Gagasan Penyempurnaan EYD

36
GAGASAN PENYEMPURNAAN EYD Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia yang dibina oleh Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd. Heti Luthfiah Muhammad Fauzi Muhammad Firdaus Tifanny Ellies Yona Ramadhani Rizki Ariesta Monika Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Jakarta Timur i

Transcript of Gagasan Penyempurnaan EYD

Page 1: Gagasan Penyempurnaan EYD

GAGASAN PENYEMPURNAAN EYD

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia yang dibina oleh

Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd.

Heti Luthfiah

Muhammad Fauzi

Muhammad Firdaus

Tifanny Ellies

Yona Ramadhani

Rizki Ariesta Monika

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

Jakarta Timur

2016

i

Page 2: Gagasan Penyempurnaan EYD

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah melimpahkan

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Gagasan Penyempurnaan Ejaan Yang Disempurnakan”. Penyusunan makalah ini

merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dalam penulisan atau dalam bentuk lainnya. Maka dari itu kami sebagai penyusun meminta maaf atas segala kesalahan. Kami ucapkan terimakasih kepada Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.

Semoga makalah ini bermanfaat dan memotivasi bagi pembaca. Kami mengharapkan

adanya krikitan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah

ini. Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya

dengan pahala yang belipat ganda. Aamiin.

Penyusun

ii

Page 3: Gagasan Penyempurnaan EYD

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2

1.3 Tujuan Makalah............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Ejaan............................................................................................... 3

2.2 Fungsi Ejaan ................................................................................................. 3

2.3 Kaidah Ejaan dan Kaidah Bahasa..................................................................... 4

2.4 Sejarah dan Perkembangan Bahasa.................................................................. 5

2.5 Kaidah Kesalah Ejaan....................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20

3.2 Saran ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

iii

Page 4: Gagasan Penyempurnaan EYD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan  oleh

para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik

dan sopan santun. Bahasa yang digunakan itu hendaklah bahasa yang baik sesuai

dengan EYD sehingga penyampaian maksud dari kalimat tersebut dapat efektif.

Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat

Indonesia.  Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal yang

ingin disampaikan oleh komunikator, kemudian dilanjutkan dengan mengolah

gagasan atau hal yang disampaikan komunikator sehingga hal yang disampaikan

komunikator tersebut dapat diterima oleh komunikan dengan tepat. Dengan demikian,

sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia harus mampu menyampaikan maksud

komunikator dengan tepat.  Maksud atau amanat komunikasi ini bisa berupa

informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat, perasaan, keinginan, dan

sebagainya.

Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa

baku.Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam

penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan

ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah

satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah

tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan

aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah

ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai kaidah-

kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan bahasa

bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang

lainnya.

Page 5: Gagasan Penyempurnaan EYD

Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Segi

khusus, ejaan dapa diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf,

biak berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata,

kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang

mengatur pelambangan bunyi nahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya,

yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.

Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan ejaan dengan tepat seperti

yang telah disampaikan diatas, maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan

tentang gagasan penyempurnaan ejaan yang disempurnakan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan ejaan?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan ejaan?

3. Mengapa ejaan harus disempurnakan?

4. Bagaimana proses penyempurnaan ejaan?

5. Apa saja kaidah kesalahan dalam ejaan bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan makalah yang diharapkan penyusun adalah :

1. Mengetahui sejarah dan perkembangan ejaan Bahasa Indonesia.

2. Mengetahui ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3. Memahami tentang ejaan yang baik dan benar dalam Bahasa Indonesia.

2

Page 6: Gagasan Penyempurnaan EYD

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:250) ejaan didefenisikan sebagai

kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)

dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.1

Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi

umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi

bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun

menjadi kata, kelompok kata, atau kalimat.

Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur

pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang

dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.

Dalam suatu bahasa sistem ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu aspek

fonologis, yang menyangkut pelambangan fonem dengan huruf dan penyusunan

abjad; aspek morfemis, yang menyangkut pelambangan satuan-satuan morfemis; dan

aspek sintaksis, yang menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca. Dengan

demikian, ketentuan yang mengatur pelambangan fonem dengan huruf , penyesuaian

huruf-huruf asing dengan huruf yang ada pada bahasa Indonesia, serta pelafalan,

pengakroniman, dan penyusunan abjad termasuk didalam aspek fonologis. Ketentuan

yang mengatur pembentukan kata, pemenggalan kata, penulisan kata, dan

penyesuaian kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia termasuk aspek morfologis.

