FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN .../Flypaper... · ii flypaper effect pada dana...
Transcript of FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN .../Flypaper... · ii flypaper effect pada dana...
i
FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
BELANJA DAERAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Akuntansi
Minat Utama :
Akuntansi Sektor Publik
Diajukan Oleh :
Hartati
NIM : S 4307072
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2009
ii
FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
BELANJA DAERAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
Hartati
NIM : S 4307072
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal : 29 April 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Rahmawati, M.Si., Ak Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak
NIP. 196 804 011 993 032 001 NIP. 196 112 311 988 031 006
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Doddy Setiawan, S.E., M.Si., IMRI., Ak.
NIP. 197 502 182 000 121 001
iii
FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
BELANJA DAERAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
Hartati
NIM : S 4307072
Telah disetujui Penguji
Pada tanggal,
Ketua Tim Penguji : Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com(Hons), Ph.D., Ak. ………
Pembimbing I : Dr. Rahmawati, M.Si., Ak …...….
Pembimbing II : Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak ……....
Mengetahui :
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Doddy Setiawan, S.E., M.Si., IMRI., Ak.
NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19750218 200012 1 001
iv
PERNYATAAN
Nama : Hartati
NIM : S4307072
Program Studi : Magister Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Flypaper Effect Pada
Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Belanja Daerah Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah” adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, Mei 2009
Yang menyatakan,
Hartati
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini Kupersembahkan untuk :
♦ Allah SWT yang telah memberiku kekuatan untuk menyelesaikan amanah ini. ♦ Bapak dan Ibu tercinta, motifator terbesar dalam hidupku. Ku tahu kau
berharap dalam doamu, ku tahu kau berjaga dalam langkahmu, dan ku tahu selalu ada cinta dalam senyummu.
♦ Saudara-saudaraku, yang memberikan dorongan untuk setiap jalanku. ♦ Pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam perjalananku menempuh
dan menyelesaikan studi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis tujukan ke hadirat ALLAH SWT yang
selalu ada dalam setiap langkah penulis atas Karunia dan Hidayah serta akal
pikiran dan atas segala kemudahan untuk bisa menyelesaikan amanah dan segala
kewajiban sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul FLYPAPER
EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA KABUPATEN/KOTA DI
PROPINSI JAWA TENGAH. Tesis ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk
Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tesis ini penulis
mendapat bantuan yang sangat besar dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Doddy Setiawan, S.E., M.Si., IMRI., Ak. selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak selaku Pembimbing tesis yang telah meluangkan
waktu, memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
vii
4. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak selaku Pembimbing tesis yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada
penulis.
5. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com(Hons), Ph.D., Ak. Selaku Ketua Tim Penguji
tesis yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
6. Seluruh dosen Program Studi Magister Akuntansi yang tidak dapat disebutkan
satu persatu atas seluruh ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan.
7. Bapak & Ibu tercinta yang selalu menguatkan hatiku, memberi semangat dan
menjadi sumber inspirasiku untuk menyelesaikan tanggungjawab ini. Tiada
kata yang mampu penulis sampaikan untuk semua yang telah kalian berikan.
Thank’s for being my parent.
8. Mbak Ning Yoga, Kakak, Kak Tono, Mbak Ning Oi, ketiga jagoanku : Adhi,
Yoga, dan Roihan dan seluruh keluarga, yang senantiasa mendoakan di setiap
langkah penulis. Terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, kesabaran, dan
dukungan yang telah kalian berikan.
9. Teman-teman di Mess Gardenia : De’Umi, De’ Kiki, Mbak Lilik, De’ Nita,
De’ Siti, dan mantan penghuni (M.Sriel, Mbak Pipit) makasih buat
kebersamaan, semangat dan doanya.
10. Bu Any, Bu Ratna, Mbak Suci, Mbak Santi, Niken, Mas Bayu, Mas Sigit, Mas
Supri, Mas Monot, Pak Amin, Mbak Eny, Pak Putut, dan seluruh teman-
teman seperjuangan di MAKSI terutama kelas A yang tidak dapat disebutkan
satu per satu, terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan dukungan yang
selalu diberikan kepada penulis.
viii
11. Pak Syukriy Abdullah, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
berdiskusi, terima kasih atas nasehat dan masukannya.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan
pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila
tesis ini masih banyak kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pembaca.
Surakarta, April 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI........................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ........................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii
INTISARI .................................................................................................... xxii
ABSTRACT................................................................................................. xxiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS .................................................................................. 8
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
x
2.1.1 Flypaper Effect.................................................................. 8
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)......... 9
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ....................................... 14
2.1.4 Dana Alokasi Umum (DAU) ........................................... 16
2.1.5 Belanja Daerah (BD) ........................................................ 17
2.1.6 Transfer (Grants) .............................................................. 19
2.1.7 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.............................. 20
2.1.8 Penelitian Terdahulu ......................................................... 22
2.2 Pengembangan Hipotesis ........................................................... 29
2.2.1 Flypaper Effect ................................................................. 29
2.2.2 Pengaruh DAU dan PAD pada Prediksi Belanja Daerah 32
2.2.3 Perbedaan flypaper effect pada Kabupaten/Kota yang PAD-nya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah................................................................................ 34
2.2.4 Dampak Flypaper effect terhadapKinerja Keuangan Daerah ................................................................................ 35
BAB III METODA PENELITIAN............................................................ 37
3.1 Metoda Dasar Penelitian ............................................................ 37
3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 37
3.3 Data dan Sumber Data .............................................................. 37
3.4 Definisi Operasional .................................................................. 38
3.5 Alat Analisis .............................................................................. 39
3.6 Analisis Data (Uji Asumsi Klasik) ............................................ 42
3.6.1 Uji Multikolonieritas ........................................................ 43
3.6.2 Uji Heteroskedastisitas...................................................... 43
xi
3.6.3 Uji Normalitas .................................................................. 45
3.6.4 Uji Autokorelasi ............................................................... 45
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN............................................................................... 46
4.1 Data ............................................................................................ 46
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ....................................................... 46
4.2.1 Statistik Deskriptif untuk Belanja Daerah ....................... 47
4.2.2 Statistik Deskriptif untuk Dana Alokasi Umum .............. 48
4.2.3 Statistik Deskriptif untuk Pendapatan Asli Daerah.......... 48
4.2.4 Statistik Deskriptif untuk Total Pendapatan Daerah........ 49
4.3 Uji Asumsi Klasik...................................................................... 49
4.3.1 Uji Multikolonieritas......................................................... 50
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas...................................................... 51
4.3.3 Uji Normalitas................................................................... 53
4.3.4 Uji Autokorelasi ................................................................ 55
4.4 Analisis Data .............................................................................. 56
4.4.1 Pengaruh DAUt
dan PADt
terhadap BDt ........................ 56
4.4.2 Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 pada Prediksi Belanja Daeraht .............................................................................. 59
4.4.2.1 Pengaruh DAU2002 dan PAD2002 pada Prediksi Belanja Daerah2003 ...................................... 60
4.4.2.2 Pengaruh DAU2003 dan PAD2003 pada Prediksi Belanja Daerah2004..................................................... 63
4.4.2.3 Pengaruh DAU2004 dan PAD2004 pada Prediksi Belanja Daerah2005..................................................... 65
xii
4.4.2.4 Pengaruh DAU2005 dan PAD2005 pada Prediksi Belanja Daerah2006..................................................... 68
4.4.2.5 Pengaruh DAU2006 dan PAD2006 pada Prediksi Belanja Daerah2007..................................................... 71
4.4.3 Perbedaan flypaper effect pada Kabupaten/Kota yang PAD-nya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah................................................................................. 73
4.4.4 Analisis Flypaper Effect terhadap Kinerja Keuangan Daerah ................................................................................ 77
4.4.4.1 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Keuangan ........................................ 77
4.4.4.2 Analisis Data Pengaruh Flypaper effect Terhadap Rasio Keuangan Daerah............................................ 96
4.4.4.2.1 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar............................................................... 97
4.4.4.2.2 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat (Quick Rasio) ......................................... 98
4.4.4.2.3 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas....................................................... 99
4.4.4.2.4 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD....................................... 100
4.4.4.2.5 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal............................ 102
4.4.4.2.6 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ....................... 103
4.4.4.2.7 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah .................. 104
4.4.4.2.8 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas......................................................... 106
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 107
4.5.1 Pengaruh DAUt
dan PADt
terhadap B Dt ....................... 107
xiii
4.5.2 Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 pada Prediksi Belanja Daeraht...................................................................................................................... 109
4.5.3 Perbedaan flypaper effect pada Kabupaten/Kota yang PAD-nya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah................................................................................. 111
4.5.4 Dampak Flypaper Effect terhadap Kinerja Keuangan Daerah ................................................................................ 113
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI .......... 117
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 117
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi untuk Penelitian Berikutnya .................................................................................. 118
5.3 Implikasi Penelitian.................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 121
LAMPIRAN ................................................................................................ 122
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah...................... 11
Tabel 2 Variabel Dependen dan Variabel Independen dalam Persamaan Regresi Dan Nama Variabel Dalam Pengolahan Statistik. ............ 39
Tabel 3 Statistik Deskriptif ......................................................................... 47
Tabel 4 Uji Multikolonieritas ..................................................................... 51
Tabel 5 Uji Heteroskedastisitas................................................................... 53
Tabel 6 Uji Normalitas................................................................................ 54
Tabel 7 Uji Autokorelasi ............................................................................. 56
Tabel 8 Analisis Pengaruh DAUt dan PADt terhadap BDt .................................... 57
Tabel 9 Analisis Pengaruh PAD2002
dan DAU2002
terhadap BD2003 .................. 60
Tabel 10 Analisis Pengaruh PAD2003
dan DAU2003
terhadap BD2004 .................. 63
Tabel 11 Analisis Pengaruh PAD2004
dan DAU2004
terhadap BD2005 .................. 66
Tabel 12 Analisis Pengaruh PAD2005
dan DAU2005
terhadap BD2006 .................. 68
Tabel 13 Analisis Pengaruh PAD2006
dan DAU2006
terhadap BD2007 .................. 71
Tabel 14 Statistik Deskriptif Uji T................................................................ 75
Tabel 15 Independent Sampel Test ............................................................... 76
Tabel 16 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar .................................................................. 77
Tabel 17 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar .................................................................. 78
Tabel 18 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar .................................................................. 79
xv
Tabel 19 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat .................................................................... 80
Tabel 20 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat .................................................................... 81
Tabel 21 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat .................................................................... 82
Tabel 22 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas .......................................................... 82
Tabel 23 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas .......................................................... 83
Tabel 24 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas........................................................... 84
Tabel 25 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect
Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD .......................................... 85
Tabel 26 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD .......................................... 85
Tabel 27 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD .......................................... 86
Tabel 28 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ............................... 87
Tabel 29 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ............................... 88
Tabel 30 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ............................... 89
Tabel 31 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah........................... 89
Tabel 32 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah........................... 90
Tabel 33 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah........................... 91
Tabel 34 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah ...................... 92
xvi
Tabel 35 Hasil Uji Normalitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah ...................... 92
Tabel 36 Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah ...................... 93
Tabel 37 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas.............................................................. 94
Tabel 38 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas.............................................................. 95
Tabel 39 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas.............................................................. 96
Tabel 40 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar .......... 97
Tabel 41 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat............ 98
Tabel 42 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas .. 99
Tabel 43 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD ............................................................................... 101
Tabel 44 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal.......................................................... 102
Tabel 45 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ..................................................... 103
Tabel 46 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah ................................................ 105
Tabel 47 Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Arus Kas Bebas....................................................................................... 106
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 1 Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Plot ................................ 52
Gambar 2 Uji Normalitas dengan Histogram ............................................. 55
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN 1
Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2002- 2007 ............. 126
LAMPIRAN 2
Ringkasan Realisasi Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2002- 2007 .... 127
LAMPIRAN 3
Ringkasan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2002- 2007 .................................................................................................... 128
LAMPIRAN 4
Ringkasan Realisasi Total Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2003- 2007 .................................................................................................... 129
LAMPIRAN 5
Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 130
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 131
LAMPIRAN 7
Hasil Regresi Pengaruh DAU t dan PADt terhadap BDt ............................... 136
LAMPIRAN 8
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2002) dan PADt-1(2002) terhadap BDt(2003) ..... 137
LAMPIRAN 9
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2003) dan PADt-1(2003) terhadap BDt(2004) ..... 138
LAMPIRAN 10
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2004) dan PADt-1(2004) terhadap BDt(2005) ..... 139
xix
LAMPIRAN 11
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2005) dan PADt-1(2005) terhadap BDt(2006) ..... 140
LAMPIRAN 12
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2006) dan PADt-1(2006) terhadap BDt(2007) ..... 141
LAMPIRAN 13
Pengelompokkan Daerah PAD Tinggi dan PAD Rendah............................. 142
LAMPIRAN 14
Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah................................. 143
LAMPIRAN 15
Hasil t-test : Uji Beda Daerah PAD Rendah dengan Daerah PAD Tinggi ... 144
LAMPIRAN 16
Perhitungan Rasio Lancar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah........................ 145
LAMPIRAN 17
Perhitungan Rasio Cepat (Quick Rasio) ....................................................... 146
LAMPIRAN 18
Perhitungan Rasio Solvabilitas ..................................................................... 147
LAMPIRAN 19
Perhitungan Rasio Utang Terhadap Pendapatan Asli Daerah....................... 148
LAMPIRAN 20
Rata-rata Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ............................................... 149
LAMPIRAN 21
Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemda Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah..................................................... 150
xx
LAMPIRAN 22
Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah................................. 151
LAMPIRAN 23
Analisis Arus Kas Bebas (Free Cash Flow).................................................. 152
LAMPIRAN 24
Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Lancar Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 153
LAMPIRAN 25
Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Cepat Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 154
LAMPIRAN 26
Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Solvabilitas Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 155
LAMPIRAN 27
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Utang Terhadap PAD Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 156
LAMPIRAN 28
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ..................................................................................... 157
LAMPIRAN 29
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.......................................................................................... 158
LAMPIRAN 30
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah.......................................................................................... 159
LAMPIRAN 31
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Arus Kas Bebas................. 160
xxi
LAMPIRAN 32
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Lancar .................. 161
LAMPIRAN 33
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Cepat.................... 162
LAMPIRAN 34
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Solvabilitas .......... 163
LAMPIRAN 35
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Utang Terhadap PAD............................................................................................................... 164
LAMPIRAN 36
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ..................................................................................... 165
LAMPIRAN 37
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.......................................................................................... 166
LAMPIRAN 38
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah.......................................................................................... 167
LAMPIRAN 39
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Arus Kas Bebas ............. 168
xxii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya flypaper effect pada Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di propinsi Jawa Tengah, mengetahui pengaruh DAU dan PAD dalam memprediksi Belanja Daerah, dan mengetahui kemungkinan adanya perbedaan flypaper effect antara Kabupaten/Kota yang PADnya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PADnya rendah serta mengetahui dampak flypaper effect terhadap kinerja keuangan daerah.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi. Populasi dalam penelitian ini adalah Propinsi Jawa Tengah dan sampelnya terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda (multiple regression). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel independen yang meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan satu variabel dependen yaitu Belanja Daerah. Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan statistik inferensi uji t untuk independen sample t test. Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) yang terdapat pada laporan realisasi APBD Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Analisis data yang digunakan yaitu uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas dan uji autokorelasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Belanja Daerah pada kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah lebih dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) daripada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini menunjukan bahwa terjadi flypaper effect. Hasil analisis menunjukkan bahwa DAUt-1dan PADt-1 secara serentak berpengaruh terhadap prediksi Belanja Daerah. DAUt-1
mempunyai daya prediksi yang lebih kuat daripada PADt-1 dalam mempengaruhi prediksi Belanja Daerah. Hasil penelitian juga membuktikan terdapat perbedaan terjadinya flypaper effect antara Kabupaten/Kota yang PADnya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PADnya rendah. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa terjadinya flypaper effect berdampak pada menurunnya kinerja keuangan daerah.
Kata Kunci : Flypaper effect, Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
xxiii
ABSTRACT
This research is intented to detect the possibility of flypaper effect occurencess at local government expenditure in Central Java province, to know the influence of DAU and PAD in predicting of local government expenditure, to know there is possibility flypaper effect difference among high PAD’s regency/municipality with low PAD’s regency/municipality, and to know the impact of flypaper effect to local government financial performance.
Basic method used in this research is explanation method. Population in this research is Central Java Province and the sampel consisted of 29 regency and 6 municipality in Central Java Province. Multiple regression was used as an analysis tool. There are two variables in this research, they are independent variable and dependent variable. Common Allocation Fund (DAU) and Original Earnings Local Area ( PAD) as the independent variables and Lokal Expenditure as a dependent variable. To test the third hypothesis statistical inference t test is used for t-test independent sample. To test the fourth hypotesis financial ratio analysis is used to analyze financial performance. This secondary data is used in this research in the form of time series data which is found at the realization report of APBD on regency/municipality in Central Java Province from 2003 to 2007. In analyzing the data, classic assumption test is used. The classic assumption test consists of multikolonieritas test, heteroskedastisitas test, normalitas test and autocorellation test.
The result of this research shows that local expenditure in Central Java province was more influenced by DAU than PAD. It means that there is flypaper effect. The result of the analysis shows that DAUt-1 and PADt-1 at the same time are influencing toward local expenditure prediction. DAUt-1 has stronger prediction than PADt-1 in influencing the local expenditure prediction. The result of the research also shows that there is flypaper effect differences between high PAD’s regency/municipality with low PAD’s regency/municipality. The result of the research also shows that there is flypaper effect impact to decrease financial performance of local government.
Keyword : Flypaper Effect, local expenditure, DAU, PAD
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai
dilaksanakan secara efektif tanggal 1 januari 2001, merupakan kebijakan yang
dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah
yang sesungguhnya. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Halim, 2007). Seperti dikemukakan oleh Menteri
Keuangan Budiono (dalam sidik et al., 2002:v), tujuan otonomi adalah untuk
lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat,
pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
Dalam UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 yang menjadi landasan otonomi
tersebut dijelaskan lebih jauh bagaimana pengaplikasian hal-hal tersebut
melalui beberapa Peraturan Pemerintah (PP), yang kemudian dipandu dengan
Kepmendagri No. 29/2002.
Pada tahun 2004, dikeluarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang menggantikan UU No.22 Tahun 1999. Begitu pula
UU No.25 Tahun 1999 digantikan oleh UU No.33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pemerintah pusat dengan daerah. Dalam UU No.32
Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah
xxv
Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri
dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan dana
Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Disamping dana
perimbangan tersebut, Pemda mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pembiayaan, dan lain-lain pendapatan
(Maimunah, 2006). Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan
kepada Pemerintah daerah. Dana transfer dari Pempus diharapkan digunakan
secara efektif dan efisien oleh Pemda untuk meningkatkan pelayanannya
kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya
pula secara transparan dan akuntabel.
Sekarang ini, kemampuan asli sebagian besar daerah yang tercermin
dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya mampu mengumpulkan tidak
lebih dari 15% nilai APBD. Oleh karena itu, kekurangannya harus dibantu
oleh Pemerintah Pusat melalui mekanisme dana perimbangan yang terdiri dari
DBH, DAU, dan DAK yang satu sama lain saling mengisi dan melengkapi
(Usman et al., 2008).
UU No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa transfer dari pemerintah
berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
bagi hasil digunakan untuk pelaksanaan kewenangan Pemda. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Saragih (2003), dana bagi hasil berperan sebagai
penyeimbang fiskal antara pusat dan daerah dari pajak yang dibagihasilkan.
DAU berperan sebagai pemerataan fiskal antardaerah (fiscal equalization) di
Indonesia. Sedangkan DAK berperan sebagai dana yang didasarkan pada
kebijakan yang bersifat darurat. Diluar dari fungsi tersebut, untuk secara
xxvi
detailnya, penggunaan dana tersebut diserahkan sepenuhnya kepada
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. Oleh karena itu, diharapkan
pemerintah kabupaten/kota dapat menggunakan dana ini dengan efektif dan
efisien untuk peningkatan pelayanan pada masyarakat dengan disertai
pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut.
