FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN...

21
1 FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN KEBERLANJUTAN USAHA PETANI DAN UMKM PERDESAAN DI JAWA BARAT Oleh Tuti Karyani 1) , Maman H Karmana 2 ), Burhan Arief 3) , Ronnie Natwidjaja 4) Abstrak Saat ini banyak lembaga keuangan yang mulai melirik sektor perdesaan sebagai akibat terjadinya krisis ekonomi di AS maupun Eropa, karena faktanya sektor usaha skala besar dan non riil mendorong terjadinya kebangkrutan ekonomi. Namun demikian, hal ini tidak serta merta sudah tidak ada lagi masalah dengan permodalan di perdesaan utamanya pertanian. Oleh karena itu maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana fungsi intermediasi lembaga keuangan di perdesaan saat ini, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja dan keberlanjutan usaha nasabah petani dan UMKM. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan objek BRI Unit, BPR dan Koperasi sebagai lembaga keuangan pelopor di perdesaan. Jumlah sampel 225 orang yang dipilih melalui teknik multi stage cluster random sampling, dengan analisis statistik yang digunakan ialah Structural Equation Modelling (SEM) Hasilnya menunjukkan bahwa fungsi intermediasi bervariasi berdasarkan kelompok lembaga keuangan. Fungsi intermediasi BRI Unit paling baik dengan adanya agen “Mantri” yang memperlancar proses dalam intermediasi, sebaliknya fungsi intermediasi pada koperasi paling buruk, terutama pada koperasi petani padi. Untuk koperasi perikanan dan peternakan yang terakait dengan input faktor dan pemasaran produk relatif lebih baik. Analisis SEM menunjukkan bahwa fungsi intermediasi yang diproksi dari kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha dan keberlanjutan usaha. Kata Kunci: fungsi intermediasi, mantri, kinerja usaha dan keberlanjutan usaha I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada sektor keuangan di eropa disinyalir akan memberikan efek domino bagi negara-negara eropa lainnya, bahkan ke negara- negara di Asia. Krisis ini dipicu karena kegiatan perekonomian sebagian besar didanai dari hutang yang digunakan untuk kegiatan usaha skala besar dan sektor 1-4) Dosen Universitas Padjadjaran

Transcript of FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN...

Page 1: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

1

FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN

KEBERLANJUTAN USAHA PETANI DAN UMKM PERDESAAN DI JAWA

BARAT

Oleh Tuti Karyani1)

, Maman H Karmana 2), Burhan Arief

3), Ronnie Natwidjaja

4)

Abstrak

Saat ini banyak lembaga keuangan yang mulai melirik sektor perdesaan

sebagai akibat terjadinya krisis ekonomi di AS maupun Eropa, karena faktanya

sektor usaha skala besar dan non riil mendorong terjadinya kebangkrutan

ekonomi. Namun demikian, hal ini tidak serta merta sudah tidak ada lagi masalah

dengan permodalan di perdesaan utamanya pertanian. Oleh karena itu maka

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana fungsi intermediasi

lembaga keuangan di perdesaan saat ini, dan bagaimana pengaruhnya terhadap

kinerja dan keberlanjutan usaha nasabah petani dan UMKM.

Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan objek BRI Unit, BPR dan

Koperasi sebagai lembaga keuangan pelopor di perdesaan. Jumlah sampel 225

orang yang dipilih melalui teknik multi stage cluster random sampling, dengan

analisis statistik yang digunakan ialah Structural Equation Modelling (SEM)

Hasilnya menunjukkan bahwa fungsi intermediasi bervariasi berdasarkan

kelompok lembaga keuangan. Fungsi intermediasi BRI Unit paling baik dengan

adanya agen “Mantri” yang memperlancar proses dalam intermediasi, sebaliknya

fungsi intermediasi pada koperasi paling buruk, terutama pada koperasi petani

padi. Untuk koperasi perikanan dan peternakan yang terakait dengan input faktor

dan pemasaran produk relatif lebih baik. Analisis SEM menunjukkan bahwa

fungsi intermediasi yang diproksi dari kualitas pelayanan berpengaruh positif

terhadap kinerja usaha dan keberlanjutan usaha.

Kata Kunci: fungsi intermediasi, mantri, kinerja usaha dan keberlanjutan usaha

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang terjadi pada sektor keuangan di eropa disinyalir akan

memberikan efek domino bagi negara-negara eropa lainnya, bahkan ke negara-

negara di Asia. Krisis ini dipicu karena kegiatan perekonomian sebagian besar

didanai dari hutang yang digunakan untuk kegiatan usaha skala besar dan sektor

1-4) Dosen Universitas Padjadjaran

Page 2: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

2

non riil dengan menapikan sektor UMKM,. sehingga ketika krisis terjadi maka

perekonomian menjadi lumpuh.

Kondisi ini memberikan pembelajaran bagi negara-negara lain, demikian

juga dengan di Indonesia untuk tidak mengalami kejadian yang sama dan

mendorong lembaga keuangan untuk melirik sektor UMKM dan perdesaan,

karena sektor ini telah terbukti mampu bertahan terhadap goncangan ekonomi.

Sektor perdesaan identik dengan para petani dan kehidupan para petani yang

peranannya dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari sumbangannya

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2006 - 2010 masih

memberikan sumbangan sebesar 13 persen sampai 14 persen. Pentingnya peran

sektor pertanian dapat dilihat juga dalam: (1) menyediakan kebutuhan pangan

yang dibutuhkan masyarakat, (2) menyediakan bahan baku industri, (3) perannya

sebagai sebagai pasar potensial bagi produk-produk industri, (4) penyediaan

tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor

lain, dan (5) sumber perolehan devisa (Kuznet, 1964; Harianto,2007).

