Fundamental Pengendalian Proses

download Fundamental Pengendalian Proses

of 21

Transcript of Fundamental Pengendalian Proses

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    1/21

     

    PETUNJUK PRAKTIKUM

    PENGENDALIAN PROSES

    Disusun Oleh

    Ir. Heriyanto, M.T.

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    POLITEKNIK NEGER BANDUNG

    2016

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    2/21

     

    Pengendalian Proses  1

    FUNDAMENTAL PENGENDALIAN PROSES

    1. 

    TUJUAN PENGENDALIAN

    Tujuan ideal pengendalian proses adalah mempertahankan nilai variabel proses (misalnya:

    suhu, lajun alir, tekanan, level) agar sama dengan nilai yang diinginkan ( setpoint ). Tetapi

    tujuan tersebut sukar dipenuhi karena keterbatasan operasi dan kemampuan sistem

     pengendalian. Oleh sebab itu, tujuan praktis atau tujuan nyata pengendalian proses adalah

    mempertahankan nilai variabel proses di sekitar nilai yang diinginkan dalam batas-batas

    toleransi. Namun perlu diingat bahwa hakikat utama pengendalian proses dalam industri

    adalah untuk memperoleh hasil akhir proses produksi agar sesuai target. Makna dari

     pernyataan ini adalah, satu atau beberapa nilai variabel proses mungkin perlu dikorbankan

    semata-mata untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu hasil akhir proses produksi.

    Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalian yang didasarkan

    atas tanggapan variabel proses bila ada perubahan  setpoint   atau beban. Jika terjadi

     perubahan setpoint  atau beban, variabel proses diharapkan:

      secepat mungkin mencapai kondisi mantap ( settling time sekecil mungkin);  setepat mungkin mencapai setpoint  (offset sekecil mungkin); dan  sekecil mungkin terjadi osilasi (maximum error sekecil mungkin).

    Dengan kata-kata yang singkat, kualitas pengendalian proses yang dihasilkan adalah

    respons yang cepat, tepat, dan stabil.

    2. 

    PRINSIP PENGENDALIAN UMPAN BALIK

    2.1  Pengendalian Umpan Balik dan Umpan Maju

    Pengendalian proses adalah usaha atau cara memperoleh kondisi proses agar sesuai dengan

    yang diinginkan. Strategi pengendalian proses dapat dilakukan dengan cara pengendalian

    umpan balik ( feedback control ) atau umpan maju ( feedforward control ).

    Gambar 1. Strategi Pengendalian Proses

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    3/21

     

    Pengendalian Proses  2

    Pengendalian umpan balik   ( feedback control)  adalah pengendalian yang memakai

    variabel keluaran sistem (variabel proses) untuk mengatur masukan (manipulated variable)

    dari sistem yang sama agar nilai variabel keluaran sesuai yang diinginkan. Artinya ada

    umpan balik dari variabel keluaran ke masukan sistem. Pengendalian umpan maju adalah pengendalian yang memakai variabel masukan sistem (gangguan atau beban) untuk

    mengatur masukan lain (manipulated variable) dari sistem yang sama. Artinya tidak ada

    umpan balik dari variabel keluaran ke masukan sistem.

    2.2  Pengendalian Umpan Balik

    Mekanisme pengendalian umpan balik melalui empat fungsi dasar yaitu:

    1)  mengukur (measurement ),

    2)  membandingkan (comparision),

    3) 

    menghitung (computation, decision, atau evaluation); dan4)  mengoreksi (correction atau action).

    Pengendalian proses dimulai dari sensor yang mengindera variabel proses (suhu, tekanan,

    level, aliran). Informasi variabel proses (PV) dari sensor selanjutnya diolah oleh

    transmitter dan dikirimkan ke pengendali. Dalam pengendali, variabel proses terukur

    dibandingkan dengan  setpoint   (SP). Perbedaan antara keduanya disebut error . Berdasar

     besar error , lamanya error , dan kecepatan error , pengendali (controller ) melakukan

     perhitungan sesuai algoritma kendali untuk menghasilkan sinyal kendali (controller

    output ) yang dikirimkan ke elemen kendali akhir ( final control element  biasanya berupa

    katup kendali atau control valve). Perubahan pada sinyal kendali menyebabkan perubahan

     bukaan katup kendali. Perubahan ini menyebabkan perubahan manipulated variable (MV).

    Jika perubahan manipulated variable  dalam arah dan nilai yang benar, maka variabel

     proses terukur dapat dijaga pada nilai setpoint .

    Tabel 1. Empat fungsi dasar pengendalian proses (pengendali reverse acting )

    Mengukur Membandingkan Menghitung Mengoreksi

    Variabel proses (PV)

    PV dengan SPJika PV > SP perkecil sinyal kendali Perkecil MV

    Jika PV < SP perbesar sinyal kendali Perbesar MV

    Contoh: pengendalian proses pemanasan.

    Gambar 2. Diagram blok pengendalian umpan balik reverse acting .

    (MV – manipulated variable dan PV – Process variable). 

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    4/21

     

    Pengendalian Proses  3

    Tabel 2. Empat fungsi dasar pengendalian proses (pengendali direct acting )

    Mengukur Membandingkan Menghitung Mengoreksi

    Variabel

     proses (PV)PV dengan SP

    Jika PV > SP perbesar sinyal kendali Perbesar MV

    Jika PV < SP perkecil sinyal kendali Perkecil MVContoh: pengendalian proses pendinginan.

