Formula Sediaan Obat Tradisional

download Formula Sediaan Obat Tradisional

of 8

Transcript of Formula Sediaan Obat Tradisional

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    1/8

    FORMULA SEDIAAN OBAT HERBAL

    TABLET PENAMBAH NAFSU MAKAN CURMATAB

    Oleh : Yoga Kevan Rahmat, NIM : 31109071, Farmasi STIKes BTH Tasikmalaya

    1. PendahuluanPenggunaan obat tradisional saat ini

    sudah hampir berkurang dibanding

    beberapa puluh tahun yang lalu. Obat

    tradisional dalam bentuk jamu seakan

    terdesak oleh obat modern atau obat kimia

    yang terus berkembang hingga saat ini.

    Penggunaan obat tradisional seakan

    memperlambat proses penyembuhan, tetapi

    bersifat konstruktif dibanding dengan obat

    modern yang menghasilkan efek yang lebih

    cepat tetapi bersifat destruktif.

    Obat tradisional di Indonesia

    sebenarnya dapat dikembangkan lebih baik

    lagi. Terbukti hingga saat ini jenis obat

    tradisional di Indonesia cukup banyak,

    tetapi tingkat konsumsinya masih jauh dari

    obat modern saat ini.

    Jamu adalah obat tradisional yang

    pertama kali dikenal dalam duniapengobatan. Jamu mempunyai peranan yang

    sangat penting dalam sejarah dunia

    pengobatan, karena sifatnya yang turun

    temurun sampai saat ini atau bahkan sampai

    saat nanti akan terus dikenal sebagai

    pelopor pengobatan. Kelemahan dari jamu

    ini dalam pemberian dosis serta khasiatnya

    masih dibuktikan berdasarkan pengalaman

    atau empiris.

    Obat tradisional lainnya yaitu ObatHerbal Terstandar dan Fitofarmaka yang

    saat ini telah dikembangkan dari jamu.

    Kelebihan kedua obat tradisional ini

    khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah

    baik pra klinik maupun klinik disisi lain

    secara empiris.

    Bentuk sediaan obat tradisionalcenderung tidak mendapat nilai estetika

    yang begitu menarik dibanding obat

    modern. Seiring berkembangnya jaman dan

    teknologi saat ini, pengembangan sediaan

    obat tradisional terus dilakukan. Bentuk

    sediaan obat tradisional tidak hanya dalam

    bentuk serbuk yang terkesan memberikan

    rasa pahit, tetapi banyak dikembangkan

    bentuk sediaan dalam bentuk seperti kapsul,

    tablet, potio, dsb. Pada umumnya sediaan-

    sediaan tersebut telah mengalami

    perkembangan dari obat tradisional jenis

    jamu ke dalam bentuk Obat Herbal

    Terstandar dan Fitofarmaka.

    Salah satu jenis obat tradisional

    yang banyak berkembang saat ini yaitu obat

    penambah nafsu makan yang sebagian besar

    bahan utamanya berasal dari Curcuma

    domestica Rhizoma atau kunyit. KandunganCurcumin di dalamnya diketahui dapat

    meningkatkan nafsu makan. Proses yang

    dibutuhkan untuk memperoleh kandungan

    senyawa tersebut sangatlah memerlukan

    waktu yang panjang. Selain itu juga tidak

    hanya satu komponen zat aktif atau satu

    simplisa saja yang diharapkan memberikan

    efek cepat, tetapi dapat dikombinasikan

    dengan simplisia lain yang mempunyai

    kemampuan sama untuk meningkatkannafsu makan, salah satunya adalah Curcuma

    aeruginosa atau temu hitam.

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    2/8

    2. Tinjauan Pustaka2.1 Obat Tradisional

    Obat Tradisional adalah obat jadi

    atau obat terbungkus yang berasal dari

    alam, baik tumbuh-tumbuhan, hewan,

    mineral atau campuran dari bahan-bahan

    tersebut, yang belum mempunyai data klinis

    dan dipergunakan dalam usaha pengobatan

    berdasarkan pengalaman. (MENKES RI

    No. 179 / MENKES / per/ VII / 1976).

    Jenis obat tradisional ada 3 macam

    yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar dan

    Fitofarmaka.

