dan segera
mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3) Gedung C (Mawar)
a) Koordinator Kepala Ruangan masing-masing lantai dan atau
Kepala shif.
b) Tangga A1 (Timur Utara Gedung A) khusus untuk jalan
masuk regu penolong atau pemadam.
c) Tangga C2 (Barat) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien
dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3
dan 2.
d) Tangga C1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan
segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
4) Gedung D (Melati)
a) Koordinator Kepala Ruangan dan atau kepala shif.
b) Tangga Al dan C2 untuk jalan masuk petugas penolong dan
pemadam.
c) Tangga D2 (Barat) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien
di bantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3
dan 2.
d) Tangga D1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan
segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
5) Gedung E (Anggrek)
a) Koordinator Kepala Ruangan pada masing-masing lantai dan
atau kepala shif.
b) Petugas penolong dan pemadam masuk lewat tangga D1
(Melati; Timur)
c) Tangga E2 (tengah) digunakan untuk jalan keluar bagi
pasien dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di
lantai 3 dan 2.
d) Tangga E1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan
segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
6) Gedung F (Radiologi)
a) Koordinator kepala ISRS.
b) Tangga F2 (Selatan) untuk jalan masuk petugas penolong
dan pemadam kebakaran.
c) Tangga F1 (tengah) dan F3 (utara) untuk jalan keluar dari
lantai 2 dan 3 bagi karyawan.
d) Selanjutnya berkumpul di halaman gudang atau radiologi
dan segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
7) Gedung G (IBS)
a) Koordinator kepala ruang IBS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b) Petugas penolong dan pemadam masuk lewat tangga G1
(timur).
c) Pasien dievakuasi lewat Ram atau jalan miring di bantu
perawat atau penunggu pasien.
d) Tangga G2 (selatan) dan G3 (utara) untuk jalan keluar
pengunjung dan penunggu pasien dari lantai 2.
e) Evakuasi dari lantai 1 lewat jalan keluar masing masing
ruangan.
f) Selanjutnya berkumpul di basemen bawah masjid dan segera
mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
8) Gedung K, H, J. (Radiotherapy, Central Steril Supply
Department, Gudang)
a) Koordinator masing-masing Kepala Ruangan.
b) Evakuasi dilakukan kearah pintu keluar masing-masing
ruangan.
c) Berkumpul di halaman gudang dan petugas yang cidera
segera dibawa ke IGD.
9) Gedung I (Gizi, Farmasi, laundry)
a) Koordinator masing - masing Ka Gizi, Ka Farmasi, Ka
Laundry.
b) Tangga 11 (timur) untuk jalan masuk bagi petugas penolong
atau pemadam kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c) Tangga 12 (tengah) dan 13 (barat) untuk jalan keluar bagi
karyawan Farmasi lantai 2.
d) Evakuasi di ruang Gizi dan laundry melalui jalan keluar
masing-masing pintu ruangan.
e) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
10) Gedung M, N, R (Kamar Jenazah, IPSRS, Ruang Boiler)
a) Koordinator masing-masing Kepala Instalasi atau ruangan.
b) Evakuasi dilakukan melalui pintu-pintu arah keluar.
c) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
11) Gedung U (Aster)
a) Koordinator masing-masing Kepala Instalasi atau ruangan.
b) Evakuasi dilakukan melalui pintu-pintu arah keluar.
c) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
4. Prosedur Pemulihan
Untuk pemulihan sarana dan prasarana akibat terjadinya keadaan
darurat (kebakaran dan bencana) di RSUD Dr. Moewardi diserahkan ke
pimpinan unit tempat kejadian. Prosedur yang dilakukan meliputi
identifikasi kerusakan atau kerugian, upaya perbaikan dan rekonstruksi
sarana yang rusak serta pelaporan kepada Manajemen atau Direktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Pembahasan
1. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat
a. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang disediakan di RSUD Dr. Moewardi
telah cukup memadai. Sistem komunikasi tersebut terdiri dari
komunikasi satu arah seperti sistem audio sentral sedangkan
komunikasi dua arah seperti telepon, telepon seluler dan radio
panggil. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3) Lampiran I
poin 3. 2. 1 mengenai komunikasi, yang menyatakan bahwa
“Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan
sumber penting dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja”.
b. Sistem Alarm Kebakaran
Sistem Alarm Kebakaran yang digunakan di RSUD Dr.
