Gagasan Penyempurnaan EYD
-
Upload
tifanny-ellies -
Category
Education
-
view
135 -
download
0
Transcript of Gagasan Penyempurnaan EYD
GAGASAN PENYEMPURNAAN EYD
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia yang dibina oleh
Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd.
Heti Luthfiah
Muhammad Fauzi
Muhammad Firdaus
Tifanny Ellies
Yona Ramadhani
Rizki Ariesta Monika
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
Jakarta Timur
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Gagasan Penyempurnaan Ejaan Yang Disempurnakan”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dalam penulisan atau dalam bentuk lainnya. Maka dari itu kami sebagai penyusun meminta maaf atas segala kesalahan. Kami ucapkan terimakasih kepada Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bermanfaat dan memotivasi bagi pembaca. Kami mengharapkan
adanya krikitan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya
dengan pahala yang belipat ganda. Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Ejaan............................................................................................... 3
2.2 Fungsi Ejaan ................................................................................................. 3
2.3 Kaidah Ejaan dan Kaidah Bahasa..................................................................... 4
2.4 Sejarah dan Perkembangan Bahasa.................................................................. 5
2.5 Kaidah Kesalah Ejaan....................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
3.2 Saran ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik
dan sopan santun. Bahasa yang digunakan itu hendaklah bahasa yang baik sesuai
dengan EYD sehingga penyampaian maksud dari kalimat tersebut dapat efektif.
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat
Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal yang
ingin disampaikan oleh komunikator, kemudian dilanjutkan dengan mengolah
gagasan atau hal yang disampaikan komunikator sehingga hal yang disampaikan
komunikator tersebut dapat diterima oleh komunikan dengan tepat. Dengan demikian,
sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia harus mampu menyampaikan maksud
komunikator dengan tepat. Maksud atau amanat komunikasi ini bisa berupa
informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat, perasaan, keinginan, dan
sebagainya.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa
baku.Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam
penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah
satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah
tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan
aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah
ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai kaidah-
kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan bahasa
bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang
lainnya.
Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Segi
khusus, ejaan dapa diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf,
biak berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata,
kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur pelambangan bunyi nahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya,
yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan ejaan dengan tepat seperti
yang telah disampaikan diatas, maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan
tentang gagasan penyempurnaan ejaan yang disempurnakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan ejaan?
3. Mengapa ejaan harus disempurnakan?
4. Bagaimana proses penyempurnaan ejaan?
5. Apa saja kaidah kesalahan dalam ejaan bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah yang diharapkan penyusun adalah :
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan ejaan Bahasa Indonesia.
2. Mengetahui ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Memahami tentang ejaan yang baik dan benar dalam Bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:250) ejaan didefenisikan sebagai
kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.1
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi
umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi
bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun
menjadi kata, kelompok kata, atau kalimat.
Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur
pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang
dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Dalam suatu bahasa sistem ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu aspek
fonologis, yang menyangkut pelambangan fonem dengan huruf dan penyusunan
abjad; aspek morfemis, yang menyangkut pelambangan satuan-satuan morfemis; dan
aspek sintaksis, yang menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca. Dengan
demikian, ketentuan yang mengatur pelambangan fonem dengan huruf , penyesuaian
huruf-huruf asing dengan huruf yang ada pada bahasa Indonesia, serta pelafalan,
pengakroniman, dan penyusunan abjad termasuk didalam aspek fonologis. Ketentuan
yang mengatur pembentukan kata, pemenggalan kata, penulisan kata, dan
penyesuaian kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia termasuk aspek morfologis.
Dipihak lain, penulisan dan pelafalan frasa, klausa, serta kalimat termsuk aspek
sintaksis. Satuan-satuan sintaksis itu dalam pelafalannya mengandung unsur
suprasegmental, seperti intonasi, tekanan, dan jeda, yang dalam ragam tulis perlu
dilambangkan dengan tanda baca, misalnya tanda titik, tanda koma, tanda seru, dan
tanda Tanya.