    Jamu adalah obat tradisional

    Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahanhewan, mineral, dan sediaan galenik, atau

    campuran bahan tersebut yang secara turun

    temurun telah digunakan untuk pengobatan

    berdasarkan pengalaman. (Ning Harmanto

    & M. Ahkam Subroto, 2007)

    Obat Herbal Terstandar (OHT)

    adalah sediaan obat bahan alam yang telah

    dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara

    ilmiah dengan uji praklinik pada hewan

    coba dan bahan bakunya telahdistandarisasi. (http://kliniksehat.com)

    Fitofarmaka adalah sediaan obat

    bahan alam yang telah dibuktikan keamanan

    dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji

    praklinik dan uji klinik, bahan baku dan

    produk jadinya telah distandarisasi.

    (http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/02/

    fitofarmaka.html)

    2.2 Bentuk Sediaan Obat Tradisional

    Ada beberapa bentuk formula obat

    tradisional yang siap pakai. Bentuk serbuk

    atau powder merupakan bentuk yang paling

    umum. Namun adanya perkembangan

    teknologi membuat bentuk jamu tidak

    terkesan tradisonal lagi. Banyak produsen

    jamu yang sudah memproduksinya dalam

    bentuk, pil, kapsul, kaplet, maupun cair.

    3. Metode Penelitian

    3.1 Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan pada proses

    pembuatan sediaan obat tradisional ini yaitu

    alat ekstraksi (Maserasi) untuk

    mendapatkan ekstrak kental dari masing-

    masing simplisia, alat pengujian evaluasi

    granul dan tablet, dll.

    Bahan yang digunakan pada

    pembuatan sediaan ini yaitu ekstrak kental

    kunyit, ekstrak kental temu hitam, ekstrakkental lempuyung wangi, madu, dan zat

    tambahan lain yang digunakan untuk

    pembuatan sediaan tablet seperti amilum,

    talk, gom arab, Mg stearat dan laktosa.

    3.2 Metode Ekstraksi

    Proses ekstraksi atau penyarian

    ekstrak untuk mendapatkan senyawa atau

    kandungan zat aktif yang dibutuhkan dari

    masing-masing simplisia dilakukanpenyarian menggunakan ekstraksi

    (Maserasi). Simplisia dalam bentuk serbuk

    halus direndam dalam sebuah bejana

    berukuran besar (Maserator) dengan

    menggunakan cairan penyari (Etanol 70%)

    750 mL, kemudian diaduk selama beberapa

    jam dan disimpan pada keadaan terlindung

    dari cahaya dengan bagian atas tertutup.

    Hasil ekstraksi akan tertampung pada

    wadah dan ekstrak dilakukan pemekatan.

    3.3 Pengujian Mutu Ekstrak

    Ekstrak yang telah didapatkan

    kemudian dilakukan beberapa pengujian

    parameter-parameter mutu ekstrak yang

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    3/8

    meliputi uji skrining fitokimia (dilakukan

    saat ekstrak masih kering), uji organoleptis,

    perhitungan rendemen, penentuan kadar air

    ekstrak, penentuan kadar abu (tidak larut

    asam dan larut air), penentuan kadar sari,

    penentuan kadar minyak atsiri, dsb.

    Pengujian tersebut dilakukan untuk masing-

    masing ekstrak.

    3.4 Formulasi Sediaan

    Tiap tablet 500 mg mengandung :

    Curcuma domestica Rhizoma 110 mg

    Curcuma aeruginosa 75 mg

    Zingiberis aromaticum 80 mg

    Mel depuratum 50 mgAmilum 15%

    Talkum 5%

    Gom arab 10%

    Mg Stearat 2%

    Laktosa ad 100%

    Perhitungan untuk 1 tablet :

    Curcuma domestica Rhizoma 110 mg

    Curcuma aeruginosa 75 mg

    Zingiberis aromaticum 80 mgMel depuratum 50 mg

    Amilum 15/100 x 500 75 mg

    Talkum 5/100 x 500 25 mg

    Gom arab 10/100 x 500 50 mg

    Mg stearat 2/100 x 500 10 mg

    Laktosa 500 mg 475 mg 25 mg

    Perhitungan untuk 50 tablet

    Curcuma domestica Rhizoma 5500 mg

    Curcuma aeruginosa 3750 mg

    Zingiber aromaticum 4000 mg

    Mel depuratum 2500 mg

    Amilum 75 mg x 50 3750 mg

    Talkum 25 mg x 50 1250 mg

    Gom arab 50 mg x 50 2500 mg

    Mg stearat 10 mg x 50 500 mg

    Laktosa 25 mg x 50 1250 mg

    3.5 Metode Pembuatan Tablet

    Pembuatan tablet ini menggunakan

    metode granulasi basah, yang pada

    prinsipnya zat berkhasiat, zat pengisi dan

    zat penghancur dicampur, lalu dibasahi

    dengan bahan pengikat. Setelah itu diayak

    menjadi granul dan dikeringkan dalam alat

    pengering pada suhu 40 C - 50 C. Setelah

    kering diayak lagi untuk memperoleh granul

    dengan ukuran yang diperlukan kemudian

    dilakukan evaluasi granul dan ditambahkan

    bahan pelicin dan dicetak menjadi tabletdengan mesin tablet.

