Formula Sediaan Obat Tradisional
-
Upload
yoga-kevan-rahmat -
Category
Documents
-
view
258 -
download
4
Transcript of Formula Sediaan Obat Tradisional
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
1/8
FORMULA SEDIAAN OBAT HERBAL
TABLET PENAMBAH NAFSU MAKAN CURMATAB
Oleh : Yoga Kevan Rahmat, NIM : 31109071, Farmasi STIKes BTH Tasikmalaya
1. PendahuluanPenggunaan obat tradisional saat ini
sudah hampir berkurang dibanding
beberapa puluh tahun yang lalu. Obat
tradisional dalam bentuk jamu seakan
terdesak oleh obat modern atau obat kimia
yang terus berkembang hingga saat ini.
Penggunaan obat tradisional seakan
memperlambat proses penyembuhan, tetapi
bersifat konstruktif dibanding dengan obat
modern yang menghasilkan efek yang lebih
cepat tetapi bersifat destruktif.
Obat tradisional di Indonesia
sebenarnya dapat dikembangkan lebih baik
lagi. Terbukti hingga saat ini jenis obat
tradisional di Indonesia cukup banyak,
tetapi tingkat konsumsinya masih jauh dari
obat modern saat ini.
Jamu adalah obat tradisional yang
pertama kali dikenal dalam duniapengobatan. Jamu mempunyai peranan yang
sangat penting dalam sejarah dunia
pengobatan, karena sifatnya yang turun
temurun sampai saat ini atau bahkan sampai
saat nanti akan terus dikenal sebagai
pelopor pengobatan. Kelemahan dari jamu
ini dalam pemberian dosis serta khasiatnya
masih dibuktikan berdasarkan pengalaman
atau empiris.
Obat tradisional lainnya yaitu ObatHerbal Terstandar dan Fitofarmaka yang
saat ini telah dikembangkan dari jamu.
Kelebihan kedua obat tradisional ini
khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah
baik pra klinik maupun klinik disisi lain
secara empiris.
Bentuk sediaan obat tradisionalcenderung tidak mendapat nilai estetika
yang begitu menarik dibanding obat
modern. Seiring berkembangnya jaman dan
teknologi saat ini, pengembangan sediaan
obat tradisional terus dilakukan. Bentuk
sediaan obat tradisional tidak hanya dalam
bentuk serbuk yang terkesan memberikan
rasa pahit, tetapi banyak dikembangkan
bentuk sediaan dalam bentuk seperti kapsul,
tablet, potio, dsb. Pada umumnya sediaan-
sediaan tersebut telah mengalami
perkembangan dari obat tradisional jenis
jamu ke dalam bentuk Obat Herbal
Terstandar dan Fitofarmaka.
Salah satu jenis obat tradisional
yang banyak berkembang saat ini yaitu obat
penambah nafsu makan yang sebagian besar
bahan utamanya berasal dari Curcuma
domestica Rhizoma atau kunyit. KandunganCurcumin di dalamnya diketahui dapat
meningkatkan nafsu makan. Proses yang
dibutuhkan untuk memperoleh kandungan
senyawa tersebut sangatlah memerlukan
waktu yang panjang. Selain itu juga tidak
hanya satu komponen zat aktif atau satu
simplisa saja yang diharapkan memberikan
efek cepat, tetapi dapat dikombinasikan
dengan simplisia lain yang mempunyai
kemampuan sama untuk meningkatkannafsu makan, salah satunya adalah Curcuma
aeruginosa atau temu hitam.
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
2/8
2. Tinjauan Pustaka2.1 Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah obat jadi
atau obat terbungkus yang berasal dari
alam, baik tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang belum mempunyai data klinis
dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman. (MENKES RI
No. 179 / MENKES / per/ VII / 1976).
Jenis obat tradisional ada 3 macam
yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka.
Jamu adalah obat tradisional
Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahanhewan, mineral, dan sediaan galenik, atau
campuran bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. (Ning Harmanto
& M. Ahkam Subroto, 2007)
Obat Herbal Terstandar (OHT)
adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik pada hewan
coba dan bahan bakunya telahdistandarisasi. (http://kliniksehat.com)
Fitofarmaka adalah sediaan obat
bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik dan uji klinik, bahan baku dan
produk jadinya telah distandarisasi.
