Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

6
128 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 128-133 ISSN 0853 - 0823 FABRIKASI MnZn-FERIT DARI BAHAN ALAM PASIR BESI SERTA APLIKASINYA UNTUK CORE INDUKTOR Agus Yulianto, Mahardika Prasetya Aji Jurusan Fisika FMIPA UNNES, Jl. Sekaran Gunungpati Semarang, [email protected] Novri Idayanti Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, LIPI Bandung. INTISARI Pengolahan bahan alam pasir besi menjadi magnet MnZn Ferit telah berhasil diperoleh dengan metode metalurgi serbuk. Proses sintesis dilakukan dengan mencampurkan MnO 2 , ZnO 2 dengan Fe 3 O 4 dari pasir besi. Pembentukan fase kristal dengan struktur MnZn-Ferit dilakukan melalui proses kalsinasi dan sintering pada temperature 1200 o C. Respon terhadap medan magnet luar ditunjukkan oleh MnZn-Ferit hasil sintesis yang mengandung Mn: 0,5 sampai dengan 1 mol. Komposisi dengan Mn sebesar 0,5 memiliki kurva hysteresis berupa garis lurus, hal ini mengindikasikan respon magnetik yang masih rendah. Sedangkan komposisi dengan Mn sebesar 0,7 atau lebih menunjukkan respon magnetik yang cukup tinggi, hal tersebut juga didukung oleh bentuk kurva histeresisnya. Dengan sifat magnetik yang baik, MnZn-Ferit hasil sintesis dari bahan alam pasir besi ini berpotensi untuk difungsikan sebagai core induktor. Kata kunci: Pasir Besi, Ferit, Induktor I. PENDAHULUAN Mineral pasir besi di Indonesia tersebar luas di sepanjang tepian Samudera Hindia, dari wilayah paling barat Pulau Sumatera hingga Pulau Bali, Lombok dan sekitarnya (Ratman dkk., 1998). Hal ini tidak lepas dari kedudukan kepulauan Indonesia yang dilewati oleh jalur sabuk vulkanik (Abidin, 2003), serta Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung api paling banyak di dunia dan masih aktif (Tjetjep dan Wirakusumah, 2003). Berdasarkan keadaan ini dapat diduga bahwa pasir besi Indonesia memiliki variasi dan ciri yang khas. Para ahli geologi menggolongkan pasir besi sebagai endapan besi sekunder produk gunung api. Secara faktual beberapa gunung api di Indonesia masih terus memuntahkan material vulkaniknya, sebagai contoh adalah letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Kelud di Jawa Timur. Dengan demikian pasir besi di Indonesia merupakan produk lokal yang dihasilkan secara berkesinambungan. Pasir besi sampai saat ini hanya dimanfaatkan untuk beberapa keperluan yang bernilai ekonomi rendah, misalnya untuk bahan campuran semen atau bahan bangunan. Pemanfaatan seperti itu kurang optimal, sebab mineral oksida besi yang terkandung dalam pasir besi sebenarnya sangat potensial untuk diolah menjadi berbagai produk industri yang bernilai tinggi. Di antara produk industri yang dapat dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar oksida besi adalah besi baja (Muta’alim dkk., 1995), pewarna (Ozel et al., 2006; Elias et al., 2006), katalis (Smit et al., 2006), tinta (Anderson et al., 2003), toner (Brezoi dan Ion, 2005), media rekam magnetik (Peng et al., 2003; Aso et al., 1999; Yamamoto et al., 2001), magnet ferit (Parkin et al., 2001; Yulianto, 2005). Dari berbagai produk tersebut, magnet ferit termasuk produk yang bernilai ekonomi tinggi. Selain digunakan dalam berbagai peralatan elektronika, saat ini magnet ferit juga dikembangkan menjadi film tipis (Liang et al., 2005; Shams et al., 2005; Capraro et al., 2004; Yulianto et al., 2007), serta berbagai piranti elektronik yang berbasis teknologi nano (Pramanik et al., 2005). Pengembangan bahan ferit dalam bentuk film tipis sebagian diorientasikan pada pembuatan media rekam dan sebagai alat sensor (Sandu et al., 2006; Yamamoto et al., 2001). Meskipun pengembangan teknologi magnet ferit telah demikian maju, namun hingga kini metode dasar pembuatan ferit juga masih terus dikembangkan. Berbagai cara untuk mendapatkan magnet ferit secara lebih efisien masih terus dicoba, misalnya dengan melakukan sintesis pada temperatur lebih rendah (Papazoglou et al., 2006), atau memprosesnya lebih lanjut menjadi magnet komposit (Zaitsev et al., 2005; Gomes et al., 2005). Berbagai publikasi mengenai magnet ferit dan besi oksida hingga saat ini masih terus dilakukan para peneliti di seluruh dunia. Registrasi paten berkenaan dengan produk maupun metode juga masih terus berlangsung. Sebagai contoh, toner magnetit dipatenkan oleh Sano dan Matsumoto (2004). Tidak lama berselang Tdk. Corporation mematenkan produk material ferit dan proses sinteringnya (2005). Satu tahun berikutnya, di tahun 2006 perusahaan tersebut juga mematenkan metode produksi material magnetik ferit yang didoping dengan bahan lanthanum dan cobalt untuk menghasilkan sifat magnetik yang lebih baik. Untuk produk selain ferit, produk paten yang disintesis dari besi oksida antara lain adalah tisu magnetik yang ditemukan oleh Anderson dkk.(2005), serta medium rekam dari magnetit yang dipatenkan oleh Sato dan Namura melalui Sony Corporation (2004).