    3.6 Evaluasi Sediaan

    Evaluasi sediaan meliputi evaluasi

    granul dan sediaan tablet. Evaluasi granul

    meliputi uji waktu alir, uji pembentukan

    sudut, uji kompresibilitas/kemampatan.

    Evaluasi sediaan fisik tablet meliputi uji

    keseragaman ukuran, uji keseragaman

    bobot, kerapuhan, uji kekerasan, uji waktuhancur dan kelarutan.

    4. Hasil dan PembahasanSimplisia adalah bahan alamiah

    yang dipergunakan sebagai obat yang belum

    mengalami pengolahan apapun juga dan

    kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

    telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa

    simplisia nabati, simplisia hewani dansimplisia pelikan (mineral).

    Simplisia yang dilakukan pada

    pembuatan sediaan obat tradisional herbal

    ini antara lain ekstrak Curcuma domestica

    Rhizoma (Rimpang Kunyit), Curcuma

    aeruginosa (Temu Hitam), Zingiberis

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    4/8

    aromaticum (Lempuyung Wangi), dan

    Madu (Mel depuratum).

    Simplisia nabati yang didapat

    dilakukan pengolahan seperti pengumpulan

    bahan baku terlebih dahulu, kemudian

    dilakukan sortasi basah yang bertujuan

    untuk membersihkan masing-masing

    simplisia dari cemaran atau kotoran seperti

    tanah, rumput, atau bagian tanaman yang

    rusak yang tidak diharapkan. Proses

    selanjutnya adalah pencucian simplisia,

    pencucian ini sebaiknya harus dilakukan

    dengan menggunakan sumber air yang

    bersih dan air yang mengalir agar kotoran

    yang menempel pada simplisia dapatterbuang secara sempurna. Proses setelah

    pencucian kemudian pengubahan bentuk

    simplisia menjadi ukuran yang diharapkan,

    misalnya dalam bentuk kecil atau bentuk

    yang terpotong-potong agar memudahkan

    saat proses pengeringan. Proses selanjutnya

    yaitu pengeringan yang dilakukan agar

    simplisia dapat disimpan tahan lama, awet

    dan kemungkinan tercemar mikroba sangat

    kecil, seperti yang diketahui bahwapertumbuhan mikroba akan cepat pada

    keadaan lembab atau mengandung kadar air

    yang cukup tinggi. Proses sortasi kering

    dilakukan setelah pengeringan, sortasi

    kering ini dilakukan untuk menghilangkan

    sisa cemaran/kotoran yang tertinggal setelah

    proses pengeringan.

    Simplisia yang telah didapatkan

    dalam bentuk kering kemudian dilakukan

    penghalusan untuk mendapatkan simplisia

    dalam bentuk serbuk (dilakukan

    penyerbukan) dengan menghaluskan

    menggunakan alat (blender) agar

    didapatkan simplisia yang halus. Semakin

    halus simplisia dan semakin kecil luas

    permukaan maka pada saat proses penyarian

    ekstrak yang akan dilakukan akan semakin

    besar kandungan aktif yang tersarinya.

    Kemampuan pelarut yang menyari zat aktif

    pun akan tinggi, karena dapat menembus

    dinding sel dari simplisia dengan cepat dan

    zat aktif dalam rongga sel simplisia akan

    cepat terdesak keluar.

    Pada pengujian mutu simplisia,

    skrining fitokimia dilakukan untuk

    mengetahui kandungan apa saja yang

    terdapat dalam masing-masing simplisia,

    dilakukan dengan mereaksikan serbuk

    simplisia dengan reagen kimia tertentu.

    Seperti misalnya dalam kunyit mengandungsaponin, flavonoid, polifenol, minyak atsiri

    (sesquiterpen) yang direaksikan dengan

    reagen tertentu akan menghasilkan nilai

    positif.

