Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

50
MAKALAH KASUS FRAKTUR PELVIS Disusun oleh: Adinda Dian Permata 106103003530 Pembimbing: dr. Lukman, Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA PERIODE 25 April 2011 – 2 Juli 2011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1

Transcript of Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Page 1: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

MAKALAH KASUS

FRAKTUR PELVIS

Disusun oleh:

Adinda Dian Permata

106103003530

Pembimbing:

dr. Lukman, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH

RSUP FATMAWATI JAKARTA

PERIODE 25 April 2011 – 2 Juli 2011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1

Page 2: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang

banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia.

WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang

dan Persendian.1

Semakin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah

pemakai jalan, kendaraan, pemakai jasa angkutan dan bertambahnya

jaringan jalan serta kecepatan kendaraan maka mayoritas penyebab

terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Selain itu, trauma lain

yang dapat mengakibatkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian,

kecelakaan kerja, dan cedera olah raga.1

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba

dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,

penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau

penarikan. Rekonstruksi terjadinya kecelakaan penting untuk menduga

fraktur yang terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga

dapat merusak jaringan lunak di sekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit,

tulang, sampai struktur neurovaskuler atau organ-organ penting lainnya.1

Fraktur pelvis merupakan 3% kasus dari semua kasus fraktur

tulang. Lebih dari separuh dari semua kasus fraktur pelvis terjadi akibat

dari trauma minimal-sampai sedang. Disisi lain, fraktur pelvis yang berat

dapat menyebabkan komplikasi yang signifikan. Sebuah analisis baru-

baru ini lebih dari 63.000 pasien trauma menunjukkan bahwa fraktur pelvis

berkaitan dengan tingginya angka mortality yang disebabkan oleh karena

perdarahan, baik panggul atau extrapelvic, atau terkait cedera kepala

parah.2

BAB II

2

Page 3: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

ILUSTRASI KASUS

II.1 IDENTITAS

Nama : Tn. M

Umur : 34 thn

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat Akademik

Alamat : pondok kacang timur, pondok aren

Bangsa : Indonesia

Tanggal masuk :

Tanggal Pemeriksaan :

No. R. M :

II.2 ANAMNESIS

Autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal .

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke UGD RSUP Fatmawati dengan keluhan

nyeri pada daerah perut dan panggul sejak 5 hari SMRS.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD RSUP Fatmawati dengan keluhan

nyeri pada pinggang sejak 5 hari SMRS. Pasien menyatakan nyeri

terjadi setelah kecelakaan lalu lintas pada 5 hari SMRS, pasien

pengendara sepeda motor bertabrakan dari arah berlawanan,

kemudian pasien terjatuh dan terlindas mobil dengan kecepatan

tidak terlalu tinggi.

Pasien menyatakan nyeri dipinggang terutama saat pasien

menggerakkan panggulnya, luka terbuka (-), pingsan (-), muntah

(-). Segera setelah kecelakaan terjadi pasien tidak langsung dibawa

ke Rumah Sakit, tetapi dibawa ke dukun patah tetapi tidak ada

3

Page 4: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

kemajuan. Kemudian karena tidak ada kemajuan pasien dibawa ke

Rumah Sakit Fatmawati. BAB blm sejak kecelakaan.

C. Riwayat Pengobatan Dahulu

1. Riwayat trauma sebelumnya (-)

2. Hipertensi (-)

3. Penyakit jantung (-)

4. DM (-)

5. Asma (-)

6. Alergi (-),

D. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Hipertensi (-)

2. Penyakit jantung (-)

3. DM (-)

4. Asma (-)

5. Alergi (-)

E. Riwayat Operasi

Tidak pernah

II.3 PEMERIKSAAN FISIK

Data pemeriksaan fisik tanggal

A. Primary Survey

Airway : clear

Breathing : spontan, pernafasan 20 x/m, thorako-abdominal

Circulation : baik, nadi 80 x/m,tekanan darah 120/80

4

Page 5: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

mmHg,CRT< 2”

Disability : GCS = E4M6V5 = 15

B. Secondary Survey

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaraan : Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 X/menit

Pernafasan : 20 X/menit

Suhu : 36 ºC

Status Generalis

Kepala : normochepali, rambut hitam, lurus, distribusi

Merata, jejas (-)

Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL

+/+, RCTL +/+, pupil bulat isokor, diameter

3 mm/3 mm

Mulut : Mukosa kering (-), oral hygiene baik

Telinga : normotia, serumen +/+, sekret -/-, othore (-/-)

Hidung :normosepta, sekret -/-, tidak ada nafas

cuping hidung, rhinore (-/-)

Leher : pembesaran kelenjar KGB (-), kelenjar tiroid

tidak teraba membesar, JVP 5-2 cmH2O, jejas

(-), deviasi trakhea (-)

Thorak :

Pulmo :

Inspeksi : Simetris saat statis maupun dinamis

Palpasi : Ekspansi dada baik, vocal fremitus kiri dan

kanan sama

5

Page 6: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V 1 jari medial

linea midklavikula sinistra

Perkusi : Batas jantung kiri ICS V 1 jari medial linea

Midklavikula sinistra

Batas jantung kanan di linea sternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Datar, jejas (+) di abdomen kiri bawah

Palpasi : Dinding abdomen lemas, turgor baik, nyeri

tekan (+) di seluruh lapang abdomen, nyeri

lepas (-), hepar dan limpa tidak teraba

membesar.

Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, shifting

dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas :akral hangat pada keempat ekstremitas, tidak

ada edema.

Kulit : turgor baik

C. Status Orthopedi

Regio pelvis :

Look : luka terbuka (-), perdarahan (-), jejas (+).

Feel : nyeri tekan (+), tenderness (+), NVD (-)

Move : ROM terbatas karena nyeri

6

Page 7: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

D. Status lokalis lainnya

Regio suprapubis :

Inspeksi : massa (-), jejas (-).

Palpasi : nyeri tekan (+)

II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Pelvis

Foto Pelvis :

B.emeriksaan Laboratorium pada tanggal 2 juni 2011

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKANHEMATOLOGI

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

10,4

31

18,2

377

3,27

13,2-17,3 g/dl

33-45%

5-10 ribu/Ul

150-440 ribu/Ul

4,4-5,9 juta/Ul

VER/HER/KHER/RDW- VER

- HER

82

27

80-100 fl

26-34 pg

7

Page 8: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

- KHER 33 32-36 g/dl

HEMOSTASIS- Prothrombin time (PT)

- PT control

- APTT

- APTT control

20,6

11,1

47,1

34,2

11-14 detik

27,3-41 detik

KIMIA KLINIKFungsi ginjal

- Ureum darah

- Creatinin darah

38

1,0

20-40 mg/dl

0,6-1,5 mg/dl

SGOT 34 10-35 u/l

Gula darah sewaktu 120 70-200 mg/dl

Elektrolit

- Natrium

- Kalium

- Chlorida

131

6,3

102

135-147 mmol/l

3,5-5,5 mmol/l

100-106 mmol/l

Kesan: leukositosis.

II.5 RESUME

Pasien datang ke UGD RSUP Fatmawati dengan keluhan nyeri

pada daerah pinggang sejak 5 hari SMRS. Nyeri terjadi setelah

kecelakaan lalu lintas terlindas mobil.

Nyeri dipinggang terutama saat pasien menggerakkan

pinggangnya, luka terbuka (-), pingsan (-), muntah(-). Melakukan

pengobatan ke dukun patah namun tidak ada kemajuan. Kemudian ke

RSUP Fatmawati. BAB blm sejak kecelakaan.

Pemeriksaan fisik

8

Page 9: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Datar, jejas (+) di abdomen kiri bawah , nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba membesar. BU (+) normal. Look:luka terbuka (-), perdarahan (-), jejas (+). Feel : nyeri tekan (+) Move:ROM terbatas karena nyeri

Pemeriksaan penunjang :

Kesimpulan hasil pemeriksaan thoraks dan pelvis :

Tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo.

Fraktur asetabulum

Symphiolosis pubis.

Kesimpulan hasil pemeriksaan laboratorium :

Kesan leukositosis

II.6 DIAGNOSIS

- Fraktur asetabulum

II.7 PENATALAKSANAAN

- Pantau tanda vital

- Bed rest dan immobilisasi

- Terapi konservatif traksi kulit selama 1 bulan

II.8 PROGNOSIS

- Ad vitam : bonam

- Ad functionam : dubia ad bonam

- Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

9

Page 10: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

III.1 Anatomi Pelvis

Pelvis dibentuk oleh tulang coxae, sacrum, dan coccygis,

yang masing-masing tulang dihubungkan oleh ligamentum3.

Dinding pelvis dibentuk oleh tulang dan ligament yang

sebagian diantaranya dilapisi oleh otot beserta fascia dan

peritoneum parietal. Pelvis memiliki dinding anterior, posterior,

lateral, dan juga mempunyai dinding inferior atau dasar pelvis. 3

Dinding anterior pelvis adalah dinding yang paling dangkal,

dan dibentuk oleh permukaan posterior korpus os pubis, rami

pubicum, dan sympisis pubis. Dinding posterior pelvis luas dan

dibentuk oleh os.sacrum, dan os. Coccygis serta musculus

piriformis dan fasia pelvis parietalis yang meliputinya. 3

Dinding lateralis pelvis dibentuk oleh sebagian os.coxae

dibawah aperture pelvis superior, membrane obturatoria,

ligamentum sakrotuburale, dan ligamentum sakrospinale, serta

musculus obturatorius internus beserta fascia yang meliputinya.

Os.coxae (tulang panggul) terdiri atas os ilium yang terletak di

superior, os ischium yang terletak di posterior dan inferior, dan os

pubis yang terletak di anterior dan inferior. Pada permukaan luar os

coxae terdapat lekukan dalam, acetabulum, yang bersendi dengan

kaput femoralis. Dibelakang acetabulum terdapat incisura besar,

incisura ischiadica major yang dipisahkan dari incisura ischiadica

minor oleh spina ischiadica. Os ilium yang merupakan bagian atas

os coxae yang rata, mempunyai crista iliaca yang berjalan diantara

spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior superior.