Saat ini banyak lembaga keuangan (LK) sudah mulai memasuki

perdesaan, termasuk di Jawa Barat. Jawa Barat sebagai propinsi yang memiliki

potensi besar dalam bidang agribinis, memiliki LK di perdesaannya lebih variatif.

Apalagi dengan dicetuskannya Millenium Development Goals (MDGs) dimana

sektor finansial didorong untuk memberi dukungan sektor UMKM melalui LKM.

Banyaknya lembaga keuangan menyerbu perdesaan merupakan angin segar

walaupun belum memberikan indikasi kemudahan masyarakat desa mendapat

pelayanan dari lembaga tersebut karena faktanya keterbatasan modal (lack of

capital) masih sering menjadi masalah di perdesaan.

BRI Unit, BPR dan Koperasi merupakan pemain lama yang selama ini

berperan sebagai lembaga keuangan di perdesaan. Dengan masuknya berbagai

macam LK ke perdesaan maka persaingan antara LK akan semakin ketat, dan ini

menuntut masing-masing LK proaktif dalam merebut posisi dimata masyarakat

guna mencapai tujuan yang maksimal. Oleh karena itu LK tidak saja harus

memperhatikan kualitas dari produknya tetapi harus memperhatikan kepuasan

nasabah melalui jasa layanan (service) yang diberikan, kualitas bukanlah untuk

Page 3: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

3

memenuhi sejumlah kriteria yang ditetapkan pimpinan, namun sejumlah kriteria

yang ditetapkan nasabah dan apa saja yang mereka inginkan.

Bagaimana lembaga keuangan perdesaan mengimplementasikan fungsi

intermediasinya melalui kualitas pelayanan yang diberikan tanpa mengabaikan

keberlanjutan lembaganya, karena diharapkan dengan fungsi intermediasi LKP

yang optimal akan meningkatkan kemampuan nasabah dalam penguatan modal,

kinerja usaha dan keberkelanjutan usaha nasabah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pendahuluan tersebut, maka dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penilaian nasabah terhadap kualitas pelayanan LKP dalam

menjalankan fungsi intermediasinya di Jawa Barat

2. Bagaimana pengaruh fungsi intermediasi terhadap kinerja usaha dan

keberlanjutan usaha nasabah LKP di Jawa Barat

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka maksud dan tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi penilaian nasabah atas kualitas pelayanan LKP dalam

menjalankan fungsi intermediasinya di Jawa Barat

2. Menganalisis pengaruh fungsi intermediasi terhadap kinerja usaha dan

keberlanjutan usaha nasabah LKP di Jawa Barat.

II. Kajian Pustaka

2.1 Kualitas Pelayanan Lembaga Keuangan dalam Menjalankan Fungsi

Intermediasinya

Salah satu fungsi utama dari lembaga keuangan ialah fungsi intermediasi

antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan yang kekurangan dana. Selain

itu lembaga keuangan juga merupakan lembaga yang menawarkan jasa, sehingga

Page 4: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

4

dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah sebagai lembaga yang

memberikan pelayanan yang prima atau berkualitas. Dengan demikian maka

konsep fungsi intermediasi dapat didekati dengan kualitas pelayanan yang

diberikan. Pendapat mengenai fungsi intermediasi harus dipandang dari sisi

pelayanan lembaga keuangan diperkuat dengan Amended theory yang

menyatakan bahwa Financial intermediary is an entrepreneurial provider of

financial services (Scholtens, B and Van Wensveen, D.M.N, 2000).

Untuk menilai kualitas pelayanan suatu Lembaga Jasa, maka menurut

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1995,1998), terdapat lima dimensi yang

harus diperhatikan yaitu: tangible, empathy, reliability, responsiveness,

assurance.

Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang

diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini

akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam

mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas

fisiknya akan merusak image perusahaan.

Jadi yang dimaksud dengan dimensi tangibles adalah suatu lingkungan

fisik perusahaan jasa dan konsumennya berinteraksi. Komponen-komponen

tangibles akan memfasilitasi komunikasi jasa tersebut meliputi penampilan fisik

seperti gedung, ruangan front-office, tempat parkir, kebersihan, kerapian,

kenyamanan ruangan, dan penampilan karyawan. Kriteria ini berlaku terutama di

perkotaan, ada pun bagi orang-orang di perdesaan penampilan fisik sebenarnya

tidak begitu diperhatikan yang penting tempat tersebut fisik bangunannya bisa

memberikan keamanan bagi uang yang disimpannya.

Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung

oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu,

termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi

ini merupakan gabungan dari akses (acces) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan

jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan

melakukan untuk menyampaikan informasi untuk mengurangi asimetri informasi

kepada konsumen untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan

Page 5: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

5

konsumen. Indikatornya bisa berupa pembinaan dan penyuluhan, perhatian

terhadap usaha nasabah.

Reliability atau kehandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk

memberikan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.

Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang

diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Adapun indikatornya ialah: (a)

kejujuran pegawai, artinya pegawai ini sudah dikenal oleh masyarakat sebagai

orang yang jujur, oleh karena itu pegawai ini sering berinteraksi dengan masyakat

(b) pelayanan pada saat mendaftar tidak berbelit-belit, mudah, waktu pelayanan,

yaitu sesuai dengan yang dijanjikan

Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan lembaga

keuangan atau yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan

pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi

yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk di dalamnya jika

terjadi kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia

jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan

segera.

Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang

terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi

komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam

melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan

penanganan keluhan pelanggan, kejelasan informasi, pemberian pelayanan yang

tidak diskriminatif.

Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee

untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam

mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena

melibatkan persepsi konsumen terhadap risiko ketidakpastian yang tinggi terhadap

kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan

konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi

komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi

keterampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan

Page 6: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

6

dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi

dan lain-lain. Indikatornya ialah karyawan memiliki (a) Kemampuan

berkomunikasi dengan baik,(b) informasi akurat,(c) sopan santun dan ramah, (d)

terampil, (e) memberikan keamanan.

Untuk masyarakat perdesaan yang lebih sederhana dalam kesehariannya,

maka kualitas pelayanan yang diharapkan dari pihak lembaga keuangan dapat

didekati dengan beberapa atribut di atas dengan modifikasi sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi masyarakat.

2.2 Peran Modal Hubungannya Dengan Kinerja dan Keberlanjutan Usaha

Lembaga keuangan menurut Mosher (1966) merupakan salah satu dari

lima syarat pelancar yang harus dipenuhi dalam pembangunan pertanian yang

menyebutkan lebih spesifiknya sebagai kredit, yaitu sumber modal yang

ditawarkan oleh lembaga keuangan. Keberadaan kredit merupakan penguatan

terhadap kemampuan usaha petani untuk mengakses teknologi. Teknologi yang

selalu berubah menurut Mosher merupakan salah satu syarat pokok pembangunan

pertanian. Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat

memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Hal ini berbeda

dengan istilah otomatisasi yang berarti menggantikan suatu pekerjaan yang

dilakukan manusia dengan mesin (Robbins dan Coulter, 2005). Teknologi dalam

pertanian dapat berupa alat-alat, pestisida, maupun metode bertani yang baru,

termasuk juga teknologi pengolahan, penanganan pasca panen dan pemasaran

hasil.

Dengan demikian keberadaan kredit melalui lembaga keuangan

perdesaan penting untuk menguatkan sistem produksi dan pengolahan yang

masih tradisional. Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan adanya modal

yang berputar di dalam sistem produksi dan pengolahan. Namun demikian

keterbatasan modal merupakan persoalan paling rumit di wilayah perdesaan.

Keterbatasan modal menyebabkan aktivitas ekonomi tidak berjalan, sehingga

kemudian menyebabkan masyarakat berada dalam posisi tersubordinasi (Ellis dan

Page 7: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

7

Biggs, 2001). Karena itu, para perumus kebijakan pembangunan perdesaan harus

mengawinkan kelembagaan sektor finansial dengan kebijakan pemerintah agar

mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan, khususnya usaha

pertanian dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Secara faktual di sektor pertanian dan perdesaan, usaha kecil

(termasuk skala mikro) memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap

pendapatan domestik bruto (PDB). Hasil kajian Wijono (2005) menunjukkan

bahwa 85 persen kontribusi sektor pertanian terhadap PDB didominasi oleh

unit usaha berskala kecil. Implikasinya adalah setiap langkah dalam memacu

perekonomian perdesaan yang umumnya berbasis pada sektor pertanian, harus

disertai dengan upaya memajukan usaha skala mikro/kecil. Kontribusi usaha

kecil dalam penyerapan tenaga kerja juga sangat dominan. Pada tahun 2004

jumlah tenaga kerja yang terserap di usaha kecil mencapai 70,92 juta, jauh lebih

besar dibandingkan dengan usaha menengah (8,15 juta) dan usaha besar (0,40

juta), bahkan di Jawa Barat pada tahun 2010 mampu menyerap 80% dari total

angkatan kerja. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sektor

pertanian dan UMKM terlalu berharga untuk diabaikan (Abdullah, 2006).

Dalam implementasinya, kredit ini memberikan tambahan modal atau

dengan kata lain terdapat penguatan modal. melaksanakan usahanya sehingga para

pelaku usaha tani pada gilirannya akan mampu menggunakan teknologi dengan

lebih baik, karena teknologi ini sebagai barang ekonomi memerlukan korbanan

ekonomi untuk menjangkaunya. Selanjutnya,dengan tekonologi yang lebih baik

diharapkan produktivitas usahatani akan meningkat. Oleh karen itu, maka proksi

dari kinerja usaha sebagai akibat dari adanya kredit ialah penguatan modal,

peningkatan penggunaan teknologi dan peningkatan produktivitas usaha.

Usaha yang baik tentunya usaha yang berlangsung terus dalam jangka

panjang (berkelanjutan), bukan usaha yang hanya berjalan sesaat saja. Berkaitan

dengan modal yang berasal dari kredit, maka kriteria berkelanjutan tentunya

terdapat kemampuan untuk membayar kredit beserta kontraprestasinya itu dengan

lancar. Adapun kemampuan membayar ini akan terjadi bila usaha yang dibiayai

meraih keuntungan.

Page 8: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

8

III. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode survey dengan mengambil

sampel nasabah Bank BRI, BPR dan Koperasi. untuk menetapkan lokasi

penelitian dilakukan dengan teknik multistage cluster sampling method terdiri atas

suatu seri klaster berdasarkan persamaan kriteria (Nan Lin, 1976). Kriteria yang

digunakan ialah luas lahan pertaian dan jumlah lembaga keuangan yang

dikelompokkan berdasarkan type agroekosistem. Berdasarkan teknik tersebut

terpilih 2 kecamatan di Garut (Cikajang dan Cisurupan) dan 2 kecamatan di

Indramayu (Haur Geulis dan Loh Bener).

Penilaian atas kualitas pelayanan, kinerja usaha dan keberlanjutan usaha

menggunakan analisis likert, yang selanjutnya dianalisis menggunakan SEM

(Structural Equation Modelling (SEM).