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia
3
Atas dasar keterangan itu, kita dapat menyebutnya bahwa ejaan pada dasarnya
mencangkup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka,
dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Di samping itu, pelafalan dan
peraturan dalam penyerapan unsur asing juga termasuk dalam ejaan.2
2.2 Fungsi Ejaan
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi
yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih
dahulu. Dalam hubungan itu, ejaaan antara lain, berfungsi sebagai :
(1) Landasan pembakuan tata bahasa
(2) Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
(3) Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia.
Disamping ketiga fungsi yang sudah disebutkan di atas, ejaan juga sebenarnya
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di
dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.
2.3 Kaidah Ejaan dan Kaidah Bahasa
Kaidah ejaan berbeda dengan kaidah bahasa. Dasar penyusunan kaidah ejaan
adalah kesepakatan para ahli bahasa yang didasarkan pada sifat-sifat bahasa tertentu.
Kesepakatan itu, sebelum diberlakukan, lazimnya diresmikan oleh pemerintah.
Setelah ejaan itu resmi berlaku, para pemakai bahasa diharapkan menaati kaidah yang
telah disepakati itu.
Apabila dalam pemakaian bahasa kaidah itu tidak ditaati, lazimnya bahasa
yang digunakannya dikatakan salah, khususnya dari segi ejaan. Sebaliknya, jika
pemakaian itu mengikuti kaidah, bahasa yang digunakan akan dikatakan benar.
2 Drs. Mustakim. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. 1992. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Cet. 1. h. 1-2.
4
Di pihak lain, kaidah bahasa tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan, tetapi
titik tolak penentuannya adalah hasil penelitian yang berpijak pada sejumlah data
tertentu. Oleh sebab itu, kaidah bahasa tidak dipertimbangkan benar-salahnya suatu
pemakaian bahasa.
Apabila dalam kenyataan berbahasa terdapat pemakaian yang tidak sesuai
dengan kaidah, lazimnya pemakaian itu akan dikatakan menyimpang dari kaidah.
Meskipun demikian, kenyataan itu tidak dipandang salah karena faktanya memang
ada di dalam pemakaian bahasa. Jadi kaidah bahasa itu tidak bersifat normatif, tertapi
bersifat deskriptif.
Kaidah ejaan dan kaidah bahasa tidak saling bertentangan karena pada
hakikatnya kedua kaidah itu berpangkal tolak pada dasar yang sama, yaitu sifat-sifat
khas bahasa tertentu.
2.4 Sejarah dan Perkembangan Ejaan
Ejaan mengalami perkembang dalam proses pengejaan yang baik dan benar.
Dalam hal itu sejarah dan perkembangan ejaan dibagi dalam beberapa waktu dengan
proses pengejaan yang berbeda-beda. Adapun sejarah dan perkembangan ejaan
adalah:
1. Ejaan van Ophuysen
Ejaan van Ophuysen ditetapkan pada waktu 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu,
Ejaan va Ophuysen pun dinyatakan telah berlaku. Sesuai dengan namanya
ejaan itu disusun oleh Ch.A. van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Sutan Ibrahim. Dalam
sejarah bahasa Indonesia, yang baik waktu itu masih bernama bahasa
Melayu, Ejaan van Ophuysen merupakan ejaan yang pertama kali disusun
secara sistematis.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan van Ophuysen antara lain
:
(1) Huruf y yang ditulis dengan j.
Misalnya :
5
Sayang sajang
Yakin jakin
Saya saja
Yaitu jaitu
(2) Huruf u ditulis dengan oe.
Misalnya :
Umum oemoem
Sempurna sampoerna
Surat soerat
(3) Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di
atas.
Misalnya :
Rakyat ra’jat
Bapak bapa’
Makmur ma’moer
(4) Huruf j ditulis dengan dj.