    Gambar 3. Diagram blok pengendalian umpan balik direct acting .

    Perhatikan tanda (+) dan (-).

    3.  INSTRUMEN SISTEM PENGENDALIAN

    Instrumen atau piranti utama dalam pengendalian proses adalah: sensor, transmiter,

     pengendali, transduser/konverter (bila diperlukan), dan katup kendali. Pada pengendali pneumatik, seluruh sinyal pengendalian memakai tekanan udara. Sehingga instrumen

     pengendalian hanya terdiri atas tiga macam yaitu: sensor/transmiiter , pengendali, dan

    katup kendali pneumatik.

    Gambar 4. Instrumen atau piranti pengendali pneumatik.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    5/21

     

    Pengendalian Proses  4

    Pada pengendali elektronik, sinyal pengendalian memakai arus listrik. Jika katup

    kendali jenis pneumatik, maka diperlukan konverter atau transduser I/P (arus ke

     pneumatik). Sehingga instrumen yang diperlukan adalah: sensor/transmiiter , pengendali,

    transduser I/P, dan katup kendali pneumatik.

    Gambar 5. Instrumen atau piranti pengendali elektronik.

    3.1  Unit Pengukuran

    Unit pengukuran berfungsi mengubah informasi besaran fisik terukur (variabel proses)

    menjadi sinyal standar. Unit ini terdiri atas dua bagian besar yaitu sensor dan transmiter.

      Sensor (elemen perasa atau pengindera) adalah piranti yang merespon rangsangan

    fisik (variabel proses). Sensor berhubungan langsung atau paling dekat dengan

    variabel proses. Disebut juga dengan detecting element   (elemen pendeteksi) atau

    elemen primer.

      Transmiter yaitu piranti yang berfungsi mengubah energi atau informasi yangdatang dari sensor menjadi sinyal standar. Dua macam sinyal standar yang sering

    dapat dipakai yaitu sinyal listrik dan pneumatik.

    Tabel 3. Sinyal standar dalam pengendalian proses.

    SINYALNILAI

    MINIMUM

    NILAI

    MAKSIMUMSIMBOL

    Pneumatik

    (udara tekan)3 psi(g)

    20 kPa(g)

    15 psi(g)

    100 kPa(g)

    Listrik 4 mA 20 mA

    Umum 0% 100%

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    6/21

     

    Pengendalian Proses  5

    Dalam beberapa hal lebih sederhana dengan memasukkan sensor dalam blok transmiter.

    Sehingga dalam arti sempit, transmiter adalah instrumen yang mengukur besaran fisik dan

    mengirimkannya dalam bentuk sinyal pengukuran standar.

    3.2  Unit Kendali Akhir

    Unit kendali akhir bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau tindakan

    koreksi melalui pengaturan variabel pengendali atau manipulatd variable. Unit ini terdiri

    atas dua bagian besar, yaitu actuator  dan elemen regulasi. Actuator  atau penggerak adalah

     piranti yang mampu melakukan aksi fisik. Fungsinya mengubah sinyal kendali menjadi

     pengaturan fisik untuk pengendalian variabel proses. Jenis penggerak yang penting dalam

    industri proses adalah pneumatik, elektrik, dan hidrolik.

    Katup kendali (control valve) merupakan unit kendali akhir yang terdiri atas

     penggerak (actuator )  dan katup (valve). Sebagai energi penggerak yang umum adalah

    udara tekan (pneumatik). Selain udara tekan juga bisa memakai penggerak listrik, baik

    motor listrik (motorized valve) maupun solenoida ( solenoide valve). Bukaan katup diatur

    oleh penggerak.

    Fungsi katup kencali adalah mengatur laju alir. Prinsipnya adalah bertindak sebagai

     penyempitan variabel (variable restriction) dalam perpipaan proses. Dengan mengubah

     bukaan akan mengubah hambatan (juga menguba beda tekanan), sehingga laju alir

     berubah. Gambar 6 dan 7 manampilkan sebuah katup kencali dengan penggerak pneumatik

     jenis air-to-close. Sinyal kendali 4-20 mA yang berasal dari pengendali elektronik

    memerlukan sebuah konverter yang mengubah sinyal arus menjadi sinyal tekanan udara

    (pnuematik) 3-15 psig (0,2-1 bar atau 20 - 100 kPa).

    Gambar 6. Katup kendali pneumatik. Gambar 7 Rangkaian unit kendali akhir.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    7/21

     

    Pengendalian Proses  6

    Penggerak pneumatik berisi diafragma yang terbuat dari karet sintetis (misalnya

    neoprena) dan pegas. Tekanan udara dari atas atau bawah diafragma akan melawan gaya

     pegas. Gerakan penuh  stem  terjadi pada rentang tekanan udara 3-15 psig. Oleh tekanan

    udara yang dikenakan pada diafragma stem bergerak dan katup membuka atau menutup.Berdasar aksi katup oleh adanya perubahan tekanan udara, katup kencali dibedakan

    menjadi dua macam, yaitu air-to-open (AO) atau disebut fail-closed  (FC) dan air-to-close 

    (AC) atau disebut  fail-open  (FO). Pada jenis air-to-open, katup akan membuka  jika

    mendapat tekanan udara. Atau dengan kata lain, bila terjadi kegagalan  pasokan udara

    hingga tekanan jatuh ke minimum, katup akan menutup. Sebaliknya, pada jenis air-to-

    close, katup akan menutup  jika mendapat tekanan udara. Atau dengan kata lain, bila

    terjadi kegagalan  pasokan udara hingga tekanan jatuh ke minimum, katup akan

    membuka.

