gagal ginjal kronis anak

download gagal ginjal kronis anak

of 19

Transcript of gagal ginjal kronis anak

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    1/19

    REFERAT

    GAGAL GINJAL KRONIK PADA ANAK

    Oleh:

    Leon Normantara G0005124 / F.29.11

    Fembriana Syarifah G0005011 / F.13.11

    Indira Kemalasari G0005014 / F.14.11

    Ryan Ibrahim G0005172 / F.34.11

    Firman Adi Prasetyo G0006082 / G.23.11

    Eko Setyo P G0005088 / G.14.11

    Aswin Mudjahid G0000053 / G.27.11

    Wiraditya Sandi G0007172 / G.7.11

    Ariesia Dewi Ciptorini G0007042 / G.13.11

    Pembimbing:

    dr. Syahrir Dullah, Sp. A

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    2011

    1

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    2/19

    PENDAHULUAN

    Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus

    (LFG) yang bersifat tidak reversibel, dan terbagi dalam beberapa stadium sesuai dengan

    jumlah nefron yang masih berfungsi, seperti tertera dalam tabel 1 dibawah ini.1 Gagal

    ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit/1.73m2 luas

    permukaan tubuh, oleh karena dibawah kadar fungsi ginjal tersebut gangguan asidosis

    metabolik dan hiperparatiroidisme sekunder telah tampak nyata, pertumbuhan mulai

    terganggu, dan progresivitas penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut. Terapi

    pengganti ginjal (TPG) baik dialisis maupun transplantasi tidak serta merta diperlukan

    sampai laju filtrasi glomerulus turun dibawah 10 ml/menit/1.73m2.Dengan dimulainya

    TPG berarti dimulailah onset dari gagal ginjal terminal (GGT). Gagal ginjal pra-terminal

    adalah stadium yang belum memerlukan TPG.2

    Perawatan anak dengan gagal ginjal haruslah merupakan perawatan yang

    berkesinambungan sejak dari stadium gagal ginjal pra-trermial, dimana mereka

    membutuhkan perawatan konservatif untuk mencegah gangguan metabolik,

    mengoptimalkan pertumbuhannya, dan mempertahankan fungsi ginjalnya selama

    mungkin, yang bahkan beberapa diantara mereka sampai memasuki masa dewasa. Anak-anak dengan GGT memerlukan perawatan yang lebih kompleks, sebaiknya ditangani

    dengan pendekatan secara tim. Tim tersebut selain terdiri dari penderita, orang tua

    penderita dan keluarganya, sebaiknya mengikutsertakan dokter spesialis ginjal anak,

    perawat yang telah mendapat latihan khusus dalam hal penyakit ginjal anak, ahli gizi

    yang berpengalaman dalam diet anak dengan penyakit ginjal, guru, pekerja sosial,

    psikolog anak dan atau psikiater anak.3

    Tabel 1. Stadium gagal ginjal Residual

    functional renal mass (%)

    GFR

    (ml/min/ 1.73m2)

    Mild renal

    insufficiency

    50-25 80-50 Asymptomatic

    Moderaterenal

    insufficiency

    25-15 50-30 Metabolic

    abnormalities,

    Impaired growth,

    Progressive renal

    Severe renal

    insufficiency

    15-5 30-10

    2

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    3/19

    failuireEnd-stage renal failure < 5

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    4/19

    dimana anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan,

    dengan perbandingan laki-laki : perempuan adalah 1.76:1. Esbjorner (1997) dari Swedia

    melaporkan insiden tahunan Gagal Ginjal Terminal sebesar 6.4 (4.4-9.5) per sejuta anak

    berusia 16 tahun pada periode tahun 1986-1994.

    Di Jepang, Hattori (2002) melaporkan pada tahun 1998, prevalensi Gagal Ginjal

    Terminal pada anak-anak yang berusia antara 0-19 tahun sebanyak 22 per sejuta populasi

    dari umur yang sama. Anak-anak yang berusia lebih tua mempunyai prevalensi yang

    lebih tinggi dibandingkan adik-adiknya.Penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal

    Terminal di Jepang adalah hipoplasia/displasia ginjal dan glomerulosklerosis fokal

    segmental. Insiden pasien baru Gagal Ginjal Terminal adalah 4 per sejuta populasi dari

    umur yang sama pada tahun 1998.5

    Angka kejadian GGK pada anak di Indonesia yang bersifat nasional belum ada.

