Gambaran Leukosit Mencit (Mus musculus)
Transcript of Gambaran Leukosit Mencit (Mus musculus)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Neutrofil pada Mencit Jantan
Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa
A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih tinggi
dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase
neutrofil ketiga perlakuan cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok
perlakuan KN. Pada hari ke-10 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil
kelompok AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari
penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase neutrofil dari berbagai
kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 2, sedangkan
diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit jantan yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal;
KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L.
dengan pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml),
1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Neutrofil pada Mencit Betina
Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase neutrofil
dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit betina disajikan pada Tabel 3.
Diagram batang dari Tabel 3 disajikan pada Gambar 11.
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
25
Tabel 2 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 30.33 ± 10.41 abcd 39.00 ± 0.00 bcd 39.67 ± 8.92 bcd 37.33 ± 3.79 abcd 38.67 ± 12.50 bcd 39.00 ± 14.00 bcd 33.33 ± 19.01 abcd 28.00 ± 5.00 abc
KN 30.00 ± 8.54 abcd 28.67 ± 1.53 abcd 32.67 ± 5.03 abcd 21.00 ± 2.65 a 31.00 ± 8.72 abcd 39.33 ± 16.20 bcd 35.33 ± 3.06 abcd 37.00 ± 10.82 abcd
AR1 34.00 ± 8.66 abcd 36.00 ± 0.00 abcd 36.33 ± 10.26 abcd 23.33 ± 2.52 ab 38.33 ± 13.05 abcd 36.33 ± 6.11 abcd 36.33 ± 14.22 abcd 35.00 ± 1.00 abcd
AR2 34.67 ± 6.66 abcd 34.67 ± 2.08 abcd 33.00 ± 3.61 abcd 33.00 ± 4.36 abcd 30.33 ± 1.53 abcd 32.67 ± 7.37 abcd 30.33 ± 9.61 abcd 41.67 ± 12.06 cd
AR3 32.50 ± 7.50 abcd 34.67 ± 3.21 abcd 45.33 ± 5.86 d 36.00 ± 4.36 abcd 43.00 ± 0.00 cd 33.67 ± 5.51 abcd 40.33 ± 2.89 cd 31.67 ± 9.29 abcd
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3:
Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 3 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 26.33 ± 3.21 abcdefghi 29.67 ± 15.89 abcdefghij 31.00 ± 6.56 abcdefghij 33.00 ± 5.29 cdefghij 41.67 ± 4.51 j 30.67 ± 3.21 abcdefghij 27.33 ± 6.03 abcdefghij 41.66 ± 13.58 j
KN 25.67 ± 1.53 abcdefghi 38.67 ± 2.08 ghij 21.33 ± 9.07 abcd 39.00 ± 9.54 ghij 39.67 ± 3.21 hij 41.50 ± 1.50 j 40.00 ± 1.00 ij 42.00 ± 0.00 j
AR1 24.33 ± 4.93 abcdefg 34.33 ± 8.39 defghij 32.67 ± 3.51 bcdefghij 37.33 ± 13.87 efghij 30.00 ± 2.00 abcdefghij 37.00 ± 2.00 efghij 37.67 ± 4.62 fghij 35.33 ± 8.50 defghij
AR2 37.00 ± 2.65 efghij 36.00 ± 16.52 defghij 18.00 ± 7.00 ab 23.50 ± 13.50 abcdef 36.00 ± 7.00 defghij 16.50 ± 2.50 a 32.50 ± 3.50 bcdefghij 26.00 ± 3.00 abcdefghi
AR3 24.67 ± 0.56 abcdefg 41.33 ± 8.08 j 22.67 ± 1.53 abcde 23.67 ± 6.11 abcdef 21.33 ± 2.51 abcd 18.67 ± 6.87 abc 25.00 ± 10.00 abcdefgh 30.33 ± 11.15 abcdefghij
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3:
Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
26
26
Pada hari ke-2 setelah infeksi (Tabel 3), hanya AR3 yang memiliki
persentase rata-rata neutrofil lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari
ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase kelompok perlakuan AR1 dan AR3
cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Rata-rata persentase neutrofil
ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-6 sampai ke-11
setelah infeksi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN.