    Berdasar aksi penggerak (actuator ) oleh adanya perubahan tekanan udara, katup

    kendali dibedakan menjadi dua macam, yaitu: direct acting   dan reverse acting .  Pada

    modus direct acting , sinyal tekanan udara masuk dari atas. Dengan kenaikan sinyaltekanan udara, stem bergerak ke bawah. Sebaliknya, pada modus reverse acting , sinyal

    masuk dari bawah. Dengan kenaikan sinyal tekanan udara, stem bergerak ke atas.

    Gambar 8. Sketsa dan simbol katup kendali pneumatik.(FO – fail-open, FC – fail-closed ).

    Di kalangan praktisi industri telah berlaku kaidah umum bahwa kenaikan stem

    berarti katup membuka. Operator lebih berminat untuk mengetahui dan mengatur posisi

    katup, dan bukan nilai sinyal kendali. Sehingga nilai sinyal kendali 0% pada tampilan

     panel kendali selalu berarti katup kendali menutup, dan 100% membuka penuh, tanpa

     peduli jenis katup kendali. Oleh sebab itu jenis katup kendali yang populer adalah jenis

    direct acting air-to-close dan reverse acting air-to-open.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    8/21

     

    Pengendalian Proses  7

    3.3  Unit Pengendali

    Unit pengendali merupakan otak dalam sistem pengendalian. Pengendali adalah piranti

    yang melakukan perhitungan atau evaluasi nilai error  menurut algoritma kendali. Evaluasiyang dilakukan berupa operasi matematika seperti, penjumlahan, pengurangan, perkalian,

     pembagian, integrasi dan diferensiasi. Hasil evaluasi berupa sinyal kendali yang dikirim ke

    unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal

     pengukuran.

    Pengendali paling tidak memiliki tampilan nilai variabel proses (PV), tombol

     pengatur dan tampilan  setpoint   (SP), pengatur dan tampilan nilai variabel pengendali

    (MV), serta sakelar AUTO/MANUAL. Yang terakhir merupakan satu sakelar penting.

    Sakelar ini menentukan operasi pengendali. Ketika sakelar pada posisi AUTO (otomatik),

    sinyal kendali diperoleh dari hasil pengolahan nilai error . Ketika sakelar pada posisi

    MANUAL, pengendali menghentikan pengolahan. Sinyal kendali diperoleh dari

     penyetelan manual oleh operator. Hanya dalam posisi auto pengendali memberi manfaat pengendalian proses.

    Penentuan aksi algoritma pengendali, memerlukan pengetahuan bagaimana

    kebutuhan proses yang dikendalikan dan aksi katup kendali (control valve). Kedua

     pengetahuan tersebut mutlak harus dimiliki. Ahli proses dapat bertanya kepada diri sendiri,

    misalnya, apa aksi pengendali yang tepat untuk pengendalian tinggi permukaan cairan jika

    dipakai katup air-to-close  dengan aliran keluar sebagai variabel pengendali. Aksi

     pengendali biasanya dapat disetel dengan sakelar pada sisi panel pengendali pneumatik

    atau elektronik.

    Gambar 9. Skema dasar unit pengendali.

    Blok algoritma kendali dapat berupa perangkat keras atau perangkat lunak. Sinyal

    kendali yang diperoleh selanjutnya diproses menjadi sinyal kendali standar (4 - 20 mA

    DC). Hubungan antara pengukuran dan sinyal kendali bergantung pada modus langsung

    (direct acting ) atau berlawanan (reverse acting ).

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    9/21

     

    Pengendalian Proses  8

    Tabel 4. Aksi pengendali.

    Aksi Variabel Proses (PV)Variabel Pengendali (MV)

    atau Sinyal Kendali

     Direct acting  Naik | Turun Naik | Turun

     Reverse acting  Naik | Turun Turun | Naik

    Tabel 5. Aksi sistem proses, pengendali, dan katup kendali.

    Aksi Sistem Proses Aksi Pengendali Aksi Katup Kendali

     Direct acting Reverse acting Biasanya FC

     Reverse acting Direct acting Biasanya FO

    Pada sistem pengendali digital pada umumnya memisahkan kebutuhan aksi direct

    atau reverse  dari posisi kegagalan katup kendali (control valve). Sinyal kendali ataucontroller output signal   pada sistem kendali digital berkisar dari 0 hingga 100%, yang

    merepresentasikan “persen bukaan” katup kendali (control valve). Oleh sebab itu, aksi

    direct   atau reverse merepresentasikan arah perubahan variabel proses dan katup (valve),

    tanpa memperhatikan apakah katup kendali jenis fail-open atau fail-closed .

    4.  RESPONS SISTEM PENGENDALIAN

    Sistem pengendalian terdiri atas:  plant   yang dikendalikan; sensor dan transmitter;

     pengendali; serta control valve. Keluaran sistem adalah variabel proses terkendali.