Dipihak lain, penulisan dan pelafalan frasa, klausa, serta kalimat termsuk aspek

sintaksis. Satuan-satuan sintaksis itu dalam pelafalannya mengandung unsur

suprasegmental, seperti intonasi, tekanan, dan jeda, yang dalam ragam tulis perlu

dilambangkan dengan tanda baca, misalnya tanda titik, tanda koma, tanda seru, dan

tanda Tanya.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia

3

Page 7: Gagasan Penyempurnaan EYD

Atas dasar keterangan itu, kita dapat menyebutnya bahwa ejaan pada dasarnya

mencangkup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka,

dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Di samping itu, pelafalan dan

peraturan dalam penyerapan unsur asing juga termasuk dalam ejaan.2

2.2 Fungsi Ejaan

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut

pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi

yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih

dahulu. Dalam hubungan itu, ejaaan antara lain, berfungsi sebagai :

(1) Landasan pembakuan tata bahasa

(2) Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta

(3) Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa

Indonesia.

Disamping ketiga fungsi yang sudah disebutkan di atas, ejaan juga sebenarnya

mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu

pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.

Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di

dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.

2.3 Kaidah Ejaan dan Kaidah Bahasa

Kaidah ejaan berbeda dengan kaidah bahasa. Dasar penyusunan kaidah ejaan

adalah kesepakatan para ahli bahasa yang didasarkan pada sifat-sifat bahasa tertentu.

Kesepakatan itu, sebelum diberlakukan, lazimnya diresmikan oleh pemerintah.

Setelah ejaan itu resmi berlaku, para pemakai bahasa diharapkan menaati kaidah yang

telah disepakati itu.

Apabila dalam pemakaian bahasa kaidah itu tidak ditaati, lazimnya bahasa

yang digunakannya dikatakan salah, khususnya dari segi ejaan. Sebaliknya, jika

pemakaian itu mengikuti kaidah, bahasa yang digunakan akan dikatakan benar.

2 Drs. Mustakim. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. 1992. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Cet. 1. h. 1-2.

4

Page 8: Gagasan Penyempurnaan EYD

Di pihak lain, kaidah bahasa tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan, tetapi

titik tolak penentuannya adalah hasil penelitian yang berpijak pada sejumlah data

tertentu. Oleh sebab itu, kaidah bahasa tidak dipertimbangkan benar-salahnya suatu

pemakaian bahasa.

Apabila dalam kenyataan berbahasa terdapat pemakaian yang tidak sesuai

dengan kaidah, lazimnya pemakaian itu akan dikatakan menyimpang dari kaidah.

Meskipun demikian, kenyataan itu tidak dipandang salah karena faktanya memang

ada di dalam pemakaian bahasa. Jadi kaidah bahasa itu tidak bersifat normatif, tertapi

bersifat deskriptif.

Kaidah ejaan dan kaidah bahasa tidak saling bertentangan karena pada

hakikatnya kedua kaidah itu berpangkal tolak pada dasar yang sama, yaitu sifat-sifat

khas bahasa tertentu.

2.4 Sejarah dan Perkembangan Ejaan

Ejaan mengalami perkembang dalam proses pengejaan yang baik dan benar.

Dalam hal itu sejarah dan perkembangan ejaan dibagi dalam beberapa waktu dengan

proses pengejaan yang berbeda-beda. Adapun sejarah dan perkembangan ejaan

adalah:

1. Ejaan van Ophuysen

Ejaan van Ophuysen ditetapkan pada waktu 1901 dan diterbitkan dalam

sebuah buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu,

Ejaan va Ophuysen pun dinyatakan telah berlaku. Sesuai dengan namanya

ejaan itu disusun oleh Ch.A. van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku

Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Sutan Ibrahim. Dalam

sejarah bahasa Indonesia, yang baik waktu itu masih bernama bahasa

Melayu, Ejaan van Ophuysen merupakan ejaan yang pertama kali disusun

secara sistematis.

Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan van Ophuysen antara lain

:

(1) Huruf y yang ditulis dengan j.

Misalnya :

5

Page 9: Gagasan Penyempurnaan EYD

Sayang sajang

Yakin jakin

Saya saja

Yaitu jaitu

(2) Huruf u ditulis dengan oe.

Misalnya :

Umum oemoem

Sempurna sampoerna

Surat soerat

(3) Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di

atas.

Misalnya :

Rakyat ra’jat

Bapak bapa’

Makmur ma’moer

(4) Huruf j ditulis dengan dj.

Misalnya :

Jakarta djakarta

Laju ladju

(5) Huruf c ditulis dengan tj

Misalnya :

Cara tjara

Curang tjurang

Racun ratjun

(6) Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.