Misalnya :
Jakarta djakarta
Laju ladju
(5) Huruf c ditulis dengan tj
Misalnya :
Cara tjara
Curang tjurang
Racun ratjun
(6) Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.
Misalnya :
Khawatir chawatir
Mutakhir moetachir
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.
Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang
6
berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk
menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret
1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan
berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan
kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret
1947 ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik.
Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan iu dapat
diperhatikan dalam uraian di bawah ini :
(1) Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u
dalam Ejaan Republik.
(2) Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam
Ejaan Republik.
(3) Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
(4) Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan
(5) Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
Perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberikan
beberapa contoh antara lain sebagai berikut :
Ejaan Van Ophuysen Ejaan Republik
Oemoer Umur
Ma’loem Maklum
Rata-rata Rata-rata, rata2
ẽkor ekor
Hal ini yang dapat diamati dalam Ejaan Republik ialah digunakan e
pepet sebagai bunyi pelancar kata khususnya pada kata-kata baru yang
asalnya tidak menggunakan e pepet, misalnya :
Ejaan yang benar Ejaan yang salah
Kritik bukan Keritik
Pabrik bukan Paberik
Praktik bukan Peraktik
7
Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku
sebelumnya, Ejaan Republik ternyata masih memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan itu antara lain karena huruf-huruf seperti
F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis
kata-kata asing tidak dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal huruf-
huruf tersebut pada masa itu masih merupakan permasalahan dalam
bahasa Indonesia.
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pembaharuan merupakan suatu yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Di bentuk pada tanggal 19 juli 1956.
Konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo,
sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai
panitia ejaan itu. Awalnya profesor Prijono yang mengetuai panitia itu,
lalu menyerahkan kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu
Profesor Prijono di angkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan tugasnya sebagai
ketua panitia ejaan kemudian dilanjutkan oleh E.Katoppo.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah disederhanakannya huruf-
huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf huruf tunggal atau
bersifat fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu di usahakan hanya
dilambangkan dengan satu huruf.
Tampak seperti contoh di bawah ini :
1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts
3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ
4. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ
5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au dan oi (disebut diftong) ditulis
berdasarkan pelafalannya yaitu ay, aw, dan oy.
Misalnya :
8
Satai satay
Harimau harimaw
Amboi amboy
Serta huruf j, seperti pada kata jang di ubah menjadi y sesuai dengan
ejaan Bahasa Indonesia.
4. Ejaan Melindo
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo merupakan
ejaan yang di susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet
Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh
Syed Nasir bin Ismail yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa
Melayu-Bahasa Indonesia. Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu
ejaan Melindo. Awalnya Ejaan Melindo dimaksudkan untuk
menyeragamkan ejaan yang digunakan di kedua negara tersebut. Namun
karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan
malaysia, ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan. Sebagai akibatnya
pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena
ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan
menggunakan sistem fonemis. Hal yang berbeda ialah dalam ejaan
Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta diganti dengan c
menjadi cinta; juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di
ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih baru.
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Ejaan Baru merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan
melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga
bahasa dan Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang
berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih di kenal
dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain:
9
1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
setiap fonem di lambangkan dengan satu huruf.
2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan
praktis seperti ke adaan percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai
kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
Perubahan yang terdapat dalam Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara
lain :
(1) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
Misalnya :
Remadja remaja
djalan jalan
(2) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c.
Misalnya :
Tjakap cakap
batja baca
(3) Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny.
Misalnya :
Sunji sunyi
Njala nyala
(4) Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy.
Misalnya :
Sjarat syarat
Sjair syair
(5) Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh.
Misalnya :
Tachta takhta
Ichlas ikhlas
(6) Huruf j di ubah menjadi y.
10
Misalnya :
Padjak pajak
Djatah jatah
(7) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan
hanya di tulis dengan e, tanpa penanda.
Misalnya :
Ségar segar
Copèt copet
(8) Huruf asing f, v, dan z di masukkan kedalam sistem ejaan
bahasa Indonesia karena huruf huruf itu banyak di gunakan.