Moewardi dilakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali meliputi
pengecekan kerja sistem alarm dan instalasi jaringannya oleh IPSRS.
Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996
tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem
tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara
berkala”.
c. Fasilitas Pemadam Kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Fasilitas pemadam kebakaran di RSUD Dr. Moewardi berupa
APAR, hydrant, dan sprinkler untuk memadamkan kebakaran. Hal
ini sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2
ayat 2 huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja
meliputi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran
di tempat kerja”.
Khusus untuk pemasangan APAR, ketinggian dan jarak antar
APAR masih belum sesuai dengan Permenakertrans No.Per-
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
APAR Pasal 4 yang menyatakan bahwa “Tinggi pemberian tanda
pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu
atau kelompok APAR bersangkutan, sedangkan penempatan antara
APAR yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya
tidak boleh melebihi 15 meter kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas / ahli keselamatan kerja”.
d. Sarana dan Fasilitas Evakuasi
Sarana dan fasilitas evakuasi di RSUD Dr. Moewardi
meliputi petunjuk arah keluar, jalur keluar evakuasi, peta evakuasi,
lift, pintu dan tangga darurat, tempat evakuasi sementara dan tempat
evakuasi aman. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 11 ayat 1 (g) yang
menyebutkan : “Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi: petunjuk,
standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat”. Dengan
adanya fasilitas ini, berarti telah memenuhi Undang-Undang No. 1
tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (d) yang menyatakan bahwa “Memberi
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”. Untuk petunjuk arah
keluar dipasang di bagian atas (digantung di atap) dan bentuknya
terlalu kecil sehingga kurang efektif. Di masing-masing tempat
sebenarnya telah dipasang peta evakuasi, akan tetapi karena proyek
pengecatan dinding secara rutin maka peta tersebut dilepas dan tidak
dipasang kembali oleh petugas pengecatan.
Pintu dan tangga darurat dirancang sedemikian rupa yakni
terbebas dari segala rintangan dan dipasang papan petunjuk yang
jelas. Akan tetapi di beberapa titik tertentu, tangga darurat dipakai
untuk gudang, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengevakuasi.
Hal ini belum sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996
tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 4. 4 yang menyatakan bahwa
“Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus
dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis”.
Untuk lift sudah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa Penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan
yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat)
lantai harus dilengkapi ARD yaitu alat yang dapat mencari lantai
terdekat bila listrik mati.
e. Sarana Alat Pelindung Diri
RSUD Dr. Moewardi belum menyediakan alat pelindung diri
bagi petugas penanggulangan keadaan darurat, sehingga belum
sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 (f) yang menyebutkan dengan
peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
f. Sarana dan Fasilitas Pertolongan Bagi Korban
Korban yang timbul akibat keadaan darurat segera dibawa ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk mendapatkan penanganan dan
perawatan. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 3. 9 mengenai prosedur
menghadapi insiden, yang menyatakan bahwa “Untuk mengurangi
pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus
memiliki prosedur yang meliputi penyediaan fasilitas P3K dengan
jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan
medik dan proses perawatan lanjutan”.
2. Organisasi dan Tanggung Jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Dengan dibentuknya Tim P2K3 oleh RSUD Dr. Moewardi,
berarti telah sesuai dengan Permenaker No. Per- 05/MEN/1996 Lampiran
I poin 3. 1. 3 mengenai tanggung jawab, menyatakan bahwa
“Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila
semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam
penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja”.