Gambar 11 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit betina yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal;
KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L.
dengan pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml),
1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Monosit Pada Mencit Jantan
Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase
monosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah
dibandingkan kelompok KN. Hal sebaliknya terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi,
persentase rata-rata monosit ketiga kelompok perlakuan A. annua L. cenderung
lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi,
rata-rata persentase monosit AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok
KN. Pada hari ke-9 dan ke-10 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit AR3
cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN, sedangkan kelompok
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
27
27
perlakuan AR1 dan AR2 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN.
Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase monosit dari
berbagai kelompok perlakuan di mencit jantan disajikan pada Tabel 4, sedangkan
diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 12 di bawah ini..
Gambar 12 Rata-rata persentase monosit dari mencit jantan yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal;
KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L.
dengan pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml),
1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Monosit pada Mencit Betina
Berdasarkan Tabel 5, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase
monosit ketiga perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan
kelompok KN. Pada hari ke-4 setelah infeksi, hanya AR2 yang memiliki rata-rata
persentase monosit lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hari ke-6 setelah
infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga kelompok perlakuan infusa
A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata persentase kelompok
KN. Rata-rata persentase monosit AR3 pada hari ke-9 dan ke-10 setelah infeksi
cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari penghitungan dan
analisa statistik rata-rata persentase monosit dari mencit betina disajikan pada
Tabel 5, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 13.
0
10
20
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
28
28
Tabel 4 Rata-rata persentase monosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 4.00 ± 2.65 ab 11.33 ± 4.51 abc 8.33 ± 2.08 abc 4.67 ± 4.62 ab 12.67 ± 7.57 abc 11.67 ± 3.21 abc 10.00 ± 5.00 abc 13.00 ± 2.00 abc
KN 2.33 ± 0.57a 12.33 ± 5.13 abc 7.67 ± 4.51 abc 8.33 ± 4.93 abc 3.67 ± 1.54 ab 6.33 ± 8.39 ab 5.00 ± 6.25 ab 3.33 ± 1.53 a
AR1 5.33 ± 2.08 ab 11.67 ± 12.50 abc 12.00 ± 1.00 abc 7.67 ± 4.73 abc 9.67 ± 6.11 abc 8.33 ± 4.04 abc 15.00 ± 6.08 bc 18.00 ± 7.00 d
AR2 2.67 ± 1.53 a 3.67 ± 1.53 ab 12.33 ± 3.05 abc 4.67 ± 2.08 ab 2.67 ± 1.53 a 9.67 ± 4.73 abc 9.67 ± 7.51 abc 9.67 ± 5.77 abc
AR3 9.50 ± 6.5 abc 3.33 ± 2.52 a 13.67 ± 6.43 bcd 10.00 ± 8.72 abc 10.00 ± 3.46 abc 3.67 ± 3.05 ab 4.33 ± 2.08 ab 11.00 ± 16.46 abc
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif;
AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 5 Rata-rata persentase monosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 3.00 ± 1.73 abcd 6.33 ± 1.53 abcdefghi 9.00 ± 8.54 defghi 12.33 ±1.53 ghi 8.33 ± 2.31 bcdefghi 9.33 ± 3.06 defghi 9.67 ± 4.13 defghi 6.00 ± 2.00 abcdefghi
KN 1.67 ± 0.58 abc 3.33 ± 2.31 abcde 6.00 ± 4.36 abcdefghi 8.67 ± 3.06 cdefghi 5.67 ± 5.69 abcdefgh 3.00 ± 1.00 abcd 8.00 ± 2.00 abcdefghi 9.50 ± 0.50 defghi
AR1 3.67 ± 1.53 abcde 13.00 ± 3.61 i 1.00 ± 1.00 a 4.00 ± 3.61 abcdef 1.33 ± 0.58 ab 1.33 ± 0.58 ab 9.00 ± 3.61 defghi 12.67 ± 2.89 hi
AR2 4.33 ± 3.21 abcdef 6.00 ± 3.61 abcdefghi 8.50 ± 0.50 bcdefghi 5.50 ± 1.50 abcdefgh 8.50 ± 7.50 bcdefghi 5.50 ± 4.50 abcdefgh 6.50 ± 0.50 abcdefghi 6.50 ± 2.50 abcdefghi
AR3 4.67 ± 3.79 abcdef 11.00 ± 1.00 fghi 5.33 ± 1.53 abcdefg 6.33 ± 7.51 abcdefghi 5.33 ± 4.61 abcdefg 9.33 ± 6.43 defghi 10.33 ± 4.16 efghi 8.67 ± 3.79 cdefghi
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif;
AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
29
29
Gambar 13 Rata-rata persentase monosit dari mencit betina yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal;
KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L.