    Pada penelitian di 7 rumah sakit Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Indonesia

    didapatkan 2% dari 2889 anak yang dirawat dengan penyakit ginjal (tahun 1984-1988)

    menderita GGK. Di RSCM Jakarta antara tahun 1991-1995 ditemukan GGK sebesar

    4.9% dari 668 anak penderita penyakit ginjal yang dirawat inap, dan 2.6% dari 865

    penderita penyakit ginjal yang berobat jalan. GGK pada anak umumnya disebabkan oleh

    karena penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal kongenital. Angka kejadian diRumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya selama 5 tahun (1988-1992) adalah

    0,07% dari seluruh penderita rawat tinggal di bangsal anak dibandingkan di RSCM

    Jakarta dalam periode 5 tahun (1984-1988) sebesar 0,17%.

    B. ETIOLOGI

    Gagal Ginjal Terminal disebabkan oleh berbagai hal, terutama kelainan

    kongenital, glomerulonefritis, penyakit multisistem, dan lain-lain. Kelainan kongenital,

    yang lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki pada usia lebih muda, menempati porsi

    terbanyak dari seluruh kelainan kongenital, berkisar antara 13.3-35%. Oleh karena itu

    50% penyebab GGT telah dapat ditentukan antenatal.2

    C. PATOFISIOLOGI

    Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun

    penyakit primernya telah diatasi atau telah menjadi tidak aktif.Hal ini menunjukkan

    adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang

    berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme

    4

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    5/19

    tersebut ialah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik

    yang disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang

    tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat,

    dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut

    menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.6

    Gambar 1.Siklus terjadinya gagal ginjal progresif.

    (Dikutip dari: Wassner SJ, Baum M (1999). Chronic Renal Failure.Physiology and Management.

    In: Barratt TM, Avner ED, Harmon WE, editors. Pediatric Nephrology, 4th edition. Baltimore:

    Lippincott Williams & Wilkins, pp. 1155-82)

    D. MANIFESTASI KLINIK

    Anak-anak dengan GGK datang ke dokter dengan berbagai keluhan, yang

    berhubungan dengan penyakit utamanya, atau sebagai konsekuensi akibat pnurunan

    fungsi ginjalnya.Awal GGK biasanya tanpa gejala, atau hanya menunjukkan keluhan-

    keluhan yang tidak khas seperti sakit kepala, lelah, letargi, nafsu makan menurun,

    muntah, gangguan pertumbuhan.Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai anak yang

    tampak pucat, lemah, hipertensi. Keadaan tersebut dapat berlangsung menahun, dan

    perburukan terus berlangsung secara tersembunyi, dimana gejala akan bermunculan

    setelah anak memasuki stadium gagal ginjal terminal.

    5

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    6/19

    Uremia adalah sindrom toksik yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang

    berat, yang disertai dengan gangguan fungsi tubulus dan fungsi endokrin ginjal.

    Gejala klinis GGK merupakan manifestasi dari:

    1. kegagalan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    2. menumpuknya toksin uremia yang merupakan metabolit toksik.

    3. gangguan fungsi hormon yaitu berkurangnya eritropoietin dan vitamin D3 (1,25

    dihidroksi vitamin D3).

    4. gangguan respon dari end organ terhadap hormon pertumbuhan.

    E. INVESTIGASI

    Kadang-kadang sulit membedakan apakah anak menderita GGA yang reversible,

    atau GGK.Oleh karena itu sebaiknya dikenal kriteria atau indikasi kapan seorang anak

    harus segera dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis (lihat

    Tabel 2.)

    Table 2. Indications for transfer to a specialist pediatric nephrology centre.

    Symptomatic electrolyte abnormalities

    Hyperkalemia: K+

    > 6 mmol/l

    Hypernatremia, hyponatremia

    Metabolic acidosis

    Hypocalcemia, hyperphosphatemia

    Severe hypertension

    Pulmonary edema

    Anuria/oligouria

    (Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in children.

    In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3rd edition. Oxford:

    Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

    Table 3. Specific investigations to elucidate the underlying cause of chronic renal failure.

    Renal tract ultrasound

    Micturating cystourethrogram

    Radio-isotope scans: DMSA, MAG3, or DTPA

    Antegrade pressure flow studies

    Intravenous urogram

    Urinalysis

    6

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    7/19

    Urine microscopy and culture

    C3, C4, antinuclear antibody, anti-DNA antibodies, anti-GBM antibodies, ANCA

    Renal biopsy

    White cell cystine level

    Oxalate excretion

    Purine excretion

    (Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

    children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3 rd edition.

    Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

    Table 4. Features suggestive of acute and chronic renal failure.