Berdasarkan Permenaker Nomor. PER. 04/MEN/1987 tentang
P2K3 Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, maka suatu
perusahaan yang mempunyai karyawan 50-100 orang wajib membentuk
P2K3 dengan jumlah pengurus 6 orang. Di RSUD Dr. Moewardi pada
akhir tahun 2010 mempunyai karyawan 1.484 orang dan susunan
pengurus P2K3 terdiri dari 19 orang sedangkan jumlah tenaga pendukung
(tenaga yang melakanakan fungsi K3 yang terdiri dari Pejabat Struktural,
Kepala Instalasi, Koordinator, Kepala Ruang, Ketua SMF, Ketua
Tim/Komite) ada 143 orang yang tersebar pada masing-masing unit kerja
dan sudah pernah mengikuti pelatihan dan simulasi K3. Sesuai ketentuan
yang berlaku tersebut, minimal RSUD Dr. Moewardi mempunyai
pengurus P2K3 90 orang. Berdasarkan perbandingan tersebut maka
ketenagaan untuk P2K3 sudah sesuai.
3. Pelatihan Penanggulangan Keadaan Darurat
Pelatihan pemadaman kebakaran yang dilakukan secara berkala
yaitu setiap 1 tahun sekali. Sedangkan pelatihan evakuasi baru dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pada tahun 2004, 2008 dan 2009. Hal ini sesuai dengan Permenaker No.
Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 3 dan 6. 7. 4
yang menyatakan bahwa “Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan
mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai tingkat resiko, serta
petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus”.
4. Pelaksanaan Tanggap Darurat
Dalam upaya menanggapi keadaan darurat, Tim P2K3 telah
membentuk sistem penanggulangan keadaan darurat. Prosedur yang
dilakukan antara lain penyampaian informasi jika terjadi keadaan darurat,
penilaian keadaan darurat, komunikasi dengan pihak terkait baik intern
maupun ekstern, melaksanakan evakuasi, pertolongan bagi korban cedera
serta pelaporan penaggulangan keadaan darurat. Hal ini telah sesuai
dengan Kepmenkes RI No. 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit
yang menyebutkan rumah sakit mutlak memerlukan Sistem Tanggap
Darurat sebagai bagian dari Manajemen K3 rumah sakit.
Pada dasarnya pelaksanaan tanggap darurat di RSUD Dr.
Moewardi mengacu pada prosedur yang telah dibuat oleh Tim P2K3.
Prosedur tersebut memuat ketentuan-ketentuan mengenai prosedur
pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat serta prosedur evakuasi
jika terjadi keadaan darurat. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit yang menyebutkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, diantaranya
dengan penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat.
Akan tetapi, pelaksanaan tanggap darurat di RSUD Dr. Moewardi
belum sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran I poin 3. 3. 8
yaitu prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang berisi
“Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan
pada saat kejadian yang sebenarnya” karena pengujian yang dilakukan
baru dilaksanakan pada tahun 2004, 2008 dan 2009.
5. Pelaksanaan Evakuasi
RSUD Dr. Moewardi telah menyiapkan rencana evakuasi untuk
mengevakuasi seluruh penghuni rumah sakit jika terjadi keadaan darurat.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1
(d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya”.
6. Prosedur Pemulihan
Upaya pemulihan yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi
meliputi pemulihan korban dan perbaikan terhadap peralatan yang rusak
akibat terjadinya keadaan darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No.
Per-05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 3. 10 tentang Prosedur Rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pemulihan Keadaan Darurat yang menyatakan bahwa “Perusahaan harus
membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara
cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisa data dan pembahasan mengenai sistem tanggap darurat
di RSUD Dr. Moewardi dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Persiapan yang telah dilakukan RSUD Dr. Moewardi dalam menghadapi
keadaan darurat antara lain :
a. Menyediakan sarana dan fasilitas penunjang keadaan darurat seperti
sarana komunikasi, peralatan pemadam api seperti APAR, hydrant,
smoke detector dan sprinkler, jalur evakuasi yang dilengkapi penunjuk
arah keluar, lift, pintu dan tangga darurat serta tempat evakuasi.
b. Membentuk tim penanggulangan keadaan darurat.
c. Melakukan pelatihan-pelatihan untuk menanggapi keadaan darurat
seperti pelatihan pemadaman kebakaran dan pelatihan evakuasi.