dengan pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml),
1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Limfosit pada Mencit Jantan
Rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L.
pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi berdasarkan Tabel 6 cenderung lebih
rendah dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-8 dan ke-10 setelah infeksi,
kelompok AR2 memiliki rata-rata persentase limfosit paling tinggi dibandingkan
kelompok perlakuan lainnya. Pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase
limfosit ketiga kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan
kelompok KN, dan kelompok AR3 memiliki rata-rata persentase limfosit tertinggi
dibandingkan dua kelompok perlakuan infusa A. annua L. lainnya. Hasil dari
penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase limfosit dari berbagai
kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 6, sedangkan
diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 14 berikut ini.
0
10
20
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
30
30
Gambar 14 Rata-rata persentase limfosit dari mencit jantan yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal;
KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L.
dengan pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml),
1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Limfosit pada Mencit Betina
Berdasarkan Tabel 7, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase
limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah
dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata
persentase limfosit kelompok AR2 dan AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan
kelompok KN. Pada hari ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit
kelompok AR1 dan AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN.
Rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan A. annua L. pada hari
ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok
KN. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase limfosit dari
berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 7, sedangkan
diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 15.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
31
31
Tabel 6 Rata-rata persentase limfosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 60.00 ± 16.37 abcde 47.67 ± 4.16 abcde 47.33 ± 10.50 abcd 55.00 ± 3.00 abcde 46.67 ± 17.50 abcd 45.33 ± 15.04 abc 54.00 ± 20.30 abcde 58.00 ± 3.00 abcde
KN 66.33 ± 9.54 cde 52.33 ± 6.81 abcde 56.33 ± 9.81 abcde 68.67 ± 7.02 e 62.00 ± 9.54 bcde 52.33 ± 27.21 abcde 55.00 ± 12.49 abcde 55.33 ± 13.65 abcde
AR1 58.33 ± 10.12 abcde 49.00 ± 14.93 abcde 49.67 ±10.69 abcde 67.67 ± 7.51 de 51.33 ± 17.62 abcde 57.00 ± 6.93 abcde 46.00 ± 14.11 abcd 45.33 ± 7.51 abc
AR2 59.67 ± 6.66 abcde 59.67 ± 2.52 abcde 53.67 ± 2.52 abcde 61.00 ± 5.57 bcde 65.67 ± 0.58 cde 57.67 ± 8.33 abcde 57.00 ± 8.66 abcde 48.67 ± 8.08 abcde