Transfer dari Pemerintah Pusat merupakan dana utama Pemerintah
Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemerintah
Daerah dilaporkan diperhitungan APBD. Terdapat perbedaan penafsiran
mengenai DAU oleh daerah-daerah. Dalam Saragih (2003), berbagai
penafsiran tersebut diantaranya (a) DAU merupakan hibah yang diberikan
pemerintah pusat tanpa ada pengembalian, (b) DAU tidak perlu
dipertanggungjawabkan karena DAU merupakan konsekuensi dari penyerahan
kewenangan atau tugas-tugas umum pemerintahan ke daerah, (c) DAU harus
dipertanggungjawabkan, baik ke masyarakat lokal maupun ke pusat, karena
DAU berasal dari dana APBN. Padahal tujuan dari transfer ini adalah untuk
mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar
pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di
seluruh negeri (Simanjuntak dalam Sidik et al., 2002).
Penelitian sebelumnya telah banyak yang mengangkat permasalahan
transfer ini, di Amerika Serikat, persentase transfer dari seluruh pendapatan
mencapai 50% untuk pemerintah federal dan 60% untuk pemerintah daerah
(Fisher, 1982). Khususnya di daerah Winconsin di AS sebesar 47%
pendapatan Pemda berasal dari transfer Pempus (Deller et al., 2002). Di
xxvii
negara-negara lain, persentase transfer atas pengeluaran Pemda adalah 85% di
Afrika selatan, 67%-95% di Nigeria, dan 70%-90% di Meksiko.
Sayangnya, alokasi transfer di negara-negara sedang berkembang pada
umumnya lebih banyak didasarkan pada aspek belanja tetapi kurang
memperhatikan kemampuan pengumpulan pajak lokal. Akibatnya, dari tahun
ke tahun pemerintah daerah selalu menuntut transfer yang lebih besar lagi dari
pusat, bukannya mengeksplorasi basis pajak lokal secara lebih optimal (Oates,
1999 dalam Halim 2003). Keadaan tersebut juga ditemui pada kasus
pemerintah daerah kota dan kabupaten di Indonesia (Kuncoro, 2007).
Dominannya peran transfer relatif terhadap PAD dalam membiayai
belanja pemerintah daerah sebenarnya tidak memberikan panduan yang baik
bagi governansi (governance) terhadap aliran transfer itu sendiri. Bukti-bukti
empiris secara internasional menunjukkan bahwa tingginya ketergantungan
pada transfer ternyata berhubungan negatif dengan pemerintahannya (Mello
dan Barenstrein, 2001). Hal ini berarti pemerintah daerah akan lebih berhati-
hati dalam menggunakan dana yang digali dari masyarakat sendiri daripada
uang yang diterima dari pusat. Fakta di atas memperlihatkan bahwa perilaku
fiskal pemerintah daerah dalam merespon transfer dari pusat menjadi
determinan penting dalam menunjang efektivitas kebijakan transfer.
Beberapa peneliti menemukan respon Pemda berbeda untuk transfer
dan pendapatan sendiri (seperti pajak). Artinya ketika penerimaan daerah
berasal dari transfer, maka stimulasi atas belanja yang ditimbulkannya berbeda
dengan stimulasi yang muncul dari pendapatan daerah (terutama pajak
daerah). Ketika respon (belanja) daerah lebih besar terhadap transfer, maka
xxviii
disebut flypaper effect (Oates, 1999 dalam Halim 2003). Pengaruh DAU dan
PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah di Pulau Jawa dan Bali sebelumnya
telah diteliti dan menghasilkan analisis bahwa ketika tidak digunakan tanpa
lag, pengaruh PAD terhadap Belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi
dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap Belanja daerah justru lebih
kuat dari pada PAD (Abdullah dan Halim, 2003). Hal ini berarti terjadi
flypaper effect dalam respon Pemda terhadap DAU dan PAD. Selanjutnya
Deller dan Maher (2005) meneliti kategori pengeluaran daerah dengan fokus
pada terjadinya flypaper effect. Mereka menemukan pengaruh unconditional
grants pada kategori pengeluaran adalah lebih kuat pada kebutuhan non
esensial atau kebutuhan luxury seperti taman dan rekreasi, kebudayaan dan
pelayanan pendidikan daripada kebutuhan esensial atau normal seperti
keamanan dan proteksi terhadap kebakaran.
Maimunah (2006) telah melakukan pengujian adanya flypaper effects
pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di pulau Sumatera tahun 2004.
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa flypaper effect terjadi
pada DAU terhadap Belanja Daerah. Namun hasil penelitian tersebut tidak
dapat digeneralisasikan untuk seluruh wilayah Indonesia. Karena menurut
Halim (2002) Pemda kabupaten/kota di Jawa-Bali memiliki kemampuan
keuangan berbeda dengan Pemda kabupaten/kota di luar Jawa-Bali.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai flypaper effect
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Belanja Daerah serta dampaknya terhadap kinerja keuangan di Provinsi Jawa
Tengah dengan alasan bahwa Jawa Tengah memiliki karakteristik ekonomi
xxix
dan geografis yang sama dan ketersediaan data. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu dimana penelitian ini mencoba
menganalisis pengaruh flypaper effect DAU dan PAD terhadap Belanja
Daerah dengan menggunakan data runtun waktu (time series) (2003-2007),
sehingga diharapkan dapat memberikan hasil analisis yang lebih
komprehensif. Selain itu penelitian ini juga dihubungkan dengan kinerja
keuangan pada pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.
Sehingga penulis mengajukan judul ”FLYPAPER EFFECT PADA DANA
ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
TERHADAP BELANJA DAERAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
JAWA TENGAH”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka pertanyaan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terjadi flypaper effect pada pengaruh DAUt dan PADt terhadap
Belanja Daeraht pada Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah?
2. Bagaimana pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 dalam memprediksi Belanja
Daeraht?
3. Jika terjadi flypaper effect, apakah ada perbedaan pada Kabupaten/Kota
yang PAD-nya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah?
4. Bagaimana dampak flypaper effect terhadap kinerja keuangan daerah?
xxx
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengetahui kemungkinan terjadinya flypaper effect pada Belanja Daerah
pada Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah.
2. Mengetahui pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 dalam memprediksi Belanja
Daeraht.
3. Mengetahui kemungkinan adanya perbedaan flypaper effect antara
Kabupaten/Kota yang PADnya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang
PADnya rendah.
4. Mengetahui dampak flypaper effect terhadap kinerja keuangan daerah?
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah berupa
kontribusi empiris, teori dan kebijakan, yaitu :
1. Kontribusi empiris, untuk memperkuat penelitian sebelumnya, berkenaan
dengan adanya flypaper effect yang terjadi dalam transfer dana (DAU) dan
PAD terhadap Belanja daerah.
2. Kontribusi kebijakan, memberikan masukan baik bagi Pemerintah Pusat
maupun Daerah dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi
dari APBN dan APBD, serta UU dan PP yang menyertainya.
3. Kontribusi teori, sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-
peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.
xxxi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Flypaper Effect
Flypaper effect dianggap sebagai suatu keanehan dalam perilaku
yang sulit untuk dirasionalkan, dimana pemerintah daerah menggunakan
transfer1 yang mereka terima dari pemerintah pusat untuk meningkatkan
pengeluaran daerah2 yang mana tidak konsisten dengan teori ekonomi
(Hines & Thaler, 1995). Transfer disini adalah pemindahan atau
pengiriman dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Ketika suatu
pemerintah daerah menerima transfer dimungkinkan untuk meningkatkan
belanja daerah tanpa meningkatkan pajak. Pilihan masyarakat lebih
ditentukan pada bagaimana cara uang dibelanjakan. Dimana transfer
dianggap sebagai tambahan pendapatan masyarakat, sehingga semestinya
dibelanjakan dengan cara yang sama pula.
Peneliti terdahulu menggunakan berbagai pendekatan untuk
menjelaskan perilaku pemerintah daerah dalam mengalokasikan dana yang
dimilikinya, baik dana yang bersumber dari transfer pemerintah di atasnya
ataupun dari pendapatannya sendiri. Pemerintah daerah bisa merespon
transfer dari pemerintah pusat secara simetris dan tidak simetris (Gamkhar
& Oates, 1996). Beberapa peneliti menemukan bahwa respon pemerintah
1 Istilah transfer dan grants dalam tulisan ini memiliki arti yang sama dan digunakan bergantian. DAU adalah salah satu bentuk transfer atau grants. 2 Istilah pengeluaran daerah atau belanja daerah merupakan padanan kata dari local expenditure, yang dalam tulisan ini digunakan bergantian.
xxxii
daerah berbeda untuk transfer dan pendapatan sendiri seperti pajak.
Artinya, ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulasi
atas belanja yang ditimbulkannya berbeda dengan stimulasi yang muncul
dari pendapatan daerah terutama pajak daerah. Ketika respon belanja
daerah lebih besar terhadap transfer, maka disebut flypaper effect (Oates,
1999).
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah. APBD memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah.
b. Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan
bernegara.
c. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
d. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
xxxiii
Di era (pasca) reformasi, bentuk APBD mengalami perubahan
yang cukup mendasar. Bentuk APBD yang pertama didasari oleh
keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No 29 tahun 2002
tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sejalan dengan
perubahan yang terjadi bentuk APBD sekarang ini didasari pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13 tahun 2006 (Halim, 2007).
Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah
mengisyaratkan agar laporan keuangan semakin informatif. Untuk itu
dalam bentuk yang baru APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan,
belanja dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori baru agar
APBD semakin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan
daerah. Hal ini sesuai dengan definisi pendapatan sebagai hak pemda,
sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak pemda. Selain itu dalam
APBD mungkin terdapat surplus atau defisit. Pos pembiayaan ini
merupakan alokasi surplus atau sumber penutupan defisit anggaran
(Halim, 2007).
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
xxxiv
Tabel 1
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Bagian APBD Rincian APBD
Pendapatan 1. Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Bagian Laba Usaha Daerah
2. Dana Perimbangan
a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
d. Dana Perimbangan dari propinsi
3. Lain-lain Pendapatan yang sah.
Belanja 1. Aparatur Daerah
1) Belanja Administrasi Umum
a. Belanja Pegawai/Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
2) Operasional dan Pemeliharaan
a. Belanja Pegawai/Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
3) Belanja Modal
2. Belanja Publik
1) Belanja Administrasi Umum
a. Belanja Pegawai/Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
xxxv
2) Operasional dan Pemeliharaan
a. Belanja Pegawai/Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
4. Belanja tak tersangka
Surplus/ Defisit
Pembiayaan 1. Penerimaan Daerah
1) Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Lalu
2) Transfer dari Dana Cadangan
3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
4) Hasil Penjualan Aset Daerah Yang
Dipisahkan
2. Pengeluaran Daerah
1) Transfer ke Dana Cadangan
2) Penyertaan Modal
3) Pembayaran Utang Pokok Yang Jatuh
Tempo
4) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Berjalan
Sumber : Kepmendagri No 29 Tahun 2002 Tertanggal 10 Juni 2002
Menurut Kumorotomo dan Purwanto (2005) dalam Abdullah
(2005), struktur APBD tersebut merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah
adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran
tertentu yang menjadi hak daerah. Pendapatan daerah ini dirinci menurut
kelompok pendapatan yang meliputi pendapatan asli daerah, dana
xxxvi
perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Belanja daerah
merupakan semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran
tertentu yang menjadi beban daerah. Belanja daerah meliputi semua
pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
yang akan menjadi pengeluaran kas daerah. Belanja dikelompokkan
menjadi belanja aparatur, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan dan belanja tidak tersangka.
Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksud
untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.
Pembiayaan meliputi transaksi keuangan untuk menutup deficit atau
memanfaatkan surplus. Selisih antara anggaran pendapatan daerah dan
anggaran belanja daerah inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya
surplus atau defisit anggaran. Terjadinya surplus apabila anggaran
pendapatan daerah lebih besar dari anggaran belanja daerah, sedangkan
defisit apabila pendapatan daerah lebih kecil dari anggaran belanja daerah.
Adanya surplus anggaran kemudian dapat dimanfaatkan antara lain untuk
transfer ke dana cadangan, pembayaran pokok utang, penyertaan modal
(investasi) dan atau sisa perhitungan anggaran tahun berkenaan yang
dianggarkan pada kelompok pembiayaan jenis pengeluaran daerah.
Apabila terjadi defisit akan dibiayai dari sisa anggaran tahun yang lalu,
pinjaman daerah, penjualan obligasi daerah, hasil penjualan barang milik
daerah yang dipisahkan, transfer dari dana cadangan yang dianggarkan
pada kelompok pembiayaan dan jenis penerimaan daerah (Halim, 2007).
xxxvii
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Abdul Halim 2007, dalam bukunya yang berjudul
”Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah” beliau
menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Adapun
kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu:
1. Pajak Daerah. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang
berasal dari pajak.
2. Retribusi Daerah. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari retribusi daerah.
Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis
pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan restribusi daerah
berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No.
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Rertibusi Daerah, dirinci
menjadi:
a. Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak kendaraan bermotor
dan kendaraan di atas air, (ii) Bea balik nama kendaraan bermotor
(BBNKB) dan kendaraan di atas air, (iii) Pajak bahan bakar
kendaran bermotor, dan (iv) Pajak pengambilan dan pemanfaatan
air bawah tanah dan air permukaan.
b. Jenis pajak Kabupaten/kota. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak Hotel,
(ii) Pajak Restoran, (iii) Pajak Hiburan, (iv) Pajak Reklame, (v)
xxxviii
Pajak penerangan Jalan, (vi) Pajak pegambilan Bahan Galian
Golongan C, (vii) Pajak Parkir.
c. Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: (i) Retribusi Jasa Umum,
(ii) Retribusi Jasa Usaha, (iii) Retribusi Perijinan Tertentu.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini
meliputi objek pendapatan berikut:
a. Bagian laba perusahaan milik daerah.
b. Bagian laba lembaga keuangan bank.
c. Bagian laba lembaga keuangan non bank.
d. Bagian laba atas pernyataan modal/investasi
4. Lain-lain PAD yang sah. Pendapatan ini merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis
pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
b. Penerimaan jasa giro.
c. Peneriman bunga deposito.
d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah
(TP-TGR).
xxxix
Sumber PAD merupakan penerimaan murni daerah dan peranannya
merupakan indikator sejauh mana telah dilaksanakan otonomi tersebut
secara luas, nyata, dan bertanggungjawab. Besarnya PAD menunjukkan
kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan
memelihara serta mendukung hasil-hasil pembangunan yang telah
dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang
(Mamesah, 1995, dalam Abdullah dan Halim, 2003).
Menurut Septiana (2007) pendapatan asli daerah adalah seluruh
penerimaan yang masuk ke kas daerah, yang diatur dengan peraturan yang
berlaku, yang digunakan untuk menutupi pengeluaran daerah. PAD
merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan
dana pembangunan dalam memenuhi belanja daerah, selain itu merupakan
usaha daerah guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana
(subsidi) dari pemerintah pusat.
2.1.4 Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). Adapun cara
menghitung dana alokasi umum menurut ketentuan adalah sebagai berikut:
a. Dana alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
xl
b. Dana alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana
alokasi umum sebagaimana ditetapkan diatas.
c. Dari dana alokasi (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu
ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk
daerah kabupaten/kota yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas merupakan
proporsi bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan terhadap
jumlah bobot semua daerah kabupaten/kota diseluruh indonesia.
Tujuan Dana Alokasi Umum (DAU) terutama adalah untuk : (a)
horizontal equity dan (b) sufficiency. Tujuan horizontal equity merupakan
kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan distribusi
pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang
lebar antar daerah. Sementara itu yang menjadi kepentingan daerah adalah
kecukupan (sufficiency) terutama adalah untuk menutup fiscal gab.
Sufficiency dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu kewenangan beban dan
Standar Pelayanan Minimum (SPM).
2.1.5 Belanja Daerah (BD)
Menurut Kepmendagri No. 29/2002 disebutkan bahwa belanja
daerah merupakan semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Belanja daerah meliputi
semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas daerah. Pengeluaran ini
xli
dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan
tanggungjawabnya kepada masyarakat dan pemerintah diatasnya (pemprov
dan pempus). Menurut Kepmendagri No 13 tahun 2006 dan UU No 33
Tahun 2004, belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Menurut UU No. 25 tahun 1999 belanja daerah dibagi kedalam dua
kelompok yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan. Belanja rutin
adalah belanja yang keluarannya tidak berupa fisik dan terjadi berulang-
ulang sepanjang waktu atau periode. Belanja rutin terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas,
belanja lain-lain, anggaran pinjaman/hutang dan bunga, bantuan keuangan,
pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tak terduga.
Belanja pembangunan adalah belanja yang ditujukan untuk pembiayaan
proses pembangunan, sebagai kegiatan pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Terdiri dari 21 jenis yang berorientasi ke 20
jenis sektor pembangunan dan satu jenis kelompok pengeluaran
pembangunan lainnya, antara lain industri, pertanian dan kehutanan,
sumberdaya air dan irigasi, tenaga kerja, perdagangan, pengembangan
urusan daerah, keuangan dan koperasi, transportasi, meteorologi dan
geofisika, pertambangan dan energi, pariwisata, pos dan telekomunikasi
dll.
Setelah pergantian UU No. 25 tahun 1999 menjadi UU No. 33
tahun 2004 dan berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, maka
pengelompokkan belanja diubah menjadi belanja aparatur dan belanja
xlii
pelayanan publik. Belanja aparatur daerah adalah bagian belanja berupa
belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta
belanja modal/pembangunan yang dialokasikan pada atau digunakan untuk
membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara
langsung dinikmati oleh masyarakat (publik). Belanja pelayanan publik
adalah bagian belanja berupa belanja administrasi umum, belanja operasi
dan pemeliharaan serta belanja modal/pembangunan yang dialokasikan
pada atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan
dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat (publik).
Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 ada pengeluaran
daerah lainnya yaitu belanja bagi hasil dan bantuan keuangan dan belanja
tidak tersangka. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan berbentuk
kegiatan pengalihan uang dan atau barang dari Pemerintah Daerah.
Belanja Tidak Tersangka adalah Belanja Pemerintah Daerah yang
dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial
atau pengeluaran penanganan lainnya yang sangat diperlukan.
2.1.6 Transfer (Grants)
Di Indonesia, seperti ditegaskan dalam UU No. 25/1999, bentuk
transfer yang paling penting adalah DAU dan DAK, selain bagi hasil
(revenue sharing). Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya
kemampuan keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu, tujuan transfer
adalah mengurangi kesenjangan keuangan horisontal antar daerah,
xliii
megurangi kesenjangan vertikal Pusat dan daerah, dan untuk menciptakan
stabilisasi aktifitas perekonomian daerah (Abdullah dan Halim, 2003).
Transfer atau grants dari pemerintah pusat secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua, yakni matching grants dan non matching grants.
Kedua grant tersebut digunakan oleh Pemda untuk memenuhi belanja
aparatur daerah dan belaja pelayanan publik. Belanja aparatur daerah
dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil,
manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat
(publik). Belanja pelayanan publik dialokasikan atau digunakan untuk
membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung
dinikmati oleh masyarakat (publik) (Abdullah dan Halim, 2003).
2.1.7 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Pemda sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk
menilai apakah pemda berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau
tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemda dalam mengelola
keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya (Halim, 2007).
Dalam instansi pemerintahan pengukuran kinerja tidak dapat
diukur dengan rasio-rasio yang biasa di dapatkan dari sebuah laporan
keuangan dalam suatu perusahaan seperti, Return Of Investment. Hal ini
disebabkan karena sebenarnya dalam kinerja pemerintah tidak ada “Net
Profit”. Kewajiban pemerintah untuk mempertanggung jawabkan
xliv
kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi
yang relevan sehubungan dengan hasil program yang dilaksanakan kepada
wakil rakyat dan juga kelompok-kelompok masyarakat yang memang
ingin menilai kinerja pemerintah (Mardiasmo, 2004).
Pelaporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya
menekankan pada pertanggung jawaban apakah sumber yang diperoleh
sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang-undangan yang
berlaku. Dengan demikian pelaporan keuangan yang ada hanya
memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan
pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi pemerintah saat itu
(Mardiasmo, 2004).
Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah
dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melaksanakan
analisis rasio terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya
(http://www.feuhamka.com/artikel22.htm). Analisis rasio keuangan pada
APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu
periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehinggga dapat
diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula
dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan pemerintah
daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun
potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisis keuangan
pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya (Halim,
2007).
xlv
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Dahlberg et al., dalam Journal of Publik Finance
tahun 2006 bertujuan untuk mempelajari efek dari dana transfer tak
bersyarat dari pemerintah pusat ke pemerintah lokal pada pajak dan
belanjaan lokal di Swedia. Penelitian ini menggunakan suatu data runtut
waktu dari 283 kotamadya yang diamati selama periode 1996-2004.
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Dataset meliputi semua kotamadya.
Analisa data menggunakan analisa grafik dan analisa econometrik. Hasil
dari penelitian ini yaitu adanya suatu dampak positif dari dana bantuan
pada pembelanjaan dan tidak ada efek pada tarif pajak. Jadi terbukti
bahwa dana pemerintah pusat diarahkan lebih ke belanja lokal, tetapi
bukan untuk mengurangi pajak lokal. Hasil ini juga konsisten dengan
adanya suatu flypaper effect untuk Sweden.
Knight (2002) dalam penelitiannya bertujuan memberikan suatu
penjelasan teoritikal untuk flypaper effect dan secara empiris
membenarkan penjelasan itu dengan menggunakan data dari Program
Bantuan Jalan Pemerintah Pusat. Penelitian ini menggunakan suatu
kerangka teoritikal melalui suatu model dana transfer endogen dan model
empiris melalui estimasi OLS ( Ordinary Least Squares). Data yang
digunakan yaitu data survey sensus tahunan dari pemerintah dan
administrasi jalan pemerintah pusat. Penelitian ini menemukan bahwa
pengeluaran publik negara bagian meningkat lebih banyak, setiap dolar per
dolar melalui penerimaan dana transfer pemerintah pusat dibandingkan
xlvi
dengan peningkatan dalam pendapatan pribadi daerah. Keanehan ini
disebut sebagai flypaper effect.
Deller et al., (2002) menganalisis hubungan pendapatan yang
berasal dari bagi hasil dengan menggunakan suatu model perilaku
keuangan lokal dengan menggunakan data 581 kota dan desa di
Wisconsin, Amerika Serikat dan menemukan untuk setiap dollar kenaikan
dalam pendapatan per kapita, maka pengeluaran total perkapita meningkat
sekitar 12 sampai 15 sen. Untuk setiap kenaikan dalam pendapatan bagi
hasil perkapita, peningkatan pengeluaran perkapita mencapai 46-55 sen.
Deller et al (2002) menduga bahwa pola respon daerah ini juga
dipengaruhi oleh formula penentuan bagi hasil itu sendiri. Hasil ini
konsisten dengan hipotesis flypaper effect.
Studi Legrenzi & Milas (2001), menggunakan sampel
municipalities di Italia, menemukan bukti empiris bahwa dalam jangka
panjang tidak ada hubungan langsung antara belanja daerah dan pajak,
dimana belanja daerah secara keseluruhan dipengaruhi oleh transfer yang
diterima dari pemerintah pusat. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa
variabel-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek
disesuaikan (adjusted) dengan transfer yang diterima, sehingga
memungkinkan terjadinya respon yang non-linear dan asymmetric3.
Bae dan Felock (2004) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
menunjukkan bahwa dampak rangsangan dana transfer antar pemerintah
3 Istilah respon asymmetric dalam tulisan ini bermakna respon yang tidak simetri terhadap perubahan besaran transfer.
xlvii
pada belanja, yaitu flypaper effect disebabkan oleh struktur pemerintah
lokal. Dalam penelitian ini mencoba menangkap dampak dari gerakan
politik dalam menentukan belanja publik dengan mempertimbangkan
variabel kelembagaan. Data yang digunakan berasal dari 334 kota (dengan
ukuran kota medium) yang berlokasi di Amerika Serikat. Hasilnya
menunjukkan bahwa variabel kelembagaan politik dapat menjadi salah
satu variabel penjelas untuk flypaper effect.
Penelitian Dollery dan Worthington (1995) bertujuan untuk
menggambarkan analisis empiris dari ilusi keuangan di Australia yang
disebabkan oleh keberadaan transfer dana antar pemerintah antara negara
bagian dan pemerintah pusat. Penelitian ini menggunakan suatu analisis
time series dari Pembelanjaan Persemakmuran Australia dari 1981 sampai
1992. Hasil dari penelitian ini menyediakan beberapa dukungan empiris
yang bersifat sementara tentang keberadaan flypaper effect pada
pembelanjaan publik di Australia.
Studi Holtz-Eakin et al., (1994) menganalisis model maximizing
under uncertainty of intertemporal utility function dengan menggunakan
data runtut waktu selama tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa
jauh pengeluaran daerah dapat dirasionalkan melalui suatu model, dimana
keputusan-keputusan didasarkan pada ketersediaan sumberdaya secara
permanen, bukan ketersediaan yang sifatnya temporer, mereka
menemukan bahwa semua pengeluaran ditentukan oleh sumber-
sumbernya. Holtz-Eakin et al., menyatakan bahwa terdapat keterkaitan
sangat erat antara transfer dari Pemerintah pusat dengan belanja
xlviii
pemerintah daerah. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-
variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan
(adjusted) dengan transfer yang diterima, sehingga memungkinkan
terjadinya respon yang non-linier dan asymmetric.
Melo (2002) menganalisis flypaper effect pada belanja daerah
sektor publik Kolumbia dengan mempertimbangkan perbedaan struktur
kelembagaan. Analisis dilakukan dengan penggunaan alternatif dan model
data panel fungsional format. Data yang digunakan berasal dari Pusat data
bank pusat Kolumbia periode 1980 sampai 1997. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) dengan mempertimbangkan perbedaan struktur
kelembagaan ditemukan flypaper effect pada transfer antar pemerintah
dimana pendapatan daerah sangat tergantung pada transfer antar
pemerintah. Khususnya, ketika transfer lebih dari 50%, transfer antar
pemerintah cenderung merangsang belanja publik lokal dibanding
peningkatan dalam pendapatan regional, (2) flypaper effect sangat sensitif
terhadap spesifikasi dari belanja daerah, (3) analisis asimetri dalam reaksi
terhadap transfer antar pemerintah menunjukkan bahwa pengurangan
transfer per kapita secara nyata menyebabkan pengurangan dalam belanja
publik daerah. Hasilnya menyatakan bahwa ketika entitas pemerintah
daerah sangat bergantung terhadap transfer, koefisien asimetri signifikan
secara statistik, dimana pemerintah daerah menutup pengurangan transfer
dengan menggunakan sumber pendapatan yang lain.
Penelitian Lalvani (2002) menggambarkan tes empiris mengenai
flypaper effect untuk perekonomian di India. Penelitian ini juga menguji
xlix
hipotesis asimetri yang terlihat pada dampak pengurangan dana bantuan.
Penelitian dilakukan secara terpisah selama dekade 1980an (1980-1981
sampai 1989-1990) dan 1990an (1991-1992 sampai 1997-1998). Teknik
yang digunakan Pooled cross-section time series dengan menggunakan
prosedur Generalized Least Squares (GLS). Hasil yang diperoleh pada
penelitian menunjukkan bahwa flypaper effect tetap ada. Penelitian ini
juga menemukan bahwa selama periode pengurangan dana bantuan,
pemerintahan negara bagian mengelola program belanja mereka melalui
peningkatan penerimaan pajak mereka sendiri. Ini menyatakan bahwa dana
bantuan dari pusat memberikan dampak yang tidak mendorong dan dapat
menjadi suatu alasan bahwa pemerintahan negara bagian tidak
memanfaatkan pajak potensial mereka secara penuh.
Studi Aaberge & Langorgen (1997) menganalisis perilaku fiskal
dan belanja Pemda dengan pengaturan secara bersama-sama (simultaneous
setting). Penelitian ini menunjukkan estimasi untuk 8 sektor jasa
berdasarkan suatu versi modifikasi dari suatu Extended Linear
Expenditure System (ELES) dan menggunakan observasi pada level
municipal di Norwegia. Model econometrik mengakui respon daerah dan
defisit anggaran sebagai variabel endogen. Hasil empiris menunjukkan
bahwa suatu flypaper effect yang kuat ditampakkan oleh respon daerah
terhadap perubahan pendapatan. Esensi dari temuan-temuan tersebut
adalah perubahan dalam total belanja daerah (rutin dan pembangunan)
sebagai akibat dari perubahan dalam transfer dari pemerintah pusat
(Abdullah dan Halim, 2003)
l
Dalam perspektif teori keagenan, Aaberge & Langorgen (1997)
menyatakan bahwa agen atau politisi di pemerintah daerah bersikap
seolah-olah mereka memaksimalkan utilitas individu (voter)
berpendapatan menengah kebawah di dalam masyarakat. Apabila
dikaitkan dengan belanja publik untuk periode tertentu, agen akan
mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya berdasarkan pada
ekspektasinya terhadap lingkungan ekonomi pada masa yang akan datang.
Secara teoritis diasumsikan bahwa semua pengeluaran pada suatu periode
tertentu tergantung pada ketersediaan sumberdaya pada periode
bersangkutan, namun dengan batasan aturan anggaran yang ada, misalnya
anggaran berimbang (balanced-budget rule).
Heyndels (2001) dalam papernya menyatakan bahwa penelitian
pada Pemerintah AS mengindikasikan adanya suatu asimetri dalam
flypaper effect : elastisitas dari belanja publik yang berhubungan dengan
perubahan dalam dana bantuan secara signifikan berbeda untuk perubahan
yang positif dan negatif. Dengan menggunakan data panel dari Kotamadya
Flemish selama tahun 1986-1996 ditemukan bukti atas reaksi asimetris.
Hasil penelitian menyatakan adanya suatu tipe pergantian fiskal yaitu
ketika dana bantuan bertambah pengeluaran terbanyak kotamadya berasal
dari tambahan pendapatan tersebut. Sedangkan ketika dana bantuan
berkurang pengeluaran tidak terpengaruh dan kotamadya mengganti
kerugian melalui tambahan pajak.
Witterblad (2007) dalam penelitiannya meneliti faktor penentu
belanjaan publik lokal dan khususnya mencoba untuk menjelaskan yang
li
disebut flypaper effect. Analisa menggunakan suatu model politik ekonomi
untuk menghubungkan ukuran dan keberadaan flypaper effect
mempengaruhi karakteristik kotapraja seperti rata-rata dasar pajak,
dispersi pendapatan dan ya atau tidaknya suatu perubahan dalam rata-rata
dasar pajak mempengaruhi pembagian pajak dari mayoritas individu
(majority voter). Data berasal dari data penerimaan dan belanja daerah
Swedia untuk periode 1996-2004. Hasil menunjukkan bahwa ukuran
flypaper effect bervariasi antar kotamadya tergantung komposisi relatif
dari dana transfer dan dasar pajak.
Haryo Kuncoro (2004) dalam penelitiannya berjudul “Fenomena
Flypaper Effect Pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Dan
Kabupaten Di Indonesia” menganalisis tentang pengaruh transfer antar
pemerintah pada kinerja fiskal pemerintah daerah kota dan kabupaten di
indonesia. Temuan dari penelitian ini yaitu, peningkatan alokasi transfer
diikuti dengan penggalian PAD yang lebih tinggi. Simpulan ini
mengindikasikan sikap overaktif pemerintah daerah terhadap arti
pentingnya transfer. Bagi pemerintah pusat, transfer memang diharapkan
menjadi pendorong agar pemerintah daerah secara intensif menggali
sumber-sumber penerimaan sesuai kewenangannya.
Maimunah (2006) dalam penelitianya berjudul “Flypaper effect
pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan asli Daerah (PAD)
terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di pulau Sumatera”,
melakukan pengujian adanya flypaper effect pada belanja daerah
pemerintah kabupaten/kota di pulau Sumatera tahun 2006. Dari penelitian
lii
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa flypaper effect terjadi pada DAU
terhadap Belanja Daerah.
2.2 Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Flypaper Effect
Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan
pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas sejak akhir dekade
1950-an tentang hubungan tersebut diuji secara empiris (Chang & Ho,
2002), sebagian studi menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi
belanja. Sementara sebagian lainnya menyatakan bahwa belanjalah yang
mempengaruhi pendapatan (Aziz, 2000, Doi, 1998 dalam Maimunah,
2006). Sementara studi tentang pengaruh transfer dari pemerintah pusat
terhadap keputusan pengeluaran atau belanja pemerintah daerah sudah
berjalan lebih dari 30 tahun (Bradford & Oates, 1971a). Namun, dalam
studi empiris hal tersebut tidak selalu terjadi. Artinya, stimulus terhadap
pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer tersebut sering lebih
besar dibandingkan dengan stimulus dari pendapatan /pajak daerah sendiri
(flypaper effect). Holtz-Eakin et al., (1985) menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan
belanja pemerintah daerah. Esensi dari temuan-temuan terebut adalah
perubahan dalam total belanja daerah (rutin dan pembangunan) sebagai
akibat dari perubahan dalam transfer dari pemerintah pusat (Abdullah dan
Halim, 2003).
liii
Hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama
pajak) akan memepengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah dikenal
dengan nama tax-spend hypothesis (Aziz et al, 2000; Doi, 1998; von
Furstenberg et al., 1986 dalam Maimunah, 2006). Dalam hal ini,
pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam
penerimaan pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum
perubahan pengeluaran.
Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa perbedaan stimulus
antara grants dan pendapatan sendiri memang terjadi (Aaberge &
Langorgen, 1997; Deller et al.,2002; dan Slack, 1980). Heyndels (2001),
melakukan studi analisis dan empirik dengan sampel kotamadya di
Flemish dan menyatakan bahwa kenaikan tambahan transfer kepada
kotamadya diiringi dengan kenaikan dalam pengeluaran kotamadya.
Becker (1996) dan Bailey dan Connolly (1998) mengidentifikasi
beberapa isu yang selalu muncul dalam pembahasan mengenai flypaper
effect. Salah satu isu yang penting adalah respon yang tidak simetri
terhadap perubahan transfer. Teori perilaku konsumen di atas menjelaskan
bahwa respon terhadap perubahan transfer seharusnya indiferen. Hal ini
berarti bahwa pengaruh perubahan transfer pada perilaku fiskal pemerintah
daerah akan sama terlepas apakah sumbangan tersebut diperoleh melalui
runtutan kenaikan atau melalui serangkaian kenaikan lalu dikurangi secara
gradual.
Melo (2002) menyatakan dalam kasus keuangan daerah ada respon
yang tidak simetri terhadap perubahan besaran transfer. Ia menjelaskan
liv
bahwa transfer diberikan untuk jangka waktu tertentu. Selama periode
tersebut, pihak-pihak tertentu yang memperoleh keuntungan dari
penerimaan transfer mulai meningkat. Setelah transfer dikurangi, mereka
melakukan lobi untuk mempertahankan keuntungannya melalui kenaikan
pajak.
Pemerintah daerah dan masyarakat pada umumnya cenderung lebih
sensitif terhadap penurunan kesejahteraan daripada sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk melakukan penggantian sumber pembiayaan
anggaran (fiscal replacement), biaya politik atas kenaikan pajak menjadi
lebih besar daripada keuntungan politik yang diperoleh pemerintah atas
pengurangan pajak.
Flypaper effect pada transfer dana antar pemerintahan juga
ditemukan di negara Kolumbia dimana dilakukan dengan
mempertimbangkan perbedaan struktur kelembagaan (Melo, 2002). Hal ini
juga diperkuat dengan hasil penelitian Bae dan Felock (2004) yang
menyatakan variabel kelembagaan politik dapat menjadi salah satu
variabel penjelas untuk flypaper effect.
Penelitian Legrenzi dan Milas (2001) juga memberikan bukti
empiris tentang adanya flypaper effect dalam jangka panjang untuk sampel
kotamadya di Italia. Zampelli (1986) memberikan bukti senada untuk data
pemerintah kota di Amerika Serikat, yakni terjadinya flypaper effect dalam
reaksi belanja terhadap transfer tak bersyarat (unconditional grants).
Pada penelitian Syukriy Abdullah & Abdul Halim (2003) terjadi
flypaper effect dalam merespon (belanja) transfer (DAU) dan PAD di
lv
pulau Jawa dan Bali. Maka hipotesis untuk menguji flypaper effect di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah ini adalah:
H1: Pengaruh DAUt terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh PADt
terhadap BDt
2.2.2 Pengaruh DAU dan PAD pada Prediksi Belanja Daerah
Kesit Bambang Prakosa (2004) tentang analisis pengaruh dana
alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap prediksi
belanja daerah, studi empirik di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY,
dari hasil penelitian menunjukan bahwa DAU dan PAD berpengaruh
signifikan terhadap belanja daerah baik dengan maupun tanpa lag. Ketika
tidak menggunakan lag, pengaruh PAD terhadap belanja daerah lebih kuat
daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap
belanja daerah justru lebih kuat daripada PAD. Secara empiris penelitian
ini membuktikan bahwa besarnya belanja daerah dipengaruhi oleh jumlah
DAU yang diterima dari pemerintah pusat. Dari hasil penelitian tersebut,
menunjukkan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap
belanja daerah. Dalam model prediksi BD, daya prediksi DAU terhadap
BD tetap lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD. Hal ini menunjukan
telah terjadi flypaper effect.
Sulistyawan (2005) menyatakan bahwa pengujian atas pengaruh
DAU dan PAD terhadap belanja daerah dengan lag dilakukan untuk
mengetahui apakah DAU t-1dan PAD t-1dapat memprediksi BDt. Dari hasil
pengujian dapat diketahui bahwa DAU t-1dan PAD t-1 berpengaruh
lvi
signifikan positif terhadap BDt. Dijelaskan juga bahwa nilai t-statistic
DAU t-1 lebih besar daripada PADt-1. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa signifikansi pengaruh DAUt-1 secara statistik lebih kuat daripada
pengaruh PADt-1 terhadap BDt sehingga terjadi flypaper effect.
Lebih lanjut penelitian yang pernah dilakukan oleh Maimunah
(2006) yang dilakukan di pulau Sumatera menyatakan bahwa telah terjadi
Flypaper Effect dalam merespon belanja teransfer DAU dan PAD di Pulau
itu. Ia juga meneliti bahwa Flypaper Effect berpengaruh untuk
memprediksi belanja daerah periode kedepan.
Holtz-Eakin et al., (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan
sangat erat antara transfer dari Pempus dengan belanja pemerintah daerah.
Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan
pemda dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan transfer yang
diterima, sehingga memungkinkan terjadinya respon yang non-linier dan
asymmetric. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sukriy & Halim (2003)
bahwa daya prediksi DAU terhadap Belanja Daerah adalah lebih kuat pada
regresi dengan lag (DAU 2001 terhadap Belanja Daerah 2002).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada, maka hipotesis untuk menguji
hubungan DAU dan PAD sebagai prediksi Belanja Daerah periode
berikutnya adalah:
H2: Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh PADt-1
terhadap BDt
lvii
2.2.3 Perbedaan flypaper effect pada Kabupaten/Kota yang PAD-nya tinggi
dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah
Dalam Undang –undang No.33 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa PAD
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. PAD
sendiri tidak sama besarnya antar satu daerah dengan daerah lainnya,
beberapa dari kabupaten/kota di Indonesia mempunyai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang relatif besar sementara yang lain tidak (Ediharsi dkk,
1998).