Transcript of Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

Page 1: Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

128 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 128-133

ISSN 0853 - 0823

FABRIKASI MnZn-FERIT DARI BAHAN ALAM PASIR BESI SERTA APLIKASINYA UNTUK CORE INDUKTOR

Agus Yulianto, Mahardika Prasetya Aji Jurusan Fisika FMIPA UNNES, Jl. Sekaran Gunungpati Semarang, [email protected]

Novri Idayanti Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, LIPI Bandung. INTISARI

Pengolahan bahan alam pasir besi menjadi magnet MnZn Ferit telah berhasil diperoleh dengan metode metalurgi serbuk. Proses sintesis dilakukan dengan mencampurkan MnO2, ZnO2 dengan Fe3O4 dari pasir besi. Pembentukan fase kristal dengan struktur MnZn-Ferit dilakukan melalui proses kalsinasi dan sintering pada temperature 1200oC. Respon terhadap medan magnet luar ditunjukkan oleh MnZn-Ferit hasil sintesis yang mengandung Mn: 0,5 sampai dengan 1 mol. Komposisi dengan Mn sebesar 0,5 memiliki kurva hysteresis berupa garis lurus, hal ini mengindikasikan respon magnetik yang masih rendah. Sedangkan komposisi dengan Mn sebesar 0,7 atau lebih menunjukkan respon magnetik yang cukup tinggi, hal tersebut juga didukung oleh bentuk kurva histeresisnya. Dengan sifat magnetik yang baik, MnZn-Ferit hasil sintesis dari bahan alam pasir besi ini berpotensi untuk difungsikan sebagai core induktor. Kata kunci: Pasir Besi, Ferit, Induktor

I. PENDAHULUAN

Mineral pasir besi di Indonesia tersebar luas di sepanjang tepian Samudera Hindia, dari wilayah paling barat Pulau Sumatera hingga Pulau Bali, Lombok dan sekitarnya (Ratman dkk., 1998). Hal ini tidak lepas dari kedudukan kepulauan Indonesia yang dilewati oleh jalur sabuk vulkanik (Abidin, 2003), serta Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung api paling banyak di dunia dan masih aktif (Tjetjep dan Wirakusumah, 2003). Berdasarkan keadaan ini dapat diduga bahwa pasir besi Indonesia memiliki variasi dan ciri yang khas. Para ahli geologi menggolongkan pasir besi sebagai endapan besi sekunder produk gunung api. Secara faktual beberapa gunung api di Indonesia masih terus memuntahkan material vulkaniknya, sebagai contoh adalah letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Kelud di Jawa Timur. Dengan demikian pasir besi di Indonesia merupakan produk lokal yang dihasilkan secara berkesinambungan.