    Acute renal failure Chronic renal failure

    Previously healthy

    Normal or slightly enlarged kidneys on

    ultrasound

    Family history of renal disease

    Small/asymmetric kidneys, cystic kidneys,

    abnormal collecting systems, ureters, and bladder

    on ultrasoundMicroangiopathic hemolytic anemia,

    thrombocytopenia

    Normochromic, normocytic anemia

    End-organ effects of hypertension, e.g.

    retinopathy

    Poor growth

    Radiological evidence of rickets or secondary

    hyperparathyroidism

    (Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

    children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3 rd edition.

    Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

    Table 5. Investigations to assess the severity and duration of CRF

    Full blood count

    Biochemistry Blood electrolyte, urea, creatinine, calcium,

    phosphate, alkaline phosphatase, total protein,

    albumin, urate

    GFR Of less value in severe chronic renal failure

    Left hand and wrist X-ray For bone age and evidence of renal

    osteodystrophy

    Chest X-ray

    ECG or echocardiogram To asses left ventricular hypertrophy

    (Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

    children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3 rd edition.

    Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

    7

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    8/19

    F. TERAPI KONSERVATIF

    Tujuan terapi konservatif gagal ginjal pra-terminal, adalah:

    1. Anak merasa sehat, tidak ada keluhan atau rasa sakit yang disebabkan oleh

    uremia, seperti misalnya mual, muntah.

    2. Merasa normal, seperti teman-temannya, mempunyai cukup energi untuk

    berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan aktivitas sosial lainnya; sehingga dapat

    mencapai pertumbuhan motorik, sosial, dan intelektual yang optimal.

    3. Mempertahankan pertumbuhan fisik yang normal.

    4. Mempertahankan agar fungsi keluarga berjalan seperti biasanya.

    5. Memperlambat progresivitas penurunan LFG.6. Mempersiapkan anak dan keluarganya untuk menghadapi keadaan gagal ginjal

    terminal.

    Nutrisi

    Malnutrisi energi protein seringkali ditemukan pada anak-anak dengan

    GGK.Patogenesis terjadinya malnutrisi ini multifaktorial. Faktor-faktor tersebut, antara

    lain adalah anoreksia, diet protein yang rendah, proses katabolisme akibat uremia yang

    menyebabkan pemecahan protein otot dan inhibisi sintesis protein, sekresi kortisol dan

    hormon paratiroid yang meningkat, resistensi insulin, asidosis metabolik, dan toksin

    uremia lain. Pada pasien yang mendapat terapi dialisis, terjadi pembuangan asam amino,

    peptida dan protein melalui dialisis, dan proses katabolisme pada hemodialisis yang akan

    memperberat malnutrisinya.

    Bila nutrisi tidak diperhatikan, pasien gagal ginjal akan jatuh dalam keadaan

    malnutrisi, dan anak-anak akan mengalami gagal tumbuh. Terapi nutrisi, berperan dalam

    menghambat kecepatan penurunan fungsi ginjal dan akan dapat meningkatkan perasaan

    well-being serta pertumbuhan. 7

    Intake nutrisi yang direkomendasikan untuk anak-anak dengan GGK hendaklah

    memperhatikan hal-hal berikut:

    1. Asupan nutrisi sebaiknya dipantau melalui cara penilaian diet secara prospektif 3

    hari berturut-turut 2 kali setahun, dan lebih sering bila ada indikasi klinik.

    2. Anak-anak dengan GGK cenderung kehilangan nafsu makan dan seringkali

    mendapatkan intake dibawah kebutuhan yang dianjurkan. EAR adalah estimasi

    kebutuhan rata-rata energi, protein, vitamin, mineral. Kriteria ini dipakai untuk

    menggantikanRecommended Daily Allowance (RDA), yang didefinisikan sebagai

    8

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    9/19

    kecukupan kebutuhan nutrisi untuk anak sehat dengan jenis kelamin, tinggi badan

    dan umur yang sama. Asupan energi kurang dari 80% dari RDA telah terbukti

    berasosiasi dengan gagal tumbuh (Rizzoni 1984), yang dapat dipulihkan dengan

    meningkatkan energi menjadi 100% RDA.Asupan energi berlebih tidak

    memberikan manfaat, kecuali pada anak-anak dengan ratio berat terhadap tinggi

    badan yang rendah, yang membutuhkan asupan energi sampai 120% RDA. Untuk

    mencapai EAR yang sesuai umur dan energi, sebagian besar anak dengan GGK

    membutuhkan suplemen kalori dalam bentuk polimer glukosa atau emulsi lemak,

    dimana pada bayi dan anak-anak kecil, diperlukan nutrisi tambahan melalui pipa

    nasogastrik.8

    3. Untuk mencegah atau mengobati hiperparatiroidisme sekunder, kadar fosfat

    plasma harus dipertahankan antara mean dan -2SD untuk umurnya, dengan cara

    membatasi diet fosfat dan pemakaian kalsium karbonat sebagai pengikat fosfat.9

    Sumber fosfat terbanyak adalah susu, keju dan yoghurt.