    Simplisia dalam bentuk serbuk

    kemudian dilakukan proses penyarian

    menggunakan ekstraksi. Ekstraksi adalah

    suatu proses penyarian simplisia

    menggunakan larutan penyari yang cocok

    dengan menggunakan metode yang cocokpula. Proses penyarian zat aktif dari masing-

    masing simplisia ini dilakukan dengan

    menggunakan proses maserasi. Maserasi

    adalah salah satu proses ekstraksi yang

    dilakukan dengan tidak menggunakan

    proses pemanasan. Maserasi ini dilakukan

    untuk zat-zat yang tidak tahan panas.

    Keuntungan dari maserasi ini peralatannya

    sangat sederhana tetapi kerugiannya adalah

    masih terdapat kandungan zat aktif yang

    tidak tersari sempurna, karena adanya

    kejenuhan pelarut. Proses ini dilakukan

    dengan menggunakan etanol 70%, karena

    etanol mempunyai kemampuan mengambil

    senyawa aktif dalam sel tanaman yang

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    5/8

    cukup tinggi dibandingkan air, Menurut

    Voight 1995, etanol dapat menyari bahan

    aktif secara optimal, zat pengotor yang ikut

    tersari juga relative sedikit dibandingkan

    dengan air.

    Proses ektraksi dilakukan selama

    kurang lebih 3 hari dengan volume etanol

    70% yang digunakan 750 mL untuk setiap

    100 gram simplisia kering. Perlu dilakukan

    pengadukan tahap awal untuk untuk

    meratakan konsentrasi larutan di luar butir

    serbuk simplisia sehingga tetap terjaga

    adanya derajat konsentrasi yang sekecil-

    kecilnya antara larutan di dalam sel dengan

    larutan di luar sel.Hasil ekstraksi (ekstrak) yang telah

    didapat kemudian dilakukan pemekatan

    untuk kemudian dilakukan penilaian mutu

    ekstrak lainnya seperti penentuan kadar air

    dalam ekstrak, kadar abu, kadar minyak

    atsiri, kadar sari larut air dan etanol, dsb.

    Pengujian parameter non spesifik tersebut

    sangat mempengaruhi mutu simplisia,

    misalnya saja penentuan kadar abu yang

    tidak larut asam jika kadarnya tinggi berartiekstrak tersebut tidak layak untuk dijadikan

    bahan pengobatan karena kadar mineral/zat

    anorganik yang tinggi yang dapat

    mempengaruhi aktivitas / kerja zat aktif dari

    simplisia tersebut.

    Nilai dari masing-masing parameter

    yang telah didapat kemudian dilakukan

    perbandingan nilai dengan ketentuan yang

    berlaku atau yang ditetapkan untuk masing-

    masing simplisia. Jika memenuhi

    persyaratan yang ditetapkan, maka dapat

    dilakukan proses pembuatan sediaan. Nilai

    dari masing-masing parameter simplisia ini

    didapatkan hasil yang memenuhi

    persyaratan dan dapat dilanjutkan untuk

    proses pembuatan sediaan.

    Ekstrak yang didapatkan harus

    dalam sediaan kental atau kering, karena

    ekstrak kering tidak dimungkinkan maka

    ekstrak kental dapat dijadikan persyaratan

    pada proses pembuatan tablet ini.

    Hasil ekstrak yang didapatkan

    kemudian diambil sesuai yang dibutuhkan

    untuk sediaan. Penggunaan dosis masih

    belum pasti karena obat tradisional ini yang

    dikemas secara modern dalam bentuk tablet

    belum dapat dipastikan berapa dosis yang

    tepatnya, pemakaian takaran atau dosis

    masing-masing ekstrak hanya didasarkanpada perkiraan dosis untuk menghasilkan

    efek terapi. Hanya saja secara pra klinik dan

    klinik dari beberapa sumber telah

    dibuktikan bahwa rimpang kunyit dapat

    menambah nafsu makan dengan pemakaian

    dan dosis rata-rata sehari 2 gram rimpang

    kering yang dididihkan dengan air pada

    suhu 90o

    C selama 15 menit. Ekstrak

    lainnya seperti temu hitam dan lempuyung

    wangi mempunyai efek yang sama sebagaipenambah nafsu makan dengan ditunjang

    penambahan madu alami yang mempunyai

    banyak khasiat.

