GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
Transcript of GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN …
GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI
GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH
ARIF KURNIAWAN
NIM 107101001772
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H2014 M
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi 14 Juli 2014
Arif Kurniawan NIM 107101001772
Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014
(xvi+ 129 halaman 22 tabel 3 bagan 9 gambar)
ABSTRAK Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember 2012
mencapai angka 1008 kejadian Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Universitas Islam Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di
dalamnya mempunyai resiko terjadinya kebakaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manejemen dan sistem
proteksi kebakaran di gedung FKIK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu membandingkan dengan
Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar
Nasional Indonesia) serta standart international yaitu NFPA (1995) Penelitian ini
menggunakan data primer dengan instrumen observasi lapangan dan dokumentasi
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan manajemen proteksi kebakaran
yang belum semua terpenuhi adalah prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran dan sumber daya manusia Rata-rata proteksi aktif di gedung FKIK cukup
baik artinya terpasang tapi ada beberapa sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan
ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (744) Dan rata-rata sarana
penyelamat jiwa di gedung FKIK adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan (7625)
Untuk itu diperlukan pengadaan dan perbaikan bagi manajemen dan sistem
proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan serta dilakukannya pemeliharaan
terhadap sistem yang telah tersedia
Kata kunci Manajemen Proteksi Kebakaran FKIK
Daftar Bacaan 32 (1987 - 2012)
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY
Paper 14 Juli 2014
Arif Kurniawan NIM 107101001772
Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine
and Health Sciences UIN Jakarta 2014
(xvi + 129 pages 22 tables 3 charts 9 pictures)
ABSTRACT
Fires in Jakarta from January to December 27 2012 reached 1008 occurrences
Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education
institute which has a risk of fire
This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty
of Medicine and Health Sciences building The research used descriptive quantitative
method with case study design which compares with regulation of minister PU
No26PRTM2008 regulation of minister PU No10PRTM2009 and SNI
(Indonesian National Standard) and international standards NFPA (1995) This study
uses primary data with field observations and documentation instruments
The results of the study is the management of fire protection which not fulfilled
are emergency procedures fire protection organizations and human resources Active
protection in the building overall is good but there are some active protection that has
not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (744) And
the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-
saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and
reglations (7625)
It required the procurement and improvementof management and fire protection
system which has not fulfilled the regulations and maintain the available systems
Keyword Fire Protection Management FKIK
References 32 (1987-2012)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Arif Kurniawan
TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat
No Telepon 085664617244 081314712299
Email kurniawanarif_47yahoocom
Facebook kurniawan arif
PENDIDIKAN FORMAL
1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001
2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004
3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
PENDIDIKAN NON FORMAL
Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro
PENGALAMAN ORGANISASI
1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK
4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT
5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia
6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT
7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional
8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU
9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU
Jakarta Juli 2014
Arif Kurniawan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan
kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu
Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya
Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan
dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini
diantaranya
1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat
Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah
diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan
demi kesuksesan penulis
2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat
viii
4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan
inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi
6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin
8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang
Jakarta Juli 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi 14 Juli 2014
Arif Kurniawan NIM 107101001772
Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014
(xvi+ 129 halaman 22 tabel 3 bagan 9 gambar)
ABSTRAK Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember 2012
mencapai angka 1008 kejadian Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Universitas Islam Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di
dalamnya mempunyai resiko terjadinya kebakaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manejemen dan sistem
proteksi kebakaran di gedung FKIK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu membandingkan dengan
Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar
Nasional Indonesia) serta standart international yaitu NFPA (1995) Penelitian ini
menggunakan data primer dengan instrumen observasi lapangan dan dokumentasi
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan manajemen proteksi kebakaran
yang belum semua terpenuhi adalah prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran dan sumber daya manusia Rata-rata proteksi aktif di gedung FKIK cukup
baik artinya terpasang tapi ada beberapa sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan
ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (744) Dan rata-rata sarana
penyelamat jiwa di gedung FKIK adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan (7625)
Untuk itu diperlukan pengadaan dan perbaikan bagi manajemen dan sistem
proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan serta dilakukannya pemeliharaan
terhadap sistem yang telah tersedia
Kata kunci Manajemen Proteksi Kebakaran FKIK
Daftar Bacaan 32 (1987 - 2012)
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY
Paper 14 Juli 2014
Arif Kurniawan NIM 107101001772
Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine
and Health Sciences UIN Jakarta 2014
(xvi + 129 pages 22 tables 3 charts 9 pictures)
ABSTRACT
Fires in Jakarta from January to December 27 2012 reached 1008 occurrences
Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education
institute which has a risk of fire
This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty
of Medicine and Health Sciences building The research used descriptive quantitative
method with case study design which compares with regulation of minister PU
No26PRTM2008 regulation of minister PU No10PRTM2009 and SNI
(Indonesian National Standard) and international standards NFPA (1995) This study
uses primary data with field observations and documentation instruments
The results of the study is the management of fire protection which not fulfilled
are emergency procedures fire protection organizations and human resources Active
protection in the building overall is good but there are some active protection that has
not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (744) And
the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-
saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and
reglations (7625)
It required the procurement and improvementof management and fire protection
system which has not fulfilled the regulations and maintain the available systems
Keyword Fire Protection Management FKIK
References 32 (1987-2012)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Arif Kurniawan
TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat
No Telepon 085664617244 081314712299
Email kurniawanarif_47yahoocom
Facebook kurniawan arif
PENDIDIKAN FORMAL
1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001
2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004
3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
PENDIDIKAN NON FORMAL
Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro
PENGALAMAN ORGANISASI
1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK
4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT
5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia
6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT
7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional
8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU
9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU
Jakarta Juli 2014
Arif Kurniawan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan
kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu
Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya
Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan
dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini
diantaranya
1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat
Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah
diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan
demi kesuksesan penulis
2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat
viii
4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan
inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi
6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin
8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang
Jakarta Juli 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY
Paper 14 Juli 2014
Arif Kurniawan NIM 107101001772
Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine
and Health Sciences UIN Jakarta 2014
(xvi + 129 pages 22 tables 3 charts 9 pictures)
ABSTRACT
Fires in Jakarta from January to December 27 2012 reached 1008 occurrences
Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education
institute which has a risk of fire
This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty
of Medicine and Health Sciences building The research used descriptive quantitative
method with case study design which compares with regulation of minister PU
No26PRTM2008 regulation of minister PU No10PRTM2009 and SNI
(Indonesian National Standard) and international standards NFPA (1995) This study
uses primary data with field observations and documentation instruments
The results of the study is the management of fire protection which not fulfilled
are emergency procedures fire protection organizations and human resources Active
protection in the building overall is good but there are some active protection that has
not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (744) And
the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-
saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and
reglations (7625)
It required the procurement and improvementof management and fire protection
system which has not fulfilled the regulations and maintain the available systems
Keyword Fire Protection Management FKIK
References 32 (1987-2012)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Arif Kurniawan
TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat
No Telepon 085664617244 081314712299
Email kurniawanarif_47yahoocom
Facebook kurniawan arif
PENDIDIKAN FORMAL
1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001
2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004
3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
PENDIDIKAN NON FORMAL
Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro
PENGALAMAN ORGANISASI
1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK
4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT
5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia
6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT
7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional
8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU
9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU
Jakarta Juli 2014
Arif Kurniawan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan
kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu
Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya
Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan
dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini
diantaranya
1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat
Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah
diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan
demi kesuksesan penulis
2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat
viii
4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan
inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi
6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin
8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang
Jakarta Juli 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Arif Kurniawan
TempatTanggal Lahir Sukosari 04 Juli 1989
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat Jl Kramat IV No24 Kwitang Jakarta Pusat
No Telepon 085664617244 081314712299
Email kurniawanarif_47yahoocom
Facebook kurniawan arif
PENDIDIKAN FORMAL
1 SDN 2 Sukosari Way Kanan Lampung Lulus Tahun 2001
2 MTs Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2004
3 MA Darul Arsquomal Kota Metro Lampung Lulus Tahun 2007
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
PENDIDIKAN NON FORMAL
Madrasah Diniyah Salafiyah Darul Arsquomal Kota Metro
PENGALAMAN ORGANISASI
1 2007-2008 Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
2 2008-2009 Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS
3 2008-2009 Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK
4 2009-2010 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT
5 2009-2010 Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia
6 2010-2011 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT
7 2011-2013 Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional
8 2011-2013 Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU
9 2013-2015 Direktur Student Crisis Centre PP IPNU
Jakarta Juli 2014
Arif Kurniawan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan
kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu
Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya
Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan
dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini
diantaranya
1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat
Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah
diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan
demi kesuksesan penulis
2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat
viii
4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan
inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi
6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin
8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang
Jakarta Juli 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah memberi kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan
kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu
Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya
Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selama penyusunan Skripsi ini penulis selalu mendapat motivasi bantuan dan
dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini
diantaranya
1 Kedua orang tua penulis Abah Alm Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat
Allah SWT dan ibu Tukilah Terima kasih untuk semua hal yang sudah
diberikan yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan
demi kesuksesan penulis
2 ProfDr (hc) dr M K Tajudin SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Ibu Febrianti SP MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat
viii
4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan
inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi
6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin
8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang
Jakarta Juli 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
viii
4 Ibu Riastuti Kusumawardani SKM MKM selaku Dosen Pembimbing I terima
kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan inspirasi dan masukkan
serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5 Ibu Minsarnawati Tahangnacca SKM MKes selaku Dosen Pembimbing II
terima kasih penulis ucapkan atas waktunya semua arahan masukan bimbingan
inspirasi serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi
6 dr Ainun Naimmah Kurniawan terima kasih atas segala motivasi kesabaran dan
meluangkan waktu untuk mendapingi penulis serta selalu mendoakan agar
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
7 Teman-Teman Kelas K3 Gizi Kesmas A serta OPUS Semoga kita dapat
menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat
berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak amin
8 Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu
Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan
dalam laporan ini
Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari
Penulis selaku manusia yang dhaif sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan
datang
Jakarta Juli 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang hellip 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Pertanyaan Penelitian 5
14 Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Tujuan Umum 6
142 Tujuan Khusus helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
15 Manfaat Penelitian 6
151 Bagi mahasiswa 6
152 Bagi FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