Besar kecilnya PAD dihubungkan dengan total pendapatan daerah
dijadikan salah satu ukuran kemampuan (kaya atau miskin) daerah.
Dengan kata lain, daerah kabupaten/kota tersebut dapat tergolong pada
pemerintah daerah kabupaten/kota kaya, sedang, dan miskin dalam
kaitannya dengan tingkat pendapatan daerahnya/PAD-nya (Insukindro
dkk., 1994; dan Halim dkk., 1996 dalam Maimunah, 2006).
Dalam disertasinya, Halim (2002), menyatakan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan pada rata-rata varian PAD/Hasil Pajak
Daerah/Hasil Retribusi Daerah. Dengan menggunakan asumsi bahwa
kluster yang dilakukan adalah valid dan dengan menggunakan teori
komparatif dapat dibuktikan bahwa di Indonesia terdapat kelompok
pemerintah daerah kabupaten/kota kaya dan miskin.
Atas dasar tersebut dikembangkan sebuah hipotesis alternatif
sebagai berikut:
lviii
H3: Terdapat perbedaan flypaper effect antara daerah yang PAD-nya
rendah dengan daerah yang PAD-nya tinggi
2.2.4 Dampak Flypaper effect terhadap Kinerja keuangan Daerah
Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih luas bahwa
transfer akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar
daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull, 1998 dalam kuncoro,
2007). Fenomena flypaper effect dapat terjadi dalam dua versi
(Gorodnichenko, 2001 dalam Kuncoro, 2007). Pertama merujuk pada
peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang
berlebihan. Kedua mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer
yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan
pajak daerah.
Kinerja atau kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu
ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam
menjalankan otonomi daerah (Halim, 2007). Semakin baik kinerja
keuangan daerah maka semakin baik kemampuan daerah untuk
menjalankan tugasnya. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan
melaksanakan analisis rasio keuangan.
Dalam penelitiannya, Kuncoro (2007) menyatakan bahwa
peningkatan alokasi transfer diikuti dengan penggalian PAD yang lebih
tinggi. Namun, penggalian PAD yang hanya didasarkan pada faktor
inkremental akan berakibat negatif pada perekonomian daerah. Di sisi lain,
lix
peningkatan alokasi transfer juga diikuti dengan pertumbuhan belanja
yang lebih tinggi. Ada indikasi peningkatan belanja yang tinggi tersebut
disebabkan karena inefisiensi belanja pemerintah daerah terutama belanja
operasional. Faktor lainnya adalah munculnya persaingan pengeluaran
antardaerah. Kecenderungan ini dalam jangka panjang akan berakibat pada
peningkatan ketidakmerataan fiskal secara horizontal. Simpulan ini
mengisyaratkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah pada transfer
dari pusat akan semakin membesar. Ini berarti bahwa kinerja keuangan
daerah semakin menurun.
Atas dasar tersebut dikembangkan sebuah hipotesis alternatif
sebagai berikut:
H4: Flypaper effect berpengaruh terhadap rasio keuangan pemerintah
daerah.
lx
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Metoda Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksplanasi yaitu berusaha menjelaskan hubungan satu variabel dengan
variabel yang lain, dengan menyoroti hubungan yang telah dirumuskan
sebelumnya (Nazir, 2003). Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat
(dependen) yaitu belanja daerah dan dua variabel bebas (independen) yaitu
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Propinsi Jawa Tengah. Sampel
dalam penelitian ini adalah 29 kabupaten dan 6 kota di Propinsi Jawa Tengah.
Alasan pemilihan sampel di propinsi ini adalah (1) memiliki karakteristik
ekonomi maupun geografis yang sama, (2) ketersediaan data.
3.3 Data dan Sumber Data
Data yang dianalisis adalah data sekunder yang berupa data runtut
waktu (time series) yang bersumber dari laporan realisasi APBD Pemda
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah, yakni data Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja Daerah (BD), Total Pendapatan
Daerah dan laporan keuangan (neraca, laporan realisasi APBD, laporan aliran
kas) dari tahun 2003 sampai tahun 2007, yang diperoleh melalui situs
lxi
Departemen Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat, Badan
Pemeriksa Keuangan dan Daerah dan Badan Pusat Statistik.
3.4 Definisi Operasional
a. Flypaper effect merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintah
daerah merespon (belanja) lebih banyak/boros dengan menggunakan dana
transfer (grants) yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum (DAU)
daripada menggunakan kemampuan sendiri, diproksikan dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). Dana Alokasi Umum
dinyatakan dalam satuan rupiah. Dana alokasi umum ini sebagai variabel
independen (variable bebas).
c. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah (Abdul Halim, 2002).
Pendapatan Asli Daerah dinyatakan dalam satuan rupiah. Pendapatan asli
daerah ini sebagai variabel independen (variable bebas).
d. Belanja Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah pada periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah (Kepmendagri 29 Tahun
2002). Belanja daerah dinyatakan dalam satuan rupiah. Belanja daerah
dalam penelitian ini sebagai variabel dependen (variable bebas).
lxii
3.5 Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda
(multiple regression). Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2005) bahwa
analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan
mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata
variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Hasil
analisis adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen.
Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen
dengan suatu persamaan.
Tabel 2
Variabel Dependen dan Variabel Independen dalam Persamaan Regresi Dan Nama Variabel Dalam Pengolahan Statistik.
No Variabel Dependent Variabel Independen
Nama Variabel dalam Pengolahan Statistik
1 Belanja Daerah (jumlah belanja daerah)
-
Yt
2 - Jumlah DAUt DAUt
3 - Jumlah PADt PADt
Sumber : Maimunah, 2006
Regresi berganda yang dipakai untuk memenuhi tujuan penelitian
dalam membuktikan hipotesis dijabarkan di bawah ini dalam bentuk
persamaan-persamaan. Berikut persamaan-persamaan yang digunakan dalam
pengujian hipotesis 1 dan 2:
Yt = a + b1 DAUt + b2 PADt + e (1)
Yt = a + b1 DAUt-1 + b2 PADt-1 + e (2)
lxiii
dimana Yt adalah jumlah belanja daerah (BDt), a konstanta, b1 b2 koefsien
regresi, DAUt jumlah DAUt, DAUt-1 adalah DAUt dengan lag, PADt jumlah
PADt, PADt-1 adalah PADt dengan lag, dan e error term.
Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect, dibandingkan
koefisien standar beta dan nilai t-statistik untuk masing-masing variabel.
Dikatakan oleh Ghozali (2005) bahwa koefisien standar beta digunakan untuk
melihat pentingnya masing-masing variabel independen secara relatif. Begitu
juga untuk melakukan pengujian keberartian tiap-tiap koefisien a, b1, dan b2
dapat dilihat pada nilai t stat (Supranto, 2001). Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
Apabila efek DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar daripada efek PAD,
maka dapat disimpulkan terjadi flypaper effect (Abdullah dan Halim, 2003).
Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan statistik inferensi uji t untuk
independen sample t test. Caranya adalah dengan melihat pada data PAD yang
tersedia. Berdasarkan data yang ada diklasifikasikanlah menjadi PAD tinggi
dan PAD rendah. Pengkategorian tersebut berasal dari perbandingan nilai
PAD masing-masing daerah dengan nilai PAD rata-rata dari 35
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dengan kriteria jika PAD kabupaten/kota
lebih besar dari PAD rata-rata maka dimasukkan dalam kelompok PAD tinggi
dan jika PAD kabupaten/kota lebih kecil dari PAD rata-rata maka dimasukkan
dalam kelompok PAD rendah.
lxiv
Untuk menguji hipotesis keempat maka dilakukan analisis rasio
keuangan sebagai penilai kinerja keuangan daerah. Rasio keuangan yang
digunakan yaitu (Mahmudi, 2007):
a) Rasio Lancar (Current Ratio ) = Lancar UtangLancar Aktiva
Rasio lancar merupakan ukuran standar untuk menilai kesehatan keuangan
organisasi, baik organisasi bisnis maupun pemerintah daerah. Nilai standar
rasio lancar yang dianggap aman adalah 2:1.
b) Rasio Cepat (Quick Ratio) = Lancar Utang
Persediaan -Lancar Aktiva
Rasio cepat mengindikasikan apakah pemerintah daerah dapat membayar
utangnya dengan cepat. Rasio ini juga menunjukkan berapa alat likuiditas
yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi utang lancar.
c) Rasio Solvabilitas = UtangTotalAktiva Total
Rasio solvabilitas dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah
daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang.
d) Rasio Utang terhadap Pendapatan Asli Daerah = Daerah Asli Pendapatan
UtangTotal
Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kapasitas pemerintah daerah
untuk membayar kembali utangnya dengan pendapatan asli daerah.
e) Derajat Desentralisasi Fiskal = Daerah Pendapatan TotalDaerah Asli Pendapatan
lxv
Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan
daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi.
f) Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah =PinjamanPropinsiPusatTransfer
Daerah Asli Pendapatan++
Semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan pemerintah daerah semakin
tinggi kemandirian keuangan daerahnya.
g) Rasio ketergantungan keuangan daerah = Daerah Pendapatan Total
Transfer Pendapatan
Rasio ketergantungan keuangan daerah adalah rasio yang memperlihatkan
tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan /
atau pemerintah provinsi.
h) Analisis Arus Kas Bebas
Arus Kas Bebas = Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi - Belanja Modal
Arus kas bebas menunjukkan jumlah uang yang masih tersisa setelah
pemerintah daerah menjalankan operasional pokoknya dan melakukan
belanja modal dalam rangka menjaga kesinambungan pelayanan dan
peningkatan kapasitas pelayanan.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap pengaruh flypaper effect
terhadap rasio keuangan dengan persamaan regresi linear berikut :
Yi = a + b1 FE+ e.................................................. (3)
Dimana Yi adalah rasio keuangan, a adalah konstanta, b1 adalah koefisien
regresi, FE adalah flypaper effect, dan e adalah error term.
lxvi
3.6 Analisis Data (Uji Asumsi Klasik)
Untuk memenuhi asumsi klasik, maka model persamaan regresi diatas terlebih
dahulu melalui pengujian-pengujian berikut :
3.6.1 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable
independent. Jika variable independent saling berkorelasi, maka variable-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel orthogonal adalah variable
independent yang nilai korelasi antar sesama variable independent sama
dengan nol (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam suatu model regresi adalah sebagai berikut:
a. Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variable-variabel independent
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variable independent.
b. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independent. Jika antar
variable independent ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variation inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
lxvii
3.6.2 Uji Heteroskedastisitas
Dalam Ghozali (2005), uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data
crossection mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas:
a. Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat(dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada yang membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
b. Uji Park
Park mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi
dari variabel-variabel independen. Apabila koefisien parameter beta
dari persamaan regresi dari persaamaan regresi Ln U2 signifikan
lxviii
secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris
yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika
parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi
homoskedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak.
3.6.3 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.
3.6.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi liniear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari suatu observasi ke observasi lainnya.
lxix
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Data
Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 35
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pertahun. Penelitian ini
menggunakan jangka waktu lima tahun maka total sampel adalah 175
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini data yang
dikumpulkan dan diolah dari kabupaten/kota yang menjadi sampel meliputi
data :
a. Dana Alokasi Umum (DAU) dari laporan realisasi APBD tahun
anggaran 2003-2007.
b. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari laporan realisasi APBD tahun
anggaran 2003-2007.
c. Total Belanja Daerah dari laporan realisasi APBD tahun anggaran 2003-
2007.
d. Total Pendapatan Daerah dari laporan realisasi APBD tahun anggaran
2003-2007.
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Dari data yang diperoleh sebanyak 35 sampel seperti yang telah
dikemukakan diatas diperoleh statistik deskriptif yang mencakup n
(banyaknya data yang diperoleh) nilai minimun, nilai maksimum, rata-rata
(mean) dan deviasi standar (standar deviation) atas variabel-variabel
penelitian. Variabel-variabel tersebut meliputi Belanja Daerah, Pedapatan
lxx
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Total Pendapatan daerah. Tabel
dibawah ini menyajikan statistik deskriptif untuk semua variabel dalam
penelitian dari data periode 2003 sampai 2005.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BELANJA DAERAH 175 161956860 1127846242 457949602.02 172961923.87
DAU 175 105690000 743064000 343288178.28 128847669.41
PAD 175 13679480 238237999 45639997.21 30692180.98
TOTAL PENDAPATAN
DAERAH 175 161979609 1173328383 471647992.21 181296747.13
Valid N (listwise) 175
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
4.2.1 Statistik Deskriptif untuk Belanja Daerah
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki
belanja daerah minimum adalah Kota Salatiga pada tahun 2003 yaitu
sebesar Rp161.956.860.000 dan kabupaten/kota yang memiliki nilai
maksimum adalah Kota Semarang pada tahun 2007 sebesar Rp
1.127.846.242.000. Nilai rata-rata hitung untuk belanja daerah adalah
sebesar Rp 457.949.602.022,9. Hal ini berarti bahwa kabupaten/kota yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki nilai belanja daerah rata-
rata sebesar Rp 457.949.602.020. Belanja daerah kabupaten/kota yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki deviasi standar sebesar
172.961.923.870. Deviasi standar yang berada dibawah nilai rata-rata
lxxi
menunjukkan besarnya belanja daerah kabupaten/kota yang dijadikan
sample dalam penelitian ini memiliki nilai yang tidak bervariasi.
4.2.2 Statistik Deskriptif untuk Dana Alokasi Umum
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki
Dana Alokasi Umum minimum adalah Kota Salatiga pada tahun 2003
yaitu sebesar Rp105.690.000.000 dan kabupaten/kota yang memiliki nilai
maksimum adalah Kabupaten Cilacap pada tahun 2007 sebesar Rp
743.064.000.000. Nilai rata-rata hitung untuk Dana Alokasi Umum adalah
sebesar Rp 343.288.178.280. Hal ini berarti bahwa kabupaten/kota yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki nilai Dana Alokasi Umum
rata-rata sebesar Rp 343.288.178.280. Dana Alokasi Umum
kabupaten/kota yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki
deviasi standar sebesar 128.847.669.410. Deviasi standar yang berada
dibawah nilai rata-rata menunjukkan besarnya Dana Alokasi Umum
kabupaten/kota yang dijadikan sample dalam penelitian ini memiliki nilai
yang tidak bervariasi.
4.2.3 Statistik Deskriptif untuk Pendapatan Asli Daerah
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki
Pendapatan Asli Daerah minimum adalah Kota Pekalongan pada tahun
2003 yaitu sebesar Rp13.679.480.000 dan kabupaten/kota yang memiliki
nilai maksimum adalah Kota Semarang pada tahun 2007 sebesar Rp
238.237.999.000. Nilai rata-rata hitung untuk Pendapatan Asli Daerah
adalah sebesar Rp 45.639.997.210. Hal ini berarti bahwa kabupaten/kota
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki nilai Pendapatan Asli
lxxii
Daerah rata-rata sebesar Rp 45.639.997.210. Pendapatan Asli Daerah
kabupaten/kota yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki
deviasi standar sebesar 30.692.180.980. Deviasi standar yang berada
dibawah nilai rata-rata menunjukkan besarnya Pendapatan Asli Daerah
kabupaten/kota yang dijadikan sample dalam penelitian ini memiliki nilai
yang tidak bervariasi.
4.2.4 Statistik Deskriptif untuk Total Pendapatan Daerah
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki
Total Pendapatan Daerah minimum adalah Kota Salatiga pada tahun 2004
yaitu sebesar Rp161.979.609.000 dan kabupaten/kota yang memiliki nilai
maksimum adalah Kota Semarang pada tahun 2007 sebesar Rp
1.173.328.383.000. Nilai rata-rata hitung untuk Total Pendapatan Daerah
adalah sebesar Rp 471.647.992.210. Hal ini berarti bahwa kabupaten/kota
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki nilai Total
Pendapatan Daerah rata-rata sebesar Rp 471.647.992.210. Total
Pendapatan Daerah kabupaten/kota yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini memiliki deviasi standar sebesar 181.296.747.130. Deviasi
standar yang berada dibawah nilai rata-rata menunjukkan besarnya Total
Pendapatan Daerah kabupaten/kota yang dijadikan sample dalam
penelitian ini memiliki nilai yang tidak bervariasi.
4.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian Asumsi Klasik dilakukan agar data yang digunakan
memenuhi kriteria Best, Linear, Unbiased Estimator (BLUE). Uji asumsi
lxxiii
klasik yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari uji multikolonieritas,
uji heteroskedastisitas, uji normalitas data, dan uji autokorelasi.
4.3.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas merupakan suatu bentuk pengujian untuk
mengetahui apakah dalam model regresi terdapat adanya korelasi atau
hubungan yang linier antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005).
Dalam hal ini variabel bebas itu yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum. Uji ini muncul karena adanya efek kombinasi dua atau
lebih variabel independen. Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2005). Jika hasil
dari pengujian menunjukkan bahwa tidak ada nilai toleransi yang kurang
dari 10% ataupun hasil perhitungan VIF yang menunjukkan bahwa tidak
ada nilai VIF yang lebih dari 10 dari setiap variabel independen maka
didalam model regresi tidak terdapat gejala adanya multikolonieritas antar
variabel independen(Ghozali, 2005). Berikut ini adalah hasil dari uji
multikolonieritas menggunakan nilai toleransi dan nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF) dengan menggunakkan software SPSS 16.
lxxiv
Tabel 4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 1.516E7 9.423E6 1.609 .110
DAU 1.053 .029 .784 36.847 .000 .799 1.252
1
PAD 1.782 .120 .316 14.855 .000 .799 1.252
a. Dependent Variable:
BELANJADAERAH
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Berdasarkan hasil pengujian multikolonieritas pada Tabel 4,
dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance lebih dari
10% dan nilai VIF kurang dari 10 dari setiap independennya. Untuk itu
maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya multikolonieritas antar
variabel independen dalam model regresi.
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varience dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Uji
Heteroskedastisitas diperlukan dalam penelitian ini karena dari data yang
lxxv
ada mengandung data yang mewakili berbagai ukuran/ nilai yang beragam
(ada data yang nilainya rendah,sedang, dan juga tinggi).
Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan grafik plot
dan uji park. Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakkan grafik plot dan uji park dengan
program SPSS 16.
Gambar 1 Uji Heteroskedastisitas Dengan Grafik Plot
Dengan melihat Gambar 1 dapat dilihat bahwa tidak adanya pola
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y,
maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi ini. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis dari uji park sebagai
berikut.
lxxvi
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -7.357 .515 -14.290 .000
DAU 1.486E-9 .000 .080 .952 .343
1
PAD 1.135E-8 .000 .145 1.732 .085
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 5 memberikan koefisien
parameter beta untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas.
Hal ini konsisten dengan hasil uji Scatterplots.
4.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Jika nilai Asymp.Sig suatu variabel yang dihasilkan
oleh uji Kolmogorov Smirnov > α (0.05) dapat disimpulkan bahwa
variabel tersebut terdistribusi normal. Pada Tabel 6 berikut ini disajikan
hasil uji normalitas.
lxxvii
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 4.31581671E7
Absolute .079
Positive .079
Most Extreme Differences
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z 1.043
Asymp. Sig. (2-tailed) .227
a. Test distribution is Normal. Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dapat dibuat
hipotesis :
H0 : F (x) = F0 (x) atau data residual berdistribusi normal
H1 : F (x) ≠ F0 (x) atau data residual tidak berdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika signifikansi > 0.05 maka H0 diterima
Jika signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak
Keputusan :
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov adalah
1.043 dan signifikan pada 0,227, hal ini berarti H0 diterima yang berarti
data residual terdistribusi normal. Hal ini sejalan dengan hasil uji
lxxviii
normalitas dengan menggunakan grafik histogram pada Gambar 2 berikut
ini.
