Gabungan Bab 1 Dan 2 Sp Infeksi Edit Paling Fix
-
Upload
erika-suciari -
Category
Documents
-
view
242 -
download
2
description
Transcript of Gabungan Bab 1 Dan 2 Sp Infeksi Edit Paling Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enterovirus 71 (EV71) adalah suatu virus RNA rantai tunggal dari genus
Enterovirus spesies A. EV71 merupakan salah satu penyebab Hand Foot and
Mouth Disease (HFMD). HFMD sering muncul di negara-negara Asia Tenggara.
Infeksi EV71 ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan
lendir dari hidung dan tenggorokan, ludah, cairan dari luka melepuh, atau kotoran
dari orang yang terinfeksi. Penyakit ini menular selama fase akut dan dapat
bertahan lebih lama selama virus dapat menetap hingga beberapa minggu. Masa
inkubasi berkisar antara tiga sampai tujuh hari.1,2
EV71 pertama kali muncul di California, Amerika Serikat, pada tahun 1960 dan
menyebabkan kasus sporadis atau outbreak Hand Foot and Mouth Disease
(HFMD) dan juga penyakit saraf. Anak-anak adalah target utama dan dapat
menjadi reservoir, tetapi orang dewasa juga bisa terinfeksi HFMD. Beberapa
tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV71 lebih banyak
ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997), Taiwan (1998) dan
Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun 2000, 2005
dan 2007 serta Cina pada tahun 2008. Epidemi terbesar terjadi pada tahun 1998 di
Taiwan yang menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan menyebabkan 78
kematian. Selama outbreak, ribuan anak-anak yang terinfeksi dapat menularkan
HFMD. Penyakit ini sebagian besar bersifat ringan dan dapat segera sembuh,
namun dapat juga menyebabkan komplikasi neurologis yang sistemik dan
berakibat fatal.3,4,5
Gejala HFMD ditandai dengan demam, luka di mulut dan bercak-bercak merah
pada kulit yang melepuh. HFMD biasanya diawali dengan demam, berkurangnya
nafsu makan, rasa tidak enak pada badan dan radang tenggorokan. Satu atau dua
hari kemudian muncul luka pada mulut. Luka-luka tersebut ditandai dengan
bercak-bercak merah yang melepuh yang kemudian sering menjadi bernanah.
1
Luka-luka tersebut biasanya terdapat pada lidah, gusi dan di bagian dalam pipi.
Pada kulit muncul bintik - bintik merah atau timbul bercak-bercak berwarna
kemerahan akan tetapi tidak gatal. Bercak-bercak merah dikulit tersebut biasanya
ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Bisa terjadi infeksi Asimtomatik
(pembawa penyakit atau terinfeksi tetapi tidak mengalami gejala gejala ). EV71
jarang bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, namun dapat berpotensi
menimbulkan Encephalitis, kelumpuhan seperti Poliomyelitis dan
Myocarditis.1,2,3,4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain:
1. Bagaimana manifestasi klinis dari HFMD?
2. Bagaimana diagnosis mikrobiologi HFMD?
3. Bagaimana manajemen HFMD?
1.3 Tujuan
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari HFMD.
2. Untuk mengetahui diagnosis mikrobiologi HFMD.
3. Untuk mengetahui manajemen HFMD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANIFESTASI KLINIS
Penyakit tangan kaki dan mulut atau Hand-foot-mouth disease (HFMD)
merupakan kondisi umum yang akut dan sering terjadi pada masa kanak-kanak.