Dibawah kedua spina ini terdapat spina iliaca anterior inferior, dan

spina iliaca posterior inferior. Os ischii merupakan bagian inferior

dan posterior os coxae dan mempunyai spina ischiadica dan tuber

ishiadicum. Os pubis merupakan bagian anterior os coxae dan

mempunyai corpus ossis pubis, ramus superior ossis pubis, dan

10

Page 11: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

ramus inferior ossis pubis. Pada bagian bawah coxae terdapat

lubang besar, foramen obturatorum yang dibatasi oleh bagian-

bagian os ischium dan os pubis. Foramen obturatoum ditutupi oleh

membrane obturatoria. 3

Gambar 1 : Anatomi Pelvis4

Fascia pelvis dibentuk oleh jaringan ikat dan dilanjutkan ke

atas sebagai fascia yang membatasi dinding abdomen. Dibawah,

fascia melanjut sebagai fascia perinea. Fascia pelvis dibagi menjadi

fascia pelvis parietalis, dan fascia pelvis visceralis. Fascia pelvis

parietalis membatasi dinding-dinding pelvis dan diberi nama sesuai

dengan otot yang dilapisinya. Fascia pelvis viseralis merupakan

jaringan ikat longgar yang meliputi dan menyokong semua visceral

pelvis. 3

Plexus sacralis terletak pada dinding posterior pelvis di

depan musculus piriformis.plexus ini dibentuk dari rami anterior

nervi lumbales IV dan V serta nervi anterior nervi sacrales I, II, III,

IV. Sebagian nervus lumbalis IV bergabung dengan nervus

lumbalis V untuk membentuk truncus lumbosacralis. Truncus

lumbosacralis berjalan turun kedalam pelvis dan bergabung dengan

11

Page 12: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

nervus sacrales waktu nervus sacrales keluar dari foramina sacralia

anterior. Cabang-cabang plexus sacralis yang menuju ke

ekstremitas inferior antara lain : nervus ischiadicus, nervus gluteus

superior, nervus gluteus inferior, saraf untuk musculus quadratus

femoris, saraf untuk musculus obturatorius internus, nervus

cutaneus femoris posterior. Cabang-cabang plexus sacralis untuk

otot-otot pelvis, visceral pelvis, dan perineum antara lain : nervus

pudendus, saraf untuk musculus piriformis, nervus splanchnicus

pelvicus, nervus cutaneus perforans. 3

Plexus lumbalis memiliki cabang-cabang antara lain :

truncus lumbosacralis, dan nervus obturatorius. Truncus

lumbosacralis dibentuk dari sebagian ramus anterior nervus

lumbalis 4 yang muncul dari sisi medial musculus psoas major dan

bergabung dengan ramus anterior nervus lumbalis 5. Nervus

obturatorius yang merupakan cabang dari plexus lumbalis ini

muncul dari sisi medial musculus psoas major didalam abdomen

dan mengikuti truncus lumbosacralis kebawah masuk kedalam

pelvis. Nervus obturatorius ini terbagi 2 menjadi cabang anterior

dan posterior yang berjalan melalui canalis obturatorius dan masuk

ke regio aduktor tungkai atas. 3

Gambar 2 : Sisi Lateral Tulang Innominatum5

12

Page 13: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

III.2 Fraktur pelvis

a. Definisi

Patah tulang panggul adalah gangguan struktur tulang

panggul. Pada orang tua, penyebab paling umum adalah jatuh

dari posisi berdiri. Namun, fraktur yang berhubungan dengan

morbiditas dan kematian terbesar melibatkan masalah yang

signifikan misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor

atau jatuh dari ketinggian sebuah..6

Tulang panggul terdiri dari ilium, ischium, dan pubis, yang

merupakan cincin anatomi dengan sakrum. Gangguan dari

cincin ini membutuhkan energi yang signifikan. Patah tulang

panggul sering melibatkan cedera pada organ-organ yang

terdapat dalam tulang panggul. Patah tulang panggul sering

dikaitkan dengan pendarahan parah karena pasokan darah

yang luas ke wilayah tersebut.6

b. Penyebab6

1. Kecelakaan kendaraan bermotor (50-60%)

2. Kecelakaan sepeda motor (10-20%)

3. Pejalan kaki versus mobil (10-20%)

4. Jatuh dari ketinggian (8-10%)

5. Crush (3-6%)

c. Klasifikasi

1. Kalsifikasi menurut Tile, berdasarkan integritas kompleks

sakroiliaca posterior

a. Tipe A : Fraktur stabil, kompleks sakroiliaca intak.

- Tipe A1 : fraktur panggul tidak mengenai cicin

panggul

13

Page 14: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

- Tipe A2 : stabil, terdapat pergeseran cincin yang

minimal dari fraktur

(Tipe A termasuk fraktur avulsi atau fraktur yang mengenai

cincin panggul).7

Gambar 3 : Fraktur Stabil.