    4. Pada binatang coba, diet rendah protein terbukti mampu menghambat laju

    penurunan fungsi ginjal. Pada anak-anak, yang kebutuhan proteinnya lebih tinggi

    untuk pertumbuhannya, restriksi protein ternyata tidak bermanfaat dalam

    menghambat laju penurunan fungsi ginjal,10

    dan bahkan akan mengakibatkan

    gagal tumbuh.11 Anak-anak dengan GGK sebaiknya memperoleh asupan protein

    minimum sesuai EAR for age (lihat tabel). Tetapi bila kadar urea darah anak

    tetap diatas 120 mg/dl, barulah dilakukan restriksi protein secara bertahap sampai

    kadar ureumny menurun. Restriksi protein tidak perlu diberlakukan bila protein

    telah mencapai 6% dari kebutuhan total kalori. Beberapa penelitian mengenai

    pemberian diet protein yang dicampur dengan asam amino essensial atau analog

    ketoasidnya menunjukkan perbaikan keadaan umum, perbaikan pertumbuhan dan

    fungsi ginjal, namun diet ini sangat kompleks, mahal, rasanya tidak enak, dan

    belum ada penelitian yang membuktikan bahwa diet ini lebih unggul dibanding

    kelompok kontrol dengan makanan yang kurang kompleks.6

    9

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    10/19

    Keseimbangan air dan elektrolit

    Penilaian secara klinik adanya dehidrasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan

    turgor kulit, kekeringan mukosa, tekanan darah, tekanan vena juguler, dan berat badan,

    yang harus selalu dilakukan pada setiap kunjungan. Anak dengan uropati obstruktif atau

    displasia ginjal umumnya cenderung menderita kekurangan garam natrium dan kalium,

    yang akan mengganggu pertumbuhannya. Suplemen natrium khlorida sebaiknya

    diberikan pada kasus-kasus tersebut dengan pemantauan ketat terhadap pertumbuhan,

    sembab, hipertensi, atau hipernatremia.Kebutuhan air disesuaikan dengan jumlah urine

    yang keluar.Anak-anak dengan penyakit ginjal primer yang menimbulkan hipertensi,

    dianjurkan untuk membatasi asupan natrium dan air.

    Sebagian besar anak dengan GGK mampu mempertahankan homeostasis

    kalium.Bila terjadi hiperkalemia, perlu dipikirkan apakah tidak ada obat2an seperti

    misalnya ACE inhibitors, katabolisme, atau asidosis metabolik, sebagai penyebabnya,

    sebelum membatasi asupan kalium atau memberikan kalium exchange resin.

    Keseimbangan asam basa

    10

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    11/19

    Metabolik asidosis yang menetap seringkali menyebabkan gagal tumbuh pada

    bayi dan menimbulkan demineralisasi tulang, serta hiperkalemia. Untuk mempertahankan

    keseimbangan asam basa perlu diberikan suplemen natrium bikarbonat dimulai dari dosis

    2 mmol/kg/hari, dengan pemantauan pH dan kadar bikarbonat pada analisis gas darahnya.

    Osteodistrofi Renal

    1. Kadar hormon paratiroid (PTH) meningkat dan kadar 1,25

    dihydroxycholecalciferol menurun, sejak mulai terjadinya insufisiensi ginjal

    ringan, yaitu pada LFG 50-80 ml/menit/1.73m2. Kadar fosfat plasma merupakan

    sebab utama terjadinya hiperparatiroidisme sekunder. Fosfat mengatur selparatiroid secara independen pada kadar calcium serum dan kadar 1,25-

    dihydroxycholecalciferol endogen. Oleh karenanya kontrol terhadap fosfat

    plasma adalah hal paling penting sebagai prevensi dan terapi hiperparatiroidisme

    sekunder, meskipun hal tersebut paling sulit dicapai dalam jangka panjang, oleh

    karena membutuhkan kepatuhan akan diet rendah fosfat yang ketat and

    pemberian pengikat fosfat untuk mengurangi absorbsinya. Diet rendah fosfat

    berarti membatasi intake susu sapi dan produknya. Bila kadar fosfat plasma tetap

    diatas harga rata-rata untuk umur, pengikat fosfat misalnya kalsium karbonat 100

    mg/kg/hari diberikan bersama makanan, dosis disesuaikan sampai kadar fosfat

    plasma berada antara harga rata-rata dan -2SD sesuai umurnya. Kalsium asetat,

    dan yang lebih baru, sevelamer (non-calcium/non-aluminium containing

    polymer) juga merupakan pengikat fosfat yang bermanfaat.