Gambar 2 Uji Normalitas Dengan Histogram
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi
dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM Test). Uji
autokorelasi dengan LM test terutama digunakan untuk sampel besar
diatas 100 observasi. Karena dalam penelitian ini sampel yang diteliti
cukup besar (lebih dari 100 observasi) maka lebih tepat digunakan uji
Lagrange Multiplier (LM Test). Uji ini memang lebih tepat digunakan
dibandingkan uji DW terutama bila sampel yang digunakan relatif besar
dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan
statistik Breusch-Godfrey (BG test). Pengujian Breusch-Godfrey (BG test)
lxxix
dilakukan dengan meregres variabel pengganggu (residual) ut
menggunakan autogresive model (ghozali, 2005). Pada Tabel 7 berikut ini
disajikan hasil uji autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -2.371E6 9.185E6 -.258 .797
PAD .017 .116 .012 .146 .884
DAU .004 .028 .013 .157 .875
1
RES2 .175 .064 .177 1.928 .064
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa koefisien parameter untuk
residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.064 hal ini
menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Pengaruh DAUt
dan PADt
terhadap BDt
Analisis atas hipotesis pertama dilakukan dengan melakukan
pengujian pengaruh atas persamaan regresi linear berikut :
Yt = a + b1 DAUt + b2 PADt + e.................................................. (1)
Dimana Y = Belanja Daerah (BDt)
a = Konstanta
b1b2 = Koefisien regresi
lxxx
DAUt = Jumlah DAUt
PADt = Jumlah PADt
e = error term
Pengujian atas pengaruh DAUt
dan PADt
terhadap Belanja
Daerah (BDt) dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara bersama-
sama kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap Belanja Daerah dan
untuk mengetahui yang mana yang lebih dominan diantara kedua variabel
tersebut. Untuk dapat dikatakan telah terjadi flypaper effect maka
dibandingkan koefisien regresi beta dan nilai t-statistik untuk masing-
masing variabel. Tabel dibawah ini merupakan hasil analisis regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh DAUt
dan PADt
terhadap BDt
secara bersamaan.
Tabel 8
Analisis Pengaruh DAUt dan PADt terhadap BDt
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 15159357.608 9.423E6 1.609 .110
DAU 1.053 .029 .784 36.847 .000
1
PAD 1.782 .120 .316 14.855 .000
a. Dependent Variable:BELANJADAERAH
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
lxxxi
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh DAU dan PAD
terhadap BD sebagai berikut :
BD = 15159357.608+ 1.053DAU + 1.782PAD+ e.........................(1.1)
Dari persamaan 1.1 dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar
15159357.608 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.110.
Koefisien regresi DAUt sebesar 1.053, berarti jika DAU
t mengalami
peningkatan sebesar 1 % maka BDt
akan meningkat sebesar 1.053 %
dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan. Sedangkan koefisien
regresi PADt sebesar 1.782 menunjukkan bahwa jika PAD
t dari pemerintah
pusat mengalami peningkatan sebesar 1% maka BDt di Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah akan meningkat sebesar 1.782 % dengan asumsi variabel lain
dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi pada Tabel 8 menunjukkan bahwa untuk
DAUt diperoleh t statistik sebesar 36.847 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti DAUt berpengaruh secara positif terhadap BD tahun berjalan.
Hal ini berarti semakin tinggi DAUt dari pemerintah pusat maka semakin
besar pula belanja daerah. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk
PADt diperoleh t statistik sebesar 14.855 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditolerir
lxxxii
yakni 0,05, yang berarti PADt
berpengaruh secara positif terhadap BDt.
Hal ini berarti semakin tinggi PADt
maka semakin besar pula belanja
daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan besarnya pengaruh DAUt dan PAD
t
terhadap BDt
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar
0.937 atau sebesar 93,7%. Hal ini berarti BDt 0.937% dapat dijelaskan oleh
DAUt dan PAD
t.
Hasil uji koefisien standar beta pada Tabel 8 menunjukkan
bahwa nilai koefisien standar beta DAUt sebesar 0,784 lebih besar dari
koefisien beta PADt yaitu 0,316 dan hasil dari regresi menunjukkan bahwa
nilai uji statistik t DAUt
memiliki pengaruh yang signifikan lebih besar
yaitu 36.847, dibandingkan pengaruh PADt terhadap BDt yaitu sebesar
14.855. Ini memberi arti bahwa DAUt lebih berpengaruh terhadap BDt
daripada PADt terhadap BD
t. Dengan demikian hipotesis pertama (H1)
yang menyatakan pengaruh DAU terhadap BD lebih besar daripada
pengaruh PAD terhadap BD diterima. Hal ini berarti telah terjadi flypaper
efect. Hasil ini konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya seperti
Aaberge dan Langorgen (1997), Deller et al (2002), Legrensi & milas
(2001), zampelli (1986), dan Maimunah (2006).
4.4.2 Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 pada Prediksi Belanja Daeraht
Analisis atas hipotesis kedua dilakukan dengan melakukan
pengujian pengaruh atas persamaan regresi linear berikut :
Yt = a + b1 DAUt-1 + b2 PADt-1 + e.............................................. (2)
lxxxiii
Dimana Y = Belanja Daerah (BDt)
a = Konstanta
b1b2 = Koefisien regresi
DAUt-1 = Jumlah DAUt-1
PADt-1 = Jumlah PADt-1
e = Error term
Pengujian atas pengaruh DAU dan PAD terhadap belanja daerah
dengan lag dilakukan untuk mengetahui apakah DAUt-1 dan PADt-1
dapat memprediksi BDt.
4.4.2.1 Pengaruh DAU2002 dan PAD2002 pada Prediksi Belanja Daerah2003
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
variabel PAD2002
dan DAU2002
terhadap BD2003
. Hasil regresi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:
Tabel 9
Analisis Pengaruh PAD2002
dan DAU2002
terhadap BD2003
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 3377973.804 1.960E7 .172 .864
DAU2002 1.301 .085 .758 15.317 .000
1
PAD2002 2.326 .270 .426 8.615 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2003
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
lxxxiv
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh PAD2002
dan
DAU2002
terhadap BD2003
sebagai berikut :
BD2003
= 3377973.804 + 1.301DAU2002
+ 2.326 PAD2002
....................(2.1)
Dari persamaan (2.1) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 3377973.804 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam
persamaan diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu
0.864.
Koefisien regresi PAD2002 sebesar 2.326, berarti jika PAD2002
mengalami peningkatan sebesar 1 % maka BD2003
akan meningkat
sebesar 2.326% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Sedangkan koefisien regresi DAU2002 sebesar 1.301 menunjukkan bahwa
jika DAU2002
dari pemerintah pusat mengalami peningkatan sebesar 1%
maka BD2003
di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah akan meningkat sebesar
1.301% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk DAU2002
diperoleh t statistik sebesar 15.317 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti DAU2002
berpengaruh secara positif terhadap BD2003. Hal ini
berarti semakin tinggi DAU2002
dari pemerintah pusat maka semakin
besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
lxxxv
Hasil uji signifikansi pada Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa
untuk PAD2002
diperoleh t statistik sebesar 8.615 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya jauh lebih kecil dari taraf
signifikansi yang ditolerir yakni 0,05, yang berarti PAD2002
berpengaruh
secara positif terhadap BD2003
. Hal ini berarti semakin tinggi PAD2002
maka semakin besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Sedangkan besarnya pengaruh DAU2002
dan PAD2002
terhadap
BD2003
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,923
atau sebesar 92,3%. Hal ini berarti BD2003
di Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah 92,3% dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum tahun lalu
(DAU2002) dan pendapatan asli daerah tahun lalu (PAD2002).
Pada Tabel 9 dijelaskan bahwa nilai koefisien standar beta
DAU2002 sebesar 0,758 lebih besar dari koefisien standar beta PAD2002
yaitu 0,426 dan nilai t-statistic DAU2002 sebesar 15.317 lebih besar
daripada PAD2002 sebesar 8.615 pada α = 5%. Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa signifikansi pengaruh DAU2002 secara statistik lebih kuat
daripada pengaruh PAD2002 terhadap BD2003. Sehingga hipotesis kedua
yang berbunyi ”Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada
pengaruh PADt-1 terhadap BDt”, diterima. Hasil ini konsisten dengan
pandangan Aaberge dan Langorgen (1997), Deller et al (2002), Legrensi &
milas (2001), zampelli (1986), Abdullah & Halim (2003), dan analisis
yang dilakukan oleh Maimunah (2006).
lxxxvi
4.4.2.2 Pengaruh DAU2003 dan PAD2003 pada Prediksi Belanja Daerah2004
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
variabel PAD2003 dan DAU2003
terhadap BD2004. Hasil regresi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10
Analisis Pengaruh PAD2003
dan DAU2003
terhadap BD2004
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 26206354.580 1.550E7 1.691 .101
DAU2003 1.057 .058 .755 18.070 .000
1
PAD2003 2.018 .189 .445 10.663 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2004
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh PAD2003
dan
DAU2003
terhadap BD2004
sebagai berikut :
BD2004
= 26206354.580 + 1.057 DAU2003
+ 2.018PAD2003
..................(2.2)
Dari persamaan 2.2 dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar
26206354.580 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.101.
Koefisien regresi PAD2003 sebesar 2.018, berarti jika PAD2003
mengalami peningkatan sebesar 1 % maka BD2003
akan meningkat
sebesar 2.018% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
lxxxvii
Sedangkan koefisien regresi DAU2003 sebesar 1.057 menunjukkan bahwa
jika DAU2003
dari pemerintah pusat mengalami peningkatan sebesar 1%
maka BD2004
di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah akan meningkat sebesar
1.057 % dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk DAU2003
diperoleh t statistik sebesar 18.070 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti DAU2003 berpengaruh secara positif terhadap BD2004. Hal ini
berarti semakin tinggi DAU2003
dari pemerintah pusat maka semakin
besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Hasil uji signifikansi pada Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa
untuk PAD2003
diperoleh t statistik sebesar 10.663 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya jauh lebih kecil dari taraf
signifikansi yang ditolerir yakni 0,05, yang berarti PAD2003
berpengaruh
secara positif terhadap BD2004
. Hal ini berarti semakin tinggi PAD2003
maka semakin besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Sedangkan besarnya pengaruh DAU2003
dan PAD2003
terhadap
BD2004
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,945
atau sebesar 94,5%. Hal ini berarti BD2004
di Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah 94,5% dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum tahun lalu
(DAU2003) dan pendapatan asli daerah tahun lalu (PAD2003
).
lxxxviii
Pada tabel 10 dijelaskan bahwa nilai koefisien beta DAU2003
sebesar 0,755 lebih besar dari koefisien beta PAD2003 yaitu 0,445 dan
nilai t-statistic DAU2003 sebesar 18.070 tetap lebih besar daripada
PAD2003 sebesar 10.663 pada α = 5%. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa signifikansi pengaruh DAU2003 secara statistik lebih kuat daripada
pengaruh PAD2003 terhadap BD2004. Sehingga hipotesis kedua yang
berbunyi ”Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh
PADt-1 terhadap BDt”, diterima. Hasil ini konsisten dengan pandangan
Aaberge dan Langorgen (1997), Deller et al (2002), Legrensi & milas
(2001), zampelli (1986), Abdullah & Halim (2003), dan analisis yang
dilakukan oleh Maimunah (2006).
4.4.2.3 Pengaruh DAU2004 dan PAD2004 pada Prediksi Belanja Daerah2005
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
variabel PAD2004
dan DAU2004
terhadap BD2005. Hasil regresi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
lxxxix
Tabel 11
Analisis Pengaruh PAD2004
dan DAU2004
terhadap BD2005
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4708974.211 2.015E7 -.234 .817
DAU2004 1.133 .074 .727 15.409 .000
1
PAD2004 2.196 .219 .474 10.033 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2005
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh PAD2004
dan
DAU2004
terhadap BD2005
sebagai berikut :
BD2004
= -4708974.211+ 1.133 DAU2003
+ 2.196PAD2003
....................(2.3)
Dari persamaan 2.3 dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar
-4708974.211 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.817.
Koefisien regresi PAD2004 sebesar 2.196, berarti jika PAD2004
mengalami peningkatan sebesar 1 % maka BD2003
akan meningkat
sebesar 2.196% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Sedangkan koefisien regresi DAU2003 sebesar 1.133 menunjukkan bahwa
jika DAU2004
dari pemerintah pusat mengalami peningkatan sebesar 1%
xc
maka BD2005
di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah akan meningkat sebesar
1.133 % dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk DAU2004
diperoleh t statistik sebesar 15.409 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti DAU2004
berpengaruh secara positif terhadap BD2005. Hal ini
berarti semakin tinggi DAU2004
dari pemerintah pusat maka semakin
besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Hasil uji signifikansi pada Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa
untuk PAD2004
diperoleh t statistik sebesar 10.033 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya jauh lebih kecil dari taraf
signifikansi yang ditolerir yakni 0,05, yang berarti PAD2004
berpengaruh
secara positif terhadap BD2005
. Hal ini berarti semakin tinggi PAD2004
maka semakin besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Sedangkan besarnya pengaruh DAU2003
dan PAD2003
terhadap
BD2004
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,929
atau sebesar 92,9%. Hal ini berarti BD2005
di Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah 92,9% dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum tahun lalu
(DAU2004) dan pendapatan asli daerah tahun lalu (PAD2004
).
Pada Tabel 11 dijelaskan bahwa nilai koefisien beta DAU2004
sebesar 0,727 lebih besar dari koefisien beta PAD2004 yaitu 0,474 dan
nilai t-statistic DAU2003 sebesar 15.409 tetap lebih besar daripada
xci
PAD2003 sebesar 10.033 pada α = 5%. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa signifikansi pengaruh DAU2004 secara statistik lebih kuat daripada
pengaruh PAD2004 terhadap BD2005. Sehingga hipotesis kedua yang
berbunyi ”Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh
PADt-1 terhadap BDt”, diterima. Hasil ini konsisten dengan pandangan
Aaberge dan Langorgen (1997), Deller et al (2002), Legrensi & milas
(2001), zampelli (1986), Abdullah & Halim (2003), dan analisis yang
dilakukan oleh Maimunah (2006).
4.4.2.4 Pengaruh DAU2005 dan PAD2005 pada Prediksi Belanja Daerah2006
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
variabel PAD2005
dan DAU2005
terhadap BD2006. Hasil regresi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12
Analisis Pengaruh PAD2005
dan DAU2005
terhadap BD2006
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -9802732.826 2.418E7 -.405 .688
DAU2005 1.541 .085 .771 18.050 .000
1
PAD2005 2.140 .221 .414 9.686 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2006
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
xcii
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh PAD2005
dan
DAU20035
terhadap BD2006
sebagai berikut :
BD2006
= -9802732.826 + 1.541DAU2005
+ 2.140PAD2005
....................(2.4)
Dari persamaan 2.4 dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar
-9802732.826 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.688.
Koefisien regresi PAD2005 sebesar 2.140, berarti jika PAD2005
mengalami peningkatan sebesar 1 % maka BD2006
akan meningkat
sebesar 2.140% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Sedangkan koefisien regresi DAU2005 sebesar 1.541 menunjukkan bahwa
jika DAU2005
dari pemerintah pusat mengalami peningkatan sebesar 1%
maka BD2006
di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah akan meningkat sebesar
1.541 % dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk DAU2005
diperoleh t statistik sebesar 18.050 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti DAU2005
berpengaruh secara positif terhadap BD2006. Hal ini
berarti semakin tinggi DAU2005
dari pemerintah pusat maka semakin
besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Hasil uji signifikansi pada Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa
untuk PAD2005
diperoleh t statistik sebesar 9.686 dengan nilai
xciii
signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya jauh lebih kecil dari taraf
signifikansi yang ditolerir yakni 0,05, yang berarti PAD2005
berpengaruh
secara positif terhadap BD2006
. Hal ini berarti semakin tinggi PAD2005
maka semakin besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Sedangkan besarnya pengaruh DAU2005
dan PAD2005
terhadap
BD2006
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,943
atau sebesar 94,3%. Hal ini berarti BD2004
di Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah 94,3% dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum tahun lalu
(DAU2005) dan pendapatan asli daerah tahun lalu (PAD2005
).
Pada Tabel 12 dijelaskan bahwa nilai koefisien beta DAU2005
sebesar 0,771 lebih besar dari koefisien beta PAD2005 yaitu 0,414 dan
nilai t-statistic DAU2005 sebesar 18.050 tetap lebih besar daripada
PAD2005 sebesar 9.686 pada α = 5%. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa signifikansi pengaruh DAU2005 secara statistik lebih kuat daripada
pengaruh PAD2005 terhadap BD2006. Sehingga hipotesis kedua yang
berbunyi ”Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh
PADt-1 terhadap BDt”, diterima. Hasil ini konsisten dengan pandangan
Aaberge dan Langorgen (1997), Deller et al (2002), Legrensi & milas
(2001), zampelli (1986), Abdullah & Halim (2003), dan analisis yang
dilakukan oleh Maimunah (2006).
xciv
4.4.2.5 Pengaruh DAU2006 dan PAD2006 pada Prediksi Belanja Daerah2007
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
variabel PAD2006
dan DAU2006
terhadap BD2007. Hasil regresi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13
Analisis Pengaruh PAD2006
dan DAU2006
terhadap BD2007
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -12595073.247 3.547E7 -.355 .725
DAU2006 1.250 .084 .761 14.854 .000
1
PAD2006 2.218 .293 .388 7.580 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2007
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh PAD2006
dan
DAU2006
terhadap BD2007
sebagai berikut :
BD2007
= -12595073.247+ 1.250DAU2006
+ 2.218PAD2006
...................(2.5)
Dari persamaan 2.5 dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar
-12595073.247 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.725.
Koefisien regresi PAD2006 sebesar 2.218, berarti jika PAD2006
mengalami peningkatan sebesar 1 % maka BD2007
akan meningkat
xcv
sebesar 2.218% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Sedangkan koefisien regresi DAU2006 sebesar 1.250 menunjukkan bahwa
jika DAU2006
dari pemerintah pusat mengalami peningkatan sebesar 1%
maka BD2007
di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah akan meningkat sebesar
1.250% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk DAU2006
diperoleh t statistik sebesar 14.854 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti DAU2006
berpengaruh secara positif terhadap BD2007. Hal ini
berarti semakin tinggi DAU2006
dari pemerintah pusat maka semakin
besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Hasil uji signifikansi pada Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa
untuk PAD2006
diperoleh t statistik sebesar 7.580 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya jauh lebih kecil dari taraf
signifikansi yang ditolerir yakni 0,05, yang berarti PAD2006
berpengaruh
secara positif terhadap BD2007
. Hal ini berarti semakin tinggi PAD2006
maka semakin besar pula belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Sedangkan besarnya pengaruh DAU2006
dan PAD2006
terhadap
BD2007
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,920
atau sebesar 92,0%. Hal ini berarti BD2007
di Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah 92,0% dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum tahun lalu
(DAU2006) dan pendapatan asli daerah tahun lalu (PAD2006
).
xcvi
Pada tabel 13 dijelaskan bahwa nilai koefisien beta DAU2006
sebesar 0,761 lebih besar dari koefisien beta PAD2006 yaitu sebesar 0,388
dan nilai t-statistic DAU2006 sebesar 14.854 tetap lebih besar daripada
PAD2006 sebesar 7.580 pada α = 5%. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa signifikansi pengaruh DAU2006 secara statistik lebih kuat daripada
pengaruh PAD2006 terhadap BD2007. Sehingga hipotesis kedua yang
berbunyi ”Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh
PADt-1 terhadap BDt”, diterima. Hasil ini konsisten dengan pandangan
Aaberge dan Langorgen (1997), Deller et al (2002), Legrensi & milas
(2001), zampelli (1986), Abdullah & Halim (2003), dan analisis yang
dilakukan oleh Maimunah (2006).