AR3 57.50 ± 14.50 abcde 57.33 ± 5.86 abcde 38.67 ± 4.72a 53.00 ± 9.64 abcde 41.33 ± 8.50 ab 61.00 ± 4.58 bcde 54.33 ± 2.52 abcde 56.33 ± 6.66 abcde
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3:
Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 7 Rata-rata persentase limfosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 67.33 ± 2.89 fghijk 62.33 ± 14.15 bcdefghijk 58.00 ±12.17
abcdefghij 50.00 ± 2.00 abcde 47.00 ± 4.36 abc 56.00 ± 1.73 abcdefghij 61.67 ± 5.51 bcdefghijk 48.33 ± 13.79 abcd
KN 71.33 ±1.15 jk 57.00 ± 3.46 abcdefghij 69.33 ± 15.01 hijk 46.00 ± 15.72 ab 53.67 ± 4.04 abcdefghi 54.00 ± 3.00 abcdefghi 48.50 ± 2.50 abcd 46.00 ± 1.00 ab
AR1 68.33 ± 5.03 ghijk 50.67 ± 5.51 abcde 63.33 ± 2.08 cdefghijk 55.33 ± 17.89 abcdefghij 67.33 ± 2.51 fghijk 59.00 ± 3.00 abcdefghij 52.33 ± 7.37 abcdefg 51.00 ± 7.81 abcdef
AR2 57.67 ± 7.57 abcdefghij 56.00 ± 17.09 abcdefghij 70.00 ± 8.00 ijk 68.50 ± 14.50 ghijk 53.00 ± 0.00 abcdefgh 76.50 ± 1.50 k 60.50 ± 3.50 abcdefghijk 66.00 ± 6.00 efghijk
AR3 68.33 ± 3.78 ghijk 44.67 ± 9.71 a 69.33 ± 1.53 hijk 68.33 ± 9.71 ghijk 69.33 ± 3.51 hijk 71.33 ± 7.23 jk 64.33 ± 6.66 defghijk 61.00 ± 8.72 abcdefghijk
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3:
Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
32
32
Gambar 15 Rata-rata persentase limfosit dari mencit betina yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal;
KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L.
dengan pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml),
1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Eosinofil pada Mencit Jantan
Berdasarkan Tabel 8, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok
perlakuan disemua hari pengamatan, kecuali hari ke-0 dan ke-8 setelah infeksi,
cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-2, ke-4 dan
ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil kelompok AR3 cenderung lebih
tinggi dibandingkan kedua perlakuan infusa A. annua L. lainnya. Pada hari ke-8
setelah infeksi, hanya kelompok AR3 yang memiliki rata-rata persentase eosinofil
lebih tinggi dibandingkan kelompok KN.
Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase eosinofil
dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 8,
sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 16 berikut
ini.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
33
33
Gambar 16 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit jantan yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN:
Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan
pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml), 1×10-6
(0.00096 mg/ml).
Eosinofil pada Mencit Betina
Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase eosinofil
dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 9,
sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit betina yang diinfeksi P.
berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN:
Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan
pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml), 1×10-6
(0.00096 mg/ml).