Pada umumnya penyebab tersering HFMD adalah virus coxsackie A16 (CAV 16)
dan enterovirus 71 (EV 71). Infeksi EV 71 menyebabkan HFMD, sebuah
eksantema umum pada anak-anak yang ditandai dengan demam ruam pada
telapak tangan dan bagian kaki bawah, dan ulcers di rongga mulut. Pasien dengan
HFMD mengalami perjalanan penyakit yang ringan namun, pada beberapa pasien,
penyakit ini dapat berkembang hingga menimbulkan komplikasi saraf yang parah
sebagai akibat dari EV 71. HFMD biasanya mempengaruhi anak-anak berusia 10
tahun ke bawah, namun dapat pula dialami oleh remaja maupun dewasa.4,6
Gejala awal HFMD meliputi adanya demam dengan suhu 40◦C (104 F) yang
sering dialami oleh anak-anak. Gejala lain pada anak dapat berupa sakit kepala,
kehilangan nafsu makan, sakit tenggorokan yang sering menyakitkan.7
Enterovirus 71 juga dapat menyebabkan muntah pada beberapa pasien.8
Setelah hari pertama atau kedua infeksi muncul luka di mulut berupa bintik-bintik
merah, vesikula dan ulcer. Bintik-bintik merah di atas tenggorokan, amandel,
mulut dan lidah yang menyakitkan sering menyebabkan anak kesulitan saat
menelan. Pada beberapa anak-anak muda, dapat mengalami dehidrasi jika mereka
tidak mampu menelan cairan yang cukup karena luka mulut yang menyakitkan.7,8
Secara umum manifestasi klinis dari HFMD dapat dibedakan menjadi manifestasi
mukokutan, manifestasi neurologis dan sistemik yang dapat dijelaskan secara rinci
berikut dibawah ini:3,6,9
3
2.1.1 Manifestasi klinis mukokutan
a) Luka oral terdiri dari vesikula, ulcers pada mukosa bukal, lidah,
uvula, langit-langit dan gusi. Satu hingga dua hari setelah onset
demam, luka yang menyakitkan biasanya berkembang di mulut, lalu
mulai muncul bintik-bintik merah kecil yang melepuh dan kemudian
sering menjadi borok. Luka biasanya terletak di gusi, lidah dan
bagian dalam pipi. 3,6,9
b) Ruam kulit yang tidak gatal berkembang selama satu hingga dua
hari. Ruam mememilikki bintik-bintik merah datar atau timbul,
kadang-kadang dengan luka lecet. Ruam terdiri dari lesi
papulovesikular di telapak tangan, jari-jari dan telapak kaki yang
umumnya bertahan selama tujuh sampai 10 hari serta lesi
makulopapular pada bagian pantat. Ruam juga dapat muncul pada
daerah genitalia. 3,6,9
Gambar 2.1.1 Lesi Mukokutan HFMD4
(A)Ulcers pada lidah ; (B) Ulcers pada bibir ; (C) Ulcers pada
pergelangan tangan ; (D) Ulcers pada telapak kaki
4
Gambar 2.1.2 Lesi Mukokutan HFMD10
(A)Ulcers pada langit-langit mulut ; (B) lesi makulopapular pada pantat ;
(C) Ulcers pada telapak tangan
Orang yang terinfeksi HFMD oleh virus EV 71 bisa saja tidak memunculkan
semua gejala penyakit, namun luka di mulut maupun ruam kulit sering menyertai
manifestasi mukokutan.