4.4.3 Perbedaan flypaper effect pada Kabupaten/Kota yang PAD-nya tinggi
dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah
Pengujian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya
perbedaan flypaper effect pada daerah kabupaten/kota yang PADnya tinggi
dengan daerah kabupaten/kota yang PADnya rendah. Pengujian ini
menggunakan uji-t atau uji beda. Sebelum pengujian dilakukan
pengelompokkan data terlebih dahulu. Pengelompokkan data yang
dimaksud disini adalah pembagian salah satu variabel independen, dalam
hal ini adalah data PAD yang akan dikelompokkan menjadi dua kelompok
yaitu PAD tinggi dan PAD rendah. Pengelompokkan dilakukan dengan
menggunakan sampel dari 35 PAD kabupaten/ kota di Jawa Tengah.
xcvii
Pengelompokkan tersebut dilakukan dengan cara melihat jumlah
PAD masing-masing daerah. Nilai PAD masing-masing kabupaten/kota ini
dibandingkan dengan rata-rata PAD dari 35 kabupaten/kota di Jawa
Tengah. Dengan kriteria jika PAD kabupaten/kota lebih besar dari PAD
rata-rata maka dimasukkan dalam kelompok PAD tinggi dan jika PAD
kabupaten/kota lebih kecil dari PAD rata-rata maka dimasukkan dalam
kelompok PAD rendah.
Nilai dari flypaper effect dihitung berdasarkan rasio
ketergantungan keuangan daerah. Rasio ketergantungan keuangan daerah
adalah rasio yang memperlihatkan tingkat ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat dan / atau pemerintah propinsi. Rasio
ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh pemerintah daerah
(diproksikan dengan DAU) dengan total pendapatan daerah. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat dan / atau pemerintah propinsi
(Mahmudi, 2007). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah =
Pengelompokkan data ini bertujuan untuk membuktikan ada
tidaknya perbedaan flypaper effect pada daerah yang PADnya rendah dan
PADnya tinggi. Berikut ini adalah tabel hasil uji beda dengan
menggunakan Independent Sample T test.
÷÷ø
öççè
æDaerah Pendapatan Total
(DAU)Transfer Pendapatan
xcviii
Tabel 14
Statistik Deskriptif Uji T
Group Statistics
PAD N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
TINGGI 67 .700709920 .0832881209 .0101752635 FLYPAPER EFFECT
RENDAH 108 .750201210 .0473861389 .0045597333
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Tabel 14 adalah statistic deskriptif hasil uji t untuk melihat
perbedaan flypaper effect pada daerah kabupaten/kota yang PADnya
rendah dan PADnya tinggi. Untuk daerah yang PADnya rendah dengan
108 sampel (n) diperoleh nilai rata-rata flypaper effect adalah
0,750201210, sedangkan untuk daerah yang PADnya tinggi memiliki nilai
rata-rata flypaper sebesar 0,700709920 dengan 67 sampel. Dari hasil ini
terlihat bahwa rata-rata terjadinya flypaper effect berbeda antara daerah
yang PADnya rendah dengan daerah yang PADnya tinggi. Untuk melihat
perbedaan ini apakah nyata secara statistic maka harus dilihat hasil uji
kedua yaitu independent sample test.
Untuk menguji asumsi apakah varians populasi kedua sampel
tersebut sama (equal variance assumed) ataukah berbeda (equal variance
not assumed) dengan melihat nilai levene test (Ghozali, 2005). Untuk
mengetahui apakah varians populasi identik ataukah tidak dengan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : Variance populasi flypaper effect antara PAD tinggi dan PAD
rendah adalah sama.
xcix
HA : Variance populasi flypaper effect antara PAD tinggi dan PAD
rendah adalah berbeda.
Pengambilan keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak, jadi variance sama.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak, jadi variance berbeda.
Tabel 15
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances
assumed 10.786 .001 -5.010 173 .000 -.0494912896 .0098788220 -.0689898254 -.0299927539
FLYPAPER
EFFECT
Equal variances
not assumed
-4.439 92.859 .000 -.0494912896 .0111502087 -.0716338381 -.0273487412
Sumber : Data sekunder diolah, 2009 Pada Tabel 15 terlihat bahwa F hitung untuk flypaper effect
dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varian sama atau
menggunakan pooled variance t test) adalah 10,786 dengan probabilitas
0,01. Oleh karena probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak, atau keduanya
memiliki variance yang berbeda. Dengan demikian analisis uji beda harus
menggunakan asumsi equal variance not assumed (diasumsikan kedua
variace berbeda).
Dari Tabel 15 terlihat bahwa t hitung untuk flypaper effect
dengan equal variace not assumed adalah -4,439 dengan probabilitas
0,000. Karena probabilitas uji dua sisi (two tail) maka nilai tersebut dibagi
c
dua yaitu 0,000/2 = 0,000 adalah < 0,025, maka dapat diambil keputusan
bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa kedua rata-rata (mean) flypaper
effect pada daerah dengan PAD tinggi dan daerah dengan PAD rendah
berbeda. Jadi terbukti secara statistik bahwa rata-rata terjadinya flypaper
effect dengan PAD tinggi berbeda secara signifikan dengan rata-rata
terjadinya flypaper effect dengan PAD rendah di Provinsi Jawa Tengah.
4.4.4 Analisis Flypaper Effect terhadap Kinerja Keuangan Daerah
4.4.4.1 Uji Asumsi Klasik
4.4.4.1.1 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio
Lancar
4.4.4.1.1.1 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Di bawah ini merupakan hasil
dari pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakkan uji park
dengan program SPSS.
Tabel 16
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.669 1.599 4.170 .000 1
FLYPAPEREFFECT 2.243 2.177 .078 1.030 .304
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
ci
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 16 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.1.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 17 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
Tabel 17
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 1.65682070E2
Absolute .286
Positive .286
Most Extreme Differences
Negative -.280
Kolmogorov-Smirnov Z 2.784
Asymp. Sig. (2-tailed) .147
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
cii
adalah 2.784 dan signifikan pada 0,147, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
4.4.4.1.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 18 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Tabel 18
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.915 136.851 .014 .989
FLYPAPEREFFECT -2.517 186.360 -.001 -.014 .989
1
RES_2 .080 .076 .080 1.045 .297
a. Dependent Variable: Unstandardized
Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.297
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
ciii
4.4.4.1.2 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat
4.4.4.1.2.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park dengan program
SPSS 16.
Tabel 19 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.947 1.584 4.385 .000 1
FLYPAPEREFFECT 1.693 2.157 .060 .785 .434
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 19 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 20 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
civ
Tabel 20 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 1.58301177E2
Absolute .285
Positive .283
Most Extreme Differences
Negative -.285
Kolmogorov-Smirnov Z 2.769
Asymp. Sig. (2-tailed) .151
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 2.769 dan signifikan pada 0,151, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
4.4.4.1.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 21 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
cv
Tabel 21
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 2.264 130.735 .017 .986
FLYPAPEREFFECT -3.033 178.032 -.001 -.017 .986
1
RES_2 .082 .076 .082 1.076 .283
a. Dependent Variable: Unstandardized
Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 21 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.283
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
4.4.4.1.3 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas
4.4.4.1.3.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park.
Tabel 22 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 10.613 1.458 7.278 .000 1
FLYPAPEREFFECT 3.673 1.986 .139 1.850 .066
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
cvi
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 22 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.3.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 23 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
Tabel 23
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 2.97040513E3
Absolute .344
Positive .344
Most Extreme Differences
Negative -.326
Kolmogorov-Smirnov Z 2.557
Asymp. Sig. (2-tailed) .121
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 2.557 dan signifikan pada 0,121, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
cvii
4.4.4.1.3.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 7 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Tabel 24
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 228.702 2482.308 .092 .927
FLYPAPEREFFECT -311.391 3380.575 -.007 -.092 .927
1
RES_2 -.051 .077 -.051 -.661 .510
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 24 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.510
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
4.4.4.1.4 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio
Rasio utang Terhadap PAD
4.4.4.1.4.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park.
cviii
Tabel 25 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -3.367 1.636 -2.058 .041 1
FLYPAPEREFFECT -.700 2.228 -.024 -.314 .754
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 25 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Tabel 26
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .42529236
Absolute .303
Positive .281
Most Extreme Differences
Negative -.303
Kolmogorov-Smirnov Z 2.012
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
cix
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 2.012 dan signifikan pada 0,189, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
4.4.4.1.4.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 27 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Tabel 27
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .029 .356 .082 .935
FLYPAPEREFFECT -.039 .485 -.006 -.080 .936
1
RES_2 -.043 .077 -.043 -.558 .578
a. Dependent Variable: Unstandardized
Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 27 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.578
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
cx
4.4.4.1.5 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio
Derajat Desentralisasi Fiskal
4.4.4.1.5.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park.
Tabel 28 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -5.699 1.456 -3.914 .000 1
FLYPAPEREFFECT -4.143 1.983 -.157 -2.090 .088
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 28 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.5.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 29 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
cxi
Tabel 29
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .02383254
Absolute .072
Positive .060
Most Extreme Differences
Negative -.072
Kolmogorov-Smirnov Z .947
Asymp. Sig. (2-tailed) .332
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 0.947 dan signifikan pada 0,332, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
4.4.4.1.5.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 30 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
cxii
Tabel 30
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -2.777E-5 .020 -.001 .999
FLYPAPEREFFECT .000 .027 .000 .006 .995
1
RES_2 -.009 .077 -.009 -.119 .905
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 30 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.905
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
4.4.4.1.6 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah
4.4.4.1.6.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park.
Tabel 31 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.624 1.569 -2.947 .104 1
FLYPAPEREFFECT -5.084 2.137 -.178 -2.380 .218
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
cxiii
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 31 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.6.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 32 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
Tabel 32
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .03032531
Absolute .065
Positive .058
Most Extreme Differences
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .861
Asymp. Sig. (2-tailed) .449
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 32 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 0.861 dan signifikan pada 0,449, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
cxiv
4.4.4.1.6.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 33 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Tabel 33
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.860E-5 .025 .003 .998
FLYPAPEREFFECT 7.243E-5 .034 .000 .002 .998
1
RES_2 -.028 .077 -.027 -.357 .721
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 33 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.721
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
4.4.4.1.7 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio
Ketergantungan Keuangan Daerah
4.4.4.1.7.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park.
cxv
Tabel 34 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -6.837 1.909 -3.581 .000 1
FLYPAPEREFFECT -1.814 2.600 -.053 -.698 .486
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 34 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.7.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 35 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
Tabel 35
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .04292428
Absolute .112
Positive .071
Most Extreme Differences
Negative -.112
Kolmogorov-Smirnov Z 1.479
Asymp. Sig. (2-tailed) .125
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
cxvi
Dari Tabel 35 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 1.479 dan signifikan pada 0,125, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
4.4.4.1.7.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 36 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Tabel 36
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.002 .035 -.069 .945
FLYPAPEREFFECT .003 .047 .005 .068 .946
1
RES_2 .197 .075 .196 2.609 .110
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 36 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.110
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
cxvii
4.4.4.1.8 Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas
4.4.4.1.8.1 Uji Heteroskedastisitas
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park.
Tabel 37 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 52.436 1.782 29.419 .000 1
FLYPAPEREFFECT -5.977 2.427 -.184 -2.463 .115
a. Dependent Variable: LNU2
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Hasil tampilan output SPSS pada Tabel 5 memberikan
koefisien parameter beta untuk variabel independen tidak signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
Heteroskedastisitas.
4.4.4.1.8.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 6 berikut ini
disajikan hasil uji normalitas.
cxviii
Tabel 38
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean -.0000016 Normal Parametersa
Std. Deviation 1.06271914E11
Absolute .275
Positive .275
Most Extreme Differences
Negative -.236
Kolmogorov-Smirnov Z 2.644
Asymp. Sig. (2-tailed) .116
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 38 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov Smirnov besarnya Kolmogorov Smirnov
adalah 2.644 dan signifikan pada 0,116, hal ini berarti H0 diterima
yang berarti data residual terdistribusi normal.
4.4.4.1.8.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM Test). Pada Tabel 39 berikut ini disajikan hasil uji
autokorelasi dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
cxix
Tabel 39
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.628E8 8.801E10 -.005 .996
FLYPAPEREFFECT 9.634E8 1.198E11 .001 .008 .994
1
RES_2 .018 .076 .018 .238 .812
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dari Tabel 39 menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag2 (res_2) memberikan probabilitas signifikan 0.812
hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya autokorelasi tingkat satu.
4.4.4.2 Analisis Data Pengaruh Flypaper effect terhadap Rasio keuangan
Daerah
Analisis atas hipotesis keempat dilakukan dengan melakukan
pengujian pengaruh atas persamaan regresi linear berikut :
Yi = a + b1 FE+ e.................................................. (3)
Dimana Yi = Rasio Keuangan
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi
FE = Flypaper Effect
e = error term
Pengujian atas pengaruh flypaper effect terhadap rasio keuangan
dimaksudkan untuk mengetahui apakah flypaper effect
berpengaruh
cxx
terhadap kinerja keuangan daerah yang diproksikan dengan rasio
keuangan. Dalam analisis ini rasio yang digunakan adalah rasio
likuiditas (rasio lancar dan rasio cepat), rasio solvabilitas, rasio utang
terhadap pendapatan asli daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio
kemandirian keuangan daerah, rasio ketergantungan keuangan daerah,
dan analisis arus kas bebas.
4.4.4.2.1 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio lancar. Hasil regresi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 40 berikut:
Tabel 40
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Lancar
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 45.647 136.479 .334 .738 1
FLYPAPEREFFECT 61.918 185.845 .025 .333 .739
a. Dependent Variable: RASIO
LANCAR
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio lancar sebagai berikut :
Y = 45.647+ 61.918 FE+ e....................(3.1)
cxxi
Dari persamaan (3.1) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 45.647 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.738.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar 0,333 dengan nilai signifikansi sebesar
0,739 yang nilainya jauh diatas taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect tidak berpengaruh terhadap rasio lancar.
Dengan demikian hipotesis keempat (H4) yang menyatakan Flypaper
effect berpengaruh terhadap rasio keuangan pemerintah daerah, ditolak.
4.4.4.2.2 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat (Quick Rasio)
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio cepat. Hasil regresi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 41 berikut:
Tabel 41
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Cepat
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 50.493 130.399 .387 .699 1
FLYPAPEREFFECT 47.468 177.566 .020 .267 .790
a. Dependent Variable:
RASIOCEPAT
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio cepat sebagai berikut :
cxxii
Y = 50.493+ 47.468FE+ e....................(3.2)
Dari persamaan (3.2) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 50.493 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.699.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar 0,267 dengan nilai signifikansi sebesar
0,790 yang nilainya jauh diatas taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect tidak berpengaruh terhadap rasio cepat.
Dengan demikian hipotesis keempat (H4) yang menyatakan Flypaper
effect berpengaruh terhadap rasio keuangan pemerintah daerah, ditolak.
4.4.4.2.3 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio solvabilitas. Hasil regresi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 42 berikut:
Tabel 42
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Solvabilitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -398.427 2446.843 -.163 .871 1
FLYPAPEREFFECT 2106.289 3331.895 .048 .632 .528
a. Dependent Variable: RASIOSOLVABILITAS
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
cxxiii
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio solvabilitas sebagai berikut :
Y = -398.427+ 2106.289FE+ e....................(3.3)
Dari persamaan (3.3) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar -398.427tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.871.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar 0,632 dengan nilai signifikansi sebesar
0,528 yang nilainya jauh diatas taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect tidak
berpengaruh terhadap rasio
solvabilitas. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) yang
menyatakan Flypaper effect berpengaruh terhadap rasio keuangan
pemerintah daerah, ditolak.
4.4.4.2.4 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio utang terhadap PAD. Hasil regresi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 43 berikut:
cxxiv
Tabel 43
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Utang Terhadap PAD
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .207 .350 .590 .556 1
FLYPAPEREFFECT .015 .477 .002 .031 .975
a. Dependent Variable: RASIOUTANGTHDPAD
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio utang terhadap PAD sebagai berikut :
Y = 0.207+ 0.015FE+ e....................(3.4)
Dari persamaan (3.4) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 0.207 tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam persamaan
diatas, hal ini karena nilai probabilitas konstanta > 0,05 yaitu 0.556.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar 0,031 dengan nilai signifikansi sebesar
0,975 yang nilainya jauh diatas taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect tidak berpengaruh terhadap rasio utang
terhadap PAD. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) yang
menyatakan Flypaper effect berpengaruh terhadap rasio keuangan
pemerintah daerah, ditolak.
cxxv
4.4.4.2.5 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio derajat desentralisasi fiskal. Hasil regresi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 44 berikut:
Tabel 44
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .393 .020 20.022 .000 1
FLYPAPEREFFECT -.406 .027 -.756 -15.184 .000
a. Dependent Variable:
RASIODERAJATDESENTRALISASIFISKAL
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio derajat desentralisasi fiskal sebagai berikut :
Y = 0.393 -0.406FE+ e....................(3.5)
Dari persamaan (3.5) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 0.393 mempunyai pengaruh dalam persamaan diatas, hal ini
karena nilai probabilitas konstanta < 0,05 yaitu 0.000. Ini berarti
bahwa jika tidak ada FE maka besarnya rasio derajat desentralisasi
fiskal akan sama dengan konstantanya yaitu sebesar 0,393. Koefisien
regresi FE sebesar -0,406, berarti jika FE mengalami peningkatan
cxxvi
sebesar 1 % maka rasio derajat desentralisasi fiskal akan menurun
sebesar 0,406% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar -15.184 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect berpengaruh secara negatif terhadap rasio
derajat desentralisasi fiskal. Dengan demikian hipotesis keempat (H4)
yang menyatakan Flypaper effect berpengaruh terhadap rasio keuangan
pemerintah daerah, diterima.
4.4.4.2.6 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio kemandirian keuangan daerah. Hasil
regresi tersebut dapat dilihat pada Tabel 45 berikut:
Tabel 45
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .528 .025 21.139 .000 1
FLYPAPEREFFECT -.572 .034 -.788 -16.818 .000
a. Dependent Variable:
RASIOKEMANDIRIANKEUANGANDAERAH
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
cxxvii
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio kemandirian keuangan daerah sebagai berikut :
Y = 0.528 -0.572FE+ e....................(3.6)
Dari persamaan (3.6) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 0.528 mempunyai pengaruh dalam persamaan diatas, hal ini
karena nilai probabilitas konstanta < 0,05 yaitu 0.000. Ini berarti
bahwa jika tidak ada FE maka besarnya rasio derajat desentralisasi
fiskal akan sama dengan konstantanya yaitu sebesar 0,528. Koefisien
regresi FE sebesar -0,572, berarti jika FE mengalami peningkatan
sebesar 1 % maka rasio kemandirian keuangan daerah akan menurun
sebesar 0,572% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar -16.818 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect berpengaruh secara negatif terhadap rasio
kemandirian keuangan daerah. Dengan demikian hipotesis keempat
(H4) yang menyatakan Flypaper effect berpengaruh terhadap rasio
keuangan pemerintah daerah, diterima.
4.4.4.2.7 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan
Keuangan Daerah
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap rasio ketergantungan keuangan daerah. Hasil
regresi tersebut dapat dilihat pada Tabel 46 berikut:
cxxviii
Tabel 46
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .560 .035 15.830 .000 1
FLYPAPEREFFECT .465 .048 .592 9.666 .000
a. Dependent Variable:
RASIOKETERGANTUNGANKEUANGANDAERAH
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap rasio ketergantungan keuangan daerah sebagai berikut :
Y = 0.560 + 0.465FE+ e....................(3.7)
Dari persamaan (3.7) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 0.560 mempunyai pengaruh dalam persamaan diatas, hal ini
karena nilai probabilitas konstanta < 0,05 yaitu 0.000. Ini berarti
bahwa jika tidak ada FE maka besarnya rasio derajat desentralisasi
fiskal akan sama dengan konstantanya yaitu sebesar 0,560. Koefisien
regresi FE sebesar 0,465, berarti jika FE mengalami peningkatan
sebesar 1 % maka rasio ketergantungan keuangan daerah
akan
meningkat sebesar -0,572% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi
konstan.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar 9.666 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang nilainya jauh dibawah taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
cxxix
yang berarti flypaper effect berpengaruh secara positif terhadap rasio
ketergantungan keuangan daerah. Dengan demikian hipotesis keempat
(H4) yang menyatakan Flypaper effect berpengaruh terhadap rasio
keuangan pemerintah daerah, diterima.