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Penilain Nasabah Terhadap Fungsi Intermediasi LKP di Jawa Barat

Berdasarkan hasil wawancara, penilaian nasabah terhadap dimensi fungsi

intermediasi LKP yang didekati dari kualitas pelayanannya, diperoleh skor

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Skor Variabel Fungsi Intermediasi LKP

Skor

BRI BPR Koperasi

Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar

Tangible 656 670 1326 324 323 647 929 717 1646

Reliability 505 500 1005 244 254 498 706 546 1252

Responsiveness 668 657 1325 324 327 651 919 705 1624

Assurance 517 487 1004 244 247 491 696 536 1232

Empathy 485 475 960 240 237 477 710 496 1206

Fungsi

Intermediasi 2831 2789 5620 1376 1388 2764 3960 3000 6960

Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Keterangan: Grt = Garut Ida = Indramayu Jabar = Jawa Barat

Page 9: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

9

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi intermediasi LKP dari

pendekatan mikro yaitu menurut pendapat nasabahnya sudah baik. Artinya

lembaga keuangan baik BRI Unit, BPR dan koperasi oleh nasabahnya sudah

menjalankan fungsi intermediasinya. Namun walaupun secara total skor termasuk

klasifikasi (kriteria) baik, tetapi bila dibandingkan antar lokasi, maka LKP di

Garut (agroekosistem dataran tinggi) sebaran penilaian untuk BRI Unit dinilai

lebih baik dibandingkan BPR dan Koperasi, karena sebesar 40% menilainya

sangat baik dan 60% baik; adapun untuk BPR sebanyak 10% yang menilainya

sangat baik dan sisanya baik; bahkan untuk koperasi terdapat penilaian kualitas

pelayanan yang masih termasuk kriteria kurang baik yaitu 8%

Untuk Kabupaten Indramayu penilaian nasabah terhadap fungsi

intermediasi LKP secara total hampir sama dengan di Kabupaten Garut yaitu

termasuk dalam kriteria baik walaupun skor-nya berbeda untuk tiap indikator,

yaitu untuk BRI Unit skornya termasuk kriteria sangat baik dan baik, demikian

juga dengan BPR. Untuk LK Koperasi bahkan masih ada yang menilai fungsi

intermediasi tidak baik sebesar 2%.

Koperasi di Indramayu yang anggotanya masih ada yang menilai fungsi

intermediasi tidak baik ialah untuk Koperasi Bina Hasil Tani yang posisinya ada

di bawah binaan PT Pertani tetapi membuka kesempatan untuk petani sekitar

bahkan sampai keluar kecamatan untuk bergabung menjadi anggota koperasi. Hal

ini dimaksudkan ke depannya untuk bisa ditarik ke dalam program Resi Gudang

(RG) yang diujicobakan di PT Pertani sebagai pemilik gudang sejak tahun 2008,

dan diimplementasikan tahun 2009 sampai sekarang, tetapi kapasitas gudang yang

harusnya mencapai 10.000 ton tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan biaya

gudang menjadi mahal, dan ini pula yang menjadi salah satu keberatan petani.

4.2 Kinerja Usaha Petani dan UMKM Berdasarkan LKP

Jasa yang diintermediasi dari pihak yang surplus terhadap pihak yang

defisit ialah kredit. Secara teoritis kredit dapat meningkatkan permodalan

sehingga bisa lebih kuat, nasabah akan lebih bisa mengakses teknologi yang lebih

Page 10: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

10

baik dan pada gilirannya bisa meningkatkan produktivitas usahanya. Penilaian

mengenai pengaruh kredit di Garut untuk semua lembaga keuangan ternyata

secara total dilihat dari skor-nya termasuk ke dalam kriteria kurang berpengaruh

baik. Keadaan ini secara teoritis bukan salah melainkan disebabkan ada beberapa

alasan yaitu: 1) terdapat mis-alokasi kredit (lihat alokasi kredit), karena selain

untuk produksi nasabah menggunakannya untuk konsumtif termasuk untuk

memenuhi keperluan untuk pendidikan 2) jumlah kredit yang diberikan

dirasakan sangat kurang sehingga tidak cukup untuk menjangkau teknologi

lebih baik,

3) Tidak merasa perlu menggunakan teknologi baru, karena menganggap

teknologi yang sudah ada sudah cukup baik, 4) Produktifitas bila tidak ada hama

atau penyakit, dianggap normal saja.

Tabel 4.2 Skor Pengaruh Kredit LKP Terhadap Kinerja Usaha Nasabah

BRI BPR Koperasi

Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar

Penguatan modal 156 164 320 80 61 141 97 166 263

Pening Teknologi 87 81 168 32 44 76 116 81 197

Produktivitas 166 167 333 78 75 153 152 179 331

Jumlah Skor 409 412 821 190 180 370 365 426 791

Kriteria Baik Baik Baik

Krg

baik

Krg

Baik

Krg

Baik

Tdk

Baik

Krg

Baik

Tdk

baik

Secara parsial pengaruh kredit terhadap kinerja untuk kelompok nasabah

LKP ternyata menyebar dari yang menganggap sangat baik pengaruhnya sampai

sangat tidak baik. Untuk LK Bank BRI Unit, lebih banyak menyatakan

berpengaruh baik karena memang digunakan untuk modal usaha, tetapi yang

mencolok di koperasi, sebagai contoh di KPGS, kredit kurang berpengaruh

bahkan tidak berpengaruh baik terhadap kinerja usaha, bukan karena tidak

digunakan untuk penguatan modal (karena bentuk makanan ternak) menurut

penilaian mereka sangat tidak berpengaruh disebabkan harga makanan ternak

(makter) terlalu mahal (Rp 1.700 sd Rp 1.800), sedangkan harga jual susu per

Page 11: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

11

liter Rp 2690 s/d Rp. 2700, sehingga peternak memberikan ransum sapinya

dengan dosis yang tidak sesuai aturan.