Misalnya :
Fasih
Vakum
Zaman
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lazim yang disebut
EYD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh
Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian
yang diumumkan di dalam siding DPR itu diperkuat dengan Keputusan
Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman Umun
Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi
berlaku di seluruh Indonesia.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu pada dasarnya tidak
disusun secara tiba-tiba. Akan tetapi, bahan-bahanya telah dipersiapkan
dan dirintis sejak penyusunan konsep Ejaan Baru. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebenarnya merupakan kelanjutan
dari ejaan baru atau ejaan LBK.
11
Pedoman ejaan bahasa Indonesia disebut pedoman umum karena pedoman
itu pada dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum. Adapun
hal-hal lain yang sifatnya khusus, yang belum diatur didalam pedoman itu
dapat kita sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu.
Sementara itu, ejaan yang berlaku sekarang disebut Ejaan yang
Disempurnakan karena memang ejaan itu merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang pernah disusun sebelumnya
terutama Ejaan Republik yang dipadukan pula dengan konsep-konsep
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo dan Ejaan Baru.
Hal-hal baru yang terdapat di dalam EYD
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain dapat
diperhatikan dalam keterangan di bawah ini.
(1) Perubahan huruf
Ejaan Lama EYD
Dj djika, wadjar j jika, wajar
Tj tjakap, pertjaja c cakap, percaya
Nj njata, sunji ny nyata, sunyi
Sj sjarat, sjukur sy syarat, syukur
(2) Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing
diresmikan pemakaiannya.
Misalnya :
Khilaf
Fisik
Zakat
Universitas
(3) Huruf q dan x yang lazim di gunakan dalam bidang ilmu pengetahuan
tetap di gunakan , misalnya pada kata furqan dan xenon.
(4) Penulisan di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang merupakan
kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang
12
menyertainya, sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misal :
Awalan Kata Depan
di- di
dicuci di kantor
dibelikan di sekolah
dilatarbelakangi di belakang
(5) Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.angka
dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.
Misalnya :
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Bermain-main, bukan bermain2
Hal hal apa sajakah yang di atur dalam EYD
Yang di atur dalam EYD yaitu :
a. Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring
b. Penulisan kata.
c. Penulisan tanda baca.
d. Penulisan singkatan dan akronim.
e. Penulisan angka dan lambang bilangan.
f. Penulisan unsur serapan.
2.5 Kaidah kesalahan ejaan
1. Pelafalan
Salah satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara pengucapan
dalam bahasa Indonesia. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa
Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus
diucapkan atau dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal atau
ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Contoh:
13
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
Teknik tehnik teknik / t e k n i k /
Tegel tehel tegel / t e g e l /
Masalah atau kesalahan lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah
mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakaian bahasa
memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam
ejaan. Contohnya sebagai berikut:
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
TV / t i v i / / te ve /
MTQ / emtekyu / / em te ki /
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai pemakaian dan
pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hokum, lembaga, kota, sungai,
gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku,
kecuali ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud adalah
pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan
memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang
disempurnakan. Jadi, melafalkan nama orang dapat saja diucapkan tidak
sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau
nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama
tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak
14
sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut
dari para pakar yang bersangkutan. Contohnya sebagai berikut:
Tulisan Lafal yang benar
Coca cola / ko ka ko la /
HCl / Ha Se El /
2. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam
abjadnya, yaitu mulai dengan huruf “a” sampai dengan huruf “z”. beberapa
huruf diantaranya yaitu huruf “f”, “v”, “x”, dan “z”, merupakan huruf serapan
dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan
jangann diganti dengan huruf lain. Contoh:
Fitnah tidak boleh diganti dengan pitnah
Pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Vitamin tidak boleh diganti dengan pitamin
Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia,
harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf “q” dan “x”. Huruf “q” hanya
dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus
diganti dengan huruf “k”. demikian pula huruf “x” dapat dipakai untuk
lambang, seperti xenon, sinar X, X + Y. Huruf “x” apabila terdapat pada
15
tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan “ks”.