Gambar 4: Skematik Frkatur Pelvis Stabil. 7

b. Tipe B: Fraktur tidak stabil, umumnya trauma disebabkan

oleh adanya rotasi eksternal ataupun internal

yang mengakibatkan gangguan parsial kompleks

sacroiliac posterior. 7

- Tipe B1 : open book.

Stage 1 : symphisiolisis < 2,5 cm, terapi bed rest

Stage 2 : symphisiolisis > 2,5 cm, terapi OREF

Stage 3 : bilateral lessio, terapi OREF

- Tipe B2 : kompresi lateral/ipsilateral

14

Page 15: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

- Tipe B3 : kompresi lateral/kontralateral

(Tipe B mengalami rotasi eksterna yang mengenai satu

sisi panggul (open book), atau rotasi interna atau

kompresi lateral yang dapat menyebabkan fraktur pada

ramus isiopubis pada satu atau kedua sisi disertai trauma

pada bagian posterior tetapi simpisis tidak terbuka

(closed book)) 7

Gambar 5 : Fraktur Tidak Stabil8

c. Tipe C : Fraktur tidak stabil, akibat adanya trauma yang

terjadi secara rotasi dan vertical.

- Tipe C1 : unilateral

- Tipe C2 : bilateral

- Tipe C3 : disertai fraktur acetabulum

(Terdapat disrupsi ligament posterior pada satu atau

kedua sisi disertai pergeseran dari salah satu sisi panggul

secara vertical, mungkin juga disertai fraktur

asetabulum).7

15

Page 16: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Gambar 6 : Fraktur tidak stabil pada trauma rotasi dan vertical.8

2. Klasifikasi menurut Key dan Conwell.7

a. Fraktur pada salah satu tulang tanpa adanya disrupsi

cincin.

- Fraktur avulsi

Spina iliaka anterior superior

Spina iliaka anterior inferior

Tuberositas isium

- Fraktur pubis dan isium

- Fraktur sayap ilium

- Fraktur sacrum

- Fraktur dan dislokasi tulang koksigeus

b. Keretakan tunggal pada cincin panggul

- Fraktur pada kedua ramus ipsilateral

- Fraktur dekat atau subluksasi simfisis pubis

- Fraktur dekat atau subluksasi sendi sakro-iliaka

c. Fraktur bilateral pada cincin panggul

- Fraktur vertical ganda dan atau dislokasi pubis

- Fraktur ganda dan atau dislokasi (Malgaigne)

- Fraktur multiple yang hebat

d. Fraktur asetabulum

16

Page 17: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

- Tanpa pergeseran

- Dengan pergeseran

3. Klasifikasi menurut Young, berdasarkan mekanisme trauma,

terbagi menjadi 4 yaitu: kompresi lateral, kompresi

anteroposterior, pergeseran vertical, atau kombinasi.

4. Klasifikasi lain. 7

a. Fraktur isolasi dan fraktur tulang ischium dan tulang

pubis tanpa gangguan pada cincin.

- Fraktur ramus isiopubis superior

- Fraktur ramus isiopubis inferior

- Fraktur yang melewati acetabulum

- Fraktur sayap ilium

- Avulsi spina iliaka anterior-inferior

b. Fraktur disertai robekan pada cincin

5. Klasifikasi berdasarkan stabilitas dan komplikasi. 7

a. Fraktur avulsi

b. Faktur stabil

c. Fraktur tidak stabil

d. Fraktur dengan komplikasi

Dalam menilai klasifikasi maka hal yang paling penting adalah

stabilitas panggul, apakah bersifat stabil atau tidak stabil,

karena hal ini penting dalam penanggulangan serta prognosis.

d. Mekanisme trauma

Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul

karena tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian.

Pada orang tua dengan osteoporosis atau osteomalasia dapat

terjadi fraktur stress pada ramus pubis. Oleh karena rigiditas

panggul maka keretakan pada salah satu bagian cincin akan

disertai robekan pada titik lain, kecuali pada trauma langsung.

Sering titik kedua tidak terlihat dengan jelas atau mungkin

17

Page 18: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

terjadi robekan sebagian atau terjadi reduksi spontan pada

sendi sakro-iliaka. 7

Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas :

1. Kompresi anteroposterior

Hal ini biasanya terjadi akibat tabrakan antara pejalan kaki

dengan kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur, tulang

inominata terbelah dan mengalami rotasi eksterna disertai

robekan simphisis. Keadaan ini disebut sebagai open book

injury. Bagian posterior ligament sacro-iliaka mengalami

robekan partial atau dapat disertai fraktur bagian belakang

ilium7

Gambar 7: gambaran radiologi fraktur kompresi

anteriorposterior (APC) yang melibatkan

diastasis simfisis atau rami fraktur longitudinal.6

2. Kompresi lateral

Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin

mengalami keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma

samping karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari

ketinggian. Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan

pada kedua sisinya mengalami fraktur dan bagian belakang

terdapat strain dari sendi sakro-iliaka atau fraktur ilium atau

dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang sama. 7

18

Page 19: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

3. Trauma vertical

Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan

secara vertical disertai fraktur ramus pubis dan disrupsi

sendi sakro-iliaka pada sisi yang sama. Hal ini terjadi apabila

seseorang jatuh dari ketinggian pada satu tungkai. 7

Gambar 8 : gambaran radiologi fraktur vertical. 6

4. Trauma kombinasi

Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi

kelainan diatas. 7

e. Gambaran klinis

Fraktur panggul merupakan salah satu trauma multiple yang

dapat mengenai organ-organ lain dalam panggul. Keluhan yang

dapat terjadi pada fraktur panggul antara lain : 6,7,9

1. Nyeri

2. Pembengkakan

3. Deformitas

4. Perdarahan subkutan sekitar panggul

5. Hematuria

6. Perdarahan yang berasal dari vagina, urethra, dan rectal

7. Syok

19

Page 20: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

f. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan serial hemoglobin dan hematokrit,

tujuannya untuk memonitor kehilangan darah yang

sedang berlangsung. 6

b. Pemeriksaan urin, untuk menilai adanya gross hematuria

dan atau mikroskopik. 6

c. Kehamilan tes ditunjukkan pada wanita usia subur untuk

mendeteksi kehamilan serta pendarahan sumber

potensial (misalnya, keguguran, abrupsio plasenta). 6

2. Pemeriksaan Imaging

a. Radiografi

Radiograf anteroposterior pelvis merupakan skrining test

dasar dan mampu menggambarkan 90% cedera pelvis.

Namun, pada pasien dengan trauma berat dengan

kondisi hemodynamic tidak stabil seringkali secara rutin

menjalani pemeriksaan CT scan abdomen dan pelvis,

serta foto polos pelvis yang tujuannya untuk

memungkinkan diagnosis cepat fraktur pelvis dan

pemberian intervensi dini. 6

b. CT-Scan

CT scan merupakan imaging terbaik untuk evaluasi

anatomi panggul dan derajat perdarahan pelvis,

retroperitoneal, dan intraperitoneal. CT scan juga dapat

menegaskan adanya dislokasi hip yang terkait dengan

fraktur acetabular. 6

c. MRI

MRI dapat mengidentifikasi lebih jelas adanya fraktur

pelvis bila dibandingkan dengan radiografi polos (foto

polos pelvis). Dalam satu penelitian retrospektif, sejumlah

20

Page 21: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

besar positif palsu dan negatif palsu itu dicatat ketika

membandingkan antara foto polos pelvis dengan MRI. 6

d. Ultrasonografi

Sebagai bagian dari the Focused Assessment with

Sonography for Trauma (FAST), pemeriksaan pelvis

seharusnya divisualisasikan untuk menilai adanya

pendarahan/cairan intrapelvic. Namun, studi terbaru

menyatakan ultrasonografi memiliki sensitivitas yang lebih

rendah untuk mengidentifikasi hemoperitoneum pada

pasien dengan fraktur pelvis. Oleh karena itu, perlu diingat

bahwa, meskipun nilai prediksi positif mencatat

hemoperitoneum sebagai bagian dari pemeriksaan FAST

yang baik, keputusan terapeutik menggunakan FAST

sebagai pemeriksaan skrining mungkin terbatas. 6

e. Cystography

Pemeriksaan ini dilakukkan pada pasien dengan

hematuria dan urethra utuh. 6

g. Penatalaksanaan

Pengobatan harus dilakukkan sesegera mungkin berdasarkan

prioritas penanggulangan trauma yang terjadi (A, B, C). yaitu :7

1. Resusitasi awal

a. Perhatiakan saluran/jalan nafas dan pernafasannya

b. Kontrol perdarahan dengan pemberian cairan ringer dan

transfusi

2. Anamnesis

a. Keadaan dan waktu trauma (mekanisme trauma)

b. Miksi terakhir

c. Waktu dan jumlah (makan dan minum) yang terakhir

d. Bila penderita seorang wanita, apakah sedang hamil atau

menstruasi

21

Page 22: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

e. Trauma lainnya seperti trauma pada kepala

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

- Catat secara teratur denyut nadi, tekanan darah, dan

respirasi

- Secara cepat lakukan survey tentang kemungkinan

trauma lainnya

b. Lokal

- Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya

perdarahan, pembengkakan, dan deformitas.

- Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan

palpasi pada ramus dan simfisis pubis.

- Adakan pemeriksaan colok dubur.