    2. Penurunan kadar fosfat plasma dapat meningkatkan kadar 1,25-

    dihydroxycholecalciferol endogen dan kalsium ion, yang mampu menormalkan

    kadar PTH. Namun, bila kadar PTH tetap tinggi dan kadar fosfat plasma normal,

    perlu ditambahkan vitamin D3 hidroksilasi.

    3. Tipe, dosis, frekuensi, dan rute pemberian vitamin D sebagai prevensi dan terapi

    osteodistrofi renal masih merupakan kontroversi. Dianjurkan pemberian dosis

    rendah 1,25-dihydroxycholecalciferol15-30 ng/kg/sekali sehari untuk anak-anak

    dengan berat kurang dari 20 kg, dan 250-500 ng sekali sehari untuk anak-anak

    yang lebih besar, untuk menaikkan kadar kalsium plasma sampai batas normal

    atas: bila kadar PTH telah normal, 1,25-dihydroxycholecalciferol dapat

    dihentikan sementara. Pemberian 1,25-dihydroxycholecalciferolsecara intravena

    lebih efektif untuk menurunkan kadar PTH, tetapi dapat menyebabkan adynamic

    11

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    12/19

    bone, oleh karena 1,25-dihydroxycholecalciferol pada dosis tinggi mempunyai

    efek antiproliferatif pada osteoblast.

    4. Kadar kalsium, fosfat, dan alkali fosfatase plasma hendaknya diperiksa setiap

    kunjungan. Kadar PTH diukur setiap bulan, atau setiap kunjungan bila anak

    melakukan kunjungan yang lebih jarang, dan terapi disesuaikan. Bila anak

    asimtomatik dan parameter biokimia normal, hanya perlu dilakukan pemeriksaan

    radiologi manus kiri dan pergelangan tangan setiap tahun untuk menilai usia

    tulang.

    HipertensiHipertensi dapat berasal dari penyakit ginjal primer, misalnya nefropati refluks,

    penyakit ginjal polikistik autosomal resesif, atau karena GGK yang telah lanjut, akibat

    retensi natrium dan air.Pengendalian tekanan darah pada GGK, bukan saja untuk

    mencegah morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi itu sendiri, melainkan juga untuk

    mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal. Bila tidak ada circulatory volume

    overload, sistolik dan diastolik dalam pemeriksaan berulang lebih dari 90 persentil untuk

    umur, perlu diberikan terapi antihipertensi untuk prevensi komplikasi hipertensi dan

    menghambat laju GGK. Bila ada tanda-tanda circulatory volume overloadsebagai

    penyebab hipertensi, diberikan diuretik dari golongan furosemide dengan dosis 1-3 mg/kg

    dan diet rendah garam \

    Infeksi

    Anak-anak dengan kelainan ginjal rentan mengalami infeksi saluran kemih

    berulang.Bila menderita refluks vesiko-ureterperlu diberikan antibiotik dosis rendah

    sebagai profilaksis.

    Anemia

    Anemia pada GGK adalah anemia normokromik normositer, karena produksi

    eritropoietin yang tidak adekuat.Eritropoietin rekombinan (rHuEPO) telah dipakai secara

    luas untuk mencegah anemia pada GGK. Disamping eritropoietin masih ada faktor lain

    yang dapat mempermudah terjadinya anemia antara lain menurunnya daya survival sel

    darah merah, inhibisi sumsum tulang terutama oleh PTH, kehilangan darah intestinal, dan

    paling sering defisiensi besi dan folat.

    12

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    13/19

    Sebagian besar anak-anak dengan pra-GGT dapat mempertahankan kadar

    hemoglobin tanpa bantuan terapi eritropoietin rekombinan, dengan cara pengaturan

    nutrisi yang baik, suplemen besi dan folat, dan bila diperlukan supresi hiperparatiroid

    sekunder dengan memakai pengikat fosfat yang tidak mengandung aluminium. Bila

    anemia tetap terjadi, dapat diberikan eritropoietin rekombinan dengan dosis 50 unit/kg

    secara subkutan dua kali seminggu, dosis dapat dinaikkan sesuai respon agar mencapai

    target hemoglobin 10-12 g/dl.Kadar ferritin serum dipertahankan diatas 100 mcg/l agar

    tercapai suplemen besi yang adekuat.Anak-anak dengan pra-GGT biasanya mendapatkan

    suplemen besi peroral, sedangkan mereka yang telah dilakukan dialisis biasanya

    memerlukan suplemen besi secara intra-vena.