Pasir besi sampai saat ini hanya dimanfaatkan untuk beberapa keperluan yang bernilai ekonomi rendah, misalnya untuk bahan campuran semen atau bahan bangunan. Pemanfaatan seperti itu kurang optimal, sebab mineral oksida besi yang terkandung dalam pasir besi sebenarnya sangat potensial untuk diolah menjadi berbagai produk industri yang bernilai tinggi. Di antara produk industri yang dapat dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar oksida besi adalah besi baja (Muta’alim dkk., 1995), pewarna (Ozel et al., 2006; Elias et al., 2006), katalis (Smit et al., 2006), tinta (Anderson et al., 2003), toner (Brezoi dan Ion, 2005), media rekam magnetik (Peng et al., 2003; Aso et al., 1999; Yamamoto et al., 2001), magnet ferit (Parkin et al., 2001; Yulianto, 2005). Dari berbagai produk tersebut, magnet ferit termasuk produk yang bernilai ekonomi tinggi.

Selain digunakan dalam berbagai peralatan elektronika, saat ini magnet ferit juga dikembangkan menjadi film tipis (Liang et al., 2005; Shams et al., 2005; Capraro et al., 2004; Yulianto et al., 2007), serta berbagai piranti elektronik yang berbasis teknologi nano (Pramanik et al., 2005). Pengembangan bahan ferit dalam bentuk film tipis sebagian diorientasikan pada pembuatan media rekam dan sebagai alat sensor (Sandu et al., 2006; Yamamoto et al., 2001). Meskipun pengembangan teknologi magnet ferit telah demikian maju, namun hingga kini metode dasar pembuatan ferit juga masih terus dikembangkan. Berbagai cara untuk mendapatkan magnet ferit secara lebih efisien masih terus dicoba, misalnya dengan melakukan sintesis pada temperatur lebih rendah (Papazoglou et al., 2006), atau memprosesnya lebih lanjut menjadi magnet komposit (Zaitsev et al., 2005; Gomes et al., 2005).

Berbagai publikasi mengenai magnet ferit dan besi oksida hingga saat ini masih terus dilakukan para peneliti di seluruh dunia. Registrasi paten berkenaan dengan produk maupun metode juga masih terus berlangsung. Sebagai contoh, toner magnetit dipatenkan oleh Sano dan Matsumoto (2004). Tidak lama berselang Tdk. Corporation mematenkan produk material ferit dan proses sinteringnya (2005). Satu tahun berikutnya, di tahun 2006 perusahaan tersebut juga mematenkan metode produksi material magnetik ferit yang didoping dengan bahan lanthanum dan cobalt untuk menghasilkan sifat magnetik yang lebih baik. Untuk produk selain ferit, produk paten yang disintesis dari besi oksida antara lain adalah tisu magnetik yang ditemukan oleh Anderson dkk.(2005), serta medium rekam dari magnetit yang dipatenkan oleh Sato dan Namura melalui Sony Corporation (2004).

Page 2: Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

Agus Yulianto, dkk / Fabrikasi MnZn-Ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