0
10
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
0
15
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
34
34
Tabel 8 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 5.00 ± 2.65 de 2.00 ± 1.00 abcde 4.67 ± 3.79 cde 2.67 ± 2.08 abcde 2.00 ± 0.00 abcde 4.00 ± 1.73 bcde 2.67 ± 1.53 abcde 1.00 ± 0.00 abc
KN 1.33 ± 0.58 abcd 8.33 ± 4.73 h 3.00 ± 1.00 abcde 2.00 ± 2.65 abcde 3.33 ± 1.53 abcde 2.00 ± 2.65 abcde 3.33 ± 4.16 abcde 3.33 ± 0.58 abcde
AR1 2.33 ± 1.15 abcde 3.33 ± 2.52 abcde 2.00 ± 1.73 abcde 1.33 ± 1.53 abcd 0.67 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 2.67 ± 2.08 abcde 1.50 ± 0.50 abcd
AR2 3.00 ± 0.00 abcde 2.00 ± 1.00 abcde 1.00 ± 1.00 abc 1.33 ± 0.58 abcd 1.33 ± 0.58 abcd 0.00 ± 0.00 a 2.00 ± 2.00 abcde 0.00 ± 0.00 a
AR3 0.55 ± 0.50 ab 4.67 ± 0.58 cde 2.33 ± 0.58 abcde 1.00 ± 1.73 abc 5.67 ± 5.13 ef 1.67 ± 1.53 abcd 1.00 ± 1.00 abc 1.00 ± 1.73 abc
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif;
AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 9 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 3.00 ± 1.73 bcdefg 1.67 ± 0.58 abcdef 2.00 ±1.00 abcdefg 4.67 ± 2.08 gh 2.33 ± 2.52 abcdefg 3.67 ± 2.08 defgh 1.33 ± 1.53 abcdef 4.00 ± 2.00 fgh
KN 1.33 ± 0.58 abcdef 1.00 ± 1.00 abcde 3.33 ± 3.21 cdefgh 6.00 ± 3.61 h 1.00 ± 1.00 abcd 1.50 ± 0.50 abcdef 3.50 ± 1.50 defgh 2.50 ± 0.50 abcdefg
AR1 3.67 ± 0.58 efgh 2.00 ± 1.00 abcdefg 3.00 ± 2.65 bcdefg 3.33 ± 1.53 cdefgh 1.33 ± 0.58 abcdef 2.67 ± 1.15 abcdefg 1.00 ± 1.00 abcd 1.00 ± 1.00 abcd
AR2 0.67 ± 1.15 abcd 2.00 ± 1.00 abcdefg 2.00 ± 0.00 abcdefg 2.50 ± 0.50 abcdefg 2.50 ± 0.50 abcdefg 1.50 ± 0.50 abcdef 0.50 ± 0.50 abc 1.50 ± 0.50 abcdef
AR3 2.33 ± 1.53 abcdefg 3.00 ± 1.00 bcdefg 2.67 ± 0.58 abcdefg 1.67 ± 1.53 abcdef 4.00 ± 2.00 fgh 0.67 ± 0.58 abcd 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif;
AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml)
35
35
0
5
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNO
KN
AR1
AR2
AR3
Berdasarkan Tabel 9, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase
eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi
dibandingkan kelompok KN, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut,
kelompok AR3 cenderung memiliki rata-rata persentase eosinofil paling tinggi.
Pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase ketiga kelompok
perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok
KN. Rata-rata persentase eosinofil kelompok AR3 pada hari ke-6 setelah infeksi
lebih rendah dibandingkan semua kelompok perlakuan.
Pada hari ke-8 setelah infeksi (Tabel 9), rata-rata persentase eosinofil ketiga
kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan
kelompok KN, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok
AR3 memiliki rata-rata persentasae eosinofil paling tinggi. Pada hari ke-10 dan
ke-11 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan
infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN.
Basofil pada Mencit Jantan
Rata-rata persentase basofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L.
di semua hari pengamatan menunjukkan nilai nol (Tabel 10). Hasil dari
penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase basofil dari mencit jantan
disajikan pada Tabel 10, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan
pada Gambar 18 berikut ini.
Gambar 18 Rata-rata persentase basofil dari mencit jantan yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN:
Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan
pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml), 1×10-6
(0.00096 mg/ml).
36
36
0
5
0 2 4 6 8 9 10 11
Pe
rse
nta
se
Hari Pengamatan
KNOKNAR1AR2AR3
Basofil pada Mencit Betina
Berdasarkan Tabel 11, rata-rata persentase basofil ketiga kelompok
perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-2 sampai ke-11 setelah infeksi
menunjukkan nilai nol. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata
persentase basofil dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan
pada Tabel 11, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada
Gambar 19 berikut ini.
Gambar 19 Rata-rata persentase basofil dari mencit betina yang diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN:
Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan
pengenceran 1×10-2
(9.6 mg/ml), 1×10-4
(0.096 mg/ml), 1×10-6
(0.00096 mg/ml).