4.4.4.2.8 Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas
Pada analisis ini dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan
flypaper effect terhadap arus kas bebas. Hasil regresi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 47 berikut:
Tabel 47
Analisis Pengaruh Flypaper Effect Terhadap Arus Kas Bebas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.775E11 8.754E10 2.027 .044 1
FLYPAPEREFFECT -1.792E11 1.192E11 -.114 -1.503 .135
a. Dependent Variable: ARUSKASBEBAS
Sumber : Data sekunder diolah, 2009
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
yang ada maka didapat persamaan tentang pengaruh flypaper effect
terhadap arus kas bebas sebagai berikut :
Y = 1.775E11-1.792E11FE+ e....................(3.8)
Dari persamaan (3.8) dapat diartikan bahwa nilai konstanta
sebesar 1.775E11 mempunyai pengaruh dalam persamaan diatas, hal
ini karena nilai probabilitas konstanta < 0,05 yaitu 0.044. Ini berarti
cxxx
bahwa jika tidak ada FE maka besarnya rasio derajat desentralisasi
fiskal akan sama dengan konstantanya yaitu sebesar 1.775E11.
Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa untuk flypaper effect
diperoleh t statistik sebesar -1.503 dengan nilai signifikansi sebesar
0,135 yang nilainya jauh diatas taraf signifikansi yang ditolerir 0,05,
yang berarti flypaper effect tidak berpengaruh terhadap arus kas bebas.
Dengan demikian hipotesis keempat (H4) yang menyatakan Flypaper
effect berpengaruh terhadap rasio keuangan pemerintah daerah, ditolak.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1 Pengaruh DAUt
dan PADt
terhadap BDt
Flypaper Effect, menurut Maimunah (2006) adalah suatu kondisi
keuangan pemerintah daerah yang membelanjakan lebih banyak atau lebih
boros dengan menggunakan dana transfer (grants) yang diproksikan
dengan DAU dari pada menggunakan kemampuan sendiri, diproksikan
dengan PAD. Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect, maka efek
DAUt terhadap BD
t dibandingkan dengan efek PAD
t terhadap BD
t.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang telah
disajikan, tampak bahwa nilai t statistik DAU lebih besar daripada nilai t
statistik PAD. Hal ini berarti telah terjadi flypaper effect, karena sesuai
dengan syarat pertama terjadinya flypaper effect yaitu bila nilai t statistik
DAU lebih besar daripada nilai t statistik PAD. Hal ini berarti bahwa
pemda merespon belanja lebih banyak atau boros menggunakan dana
transfer (grants yang diproksikan dengan DAU) daripada menggunakan
cxxxi
kemampuan sendiri (yang diproksikan dengan PAD). Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan pengaruh DAUt
terhadap BDt
lebih besar
daripada PADt terhadap BD
t diterima.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdullah dan Halim
(2003) ketika menggunakan lag, pengaruh DAU terhadap BD justru lebih
kuat daripada PAD, hal ini berarti terjadi flypaper effect dalam respon
pemerintah daerah terhadap transfer (DAU) dan PAD di Pulau Jawa dan
Bali. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Maimunah (2006) pada
Kabupaten/ Kota di pulau Sumatera yang menyatakan bahwa pengaruh
DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar daripada PAD terhadap Belanja
Daerah, sehingga terjadi flypaper effect pada Kabupaten/ Kota di pulau
Sumatera. Penelittian ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
Legrenzi dan Milas (2001) yang memberikan bukti empiris tetang adanya
flypaper effect dalam jangka panjang untuk sampel municipalities di Italia.
Mereka menyatakan bahwa: “Local government consistenly increase their
expenditure more with respect to increase in state transfer rather than
increase in own revenues”. Dimana belanja daerah secara keseluruhan
dipengaruhi oleh transfer yang diterima dari pemerintah pusat
Penelitian ini sesuai dengan kenyataan dilapangan, bahwa
besaran Belanja Daerah lebih dipengaruhi oleh DAU daripada PAD. Hal
ini dikarenakan porsi transfer dari pemerintah pusat yaitu DAU lebih besar
daripada porsi PAD, dimana jumlah PADnya tidak mencukupi untuk
membiayai Belanja Daerahnya atau sebagian besar Belanja Daerah
cxxxii
dibiayai oleh DAU. Oleh karena itu pemda merespon (belanja) lebih
banyak menggunakan DAU daripada PAD.
4.5.2 Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 pada Prediksi Belanja Daeraht
Pengujian atas pengaruh DAU dan PAD terhadap belanja daerah
dengan lag dilakukan untuk mengetahui apakah DAUt-1 dan PADt-1 dapat
memprediksi BDt. Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan
bahwa “Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh
PADt-1 terhadap BDt”. Dari angka-angka hasil analisis, peneliti
menemukan bahwa DAUt-1
dan PAD t-1
berpengaruh secara positif terhadap
BDt. Ini berarti bahwa DAU
t-1 dan PAD
t-1dapat digunakan untuk
memprediksi BDt. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Holtz-
Eakin (1994) dalam Kesit Bambang Prakosa (2004) yang menyatakan
bahwa terdapat keterikatan yang sangat erat antara transfer dari
Pemerintah Pusat dengan Belanja Daerah. Studi Legrenzi & Milas (2001)
dengan menggunakan sampel municipalities di Italia, menemukan bukti
empiris bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap
Belanja Daerah. Hal ini juga sesuai dengan prinsip anggaran berimbang
yang menyatakan bahwa besarnya belanja daerah disesuaikan dengan dana
yang ada.
Penelitian Gamkhar dan Oates (1996) dalam Kesit Bambang
Prakosa (2004) mengenai respon Pemerintah daerah terhadap perubahan
jumlah transfer dari pemerintah federal di Amerika Serikat untuk tahun
cxxxiii
1953-1991 menyebutkan bahwa pengurangan jumlah transfer
menyebabkan penurunan dalam pengeluaran daerah.
Dalam perspektif teori keagenan, Aaberge & Langorgen (1997)
menyatakan bahwa agen atau politisi di pemerintah daerah bersikap
seolah-olah mereka memaksimalkan utilitas individu (voter). Apabila
dikaitkan dengan belanja publik untuk periode tertentu, agen akan
mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya berdasarkan pada
ekspektasinya terhadap lingkungan ekonomi pada masa yang akan datang.
Secara teoritis diasumsikan bahwa semua pengeluaran pada suatu periode
tertentu tergantung pada ketersediaan sumberdaya pada periode
bersangkutan.
Seiring dengan masih seringnya terjadi keterlambatan dalam
penyampaian informasi mengenai informasi mengenai besarnya jumlah
DAU yang akan direalisasi mengakibatkan pemerintah daerah sering
menggunakan dasar realisasi DAU tahun sebelumnya dalam penyusunan
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Dalam penelitian ini, yaitu dalam pengujian hipotesis kedua dari
tahun 2003-2007 berturut-turut diketahui bahwa signifikansi pengaruh
DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh PADt-1 terhadap BDt .
Hal ini berarti bahwa dalam memprediksi Belanja Daerah, daya prediksi
DAUt-1 terhadap BDt lebih kuat daripada daya prediksi PADt-1. Artinya,
kebijakan Belanja Daerah lebih didominasi oleh jumlah DAU daripada
jumlah PAD, atau penentuan besarnya belanja daerah tidak diukur
berdasarkan potensi penerimaan daerah (PAD) yang didapat tetapi lebih
cxxxiv
kepada transfer (DAU) dari pusat. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih besar daripada pengaruh
PADt-1 terhadap BDt diterima. Hasil ini konsisten dengan temuan-temuan
sebelumnya, seperti Holtz-eakin (1994), Aaberge dan Langergen (1997),
Deller et al (2002), Legrenzi & Milas (2001), zampelli (1986), Abdullah &
Halim (2003) dan Maimunah (2006).
4.5.3 Perbedaan flypaper effect pada Kabupaten/Kota yang PAD-nya tinggi
dengan Kabupaten/Kota yang PAD-nya rendah
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ”Terdapat perbedaan
flypaper effect antara daerah yang PAD-nya rendah dengan daerah yang
PAD-nya tinggi”. Dengan terjadinya flypaper effect, yang telah dibuktikan
pada hipotesis pertama, mengindikasikan bahwa pemerintah daerah lebih
banyak menggunakan DAU daripada PAD untuk Belanja Daerah. Hal ini
berarti bahwa terjadi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi. Ketergantungan ini dinyatakan dalam rasio
ketergantungan keuangan daerah. Semakin besar rasio ketergantungan
keuangan daerah maka semakin besar terjadinya flypaper effect. Hal ini
berbanding terbalik dengan besarnya PAD. Semakin tinggi PAD suatu
daerah maka kemampuan untuk membiayai belanja daerah semakin besar
dan rasio ketergantungan keuangan daerah semakin kecil dan flypaper
effect juga menurun. Sebaliknya, semakin rendah PAD suatu daerah maka
kemampuan untuk membiayai belanja daerah semakin kecil dan rasio
cxxxv
ketergantungan keuangan daerah semakin besar dan flypaper effect juga
meningkat.
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa bahwa rata-rata
terjadinya flypaper effect dengan PAD tinggi berbeda dengan rata-rata
terjadinya flypaper effect dengan PAD rendah di Jawa Tengah. Dengan
demikian hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat perbedaan flypaper
effect antara daerah yang PAD-nya rendah dengan daerah yang PAD-nya
tinggi, diterima. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Maimunah (2006)
yang menyatakan rata-rata (mean) terjadinya flypaper effect pada daerah
dengan PAD tinggi dan dengan PAD rendah tidak berbeda pada
kabupaten/kota di Pulau Sumatera.
Menurut Halim (2002) bahwa Pemerintah kabupaten/kota di
Jawa dan Bali memiliki kemampuan keuangan berbeda dengan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota di luar Pulau Jawa. Luar Jawa memiliki
karakteristik ekonomi, kepadatan penduduk, tingkat pengetahuan
masyarakat dalam memahami otonomi daerah dan letak geografis yang
juga berbeda dengan pulau Jawa. Kawasan Jawa-Bali lebih banyak
menghadapi persoalan keuangan daerah yang tidak memadai, misalnya
yang disebabkan rendahnya jumlah PAD dan besarnya defisit anggaran
yang harus ditanggung oleh daerah. Hal ini dapat dimaklumi karena tidak
banyak daerah dikawasan ini memiliki potensi sumber daya alam yang
cukup sebagaimana banyak dimiliki daerah luar Jawa-Bali yang dapat
diharapkan sebagai sumber pendapatan yang dapat diandalkan daerah.
cxxxvi
Menurut Khusaini (2006) dalam Laksmiarti (2006), masih
rendahnya derajat desentralisasi pendapatan menunjukkan bahwa
implementasi desentralisasi penerimaan di Indonesia masih semu. Hal ini
disebabkan oleh aspek penerimaan pajak yang menjadi komponen utama
PAD masih banyak yang menjadi wewenang pemerintah pusat.
Pemerintah daerah hanya memiliki kewenangan terhadap sumber-sumber
penerimaan yang nilainya relatif kecil.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan keuangan
pemerintah daerah menurut Bahl (2002) dalam Laksmiarti (2006) yaitu
dengan memberikan taxing power yang lebih besar. Selain itu pemerintah
daerah juga harus berusaha menggali potensi sumber daya dengan optimal
dan melakukan efisiensi dalam pengelolaan keuangan daerah.
4.5.4 Dampak Flypaper Effect terhadap Kinerja Keuangan Daerah
Analisis kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan
analisis rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio yang digunakan yaitu rasio
likuiditas (rasio lancar dan rasio cepat), rasio solvabilitas, rasio utang
terhadap pendapatan asli daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio
kemandirian keuangan daerah, rasio ketergantungan keuangan daerah, dan
analisis arus kas bebas.
Analisis pengaruh flypaper effect terhadap kinerja keuangan
daerah dilakukan dengan meregresikan flypaper effect terhadap rasio
keuangan. Dari hasil analisis, didapat bahwa flypaper effect tidak
berpengaruh terhadap rasio lancar, rasio cepat, rasio solvabilitas, rasio
cxxxvii
utang terhadap Pendapatan asli daerah dan arus kas bebas. Sedangkan
untuk rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio kemandirian keuangan
daerah, dan rasio ketergantungan keuangan daerah terpengaruh dengan
terjadinya flypaper effect.
Dari hasil analisis didapat bahwa flypaper effect berpengaruh
secara negatif terhadap rasio desentralisasi fiskal. Pengaruh negatif
flypaper effect terhadap rasio derajat desentralisasi fiskal berarti bahwa
terjadinya flypaper effect maka akan memperkecil rasio derajat
desentralisasi fiskal, yang berarti semakin rendah kemampuan pemerintah
daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi.
Dari hasil analisis juga didapat bahwa flypaper effect
berpengaruh secara negatif terhadap rasio kemandirian keuangan daerah.
Pengaruh negatif flypaper effect terhadap rasio kemandirian keuangan
daerah berarti bahwa terjadinya flypaper effect maka memperkecil rasio
kemandirian keuangan daerah, yang berarti semakin rendah kemandirian
keuangan daerahnya.
Pengujian pengaruh flypaper effect terhadap rasio ketergantungan
keuangan daerah didapat bahwa flypaper effect berpengaruh secara positif
terhadap rasio ketergantungan keuangan daerah. Pengaruh positif flypaper
effect terhadap rasio ketergantungan keuangan daerah berarti bahwa
semakin tinggi terjadinya flypaper effect maka akan semakin memperbesar
rasio ketergantungan keuangan daerah, yang berarti memperbesar tingkat
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan/
pemerintah provinsi.
cxxxviii
Rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang terhadap
Pendapatan asli daerah tidak terpengaruh dengan flypaper effect karena
rasio-rasio ini dihitung berdasarkan akun-akun yang berada dalam neraca,
dimana neraca daerah hanya menunjukkan posisi keuangan pemerintah
daerah tanggal tertentu. Sedangkan untuk rasio derajat desentralisasi
fiskal, rasio kemandirian keuangan daerah, dan rasio ketergantungan
keuangan daerah terpengaruh dengan flypaper effect karena rasio-rasio ini
dihitung berdasarkan akun-akun yang berada pada laporan perhitungan
APBD dan nota perhitungan APBD. Menurut Halim (2007), dari laporan
APBD dapat dianalisis sumber dan penggunaan dana oleh pemda selama
satu tahun fiskal. Dimana laporan perhitungan APBD dan nota
perhitungan APBD memuat informasi tentang kinerja keuangan pemda
selama periode anggaran tertentu (meliputi pendapatan, belanja dan
pembiayaan).
Jadi disini rasio-rasio yang dapat menggambarkan kinerja
keuangan daerah adalah rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio
kemandirian keuangan daerah, dan rasio ketergantungan keuangan daerah.
Dimana hasil analisis dari rasio-rasio ini dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan terjadinya flypaper effect pada Dana Alokasi Umum dan PAD
terhadap belanja daerah maka kinerja keuangan daerah pemerintah daerah
kabupaten /kota di Provinsi Jawa Tengah menjadi menurun. Hal ini
terlihat dari semakin rendahnya derajat desentralisasi fiskal dan rasio
kemandirian keuangan daerah dan semakin tingginya ketergantungan
keuangan daerah.
cxxxix
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kuncoro (2007) yang
mengindikasikan terjadi kecenderungan ketergantungan yang semakin
tinggi terhadap pemerintah pusat. Transfer pemerintah pusat disatu sisi
bermanfaat bagi peningkatan kapasitas fiskal daerah, namun disisi lain
bisa berdampak negatif terhadap optimalisasi berbagai potensi lokal yang
dimiliki.
cxl
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hasil Pengujian hipotesis pertama yang tujuannya untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya flypaper effect, diterima. Hal tersebut
membuktikan bahwa terjadi flypaper effect pada Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Dengan kata lain Belanja Daerah
pada kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah lebih dipengaruhi oleh Dana
Alokasi Umum (DAU) daripada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Hasil pengujian hipotesis kedua yang tujuannya untuk mengetahui
pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 dalam memprediksi Belanja Daeraht,
diterima. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh DAUt-1 terhadap BDt lebih
besar daripada pengaruh PADt-1 terhadap BDt. Ini berarti penentuan
besarnya belanja daerah tidak diukur berdasarkan potensi penerimaan
daerah (PAD) yang didapat tetapi lebih kepada transfer (DAU) dari pusat.
3. Hasil Pengujian hipotesis ketiga yang tujuannya untuk mengetahui
kemungkinan adanya perbedaan flypaper effect antara Kabupaten/Kota
yang PADnya tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PADnya rendah,
diterima. Hal ini membuktikan antara Kabupaten/Kota yang PADnya
tinggi dengan Kabupaten/Kota yang PADnya rendah terdapat perbedaan
cxli
terjadinya flypaper effect. Hal ini berarti bahwa perbedaan besarnya PAD
Kabupaten/Kota berpengaruh pada flypaper effect.
4. Hasil Pengujian hipotesis keempat yang tujuannya untuk mengetahui
dampak flypaper effect terhadap kinerja keuangan daerah diterima. Hal ini
membuktikan bahwa flypaper effect berdampak pada penurunan kinerja
keuangan daerah.
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi untuk Penelitian Berikutnya
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan
perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya.
Keterbatasan-keterbatasan studi ini adalah:
1. Menggunakan sampel kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah, jadi tidak
sepenuhnya dapat dijadikan landasan untuk menangkap kasus di
Indonesia. Penelitian berikutnya diharapkan dapat memasukkan kabupaten
di Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali dan membandingkan kedua kelompok ini.
2. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
APBD. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan pendekatan
lain yang lebih mendalam, misalnya dengan menggunakan field research
dengan kuesioner dan wawancara dengan subjek eksekutif dan legislatif
daerah.
3. Penggunaan data laporan realisasi APBD dengan hanya mengambil total
Belanja Daerah, DAU, PAD, dan Total Pendapatan Daerah. Untuk
penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan belanja aparatur
maupun belanja publik dan dana perimbangan selain DAU, sehingga bisa
cxlii
membuktikan belanja daerah mana (publik/aparatur) yang dipengaruhi
oleh DAU atau PAD.
4. Penelitian ini lebih banyak mengacu pada peraturan Kepmendagri No. 29
Tahun 2002. Diharapkan penelitian berikutnya dapat membandingkan
penggunaan peraturan antara Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dengan
Permendagri No.13 Tahun 2006.
5. Penelitian ini mengukur kinerja keuangan daerah selama pelaksanaan
otonomi daerah. Diharapkan penelitian berikutnya dapat membandingkan
kinerja keuangan daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah.
5.3 Implikasi Penelitian
Temuan penelitian ini memberikan implikasi penting terkait dengan
kebijakan pemberian DAU saat ini. Kebijakan pemberian transfer Dana
Alokasi Umum diindikasikan tidak mendorong daerah untuk meningkatkan
kapasitas fiskal, tetapi justru sebaliknya. Daerah menunjukkan ketergantungan
yang lebih tinggi terhadap pemerintah pusat. Kemandirian daerah yang
menjadi tujuan otonomi daerah justru semakin jauh dari harapan. Pemerintah
pusat perlu memformulasi kebijakan pemberian DAU yang benar-benar dapat
menjadi insentif bagi peningkatan kapasitas fiskal daerah namun disini lain
tetap bisa mengatasi persoalan konvergensi fiskal horizontal.