4. Pemeriksaan tambahan

a. Foto polos panggul, toraks serta daerah lain yang

dicurigai mengalami trauma.

b. Foto polos panggul dalam keadaan rotasi interna dan

eksterna serta pemeriksaan foto panggul lainnya.

c. Pemeriksaan urologis dan lainnya :

- Kateterisasi

- Ureterogram

- Sistogram retrograde dan postvoiding

- Pielogram intravena

- Aspirasi diagnostic dengan lavase peritoneal

5. Pengobatan

a. Tindakan operatif bila ditemukan adanya kerusakan alat-

alat dalam rongga panggul.

b. Stabilisasi fraktur panggul, misalnya traksi skeletal, pelvic

sling, spika panggul.

h. Pengobatan khusus fraktur

22

Page 23: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Fraktur avulsi atau stabil diatasi dengan pengobatan konservatif

seperti istirahat, traksi, dan pelvic sling. Fraktur yang tidak stabil

diatasi dengan fiksasi eksterna atau dengan operasi yang

dikembangkan oleh group ASIF.7

i. Traksi (pengobatan konservatif)

Traksi merupakan salah satu pengobatan konservatif yaitu

mudah dilakukan oleh setiap dokter dan bermanfaat dalam

mereduksi suatu fraktur atau kelainan – kelainan lain seperti

spasme otot. Traksi yang dipasang memakai pemberat dengan

berat badan sebagai counter traksi.10

Tujuan penggunaan Traksi

Walaupun penggunaan traksi telah jarang digunakan seiring

dengan frekuesi trauma yang menurun di daerah barat,

pengetahuan tentang prinsip-prinsip efektif diperlukan untuk

indikasi khusus atau situasi di mana peralatan atau keahlian

tidak tersedia atau komorbiditas pasien tidak mengijinkan

intervensi operasi. 10

Tujuan traksi diantaranya adalah : 10

1. Mempertahankan panjang suatu ekstremitas,

mempertahankan kesegarisan (alignment) dan

keseimbangan (stability) pada suatu patah tulang.

Contohnya : Memperbaiki fraktur femoral dengan dilakukan

fiksasi menggunakan traksi tulang.

2. Dengan pemasangan traksi gerakan sendi dimungkinkan

dengan sekaligus tetap mempertahankan kesegarisan

fragmen-fragmen patah tulang.

3. Dengan traksi kejang otot-otot yang disebabkan penyakit

pada tulang atau sendai dapat diatasi. Contohnya : traksi

23

Page 24: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

buck, yang terkadang direkomendasikan pada pasien

dengan cedera panggul

4. Dengan traksi suatu tungkai yang mengalami

pembengkakkan dapat ditinggikan sehingga mengurangi

pembengkakkan.

Jenis – jenis Traksi

Berdasarkan mekanisme traksi dikenal dua macam, yaitu : 10

1. Traksi menetap (fixation traction) dipergunakan untuk

melakukan fiksasi sekaligus traksi dengan mempergunakan

traksi dari Thomas Splint

2. Traksi berimbang (sliding traction) merupakan suatu traksi

secara bertahap untuk memperoleh reduksi tertutup dan

sekaligus imobilisasi pada daerah yang dimaksud.

Berdasarkan jenis pemasangannya traksi dikenal 2 macam,

yaitu :

1. Traksi kulit

Traksi kulit dapat digunakan sebagai terapi definitif maupun

sementara sebagai pertolongan pertama. Tenaga traksi

dilanjutkan pada tulang melalui fasia superfisial, fasia dalam

dan intermuskular. Tenaga traksi yang berlebihan dapat

menyebabkan kerusakan pada kulit . Berat maksimum traksi

sebaiknya tidak melebihi 5 kg, tergantung dari besar atau

kecilnya penderita dan dari usia penderita. Jika digunakan

beban maksimal sebaiknya hanya digunakan tidak lebih dari

1 minggu. Jika kurang dari beban maksimal dan kulit

diperiksa dua kali dalam seminggu, traksi kulit dapat

dipergunakan dengan aman selama 4-6 minggu. 10

Traksi kulit menggunakan plester lebar yang direkatkan pada

kulit dan diperkuat dengan perban elastis. Berat maksimum

yang dapat diberikan adalah 5 kg yang merupakan batas

24

Page 25: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

toleransi kulit. Terdapat 2 metode penggunaan traksi kulit

yang sering digunakan, yaitu traksi kulit berperekat

(adhesive) dan traksi kulit tidak berperekat (non-adhesive).

(Stewart, John D.M, 1983)

a. Traksi kulit berperekat (adhesive)

Cara pemasangan traksi kulit berperekat (adhesive)

Siapkan kulit :

Bersihkan, cukur rambut bagian tubuh yang akan

dipasang traksi, cuci dan keringkan.

Cegah pemasangan pleister di atas tonjolan-tonjolan

tulang. Jika terpaksa, lindungi dengan pelapis gips

(cotton wool, padding, lainnya) sebelum melekatkan.

Mulai melekatkannya pada pergelangan tangan atau

kaki, sisakan gulungan traksi 2 inci diseberang ujung

distal bagian tubuh yang sakit dengan tujuan

memberikan gerakan bebas pada kaki atau jari.

Pasang pleister perekat longitudinal sejajar pada sisi

berlainan tungkai dan jamin adanya jaringan kulit bebas

diantaranya untuk mencegah efek tourniquet.

Pakai elastis verban dengan kuat diatas lekatan traksi

kulit.

cek penyebaran dan tali traksi.

Ikatkan pada pemberat traksi

Tungkai ditopang untuk mencegah pembengkakan dan

iritasi dari tumit. (Stewart, John D., 1983 dan Subroto

Saparda, 1994)

b. Traksi kulit tanpa perekat (non-adhesive).