    Masukan sistem adalah SP (nilai variabel proses yang diinginkan) dan gangguan (beban).Dalam sistem pengendalian umpan balik, variabel proses terkendali (PV) dipengaruhi oleh

     setpoint  dan/atau beban (gangguan). Perubahan setpoint  dapat dilakukan oleh operator atau

     pengendali lain. Sedangkan beban dapat berubah secara acak tergantung sistem proses dan

    lingkungannya. Pada perubahan pada  setpoint atau beban, variabel proses mungkin akan

    mengalami beberapa cara perubahan, yaitu: sangat teredam (overdamped ), redaman kritik

    (critically damped ), teredam (underdamped ), osilasi kontinyu ( sustained oscillation), atau

    tidak stabil (amplitudo membesar).

    Gambar 10. Bentuk respons variabel proses pada perubahan nilai setpoint .

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    10/21

     

    Pengendalian Proses  9

    Respons tanpa osilasi (sangat teredam) bersifat lambat namun stabil. Tanggapan

    redaman kritik merupakan batas akan mulai terjadi osilasi teredam. Sedangkan tanggapan

    osilasi teredam mengalami sedikit gelombang di awal perubahan, dan selanjutnya

    amplitudo mengecil dan akhirnya stabil. Tanggapan ini cukup cepat meskipun sedikit

    terjadi ketidakstabilan. Pada tanggapan dengan osilasi kontinyu, variabel proses secara

    terus menerus bergelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang tetap. Terakhir,

    tanggapan tak stabil, memiliki amplitudo membesar. Kondisi yang terakhir ini sangat

     berbahaya karena dapat merusak sistem keseluruhan.

    Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal, yaitu jenis uji dan

    kriteria yang tepat. Uji dilakukan dengan cara memberi masukan berubah pada nilai

     setpoint   atau beban. Jenis masukan uji dapat berupa: impuls,  step, sinusoida, atau acak

    (random). Cara uji yang mudah adalah dengan memberi masukan  step, yaitu mengubah

    dari satu kondisi  steady-state  ke kondisi  steady-state  baru.  Dari hasil uji, selanjutnyadianalisa apakah memenuhi kriteria atau tidak. Kriteria yang umum dipakai adalah:

    redaman seperempat amplitudo dan nilai dari integral galat absolut (integral absolute

    error , IAE). Di samping itu terdapat kriteria lain seperi redaman kritik, integral kuadrat

    error  (ISE), dan lain-lain.

    4.1  Respons Terhadap Perubahan Setpoint  

     Nilai  setpoint   diubah dari satu nilai ke nilai lain ( step input ). Respons PV diamati.

    Bilamana terjadi respons teredam, maka terdapat besaran sebagaimana dalam Gambar 11.

    Gambar 11. Respons teredam pada variabel proses.

    Kriteria Redaman Seperempat Amplitudo. Kriteria ini cukup populer, sebab mampu

    mengakomodasikan ketiga tujuan pengendalian yaitu cepat, tepat dan stabil. Arti kriteria

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    11/21

     

    Pengendalian Proses  10

    ini adalah, besar amplitudo berikutnya adalah seperempat dari sebelumnya (decay ratio

    sebesar 0,25). 

    Kriteria Nilai dari Integral Galat ( Error ) Absolut. Kriteria integral galat (error ) absolutmenunjukkan luas total galat (error ). Kriteria IAE lebih disukai di kalangan praktisi

    industri karena kemudahan dalam mengukur.

    Gambar 12. Nilai Integ Absolute Error (IAE).

    4.2 

    Respons Terhadap Perubahan Beban

    Perubahan beban dapat menghasilkan respons seperti Gambar 13. Kriteria redaman

    seperempat amplitudo dan IAE dapat diterapkan di sini.

    Gambar 13. Respons variabel proses pada perubahan beban.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    12/21

     

    Pengendalian Proses  11

    5.  KARAKTERISITK STATIK DAN DINAMIK

    Karakteristik atau perilaku sistem adalah bagaimana respons variabel keluaran (variabel

     proses) terhadap variabel masukan (manipulated variable dan/atau gangguan).

    5.1  Karakteristik Statik

    Gain Proses.  Karakteristik statik atau perilaku statik adalah perilaku sistem yang tidak

    dipengaruhi waktu. Secara numerik dinyatakan oleh  steady-state gain atau  static-gain  (di

    kalangan praktisi disebut dengan  process gain  atau  gain  saja), yaitu perbandingan antara

     perubahan keluaran dan perubahan masukan setelah tercapai keadaan tunak ( steady-statei).

    Dengan mengetahui karakteristik statik maka batas pengendalian dapat diketahui.

    Gambar 15. Contoh Kurva Karakteristik Statik.

    (a) Proses direct acting . (b) Proses reverse acting .

    Gambar 16. Kurva karakteristik statik.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    13/21

     

    Pengendalian Proses  12

     Direct Acting  dan Reverse Acting . Satu hal penting lainnya adalah arah kemiringan

     perubahan variabel proses, yaitu langsung (direct acting   atau respon positif) atau

     berlawanan (reverse acting   atau respon negatif). Pada direct acting , kenaikan sinyal

    kendali menghasilkan kenaikan variabel proses. Dan sebaliknya, pada reverse acting  kenaikan sinyal kendali menghasilkan penurunan variabel proses.