2.1.2 Manifestasi klinis neurologis
Manifestasi neurologis dari infeksi EV71 melibatkan ensefalitis batang
otak, acute flaccid paralysis, meningitis, myelitis transverse, sindrom
Guillain-Barre dan cerebellar ataxia. Ensefalitis batang otak yang
disebabkan oleh EV71 menimbulkan manifestasi berupa tremor, sentakan
mioklonik, ataxia, kelemahan anggota tubuh dan kelumpuhan saraf
kranial. Pada beberapa kasus berat karena edema paru, pendarahan paru,
pneumonitis interstitial dapat disertai oleh collapse cardiopulmonary,
shock, dan koma.10,11
Ensefalitis Batang otak dengan asosiasi edema paru telah menjadi ciri
khas dari infeksi EV71 SSP di Asia sejak 1990. Penjelasan sindrom
klinis ini dikarakteristikkan dengan prodromal HFMD yang disertai
dengan penurunan mendadak yang biasanya terjadi setelah demam 3-5
hari. Penyakit HFMD kemudian akan berkembang akut pada anak-anak
lalu dengan cepat timbul kegagalan kardiorespirasi. Kegagalan 5
A
C
B
kardiorespirasi dapat muncul sebagai shock, edema paru atau
pendarahan. Apabila pada anak-anak tidak segera dilakukan perawatan
intensif maka sebagian besar mereka akan meninggal sebelum mencapai
rumah sakit atau dalam waktu 24 jam.10,11
Pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan
gambaran berupa lesi intensitas tinggi di batang otak. Pada daerah yang
terinfeksi bahkan dapat berkembang menjadi kavitasi. Acute flaccid
paralysis EV71 dapat disertai ensefalitis atau meningitis. Kelumpuhan
sering asimetris, meskipun pada beberapa kasus muncul simetris.10,11
2.2 DIAGNOSIS VIROLOGI
Diagnosis laboratorium EV71 dapat dilakukan melalui isolasi virus atau deteksi
molekul asam nukleat virus dalam spesimen klinis yang sesuai. Pendekatan ini
penting untuk membedakan EV71 dari enterovirus lain, seperti coxsackievirus
tipe A 16.3,4
Pemilihan Sampel
Sampel untuk penelitian laboratorium harus dipilih sesuai dengan manifestasi
penyakit. Sampel tersebut meliputi hapusan tenggorokan, dubur, ulcer swabs, dan
sampel serum, urin, CSF, dan cairan dari vesikel. Secara khusus, deteksi virus
dalam sampel dari tempat steril, seperti cairan vesikel, CSF, serum, urin, atau
sampel yang dikumpulkan saat otopsi, lebih dipercaya dibanding sampel dari
tempat yang tidak steril, seperti hapusan tenggorokan atau rektum, di mana
kehadiran virus hanya bisa menunjukkan coincidental carriage. Sebuah studi di
Taiwan menunjukkan bahwa EV71 dapat dideteksi di tenggorokan hingga 2
minggu setelah sembuh dari HFMD. Feses dapat dideteksi sampai 11 minggu
setelah sembuh. Apabila terdapat cairan vesikel, cairan tersebut lebih efektif
namun metode pengambilan harus tetap diperhatikan.3,4
Isolasi Virus, Serotipe dan Deteksi Asam Nukleat
6
Gold standard untuk diagnosis infeksi enterovirus adalah isolasi virus. Beberapa
cell lines manusia dan non-human primate cell lines dapat digunakan, termasuk
rhabdomyosarcoma, yang paling efisien, sel-sel fibroblast paru-paru manusia, sel-
sel ginjal monyet hijau Afrika. Dalam sel rhabdomyosarcoma, karakteristik efek
sitopatik biasanya dapat diamati 7-10 hari setelah inokulasi.3,4
Setelah efek sitopatik diamati, virus ini diidentifikasi dengan tes netralisasi dalam
intersecting pools antisera tipe spesifik, antisera spesifik EV71, atau
menggunakan indirect imunofluoresensi assay (IF) dengan antibodi monoklonal
spesifik EV71. Uji serotipe molekuler telah dikembangkan dengan amplifikasi
bagian gen VP1 dari virus yang telah dikultur menggunaan PCR dan primer
spesifik EV71 pan-enterovirus, dan produk sequencing. Beberapa kelompok
primer diarahkan pada region yang berbeda dari gen VP1 pada EV71 yang telah
dikembangkan. Primer spesifik EV71 dapat digunakan untuk melakukan PCR
langsung pada sampel klinis. Keuntungan dari metode ini adalah lebih cepat
dibandingkan kultur virus.3,4
Serologi
Diagnosis serologis infeksi virus akut klasik tergantung pada peningkatan empat
kali lipat yang ditampilkan dalam konsentrasi antibodi penetral spesifik antara
fase akut dan sembuh. Dalam kasus EV71, konsentrasi antibodi penetral spesifik
yang sangat tinggi sering terdeteksi dalam beberapa hari pertama sakit. Selain itu,
meskipun antibodi homolog dihasilkan ketika anak-anak menghadapi infeksi
enterovirus pertama mereka, reaksi silang heterolog antibodi IgG dan IgM
dihasilkan oleh anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa diikuti infeksi
berulang dengan serotipe entorovirus yang berbeda. Kelemahan uji serologi ini
yaitu tidak efektif digunakan seiring dengan meningkatnya usia, oleh karena itu
uji cepat IgM ELISA untuk EV71 dapat dikembangkan untuk mengatasi
kerterbatasan uji serologi.3,4
2.3 MANAJEMEN HAND FOOT AND MOUTH DISEASE (HFMD)
7
Manajemen pasien HFMD antara lain:1,2,3
1. Sebagian besar kasus HFMD atau infeksi EV71 bersifat ringan dan tidak
memerlukan rawat inap.