37
37
Tabel 10 Rata-rata persentase basofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 0.67 ± 1.15 abc 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
KN 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 1.33 ± 1.53 c 1.00 ± 1.73 bc
AR1 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
AR2 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
AR3 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif;
AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 11 Rata-rata persentase basofil dari betina jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L.
Perlakuan Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.67 ± 1.15 b 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
KN 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
AR1 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
AR2 0.33 ± 0.58 ab 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
AR3 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif;
AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
38
38
Pembahasan
Tanaman A. annua L. mengandung beberapa senyawa antimalaria. Menurut
Dharani et al. (2010), senyawa seskuiterpen lakton endoperoksida yang
terkandung di dalam tanaman A. annua L. aktif mengatasi serangan malaria.
Dharani et al. (2010), juga menyatakan bahwa flavonoid (quecetagetin 4-metil
eter) telah berhasil diisolasi dari tanaman ini, dan dapat meningkatkan aktivitas
antimalaria dari artemisinin secara signifikan.
Penggunaan herbal A. annua L. (diseduh seperti teh) dengan takaran 5-9 g
herbal/liter air/hari yang dikonsumsi selama 7 hari menunjukkan kemanjuran
dalam menanggulangi malaria pada manusia dengan tingkat keberhasilan
mencapai 74% (Kardinan 2008). Seskuiterpen lakton endoperoksida dan flavonoid
yang terdapat di dalam A. annua L. bersifat skizontisida darah, sehingga
penggunaan A. annua L. sebagai antimalaria dapat mengurangi jumlah parasit
(Plasmodium spp.) di dalam darah (Dharani et al. 2010).
Mekanisme kerja tubuh terhadap parasit malaria sangat kompleks, karena
melibatkan hampir semua komponen imun, baik imunitas yang timbul secara
alami maupun dapatan, karena adanya imunitas non spesifik maupun spesifik. Sel
leukosit merupakan sel yang berperan baik dalam imunitas non spesifik dan
spesifik, sehingga dengan mengetahui rata-rata persentase dari tiap-tiap jenis
leukosit diharapkan dapat mengetahui reaksi tubuh yang sedang terjadi terhadap
adanya parasit (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh.
Neutrofil
Rata-rata persentase neutrofil di dalam darah mencit normal adalah 6-40%
(Malole & Pramono 1989). Neutrofil berfungsi sebagai sel pertahanan pertama
terhadap patogen-patogen yang masuk ke dalam tubuh (Oberholzer et al. 2001).
Patogen tersebut akan mengeluarkan bahan kemotaktik yang dapat menarik
neutrofil untuk datang, kemudian neutrofil akan datang ke daerah asal kemotaktik
tersebut dan melakukan fagositosis (Meyer et al. 1992). Parasit akan dicerna oleh
enzim lisozim yang terdapat di dalam neutrofil, kemudian neutrofil akan
mengalami autolisis setelah proses fagositosis selesai. Histamin dan faktor
leukopoietik (sitokin dan interleukin) yang dilepaskan setelah lisisnya neutrofil
39
39
akan meransang sumsum tulang melepaskan cadangan neutrofil, sehingga
produksi neutrofil akan meningkat (Hafizhiah 2008).
Rata-rata persentase neutrofil mencit jantan ketiga kelompok perlakuan
infusa A. annua L. pada hari ke-2 sampai ke-8 setelah infeksi cenderung lebih
tinggi dibandingkan kelompok KN. Rata-rata jumlah parasit mencit jantan di
ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-4 sampai ke-11
setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN (Ditya 2009).
Berdasarkan rata-rata persentase neutrofil dan rata-rata jumlah parasit pada mencit
jantan, dapat diketahui bahwa pemberian infusa A. annua L. dapat meningkatkan
rata-rata persentase jumlah neutrofil, sehingga rata-rata jumlah parasit dapat
ditekan. Rendahnya rata-rata parasit pada mencit jantan pada ketiga perlakuan
infusa juga disebabkan oleh kandungan artemisinin dan flavonoid yang bersifat
antiplasmodial terdapat pada A. annua L. (Ditya 2009), sehingga kerjasama antara
neutrofil dan antiplasmodial dapat menekan jumlah parasit di dalam tubuh mencit.