(http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/02/
fitofarmaka.html)
2.2 Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Ada beberapa bentuk formula obat
tradisional yang siap pakai. Bentuk serbuk
atau powder merupakan bentuk yang paling
umum. Namun adanya perkembangan
teknologi membuat bentuk jamu tidak
terkesan tradisonal lagi. Banyak produsen
jamu yang sudah memproduksinya dalam
bentuk, pil, kapsul, kaplet, maupun cair.
3. Metode Penelitian
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses
pembuatan sediaan obat tradisional ini yaitu
alat ekstraksi (Maserasi) untuk
mendapatkan ekstrak kental dari masing-
masing simplisia, alat pengujian evaluasi
granul dan tablet, dll.
Bahan yang digunakan pada
pembuatan sediaan ini yaitu ekstrak kental
kunyit, ekstrak kental temu hitam, ekstrakkental lempuyung wangi, madu, dan zat
tambahan lain yang digunakan untuk
pembuatan sediaan tablet seperti amilum,
talk, gom arab, Mg stearat dan laktosa.
3.2 Metode Ekstraksi
Proses ekstraksi atau penyarian
ekstrak untuk mendapatkan senyawa atau
kandungan zat aktif yang dibutuhkan dari
masing-masing simplisia dilakukanpenyarian menggunakan ekstraksi
(Maserasi). Simplisia dalam bentuk serbuk
halus direndam dalam sebuah bejana
berukuran besar (Maserator) dengan
menggunakan cairan penyari (Etanol 70%)
750 mL, kemudian diaduk selama beberapa
jam dan disimpan pada keadaan terlindung
dari cahaya dengan bagian atas tertutup.
Hasil ekstraksi akan tertampung pada
wadah dan ekstrak dilakukan pemekatan.
3.3 Pengujian Mutu Ekstrak
Ekstrak yang telah didapatkan
kemudian dilakukan beberapa pengujian
parameter-parameter mutu ekstrak yang
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
3/8
meliputi uji skrining fitokimia (dilakukan
saat ekstrak masih kering), uji organoleptis,
perhitungan rendemen, penentuan kadar air
ekstrak, penentuan kadar abu (tidak larut
asam dan larut air), penentuan kadar sari,
penentuan kadar minyak atsiri, dsb.
Pengujian tersebut dilakukan untuk masing-
masing ekstrak.
3.4 Formulasi Sediaan
Tiap tablet 500 mg mengandung :
Curcuma domestica Rhizoma 110 mg
Curcuma aeruginosa 75 mg
Zingiberis aromaticum 80 mg
Mel depuratum 50 mgAmilum 15%
Talkum 5%
Gom arab 10%
Mg Stearat 2%
Laktosa ad 100%
Perhitungan untuk 1 tablet :
Curcuma domestica Rhizoma 110 mg
Curcuma aeruginosa 75 mg
Zingiberis aromaticum 80 mgMel depuratum 50 mg
Amilum 15/100 x 500 75 mg
Talkum 5/100 x 500 25 mg
Gom arab 10/100 x 500 50 mg
Mg stearat 2/100 x 500 10 mg
Laktosa 500 mg 475 mg 25 mg
Perhitungan untuk 50 tablet
Curcuma domestica Rhizoma 5500 mg
Curcuma aeruginosa 3750 mg
Zingiber aromaticum 4000 mg
Mel depuratum 2500 mg
Amilum 75 mg x 50 3750 mg
Talkum 25 mg x 50 1250 mg
Gom arab 50 mg x 50 2500 mg
Mg stearat 10 mg x 50 500 mg
Laktosa 25 mg x 50 1250 mg
3.5 Metode Pembuatan Tablet
Pembuatan tablet ini menggunakan
metode granulasi basah, yang pada
prinsipnya zat berkhasiat, zat pengisi dan
zat penghancur dicampur, lalu dibasahi
dengan bahan pengikat. Setelah itu diayak
menjadi granul dan dikeringkan dalam alat
pengering pada suhu 40 C - 50 C. Setelah
kering diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan kemudian
dilakukan evaluasi granul dan ditambahkan
bahan pelicin dan dicetak menjadi tabletdengan mesin tablet.