Misalnya :

Khawatir chawatir

Mutakhir moetachir

2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.

Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang

6

Page 10: Gagasan Penyempurnaan EYD

berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk

menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret

1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan

berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan

kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret

1947 ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik.

Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan iu dapat

diperhatikan dalam uraian di bawah ini :

(1) Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u

dalam Ejaan Republik.

(2) Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam

Ejaan Republik.

(3) Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.

(4) Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan

(5) Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan

Republik.

Perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberikan

beberapa contoh antara lain sebagai berikut :

Ejaan Van Ophuysen Ejaan Republik

Oemoer Umur

Ma’loem Maklum

Rata-rata Rata-rata, rata2

ẽkor ekor

Hal ini yang dapat diamati dalam Ejaan Republik ialah digunakan e

pepet sebagai bunyi pelancar kata khususnya pada kata-kata baru yang

asalnya tidak menggunakan e pepet, misalnya :

Ejaan yang benar Ejaan yang salah

Kritik bukan Keritik

Pabrik bukan Paberik

Praktik bukan Peraktik

7

Page 11: Gagasan Penyempurnaan EYD

Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku

sebelumnya, Ejaan Republik ternyata masih memiliki beberapa

kelemahan. Kelemahan itu antara lain karena huruf-huruf seperti

F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis

kata-kata asing tidak dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal huruf-

huruf tersebut pada masa itu masih merupakan permasalahan dalam

bahasa Indonesia.

3. Ejaan Pembaharuan

Ejaan pembaharuan merupakan suatu yang direncanakan untuk

memperbaharui Ejaan Republik. Di bentuk pada tanggal 19 juli 1956.

Konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo,

sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai

panitia ejaan itu. Awalnya profesor Prijono yang mengetuai panitia itu,

lalu menyerahkan kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu

Profesor Prijono di angkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan

Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan tugasnya sebagai

ketua panitia ejaan kemudian dilanjutkan oleh E.Katoppo.

Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah disederhanakannya huruf-

huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf huruf tunggal atau

bersifat fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu di usahakan hanya

dilambangkan dengan satu huruf.

Tampak seperti contoh di bawah ini :

1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j

2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts

3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ

4. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ

5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au dan oi (disebut diftong) ditulis

berdasarkan pelafalannya yaitu ay, aw, dan oy.

Misalnya :

8

Page 12: Gagasan Penyempurnaan EYD

Satai satay

Harimau harimaw

Amboi amboy

Serta huruf j, seperti pada kata jang di ubah menjadi y sesuai dengan

ejaan Bahasa Indonesia.

4. Ejaan Melindo

Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo merupakan

ejaan yang di susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet

Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh

Syed Nasir bin Ismail yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa

Melayu-Bahasa Indonesia. Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu

ejaan Melindo. Awalnya Ejaan Melindo dimaksudkan untuk

menyeragamkan ejaan yang digunakan di kedua negara tersebut. Namun

karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan

malaysia, ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan. Sebagai akibatnya

pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.

Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena

ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan

menggunakan sistem fonemis. Hal yang berbeda ialah dalam ejaan

Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta diganti dengan c

menjadi cinta; juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di

ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih baru.

5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)

Ejaan Baru merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan

melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga

bahasa dan Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang

berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih di kenal

dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun berdasarkan beberapa

pertimbangan antara lain:

9

Page 13: Gagasan Penyempurnaan EYD

1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar

setiap fonem di lambangkan dengan satu huruf.

2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar

perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan

praktis seperti ke adaan percetakan dan mesin tulis.

3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar

perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai

kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.

Perubahan yang terdapat dalam Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara

lain :

(1) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j

Misalnya :

Remadja remaja

djalan jalan

(2) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c.

Misalnya :

Tjakap cakap

batja baca

(3) Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny.

Misalnya :

Sunji sunyi

Njala nyala

(4) Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy.

Misalnya :

Sjarat syarat

Sjair syair

(5) Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh.

Misalnya :

Tachta takhta

Ichlas ikhlas

(6) Huruf j di ubah menjadi y.

10

Page 14: Gagasan Penyempurnaan EYD

Misalnya :

Padjak pajak

Djatah jatah

(7) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan

hanya di tulis dengan e, tanpa penanda.

Misalnya :

Ségar segar

Copèt copet

(8) Huruf asing f, v, dan z di masukkan kedalam sistem ejaan

bahasa Indonesia karena huruf huruf itu banyak di gunakan.