16 Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaranhelliphelliphelliphelliphellip 8
211 Definisi Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
212 Teori Segitiga Apihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
213 Klasifikasi Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10
214 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
215 Bahaya-Bahaya Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 14
216 Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
223 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaranhelliphellip 22
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 22
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 23
232 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
233 Alarm Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
234 Sprinkler Otomatishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 29
235 Sistem Deteksihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
24 Sarana Penyelamat Jiwahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
241 Pintu Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
242 Tangga Darurathelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
243 Tanda Petunjuk Arahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
244 Tempat Berhimpunhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
25 Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsephelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 38
32 Definisi Operasionalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
x
42 Waktu dan Lokasi Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
43 Pengumpulan Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
431 Sumber Datahelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
432 Instrumen Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
44 Pengolahan Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
45 Analisa Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
46 Populasi dan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 52
BAB V HASIL
51 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 53
52 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 59
53 Sumber Daya Manusiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 62
54 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung
FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 64
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 65
552 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 70
553 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 74
554 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 76
555 Detektor Kebakaran helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 80
56 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 83
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
571 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 84
572 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 87
573 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 90
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 92
58 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphellip 94
BAB VI PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 95
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK helliphelliphelliphelliphelliphellip 101
64 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 112
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
651 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 113
652 Hidranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 114
653 AlarmKebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 116
654 Sprinklerhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 117
655 Detektor Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 119
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
661 Pintu Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 121
662 Tangga Darurat di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 123
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 125
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
xi
664 Tempat Berhimpun di Gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 126
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 128
72 Saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
21 Jenis APAR dan Kelas Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
22 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan
Klasifikasi Bangunan
27
23 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut
Jenis Jumlah lantai dan Luas Lantaihelliphelliphelliphelliphellip
28
24 Kapasitas Minimum Reservoirhelliphelliphellip 30
25 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada
Komponen Pemipaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
31
26 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi
Ruangannyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
33
41 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan
Oleh Saptaria et alhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
50
51 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphellip
54
52 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen
PU No20PRTM2009helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
59
xiii
53 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan
Permen PU No20PRTM2009
63
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan
Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Jakartahelliphelliphelliphelliphellip
64
55 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No
26PRTM2009
66
56 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-
2000helliphelliphelliphelliphellip
72
57 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-
3985-2000helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
75
58 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-
2000
77
59 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI
03-3985-2000
81
510 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung
FKIK
83
511 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008
85
xiv
512 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU
No26PRTM2008helliphelliphelliphellip
88
513 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK
Dengan Permen PU No26PRTM2008
91
514 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA
101
93
515 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di
Gedung FKIK
94
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan Halaman
21 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21
22 Bagan Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
31 Bagan Kerangka Konsep 40
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 66
52 Hidran Gedunghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 71
53 Hidran Halaman 72
54 Sprinkler Otomatis 77
55 Detektor Asap 81
56 Pintu Darurat 84
57 Tangga Darurat 87
58 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar 90
59 Tempat Berhimpun 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat reaksi eksotermis
dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey
1997) Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000
kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas nyala api cahaya asap uap air karbon monoksida atau produk dan efek
lainnya Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan perkotaan pemukiman
maupun digedung perkantoran Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar
kita Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Sumarsquomur 1994)
Pada awal abad ke-21 jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa
dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran
dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran Sementara itu populasi manusia di
Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700000000 jiwa dimana sekitar 2
juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa
mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al2006)
Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat
pada tahun 2009 sebanyak 1348500 Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan
2
tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242000 kasus (Departement for
communities and local government London 2010) Di New Zealand pada tahun
2009 sampai dengan 2010 terjadi 69579 kejadian kebakaran dengan jumlah
kebakaran diperkotaan sebanyak 53940 dan dipedesaan sebanyak 15639 (New
Zealand Fire Service 2010)
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum faktor-
faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis
(Ramli2010) Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 628 disebabkan oleh
listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik Penataan ruang dan minimnya
prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap
timbulnya kebakaran khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman
(Nugroho2010)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa
kerugian materi menurunnya produktivitas gangguan bisnis dan kerugian sosial
(Ramli 2010) Pada tahun 2010 dari 1331500 kejadian kebakaran di Amerika
Serikat yang telah disebutkan diatas jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain
kematian 3120 jiwa 17720 injury dan kerugian langsung karena rusaknya properti
sebesar 11593000000 dolar (Karter 2011)
Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember
2012 mencapai angka 1008 kejadian Kebakaran ini terjadi di lima wilayah yaitu
Jakarta Timur Barat Selatan Utara dan Pusat Penyebab kebakaran paling besar
diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali Sedangkan kompor menjadi
penyebab kebakaran di 88 kejadian Kemudian penyebab lainnya adalah rokok
3
sebanyak 46 kali lampu 1 kali dan dengan penyebab lain-lain seperti anak main
petasan sampah atau obat nyamuk Dari 1008 kebakaran tersebut diperkirakan
total kerugian mencapai Rp 290304480000 Total tersebut hanya perkiraan
kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah2012)
Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul
baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik kompor ataupun merokok
sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak
meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung Data diatas menunjukkan bahwa
kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit baik korban jiwa
atau korban secara finansial Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran agar kerugian-
kerugian ini tidak terjadi
Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct
cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost) Kerugian langsung adalah
kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak
terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran
dan kerusakan sarana produksi Disamping kerugian langsung (direct cost)
kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain
kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera kerugian jam kerja yang hilang
akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi
produktivitas Selain itu ada juga kerugian produksi kerugian sosial dan kerugian
citra dan kepercayaan konsumen (Ramli2010)
4
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-
ruang perkuliahan ruang dosen perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini
mempunyai resiko terjadinya kebakaran Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran diantaranya adalah buku-
buku di dalam perpustakaan arsip-arsip dosen bahan kimia di dalam laboratorium
instalasi listrik di setiap ruang gedung yang mana semua ini sangat memungkinkan
dapat terjadinya kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Dengan resiko sebesar ini
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap
darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK sehingga besar
kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran tidak ada prosedur penyelamatan
yang efektif dan efisien Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian
mengenai ldquoGambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakartardquo
12 Rumusan Masalah
Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa
5
kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia khususnya bagi civitas
akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013
beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan
fungsi-fungsi dari keduanya Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap
darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu Gambaran manajemen dan sistem
proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Jakarta
13 Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK
UIN Jakarta
2 Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
4 Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
meliputi Alarm Hidran Detector Sprinkler dan APAR
5 Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK
UIN Jakarta meliputi pintu darurat tangga darurat tempat berhimpun dan
petunjuk arah jalan keluar
6
14 Tujuan Penelitian
141 Tujuan umum
Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta
142 Tujuan Khusus
1 Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN
Jakarta
2 Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
3 Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan
kebakarn di gedung FKIK
4 Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti Alarm Hidran
Detektor Sprinkler APAR di gedung FKIK UIN Jakarta
5 Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti pintu darurat
tangga darurat tempat berhimpun petunjuk arah jalan keluar di gedung
FKIK UIN Jakarta
15 Manfaat Penelitian
151 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai
keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan
kebakaran digedung
2 Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku
kuliah dengan fakta dilapangan
7
152 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta
1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada
managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku
2 Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta
16 Ruang Lingkup
Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang
kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai
manajemen sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat organisasi
proteksi kebakaran dan sumber daya manusia Dan juga pemenuhan terhadap
sarana proteksi aktif yang meliputi Alarm kebakaran Detector Sprinkler
APAR dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi jalan keluar
pintu darurat tangga darurat dan tempat berhimpun Penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi
berdasarkan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU No20 PRTM2009
dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kebakaran
211 Definisi Kebakaran
Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010 kebakaran adalah api yang
tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia
Menurut Standar Nasional Indonesia kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas nyala api
cahaya asap uap air karbon monoksida karbon dioksida atau produk dan
efek lainya
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api asap dan gas yang ditimbulkan
Menurut Zaini (1998) kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung
cepat serta memancarkan panas dan sinar Kebakaran menurut Perda DKI
Jakarta (1992) adalah suatu nyala api baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan
9
Sedangkan menurut Basri (1998) yang dimaksud dengan kebakaran
adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan Kebakaran dapat merupakan
penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang mengalami
kebakaran
212 Teori Segitiga Api
Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI) terjadinya
kebakaran memerlukan tiga unsur
1 Adanya bahan yang mudah terbakar
2 Adanya cukup oksigen sebagai oksidator
3 Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar
(panas)
Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan
menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia Dan selanjutnya model
segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron)
Didalam peristiwa terjadinya apikebakaran terdapat tiga elemen
yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar zat
pengoksidasioksigen dan suatu sumber nyalapanas Kebakaran adalah
10
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya apipenyalaan Bahan bakar
dapat berupa bahan padat cair dan uapgas Pada bahan bakar yang
menyala sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar melainkan
gasuap yang dikeluarkan (Depnaker1987)
Apabila bahan bakar zat pengoksidasi dan sumber nyala berada
secara bersama-sam pada kondisi tertentu maka kebakaran dapat terjadi
hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika
a Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah
yang cukup
b Tidak ada zat pengoksidasioksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam
jumlah yang cukup
c Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran
213 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya Dengan adanya klasifikasi tersebut akan
lebih mudah lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang
dipergunakan untuk memadamkan kebakaran Di Indonesia menganut
klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi NoPer04Men1980 yang menurut jenisnya adalah
11
1 Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar
dengan sendirinya kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari
luar molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah
yang terbakar Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan
terbakar
Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air
2 Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya
Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar
Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang
akan menimbulkan kebakaran
Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain Contohnya solar minyak tanah dan bensin Media pemadaman untuk
bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam) sedangkan jenis gas adalah
bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2
3 Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan yang sebenarnya kelas
C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
12
aliran listrik kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang
yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik
Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical) gas
halon gas CO2 dry powder
4 Kelas D
Kebakaran logam seperti magnesium titanium uranium sodium
latium dan potassium Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan
yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat
tinggi pula Pada kebakaran logam ini perlu dengan alatmedia khusus untuk
memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose
214 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor namun secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut
a) Faktor manusia
Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran
b) Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya
kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli2010)
13
Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia
faktor teknis dan faktor alam (Depnaker 1987 )
1 Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran antara lain
a Faktor pekerja
1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran
2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan melebihi kapasitas yang
telah ditentukan
3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin
5) Adanya unsur kesengajaan
b Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama
dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik
14
2 Faktor teknis
a Melalui proses fisikmekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan
suhu atau timbulnya bunga api terbuka
b Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan
penyimpanan penanganan bahanbarang kimia berbahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang telah ada
c Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen lain
215 Bahaya-bahaya Kebakaran
Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian
yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia kerugian harta
benda dampak ekonomi ataupun dampak sosial Kebakaran yang terjadi
sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan hal ini disebabkan pada
peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap panas nyala dan gas-gas beracun
yang menyebar kesegala arah dan tempat
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu
reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam Reaksi
kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas Pada beberapa zat reaksi-
reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa Namun pada umumnya
reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya
hilang ke sekeliling
15
Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut
a) Asap
Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 05
mikron sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung unsur karbon
Asap dapat mencapai temperatur antara 1000degF-1200degF oleh efek
pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan
awan kemudian berpencar keseluruh ruangan Bahaya asap bagi manusia
adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan
b) Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300degF
dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan
hanya dalam waktu yang singkat Akibat terpapar panas yang tinggi
menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga kehilangan cairan
tubuh terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan kerja
jantung
c) Nyala
Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya yang berkilauan
16
d) Gas-gas beracun
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang
berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia)
Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya
kebakaran adalah gas CO SO2 H2S NH3 HCN C3H4O gas dari
pembakaran plastik dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu
tekstil dan kertas Selain itu masih ada bahan kimia lain yang
menghasilkan gas-gas beracun Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran
tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun
tersebut
216 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Kepmenaker RI NoKep186MEN1999)
Sedangkan menurut Sumarsquomur (1981) penanggulangan kebakaran
merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan
keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan
Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban
kebakaran
17
1 Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik
2 Pembuatan bangunan yang tahan api
3 Pengawasan yang teratur dan berkala
4 Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya
5 Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan
tindakan pemadamannya
Menurut Depnaker tahun (1987) pada modul-modul prinsip penanggulangan
kebakaran secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau
kobaran api dapat dipadamkan dengan segera sehingga dampak yang merugikan
dan korban jatuh dapat dihindarkan Oleh karena itu usaha pemadaman api harus
memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang
baik agar mendapatkan hasil yang maksimal
Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara yaitu
a Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran Air adalah salah satu
media pemadaman yang baik untuk menyerap panas Oleh karena itu media
air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar
dengan flash point dibawah 100degF (37degC)
18
b Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering)
Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang
terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali
c Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar
(starvation)
Pemindahan bahan bakar yang efektif akan tetapi tidak terlalu
berhasil dalam prakteknya karena sulit
d Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion
chain reaction)
Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan
mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran
Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
22 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk
mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan
Setiap pemilik pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon
19
dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga
harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam
izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
(Kementerian Pekerjaan Umum RI 2009)
221 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran
Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim
perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire
safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementerian PU 2009)
Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran rencana ketatgrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire
emergency plan) (Kementerian PU 2009)
222 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri
dari penanggung jawab personil komunikasi pemadam kebakaran
20
penyelamatparamedic ahli teknik pemegang peran kebakaran lantai dan
keamanan
a Kewajiban pemilikpengguna gedung
Pemilikpengelola gedung bangunan wajib melaksanakan
manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim
Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
rencana pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindakan
darurat kebakaran (fire emergency plan) (Kementerian PU 2009)
Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran
tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran tapak dan fasilitas yang tersedia pada bangunan Bila terdapat
unit bangunan lebih dari satu maka setiap unit bangunan gedung
mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan
dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
gedung (Kementerian PU 2009)
Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan
kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20PRTM2009
21
Bagan 21 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Sumber Kementerian PU 2009
b Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran
Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari
1) Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2) Kepala bagian teknik pemeliharaan membawahi
a) Operator ruang monitor dan komunikasi
b) Operator lif
c) Operator listrik dan genset
d) Operator AC dan ventilasi
e) Operator pompa
3) Kepala bagian keamanan membawahi
a) Tim Pemadam Api (TPA)
b) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)
c) Tim Pengamanan
PEMILIKPENGELOLA
PEMIMPIN SATLASKAR
PENANGGUNG
JAWAB TPK (PJ-TPK)
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
KOOR TPK UNIT
BANGUNAN
22
223 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai
dasar pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran
meliputi
a Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety)
b Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)
c Keahlian di bidang manajemen
Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan
kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran
situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung Sumber daya
manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan
ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU 2009)
23 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR
23
231 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Menurut Soehatman Ramli (2010) Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut diangkat dan
dioperasikan oleh satu orang
Menurut Perda NO 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk
memadamkan kebakaran Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) meliputi
a Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah
dilihat dicapai diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
b Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai
c Tabung tidak boleh berkarat
d Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas
tentang cara penggunaan alat
e Belum lewat masa berlakunya
f Warna tabung mudah terlihat
g Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut
1) Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca
serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan
2) Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai kecuali
CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan
lantai
24
Menurut Zaini (1998) faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR
sebagai berikut
1 Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
2 Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi
3 APAR disesuaikan dengan pekerjaannya
4 Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi
Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat
yaitu
Tabel 21
Jenis APAR dan Kelas Kebakaran
Kelas Bahan yang terbakar APAR
A Kayu kertas teks plastic busa
Styrofoam file
Tepung kimia serba
guna air CO2
B Bahan bakar minyak oil aspal
cat alcohol elpiji
Tepung kimia biasa CO2
C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa
D Logammagnesiumtitanium
alumunium
Tepung kimia khusus
logam
Sumber Santoso2004
232 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Depnaker1987) Hidran biasanya dilengkapi dengan selang (fire
hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan
didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah Untuk menghubungkan
selang dengan kepala selang digunakan alat yang disebut dengan kopling
25
yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa
disambung ketempat-tempat yang jauh
Menurut Kepmen PU No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem
pemadam kebakaran manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran
yaitu hidran gedung dan hidran halaman
Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan
hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah dicapai tidak terhalang
oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak
Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna putih tinggi tulisan
minimum 10 cm
Berdasarkan jenis penempatannya hidran terbagi menjadi dua yaitu
1 Hidran gedung
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan
gedung tersebut
2 Hidran halaman
Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan
sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di
lingkungan tersebut
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu
a Persyaratan teknis
1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk
pemakaian selama 30 menit
26
2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3) Selang kebakaran dengan diameter maksimum 15 inci harus
terbuat dari bahan yang tahan panas panjang maksimum selang
harus 30 meter
4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling
dari unit pemadam kebakaran
b Pemasangan hidran kebakaran
1) Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 25 inci
(625 cm) minimal debit air 380 litermenit kotak hidran gedung
harus mudah dibuka dilihat dijangkau dan tidak terhalang oleh
benda lain
3) Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan
ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm) debit air hidran 250
galonmenit atau 1125 litermenit untuk setiap kopling hidran
halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus
menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci
(10cm) dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm) kotak hidran
halaman harus mudah dibuka mudah dilihat mudah dijangkau
dan tidak terhalang oleh benda lain
27
Tabel 22
Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi
Bangunan Klasifikasi bangunan Jumlah lantai Jumlah dan luas lantai
A 1 lantai 1 buah per 1000 m2
B 2 lantai 1 buah per 1000 m2
C 4 lantai 1 buah per 1000 m2
D 8 lantai 1 buah per 800 m2
E gt8 lantai 1 buah per 200 m2
Sumber Kepmen PU NO10 tahun 2000
233 Alarm kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi
kabel yaitu
a Titik panggil manual (manual call box)
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat
adanya kebakaran yang dapat berupa
1) Titik panggil manual secara manual (full down)
2) Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom)
28
b Panel indikator kebakaran
Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak
diruang operator
c Alat deteksi kebakaran (fire detektor)
Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No 3 tahun 1992 ketentuan untuk alarm
kebakaran adalah sebagai berikut
a) Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas sehingga mudah
dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24
ayat 2)
b) Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
(pasal 29 ayat 2)
Tabel 23
Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis Jumlah Lantai dan
Luas Lantai
Klasifikasi
Bangunan
Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas
Minimum Tiap
Lantai
Tipe Alarm
A Hotel 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Pertokoan amp
pasar
1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Perkantoran 1
2-4
gt4
185
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Rumah sakit amp
perawatan
1
2-4
lab
lab
Manual
Otomatis
29
gt4 lab Otomatis
Bangunan industri 1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
Tempat hiburan
museum
1
2-4
gt4
lab
lab
lab
Manual
Otomatis
Otomatis
B Perumahan
bertingkat
1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Asrama 1
2-4
gt4
id
lab
lab
Id
Manual
Otomatis
Sekolah 1
2-4
gt4
id
375
lab
id
manual
otomatis
Tempat ibadah 1
2-4
gt4
id
375
lab
Id
Manual
Otomatis
Sumber Perda DKI Jakarta No3 tahun 1992
Keterangan id = tidak dipersyaratkan lab =tidak ada batas luas
234 Sprinkler Otomatis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum2008)
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat
pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk
deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat memancar
kesemua arah secara merata Sedangkan yang dimaksud dengan sprinkler
otomatis menurut Perda No3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air
30
yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu
Instalasi sistem sprinkler terdiri atas beberapa komponen yaitu
a) Komponen persediaan air reservoir untuk sistem sprinkler cadangan air
dalam reservoir harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi
dengan kapasitas penuh selama 1 jam Untuk menentukan ukuran
kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan
golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan Kapasitas minimum
reservoir dapat dilihat pada tabel 24
Tabel 24
Kapasitas minimum reservoir
Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir
Bahaya kebakaran ringan 9 m3
Bahaya kebakaran sedang
kel I
12m3
Bahaya kebakaran sedang
kel II
22m3
Bahaya kebakaran sedang
kel III
33m3
Bahaya kebakaran berat 69-290 m3
Sumber SNI 03-3989 tahun 2000
b) Komponen pemompaan pada dasarnya komponen pemompaan pada
sprinkler sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa
listrik pompa diesel dan pompa jockey
c) Komponen pemipaan pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu
dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang
dimana terdapat atau terpasang alarm control valve Pada komponen
31
pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan
kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 25
Tabel 25
Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen
pemipaan Jenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran
ringan
10 bar 300 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel I
12 bar 375 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel II
14 bar 725 litermenit
Bahaya kebakaran
sedang kel III
16 bar 1100 litermenit
Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 litermenit
Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000
sebagai berikut
a Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang
4-5 meter
b Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 25 inci
c Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran
d Sumber daya sprinkler minimal berasal dari dua sumber
e Kapasitas tankireservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3
f Kapasitas aliran pompa 375 litermenit
g Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar
h Pemipaan sprinkler dicat warna merah kecuali kepala sprinkler
32
235 Sistem deteksi
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi
adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran
awal yang terdiri dari
a Detector asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu Detector asap (smoke) dapat
mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas Persyaratan