3.6 Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan meliputi evaluasi
granul dan sediaan tablet. Evaluasi granul
meliputi uji waktu alir, uji pembentukan
sudut, uji kompresibilitas/kemampatan.
Evaluasi sediaan fisik tablet meliputi uji
keseragaman ukuran, uji keseragaman
bobot, kerapuhan, uji kekerasan, uji waktuhancur dan kelarutan.
4. Hasil dan PembahasanSimplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dansimplisia pelikan (mineral).
Simplisia yang dilakukan pada
pembuatan sediaan obat tradisional herbal
ini antara lain ekstrak Curcuma domestica
Rhizoma (Rimpang Kunyit), Curcuma
aeruginosa (Temu Hitam), Zingiberis
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
4/8
aromaticum (Lempuyung Wangi), dan
Madu (Mel depuratum).
Simplisia nabati yang didapat
dilakukan pengolahan seperti pengumpulan
bahan baku terlebih dahulu, kemudian
dilakukan sortasi basah yang bertujuan
untuk membersihkan masing-masing
simplisia dari cemaran atau kotoran seperti
tanah, rumput, atau bagian tanaman yang
rusak yang tidak diharapkan. Proses
selanjutnya adalah pencucian simplisia,
pencucian ini sebaiknya harus dilakukan
dengan menggunakan sumber air yang
bersih dan air yang mengalir agar kotoran
yang menempel pada simplisia dapatterbuang secara sempurna. Proses setelah
pencucian kemudian pengubahan bentuk
simplisia menjadi ukuran yang diharapkan,
misalnya dalam bentuk kecil atau bentuk
yang terpotong-potong agar memudahkan
saat proses pengeringan. Proses selanjutnya
yaitu pengeringan yang dilakukan agar
simplisia dapat disimpan tahan lama, awet
dan kemungkinan tercemar mikroba sangat
kecil, seperti yang diketahui bahwapertumbuhan mikroba akan cepat pada
keadaan lembab atau mengandung kadar air
yang cukup tinggi. Proses sortasi kering
dilakukan setelah pengeringan, sortasi
kering ini dilakukan untuk menghilangkan
sisa cemaran/kotoran yang tertinggal setelah
proses pengeringan.
Simplisia yang telah didapatkan
dalam bentuk kering kemudian dilakukan
penghalusan untuk mendapatkan simplisia
dalam bentuk serbuk (dilakukan
penyerbukan) dengan menghaluskan
menggunakan alat (blender) agar
didapatkan simplisia yang halus. Semakin
halus simplisia dan semakin kecil luas
permukaan maka pada saat proses penyarian
ekstrak yang akan dilakukan akan semakin
besar kandungan aktif yang tersarinya.
Kemampuan pelarut yang menyari zat aktif
pun akan tinggi, karena dapat menembus
dinding sel dari simplisia dengan cepat dan
zat aktif dalam rongga sel simplisia akan
cepat terdesak keluar.
Pada pengujian mutu simplisia,
skrining fitokimia dilakukan untuk
mengetahui kandungan apa saja yang
terdapat dalam masing-masing simplisia,
dilakukan dengan mereaksikan serbuk
simplisia dengan reagen kimia tertentu.
Seperti misalnya dalam kunyit mengandungsaponin, flavonoid, polifenol, minyak atsiri
(sesquiterpen) yang direaksikan dengan
reagen tertentu akan menghasilkan nilai
positif.
Simplisia dalam bentuk serbuk
kemudian dilakukan proses penyarian
menggunakan ekstraksi. Ekstraksi adalah
suatu proses penyarian simplisia
menggunakan larutan penyari yang cocok
dengan menggunakan metode yang cocokpula. Proses penyarian zat aktif dari masing-
masing simplisia ini dilakukan dengan
menggunakan proses maserasi. Maserasi
adalah salah satu proses ekstraksi yang
dilakukan dengan tidak menggunakan
proses pemanasan. Maserasi ini dilakukan
untuk zat-zat yang tidak tahan panas.