2. Dalam penanggulangan keadaan darurat, RSUD Dr. Moewardi telah
membentuk Tim khusus, yaitu Panitia Pembina Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (P2K3). Selanjutnya tim P2K3
membentuk prosedur dalam keadaan darurat. Hal ini sesuai dengan
Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Kepmenkes RI No. 432/MENKES/SK/IV/2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di
Rumah Sakit.
3. RSUD Dr. Moewardi telah membuat prosedur tanggap darurat sebagai upaya
untuk menghadapi keadaan darurat. Adapun prosedur pelaksanaan tanggap
darurat tersebut meliputi :
a. Pelaporan petugas tempat kejadian kepada Direktur atau Tim K3.
b. Direktur memberikan instruksi kepada Tim K3 dan koordinator ruang
tempat kejadian.
c. Tim K3 berkoordinasi dengan koordinator ruang tempat kejadian,
satpam serta tenaga pendukung untuk melakukan :
1) Pemadaman kebakaran,
2) Evakuasi dan pertolongan pertama.
3) Mengamankan lokasi dan peralatan.
4) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak tanjut.
5) Laporan
d. Jika diperlukan, Tim K3 dapat menghubungi tim pemadam kebakaran
kota Surakarta, tim SAR UNS, dan Polsek Jebres.
B. Saran
Dari hasil hasil analisa data dan pembahasan mengenai sistem tanggap darurat
di RSUD Dr. Moewardi, penulis bermaksud memberikan saran-saran sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1. Pemasangan APAR sebaiknya disesuaikan dengan standar yang berlaku
yaitu tinggi APAR 1,25 m dan jarak antar APAR 15 m serta bebas
penghalang.
2. Sebaiknya fasilitas petunjuk arah keluar dipasang di tempat yang mudah
dilihat, seperti di dinding.
3. Perlu disediakan peta evakuasi yang dipasang di setiap ruangan rumah sakit
sebagai petunjuk untuk keluar saat terjadi keadaan darurat.
4. Jalan keluar evakuasi dan tangga darurat sebaiknya dibersihkan dari segala
halangan.
5. Perlu disediakan alat pelindung diri bagi petugas penanggulangan keadaan
darurat.
6. Sebaiknya pelatihan mengenai tanggap darurat seperti pelatihan pemadaman
kebakaran dan pelatihan evakuasi dilakukan secara rutin minimal 1 tahun
sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
DAFTAR PUSTAKA
Andayani Eka, 2007. Info Seminar: Disaster Plan Rumahsakit; Apakah Itu?.
http://www.mail-archive.com/[email protected]/
msg00653.html. (07 Mei 2010).
Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI, 2007a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
145/MENKES/SK/I/2007 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Di
Bidang Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI, 2007b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI, 2009a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. www.depkes.go.id/. (30 Maret 2011).
Depkes RI, 2009b. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit.
Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI, 2010. Kamus Istilah Bencana. http://www.ppk-depkes.org/. (30 Maret
2011).
Dharminto, 2007. Metode Penelitian dan Penelitian Sampel.
http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-_dharminto.pdf.
(25 Mei 2011).
Edy Tahir, 2010. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
http://tenriawaruemergency.blogspot.com/2010/05/sistem-penanggulangan-
gawat-darurat.html. (07 Mei 2010).
Okleqs, 2008. Tanggap Darurat Kecelakaan Industri. http://okleqs.wordpress.com/.
(07 Mei 2010).
Kementerian Tenaga Kerja, 2005. CD ROM Himpunan Peraturan Perundangan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) RI. http://www.portalk3.com/. (15
Maret 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Kuhre, W. Lee, 1996. Sertifikasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta :
PT Bukit Terang Paksi Galvanizing.
Rizka Cinthia Fajri, 2009. Rancangan Lokasi Assembly Point Di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi.
Suma’mur P. K, 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV
Haji Masagung.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ”Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja”. Surakarta : CV. Harapan Press, p: 193.
Team Blog Akreditasi, 2010. Pedoman Penanggulangan Bencana RS.
http://akreditasirumahsakit.blogspot.com/2010/03/pedoman-penanggulangan-
bencana-rs.html. (07 Mei 2010).