    Metode pembuatan sediaan obat

    tradisional ini akan dikemas dalam bentuk

    tablet. Selain kandungan dari tiap ekstrak

    yang digunakan, ditambahkan pula

    beberapa zat tambahan sebagai penyusun

    tablet akan ditambahkan dan diketahui tidak

    akan mempengaruhi efek kerja zat aktif

    seperti adanya penambahan zat penghancur

    seperti amilum, pengikat (gom arab),

    lubrikan (talkum) (Mg stearat), dan zat

    pengisi atau penambah bobot seperti

    laktosa.

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    6/8

    Metode granulasi basah digunakan

    untuk pembuatan sediaan tablet ini.

    Dicampurkan terlebih dahulu semua zat

    aktif, amilum, dan laktosa. Dibuat

    campuran pengikat gom arab dan air

    (sebanyak 2x berat gom arab), kemudian

    dicampurkan sedikit demi sedikit pada

    campuran zat aktif dan laktosa hingga

    didapat sediaan yang dapat dikepal. Gom

    arab mempunyai kohesivitas yang baik

    dibandingkan dengan pengikat yang lain.

    Selain itu, air yang digunakan pada bahan

    tersebut relatif sedikit yaitu 2x bobot gom

    arab. Jadi, dengan konsentrasi air yang

    relatif sedikit mempermudah pengayakanpada granul basah. Penambahan laktosa

    untuk granulasi basah dipakai laktosa hidrat

    karena menyerap lembab dari campuran

    ekstrak yang masih terdapat cairan pelarut,

    dan juga granulnya cepat kering, sifat alir

    yang baik, serta stabilitas laktosa baik

    dalam gabungan zat aktif. Pemakaian

    amilum sebagai zat pengancur karena

    keunggulan dari amilum manihot

    dibandingkan dengan pati lain adalahmemiliki satu gelatinasi terendah, pati

    singkong memiliki viskositas paling tinggi

    bila dibandingkan dengan pati-pati yang

    lain.

    Setelah didapatkan sediaan yang

    dapat dikepal kemudian diayak pada mesh

    no. 12, setelah itu dikeringkan pada suhu

    40o

    C 50o

    C selama kurang lebih 24 jam.

    Setelah granul kering, kemudian diayak

    dengan menggunakan mesh no. 14,

    pengayakan ini dilakukan untuk pengujian

    granul seperti waktu alir granul, uji

    pembentukan sudut dan uji kompresibilitas /

    kemampatan. Kemampatan sangat

    berpengaruh sekali pada proses pencetakan

    tablet, semakin baik pemampatan maka

    tablet yang akan dibentuk juga semakin

    baik. Nilai kompresibilitas yang baik adalah

    berkisar antara 5-15% menurut Lachman,

    1994.

    Penambahan talk dan mg stearat

    dilakukan sebelum proses pencetakan.

    Penambahan talk berfungsi sebagai glidan

    pada formulasi sediaan tablet, pemilihan

    talkum sebagai glidan adalah karena talkum

    merupakan glidan yang baik dan dapat

    dikombinasikan dengan Mg stearat untuk

    memperbaiki sifat aliran dari granul.

    Penambahan pelicin menggunakan

    magnesium stearat karena mempengaruhisifat fisik campuran bahan baku dan tablet.

    Magnesium stearat sebagai bahan pelicin

    mempunyai sifat hidrofob dan bisa

    mempengaruhi sifat-sifat tablet seperti

    keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan

    dan waktu hancur. Setelah semua bahan

    dicampurkan, kemudian dilakukan

    pencetakan tablet dengan dicetak kempa

    dengan menyesuaikan ukuran tablet yang

    akan dicetak.Tablet yang sudah dicetak kemudian

    dilakukan pengujian / evaluasi fisik sediaan

    tablet yang meliputi uji keseragaman

    ukuran, uji keseragaman bobot, kerapuhan,

    kekerasan, waktu hancur dan kelarutan.

    Pengujian keseragaman ukuran

    dilakukan untuk mengetahui sama atau

    tidaknya ukuran tablet dengan melihat

    ukuran diameter masing-masing tablet

    menggunakan jangka sorong. Tablet dengan

    ukuran yang sama dimungkinkan akan

    mempunyai bobot/kandungan zat aktif yang

    sama pula.

    Pengujian keseragaman bobot

    dilakukan dengan menimbang 20 tablet

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    7/8

    secara acak dan dihitung nilai rata-rata

    untuk bobot tablet tidak boleh melebihi nilai

    yang ditentukan Depkes RI (1979) yaitu

    tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

    penyimpangannya melebihi 5% dan tidak

    boleh lebih dari 1 tablet pun melebihi 10%

    untuk bobot tablet > 300 mg.