2. Kasus HFMD dengan gejala yang parah memerlukan pertimbangan rawat
inap untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
Tanda atau gejala yang perlu diperhatikan antara lain:
Anak-anak (<3 tahun) dengan demam tinggi (> 39 ° C) yang persisten
(> 3 hari)
Tanda-tanda atau gejala komplikasi neurologis atau jantung seperti lekas
marah, insomnia, serangan panik, distensi abdomen, muntah berulang,
fotofobia, sentakan mioklonik, halusinasi, sesak napas, berkeringat dingin,
sirkulasi perifer yang buruk, takikardia (> 160 / min), kelemahan anggota
gerak, gangguan mata terkonjugasi.
Pasien dengan tanda atau gejala di atas harus menjalani rawat inap.
3. Pasien rawat inap
Memberikan terapi suportif merupakan tindakan utama dalam manajemen
pasien HFMD karena antivirus spesifik tidak tersedia. Terapi suportif yang
dapat diberikan antara lain:
Pastikan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi;
Cairan dingin umumnya lebih disarankan.
Zat pedas atau asam dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Hidrasi intravena mungkin diperlukan jika pasien mengalami
dehidrasi sedang atau berat atau jika terdapat ketidaknyamanan
dalam pemberian asupan oral.
Demam dapat diobati dengan antipiretik.
Nyeri dapat diobati dengan dosis standar acetaminophen atau
ibuprofen.
Analgesik langsung juga dapat diterapkan pada rongga mulut
melalui obat kumur atau semprotan.
Intravenous immunoglobulin (IVIG) dan milrinone telah
menunjukkan beberapa keberhasilan dalam beberapa laporan.
8
Penelitian terbaru telah menghasilkan beberapa laporan yang
menjanjikan dan terapi yang menargetkan aksi dari
mekanisme virus tertentu. Hal ini termasuk umpan molekul,
reseptor antagonis, uncoating dan inhibitor translation,
inhibitor pengolahan poliprotein, dan inhibitor replikasi.
Pleconaril merupakan inhibitor uncoating yang memberikan
respon pada infeksi EV71.
Amantadine dan quinacrine (keduanya merupakan inhibitor
translasi) dan ribavirin (sebuah inhibitor replikasi) juga sedang
diselidiki sebagai pilihan pengobatan HFMD. Studi in-vitro
dan in-vivo menunjukkan bahwa baik ribavirin maupun
interferon dapat berguna dalam pengobatan HFMD.
Deteksi dini tanda-tanda keterlibatan SSP (terutama batang otak) adalah
penting.
Pasien harus dipantau secara teratur untuk dekompensasi
cardiopulmonary (HR, RR, BP, SaO2)
Pemantauan dan penilaian keseimbangan cairan dan fungsi ventrikel
kiri merupakan hal yang penting.
Bila kondisi memburuk, intubasi dini harus dilakukan karena dapat
menimbulkan edema paru secara cepat. Faktor risiko edema paru adalah
hiperglikemia, leukositosis, dan kelemahan alat gerak.
Mempertimbangkan kegagalan ventrikel kiri dan melakukan
ekokardiogram awal jika pasien gagal untuk merespon resusitasi cairan.
Berdasarkan Guideline WHO, algoritma manajemen HFMD dapat dilihat pada
gambar 3.3
9
10
Gambar 3. Algoritma Manajemen HFMD berdasarkan WHO3
SIMPULAN
11