Di BRI Unit di Indramayu, pengaruh kredit terhadap kinerja menurut

penilaian nasabahnya sebagian besar berpengaruh baik karena sebagian besar

kreditnya digunakan untuk membeli faktor produksi termasuk untuk menggadai

sawah baru, karena salah satu bentuk investasi atau tabungan di Indramayu

adalah sawah yang diperoleh secara gadai. Biasanya sawah yang digadai

merupakan sawah PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dengan

ketentuan masyarakat menanam padi dari lahan yang dicetaknya dan Perhutani

menitipkan kayu putih. Kebiasaan menggadaikan kembali sawah yang dicetak

petani ini menunjukkan bahwa mereka memerlukan uang tunai dan jangka

waktu gadai paling tidak selama 2 musim tanam.

Nasabah BPR menilai pengaruh kredit terhadap kinerja usaha cukup

merata dari yang sangat baik sampai sangat tidak baik sehingga dilihat dari

skornya termasuk kurang baik. Yang menilai tidak baik ialah petani yang

menggunakan kreditnya untuk modal usahataninya, tetapi ternyata padinya

hancur akibat serangan hama wereng. Petani tidak mendapat perlindungan

padahal hutangnya tetap harus dibayar. Walaupun demikian, kebijakan BPR

yang sudah benar-benar mengenal nasabahnya tetap memberikan pinjaman

berikutnya agar nasabahnya tetap bisa berusaha dan mengembalikan kreditnya.

Untuk nasabah koperasi persentase yang menilai pengaruh kredit baik

terhadap kinerja usaha lebih tinggi dibandingkan BPR terutama untuk koperasi

mina yang kreditnya benar-benar merupakan faktor produksi untuk menjalankan

usahanya berupa perbekalan selama menangkap ikan di laut. Adapun yang

menilai kredit tidak berpengaruh disebabkan nilai kredit kurang sesuai dengan

kebutuhan, juga disebabkan merasa permintaan kreditnya belum terpenuhi

sehingga tidak berpengaruh terhadap kinerja usahanya.

Page 12: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

12

4.3 Keberlanjutan Usaha Berdasarkan Penilaian Nasabah LKP

Sebagai gambararan konkrit dari fungsi intermediasi ialah penyaluran kredit

dari LK kepada nasabah yang awalnya mempengaruhi kinerja usaha, akan

mempengaruhi pula terhadap sustainability (keberlanjutan) usaha. Keberlanjutan

usaha terjadi bila usaha jalan terus sebagai akibat adanya keuntungan dan pada

gilirannya mempunyai kemampuan untuk membayar kembali utang-utangnya.

Penilaian bahwa kinerja usaha ini mempengaruhi keberlanjutan usaha

kenyataannya juga sejalan, yaitu bagi yang menggunakan sebagaimana mestinya

maka berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha nasabah menjadi baik. Walaupun

demikian terdapat fenomena yang berbeda di lapangan, yaitu nasabah yang

menilai fungsi intermediasi LK kurang berpengaruh terhadap kinerja usaha tetapi

sebenarnya mereka punya keyakinan bahwa seandainya tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan (hama, harga produk yang jatuh) maka keberadaan kredit dapat

membuat usaha mereka beruntung dan apa pun yang terjadi mereka sadar betul

pentingnya melunasi kredit karena khawatir tidak akan diberi kredit berikutnya,

apalagi kredit yang mereka ambil bukan kredit program pemerintah. Dengan

demikian kesadaran melunasi kredit sebagai kewajiban yang harus dikembalikan

untuk kredit komersial sangat bagus, dan ini pula yang memberi spirit yang lebih

tinggi bagi bank untuk lebih banyak mengucurkan kredit komersialnya daripada

kredit program pemerintah. Kondisi ini memang terjadi pada kredit komersial

yang dikucurkan oleh LKP pada kasus penelitian ini. Penilaian terhadap

keberlanjutan usaha berdasarkan lembaga keuangan sebagaimana dapat dilihat

pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Penlaian Nasabah Terhadap Pengaruh Kredit Terhadap Keberlanjutan

Usaha

BRI BPR Koperasi

Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar Grt Ida Jabar

Profitabilitas 172 174 346 86 80 166 189 193 382

Kemampuan

bayar 187 197 384 92 99 191 293 220 513

Jumlah 359 371 730 178 179 357 482 413 895

Kriteria

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik Baik Baik Baik

Page 13: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

13

Skor penilaian terhadap keberlanjutan usaha untuk setiap LKP, baik untuk

Kabupaten Garut maupun Indramayu, sebenarnya bervariasi.

Di Kabupaten Garut untuk nasabah koperasi ada yang menilainya tidak

baik pengaruhnya karena merasa bahwa kredit yang diperolehnya tidak cukup

untuk meningkatkan keuntungan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi

keuntungan sehingga petani dan UMKM bisa berkelanjutan usahanya. Sebagai

contoh ketika petani mendapat kredit dalam waktu bersamaan dengan harga

komoditas sayur yang ditanamnya sedang jatuh, maka mereka tidak mendapat

keuntungan. Selain itu faktor alokasi penggunaan kredit yang kurang sesuai juga

menjadi penyebab buruknya keberlanjutan usaha, sebagaimana terjadi pada

penilaian nasabah koperasi.

Untuk kredit natura berupa makanan ternak (konsentrat) di KPGS dan

KUD Cisurupan memang digunakan untuk faktor produksi, tetapi dalam

implementasinya beberapa peternak tidak membeli/mengkredit konsentrat sesuai

kebutuhan. Hal ini terjadi karena harga konsentrat yang mahal mencapai Rp.