129

ISSN 0853 - 0823

Penelusuran peneliti dari berbagai sumber pustaka dan elektronik web-site berkenaan dengan magnet MnZn-Ferit menunjukkan bahwa telah banyak produk bahan jenis ini yang dipatenkan, namun sejauh ini produk yang telah dipatenkan tersebut belum ada yang diproduksi dari bahan pasir besi. Besi oksida yang digunakan untuk mensitesis MnZn-ferit pada umumnya adalah hematit (α-Fe2O3), sedangkan besi oksida yang terdapat pada pasir besi adalah magnetit (Fe3O4). Berbagai produk bahan magnet yang dihasilkan dari pasir besi dapat dipandang sebagai produk baru (yang bersifat unik) yang layak untuk dipatenkan. Selain itu sintesis MnZn-ferit dengan menggunakan magnetit secara langsung tanpa mengubahnya menjadi hematit terlebih dahulu akan menghasilkan proses yang sangat efisien. Dibarengi dengan optimasi komposisi bahan dan parameter proses, proses sintesis langsung ini juga sangat berpeluang diajukan sebagai paten dalam bidang pengembangan metode proses.

II. METODE PENELITIAN

Berdasar hasil penelitian sebelumnya (Yulianto, 2003), magnetit pasir besi dapat diubah menjadi maghemit (γ-Fe2O3) atau hematit (α-Fe2O3) melalui proses oksidasi. Maghemit memiliki struktur kubus, sedangkan hematit berstruktur heksagonal. Bahan hasil oksidasi ini dapat diproses lebih lanjut menjadi soft magnet lain melalui pencampuran dengan bahan lain yang memiliki valensi 2+, misalnya Mn++, Zn++, Co++ atau bahan lainnya, dan akan menghasilkan sifat magnetik yang berbeda dan lebih baik dari bahan asalnya. Pada umumnya proses pembuatan ferit selalu dimulai dengan fasa heksagonal, tetapi dalam penelitian ini proses sintesis dilakukan dengan menggunakan magnetit (berfasa kubus) secara langsung tanpa diubah dahulu menjadi hematit.

Dalam penelitian ini bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MnZn Ferit adalah: (a) Magnetit (Fe3O4) yang diperoleh dari pengolahan pasir besi, (b) Mangan oksida (MnO) bermutu teknis dan (c) Seng oksida (ZnO) bermutu teknis. Perhitungan stoikiometeri campuran dilakukan dengan memperhitungkan tingkat kemurnian masing-masing bahan. Dalam hal ini magnetit hasil pengolahan pasir besi memiliki tingkat kemurnian sekitar 99% (Yulianto, 2003). Sedangkan bahan bermutu teknis MnO dan ZnO yang dipakai tidak diketahui tingkat kemurniannya secara eksak. Oleh karena itu, berdasar perkiraan, kedua bahan teknis tersebut dianggap memiliki tingkat kemurnian 90%. Campuran bahan dilakukan dalam beberapa komposisi, masing-masing dalam hitungan mol bahan. Penggilingan bahan dilakukan dalam keadaan kering dengan menggunakan Ball Milling selama 5 jam. Selanjutnya bahan disaring ulang dengan menggunakan saringan berukuran 400 mesh.

Proses kalsinasi dilakukan dengan memanaskan campuran bahan pada temperatur 1200ºC selama 180 menit (Goldman, 1990). Proses kalsinasi dilakukan dengan menggunakan High Temperature Furnace tipe 46100 produk Thermolyne, yang tersedia di Laboratorium Komponen Magnet Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI Bandung. Bahan hasil proses kalsinasi berupa gumpalan (kristal) keras. Dengan demikian, hasil kalsinasi ini harus digiling ulang hingga ukurannya berorde mikron lagi. Proses penggilingan ulang telah dilakukan selama 16 jam dengan metode penggilingan basah , yaitu menggunakan alkohol dengan porsi 50 % berat padatan. Pada penggilingan tahap kedua ini, telah ditambahkan bahan-bahan aditif berupa CaO dan SiO2, masing-masing dengan porsi 0,75% dari berat bahan hasil kalsinasi. Ditambahkannya bahan aditif ini dimaksudkan untuk mempengaruhi pertumbuhan kristal lebih lanjut saat dilakukan sintering. Secara praktis penambahan bahan aditif ini sangat mempengaruhi sifat magnetik MnZn Ferit yang dibuat. Setelah proses pencetakan, proses sintering dilakukan pada temperature 1250ºC selama 60 menit.