Traksi kulit yang tanpa perekat sangat berguna pada kulit

tipis ataupun pada kulit atrofi atau ketika terdapat

25

Page 26: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

sensitifitaas terhadap traksi kulit yang berperekat. Cara

pemasangan traksi kulit tanpa perekat (non-adhesive)

pada dasarnya sama seperti pemasangan traksi kulit

berperekat (adhesive).

Gambar 19. non-adhesive skin traction

(Maher, A. Salmond, S., & Pellino, T, 2002)

Jenis – jenis traksi kulit

Beberapa jenis traksi kulit yaitu :

Traksi ekstensi dari buck adalah traksi kulit dimana

plester melekat secara sederhana dengan memakai

katrol.

26

Page 27: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Gambar 18 Traksi Buck. Kaki di elevasikan kemudian di

berikan bantalan dibawah betis. Menjaga kepala

fibular dan malleoli.

Traksi dari gallow atau traksi dari Bryant, dipergunakan

pada fraktur femur anak-anak usia dibawah 2 tahun

Gambar 20 Traksi Gallows

Indikasi dilakukannya traksi kulit : 10

Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur

dan beberapa fraktur suprakondiler humeri pada anak-

anak.

Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi

tidak dapat dilakukan

Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil

menunggu terapi definitif

Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil

misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak

Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur

sendi misalnya sendi lutut dan panggul

Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang

seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spasme

otot-otot tulang belakang

27

Page 28: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada traksi kulit yaitu:

Penyakit Trombo-emboli

Aberasi, infeksi serta alergi pada kulit

2. Traksi tulang

Traksi tulang adalah traksi dengan tarikan langsung pada

tulang. Biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau

batang dari Steinmann pada lokasi-lokasi tertentu, yaitu : 10

Proksimal tibia

Epikondilus femur

Olekranon

Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya)

Traksi pada tengkorak

Trokanter mayor

Bagian distal metakarpal

Jenis-jenis traksi tulang : 10

Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari

Bohler Braun pada fraktur orang dewasa

Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi

dari Pearson

Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus.

28

Page 29: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Gambar 22. gambar traksi pada olekranon. (A) traksi

melalui badan. Sendi bahu dapat bergerak tanpa

mengganggu fraktur. Tangan dan pergelangan dilakukan

imobilisasi dengan splint plester (B) traksi lateral.

Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur

suprakondiler humeri anak-anak

Gambar 19 Traksi Dunlop

Traksi dari Hamilton Russel, digunakan pada anak-anak usia lebih dari 2 tahun

29

Page 30: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Gambar 21 Traksi hamilton Russel

Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gardner Well Skull calipers, Crutchfield cranial tong

Gambar 23. Traksi Crutchfield tong

Indikasi penggunaan traksi tulang : 10

Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg

Traksi pada anak-anak yang lebih besar

Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau

komunitif

Fraktur-fraktur tertentu yang pada daerah sendi

Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana

fiksasi eksterna tidak dapat dilakukan.

Dipergunakan sebagai traksi langsung pada fraktur yang

sangat berat misalnya dislokasi panggul yang lama

sebagai persiapan terapi definitive

30

Page 31: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Komplikasi : 10

Infeksi, misalnya infeksi melalui kawat atau pin yang

digunakan

Kegagalan penyambungan tulang (Non-union)akibat

traksi berlebihan

Luka akibat tekanan misalnya tekanan Thomas splint

pada tuberositas tibia

Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi)

atau bila pin mengenai saraf.

j. Komplikasi fraktur pelvis

Komplikasi fraktur pelvis dibagi dalam :7

1. Komplikasi segera

a. Thrombosis vena ilio-femoral.

Komplikasi ini sering ditemukan dan sangat berbahaya.

Apabila ada keraguan sebaiknya diberikan anti-koagulan

secara rutin untuk profilaksis.

b. Robekan kandung kemih.

Robekan dapat terjadi apabila ada disrupsi simfisis pubis

atau tusukan dari bagian tulang panggul yang tajam.

c. Robekan urethra.

d. Robekan urethra terjadi karena adanya disrupsi simfisis

pada daerah urethra pars membranosa.

e. Trauma rectum dan vagina.

f. Trauma pembuluh darah besar yang akan menyebabkan

perdarahan massif sampai syok.

g. Trauma pada saraf.

- Lesi saraf skiatik

31

Page 32: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

Lesi saraf skiatik dapat terjadi pada saat trauma atau

pada saat operasi. Apabila dalam jangka waktu 6

minggutidak ada perbaikan, maka sebaiknya

dilakukkan eksplorasi.

- Lesi pleksus lumbosakralis

Biasanya terjadi pada fraktur sacrum yang bersifat

vertical, disertai pergeseran. Dapat pula terjadi

gangguan fungsi seksual apabila mengenai pusat

saraf.