1800/kg, sementara harga susu yang diterima peternak hanya Rp 2700. Setiap

ekor sapi membutuhkan 5 kg makanan ternak per hari dengan produksi susu

maksimal 15 liter per hari dan rata-rata 11 liter. Kondisi ini menyebabkan

peternak mengurangi penggunaan konsentrat, apalagi sapi peternak tidak

semuanya sudah berumur produktif.

Harga susu yang dianggap wajar oleh peternak ialah Rp 3500/liter, karena

peternak memiliki kewajiban-kewajiban lain baik yang sifatnya variabel maupun

tetap, seperti iuran wajib, tabungan sukarela yang progresif sesuai jumlah susu

yang dihasilkannya, disamping pula angsuran bila punya hutang baik karena

kredit uang, berupa natura ( makanan ternak dan sembako)

Berdasarkan kelompok LKP, baik di Garut maupun Indramayu yang

dinilai sangat baik terhadap usaha yang berkelanjutan ialah BRI Unit, ada pun

untuk BPR dinilai baik,. Berbeda pada Koperasi, di Kabupaten Garut dinilai baik

sedangkan di Indramayu kurang baik. Secara keselurahan simpulannya untuk

Page 14: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

14

Garut pengaruh terhadap keberlanjutan usaha sudah baik, sedangkan di Indramayu

tergolong kurang baik.

4.4 Analisis Pengaruh Fungsi Intermediasi Lembaga Keuangan Terhadap

Kinerja Usaha dan Keberlanjutan Usaha Nasabah

Alat analisis yang digunakan ialah Structural Equation Modelling (SEM).

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu

dilakukan analisis terhadap data hasil penelitian yang meliputi uji validitas dan

reliabilitas, uji normalitas serta yang uji kesesuaian model (goodness of fit).

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan valid

sehingga tidak ada yang direduksi pada analisis selanjutnya. Koefisien reliabilitas

kuesioner ketiga variabel yang diteliti juga semuanya lebih besar dari 0,7 sehingga

dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah memberikan hasil yang

konsisten.

Hasil uji normalitas multivariat, diperoleh nilai chi-square sebesar 297,557

dengan p-value 0,000, oleh karena p-value lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan

bahwa data variabel manifes (indikator) tidak berdistribusi normal multivariat.

Sesuai dengan hasil uji normalitas data (tidak normal), maka metode estimasi

yang cocok digunakan untuk menguji pengaruh fungsi intermediasi terhadap

sustainabilitas dengan kinerja usaha sebagai variabel perantara adalah metode

robust maximum likelihood.

Hasil ukuran kesesuaian absolut menunjukkan model yang diperoleh

memenuhi kriteria goodness of fit pada ukuran RMSEA yang relatif kecil (0,037 <

0,080) dan ukuran Goodness of Fit Index yang relatif besar (0,964 > 0,90)

sehingga dapat disimpulkan bahwa model empiris yang diperoleh sudah sesuai

dengan model teoritis. Untuk ukuran parsimonius (CFI, IFI, RFI) semua

memenuhi kriteria model yang baik, yaitu lebih besar dari 0.9.

Pada uji kecocokoan model (goodness of fit) menyimpulkan bahwa model

dapat diterima, artinya model yang diperoleh dapat digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian yang telah ditetapkan. Menggunakan metode estimasi robust

maximum likelihood diperoleh diagram jalur full model pengaruh fungsi

Page 15: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

15

intermediasi terhadap sustainabilitas melalui dan kinerja usaha sebagai variabel

perantara seperti terlihat pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Koefisien Standarisasi Permodelan Persamaan Struktural

Melalui bobot faktor yang terdapat pada Gambar 4.1 dapat dilihat pada

variabel laten fungsi intermediasi (ksi), indikator X3 (responsiveness) lebih

dominan dalam merefleksikan variabel laten fungsi intermediasi (ksi), kemudian

disusul indikator X2 (reliability). Selanjutnya indikator X5 (empathy) paling

rendah dalam merefleksikan variabel laten fungsi intermediasi (ksi)

Pada variabel laten endogen kinerja usaha (eta1), indikator Y1 (penguatan

modal) lebih dominan dalam merefleksikan variabel laten kinerja usaha (eta1).

Adapun indikator Y2 (peningkatan teknologi ) merupakan yang paling rendah

dalam merefleksikan variabel laten kinerja usaha (eta1). Kemudian pada variabel

laten sustainabilitas (eta2), indikator Z1 (profit) lebih dominan dalam

merefleksikan variabel laten keberlanjutan/sustainabilitas (eta2), dibanding

indikator Z2 (solvabilitas ).

Selanjutnya dilakukan pengujian apakah indikator-indikator yang

digunakan untuk mengukur variabel laten kinerja usaha kecil menengah dan

pertanian memiliki derajat kesesuaian yang tinggi melalui pendekatan construct

Page 16: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

16

reliability dan variance extracted. Hasil pengujian untuk masing masing indikator

variabel laten diuraikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Construct Reliability dan Variance Extracted Masing-Masing

Variabel Laten

Variabel Manifes Bobot Faktor () Variabel Laten

Ksi Eta1 Eta2

X1 0,7060

X2 0,7634

X3 0,7924

X4 0,7883

X5 0,6150

Y1

0,8730

Y2

0,7251

Y3

0,7698

Z1

0,9185

Z2

0,7594

3,6651 2,3679 1,6779

2 2,7088 1,8805 1,4203

2,2912 1,1195 0,5797

Construct Reliability 0,9307 0,8486 0,7379

Variance Extracted 0,5418 0,6268 0,7102

Pada variabel laten fungsi intermediasi, nilai variance extracted sebesar

0,5418 menunjukkan bahwa 54,18% informasi yang terkandung pada variabel

manifes (kelima indikator) dapat terwakili dalam variabel laten fungsi

intermediasi. Kemudian nilai construct reliability dari kelima indikator variabel

laten fungsi intermediasi (0,9307) masih lebih besar dari yang di rekomendasikan

yaitu 0,70. Pada variabel laten kinerja usaha, nilai variance extracted sebesar

0,6268 menunjukkan bahwa 62,68% informasi yang terkandung pada variabel

manifes (ketiga indikator) dapat terwakili dalam variabel laten kinerja usaha.