Karakterisasi telah dilakukan untuk dua tahapan proses, yaitu serbuk MnZn-Ferit hasil kalsinasi dan sampel-sampel hasil pencetakan serta sintering. Serbuk hasil kalsinasi diperiksa dengan menggunakan metode difraksi sinar X. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah fasa / struktur bahan hasil kalsinasi telah mencapai fasa kristal MnZn Ferit, sebab setiap bahan memiliki jejak difraksi yang khas. Karakterisasi ini dilakukan di Laboratorium Difraksi sinar X, Laboratorium Pusat MIPA, UNS Surakarta. Pemeriksaan untuk sampel-sampel hasil sintering adalah karakterisasi sifat magnetiknya. Pengukuran kurva histeresis magnetik dilakukan dengan menggunakan alat Permagraph yang tersedia di Laboratorium Komponen Bahan Magnet LIPI. Untuk keperluan ini perlu dilakukan juga pengukuran sifat mekanik sampel, yang meliputi ukuran bentuk (dimensi spasial) dan kerapatan. Oleh karena itu telah dilakukan pengukuran pada sampel, yang meliputi: diameter luar, diameter dalam serta tebal dari sampel dengan menggunakan jangka sorong digital. Selain itu juga telah dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca digital dengan skala terkecil sebesar 0,0001 gram.

Page 3: Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

130 Agus Yulianto, dkk / Fabrikasi MnZn-Ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

ISSN 0853 - 0823

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Proses Kalsinasi Karakterisasi pertama terhadap hasil kalsinasi untuk masing-masing komposisi adalah memeriksa

responnya terhadap medan magnet luar. Caranya adalah mendekatkan cuplikan padat hasil kalsinasi pada sebuah magnet permanen. Ternyata ada sebagian beberapa komposisi MnZn Ferit ditarik oleh magnet, sedangkan beberapa lainnya tidak. Hal ini memberi gambaran tentang sifat magnetiknya.

Seperti dapat dilihat pada tabel 1, Komposisi dengan porsi Mn kurang dari 0,5 mol menghasilkan respon medan magnet yang kurang baik. Oleh karena itu, pada langkah selanjutnya proses pencetakan dan sintering dilakukan pada hasil kalsinasi dengan komposisi yang mengandung Mn: 0,5 sampai dengan 1 mol.

Tabel 1. Respon terhadap medan magnet luar hasil kalsinasi untuk beberapa komposisi campuran MnZn ferit.

No. Jenis komposisi Berat (Fe3O4)

Berat MnO Berat ZnO

Respon Medan Magnet

1 Komposisi 1 1 mol 1 mol 0 mol Kurang

2 Komposisi 2 1 mol 0,9 mol 0,1 mol Kurang

3 Komposisi 3 1 mol 0,8 mol 0,2 mol Kurang

4 Komposisi 4 1 mol 0,7 mol 0,3 mol Kurang

5 Komposisi 5 1 mol 0,6 mol 0,4 mol Kurang

6 Komposisi 6 1 mol 0,5 mol 0,5 mol Baik

7 Komposisi 7 1 mol 0,4 mol 0,6 mol Baik

8 Komposisi 8 1 mol 0,3 mol 0,7 mol Baik

9 Komposisi 9 1 mol 0,2 mol 0,8 mol Baik

10 Komposisi 10 1 mol 0,1 mol 0,9 mol Baik

11 Komposisi 11 1 mol 0 mol 1 mol Baik Mengenai sifat mekanik bahan hasil kalsinasi, yaitu kekerasan, secara kasar dapat diketahui bahwa

komposisi yang mengandung Mn dengan porsi lebih besar cenderung lebih keras. Hal ini terbukti, dengan waktu penggilingan yang sama (16 jam) pada komposisi dengan Mn lebih besar masih ditemukan butiran-butiran yang tidak lolos saring 400 mesh.