2. Komplikasi lanjut.7

a. Pembentukan tulang heterotropik

Pembentukan tulang heterotropik biasanya terjadi setelah

suatu trauma jaringan lunak yang hebatatau setelah suatu

diseksi operasi. Dapat diberikan indometasin untuk

profilaksis.

b. Nekrosis avaskuler

Nekrosis avaskuler dapat terjadi pada kaput femur

beberapa waktu setelah trauma.

c. Gangguan pergerakan sendi serta osteoarthritis sekunder

Apabila terjadi fraktur pada daerah acetabulum dan tidak

dilakukkan reduksi yang akurat, sedangkan sendi ini

menopang berat badan, maka akan terjadi ketidak-

sesuaian sendi yang akan memberikan gangguan

pergerakan serta osteoarthritis di kemudian hari.

d. Skoliosis kompensatoar

32

Page 33: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

BAB IV

ANALISA KASUS

Dari ilustrasi kasus diatas, berdasarkan dari data anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan serta

disesuaikan dengan teori yang ada, maka mengarah pada suatu diagnosis

yaitu fraktur pelvis.

Fraktur pelvis

Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan berupa : nyeri di

daerah pinggang yang terjadi setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien

33

Page 34: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

tersungkur ke bawah mobil. Nyeri dipinggang terutama saat

menggerakkan panggulnya. Tedapat memar pada pinggang pasien.

Keluhan ini sesuai dengan teori yang mengarah ke keadaan fraktur

pelvis, antara lain :

1. Nyeri

2. Pembengkakan

3. Deformitas

4. Perdarahan subkutan sekitar panggul

5. Hematuria

6. Perdarahan yang berasal dari vagina, urethra, dan rectal

7. Syok

Pada pemeriksaan fisik,didapatkan data berupa : nyeri tekan

(+) di seluruh lapang abdomen, di Regio pelvis : Look : jejas (+),

Feel : nyeri tekan (+), Move : ROM terbatas karena nyeri. Tanda dan

gejala di atas sesuai dengan teori yang mengarah ke fraktur pelvis,

antara lain : nyeri (+), ROM terbatas, deformitas (+), ketidakstabilan

cincin panggul dengan palpasi pada ramus dan simfisis pubis.

Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini dilakukan

pemeriksaan rontgen regio pelvis.

Kesimpulan :

Farktur pelvis

Dari hasil pemeriksaan penunjang tersebut gambarannya

menyerupai gambaran klasifiksai fraktur pelvis tidak stabil berdasarkan

klasifikasi TILE.

Melihat dari data keseluruhan yang terdiri dari anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis fraktur

pelvis dapat ditegakan dan berdasarkan teori yang telah dijelaskan

diatas, maka fraktur pelvis pada pasien ini di klasifikasikan kedalam

klasifikasi fraktur pelvis tidak stabil.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain :

- Pantau tanda vital

34

Page 35: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

- Bed rest dan immobilisasi

- Terapi konservatif traksi kulit selama 1 bulan

- Rencana foto pelvis ulang setelah traksi kulit

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas, maka

tatalaksana yang diberikan masih perlu sedikit tambahan karena

berdasarkan teori tatalaksana untuk fraktur pelvis antara lain :

- Tindakan operatif bila ditemukan adanya kerusakan alat-alat dalam

rongga panggul.

- Stabilisasi fraktur panggul, misalnya traksi skeletal, pelvic sling,

spika panggul.

- Fraktur avulsi atau stabil diatasi dengan pengobatan konservatif

seperti istirahat, traksi, dan pelvic sling.

- Fraktur yang tidak stabil diatasi dengan fiksasi eksterna atau dengan

operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fraktur. Diunduh dari

http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.html. Update

terakhir: 3 Agustus 2008.

2. Sathy AK, Starr AJ, Smith WR, Elliott A, Agudelo J, Reinert CM.

The effect of pelvic fracture on mortality after trauma: an analysis of

63,000 trauma patients. J Bone Joint Surg Am. Dec

2009;91(12):2803-10.

35

Page 36: Fraktur Pelvis - Adinda Dian p

3. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; alih

bahasa, Liliana Sugiharto; editor edisi bahasa indonesia, Huriawati

Hartanto....[ et al]. Ed.6. Jakarta: EGC, 2006.

4. Anatomy The pelvis. Diunduh dari

http:// www.victorchiropractic.com/si.html

5. medical illustration of pelvis skeletal anatomy, ilium, acetabulum.

Di unduh dari http://www.medical-illustrations.ca/tag...hopedic/

6. C Crawford Mechem. Fracture pelvic. Di unduh dari

http://www.emedicine.com/orthoped/Fracture-Pelvic.htm. Up date

terakhir: 12 Mei 2010

7. Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif

Watampone. Makassar: 2007. Hal: 424-428.

8. Fraktur pelvis. Diunduh dari http://bedahugm.net/Bedah-

Orthopedi/Fracture pelvic.html. Update terakhir: 3 Agustus 2008.

9. Fracture of the Pelvis. Di unduh dari http:// www. American

Academy of Orthopaedic Surgeons/fracture pelvic.html. update

terakhir : September 2007.

10.Rasjad, Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT Yarsif

Watampoe : Jakarta. 2007. Hal 87-9

36