Adapun nilai construct reliability dari ketiga indikator variabel laten kinerja

usaha (0,8486) masih lebih besar dari yang di rekomendasikan yaitu 0,70.

Pada variabel laten sustainabilitas, nilai variance extracted sebesar 0,7102

menunjukkan bahwa 71,02% informasi yang terkandung pada variabel manifes

(kedua indikator) dapat terwakili dalam variabel laten sustainabilitas. Kemudian

Page 17: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

17

nilai construct reliability dari kedua indikator variabel laten sustainabilitas

(0,7379) masih lebih besar dari yang di rekomendasikan yaitu 0,70.

1) Model Struktural

Model struktural adalah model yang menghubungkan variabel laten

exogenous dengan variabel laten endogenous atau hubungan variabel endogenous

dengan variabel endogenous lainnya. Berikut rangkuman nilai-nilai yang

digunakan dalam model struktural.

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Statistik

Sub Struktur Jalur Koefisien thitung* R-Square

Pertama Ksi Eta1 0,5517 8,9830 0,3044

Kedua Ksi Eta2 0,4567 5,8888 0,3999

Eta1 Eta2 0,2528 3,1350

*tkritis = 1,96

Fungsi intermediasi dapat memberikan penjelasan sebesar 30,44% terhadap

kinerja usaha petani dan UMKM berbasis agribisnis dan sisanya sebesar 69,56%

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Kemudian secara bersama-

sama fungsi intermediasi dan kinerja usaha memberikan penjelasan sebesar

39,99% terhadap sustainabilitas petani dan UMKM berbasis agribisnis, sedangkan

sisanya sebesar 60,01% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan ada

tidaknya pengaruh fungsi intermediasi terhadap sustainabilitas melalui kinerja

usaha sebagai variabel perantara.

1) Pengaruh Fungsi Intermediasi Terhadap Kinerja Usaha

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat koefisien jalur fungsi intermediasi (ksi)

terhadap kinerja usaha (eta1) sebesar 0,5517 dengan arah positif, artinya fungsi

intermediasi yang dijalankan dengan baik akan meningkatkan kinerja usaha petani

dan UMKM berbasis agribisnis. Nilai thitung (8,9830) lebih besar dibanding tkritis

(1,96) memberikan bukti empiris bahwa fungsi intermediasi (ksi) memberikan

Page 18: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

18

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha (eta2) pada usaha petani dan

UMKM berbasis agribisnis. Secara langsung fungsi intermediasi memberikan

kontribusi atau pengaruh sebesar (0,55172 × 100%) = 30,44% terhadap kinerja

usaha petani dan UMKM berbasis agribisnis.

2). Pengaruh Fungsi Intermediasi Terhadap Keberlanjutan Usaha

(Sustainability)

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat koefisien jalur fungsi intermediasi (ksi)

terhadap sustainabilitas (eta2) sebesar 0,4567 dengan arah positif, artinya fungsi

intermediasi yang dijalankan dengan baik akan meningkatkan sustainabilitas

usaha petani dan UMKM berbasis agribisnis. Nilai thitung (5,8888) lebih besar

dibanding tkritis (1,96) memberikan bukti empiris bahwa fungsi intermediasi (ksi)

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sustainabilitas (eta2) pada usaha

petani dan UMKM berbasis agribisnis. Secara langsung fungsi intermediasi

memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar (0,45672 × 100%) = 20,86%

terhadap sustainabilitas usaha petani dan UMKM berbasis agribisnis. Kemudian

pengaruh tidak langsung fungsi intermediasi terhadap sustainabilitas usaha petani

dan UMKM berbasis agribisnis melalui kinerja usaha sebesar (0,4567 × 0,5517 ×

0,2528) × 100% = 6,37 persen.

3). Pengaruh Kinerja Usaha Terhadap Keberlanjutan Usaha (Sustainability)

Koefisien jalur kinerja usaha (eta1) terhadap sustainabilitas (eta2) sebesar

0,2528 dengan arah positif, artinya semakin baik kinerja usaha petani dan UMKM

berbasis agribisnis meningkatkan sustainabilitas usaha petani dan UMKM

berbasis agribisnis tersebut. Selanjutnya nilai thitung (3,1350) lebih besar

dibanding tkritis (1,96) memberikan bukti empiris bahwa kinerja usaha (eta1)

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sustainabilitas (eta2) pada usaha

petani dan UMKM berbasis agribisnis . Secara langsung kinerja usaha

Page 19: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

19

memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar (0,25282 × 100%) = 6,39%

terhadap sustainabilitas usaha petani dan UMKM berbasis agribisnis.

Dari hasil analisis SEM ini menunjukkan bahwa model yang dibangun

sudah sesuai dengan hipotesis bahwa fungsi intermediasi berpengaruh terhadap

kinerja dan sustainabilitas usaha baik secara langsung maupun tidak langsung,

demikian juga kinerja usaha terhadap sustainabilitas usaha.

V. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

1. Fungsi intermediasi lembaga keuangan perdesaan yang paling baik dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional ialah BRI Unit.

Kunci keberhasilan dari BRI Unit ialah karena adanya “mantri” sebagai ujung

tombak (agen) yang menjembatani hubungan antara BRI Unit dengan nasabahnya.

Demikian juga untuk BPR, fungsi intermediasinya juga dinilai baik oleh

masyarakat karena memiliki agen seperti mantri yang bertugas di lapangan

mengadakan kunjungan ke nasabah, bahkan memberikan pelayanan tabungan

sekalipun uang nasabah tersebut berupa recehan. Walaupun demikian, karena

penguasaan teknologi, sumberdaya manusia serta permodalan yang kurang,

menyebabkan lembaga ini bertambah terpuruk dan sulit bersaing dengan lembaga

keuangan lain yang mulai bermunculan di perdesaan. Untuk koperasi, walaupun

merupakan milik anggota tetapi karena anggota sebagai pemilik memiliki

keterbatasan dalam mengakumulasi permodalannya, ditambah

kekurangprofesionalan manajemen dan karyawan dalam memberikan pelayanan,

fungsi intermediasi koperasi dinilai masih kurang. Upaya jemput bola, kekuatan

posisi tawar (bargain) serta upaya peningkatan nilai tambah masih dirasakan

kurang pada koperasi, terutama pada koperasi yang anggotanya petani padi.

2. Fungsi intermediasi berpengaruh positif terhadap kinerja usaha terutama

dalam permodalan dan produktivitas adapun untuk peningkatan teknologi masih

belum terrefleksikan dengan baik. Fungsi intermediasi dan kinerja usaha

Page 20: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

20

berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha baik langsung maupun tidak

langsung terutama dalam meningkatkan kemampuan mendapat keuntungan.

Artinya semakin baik pelayanan LKP (terutama dalam menyalurkan kredit), maka

akan meningkatkan kinerja usaha dan pada gilirannya akan menciptakan

keberlanjutan usaha.

5.2 Saran

1. Untuk memelihara eksistensi LKP, maka LKP tersebut harus terus

meningkatkan kualitas pelayanan untuk memenangkan persaingan dengan para

pemain baru melalui cara memperbaiki sikap empathy terhadap nasabah. Oleh

karena sikap ini bersifat personal, maka peran agen seperti Mantri (di BRI) perlu

ditingkatkan, dan bagi LKP yang belum memiliki SDM seperti mantri, perlu

mengadopsi cara BRI tersebut. Selain itu, LKP perlu menerapkan lebih fleksibel

cara pembayaran kembali kredit disesuaikan dengan pola usaha nasabah.

Penerapan teknik pembayaran kredit „yarnen‟ pada usahatani perlu dikembangkan

terus.

2. Agar kinerja usaha semakin baik terutama produktifitas usahanya, maka

penggunaan kredit untuk penggunaan teknologi yang tepat, lebih ditingkatkan.

Oleh karena itu harus ada pendampingan terutama untuk mengawasi penggunaan

modal sesuai dengan tujuan kreditnya, terutama dalam penggunan teknologi

dengan dilibatkannya PPL. Demikian juga untuk indikator kemampuan dan

kemauan membayar kembali perlu ditingkatkan pemahaman dan pengertian

kepada nasabah tentang pentingnya membayar kembali kreditnya agar usaha LKP

berkelnjutan karena modal yang dipinjamkan merupakan modal dari masyarakat

juga, selain itu juga untuk menjaga hubungan baik dengan LKP agar bisa

meminjam kembali untuk masa berikutnya.

Page 21: FUNGSI INTERMEDIASI LEMBAGA KEUANGAN, KINERJA DAN ...pustaka.unpad.ac.id/.../2015/11/...dan-Berkelanjutan-Usaha-Petani.pdf · dalam menjalankan fungsinya harus memenuhi kaidah ...

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Burhanudin , 2006. Jalan Menuju Stabilitas. Mencapai Pembangunan

Ekonomi Berkelanjutan. Jakarta: LP3ES.

Ellis, Frank dan Stephen Biggs.2001. Evolving Themes in Rural Development

1950s-2000s. Development Policy Review, Vol. 19, No. 4: 437-448.

Harianto. 2007. Peranan Pertanian dalam Ekonomi Perdesaan. Pusat Studi

Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Bogor. IPB. Bogor.

Kuznets S. 1964. Economic Growth and Contribution of Agriculture in Eicher CK

and Witt LW (Eds). Agriculture in Economic Development. New York:

McGraw Hill.

Mosher, A.T. 1966. Getting Agricultural Moving, Essential for Development &

Modernization. New York, Washington. London: Fredrich A Preager

Publisher.

Nan Lin, 1976. Foundations of Social Research. Mc Graw-Hill, Departement of

Sociology State University of New York , Albani

Parasuraman, A. Valarie, A. Zeithaml, & L. Berry, 1998. Communication and

Control Processes in the Delivery of Service Quality, Journal of

Marketing, Vol. 52,pp.35-48.

Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. 2005. Manajemen –Ed. 7–jilid 2, Alih

Bahasa T. Hermaya; Penyunting Bahasa Bambang Sarwiji. Jakarta: Indeks

Scholtens, B., and van Wensveen, D.M.N. (2000). A Critique on The Theory of

Financial Intermediation, Journal of Banking and Finance 24, 1243-1251

Wijono, W. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu

Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Kongkrit Memutus Mata Rantai

Kemiskinan. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus.

http://www.fiskal.depkeu. go.id/bkf/kajian/ wiloejo-diakses 20 Januari

2010