Pemeriksaan berikutnya yang juga telah dilakukan pada bahan hasil kalsinasi MnZn Ferit dari pasir besi adalah karakterisasi strukturnya dengan menggunakan metode difraksi sinar X. Difraktogram hasil pemeriksaan dengan metode XRD tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Difraktogram di atas adalah hasil karakterisasi XRD untuk MnZn Ferit dengan komoposisi Mn: 0,7 mol dan Zn: 0,3 mol (Mn0,7Zn0,3Fe2O4). Berdasar difraktogram di atas dapat diketahui bahwa struktur kristal bahan tersebut cenderung berbentuk kubus spinel, sebagaimana struktur bahan asal pasir besi, yaitu magnetit (Fe3O4).

Page 4: Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

Agus Yulianto, dkk / Fabrikasi MnZn-Ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

131

ISSN 0853 - 0823

Difraktogram Sinar X untuk MnZn Ferit dan Fe2O3 Pasir Besi

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

Inte

nsita

s

Fe3O4 Pasir Besi

MnZn Ferit

α-Fe2O3

α-Fe2O3

Fe3O4

Fe3O4Fe3O4

Fe3O4Fe3O4

Gambar 1. Difraktogram sinar X untuk sampel MnZn Ferit yang dibuat dari pasir besi. Pada gambar dapat terlihat bahwa struktur MnZn Ferit cenderung berupa kubus spinel

sebagaimana bahan aslinya (Fe3O4).

III.2. Karakter Magnetik MnZn Ferit dari Pasir Besi Karakterisasi sifat magnetik MnZn Ferit dilakukan dengan menggunakan permagraph tipe MPS.

Meskipun alat ini sebenarnya lebih cocok untuk memeriksa bahan hard ferit, tetapi kurva histeresis yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk memberikan gambaran sederhana mengenai sifat-sifat magnetik soft ferit seperti halnya MnZn Ferit.

Sampel-sampel hasil pencetakan dan sintering ini memiliki kerapatan rata-rata sekitar 4,3 gram/cm3. Nilai ini lebih besar daripada kerapatan sampel-sampel komposit Fe3O4 yang diperoleh melalui pencetakan tanpa pemanasan. Hal ini dapat dipahami karena proses sintering memberi kesempatan kepada kristal-kritas MnZn Ferit untuk saling berdeposisi dan berefek pada mengecilnya volume. Gambar 2 menunjukkan kurva histeresis untuk sampel MnZn Ferit dengan komposisi Mn: 0,7 mol.

(a) (b)

Gambar 2. Kurva histeresis magnetik MnZn Ferit Hasil proses dari pasir besi (a) Mn0,5Zn0,5Fe2O4, (b) Mn0,7Zn0,3Fe2O4

Pada Gambar 2 ditunjukkan kurva histeresis untuk dua sampel dengan komposisi yang berbeda.

Keduanya berbentuk kurus, yang merupakan ciri dari bahan-bahan magnet lunak (soft magnet). Untuk komposisi dengan porsi Mn: 0,5 mol, kurva yang dihasilkan berbentuk mendekati garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut mempunyai respon magnetik yang sangat rendah. Meskipun bahan tersebut ditarik oleh magnet permanen, tetapi permeabilitasnya sangat kecil. Lain halnya dengan

J(kG) B(kG)

J(kG) B(kG)

H(kA/m) H(kOe)

H(kA/m) H(kOe)

Page 5: Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

132 Agus Yulianto, dkk / Fabrikasi MnZn-Ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

ISSN 0853 - 0823

kurva untuk Mn: 0,7 mol. Kurva ini menunjukkan bahwa nilai permeabilitas sampel tersebut cukup tinggi, paling tidak permeabilitas awalnya. Namun demikian bahan ini memiliki respon magnetik yang hanya pada nilai medan magnetik eksternal yang relatif rendah. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan permagraph menunjukkan bahwa medan eksternal yang masih efektif mempengaruhi bahan, sebelum mencapai saturasi, adalah Hknee: 0,075 kOe. Bahan ini cukup peka terhadap perubahan medan luar, tetapi memiliki rentang respon medan yang sangat sempit.