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan merupakan indikator yang paing sensitif untuk terapi GGK yang

    adekuat. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, status pubertal, volume

    testes, dan lingkar lengan atas sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin, sehingga

    akan dapat dideteksi secara dini setiap gangguan kecepatan pertumbuhan. Faktor-faktor

    yang menyebabkan gangguan pertumbuhan adalah multifaktorial, seperti tercantum

    dalam tabel dibawah ini.

    Pola pertumbuhan masing-masing anak dengan GGK dipengaruhi oleh umur

    anak, umur saat onset GGK dan terapi yang diberikan.Pada anak normal, kecepatan

    13

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    14/19

    pertumbuhan maksimal selama tahun pertama kehidupan, pertumbuhan kemudian

    melambat selama masa anak-anak, dan meningkat lagi dengan pubertal growth spurt.

    Pertumbuhan yang tidak optimal pada salah satu atau kedua periode kritis tersebut akan

    mengakibatkan berkurangnya tinggi badan akhir.

    Anak-anak pra-pubertas dengan GGK yang tumbuh dibawah persentil ke-3

    untuk umurnya akan menunjukkan respon yang baik terhadap hormon pertumbuhan

    rekombinan dengan dosis supra-fisiologik.

    Mempertahankan fungsi ginjal

    Pada sebagian besar anak dengan GGK, fungsi ginjalnya akan terus menurunsecara progresif, meskipun penyakit ginjal primernya telah tidak aktif. Progresifitas GGK

    berkaitan dengan kelainan histologinya yaitu glomerulosklerosis progresif, fibrosis

    interstitial, dan sklerosis vaskuler atau arterioler.

    Untuk mempertahankan fungsi ginjal yang berada pada suatu fase tertentu, dapat

    dilakukan dengan cara-cara: pengendalian hipertensi, menghilangkan proteinuria,

    mencegah terjadinya hiperparatiroidisme sekunder, dan diet protein yang cukup.

    Berbagai penelitian baik invivo maupun invitro membuktikan bahwa lipid

    mempunyai peran penting dalam progresivitas penyakit ginjal kronik. Gangguan

    metabolisme lipid sering ditemukan pada GGK sehingga menimbulkan keadaan

    hiperlipoproteinemia, kadar HDL menurun, LDL meningkat, dan VLDL kholesterol

    sangat menurun, disertai hipertrigliseridemia, dan gangguan apolipoprotein. Hal ini

    disebabkan karena terjadinya gangguan klirens lipoprotein LDL, dan menurunnya

    aktivitas lipolitik yang sebagian disebabkan oleh hiperparatiroidisme sekunder dan

    resistensi insulin. Selain dengan manipulasi diet, beberapa penelitian juga membuktikan

    manfaat penggunaan zat untuk menurunkan kadar lipid darah terhadap perbaikan LFG

    dan aliran plasma ginjal.

    Edukasi dan persiapan

    Masa terapi konservatif GGK, merupakan saat terbaik untuk melaksanakan

    program edukasi bagi pasien dan keluarganya, untuk menjelaskan tentang apa yang

    sebenarnya terjadi sehingga mereka dan keluarganya akan ikut secara aktif dalam

    program pengobatan tersebut. Masa tersebut juga dapat digunakan untuk mempersiapkan

    mereka menghadapi stadium gagal ginjal terminal.

    14

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    15/19

    Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum anak masuk dalam stadium GGT:

    1. Anak harus telah mendapatkan imunisasi lengkap sebelum dilakukan

    transplantasi, setidak-tidaknya 3 bulan sebelum dimulainya TPG.

    2. Anak-anak dengan GGK yang mengalami disfungsi buli-buli, misalnya buli-buli

    neurogenik, atau katup uretra posterior harus diatasi terlebih dahulu sebelum

    transplantasi dilakukan.

    3. Anak-anak yang membutuhkan dialisis sebelum transplantasi, tetapi tidak sesuai

    untuk dialisis peritoneal, hendaknya dibuatkan fistula arteri-vena untuk akses

    hemodialisis.

    G. TERAPI PENGGANTI GINJAL

    Tujuan terapi Gagal Ginjal Terminal pada anak-anak tidak hanya untuk

    memperpanjang hidup anak, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup secara

    keseluruhan, dengan tujuan utama adalah kehidupan masa dewasa yang lebih baik.