Misalnya :

Fasih

Vakum

Zaman

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lazim yang disebut

EYD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh

Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian

yang diumumkan di dalam siding DPR itu diperkuat dengan Keputusan

Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman Umun

Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi

berlaku di seluruh Indonesia.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu pada dasarnya tidak

disusun secara tiba-tiba. Akan tetapi, bahan-bahanya telah dipersiapkan

dan dirintis sejak penyusunan konsep Ejaan Baru. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebenarnya merupakan kelanjutan

dari ejaan baru atau ejaan LBK.

11

Page 15: Gagasan Penyempurnaan EYD

Pedoman ejaan bahasa Indonesia disebut pedoman umum karena pedoman

itu pada dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum. Adapun

hal-hal lain yang sifatnya khusus, yang belum diatur didalam pedoman itu

dapat kita sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu.

Sementara itu, ejaan yang berlaku sekarang disebut Ejaan yang

Disempurnakan karena memang ejaan itu merupakan hasil

penyempurnaan dari beberapa ejaan yang pernah disusun sebelumnya

terutama Ejaan Republik yang dipadukan pula dengan konsep-konsep

Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo dan Ejaan Baru.

Hal-hal baru yang terdapat di dalam EYD

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain dapat

diperhatikan dalam keterangan di bawah ini.

(1) Perubahan huruf

Ejaan Lama EYD

Dj djika, wadjar j jika, wajar

Tj tjakap, pertjaja c cakap, percaya

Nj njata, sunji ny nyata, sunyi

Sj sjarat, sjukur sy syarat, syukur

(2) Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing

diresmikan pemakaiannya.

Misalnya :

Khilaf

Fisik

Zakat

Universitas

(3) Huruf q dan x yang lazim di gunakan dalam bidang ilmu pengetahuan

tetap di gunakan , misalnya pada kata furqan dan xenon.

(4) Penulisan di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang merupakan

kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang

12

Page 16: Gagasan Penyempurnaan EYD

menyertainya, sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari

kata yang mengikutinya.

Misal :

Awalan Kata Depan

di- di

dicuci di kantor

dibelikan di sekolah

dilatarbelakangi di belakang

(5) Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.angka

dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.

Misalnya :

Anak-anak, bukan anak2

Bersalam-salaman, bukan bersalam2an

Bermain-main, bukan bermain2

Hal hal apa sajakah yang di atur dalam EYD

Yang di atur dalam EYD yaitu :

a. Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring

b. Penulisan kata.

c. Penulisan tanda baca.

d. Penulisan singkatan dan akronim.

e. Penulisan angka dan lambang bilangan.

f. Penulisan unsur serapan.

2.5 Kaidah kesalahan ejaan

1. Pelafalan

Salah satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara pengucapan

dalam bahasa Indonesia. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa

Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus

diucapkan atau dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal atau

ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Contoh:

13

Page 17: Gagasan Penyempurnaan EYD

Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar

Teknik tehnik teknik / t e k n i k /

Tegel tehel tegel / t e g e l /

Masalah atau kesalahan lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah

mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakaian bahasa

memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam

ejaan. Contohnya sebagai berikut:

Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar

TV / t i v i / / te ve /

MTQ / emtekyu / / em te ki /

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai pemakaian dan

pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan

pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hokum, lembaga, kota, sungai,

gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku,

kecuali ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud adalah

pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan

memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang

disempurnakan. Jadi, melafalkan nama orang dapat saja diucapkan tidak

sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.

Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau

nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama

tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak

14

Page 18: Gagasan Penyempurnaan EYD

sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut

dari para pakar yang bersangkutan. Contohnya sebagai berikut:

Tulisan Lafal yang benar

Coca cola / ko ka ko la /

HCl / Ha Se El /

2. Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam

abjadnya, yaitu mulai dengan huruf “a” sampai dengan huruf “z”. beberapa

huruf diantaranya yaitu huruf “f”, “v”, “x”, dan “z”, merupakan huruf serapan

dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa

Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan

jangann diganti dengan huruf lain. Contoh:

Fitnah tidak boleh diganti dengan pitnah

Pasif tidak boleh diganti dengan pasip

Vitamin tidak boleh diganti dengan pitamin

Aktif tidak boleh diganti dengan aktip

Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia,

harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf “q” dan “x”. Huruf “q” hanya

dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus

diganti dengan huruf “k”. demikian pula huruf “x” dapat dipakai untuk

lambang, seperti xenon, sinar X, X + Y. Huruf “x” apabila terdapat pada

15

Page 19: Gagasan Penyempurnaan EYD

tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan “ks”.