    5.2  Karakteristik Dinamik

    Perilaku dinamik atau karakteristik dinamik adalah perilaku sistem yang dipengaruhi

    waktu. Karakteristik dinamik dinyatakan oleh dynamic gain. Dengan mengetahui

    karakteristik dinamik maka bagaimana cara mengendalikan sistem proses dapat diketahui.

    Salah satu cara mengetahui karakteristik dinamik suatu sistem adalah dengan uji respon

    frekuensi ( frequency response). Masukan sistem berupa sinusoida. Keluaran sistem

    dibandingkan dengan masukan. Dari sini diperoleh dua besaran, yaitu perbandinganamplitudo ( Ar ) dan kelambatan atau beda fase ( ) antara masukan dan keluaran.

    Gambar 17. Uji Respon Sinusoida.

    6.  IDENTIFIKASI SISTEM PROSES

    Identifikasi sistem proses adalah menentukan parameter proses yang dipakai untuk

    menentukan nilai parameter pengendali. Parameter sistem proses dapat disederhanakan

    menjadi tiga jenis.

    1)  Steady-state gain (K  p), yang menentukan sensitivitas respons.

    2) 

    Time constant (τ p), yang menentukan kecepatan respons.3)

     

     Dead time ( p), yang menentukan besar tundaan respons.Model sistem proses dengan tiga parameter itu dikenal dengan model FOPDT ( first order

     plus dead time).

    6.1 Metode Kurva Reaksi atau Step-Response 

    Masukan sistem diubah dari satu nilai  steady-state  ke nilai  steady-state  lain. Penentuan

     parameter sistem poses dapat dilakukan dengan metrode garis singgung atau metode

    Smith. Disarankan memakai metode Smith karena lebih teliti dalam analisisnya.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    14/21

     

    Pengendalian Proses  13

    a)  Metode Garis Singgung

    Hasil respons  step  pada vairabel proses disajikan pada Gambar 18. Parameter konstanta

    waktu diambil dari nilai terkecil antara t1 dan t2. Biasanya t1 lebih kecil dibanding t2. Bilait1 lebih besar dibanding t2 berarti respon sangat cepat, kemudian melambat. Hal ini terjadi

     jika terdapat susunan paralel beberapa waktu mati.

    Gambar 18. Penentuan waktu mati dan konstanta waktu dengan metode garis singgung-1.

    b) 

    Metode Smith

    Mungkin model ini yang paling baik dikerjakan secara manual (Smith, 1985). Menurut

    Smith, diperlukan dua pengukuran nilai waktu, yaitu  y mencapai 28,3% dan 63,2% dari

    rentang perubahan (Gambar 19). Waktu t1 dan t2 dihitung sejak masukan mulai berubah.

    Gambar 19. Grafik respon step metode Smith (1985).

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    15/21

     

    Pengendalian Proses  14

    Dari data tersebut diperoleh,

      time constant ,    p = 1,5 (t 2 - t 1)  deadtime,   p  = t 2 -    p 

    Jika   p negatif, maka 

    time constant ,    = t 2 

      deadtime,   p = 0

    7.  PENGENDALIAN PROPORSIONAL-INTEGRAL-DERIVATIF (PID)

    Pengendali membandingkan nilai sinyal pengukuran (variabel proses) dengan  setpoint  

    untuk memutuskan tindakan yang tepat. Jika ada error , pengendali mengatur nilai keluaran

     berdasar pada nilai parameter yang telah ditetapkan dalam pengendali. Sehingga perlu

    menetapkan parameter pengendali. Penetapan parameter dibutuhkan untuk menentukan:

      Seberapa besar koreksi harus dilakukan. Besar koreksi atau perubahan nilai sinyalkendali ditentukan oleh bagian proporsional.

     

    Seberapa lama koreksi harus dilakukan. Lamanya koreksi ditentukan oleh bagian

    integral.

      Seberapa cepat koreksi harus dilakukan. Kecepatan koreksi ditentukan oleh bagianderivatif.

    Pengendali ditala dalam usaha menjodohkan antara karakteristik peralatan kendali dan

    sistem proses, sehingga sistem mampu merespon error  secara cepat (variabel proses cepat

    mencapai  setpoint ), tepat (variabel proses sama dengan  setpoint ), dan stabil (variabel

     proses tak berosilasi di sekitar setpoint ).

    7.1 Pengendalian Proporsional

    Karakteristik Pengendali.  Pengendali proporsional menghasilkan sinyal kendali yang

     besarnya “sebanding” (proporsional) dengan sinyal galat (error ). Sehingga terdapat

    hubungan tetap dan linier antara variabel proses (PV) dan sinyal kendali (posisi elemen

    kendali akhir). Persamaan pengendali proporsional adalah, 

    oc ue K u     (1)

    dengan,

    u = sinyal kendali (%),

     K c  = proportional gain (tanpa satuan)

    e  = error  (%)

    = (r – y) untuk reverse acting  

    = ( y – r ) untuk direct acting  

    uo  = bias, yaitu nilai (u) pada saat pengukuran sama dengan setpoint  (%)

    Variabel pengukuran ( y) dan  setpoint   (r ) diubah ke dalam persentase dari lebar rentang

     pengukuran ( span). Sehingga dari persamaan di atas, satuan sinyal kendali adalah persen.Tanggapan sinyal kendali terhadap perubahan error   disajikan pada gambar berikut.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    16/21

     

    Pengendalian Proses  15

    Terlihat bahwa keluaran pengendali sebanding dengan besar error . Tanggapan sinyal

    kendali terjadi seketika tanpa ada keterlambatan atau pergeseran fase (c = 0).