    Transplantasi ginjal yang berhasil merupakan terapi pilihan untuk semua anak

    dengan gagal ginjal terminal.Transplantasi ginjal dapat dilakukan dengan donor ginjal

    yang berasal dari keluarga hidup atau jenazah.

    Dialisis merupakan pelengkap dari transplantasi yang diperlukan pada saatsebelum atau antara transplantasi, dan bukanlah merupakan pilihan alternatif dari

    transplantasi.Ada 2 pilihan dasar yaitu hemodialisis atau dialisis peritoneal. Tetapi pilihan

    tidak selalu dapat dilakukan, bila misalnya terdapat kesulitan untuk memperoleh akses

    fistula A-V, maka pilihan hanyalah dialisis peritoneal, atau misalnya adanya adhesi intra-

    abdominal, maka dialisis peritoneal tidak bisa dipilih, kecuali hemodialisis.

    Seorang anak dipersiapkan untuk dilakukan transplantasi apabila laju filtrasi

    glomerulus telah menurun sampai 10 ml/menit/1.73m2.Secara ideal sebenarnya adalah

    melakukan transplantasi sebelum timbul gejala-gejala akibat gagal ginjal kronik dan

    sebelum dialisis dibutuhkan. Tetapi hal tersebut jarang bisa dilakukan karena masa

    tunggu untuk mendapatkan donor yang cocok tidak bisa dipastikan, masalah-masalah

    medis yang tidak memungkinkan anak segera menjalani transplantasi, atau yang paling

    sering adalah memberikan waktu yang cukup untuk pasien dan keluarganya guna

    mempersiapkan dan menyesuaikan diri menghadapi situasi yang baru.

    Indikasi untuk memulai dialisis adalah:

    1. timbulnya gejala sindrom uremia berupa letargi, anoreksia, atau muntah yang

    mengganggu aktivitas sehari-harinya.

    15

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    16/19

    2. gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam jiwa,

    misalnya hiperkalemia yang tidak respon terhadap pengobatan konservatif.

    3. gejala kelebihan cairan yang tidak dapat diatasi dengan terapi diuretik.

    4. terjadi gagal tumbuh yang menetap meskipun telah dilakukan terapi konservatif

    yang adekuat.

    DIALISIS

    Keuntungan dan kerugian dialisis peritoneal dan hemodialisis dapat dilihat pada

    tabel di bawah ini.Di Inggeris, Amerika Serikat, dan banyak negara-negara lain, dialisis

    peritoneal lebih banyak dilakukan pada anak-anak.Hemodialisis adalah suatu teknik untuk memindahkan atau membersihkan solut

    dengan berat molekul kecil dari darah secara difusi melalui membran

    semipermeabel.Hemodialisis membutuhkan akses sirkulasi, yang paling baik adalah

    pembuatanfistula A-Vpada vasa radial atau brachial dari lengan yang tidak dominan.

    Pada dialisis peritoneal, membran peritoneal berfungsi sebagai membran semi-

    permeabel untuk melakukan pertukaran dengan solute antara darah dan cairan

    dialisat.Untuk memasukkan cairan dialisat kedalam rongga peritoneum perlu dipasang

    kateter peritoneal dari Tenckhoff. Ada 2 cara pelaksanaan dialisis peritoneal, yaitu:

    1. Automated Peritoneal Dialysis (APD), dimana dialisis dilakukan malam hari

    dengan mesin dialisis peritoneal, sehingga pada siang hari pasien bebas dari

    dialisis.

    2. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dialisis berlangsung 24 jam

    sehari dengan rata-rata pertukuran cairan dialisat setiap 6 jam sekali.

    Meskipun hemodialisis dan dialisis peritoneal merupakan TPG yang efektif,

    angka mortalitas dialisis lebih tinggi daripada transplantasi untuk semua kelompok umur.2

    16

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    17/19

    TRANSPLANTASI

    Merupakan terapi terbaik bagi anak-anak dengan gagal ginjal terminal oleh

    karena akan memberikan rehabiltasi terbaik untuk hidup yang sangat mendekati wajar.4

    Transplantasi dilakukan dengan ginjal jenazah atau ginjal yang berasal dari keluarga

    hidup yang berusia relatif lebih tua, biasanya dari orang tuanya.

    Di Eropah pada tahun 1984-1993 hampir 21% anak yang berusia kurang dari

    21 tahun mendapat ginjal dari donor hidup,12 sedangkan di Amerika Utara donor

    hidup mencapai 50% dari seluruh donor yang diterima anak-anak yang berusia

    kurang dari 21 tahun pada tahun 1987-2000.