Contoh:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
Aquarium harus ditulis dengan akuarium
Quadrat harus ditulis dengan kuadrat
Huruf “k” selain untuk melambangkan bunyi “k”, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa
yang menggunakan tanda “ain” (‘) untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
Ta’lim harus ditulis dengan taklim
Ma’ruf harus ditulis dengan makruf
Da’wah harus ditulis dengan dakwah
Ma’mur harus ditulis dengan makmur
3. Pemisahan Suku Kata
Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal. Vokal
itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. Persukuan atau pemisahan
suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada
bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-
wenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan harus taat
pada kaidah yang berlaku. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan
pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan
baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan
16
pengetikan. Penulis harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang
diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
4. Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang
Disempurnakan (EYD), yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf capital
dan aturan penulisan huruf miring.
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
b) Huruf kapital dipakai sebagai uruf pertama petikan langsung.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
milik untuk Tuhan
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jubatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah.
17
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi (daerah).
j) Huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
k) Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang,
dan untuk yang terletak pada posisi awal.
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan.
o) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan.
p) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
b. Huruf Miring
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
18
b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atu
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
c) Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
5. Kata depan “di” dan awalan “di-“
Sampai sekarang masih banyak kesalahan yang dibuat orang dalam
menuliskan kata yang berlawanan di- atau berkata depan di. Dalam surat-surat
kabar dan majalah pun masih banyak kita temukan kesalahan, padahal mudah
sekali membedakan mana di yang harus dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya dan mana di yang harus diserangkaikan.
Awalan di- hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran –kan
atau –I maupun tanpa akhiran-akhiran itu.
Kata kerja yang berlawanan di- itu ialah semua kata yang menjadi jawaban
pertanyan diapakan dia, atau diapakan benda itu. Ini adalah salah satu cara
mengenal kata depan awalan di-. Cara yang kedua ialah bahwa kata-kata kerja
berawalan di- mempunyai bentuk awalan me-.
Dipukul lawannya memukul
Dipukulkan lawannya memukulkan
Dipukuli lawannya memukuli
Jadi, kalau kita ragu apakah di pada kata itu dirangkaikan, kita cobalah
membentuk lawan kata itu dengan cara di atas. Apabila ada lawan bentuknya
19
dengan awalan me-, pastilah di pada kata itu adalah awalan dan oleh karenanya
haruslah dirangkaikan.
Kata depan di memang harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
karena di jenis ini mempunyai kedudukan sebagai kata. Fungsinya mrnyatakan
‘tempat’. Cara mengenalnya mudah sekali. Semua kata yang menjadi jawaban
pertanyaan di mana pastilah kata yang mengandung kata depan di, karena itu
jawaban itu harus dituliskan dengan dua patah kata yang terpisah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata, termasuk
singkatan, akronim, angka, dan bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu juga
tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.
Fungsi ejaan antara lain :
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
2. Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan.
3. Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa
Indonesia.
Sedangkan perkembangan sejarah bahasa indonesia di bagi dalam beberapa periode
yaitu : Ejaan Van Ophuysen,Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Pembaharuan,
Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), dan Ejaan Yang
Disempurnakan.
20
3.2 Saran
Saran kami selaku penyusun makalah ini adalah agar pembaca lebih memperhatikan
ejaan kata per kata demi kesempurnaan dalam melakukan kegiatan menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim. 1990. Tanya Jawab EJAAN BAHASA INDONESIAUNTUK UMUM.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka CiptaNasucha, Yakub H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta : Media Perkasa.Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Cetakan ke-9. Yogyakarta : C.V.
Karyono.Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta : Rineka Cipta.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010.Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.https://www.academia.edu/11322732/Kesalahan_Ejaan_dan_Tanda_Baca_EYD_http://kbbi.web.id/
21