untuk detector asap yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector
3) Jarak detector pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari dari 38degC
b Detector panas yaitu detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu pengindraan panas Persyaratan untuk detector
panas yaitu
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector
33
3) Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m
Tabel 26
Pemilihan Jenis Detector Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya
Jenis
detector
Fungsi ruangan
Asap Ruang peralatan kontrol bangunanruangan resepsionis ruang tamu
ruang mesin ruang lift ruang pompa ruang AC tangga koridor lobi
aula perpustakaan dan gudang
Gas Ruang transformatordiesel ruang yang berisi bahan yang mudah
menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala api Gudang material yang mudah terbakar ruang kontrol instalasi peralatan
vital
Sumber SNI 03-6574 tahun 2000
24 Sarana Penyelamat Jiwa
Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No26PRTM2008 setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada
saat keadaan darurat terjadi
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah
tangga kebakaran pintu darurat dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan
Umum 2008)
34
241 Pintu darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau
pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan Jumlah pintu
darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni
kurang dari 60 dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan
keluar menghadap ke koridor mudah dicapai dan dapat mengeluarkan
seluruh penghuni dalam waktu 25 menit
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar exit dengan warna
tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda
tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala
(Depnaker1987)
242 Tangga darurat
Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran tangga terlindung baru yang melayani
tiga lantailebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima
lantai atau lebih Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda
pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes lantai
35
Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai akhir teratas dan
terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum2008)
Tangga yaitu alat tersendiri bagian dari suatu bangunan untuk turun
atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumamrsquomur 1996) Sedangkan
menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada
koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Menurut SNI 1728 tahun 1989 tiap tangga darurat dilengkapi dengan
kipas penekanpendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong
akan keluar melalui grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga
darurat dekat pintu darurat Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai
dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi
pemadaman Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena
bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi
curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga
melelahkan saat naik maupun turun
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding tidak untuk menyimpan barang terawat dengan baik dan
bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC ruang sirkulasi
36
berhubungan langsung dengan pintu kebakaran tidak boleh berbentuk
tangga spiral
243 Tanda petunjuk arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
244 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah
pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap
kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka
waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat
kebakaran
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan
daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku
Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat
menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal
03 m2
per orang
37
25 Kerangka Teori
Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber kerangka teori dapat
dilihat pada Bagan 22 dibawah ini
Sumber Permen PU No20PRTM2009 Permen PU No26PRTM2008 SNI 03-
3985-2000 Dan NFPA 101 (1995)
MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN
Manajemen proteksi
kebakaran
1 Prosedur
tanggap darurat
2 Organisasi
proteksi
kebakaran
3 Sumber daya
manusia
Sistem proteksi
kebakaran aktif
1 Alarm
2 Hidran
3 Detektor
4 Sprinkler
5 APAR
Sarana penyelamat
jiwa
1 Pintu darurat
2 Tangga darurat
3 Petunjuk arah
4 Tempat
berhimpun
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
31 Kerangka Konsep
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan Setiap pemilik
pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko
kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri memitigasi merespon dan pemulihan
akibat kebakaran Selain itu setiap pemilikpengguna gedung juga harus
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin
mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui
kegiatan pemeliharaan perawatan dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi
kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 sistem
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis Sarana
proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm Hidran Detektor Sprinkler dan
APAR Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan
keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-
hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat
39
Berdasarkan peraturan diatas maka penelitian ini menentukan bahwa
variabel prosedur tanggap darurat organisasi proteksi kebakaran sumber daya
manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam
manajemen dan sistem proteksi kebakaran Selanjutnya variabel diatas yang berada
di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan
melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya
diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan
manajemen proteksi kebakaran sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku
40
Bagan 31 kerangka konsep
Prosedur tanggap darurat
kebakaran
Organisasi proteksi
kebakaran
Sumber daya manusia
Sarana proteksi aktif
Sarana penyelamat jiwa
Manajemen dan sistem proteksi
kebakaran
41
32 Definisi Operasional
N
o
Istilah Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Prosedur
tanggap
darurat
Segala kegiatan
yang mencakup
kegiatan
pembentukan
tim
perencanaan
penyusunan
analisis risiko
bangunan
gedung
terhadap
bahaya
kebakaran
pembuatan dan
pelaksanaan
rencana
pengaman
keakaran (fire
safety plan)
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
42
2
Organisasi
proteksi
kebakaran
Suatu kesatuan
orang yang
terdiri atas
bagian-bagian
dan memeiliki
tugas
wewenang dan
tanggung
jawab yang
dibentuk dalam
upaya
menanggulangi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
Ordinal
3 Sumber
daya
manusia
Orang yang
bertugas dalam
manajemen
penanggulanga
n kebakaran
mempunyai
dasar
pengetahuan
pengalamanda
n keahlian
dalam bidang
proteksi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman tahun
2005
43
4 APAR Alat pemadam
yang bisa
diangkut
diangkat dan
dioperasikan
oleh satu orang
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antara gt80-100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
antra 60-80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis
memiliki tingkat kesesuaian
lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
5 Hidran Suatu sistem
pemadam
kebakaran tetap
yang
menggunakan
media
pemadam air
bertekanan
yang dialirkan
melalui pipa-
pipa dan selang
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang
pemukiman tahun 2005
Ordinal
44
6 Alarm
Kebakaran
suatu cara
untuk memberi
peringatan dini
kepada
penghuni
gedung atau
petugas yang
ditunjuk
tentang adanya
kejadian
kebakaran
disuatu bagian
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
7 Sprinkler
otomatis
Alat pemancar
air untuk
pemadam
kebakaran yang
mempunyai
tudung yang
berbentuk
deflector pada
ujung mulut
pancarnya
sehingga air
dapat
memancar
kesemua arah
secara merata
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
45
8 Detektor
kebakaran
Alat yang
berfungsi
mendeteksi
secara dini
adanya suatu
kebakaran awal
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
9 Tangga
kebakaran
Tangga yang
direncanakan
khusus untuk
penyelamatan
bila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
46
10 Tempat
berhimpun
Daerah pada
bangunan yang
dipisahkan dari
ruang lain dari
penghalang
asap kebakaran
dimana
lingkungan
yang dapat
dipertahankan
dijaga untuk
jangka waktu
selama daerah
tersebut masih
dibutuhkan
untuk dihuni
pada saat
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
11 Pintu
darurat
Pintu-pintu
yang langsung
menuju tangga
dan hanya
digunakan
apabila terjadi
kebakaran
Observasi dan
dokumentasi
Checklist
meteran
Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
47
12 Petunjuk
arah
sebuah tanda
yang disetujui
pemilik
gedung yang
mudah
terlihat dari
setiap arah
akses keluar
gedung
Observasi dan
dokumentasi
Checklist Presentase tingkat pemenuhan
1) Baik apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antara gt80-
100
2) Cukup apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian antra 60-
80
3) Kurang apabila seluruh
elemen yang dianalisis memiliki
tingkat kesesuaian lt60
Sumber puslitbang pemukiman
tahun 2005
Ordinal
48
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
41 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan desain studi kasus yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya artinya penelitian yang dilakukan
adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)
dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti
Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif
sebagai berikut
Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di
gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional
Indonesia Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Peraturan Menteri
49
Pekerjaan Umum No 26PRTM2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
42 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014 Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jakarta
43 Pengumpulan Data
431 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer karena data yang
diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif Data primer dalam
penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran prosedur tanggap darurat
sumber daya manusia sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
432 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga
yaitu observasi wawancara dan dokumentasi Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi secara langsung yaitu melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang
diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi Selain itu peneliti juga
melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian Instrumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran kamera digital dan
lembar checklist
50
44 Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
1 Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi
2 Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil
observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi
dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut
a) ge rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik
b) le rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik
3 Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang
dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 41
Tabel 41
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
51
45 Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan metode studi kasus yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito
1992 10) Penelitian ini merupakan analisis univariat yang menggambarkan dan
membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No26PRTM2008 Permen
PU No10PRTM2009 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi dan dokumentasi kemudian dideskripsikan dengan cara
menggunakan analisis persentase Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung
FKIK dengan peraturan yang ada Penulis menggunakan rumus tabel tingkat
penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah sebagai
berikut
Nilai Kesesuaian Keandalan
gt80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
Cukup (C)
lt60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)
Sumber Pustlitbang pemukiman tahun 2005
52
Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan yaitu
sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item
pada peraturan-peraturan pembanding kurang sesuai bila sebagian elemen program
memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding tidak sesuai bila
semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-
peraturan pembanding
46 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di
seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat organisasi proteksi
kebakaran sumber daya manusia sistem proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa
Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
51 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran
prosedur tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang
dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009
54
Tabel 51
kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan kebakaran
Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
Terdapat rencana ketatagrahaan yang
baik (good housekeeping plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
4 Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan pemeliharaan
Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
55
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
7 Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai
8 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap
keadaan darurat
Tidak sesuai
9 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai
10 Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai
56
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai
12 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai
13 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai
14 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai
15 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai
16 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai
17 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai
57
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
18 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai
19 Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai
20 Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai
21 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan
audit lengkap
Tidak sesuai
22 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai
23 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai
58
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
24 Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai
25 Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
52 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi
kebakaran organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan
mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di
FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan
59
dalam hal ini adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di
gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi
kebakaran karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job
deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran
Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran
digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No20PRTM2009 tentang
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan
Tabel 52
kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
1 Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
Pengelola bangunan gedung membentuk tim
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran
Setiap unit bangunan gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran masing-masing
Tidak sesuai
3 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai
60
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
4 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat coordinator tim penanggulangan
kebakaran unit bangunan yang membawahi
kepala bagian teknik pemeliharaan dan
kepala bagian keamanan
Tidak sesuai
5 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan
pada struktur organisasi tim penanggulang
kebakaran
Tidak sesuai
6 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
7 Tidak terdapat
operator
komunikasi
Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai
8 Tidak terdapat
struktur tim damkar
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai
9 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai
61
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
10 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
11 Tidak terdapat
struktur tim
penanggulangan
kebakaran
Kepala bagian keamanan membawahi tim
pemadam api
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat tim
penyelamat
kebakaran
Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
62
53 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum NO 20PRTM2009
63
Tabel 53
kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU
No20PRTM2009
No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
1 Belum adanya
Tim untuk
penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga
kompetensi ini
tidak tercapai
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang kebakaran
Tidak sesuai
2 Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran
menyebabkan
tidak
dilaksakannya
training
Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
Tidak sesuai
3 Tidak pernah
dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Diadakan pelatihan dan peningkatan
kemampuan secara berkala bagi
sumber daya manusia yang berada
dalam manajemen penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai
64
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan
data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
54 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
Tabel 54
Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta
No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring
1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0
2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung
FKIK
0
3 Sumber Daya Manusia 0
Rata-rata 0
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0 artinya tidak sesuai
sama sekali dengan peraturan perundangan
65
55 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler otomatis dan detektor kebakaran
551 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah
disetiap lantai terdapat empat APAR APAR yang pertama diletakkan
didekat tangga sayap kanan gedung FKIK APAR kedua diletakkan didekat
pintu masuk sayap kanan gedung FKIK APAR yang ketiga diletakkan
didekat kamar mandi dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap
kiri gedung FKIK pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama
disetiap lantainya Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan
agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR
selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang
oleh benda yang lainnya
Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
1 Jenis APAR Dry chemical
2 Nama manufaktur CV Muda Karya Jaya
3 Penempatan APAR APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan
4 Jarak antar APAR 15 m
5 Jarak dengan lantai 12 m
6 Masa berlaku APAR 10 desember 2013 - 10 desember 2014
66
Berikut adalah APAR di gedung FKIK
Gambar 51 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan
peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO 26PRTM2009
Tabel 55
Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
1 Tersedia Alat
Pemadam Api
Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai
2 Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
Terdapat klasifikasi APAR
yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api
dimana alat pemadam api
terbukti efektif
Sesuai
67
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
3 APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
APAR diletakkan ditempat
yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
Sesuai
4 APAR tidak
terhalangi dan jelas
APAR tampak jelas dan
tidak dihalangi
Sesuai
5 APAR kokoh
digantungannya
APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau
manufaktur atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan tersebut
Sesuai
6 Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
Jarak antara APAR dan
lantai ge 10 cm
Sesuai
7 Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
Sesuai
68
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
8 Label diletakkan
dibagian samping
APAR
Label sistem identifikasi
bahan berbahaya label
pemeliharaan enam tahun
label uji hidrostastik atau
label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan
dari APAR atau
ditempelkan pada bagian
depan APAR
Sesuai
9 Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama manufaktur
atau nama agennya alamat
surat dan no telefon
Sesuai
10 APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi secara
manual atau dimonitor
secara elektronik
Sesuai
69
No Kondisi Aktual Permen PU
No26PRTM2009
Sesuai
tidak
sesuai
11 Tidak dilakukan
inspeksi
APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari
Tidak
sesuai
12 Arsip terkait APAR
disimpan
Arsip dari semua APAR
yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
Sesuai
13 Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai
14 Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
Setiap APAR mempunyai
kartu atau label yang
dilekatkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
Sesuai
15 Terdapat identifikasi
petugas
Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
Sesuai
70
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009 sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 93 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No
26PRTM2009
552 Hidran
Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun
diluar gedung Jumlah hidran didalam gedung berjumlah 15 hidran yang
masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran Hidran yang pertama
diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK hidran yang kedua
diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK dan hidran
yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi Letak hidran ini sama disetiap
lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai Peletakan hidran
ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap
lantainya dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau
siapa saja yang berada di lantai tersebut Berikut ini adalah gambar hidran
dalam gedung
71
Gambar 52 Hidran gedung
Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana
hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran
Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran le 50 m Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan
hidran gedung sama yaitu tipe hidran ruangan Kotak hidran dicat merah
dan tidak terkunci hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran para
pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan
membukanya selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi
untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam
kebakaran
Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalurjalan disekitar
gedung Hidran halaman bertekanan 4 kgcm3 atau 55 psi berikut ini
adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK
72
Gambar 53 Hidran halaman
Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK hanya satu yang
memiliki selang kebakaran dan nozel tiga yang lainnya hanya terdapat kotak
hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya Selang hidran dan nozel sengaja
disimpan agar tidak hilang
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI
03-3985-2000
Tabel 56
kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Lemari hidran
berisi slang
kebakaran nozel
dan kran penutup
Lemari hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai
73
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai
3 Sambungan slang
dan kotak hidran
tidak terhalang
Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan
siap digunakan
Slang kebakaran dilekatkan
dan siap digunakan
Sesuai
5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai
6 Terdapat hidran
halaman
Terdapat hidran halaman Sesuai
7 Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil
pemadam
kebakaran
Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai
74
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran le 50
meter dari hidran
Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le 50
meter dari hidran
Sesuai
9 Hidran halaman
bertekanan 379
bar
Hidran halaman bertekanan
35 bar
Sesuai
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
553 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 apabila terjadi bahaya
75
kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil
manual maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan selain itu FKIK
menggunakan fire alarm yang berada disetiap hidran yang terpasang
didalam gedung Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran
seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi
Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
Tabel 57
kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Alarm
Kebakaran
terdapat pada
titik panggil
manual dan
hidran
Terdapat alarm kebakaran sesuai
2 Suara alarm
sama dengan
suara alarm
lainnya
Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai
76
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya Alarm Kebakaran di FKIK
mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional
Indonesia
554 Sprinkler
Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik setiap sistem
sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat FKIK memiliki sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir
kendaraan motor
Sprinkler di FKIK berjarak plusmn 2m dengan sprinkler yang lainnya
penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat
menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api Air yang digunakan
disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
77
pemilik gedung hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang
digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak
mengandung bahan kimia Walaupun belum pernah terjadi kebakaran
sprinkler ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK
Gambar 54 Sprinkler otomatis
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-
3989-2000
Tabel 58
kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terpasang
sprinkler otomatik
Terpasang sprinkler otomatik Sesuai
78
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
2 Sprinkler tidak
diberi ornament
cat atau diberi
pelapisan
Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau diberi
pelapisan
Sesuai
3 Air yang
digunakan tidak
mengandung
bahan kimia
Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai
4 Air yang
digunakan tidak
mengandung serat
Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai
5 Tersedia sisitem
penyediaan air
Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan
air yang bekerja secara
otomatis bertekanan dan
berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat
Sesuai
79
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
6 Sistem
penyediaan
didalam
manajemen FKIK
Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai
7 Tersedia
sambungan
disistem sprinkler
Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai
8 Jarak antar
sprinkler 2 m
Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai
9 Kepala sprinkler
tahan korosi
Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan kepala
sprinkler yang tahan korosi
Sesuai
10 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai
80
No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
11 Tidak terdapat
kepala sprinkler
cadangan
Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai
12 Tidak terdapat
sprinkler
cadangan
Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai
13 Tidak tersedia
kunci khusus
Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 69 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan
dengan standar nasional Indonesia
555 Detektor kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor yang
81
lainnya detektor kebakaran digedung FKIK berjarak plusmn 4m dari lantai
penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik detektor kebakaran yang terdapat
digedung FKIK adalah detektor asap Penentuan jenis detektor ini dipilih agar
dapat mendeteksi kebakaran secara dini maksudnya sebelum terjadinya api
ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran
dititik tersebut walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor
kebakaran ini berfungsi dengan baik
Berikut adalah gambar detector asap di FKIK
Gambar 55 detektor asap
Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan
SNI 03-3985-2000
82
Tabel 59
kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang
diseluruh ruangan
Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai
2 Detector dapat
dijangkau
Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai
3 Detector
ditempatkan di
tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai
4 Tidak dilakukan
inspeksi
Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai
5 Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
Tidak sesuai
83
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai
scoring 60 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak
sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia
56 Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK
Tabel 510
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK
No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring
1 APAR 93
2 Hidran 100
3 Alarm kebakaran 50
4 Sprinkler 69
5 Detektor kebakaran 60
Rata-rata 744
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di
gedung FKIK yaitu 744 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
84
57 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat
tangga darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
571 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun jenis
engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi
manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK
tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK dilatai dua terdapat dua pintu
darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap
sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga
dekat ruang dosen kesehatan masyarakat
Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari dan ada beberapa pintu
yang sengaja dikunci pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap
terjaga aman dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja
dikunci karena pintu itu jarang digunakan
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK
85
Gambar 56 Pintu Darurat FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan
Permen PU No26PRTM2008
Tabel 511
Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel
atau pintu ayun
Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai
2 Pintu darurat
mampu berayun
dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai
86
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Pintu darurat
membuka kearah
jalan keluar
Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai
4 Pintu darurat ada
beberapa yang
sengaja dikunci
Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai
5 Grendel pintu
darurat
ditempatkan
100cm diatas
lantai
Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai
6 Pintu darurat
selalu dalam
posisi tertutup
Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai
7 Pintu darurat tidak
menutu secara
otomatis
Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai
87
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 71 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU
No26PRTM2008
572 Tangga Darurat di gedung FKIK
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga
darurat dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan
gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dan dua diluar
gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan
satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung
Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang
berjumlah 10-11 bordes jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena
jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan dan
apabila bordes terlalu sedikit tangga darurat akan menjadi curam
88
Berikut adalah gambar tangga darurat di gedung FKIK
Gambar 57 Tangga Darurat di Gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen
PU No26PRTM2008
Tabel 512
Kesesuain Tangga Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tanda
arah evakuasi
menuju tangga
darurat
Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai
2 Tidak terdapat
penanda tingkat
lantai
Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai
89
No Kondisi Aktual Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
3 Bordes antar
tangga diatas 8
Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18
Sesuai
4 Tangga tidak
dibatasi dengan
dinding
tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai
5 Ruang kosong
dibawah tangga
tidak digunakan
untuk
menyimpan
barang
Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai
6 Tangga utama
tidak berbentuk
spiral
tidak boleh berbentuk tangga spiral
sebagai tangga utama
Sesuai
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
nilai scoring 83 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga
darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
90
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
573 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat pemasangan ini
dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni
gedung dapat mengetahui jalan keluar
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang dimaksud mode
normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan
bantuan cahaya dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan
darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan maka tanda arah jalan
keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini
Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK
Gambar 58 tanda petunjuk arah jalan keluar
91
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK
dengan permen PU No26PRTM2008
Tabel 513
Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK Dengan Permen PU
No26PRTM2008
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
Terdapat tanda petunjuk arah pada
sarana jalan keluar
Sesuai
2 Warna petunjuk
jalan keluar hijau
dan merah
Warna petunjuk arah nyata dan
kontras berwarna hijau dan putih
Tidak Sesuai
3 Terdapat
indicator menuju
tangga darurat
Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai
4 Tanda arah dapat
dibaca pada
kedua mode
Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai
5 Tanda petunjuk
arah terbaca
EXIT
Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai
92
No Kondisi Aktual Permen PU No 26M2008 Sesuaitidak
sesuai
6 Lebar huruf pada
kata EXIT ge 5cm
Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge 5
cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai
7 Spasi ge 1 cm Spasi minimum antara huruf pada
kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
scoring 85 Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk
arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai persyaratan Permen PU
No26PRTM2008
574 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK
Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk
tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
93
Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung
selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arahbaik dari
tangga darurat di sayap kanan gedung maupun tangga darurat yang berada
ditengah gedung
Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK
Gambar 59 tempat berhimpun di gedung FKIK
Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan
NFPA 101 (1995)
Tabel 514
Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101
No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuaitidak
sesuai
1 Terdapat tempat
berhimpun
Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai
2 Terdapat petunjuk
meeting point
Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai
3 Tempat berhimpun
sangat luas
Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai
94
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101
sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66
Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah
terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA
101 (1995)
58 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK
Tabel 515
Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK
No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring
1 Pintu Darurat 71
2 Tangga Darurat 83
3 Tempat Berhimpun 66
4 Petunjuk Arah 85
Rata-rata 7625
Maka berdasarkan tabel 41 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di
gedung FKIK yaitu 7625 adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa
sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan
95
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi
kebakaran dengan Permen PU No26PRTM2008 Permen PU
No20PRTM2009 Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yaitu
NFPA (1995) akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja hal ini
disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena
tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut selain itu keterbatasan waktu dan
biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
62 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK)
Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran Gedung FKIK
mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang
96
dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Menurut Permen PU No20PRTM2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran
mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan penyusunan analisis risiko
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana
pengaman keakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire
emergency plan)
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada alasanya
dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran Prosedur tanggap darurat kebakaran
dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari
aktifitas yang menimbulkan api Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu
tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran prosedur
tanggap darurat kebakaran dan sumber daya manusia dalam penanggulangan
kebakaran
Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung
FKIK penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran
digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam
sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK
Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain
a Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran
97
1) Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya
bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip
2) Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar
tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan
datang
3) Berikan informasi yang berbunyi ldquosedang terjadi kebakaran di areahelliphellip
harap tim pemadam bertindak segera
4) Berikan informasi sekali lagi
5) Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan
ke instansi luar
6) Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran
hidran
7) Apabila api semakin besar dan tidak padam
a) Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung
situasi yang sedang terjadi
b) Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)
8) Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai
sebab terjadinya kebakaran
Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada
seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan
tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan
gedung yang ada di FKIK
98
b Prosedur evakuasi
1) Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan
pengguna gedung maka lakukan tindakan untuk evakuasi
2) Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan
kebakaran (OPK) berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan
3) Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai
berikut
a) Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah
ditentukan (assembly point)
b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi
kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya
c Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung
Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3
bulan sekali Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus
berbeda-beda dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung
mendapatkan satu kali pelatihan Pelatihan fire drill yang diberikan yaitu
pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
d Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran
1) Pompa hidran
99
Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu
oleh komandan gedung komandan lantaidan komandan pemadam
kebakaran Poin-poin yang harus diperiksa antara lain
a) Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan
b) Kondisi peralatan diesel harus baik
c) Kondisi bahan bakar harus selalu penuh
2) Box hydrant
Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun Poin-poin yang harus diperiksa
antara lain
a) Stop kran tidak bocor dan mudah dibuka
b) Hose kopling dan seal bagus (tidak bocor)
c) Nozzle tidak rusak kopling dan seal bagus (tidak bocor)
d) Water blow setiap box hydrant
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali
selama enam bulan Poin-poin yang harus diperiksa adalah
a) Segel
b) Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)
c) Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung
(untuk APAR CO2)
d) Cartridge
e Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari
100
1) Audit keselamatan sekilas
Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan
Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu Inspeksi yang
dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan hidran
2) Audit awal
Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dan hidran
3) Audit lengkap
Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali
Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa
akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik pengguna
bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran
meliputi kegiatan bersiap diri merespon dan pemulihan akibat kebakaran Selain itu
setiap pemilikpengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk
pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil
terlatih dalam pengendalian kebakaran
Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang
didalamnya terdapat tim perencanaan penyusunan analisis risiko bangunan gedung
101
terhadap bahaya kebakaran pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman
kebakaran (fire safety plan) dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan) Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh
seluruh pengguna gedung karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan
keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran Selain itu apabila prosedur
tanggap darurat dilakukan dengan baik maka dapat mencegah terjadinya bahaya
kebakaran
63 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK
Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut
Permen PU No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan
civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 unsur pokok
organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung
jawab personil komunikasi pemadam kebakaran penyelamatparamedic ahli
teknik pemegang peran kebakaran lantai dan keamanan
Gedung FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU
No20PRTM2009
102
Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran
organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang
berada didalam gedung FKIK Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum
terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan dalam hal ini
adalah Dekanat FKIK Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK
bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran karena
organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai job deskription nya dalam
menangani kejadian kebakaran Apabila tidak terdapat organisasi proteksi
kebakaran disebuah gedung maka apabila terjadi bahaya kebakaran api dapat
dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material
social dan kehilangan jiwa
Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK maka
penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi
proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut
dengan diawasi oleh Dekan FKIK Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam
organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di
gedung FKIK
1 Penanggung jawab
a Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi
kebakaran (OPK) dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di
gedung FKIK yaitu Dekanwakil Dekan
103
b Memantau dan mengawasi jalannya OPK
c Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan
tugasnya
d Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian
(PUSDAL)
e Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska
keadaan darurat
2 Ketua OPK
a Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh
penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat ketua
OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu
stand by di gedung FKIK
b Mengkoordinasikan kepada komandan gedung
c Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal
d Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
e Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat
f Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Kebakaran Polisi Tim SAR dan lain-lain
g Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan
h Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori
keadaan darurat
104
i Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat
j Menyiapkan regu pemadam kebakaran evakuasi dan
penyelamatan
3 Wakil
a Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-
langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat wakil
ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu
menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK
b Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan
berhalangan
c Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat
d Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan
operasi Pengendalian amp Penanggulangan Keadaan Darurat
4 Komandan Gedung
a Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan
mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan
penyelamat lantai yang terbakar Komandan gedung sebaiknya
dijabat oleh Ketua BEMF FKIK Ketua BEMF dipilih karena
memiliki garis komando dengan ketua BEMJ
b Berkoordinasi dengan Tim OPK
105
c Memberikan saran teknis kepada ketua tim
d Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatanpendataan
daftar abseni penghuni lantai daftar korban daftar dokumen
penting daftar barang berharga
5 Komandan Lantai
a Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan
mengkondisikan agar penghuni lantai gedung tetap tenang dan
tidak panic Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua
BEMJ Kesmas
b Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station
Pemda (Eksternal)
c Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim
OPK untuk minta bantuan Eksternal
d Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local
e Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan
f Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK
g Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam
menghadapi Keadaan Darurat
h Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di
bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK
i Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban
(bila ada) dan barang berharga fakultas
j
106
6 Bantuan eksternal
a Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat
bantuan eksternal terdiri dari Dinkes Polri RS SAR
PEMDA dan Dinas Kebakaran
b Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan
Darurat (rumah sakit)
c Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus
d Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko
Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II
7 Bantuan internal
a Tim Security
a) Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan
Darurat
b) Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim
c) Koordinasi dengan anggota Tim yang lain
d) Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi
pemerintah
e) Membantu kelancaran pelaksanaan operasi
penanggulangan Keadaan Darurat
b Tim Bantuan Medis
a) Pertolongan ditempat
b) Pengangkutan korban
107
c) Pertolongan lanjutanpengiriman korban ke
PoliklinikRumah Sakit
d) Pencatatan Identitas korban
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
f) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
c Tim Bantuan Operasi Teknis
a) Penyediaan air pemadam kebakaran
b) Penyediaan Emergengy Power Supply
c) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
e) Pemeliharanpenyempurnaan sarana Penanggulangan
Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaankondisi
SIAP PAKAI
d Tim TI (Teknologi Informasi)
a) Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi
b) Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon
sound system dan lain lain )
c) Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam
kondisi siap pakai
d) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
e) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
e Tim Humas
108
a) Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai
Kejadian
Usaha penanggulangan
Pemanfaatan sumber daya
Perkembangan situasikondisi Keadaan Darurat
b) Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada
pers
c) Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap
perlu
d) Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan
pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait
lainnya
f) Koordinasi dengan unsur media masa
g) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK
f Tim Logistik
a) Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana
penanggulangan Keadaan Darurat meliputi
b) Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
di PUSDAL
c) Penyediaan konsumsi transportasi bahanmaterial yang
dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat
d) Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim
109
e) Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait
8 Komandan Regu Evakuasi
a Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihan ndash latihan evakuasi bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi
9 Anggota Regu Evakuasi
a Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando
Komandan Regu lantai
b Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina
kekompakan regu Evakuasi
10 Komandan Regu Pemadam Kebakaran
a Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang
terjadi dilantai yang bersangkutan
b Melaksanakan latihanndashlatihan pemadam kebakaran untuk
meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam
Kebakaran bagi anggotanya
c Bertanggung jawab kepada Komandan lantai
d Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ
Keperawatan
11 Anggota Regu Pemadam Kebakaran
a Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran
sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi
110
b Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk
membina menjalin kerjasama kekompakan antar regu
c Melaksanakan latihan ndash latihan sesuai komando Komandan
Regu
12 Komandan Regu Penyelamat
a Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan
yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian
yang lebih besar
b Melaksanakan latihanndashlatihan penyelamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya
c Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ
Kedokteran
13 Anggota Regu Penyelamat
a Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada
dilantai terutama dokumen pentingrahasia atau dokumen
penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat
b Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk
menjalin kekompakan regu
14 Ketua Kelas Masing-Masing Prodi
a Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya
b Apabila ada karyawanmahasiswa yang terluka harap segara
melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk
mendapatkan pengobatan
111
c Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedungarea kerja
d Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakitluka
pingsan meninggal)
e Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang
masih tertinggal
f Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan segera
lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua
g Menghitung berapa jumlah korban (sakit pingsan meninggal)
dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran
tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran
h Tim Pemadam Tim Penyelamatan Tim Evakuasi Humas serta
OPK
15 PUSDAL (Pusat Pengendalian)
Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi ditentukan oleh
komandan Gedung
16 Civitas Akademika
Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran regu evakuasi
regu penyelamat sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan
lantai
112
64 Sumber Daya Manusia
Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No20PRTM2009 seluruhnya tidak terpenuhi Hal ini disebabkan gedung FKIK
tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
kebakaran Menurut Permen PU No 20PRTM2009 untuk mencapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
pengetahuan pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran Gedung
FKIK mendapat nilai 0 skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No20PRTM2009
Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan office boy karyawan
mahasiswa dan dosen akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim oleh karena
itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya
kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai
perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan
kebakaran Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk
menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran
113
Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan
bahaya kebakaran di gedung FKIK agar ketika terjadi kebakaran sumber daya
manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya
kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan
penghuni gedung prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran
tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang
mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
65 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan (FKIK)
Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
651 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No
26PRTM2009sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan
skor 93 Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli
(2010) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
diangkut diangkat dan dioperasikan oleh satu orang Sedangkan dalam
pemilihan APAR hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang
tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan
(santoso2002)
114
Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi
setiap 30 hari sekali sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30
hari sekali Skor 93 tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan
Permen PU No 26PRTM2009
APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan
baru terjadi kebakaran hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara
dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran
652 Hidran
Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker1987) Hidran di FKIK dilengkapi
dengan selang (fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah
Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang digunakan alat yang
disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran
setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh
115
Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-
2000 seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia
Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10
mengenai perletakan hidran kotak hidran harus mudah dilihat mudah
dicapai tidak terhalang oleh benda lain Kotak hidran dicat warna merah
dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan ldquoHIDRANrdquo dengan warna
putih tinggi tulisan minimum 10 cm
Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran yaitu hidran didalam gedung
dan hidran halaman hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU
No10KPTS2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran
manual setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung
dan hidran halaman Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api
yang besar dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam
kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas
pemadam kebakaran
116
653 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02Men1983 adalah
komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu
kebakaran yang dapat berupa
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi
khusus (audible alarm)
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)
Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang
terhubung keseluruh ruangan alarm berasal dari buzzer pada titik panggil
manual yang terletak diruang administrasi lantai 1 Fungsi sirene sama
dengan bel namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene Sirene
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat
kerja yang luas (Ramli 2010)
Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 hanya terpenuhi satu yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah
gedung dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di
FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan
yang lain sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan
gawat darurat apa yang sedang terjadi Seharusnya suara Alarm kebakaran
dibedakan dengan suara alarm yang lainnya
117
Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia
654 Sprinkler
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26PRTM2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran sprinkler adalah alat
pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya sehingga air dapat
memancar ke semua arah secara merata
Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-
3989-2000 sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu
a) Terpasang sprinkler otomatis
b) Sprinkler tidak diberi ornament cat atau diberi pelapis
c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengakibatkan korosi
d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler
118
e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat
f) Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK
g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler
h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler le 2 m
i) Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan
korosi
Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah
a) Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan seharusnya sprinkler harus
memiliki kepala cadangan hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi
kerusakan disalah satu kepala sprinkler maka dapat dengan cepat
diganti dengan kepala sprinkler cadangan
119
b) Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah sedangkan
menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus
diatas 36 buah mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya
berjarak 2 meter maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam
jumlah yang banyak
c) Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis
sprinkler yang digunakan karena di FKIK tidak memiliki kepala
cadangan sprinklermaka syarat ini tidak dapat terpenuhi
d) Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler seharusnya
setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki
sprinkler
655 Detektor kebakaran
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem
deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran
Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh
ruangan setiap detektor yang terpasang berjarak plusmn 3m dengan detektor
yang lainnya detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak plusmn 4m dari
lantai penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik Detektor kebakaran
yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap
120
Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-
3985-2000 sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan Setiap detektor yang
dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara
periodik dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena
gangguan mekanis
Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60 Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai
persyaratan dengan standar nasional Indonesia
Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang
belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi pengujian dan
pemeliharaan terhadap detektor kebakaran selain itu FKIK tidak memiliki
rekaman hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan Rekaman ini tidak
ada karena tidak adanya proses inspeksi pengujian dan pemeliharaan
Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan disamping untuk memenuhi persyaratan
standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan karena
121
bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi
pengujian serta pemeliharaan
66 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat tempat berhimpun dan petunjuk arah jalan keluar
661 Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 setiap
pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun
pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun pintu
ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun
sehingga mencapai posisi terbuka penuh Pintu darurat di FKIK tersambung
oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila
terjadi bahaya kebakaran
Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing
lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung sayap kiri
gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK di lantai dua terdapat dua
pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi
disayap sebelah kanan gedung dan terakhir terdapat satu pintu darurat di
122
lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat Hal ini sesuai dengan SNI
03-1746 tahun 2000 yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60
Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Jenis
pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun Pintu darurat mampu
berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh Pintu
darurat membuka kearah jalan keluar Grendel pintu darurat ditempatkan
100cm diatas lantai dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup
Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71 Skor 71
tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah cukup baik yang artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No26PRTM2008
Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang
sengaja dikunci dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung hal ini tidak
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 tentang pintu darurat yang
berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
123
bangunan gedung Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu
darurat tidak dapat menutup secara otomatis menurut penelitian fajar (2010)
pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis sehingga dapat
menghalangi masuknya asap
662 Tangga Darurat
Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian
dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang
lain Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran
pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu
darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai
pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk
mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat
Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat
dua didalam gedung dan dua diluar gedung Tangga darurat didalam gedung
terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah
gedung FKIK sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi
kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung
Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
tanda arah evakuasi menuju tangga darurat Bordes antar tangga diatas 8
124
Tangga tidak dibatasi dengan dinding Ruang kosong dibawah tangga tidak
digunakan untuk menyimpan barang Tangga utama tidak berbentuk spiral
Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga
kebakaran tidak dibatasi dengan dinding tidak untuk menyimpan barang
terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau
cerobong AC ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran
tidak boleh berbentuk tangga spiral
Menurut SNI 1728 tahun 1989 Bordes antar tangga minimal 8 dan
maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi
landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun Tangga darurat di
gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes hal ini juga
sesuai dengan Permen PU No26PRTM2008 yang berbunyi bordes antar
tangga minimal 8 dan maksimal 18
Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83 Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya
penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan
gedung Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya
125
agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada
saat terjadi bahaya kebakaran
663 Petunjuk Arah Jalan Keluar
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 selain
dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata
harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat
dari setiap arah akses exit
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi
jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat Ukuran dan bentuk
tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU
No26PRTM2008 Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk
membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar baik
dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat tandan petunjuk
arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
atau darurat tanda petunjuk arah terbaca bdquoEXIT‟ yang berukuran 10cm
Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No26PRTM2008 sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu Terdapat
petunjuk arah jalan keluar Terdapat indikator menuju tangga darurat Tanda
arah dapat dibaca pada kedua mode Tanda petunjuk arah terbaca EXIT Lebar
huruf pada kata EXIT ge 5cm dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT
ge 1 cm
126
Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85 Skor tersebut dari
hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005) maka
dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai
persyaratan Permen PU No26PRTM2008
Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah
jalan keluar berwarna hijau dan merah seharusnya menurut perda DKI Jakarta
No3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih
664 Tempat Berhimpun
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran
dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu
selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran
Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah tempat
berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus berada
dihalaman utama gedung FKIK Kedua tempat berhimpun sudah memiliki
petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan halaman gedung
Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun
1995 sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu Tersedia tempat
127
berhimpun setelah evakuasi Luas tempat berhimpun sesuai minimal 03
morang Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66 Skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan
saptaria et al (2005) maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya
adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
persyaratan NFPA 101 (1995)
Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat
berhimpun yang bertuliskan meeting point seharusnya tulisan yang benar
adalah assembling point
128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
1 Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak
sesuai sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
2 Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai
sama sekali dengan Permen PU No20PRTM2009
3 Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU
No20PRTM2009
4 Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR Hidran Alarm
kebakaran Sprinkler dan Detektor kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai
persyaratan
b) Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai
d) Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian
kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
e) Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
5 Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat tangga
darurat petunjuk arah jalan keluar dan tempat berhimpun
129
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
b) Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan
c) Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan
d) Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada
sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan
72 Saran
1 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran
2 Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat
kebakaran agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan
efisien selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya
kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi
kebakaran
3 Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah
terjadinya bahaya kebakaran di FKIK sebaiknya Diadakan pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran minimal pada saat penerimaan mahasiswa
baru hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman
terhadap penanggulangan bahaya kebakaran
4 Sistem proteksi aktif digedung FKIK
a) Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain
130
b) Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000 sebaiknya
dilakukan perawatan secara terus menerus agar ketika digunakan tidak
terjadi masalah
c) Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi
disimpan
d) Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler
ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan le 38degC Jumlah persediaan
kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah dan diadakannya
sprinkler cadangan dan disediakan kunci khusus
e) APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari
5 Sarana penyelamat jiwa di FKIK
a) Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci sehingga memudahkan proses
evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat
menutup secara otomatis
b) Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai
disetiap lantai
c) Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar
berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam
pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat
d) Sebaiknya tulisan meeting point dirubah menjadi assembling point
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm
Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Jakarta Badan Standar Nasional Indonesia
Badan Standar Nasional Indonesia 2000 SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Jakarta Badan Standar Nasional
Indonesia
Basuki achmad Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya
kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpachmadbasukifileswordpresscom200807
Bimbingan teknis pencegahan kebakaran (accesed 8022013) Available
wwwhttpciptakaryapugoid20060119
Brushlinsky N N et al 2006 World fire statistic report No10 diunduh dari
httpeceuropaeuconsumerscons_safepresentation21-02ctifpdf (accesed
23022013)
Department for communities and local government London 2010 Fire statistic
monitor april 2009 to march 2010 issue No 0310 diunduh di
httpwwwcommunitiesgovukdocumentsstatisticpdf1693248pdf (accesed
23022013)
Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO1987 Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Binawas Depnaker
Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 252013) Available
httpwwwjakartafirecom200483
Fire Prevention and protection program 1998 Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
ILO 1991 Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya
Besar Geneva International Labour