III.3. Peran Bahan Aditif

Perlu ditekankan di sini, bahwa keberadaan bahan aditif memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sifat-sifat magnetik MnZn Ferit yang dihasilkan. Bahan aditif yang telah digunakan untuk sampel-sampel diaatas adalah CaO dan SiO2, masing-masing dengan porsi 0,75 % dari bahan hasil kalsinasi yang digiling. Peneliti pernah melakukan pencetakan dan sintering MnZn ferit untuk semua komposisi tanpa menggunakan bahan aditif. Hasilnya adalah, semua sampel memiliki kuva histeresis magnetik yang mendekati garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa produksi MnZnFerit dengan metode serbuk tanpa menggunakan bahan aditif akan menghasilkan bahan dengan respon magnetik yang rendah.

Tentu saja komposisi bahan aditif yang telah digunakan peneliti belum dapat dianggap sebagai porsi terbaik, sebab sesungguhnya kajian mengenai peran berbagai bahan aditif dan proses sintering merupakan lahan yang sangat luas untuk dijelajahi. Sebenarnya proses yang harus dilakukan untuk memproduksi MnZn Ferit, dengan sifat magnetik terbaik, harus disesuaikan dengan bidang aplikasinya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Data-data pengukuran serta hasil analisisnya mendorong pada kesimpulan bahwa bahan alam pasir besi telah dapat diolah secara efektif menjadi MnZn-Ferit dengan metode sintesis metalurgi serbuk. Serbuk magnet ferit MnZn hasil sintesis dapat diolah menjadi magnet yang difungsikan sebagai komponen beberapa alat elektronik. Magnet hasil sintesis ini akan dapat digunakan sebagai subtitusi produk impor dengan produk lokal.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Kegiatan Riset ini didukung oleh dana Hibah Bersaing DP2M Dikti tahun 2009. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Elektronika dan Komunikasi LIPI atas ijin kerja sama dan fasilitas yang kami pakai. Terima kasih juga kami sampaikan pada Sdr. Didik dan Rinto Agustino dari Laboratorium Kemagnetan Bahan Jurusan Fisika UNNES, yang telah membantu menyiapkan bahan dan mengoperasikan alat oksidasi.

VI. DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z. (2003): GPS Survey for Natural Hazard Mitigation in Indonesia, Country Report of

International Union of Geophysics and Geodesy (Indonesian Committee), Sapporo, Japan, June 30 –July 11, 22-27.

Anderson, R.R., Khan, M.H., dan Fasse, J.P. (2005): Magnetic Ink Tissue, U.S. Patent Document: WO 2005/046576, PCT/US2004/025585, http://cxp.pattera.com

Brezoi, D.V. dan Ion, R.M. (2005): Phase evolution induced by polypyrrole in iron oxide–polypyrrole nanocomposite, Sensors and Actuators B: Chemical, 109 (1), 171-175.

Capraro, S., Berre, M.L., Chatelon, J.P., Bayard, B., Joisten, H., Canut, C., Barbier, D., dan Rousseau, J.J. (2004): Crystallographic properties of magnetron sputtered barium ferrite films, Materials Science and Engineering B, 112 (1), 19-24.

Elias, M., Chartier, C., Prévot, G., Garay, H., dan Vignaud, C. (2006): The colour of ochres explained by their composition, Materials Science and Engineering: B, 127 (1), 70-80.

Goldman, A. (1990): Modern Ferrite Technology, Van Nostrand Reinhold, New York.

Gómez, E., Pané, S., dan Vallés, E. (2005): Magnetic composites CoNi–barium ferrite prepared by electrodeposition, Electrochemistry Communications, 7 (12), 1225-1231.

Liang, C., Yang, D., Yang, Z., Hou, F., dan Xu, M. (2005): The preparation and oxygen sensitivity of strontium ferrite thin films, Surface and Coatings Technology, 200 (7), 2515-2517.