    Gain Proporsional. Adalah perbandingan antara perubahan sinyal kendali dan error . Pada

     proses cepat (kapasitansi kecil), perlu gain lebih kecil agar diperoleh kestabilan.

    Sebaliknya pada proses lambat (kapasitansi besar), perlu gain lebih besar agar diperoleh

    respon yang baik.

     Proportional Band   (PB). Adalah persentase perubahan error   (atau variabel proses) yang

    menghasilkan perubahan sinyal kendali (atau manipulated variable) sebesar 100%. Secaramatematik, dirumuskan sebagai

     ProportionalBband , PB =c K 

    100

     % (2)

    Besaran ini lebih mencerminkan kebutuhan pengendalian dibanding  gain  proporsional,

    sebab PB pada menunjukkan lebar rentang variabel proses yang dapat dikendalikan.

    Offset .  Adalah residual error   atau  steady-state error   yaitu sisa error yang ada setelah

    tercapai  steady state  baru. Masalah ini terjadi pada pengendalian proporsional jika ada

     perubahan beban atau  setpoint . Dengan perubahan beban, diperlukan nilai sinyal kendali

    yang berbeda. Nilai sinyal kendali baru diperoleh dari penambahan atau pengurangan nilai

    bias sebesar kelipatan offset  yaitu sebesar gain proporsional dikalikan offset .

    Gambar 20. Tanggapan variabel proses (PV) pada perubahan setpoint .

    Gambar 21. Respons variabel proses (PV) pada perubahan beban.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    17/21

     

    Pengendalian Proses  16

    Offset  pada pengendalian proporsional dapat diperkecil dengan memperbesar  gain

     proporsional atau memperkecil  proportional band . Semakin kecil nilai proportional band  

    atau semakin besar  gain, pengendali semakin peka dan respons variabel proses semakin

    cepat, offset   semakin kecil, tetapi sistem cenderung tidak stabil. Sebaliknya, dengan proportional band  yang besar sistem menjadi stabil tetapi pengendali tidak peka dan offset  

     besar. Pada  proportional band   sama dengan nol (secara nyata tidak dapat dilakukan)

     perilaku pengendali proporsional sama dengan pengendali dua posisi (on-off ). Diperlukan

    kompromi terhadap nilai PB sehingga diperoleh respons cepat, offset  dapat diterima, tetapi

    sistem cukup stabil.

    Offset   dapat dihilangkan dengan mengubah nilai bias  (uo) pada pengendali

     proporsional. Oleh sebab itu, agar offset   hilang, perlu ditambahkan mekanisme

     penambahan atau pengurangan nilai bias secara otomatik.

    7.2 

    Pengendalian Proporsional-Integral (PI)

    Karakteristik Pengendali. Besar keluaran pengendali proporsional-integral (PI)

    sebanding dengan besar galat (error ) dan integral galat (error ). Persamaan pengendali PI

    ideal (standar ISA) adalah sebagai berikut.

    o

    i

    cc udt e

     K e K u       (3)

    dengan i adalah waktu integral atau waktu reset. Pada pengendali PI, suku bias (uo) bisa

    ditiadakan. Sebab suku integral mampu memberikan nilai bias baru.Sebuah integrator adalah piranti ideal untuk mengatur nilai bias. Jika pengaturan

    nilai bias dilakukan secara manual, disebut manual reset . Sebaliknya, jika dilakukan secara

    otomatik dengan memakai integrator, disebut automatic reset   atau lebih populer dengan

    reset  saja. Dengan demikian fungsi utama bagian integral adalah menghilangkan offset .

    Pengendalian Proporsional-Integral.  Pada pengendali PI terjadi penambahan atau

     pengurangan sinyal kendali hingga error  hilang. Penambahan atau pengurangan dilakukan

    melalui mekanisme integrasi error atau dikenal sebagai aksi reset. Artinya mampu

    melakukan reset pada variabel proses hingga nilainya sama dengan  setpoint . Karena

    memakai mekanisme integral oleh sebab itu disebut juga aksi integral.

    Aksi integral menyebabkan keluaran pengendali (u) berubah terus selama ada error  (e) sampai error  hilang. Aksi integral pada pengendali PI secara kontinyu menggeser letak

     proportional-band   (PB) dalam usaha mengubah bias. Penggeseran letak PB tidak

    mengubah besar PB. Mekanisme ini menyebabkan variabel proses selalu sama dengan

     setpoint  (SP) untuk segala perubahan beban dalam batas pengendalian. Tetapi penambahan

    aksi integral menambah kelambatan dan ketidakstabilan sistem.

    Pengaturan waktu integral tergantung pada kecepatan respons sistem proses. Waktu

    integral tidak terlalu kecil karen pengendali terlalu cepat berubah dibanding respons sistem

     proses. Hal ini mengakibatkan overshoot  dan osilasi berlebihan.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    18/21

     

    Pengendalian Proses  17

    Gambar 21. Respons loop tertutup pengendali proporsional-integral pada perubahan beban.