Menurut Ditya (2009), kelompok AR3 mencit betina pada hari ke-2 setelah
infeksi memiliki rata-rata jumlah parasit paling tinggi dibandingkan kelompok
perlakuan lainnya, namun pada hari ke-4 setelah infeksi, AR3 merupakan
kelompok dengan rata-rata jumlah parasit paling rendah dibandingkan perlakuan
lainnya. Berdasarkan Tabel 3, hari ke-2 setelah infeksi, pada mencit betina, hanya
AR3 yang cenderung memiliki rata-rata persentase neutrofil lebih tinggi
dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase
neutrofil mencit mencit betina kelompok AR1 dan AR3 lebih tinggi dibandingkan
kelompok KN. Tingginya rata-rata persentase neutrofil AR3 pada hari ke-2 dan
ke-4 setelah infeksi inilah yang membantu tubuh dalam mengeliminasi jumlah
parasit selain karena pemberian infusa A. annua L.
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah
infeksi, rata-rata persentase neutrofil ketiga kelompok perlakuan cenderung lebih
rendah dibandingkan kelompok KN. Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata
jumlah parasit mencit betina ketiga perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-6
sampai ke-11 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN.
Rendahnya rata-rata persentase neutrofil mencit betina di ketiga kelompok
perlakuan infusa A. annua L. pada hari-hari terakhir ini dapat disebabkan oleh
40
40
fungsi neutrofil yang berperan sebagai pemberi tanda pertama untuk membunuh
parasit hanya memiliki paruh waktu selama 2 hari dan hanya efektif pada hari-hari
pertama terjadinya serangan parasit (Hargono 1996).
Monosit
Rata-rata persentase monosit mencit normal adalah 0,7-14% (Malole &
Pramono 1989). Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasit mencit
jantan pada hari ke-4 setelah infeksi di ketiga kelompok perlakuan infusa
A. annua L. lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Berdasarkan Tabel 4, pada
hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit mencit jantan ketiga
kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan
kelompok KN. Tingginya rata-rata persentase ini dapat disebabkan oleh senyawa
flavonoid yang terkandung di dalam A. annua L. (Dharani et al. 2010). Flavonoid
berpotensi sebagai antioksidan pada pertumbuhan tumor dan mampu
meningkatkan respon imun (Depkes RI 1985). Monosit merupakan salah satu sel
yang berperan penting dalam respon imun, baik berperan fungsional dalam
fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC)
(Bratawidjaja 2003). Dengan demikian, pemberian infusa A. annua L. dapat
meningkatkan jumlah monosit di dalam tubuh.
Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan
kelompok AR3 pada hari ke-6 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan
kelompok KN, pada hari ke-8 setelah infeksi, kelompok AR3 mencit jantan
memiliki rata-rata jumlah parasitemia paling rendah dibandingkan kelompok
lainnya. Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi, rata-rata
persentase monosit AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN.
Rata-rata persentase monosit mencit jantan hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi
cenderung tinggi pada kelompok perlakuan infusa A. annua L. dan rata-rata
jumlah parasitemia cenderung rendah pada ketiga kelompok perlakuan infusa
A. annua L. Hal ini diduga karena flavonoid (salah satu kandungan A. annua L.)
berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T, sehingga akan
meransang sel-sel fagosit (monosit) untuk melakukan respon fagositosis
(Kusmardi 2006). Dengan adanya flavonoid, jumlah monosit di dalam tubuh akan
41
41
meningkat. Monosit tersebut akan memfagosit parasit yang ada, sehingga jumlah
parasit di dalam tubuh dapat menurun.