Page 6: Full-fabrikasi Mnzn-ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

Agus Yulianto, dkk / Fabrikasi MnZn-Ferit Dari Bahan Alam Pasir Besi Serta Aplikasinya Untuk Core Induktor

133

ISSN 0853 - 0823

Muta’alim, Tahlili, L., Purwanto, H., dan Subiantoro (1995): Pembuatan Prereduced Pellet Pasir Besi, Laporan Penelitian (in house research), PPTM, Bandung.

Ozel, E., Unluturk, G., dan Turan, S. (2006): Production of brown pigments for porcelain insulator applications, Journal of the European Ceramic Society, 26, 735-740.

Papazoglou, P., Eleftheriou, E., dan Zaspalis, V.T. (2006): Low sintering temperature MnZn-ferrites for power applications in the frequency region of 400 kHz, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 296 (1), 25-31.

Parkin, I.P., Elwin, G., Kuznetsov, M.V., Pankhurst, Q.A., Bui, Q.T., Forster, G.D., Barquín, L.F., Komarov, A.V., dan Morozov, Y.G. (2001): Self-propagating high temperature synthesis of MFe12O19 (M=Sr,Ba) from the reactions of metal superoxides and iron metal, Journal of Materials Processing Technology, 110 (2), 239-243.

Peng, Y., Park, C., dan Laughlin, D.E. (2003): Fe3O4 thin film sputter deposited from iron oxide targets, Journal of Applied Physics, 93 (10), 7957-7959.

Pramanik, N.C., Fujii, T., Nakanishi, M., dan Takada, J. (2005): Development of nanograined hexagonal barium ferrite thin films by sol–gel technique, Materials Letters, 59 (4), 468-472.

Ratman, N., Suwarti, T., dan Samodra, H. (1988): Peta Geologi Indonesia Lembar Surabaya (edisi ke2), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sandu, I., Presmanes, L., Alphonse, P., dan Tailhades, P. (2006): Nanostructured cobalt manganese ferrite thin films for gas sensor application, Thin Solid Films, 495 (1-2), 130-133.

Sano, Takayuki, Matsumoto, dan Tatsuru (2001): Toner for MICR, U.S. Patent Documents, Current U.S. Class: 430/106.2; 430/108.23; 430/108.7; 430/108.8, http:/www.freepatentsonline.com

Shams, N.N., Liu, X., Matsumoto, M., dan Morisako, A. (2005): Manipulation of crystal orientation and microstructure of barium ferrite thin film, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 290, 138-140.

Smit, G., Zrnčević, S., dan Lázár, K. (2006): Adsorption and low-temperature oxidation of CO over iron oxides, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 252, 103-106.

Tjetjep, W.S. dan Wirakusumah, D.A. (2003), Activities related with IAVCEI in Indonesia: a country report from Indonesia, International Union of Geophysics and Geodesy (Indonesian Committee), Sapporo, Japan, June 30 –July 11, 52-70.

Yamamoto, S., Hirata, K., Kurisu, H., Matsuura, M., Doi, T., dan Tamari, K. (2001): High coercivity ferrite thin-film tape media for perpendicular recording, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 235, 342-346.

Yulianto, A., Bijaksana, S., Loeksmanto, W., dan Kurnia, D. (2003c): Extraction and purification of magnetit (Fe3O4) from iron sand, Proceedings of the Annual Physics Seminar, ISBN: 979-98010-0-1, 102.

Yulianto, A., Bijaksana, S., Loeksmanto, W., Kurnia, D., 2005, The Synthesis of Magnetic Material of Barium and Stronsium Hexaferrite Made of Iron Sand Proceedings of The 3rd Kentingan Physics Forum, UNS Surakarta

Zaitsev, D.D., Kazin, P.E., Tretyakov, Y.D., dan Jansen, M. (2005): Synthesis and magnetic properties of glass-ceramic composites SrFe12O19–SrSiO3, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, Vol. 292, 59-64.