    7.3 Pengendalian Proporsional-Integral-Derivatif (PID)

    Karakteristik Pengendali. Besar sinyal kendali yang yang dihasilkan sebanding dengan

     besar error , integral error , dan derivasi error . Suku derivatif bereaksi terhadap kecepatan

     perubahan error . Persamaan pengendali PID adalah, 

    od c

    i

    cc u

    dt 

    de K dt e

     K e K u          (4)

    dengan  d adalah waktu derivatif.

    Pengendalian Proporsional-Integral-Derivatif . Kelambatan akibat aksi integral dapat

    dihilangkan dengan menambah aksi derivatif ( preact ). Aksi derivatif bertujuan untuk

    mempercepat tanggapan sekaligus memperkecil overshoot   variabel proses. Hal ini dapat

    terjadi, karena suku derivatif sebanding dengan kecepatan perubahan error . Oleh sebab itu

    dengan penambahan derivatif pengendali dapat mengantisipasi perubahan beban yang

    cepat.

    Penambahan derivatif tidak dapat menghilangkan offset . Penambahan derivatif

    hanya memperbaiki perilaku lingkar (loop) pengendalian. Aksi derivatif tidak diperlukan

    atau tidak boleh dipakai dalam lingkar pengendalian dengan banyak noise atau perubahan

    cepat variabel proses. Penambahan derivatif menyebabkan sistem menjadi peka terhadapnoise. Ini disebabkan karena derivatif memperkuat noise dan muncul dalam sinyal kendali.

    Dengan demikian lingkar pengendalian laju alir dan level  tidak cocok memakai derivatif.

    Proses yang memiliki karakterisitk cepat tidak perlu memakai derivatif untuk lebih

    mempercepat respons. Sehingga laju alir dan tekanan gas tidak perlu memakai derivatif.

    Sebaliknya proses dengan respons lambat dan bebas noise, seperti pada pengendalian suhu

    dan komposisi, perlu memakai derivatif. Demikian juga pada proses tak stabil, seperti

    reaktor eksotermik, pengendalian suhunya lebih baik jika ditambahkan derivatif untuk

    menstabilkan sistem. Tetapi, penambahan aksi derivatif tidak sesuai untuk proses yang

    memiliki waktu mati dominan yaitu lebih dari setengah konstanta waktu.

    Keterangan:

    (1)  i terlalu besar(2)  i cukup

    (3)  i terlalu kecil

    1

    2

    3

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    19/21

     

    Pengendalian Proses  18

    7.4 Pengendalian Proporsional-Derivatif (PD)

    Karakteristik Pengendali. Bentuk persamaan pengendali PD adalah,

    od cc udt 

    de K e K u         (5)

    Respons terahadp masukan step diperlihatkan pada gambar di bawha ini.

    Pengendalian Proporsional-Derivatif . Mode ini hampir tidak pernah dipakai di industri.

    Disebabkan kepekaan terhadap noise dan tidak sesuai untuk proses yang memiliki waktu

    mati dominan, pengendali PD banyak menimbulkan masalah dalam pengendalian.

    Meskipun demikian, sebenarnya pengendali PD sesuai untuk proses multikapasitas, proses

    tumpak (batch), dan proses lain yang memiliki tanggapan lambat.

    Pada proses yang memiliki konstanta waktu jauh lebih besar dibanding waktu mati,

     penambahan aksi derivatif dapat memperbaiki kualitas pengendalian. Proses dengan waktu

    mati dominan, penambahan aksi derivatif dapat menyebabkan ketidakstabilan, sebab

    adanya keterlambatan (lag ) respons pengukuran.

    8.  PENALAAN PENGENDALI (Controller Tuning )

    Penalaan pengendali adalah pekerjaan untuk mendapatkan nilai paramater pengendali yang

    sesuai dengan kebutuhan proses. Parameter pengendali yang ditentukan meliputi  gain ( K c)atau proportional band  (PB), waktu integral ( i), dan waktu derivatif ( d ).

    8.1 Metode Kurva Reaksi

    Metode kurva reaksi didasarkan atas tanggapan undak sistem proses. Asumsi yang

    digunakan adalah, proses sebagai sistem orde satu disertai waktu mati. Langkah metode

    kurva reaksi adalah sebagai berikut.

     

    Pengendali disetel pada posisi manual. 

     

    Dilakukan sedikit perubahan mendadak pada sinyal kendali (sebaiknya kurang dari

    10%), sehingga terjadi perubahan variabel proses (PV) yang dapat diamati.   Tanggapan variabel proses direkam dan dari hasil yang diperoleh ditentukan nilai

    waktu mati (  p), konstanta waktu sistem (  p), dan steady-state  gain ( K  p).

    Dari uji tersebut di atas diperoleh:u

     y K  p

    ,

     p

     p R

     

      , dan

     p

     y N 

     

     

    8.2 Metode Ziegler-Nichols I, Cohen-Coon dan Kriteria IAE

    Penentuan pengendali dengan metode Ziegler-Nichols I, Cohen-Coon dan IAE disajikan

     pada Tabel 6.

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    20/21

     

    Pengendalian Proses  19

    Tabel 6. Persamaan penalaan pengendali memakai data kurva reaksi.