Keuntungan dari maserasi ini peralatannya
sangat sederhana tetapi kerugiannya adalah
masih terdapat kandungan zat aktif yang
tidak tersari sempurna, karena adanya
kejenuhan pelarut. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan etanol 70%, karena
etanol mempunyai kemampuan mengambil
senyawa aktif dalam sel tanaman yang
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
5/8
cukup tinggi dibandingkan air, Menurut
Voight 1995, etanol dapat menyari bahan
aktif secara optimal, zat pengotor yang ikut
tersari juga relative sedikit dibandingkan
dengan air.
Proses ektraksi dilakukan selama
kurang lebih 3 hari dengan volume etanol
70% yang digunakan 750 mL untuk setiap
100 gram simplisia kering. Perlu dilakukan
pengadukan tahap awal untuk untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar butir
serbuk simplisia sehingga tetap terjaga
adanya derajat konsentrasi yang sekecil-
kecilnya antara larutan di dalam sel dengan
larutan di luar sel.Hasil ekstraksi (ekstrak) yang telah
didapat kemudian dilakukan pemekatan
untuk kemudian dilakukan penilaian mutu
ekstrak lainnya seperti penentuan kadar air
dalam ekstrak, kadar abu, kadar minyak
atsiri, kadar sari larut air dan etanol, dsb.
Pengujian parameter non spesifik tersebut
sangat mempengaruhi mutu simplisia,
misalnya saja penentuan kadar abu yang
tidak larut asam jika kadarnya tinggi berartiekstrak tersebut tidak layak untuk dijadikan
bahan pengobatan karena kadar mineral/zat
anorganik yang tinggi yang dapat
mempengaruhi aktivitas / kerja zat aktif dari
simplisia tersebut.
Nilai dari masing-masing parameter
yang telah didapat kemudian dilakukan
perbandingan nilai dengan ketentuan yang
berlaku atau yang ditetapkan untuk masing-
masing simplisia. Jika memenuhi
persyaratan yang ditetapkan, maka dapat
dilakukan proses pembuatan sediaan. Nilai
dari masing-masing parameter simplisia ini
didapatkan hasil yang memenuhi
persyaratan dan dapat dilanjutkan untuk
proses pembuatan sediaan.
Ekstrak yang didapatkan harus
dalam sediaan kental atau kering, karena
ekstrak kering tidak dimungkinkan maka
ekstrak kental dapat dijadikan persyaratan
pada proses pembuatan tablet ini.
Hasil ekstrak yang didapatkan
kemudian diambil sesuai yang dibutuhkan
untuk sediaan. Penggunaan dosis masih
belum pasti karena obat tradisional ini yang
dikemas secara modern dalam bentuk tablet
belum dapat dipastikan berapa dosis yang
tepatnya, pemakaian takaran atau dosis
masing-masing ekstrak hanya didasarkanpada perkiraan dosis untuk menghasilkan
efek terapi. Hanya saja secara pra klinik dan
klinik dari beberapa sumber telah
dibuktikan bahwa rimpang kunyit dapat
menambah nafsu makan dengan pemakaian
dan dosis rata-rata sehari 2 gram rimpang
kering yang dididihkan dengan air pada
suhu 90o
C selama 15 menit. Ekstrak
lainnya seperti temu hitam dan lempuyung
wangi mempunyai efek yang sama sebagaipenambah nafsu makan dengan ditunjang
penambahan madu alami yang mempunyai
banyak khasiat.
Metode pembuatan sediaan obat
tradisional ini akan dikemas dalam bentuk
tablet. Selain kandungan dari tiap ekstrak
yang digunakan, ditambahkan pula
beberapa zat tambahan sebagai penyusun
tablet akan ditambahkan dan diketahui tidak
akan mempengaruhi efek kerja zat aktif
seperti adanya penambahan zat penghancur
seperti amilum, pengikat (gom arab),
lubrikan (talkum) (Mg stearat), dan zat
pengisi atau penambah bobot seperti
laktosa.