Limfosit
Rata-rata persentase limfosit mencit normal adalah 36-90% (Malole &
Pramono 1989). Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi,
rata-rata persentase limfosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A.
annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Ditya (2009)
menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan kelompok AR2 dan
AR3 pada hari ke-4 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN dan
hari pengamatan sebelumnya (hari ke-2 setelah infeksi). A. annua L mengandung
seskuiterpene laktone endoperoksida yang bersifat antiplasmodial (Dharni et al.
(2010), sehingga jumlah parasit yang terdapat di dalam tubuh dapat ditekan
dengan pemberian tanaman ini.
Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase
limfosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung
lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, dan kelompok AR3 cenderung memiliki
rata-rata persentase limfosit tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pada Tabel
7, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L.
mencit betina hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih tinggi
dibandingkan kelompok KN. Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah
parasitemia mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari
ke-9 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN, hal yang sama
terjadi pada mencit betina, rata-rata jumlah parasitemia mencit betina ketiga
kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-9 sampai ke-11 setelah
infeksi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN.
Rata-rata persentase limfosit kelompok perlakuan infusa A. annua L. mencit
jantan dan mencit betina yang tinggi pada hari-hari terakhir pengamatan dapat
disebabkan oleh kandungan flavonoid pada A. annua L. yang masih ada pada
tubuh mencit. Jiao (2005) menyatakan bahwa flavonoid dapat meningkatkan
aktivitas IL-2 dan meningkatkan proliferasi limfosit. Ganong (2002) menyatakan
bahwa adanya benda asing (P. berghei) akan meransang terbentuknya antigen
precenting cell (APC), APC ini akan meransang tubuh untuk membentuk sel
42
42
limfosit T. Ganong (2002) juga menyatakan bahwa IL-2 akan diproduksi dengan
adanya sel limfosit T, IL-2 ini akan meransang sel T sitotoksik untuk
menghancurkan benda asing (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian
infusa A. annua L. meningkatkan jumlah limfosit, sehingga dengan adanya
kerjasama antara sistem kekebalan tubuh dan infusa A. annua L. dalam tubuh
mencit dapat mengeliminasi jumlah parasit yang ada.
Eosinofil
Rata-rata persentase eosinofil mencit normal adalah 0-15% (Malole &
Pramono 1989). Berdasarkan Tabel 9, pada hari ke-8 setelah infeksi, rata-rata
persentase eosinofil mencit betina ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L.
cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan KN, diantara ketiga
kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok AR3 cenderung memiliki rata-rata
persentase eosinofil paling tinggi. Ditya (2009) menyatakan bahwa pada hari ke-8
setelah infeksi, kelompok AR3 pada mencit betina memiliki rata-rata jumlah
parsitemia lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Guyton
(1996) menyatakan bahwa eosinofil berperan dalam proses imun tubuh terhadap
adanya infeksi parasit seperti cacing, protozoa dan lain-lain. Franklin (1991)
menyatakan adanya eosinofil dalam jumlah besar cenderung terjadi karena adanya
infeksi cacing daripada protozoa. Saptanto (2004) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara adanya eosinofil dalam jumlah besar terhadap
kehadiran parasit malaria (Plasmodium spp.), namun tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara eosinofil dalam jumlah besar terhadap jumlah parasit yang
ada pada penderita malaria. Dengan demikian, rata-rata persentase eosinofil tidak
dapat dikaitkan dengan jumlah parasit (P. berghei) yang ada di dalam tubuh
mencit. Rata-rata persentase eosinofil yang tinggi pada kelompok AR3 mencit
betina mungkin dapat disebabkan oleh A. annua L. yang bekerja meningkatkan
rata-rata persentase eosinofil.
Basofil
Basofil pada mencit normal memiliki persentase 0-3% (Malole & Pramono
1989). Basofil memiliki peran utama dalam berbagai proses alergi dan penutupan
luka serta basofil kurang berperan terhadap adanya parasit (Campbell et al. 2004).