    H. PROGNOSIS

    Angka kelangsungan hidup anak-anak dengan gagal ginjal kronik saat ini

    semakin baik. Dari 1070 anak yang berumur kurang dari 18 tahun saat menerima ginjal

    donor jenazah di Inggeris dan Irandia dalam periode 10 tahun (1986-1995): 91 (9%)

    meninggal dengan penyebab kematian: 19% oleh karena infeksi, 4.5% lymphoid

    malignant disease, 4.5% uremia karena graft failure.13 Sedangkan data dari Amerika Utara

    melaporkan angka kelangsungan hidup 5 tahun setelah transplantasi donor hidup berkisar

    antara 80.8% pada anak-anak yang berusia kurang dari 1 tahun saat ditransplantasi,

    sampai 97.4% pada anak-anak yang berusia antara 6-10 tahun.14

    Sebagai penutup ingin kami tekankan bahwa terapi GGK adalah seumur hidup,

    meskipun telah dilakukan transpantasi ginjal. Tetapi masa depan mereka tidaklah seburuk

    17

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    18/19

    seperti yang dibayangkan, banyak diantara mereka sekarang telah berhasil dalam profesi

    dan kehidupan keluarga.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaufman JM, DiMeola HJ, Siegel NJ, Lytton B, Kasgharian M, Hayslett JP (1974).Compensatory

    adaptation of structure and function following progressive renal ablation. Kidney Int 6: 10-7.2. Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in children. In: Webb

    NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology.3rd edition. Oxford: Oxford

    University Press Inc., pp. 427-45.

    3. Trihono PP (1998). Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik pada Anak. In: Rauf S, Albar H, Adoe TH,

    Hasanuddin A, editors. Naskah Lengkap Simposium Nasional Nefrologi Anak VII dan Pertemuan

    Ilmiah Berkala Ilmu Kesehatan Anak VIII Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ujung

    Pandang: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sulawesi Selatan, pp 135-50.

    4. Fine RN (1985). Renal transplantation for children the only realistic choice. Kidney Int 1: 15-7.

    5. Hattori, S., K. Yosioka, et al. (2002). "The 1998 report of the Japanese National Registry data on

    pediatric end-stage renal disease patients. Pediatr Nephrol 17(6): 456-61.

    18

  • 7/30/2019 gagal ginjal kronis anak

    19/19

    6. Wassner SJ, Baum M (1999). Chronic Renal Failure.Physiology and Management. In: Barratt TM,

    Avner ED, Harmon WE, editors. Pediatric Nephrology, 4th edition. Baltimore: Lippincott Williams

    & Wilkins, pp. 1155-82

    7. Shaw V (1999). Nutritional management of renal disease. Paediatric Nursing 11(4):37-42.

    8. Kari JA, Gonzales C, Ledermann SE, Shaw V, Rees L (2000). Outcome and growth of infants with

    severe chronic renal failure. Kidney Int 57: 1681-7.

    9. Rigden SPA (1996). The treatment of renal osteodystrophy. Pediatr Nephrol 10:653-5.

    10. Wingen AM, Fabian-Bach C, Schaefer F, Mehls O, the European Study Group for Nutritional

    Treatment of Chronic Renal Failure in Childhood (1997). Randomised multicenter study of a low

    protein diet on the progression of chronic renal failure in children. Lancet 349: 1117-23.

    11. Uauy RD, Hogg RJ, Brewer ED, Reisch JS, Cunningham C, Holliday MA (1994). Dietary protein

    and growth in infants with chronic renal insufficiency: a report from the Southwest Pediatric

    Nephrology Study Group and the University of California, San Francisco. Pediatr Nephrol 8: 45-50.

    12. Suthanthiran M, Strom TB (1997). Immunoregulatory drugs: machanistic basis for use in organ

    transplantation. Pediatr Nephrol 11: 651-7.

    13. Johnson R, Belger M, Postlethwaite RJ, Rigde SPA, Verrier-Jones K for UKTSSA, Bristol and the

    British Association for Paediatric Nephrology (1998). UKTSSA Paediatric Task Force report on

    factors affecting paediatric transplant survival. Pediatr Nephrol 12: C61.

    14. U.S. Scientific Registry for Transplant Recipients and the Organ Procurement and Transplant

    Network (1997). The 1997 Annual Report of the U.S. Scientific Registry for Transplant Recipients

    and the Organ Procurement and Transplant Network: 1998-1996 UNOS and DHSS, 101-94.

    19