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
6/8
Metode granulasi basah digunakan
untuk pembuatan sediaan tablet ini.
Dicampurkan terlebih dahulu semua zat
aktif, amilum, dan laktosa. Dibuat
campuran pengikat gom arab dan air
(sebanyak 2x berat gom arab), kemudian
dicampurkan sedikit demi sedikit pada
campuran zat aktif dan laktosa hingga
didapat sediaan yang dapat dikepal. Gom
arab mempunyai kohesivitas yang baik
dibandingkan dengan pengikat yang lain.
Selain itu, air yang digunakan pada bahan
tersebut relatif sedikit yaitu 2x bobot gom
arab. Jadi, dengan konsentrasi air yang
relatif sedikit mempermudah pengayakanpada granul basah. Penambahan laktosa
untuk granulasi basah dipakai laktosa hidrat
karena menyerap lembab dari campuran
ekstrak yang masih terdapat cairan pelarut,
dan juga granulnya cepat kering, sifat alir
yang baik, serta stabilitas laktosa baik
dalam gabungan zat aktif. Pemakaian
amilum sebagai zat pengancur karena
keunggulan dari amilum manihot
dibandingkan dengan pati lain adalahmemiliki satu gelatinasi terendah, pati
singkong memiliki viskositas paling tinggi
bila dibandingkan dengan pati-pati yang
lain.
Setelah didapatkan sediaan yang
dapat dikepal kemudian diayak pada mesh
no. 12, setelah itu dikeringkan pada suhu
40o
C 50o
C selama kurang lebih 24 jam.
Setelah granul kering, kemudian diayak
dengan menggunakan mesh no. 14,
pengayakan ini dilakukan untuk pengujian
granul seperti waktu alir granul, uji
pembentukan sudut dan uji kompresibilitas /
kemampatan. Kemampatan sangat
berpengaruh sekali pada proses pencetakan
tablet, semakin baik pemampatan maka
tablet yang akan dibentuk juga semakin
baik. Nilai kompresibilitas yang baik adalah
berkisar antara 5-15% menurut Lachman,
1994.
Penambahan talk dan mg stearat
dilakukan sebelum proses pencetakan.
Penambahan talk berfungsi sebagai glidan
pada formulasi sediaan tablet, pemilihan
talkum sebagai glidan adalah karena talkum
merupakan glidan yang baik dan dapat
dikombinasikan dengan Mg stearat untuk
memperbaiki sifat aliran dari granul.
Penambahan pelicin menggunakan
magnesium stearat karena mempengaruhisifat fisik campuran bahan baku dan tablet.
Magnesium stearat sebagai bahan pelicin
mempunyai sifat hidrofob dan bisa
mempengaruhi sifat-sifat tablet seperti
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan
dan waktu hancur. Setelah semua bahan
dicampurkan, kemudian dilakukan
pencetakan tablet dengan dicetak kempa
dengan menyesuaikan ukuran tablet yang
akan dicetak.Tablet yang sudah dicetak kemudian
dilakukan pengujian / evaluasi fisik sediaan
tablet yang meliputi uji keseragaman
ukuran, uji keseragaman bobot, kerapuhan,
kekerasan, waktu hancur dan kelarutan.
Pengujian keseragaman ukuran
dilakukan untuk mengetahui sama atau
tidaknya ukuran tablet dengan melihat
ukuran diameter masing-masing tablet
menggunakan jangka sorong. Tablet dengan
ukuran yang sama dimungkinkan akan
mempunyai bobot/kandungan zat aktif yang
sama pula.
Pengujian keseragaman bobot
dilakukan dengan menimbang 20 tablet
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
7/8
secara acak dan dihitung nilai rata-rata
untuk bobot tablet tidak boleh melebihi nilai
yang ditentukan Depkes RI (1979) yaitu
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
penyimpangannya melebihi 5% dan tidak
boleh lebih dari 1 tablet pun melebihi 10%
untuk bobot tablet > 300 mg.
Uji friabilitas diilakukan untuk
melihat tingkat kerapuhan tablet.