Contoh:

Quran tetap ditulis Quran (nama)

Aquarium harus ditulis dengan akuarium

Quadrat harus ditulis dengan kuadrat

Huruf “k” selain untuk melambangkan bunyi “k”, juga digunakan untuk

melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa

yang menggunakan tanda “ain” (‘) untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.

Contoh:

Ta’lim harus ditulis dengan taklim

Ma’ruf harus ditulis dengan makruf

Da’wah harus ditulis dengan dakwah

Ma’mur harus ditulis dengan makmur

3. Pemisahan Suku Kata

Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal. Vokal

itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. Persukuan atau pemisahan

suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada

bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-

wenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan harus taat

pada kaidah yang berlaku. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan

pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan

baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan

16

Page 20: Gagasan Penyempurnaan EYD

pengetikan. Penulis harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang

diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

4. Penulisan Huruf

Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang

Disempurnakan (EYD), yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf capital

dan aturan penulisan huruf miring.

a. Huruf Kapital atau Huruf Besar

a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata

pada awal kalimat.

b) Huruf kapital dipakai sebagai uruf pertama petikan langsung.

c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti

milik untuk Tuhan

d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jubatan dan

pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti

nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku

bangsa, dan bahasa.

h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,

hari raya, dan peristiwa sejarah.

17

Page 21: Gagasan Penyempurnaan EYD

i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi (daerah).

j) Huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,

lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi

kecuali kata seperti dan.

k) Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk

ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah

dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk

semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,

surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang,

dan untuk yang terletak pada posisi awal.

m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama

gelar, pangkat, dan sapaan.

n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang

dipakai dalam penyapaan.

o) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk

hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan.

p) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

b. Huruf Miring

a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,

majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

18

Page 22: Gagasan Penyempurnaan EYD

b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atu

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

c) Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah

atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

5. Kata depan “di” dan awalan “di-“

Sampai sekarang masih banyak kesalahan yang dibuat orang dalam

menuliskan kata yang berlawanan di- atau berkata depan di. Dalam surat-surat

kabar dan majalah pun masih banyak kita temukan kesalahan, padahal mudah

sekali membedakan mana di yang harus dituliskan terpisah dari kata yang

mengikutinya dan mana di yang harus diserangkaikan.

Awalan di- hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran –kan

atau –I maupun tanpa akhiran-akhiran itu.

Kata kerja yang berlawanan di- itu ialah semua kata yang menjadi jawaban

pertanyan diapakan dia, atau diapakan benda itu. Ini adalah salah satu cara

mengenal kata depan awalan di-. Cara yang kedua ialah bahwa kata-kata kerja

berawalan di- mempunyai bentuk awalan me-.

Dipukul lawannya memukul

Dipukulkan lawannya memukulkan

Dipukuli lawannya memukuli

Jadi, kalau kita ragu apakah di pada kata itu dirangkaikan, kita cobalah

membentuk lawan kata itu dengan cara di atas. Apabila ada lawan bentuknya

19

Page 23: Gagasan Penyempurnaan EYD

dengan awalan me-, pastilah di pada kata itu adalah awalan dan oleh karenanya

haruslah dirangkaikan.

Kata depan di memang harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya

karena di jenis ini mempunyai kedudukan sebagai kata. Fungsinya mrnyatakan

‘tempat’. Cara mengenalnya mudah sekali. Semua kata yang menjadi jawaban

pertanyaan di mana pastilah kata yang mengandung kata depan di, karena itu

jawaban itu harus dituliskan dengan dua patah kata yang terpisah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata, termasuk

singkatan, akronim, angka, dan bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu juga

tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.

Fungsi ejaan antara lain :

1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.

2. Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan.

3. Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa

Indonesia.

Sedangkan perkembangan sejarah bahasa indonesia di bagi dalam beberapa periode

yaitu : Ejaan Van Ophuysen,Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Pembaharuan,

Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), dan Ejaan Yang

Disempurnakan.

20

Page 24: Gagasan Penyempurnaan EYD

3.2 Saran

Saran kami selaku penyusun makalah ini adalah agar pembaca lebih memperhatikan

ejaan kata per kata demi kesempurnaan dalam melakukan kegiatan menulis.

DAFTAR PUSTAKA

Mustakim. 1990. Tanya Jawab EJAAN BAHASA INDONESIAUNTUK UMUM.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka CiptaNasucha, Yakub H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Yogyakarta : Media Perkasa.Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Cetakan ke-9. Yogyakarta : C.V.

Karyono.Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta : Rineka Cipta.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010.Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta.Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.https://www.academia.edu/11322732/Kesalahan_Ejaan_dan_Tanda_Baca_EYD_http://kbbi.web.id/

21