Karter Michael J 2010 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Karter Michael J 2011 Fire loss in the united states during 2009 Diunduh dari
httpwwwnfpaorgassetsfilesPDFosfireloss2009pdf (accesed 12022013)
Mehaffey James R dan Joel L Bert 1997 Fire Protection NIOSH Instructional
Module Ohio US Departemen Health and Human Service Diunduh dari
httpwwwcdcgovnioshdocs2004-101pcfsfirepropdf (accesed 17032013)
Menteri Negara Pekerjaan umum Keputusan Menteri No10KPTS2000 tentang
ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan Jakarta 2000
Menteri Negara Pekerjaan Umum Keputusan Menteri No11 KPTS2000 tentang
ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
Jakarta2000
National Fire Protection Association 1995 NFPA 101 Life Safety Codes USA
National Fire Protection Association
New Zealand fire service 2010 Emergency incident statistic 2010-2011 Diunduh dari
httpwwwfireorgnzabout-Usfacts-and-figuresdocumentsstats-09-10pdf
(accesed 02032013)
Nugroho sutopo purwo 2010 Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol1 No1 diunduh dari
httpwwwbnpbgoiduserfilesfilejurnaljurnal20204-
20karakteristik20bencana20gagal20teknologi20di20indonesiapdf
(accesed 5032013)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No26PRTM2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Jakarta
2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No20PRTM2009 Tentang Pedoman teknis
manajemen proteksi kebakaran di perkotaan Jakarta 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR Jakarta 1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO Per 02Men1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik Jakarta 1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04Men1988 tentang Berlakunya SNI-225-
1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja Jakarta 1988
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No Per05Men1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peraturan Daerah DKI Jakarta No3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta Jakarta 1992
Praptono Kartoatmodjo Teknik pemadaman kebakaran II Jakarta PT Bina Aman
Santosa 1989
Prapto Kartoatmodjo Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-
Bangunan Jakarta PT Bina Aman Santosa 1989
Ramli Soehatman 2010 Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management)
Jakarta Dian Rakyat
Rohmah 2012 Kebakaran di Jakarta
httpmegapolitankompascomread2012122802232122selama2012kebakar
andijakarta
Sanjaya Farrah aldilla 2008 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Astra
International Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008 UIN Jakarta
Sikich GearyW All Hazard Crisis Management Planing Indiana USA1996
Soedharto Gatot Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jakarta
Sumarsquomur PK 1981 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan PT Toko Gunug
Agung Jakarta Hal 51-106
Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pengelola bangunan gedung membentuk
tim penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat Tim
penanggulangan
kebakaran
2 Setiap unit bangunan gedung memiliki
tim penanggulangan kebakaran masing-
masing
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penanggulangan
kebakaran disetiap
gedung
3 Terdapat penanggung jawab yang
membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan kebakaran setiap unit
bangunan gedung
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
4 Terdapat coordinator tim
penanggulangan kebakaran unit
bangunan yang membawahi kepala
bagian teknik pemeliharaan dan kepala
bagian keamanan
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
5 Terdapat kepala bagian teknik
pemeliharaan pada struktur organisasi
tim penanggulang kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
6 Terdapat kepala bagian keamanan pada
struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat
operator komunikasi
8 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator listrik dan genset
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim damkar
NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
9 Kepala bagian teknik pemeliharaan
membawahi operator pompa
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
10 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
11 Kepala bagian keamanan membawahi
tim pemadam api
Tidak sesuai Tidak terdapat struktur
tim penanggulangan
kebakaran
12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim
penyelamat kebakaran
Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No20PRTM2009
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tim perencanaan pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat tim
perencanaan
pengamanan
kebakaran
2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
pemeliharaan
3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan) dalam rencana
pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
ketatagrahaan
4 Terdapat rencana tindakan darurat
kebakaran (fire emergency plan) dalam
rencana pengamanan kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat rencana
tindakan darurat
kebakaran
5 Terdapat prosedur inspeksi uji coba dan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur inspeksi uji
coba dan
pemeliharaan
6 Terdapat jadual inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap sistem proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak terdapat jadual
inspeksi uji coba dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi
kebakaran
7 Terdapat prosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan yang
menggunakan panas (hot work)
Tidak sesuai Tidak terdapat
prosedur tatagraha dan
pemberian izin
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci tentang
rangkaian tindakan (prosedur) yang harus
dilakakukan oleh penanggung jawab dan
pengguna bangunan dalam setiap keadaan
darurat
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang daftar panggil
keadaan darurat (emergency call) dari
semua personil yang harus dilibatkan
dalam merespon keadaan darurat setiap
waktu
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran
memuat informasi tentang denah lantai
yang berisi
a) Alarm kebakaran dan titik
panggil manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
Tidak sesuai Tidak ada perencanaan
tindakan darurat
11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan seluruh tingkatan
manajemen korporat
Tidak sesuai Tidak ada aturan
tentang evakuasi
terhadap kebakaran
12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi
mahasiswa
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
peran dan tanggung jawab individu
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada
informasi tentang ancaman bahaya dan
tindakan protektif
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan peringatan dan
komunikasi
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur evakuasi penampungan dan
akuntabilitas
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi tempat peralatan
yang biasa digunakan dalam keadaan
darurat dan penggunaannya
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada
prosedur penghentian darurat
peralatan(emergency shutdown prosedur)
Tidak sesuai Tidak ada pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa
20 Rencana pengamanan kebakaran
dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
Tidak sesuai Tidak ada kebijakan
pengkajian terhadap
rencana pengamanan
kebakaran
21 Dilakukan audit sistem proteksi
kebakaran yang terdiri dari audit
keselamatan sekilas audit awal dan audit
lengkap
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
22 Audit keselamatan sekilas dilakukan
setiap enam bulan sekali oleh para
operatorteknisi yang berpengalamaan
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No20PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
23 audit awal dilakukan setiap satu tahun
sekali
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
24 Audit lengkap dilakukan setiap lima
tahun sekali oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
Tidak sesuai Tidak ada audit sistem
proteksi kebakaran
25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi
kebakaran
Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran
Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No20PRTM2009
No Permen PU No20PRTM2009 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang pengamanan
kebakaran
Tidak sesuai Belum adanya Tim
untuk penanggulangan
bahaya kebakaran
sehingga kompetensi ini
tidak tercapai
2 Sumber daya manusia dalam
manajemen penanggulangan
kebakaran mempunyai dasar
pengetahuan pengalaman dan
keahlian dibidang penyelamatan
darurat
Tidak sesuai Tidak adanya tim
penanggulangan
kebakaran menyebabkan
tidak dilaksakannya
training tentang
penyelamatan darurat
3 Diadakan pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara
berkala bagi sumber daya manusia
yang berada dalam manajemen
penanggulangan kebakaran
Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan
pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No 26PRTM2009
No Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tersedia Alat Pemadam Api
Ringan
Sesuai Tersedia Alat
Pemadam Api Ringan
2 Terdapat klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana
alat pemadam api terbukti
efektif
Sesuai Terdapat klasifikasi
APAR yang terdiri
dari huruf yang
menunjukkan kelas
api dimana alat
pemadam api terbukti
efektif
3 APAR diletakkan ditempat yang
menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan
siap dipakai
Sesuai APAR diletakkan
disetiap sudut
bangunan dan di jalur
tangga
4 APAR tampak jelas dan tidak
dihalangi
Sesuai APAR tidak
terhalangi dan jelas
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh pada
penggantung atau manufaktur
atau pengikat yang terdaftar dan
disetujui untuk tujuan tersebut
Sesuai APAR kokoh
digantungannya
6 Jarak antara APAR dan lantai ge
10 cm
Sesuai Jarak APAR dan
Lantai 40 cm
7 Instruksi pengoperasian harus
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat
jelas
Sesuai Instruksi
pengoperasian
diletakkan dibagian
depan
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
8 Label sistem identifikasi bahan
berbahaya label pemeliharaan
enam tahun label uji
hidrostastik atau label lain harus
tidak boleh ditempatkan
dibagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR
Sesuai Label diletakkan
dibagian samping
APAR
9 APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya
alamat surat dan no telefon
Sesuai Terdapat label yang
memuat keterangan
manufaktur dan agent
10 APAR diinspeksi secara manual
atau dimonitor secara elektronik
Sesuai APAR diinspeksi
secara manual atau
dimonitor secara
elektronik
11 APAR diinspeksi pada setiap
interval waktu kira-kira 30 hari
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
12 Arsip dari semua APAR yang
diperiksa (termasuk tindakan
korektif yang dilakukan)
disimpan
Sesuai Arsip terkait APAR
disimpan
13 Dilakukan pemeliharaan
terhadap APAR pada jangka
waktu le 1 tahun
Sesuai Dilakukan
pemeliharaan pada
jangka waktu 1 tahun
No
Permen PU
No26PRTM2009
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi aktual
14 Setiap APAR mempunyai kartu
atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan
Sesuai Terdapat label yang
menunjukkan bulan
dan tahun
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan
Sesuai Terdapat identifikasi
petugas
Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Lemari hidran hanya digunakan
untuk menempatkan peralatan
kebakaran
Sesuai Lemari hidran berisi
slang kebakaran
nozel dan kran
penutup
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna yang menyolok
mata
Sesuai Lemari hidran
berwarna merah
menyolok
3 Sambungan selang dan kotak
hidran tidak boleh terhalang
Sesuai Sambungan slang dan
kotak hidran tidak
terhalang
4 Slang kebakaran dilekatkan dan
siap digunakan
Sesuai Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran
halaman
7 Hidran halaman diletakkan
disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran
Sesuai Hidran halaman
diletakkan
disepanjang jalur
akses mobil pemadam
kebakaran
8 Jarak hidran dengan sepanjang
akses mobil pemadam
kebakaran le 50 meter dari
hidran
Sesuai Jarak hidran dengan
sepanjang akses mobil
pemadam kebakaran le
50 meter dari hidran
9 Hidran halaman bertekanan 35
bar
Sesuai Hidran halaman
bertekanan 379 bar
Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran
terdapat pada titik
panggil manual dan
hidran
2 Sinyal suara alarm kebakaran
berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain
Tidak sesuai Suara alarm sama
dengan suara alarm
lainnya
Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000
No SNI 03-3989-2000 Sesuaitidak
sesuai
Tidak Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi ornament
cat atau diberi pelapisan
Sesuai Sprinkler tidak diberi
ornament cat atau
diberi pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan korosi
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
bahan kimia
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau bahan
lain yang dapat mengganggu
bekerjanya sprinkler
Sesuai Air yang digunakan
tidak mengandung
serat
5 Setiap sistem sprinkler otomatis
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang
bekerja secara otomatis
bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan
setiap saat
Sesuai Tersedia sisitem
penyediaan air
6 Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik
gedung
Sesuai Sistem penyediaan
didalam manajemen
FKIK
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
Sesuai Tersedia sambungan
disistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler le 2 m
Sesuai Jarak antar sprinkler 2
m
9 Kepala sprinkler yang terpasang
merupakan kepala sprinkler
yang tahan korosi
Sesuai Kepala sprinkler tahan
korosi
10 Kotak penyimpanan kepala
sprinkler cadangan dan kunci
kepala sprinkler ruangan
ditempatkan diruangan le 38degC
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ge36
Tidak sesuai Tidak terdapat kepala
sprinkler cadangan
12 Sprinkler cadangan sesuai baik
tipe maupun temperature rating
dengan semua sprinkler yang
telah dipasang
Tidak sesuai Tidak terdapat
sprinkler cadangan
13 Tersedia sebuah kunci khusus
untuk sprinkler
Tidak sesuai Tidak tersedia kunci
khusus
Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000
No SNI 03-3985-2000 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat detector kebakaran
yang terpasang diseluruh
ruangan
Sesuai Terdapat detector
kebakaran yang
terpasang diseluruh
ruangan
2 Setiap detector yang dipasang
dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara periodic
Sesuai Detector dapat
dijangkau
3 Detector diproteksi terhadap
kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis
Sesuai Detector ditempatkan
di tempat yang tidak
mudah terkena
gangguan mekanis
4 Dilakukan inspeksi pengujian
dan pemeliharaan
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi
5 Rekaman hasil dari semua
inspeksi pengujian dan
pemeliharaan harus disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Tidak sesuai Tidak dilakukan
inspeksi sehingga
tidak ada rekaman
Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Pintu pada sarana jalan keluar
harus berjenis engsel sisi atau
pintu ayun
Sesuai Jenis pintu darurat
adalah jenis engsel atau
pintu ayun
2 Pintu dipasang dan dirancang
sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai
posisi terbuka penuh
Sesuai Pintu darurat mampu
berayun dari posisi
manapun hingga
mencapai posisi
membuka penuh
3 Pintu darurat membuka kearah
jalur jalan keluar
Sesuai Pintu darurat membuka
kearah jalan keluar
4 Pintu darurat tidak membutuhkan
sebuah anak kunci alat atau
pengetahuan khusus atau upaya
tindakan untuk membukanya dari
dalam bangunan gedung
Tidak sesuai Pintu darurat ada
beberapa yang sengaja
dikunci
5 Grendel pintu darurat
ditempatkan 87-120 cm diatas
lantai
Sesuai Grendel pintu darurat
ditempatkan 100cm
diatas lantai
6 Pintu darurat tidak dalam kondisi
terbuka setiap saat
Sesuai Pintu darurat selalu
dalam posisi tertutup
7 Pintu darurat menutup sendiri
atau menutup otomatis
Tidak sesuai Pintu darurat tidak
menutu secara otomatis
Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No26PRTM2008
No Permen PU No26PRTM2008 Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Tangga kebakaran ini harus
disediakan dengan tanda pengenal
khusus
Sesuai Terdapat tanda arah
evakuasi menuju
tangga darurat
2 Penandaan tersebut harus
menunjukkan tingkat lantai
Tidak sesuai Tidak terdapat penanda
tingkat lantai
3 Bordes antar tangga minimal 8
dan maksimal 18
Sesuai Bordes antar tangga
diatas 8
4 tangga kebakaran tidak dibatasi
dengan dinding
Sesuai Tangga tidak dibatasi
dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah tangga
tidak untuk menyimpan barang
Sesuai Ruang kosong dibawah
tangga tidak digunakan
untuk menyimpan
barang
6 tidak boleh berbentuk tangga
spiral sebagai tangga utama
Sesuai Tangga utama tidak
berbentuk spiral
Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU
No26PRTM2008
No Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 26M2008
Sesuaitidak
sesuai
Kondisi Aktual
1 Terdapat tanda petunjuk arah
pada sarana jalan keluar
Sesuai Terdapat petunjuk arah
jalan keluar
2 Warna petunjuk arah nyata dan
kontras
Tidak sesuai Warna petunjuk jalan
keluar hijau dan merah
3 Pada setiap lokasi ditempatkan
tanda arah dengan indicator arah
Sesuai Terdapat indicator
menuju tangga darurat
4 Tanda arah dapat dibaca pada
kedua mode pencahayaan normal
dan darurat
Sesuai Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
5 Setiap tanda arah diilluminasi
terus menerus
Sesuai Tanda arah diilluminasi
6 Tanda petunjuk arah terbaca
lsquoEXITrsquo atau kata lain yang tepat
berukuran ge 10cm
Sesuai Tanda petunjuk arah
terbaca EXIT
7 Lebar huruf pada kata lsquoEXITrsquo ge
5 cm kecuali huruf lsquoIrsquo
Sesuai Lebar huruf pada kata
EXIT ge 5cm
8 Spasi minimum antara huruf
pada kata lsquoEXITrsquo ge 1 cm
Sesuai Spasi ge 1 cm
Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101
No NFPA 101 Sesuaitidak Kondisi Aktual
1 Tersedia tempat berhimpun
setelah evakuasi
Sesuai Terdapat tempat
berhimpun
2 Tersedia petunjuk tempat
berhimpun
Tidak sesuai Terdapat petunjuk
tempat berhimpun
meeting poin
3 Luas tempat berhimpun sesuai
minimal 03 morang
Sesuai Tempat berhimpun
sangat luas