Dikhawatirkan pada saat pengemasan atau
saat perlakuan obat oleh pasien akan mudah
mengalami kerapuhan dan mempengaruhi
kandungan zat aktif, oleh karena itu
dilakukan pengujian ini. Tingkat kerapuhan
yang baik adalah tidak melebihi 1% dariperbandingan nilai sebelum dan sesudah
dilakukan pengujian.
Pengujian kekerasan dengan
menggunakan hardness tester dilakukan
untuk mengetahui tingkat kekerasan tablet,
tablet yang dilakukan pengujian harus
berada pada rentang 4-6 kg tingkat
kekerasannya, jika kurang dari nilai tersebut
dimungkinkan kurangnya zat tambahan
seperti pengikat atau penghancur. Jikabobot kekerasan (kg) melebihi batas yang
disyaratkan, maka akan berpengaruh pada
kelarutan dan waktu hancur yang
membutuhkan waktu yang lama untuk
melarut.
Pengujian waktu hancur /
desintegrasi dilakukan untuk mengetahui
seberapa lama tablet tersebut hancur di
dalam tubuh. Waktu hancur dilakukan pada
suhu tubuh 37o
C, untuk tablet tidak
bersalut harus kurang dari 20 menit.
Uji disolusi dilakukan untuk
mengetahui tingkat melarutnya obat dalam
tubuh. Kelarutan obat akan mempengaruhi
proses metabolismenya. Tablet yang
dilakukan pengujian disolusi menggunakan
larutan dapar yang seakan bersifat sama
seperti cairan tubuh. Waktu yang
dibutuhkan akan jelas berbeda, setiap 10
menit sekali selama 60 menit dilakukan
pengambilan hasil pelarutan untuk diketahui
tingkat pelarutan yang baik dengan
menggunakan alat spektrofotometri.
Sediaan obat tradisional tablet ini
masih dalam bentuk jamu, hanya saya untuk
bentuk sediaannya dikembangkan
sedemikian rupa untuk menambah nilai
estetika sediaan obat tradisional. Sediaan ini
dapat dikembangkan menjadi Obat Herbal
Terstandar atau Fitofarmaka dengandilakukannya pembuktian nyata secara pra
klinik dan klinik agar dapat diketahui dosis
yang pasti untuk masing-masing komponen
zat aktif.
5. KesimpulanSediaan obat tradisional tidak hanya
dibuat dalam sediaan serbuk, tetapi dapat
juga dibuat dan dikembangkan dengan
bentuk sediaan lain seperti tablet untukmenambah nilai estetika obat tradisional itu
sendiri.
Sediaan obat tradisional Curmatab
yang berkhasiat sebagai penambah
nafsu
makan ini dikemas dalam bentuk sediaan
tablet dengan kandungan zat aktif herbal
seperti Curcuma domesticae Rhizoma,
Curcuma aeruginosa, Zingiberis
aromaticum dan Madu dengan penambahan
zat lain penyusun komponen tablet seperti
pengikat, pelicin, penghancur, dan pengisi.
-
7/23/2019 Formula Sediaan Obat Tradisional
8/8
6. Daftar PustakaAnsel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi. Jakarta : UI press [akses online :18 Des 2012]
Depkes RI 1979. Farmakope IndonesiaEdisi III. Direktorat Jenderal PengawasanObat dan Makanan Jakarta
Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek
Farmasi Industri. Jakarta : UI Press [aksesonline : 18 Des 2012]
Ning Harmanto & M. Ahkam Subroto,2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping. Bandung : Elex Media [akses
online : 18 Des 2012]
Voight. 1995. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi. Yogyakarta : UGM Press [aksesonline : 18 Des 2012]
MENKES RI No. 179 / MENKES / per/ VII
/ 1976. [akses online : 18 Des 2012]
http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/02/f
itofarmaka.html [akses online : 18 Des
2012]http://kliniksehat.com [akses online : 18
Des 2012]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit [akses
online : 18 Des 2012]
http://healthcare-
pharmacist.blogspot.com/2011/06/pembuata
n-simplisia-dan-ekstrak.html [akses online :
18 Des 2012]