    Uji friabilitas diilakukan untuk

    melihat tingkat kerapuhan tablet.

    Dikhawatirkan pada saat pengemasan atau

    saat perlakuan obat oleh pasien akan mudah

    mengalami kerapuhan dan mempengaruhi

    kandungan zat aktif, oleh karena itu

    dilakukan pengujian ini. Tingkat kerapuhan

    yang baik adalah tidak melebihi 1% dariperbandingan nilai sebelum dan sesudah

    dilakukan pengujian.

    Pengujian kekerasan dengan

    menggunakan hardness tester dilakukan

    untuk mengetahui tingkat kekerasan tablet,

    tablet yang dilakukan pengujian harus

    berada pada rentang 4-6 kg tingkat

    kekerasannya, jika kurang dari nilai tersebut

    dimungkinkan kurangnya zat tambahan

    seperti pengikat atau penghancur. Jikabobot kekerasan (kg) melebihi batas yang

    disyaratkan, maka akan berpengaruh pada

    kelarutan dan waktu hancur yang

    membutuhkan waktu yang lama untuk

    melarut.

    Pengujian waktu hancur /

    desintegrasi dilakukan untuk mengetahui

    seberapa lama tablet tersebut hancur di

    dalam tubuh. Waktu hancur dilakukan pada

    suhu tubuh 37o

    C, untuk tablet tidak

    bersalut harus kurang dari 20 menit.

    Uji disolusi dilakukan untuk

    mengetahui tingkat melarutnya obat dalam

    tubuh. Kelarutan obat akan mempengaruhi

    proses metabolismenya. Tablet yang

    dilakukan pengujian disolusi menggunakan

    larutan dapar yang seakan bersifat sama

    seperti cairan tubuh. Waktu yang

    dibutuhkan akan jelas berbeda, setiap 10

    menit sekali selama 60 menit dilakukan

    pengambilan hasil pelarutan untuk diketahui

    tingkat pelarutan yang baik dengan

    menggunakan alat spektrofotometri.

    Sediaan obat tradisional tablet ini

    masih dalam bentuk jamu, hanya saya untuk

    bentuk sediaannya dikembangkan

    sedemikian rupa untuk menambah nilai

    estetika sediaan obat tradisional. Sediaan ini

    dapat dikembangkan menjadi Obat Herbal

    Terstandar atau Fitofarmaka dengandilakukannya pembuktian nyata secara pra

    klinik dan klinik agar dapat diketahui dosis

    yang pasti untuk masing-masing komponen

    zat aktif.

    5. KesimpulanSediaan obat tradisional tidak hanya

    dibuat dalam sediaan serbuk, tetapi dapat

    juga dibuat dan dikembangkan dengan

    bentuk sediaan lain seperti tablet untukmenambah nilai estetika obat tradisional itu

    sendiri.

    Sediaan obat tradisional Curmatab

    yang berkhasiat sebagai penambah

    nafsu

    makan ini dikemas dalam bentuk sediaan

    tablet dengan kandungan zat aktif herbal

    seperti Curcuma domesticae Rhizoma,

    Curcuma aeruginosa, Zingiberis

    aromaticum dan Madu dengan penambahan

    zat lain penyusun komponen tablet seperti

    pengikat, pelicin, penghancur, dan pengisi.

  • 7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional

    8/8

    6. Daftar PustakaAnsel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan

    Farmasi. Jakarta : UI press [akses online :18 Des 2012]

    Depkes RI 1979. Farmakope IndonesiaEdisi III. Direktorat Jenderal PengawasanObat dan Makanan Jakarta

    Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek

    Farmasi Industri. Jakarta : UI Press [aksesonline : 18 Des 2012]

    Ning Harmanto & M. Ahkam Subroto,2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek

    Samping. Bandung : Elex Media [akses

    online : 18 Des 2012]

    Voight. 1995. Buku Pelajaran Teknologi

    Farmasi. Yogyakarta : UGM Press [aksesonline : 18 Des 2012]

    MENKES RI No. 179 / MENKES / per/ VII

    / 1976. [akses online : 18 Des 2012]

    http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/02/f

    itofarmaka.html [akses online : 18 Des

    2012]http://kliniksehat.com [akses online : 18

    Des 2012]

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit [akses

    online : 18 Des 2012]

    http://healthcare-

    pharmacist.blogspot.com/2011/06/pembuata

    n-simplisia-dan-ekstrak.html [akses online :

    18 Des 2012]