    PENGENDALI ZIEGLER-NICHOLS COHEN-COON IAE

    Proporsional(P)

     K c p p

     p

     K    

      

      

       31  R

     K   p p

     p

     

      

    985,0

    902,0   

      

     p

     p

     p K        

    Proporsional

    +

    Integral (PI)

     K c  p p

     p

     K    

     9,0

     

      

     

    121

    9,0  R

     K   p p

     p

     

      

    986,0

    984,0

     

      

     

     p

     p

     p K     

      

     i 3,3   p   

      

     

     R

     R p

    109

    330   

    293,0

    645,1  

      

     

     p

     p

     p 

        

    Proporsional+

    Integral

    +

    Derivatif

    (PID)

     K c 

     p p

     p

     K    

     2,1 

     

     

     

     

    43

    4  R

     K   p p

     p

     

      

    921,0

    435,1

     

     

     

     

     p

     p

     p K     

      

     i  2   p   

      

     

     R

     R p

    813

    632   

    251,0

    139,1  

      

     

     p

     p

     p 

        

     d   0,5   p   

      

     

     R p 2114

       

    137,0

    482,0

     

      

     

     p

     p

     p 

        

    8.2 Metode Osilasi Lingkar Tertutup

    Metode osilasi lingkar tertutup dikenal dengan metode Ziegler-Nichols II. Pada prinsipnya

    dalam lingkar tertutup dibuat kondisi osilasi alami. Ini terjadi ketika pergeseran fase hanya

    disebabkan oleh sistem proses. Dengan kata lain pengendali pada modus proporsional saja.

    Adapun langkah penalaan adalah sebagai berikut.

    1)  Pengendali disetel pada posisi automatik.

    2)  Aksi integral dan derivatif dimatikan, dengan membuat waktu integral maksimum,

    waktu derivatif nol, dan proportional band  (PB) maksimum.

    3)  Secara berangsur PB diperkecil setengahnya, sambil diadakan perubahan kecil pada

    gangguan (beban) atau setpoint .

    4)  Langkah nomor (3) diulang terus sampai muncul osilasi kontinyu pada variabel proses

    (PV). Pada keadaan ini, proportional band  sebagai proportional band  kritik (PBu) atau proportional gain  sebagai  proportional gain  kritik (K cu), dan periode osilasi sebagai

     periode osilasi kritik (Tu). Selanjutnya parameter pengendali mengikuti tabel berikut.

    Tabel 4.3 Parameter pengendali dengan metode Zigler-Nichols II

    PENGENDALI  K c  i   d  

    P 0 5,  K cu     0

    PI 0 45,  K cu  T u

    1 2,  0

    PID 0 6,  K cu   0 5, T u   0125, T u  

  • 8/18/2019 Fundamental Pengendalian Proses

    21/21

     

    Pengendalian Proses  20

    8.3 Metode Coba-Coba

    Metode coba-coba (trial and error ) sangat efektif jika dikerjakan oleh operator yang berpe-

    ngalaman. Dengan bekal pengalaman bekerja dalam pengendalian proses, biasanyaoperator memiliki intuisi tajam dan mampu melakukan penyetelan yang tepat. Meskipun

    demikian, metode ini dapat dicoba oleh mereka yang belum berpengalaman dengan

    melaksanakan langkah berikut.

    Pengendali PI 1)  Pertama-tama pengendali disetel ke posisi manual.

    2)   Manipulated variable (MV) diubah sebesar 5 - 10%. Kemudian diukur waktu yang

    dibutuhkan variabel proses saat mulai memberi tanggapan. Watu integral (T i) dibuat

    lima kali waktu tersebut.

    3) 

     Proportional band  dibuat maksimum, dan pengendali di taruh ke posisi automatik.

    4) 

    Sambil memberi gangguan perubahan setpoint , PB diperkecil sepertiganya.5)

     

    Langkah nomor (4) diulang terus hingga diperoleh tanggapan variabel proses yang

    dikehendaki.

    6)  Waktu integral diperkecil sehingga diperoleh tanggapan secepat mungkin tetapi

    overshoot  masih dapat diterima.

    Pengendali PID 1)   Proportional band dibuat maksimum, waktu integral maksimum, dan waktu derivatif

    minimum (nol).

    2)  Perlahan-lahan PB diperkecil hingga diperoleh cukup overshoot   pada variabel proses

     jika sistem proses diberi gangguan.3) 

    Waktu derivatif dinaikkan, hingga overshoot  hilang.

    4) 

    Langkah (2) dan (3) diulang, hingga diperoleh tanggapan transien sesuai yang

    diinginkan.

    5)  Waktu integral diperkecil, hingga diperoleh cukup overshoot  pada variabel proses jika

    sistem proses diberi gangguan.

    6)  Waktu derivatif dinaikkan hingga diperoleh tanggapan transien yang diinginkan.

    Tabel 4.4 Parameter pengendali pada berbagai proses.

    SISTEM PROSES PROPORTIONAL

     BAND

    WAKTU

    INTEGRAL

    WAKTU

    DERIVATIF

    Tekanan Gas 2 - 5 % Tidak perlu -

    Tekanan Cair 50 - 200% 0,1 – 0,25 menit -

    Tekanan Uap 10 – 50% 2 - 10 0,1 – 2,0

    Suhu 10 – 50 % 2 - 10 menit ≤ 2 menit

    Aliran 150 - 250 % 0,1 – 0,25 menit -

    Komposisi 100 - 1000 % 10 - 30 menit Bervariasi

    Level 2 maxh   - -

    Keterangan: maxh adalah persen penyimpangan maksimum level  yang diinginkan.