Mengingat tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap
besarnya transfer DAU maka untuk mengurangi ketergantungan terhadap
pemerintah pusat, pemerintah daerah harus mengupayakan untuk
memaksimalkan potensi daerahnya yang akan berdampak pada meningkatnya
PAD seperti mendorong kinerja industri manufaktur, agroindustri, jasa dan
cxliii
sektor ekonomi lainnya yang potensial dikembangkan. Selain itu pemerintah
daerah juga perlu meningkatkan penerimaan dari perpajakan dan retribusi
daerah dengan mengadakan reformasi pajak-pajak daerah yaitu dengan
meniadakan pajak-pajak yang tidak produktif. Dengan demikian maka biaya
pemungutan dapat ditekan, dikurangi dan perhatian dapat difokuskan pada
pajak yang lebih produktif.
cxliv
DAFTAR PUSTAKA
Aaberge, Rolf & Audun Langorgen. 1997. Fiscal and Spending Behavior of Local Government: An empirical analysis based on Norwegian data. Statistics Norway, Discussion paper no. 196.
Abdullah, Sukriy dan Abdul Halim. 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Simposium Nasional Akuntansi VI, Yogyakarta, Hal 1140-1159
Abdullah. 2005. Hubungan Belanja Modal dengan Belanja Pemeliharaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia Periode 2003-2004. Program Magister Sains. Pasca Sarjana UGM. Thesis.
Bae, Sang Seok dan Richard C. Felock. 2004. The Flypaper Effect Revisited: Intergovernmental Grants and Local Governance. International Journal Of Public Administration Vol. 27, Nos. 8 & 9, pp. 577–596.
Bailey, S.J. dan S. Connolly. 1998. “The Flypaper Effect: Identifying Areas for Further Research”, Public Choice, 95(3/4), Juni: 335-58.
Bastian, Indra. 2001. Manual Akuntansi Keuangan Daerah. PPA FE UGM, Yogyakarta.
Becker, E. 1996. The Illusion of Fiscal Illusion: Unsticking the Flypaper Effect. Public Choice, 86(1/2), Februari: 85-102.
Bradford, D. dan W. Oates. 1971a. The analysis of revenue sahring in a new Approach to collective fiscal decisions. Quarterly Joernal of Economics 83 (3):
_____________ dan ______________. 1971b. Towards a predictive theory of intergovernmental grant. American Economic Review 61 (2): 440-448.
Chang, Tsangyao dan Yuan Hong Ho. 2002. Tax or spend, what cause what: Taiwan’s experience . International Journal of Business and economics 1 (2): 157-165.
Dahlberg, Matz, Eva mork, Jorn rattso, Hanna agren. 2006. Using a discontinuous grant rule to identify the effect of grant on local taxes and spending. Cesifo Working Paper. www.RePEc.org ( 15 Agustus 2008, 06.30 WIB)
Deller, Steven, Craig Maher, dan Victor Lledo. 2002. Wisconsin Local Government, State Share Revenue And The Illusive Flypaper Effect. Working paper, University of Wisconsin-Madison.
cxlv
Deller, Steven, Craig Maher. 2005. Categorical Municipal Expenditures with a focus on the flypaper effect. Public Budgeting/Fall.
Dollery, Brian dan Andrew Worthington. 1995. Federal Expenditure and Fiscal Illusion: A Test of the Flypaper Hypothesis in Australia. Publius, Vol. 25, No. 1 , pp. 23-34.
Ediharsi, Werri Darta Taifur, Husna Rosa dan Syahrudin. 1998. Praktek Penyusunan Anggaran Daerah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Manajemen (Vol 6 No.1): 69-113.
Fisher, Ronald C. 1982. Income and Grant Effect On Local Expenditure : The Flypaper Effect and Other Difficulties. Jurnal Of Urban Economics.12, 324-345.
Gamkhar, Shama dan Wallace Oates. 1996. Asymetries in response to increase And decrease in intergovernmental grants: Some empirical findings. National Tax Journal 49 (4):501-512.
Ghozali, Imam. 2005. Analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics. Third Edition McGraw-Hill. Inc. New York.
Halim, Abdul. 2001. Anggaran daerah dan “fiscal stress” (sebuah studi kasus pada Anggaran daerah provinsi di Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 16 (4): 346-357.
____________. 2002. Analisis Varian Pendapatan Asli Daerah Dalam Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Disertasi, tidak diterbitkan.
____________. 2003. Akuntansi Sektor Publik: Peran Dan Tantangannya Di Era Keterbukaan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Akuntansi FE-UPN ”Veteran” Yogyakarta, 12 Juli 2003.
____________. 2007. Seri Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba empat.
Heyndels, Bruno. 2001. Asymmetries In The Flypaper Effect : Empirical Evidence For The Flemish Municipalities. Applied Economics, 33, 1329± 1334
Hines, J.R. dan Richard H. Thaler. 1995. Anomalies – The flypaper effect. Journal of Economic Perspectives 9 (4): 217-226.
cxlvi
Holtz-Eakin, Douglas, Harvey S. Rosen, dan Schuyler Tilly. 1994. Intertemporal Analysis of state in local governemnt spending: Theory and test. Journal Of Urban Economics 35: 159-174.
Knight, Brian. 2000. The Flypaper Effect Unstuck : Evidence On Endogenous Grants From The Federal Highway Aid Program.The American Economic Review Vol. 92 No.1
Kuncoro, Haryo. 2007. Fenomena Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X, Padang.
Laksmiarti, Afrina. 2006. Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Fiskal dalam Penerapan Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia Tahun 1994-2004. Tesis pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
Lalvani, Mala. 2002. The flypaper effect : Evidence from India. Public Budgeting & Finance Fall 2002.
Legrenzi. Gabriella dan Costas Milas. 2001. Non-Linier And Asymetrics Adjustment In The Local Revenue –Expenditure Models: Some Evidence From The Italian Municipalities. Working paper. University of Milan.
Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Maimunah, Mutiara. Flypaper effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di pulau Sumatera, Simposium nasional Akuntansi IX, Padang, 2006.
Mamesah, D.J. 1995. Sistem administrasi Keuangan daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit ANDI
_________. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Penerbit Andi Offset.
_________. 2006. Sosialisasi Kebijakan Dan Perhitungan Dana Perimbangan Tahun 2007. Jakarta 20 November 2006.
Mello Jr., L.R.D. dan M. Barenstrein. 2001. Fiscal Decentralization and Governance: A Cross-Country Analysis, IMF, Washington, DC.
Melo, Ligia. The Flypaper Effect Under Different Institutional Contexts: The Colombian Case. Public Choice 111: 317–345.
cxlvii
Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian; Ghalia Indonesia, Jakarta.
Oates, W.E. 1999. An Essay on Fiscal Federalis”, Journal of Economic Literature, 37(3), September: 1120-49.
Prakosa, Kesit Bambang, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Darah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (studi empirik di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY), JAAI, Vol. 8 No. 2, 2004.
Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
________. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
________. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
________. 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No 29/2002 tentang pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.
________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
________. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
________. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Saragih, Panglima Juli, “Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Septiana, Asti Dwi. 2007. Pengaruh PAD terhadap Belanja Modal dan Pengaruh Belanja Modal Terhadap Belanja Operasional dan Pemeliharaan Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Tesis pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
Sidik, Machfud, B. Raksaka Mahi, Robert Simanjutak, & Bambang Brodjonegoro. Dana Alokasi Umum – Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah”, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002.
cxlviii
Sulistyawan, Eko. 2005. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota Di Sumatera.(www.google.co.id, diakses tanggal 14 januari 2009 jam 16.30 WIB).
Supranto, J. 2001. Statistik : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga.
Usman, Syaikhu, M. Sulton Mawardi, Adri Poesoro, Asep Suryahadi dan Charles Samford. 2008. Mekanisme dan Penggunaan DAK. Lembaga Penelitian SMERU. No.25 Januari-April. 2008.
Witterblad, Mikael. 2007. Income Heterogeneity and the Flypaper Effect. Department of Economics Umea University. SE-901 87.
Yustikasari, Yulia. 2007. Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal. Tesis pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
Zampelli, Ernest M. 1986. Resource Fungibility, The Flypaper Effect, and the Expenditure impact of grants-in-aid. The Review of economics and Statistics 67: 33-40.
cxlix
LAMPIRAN 1
Ringkasan realisasi Belanja Daerah (BD) Pemda kab/kota se-Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2002-2007 (000 Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 253205380 331694770 344791090 379515630 506621230 610375533
2 Kab. Banyumas 374393380 471777490 488534620 532868530 719985010 864944737
3 Kab. Batang 215516010 296802730 325408820 309373480 404498710 502074689
4 Kab. Blora 327882530 398203760 377671510 370991820 448504870 568153122
5 Kab. Boyolali 287112590 390543660 395622550 427428740 530077210 738497675
6 Kab. Brebes 354580300 470672930 475275800 466160780 633700300 857239224
7 Kab. Cilacap 389405480 545722030 507788660 552924740 825875110 1067102839
8 Kab. Demak 230461860 362426906 335464950 360640550 491235760 599431958
9 Kab. Grobogan 320855970 424580830 473481020 452077240 582165710 787585439
10 Kab. Jepara 290306770 370344030 385527380 401140560 539720210 670960562
11 Kab. Karanganyar 266567400 348659940 351188880 388737610 493849850 619989534
12 Kab. Kebumen 352473700 431176490 427806040 414256930 618431280 956431941
13 Kab. Kendal 358644110 407490040 396809050 367294150 552938660 597617567
14 Kab. Klaten 364272110 483962190 494976200 521073680 729415770 866452800
15 Kab. Kudus 147980910 329560870 335573020 427004400 476145900 654272995
16 Kab. Magelang 361898948 390323610 417632230 440995770 622661600 734790190
17 Kab. Pati 315030844 419773700 437343080 453304270 576233100 747390737
18 Kab. Pekalongan 256791680 304568120 252064890 337490910 446989520 550622269
19 Kab. Pemalang 281545500 408865100 417909670 390986700 582362250 651124069
20 Kab. Purbalingga 280918930 350141650 346236140 354338890 478543640 556381842
21 Kab. Purworejo 278232230 374020350 353881410 354170860 463907480 583132018
22 Kab. Rembang 202741510 265460000 286605170 278421580 411063300 539153489
23 Kab. Semarang 285329670 357769620 363569880 373669300 531147400 503515233
24 Kab. Sragen 276284950 390467390 380335920 403874760 592406430 701934395
25 Kab. Sukoharjo 239662080 336907120 328493080 329236580 486775930 634302937
26 Kab. Tegal 310179620 445003510 439398560 436224110 605018460 703315830
27 Kab. Temanggung 254228530 321522390 307170940 256108690 418443730 503515233
28 Kab. Wonogiri 300401010 403593890 421874650 499064981 604211110 635205765
29 Kab. Wonosobo 235247000 335183940 351619870 334134880 433928260 512548075
30 Kota. Magelang 141675820 178912850 175413690 172104240 242473470 317029445
31 Kota. Pekalongan 133676210 168958370 180287990 179445700 259967480 314877861
32 Kota. Salatiga 110040020 161956860 168950590 172229940 225666720 253684635
33 Kota. Semarang 308716500 663887750 661416260 712545910 927224310 1127846242
34 Kota. Surakarta 262624680 351968337 328310680 340095170 470560730 656247692
35 Kota. Tegal 158163670 218966950 311462410 247588420 291812160 333581748
cl
LAMPIRAN 2
Ringkasan realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Pemda kab/kota se-Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2002-2007 (000 Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 215477410 248820000 260996000 276999000 422509000 452544000
2 Kab. Banyumas 321924060 381941930 374866990 404114000 603887000 654154000
3 Kab. Batang 212735650 224887870 222399000 222826000 333433680 362659000
4 Kab. Blora 286552490 270140000 285249980 285250000 410074390 447775000
5 Kab. Boyolali 250946370 292070000 303635550 313078000 492181350 528505000
6 Kab. Brebes 304222460 357380000 375145860 402905000 609597300 657982000
7 Kab. Cilacap 328181810 368270000 405543790 392866000 661263130 743064000
8 Kab. Demak 196740000 232453830 274319730 280831000 408452530 438288000
9 Kab. Grobogan 268106390 339381580 331415000 344330000 512838200 563699000
10 Kab. Jepara 232522270 248660000 258973000 276946000 403189870 461230000
11 Kab. Karangayar 222497810 266550000 277906000 284448000 421432060 459156000
12 Kab. Kebumen 287464210 315400000 339716000 362789000 536689220 585365000
13 Kab. Kendal 286810000 270560000 286808000 286808000 409296500 453755000
14 Kab. Klaten 331679050 409386140 382345000 404869000 635487880 694207000
15 Kab. Kudus 185867630 228308490 229738000 227890000 359183830 421953000
16 Kab. Magelang 267001000 300629990 304621000 345991000 502945060 548521000
17 Kab. Pati 266005000 300900000 316828680 337244000 509572800 559748000
18 Kab. Pekalongan 206186370 222580000 233319000 253342000 377379130 411159000
19 Kab. Pemalang 250279320 297359580 312263680 330899890 491282220 530443000
20 Kab. Purbalingga 234944960 254460360 246694000 282267980 383925180 416181000
21 Kab. Purworejo 225780000 269059880 275194000 281270000 432012640 471735000
22 Kab. Rembang 173125940 188930000 196642000 215234000 342777220 361876000
23 Kab. Semarang 215290000 258283870 268217000 279060000 412468130 455990000
24 Kab. Sragen 238900000 271940000 283621000 306460000 466851420 513575000
25 Kab. Sukoharjo 213634140 273518050 281710730 272531000 421438220 460662000
26 Kab. Tegal 256867600 309629610 340516640 344868890 510555010 550407000
27 Kab. Temanggung 196610000 221660000 228086000 233303000 357822130 389124000
28 Kab. Wonogiri 253974330 311090000 326104000 336549000 523439320 556874000
29 Kab. Wonosobo 215728580 237249610 246292320 254864000 359723270 389671000
30 Kota. Magelang 106457880 119980000 122298000 125606000 216061820 235917000
31 Kota. Pekalongan 99269950 122170000 125408000 132335000 209650870 235899000 32 Kota. Salatiga 100590970 105690000 107734000 124117000 185429020 212614000 33 Kota. Semarang 266950000 308710000 314104410 332098000 513812450 586736000 34 Kota. Surakarta 178390000 232342000 218045000 218082000 334287200 374501000 35 Kota. Tegal 163413860 151650000 189057750 178273000 189007490 220303000
cli
LAMPIRAN 3
Ringkasan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemda kab/kota se-Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2002-2007 (000 Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 22038390 25303140 30622370 34210830 43886240 44873490
2 Kab. Banyumas 37499520 45045840 51224310 63767250 84391270 95714781
3 Kab. Batang 21384880 23308570 23610800 23301040 31030150 30968198
4 Kab. Blora 25757560 26933910 29530460 29432590 36637790 43392417
5 Kab. Boyolali 24460330 32781310 36960020 46616170 59307280 67437551
6 Kab. Brebes 19793550 25288380 25735110 36401590 47995350 65350835
7 Kab. Cilacap 46833920 48301120 53499090 66462070 78895460 82175122
8 Kab. Demak 14597120 16507820 17449370 19987130 33811860 34892164
9 Kab. Grobogan 27067570 37296070 37038760 38336530 41926790 51564443
10 Kab. Jepara 45111750 53740240 47266550 50745470 54110380 54110690
11 Kab. Karanganyar 23188520 25196920 29485260 34302570 46052120 56889064
12 Kab. Kebumen 22760200 29807200 26264660 31707790 92533200 52469400
13 Kab. Kendal 34830020 37174070 31671370 38403130 63330010 75781451
14 Kab. Klaten 17519440 22288970 27047600 29084660 33920000 52110860
15 Kab. Kudus 30018528 38842600 41617400 43696080 51311620 52726631
16 Kab. Magelang 29445623 35808180 43687040 52858630 62226150 69962597
17 Kab. Pati 23411773 40826750 55030350 57156110 66197690 78965732
18 Kab. Pekalongan 22278220 22734770 27224990 29079680 30803320 42185039
19 Kab. Pemalang 25001560 28982710 26905820 43226930 58450070 56046047
20 Kab. Purbalingga 23603060 28300570 28619780 43553510 47694610 52744391
21 Kab. Purworejo 20733840 21882950 26277060 27888430 32813870 48237524
22 Kab. Rembang 14427180 18295450 18715700 28589410 39998290 42249359
23 Kab. Semarang 30058620 40269710 44634640 56511820 66625760 70860501
24 Kab. Sragen 24347950 42976690 43547110 42848550 52019760 65157983
25 Kab. Sukoharjo 18555320 19929270 21701840 30384470 44008080 42449908
26 Kab. Tegal 32581300 38336280 39009420 48015430 53852900 63363141
27 Kab. Temanggung 18021900 18580060 19572480 24018630 31187560 34695194
28 Kab. Wonogiri 23108190 25998750 25290370 36272330 47864480 50329495
29 Kab. Wonosobo 26380310 24385840 23869510 23335690 30618480 36606618
30 Kota. Magelang 19191420 23567460 22628700 28643560 36954060 35814845
31 Kota. Pekalongan 11629270 13679480 15864600 15192710 20444520 25737351
32 Kota. Salatiga 17703830 20181960 21619400 27784720 32444850 36192748
33 Kota. Semarang 122590240 143157300 155824660 190184690 224822680 238237999
34 Kota. Surakarta 45112370 54815680 59632520 66169010 78585750 88034379
35 Kota. Tegal 30410520 35147570 42359750 50342160 63725640 62969695
clii
LAMPIRAN 4
Ringkasan Total Pendapatan Daerah Pemda kab/kota se-Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2003-2007 (000 Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 336000752 346154322 380294420 552724134 629936072
2 Kab. Banyumas 477970051 524312693 566256318 803084869 869377558
3 Kab. Batang 279676192 280568879 306379929 441187114 503000814
4 Kab. Blora 367628082 372515081 389932314 539469611 616062991
5 Kab. Boyolali 389246882 402608976 398262209 630290113 691712478
6 Kab. Brebes 457563136 467995184 512166080 763221215 836639932
7 Kab. Cilacap 498239551 529583869 565921137 932736973 1024452227
8 Kab. Demak 309846314 335223419 330881579 497960436 564200485
9 Kab. Grobogan 439831033 439831033 457888044 594579462 731481621
10 Kab. Jepara 359871693 372042119 411000176 539720214 689656991
11 Kab. Karangayar 343078662 353393889 397044734 547727748 641317357
12 Kab. Kebumen 413249832 434678644 479950708 713786454 775468995
13 Kab. Kendal 379323473 380349691 408871124 576116856 649416780
14 Kab. Klaten 476480330 492005810 520114073 763401801 881645648
15 Kab. Kudus 340091351 334497402 365725307 526871486 668482258
16 Kab. Magelang 383145349 431330244 457573569 663398074 764307473
17 Kab. Pati 417562678 437031453 491122000 612560418 786092424
18 Kab. Pekalongan 276874077 283785884 312317204 475316079 556847401
19 Kab. Pemalang 430200879 393740095 427237188 582936610 686519224
20 Kab. Purbalingga 328491005 343353597 373971473 514030873 586644539
21 Kab. Purworejo 354675188 364507289 385327836 541553521 639845972
22 Kab. Rembang 252361336 271447576 306700517 486077398 510244058
23 Kab. Semarang 363287642 380755124 410313702 571988038 656531045
24 Kab. Sragen 405554277 395271904 412243716 617931704 740548294
25 Kab. Sukoharjo 338998069 343400995 380338167 549271166 615262195
26 Kab. Tegal 402977615 431157560 467972600 658887735 710722353
27 Kab. Temanggung 291371530 298717547 312492752 455673346 515295440
28 Kab. Wonogiri 404098282 423948790 452255414 653850801 726402345
29 Kab. Wonosobo 391880773 312255570 331059223 490201304 543694625
30 Kota. Magelang 166310562 178517931 192088702 271847015 325828691
31 Kota. Pekalongan 172741671 181052921 192501499 274809552 331051726 32 Kota. Salatiga 163267291 161979609 191383605 272730533 302688639 33 Kota. Semarang 637999644 699162402 790214166 1055716854 1173328383 34 Kota. Surakarta 356483585 364632607 366098564 510880034 603158341 35 Kota. Tegal 245408376 255045039 262294266 289459851 343697244
cliii
LAMPIRAN 5
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
BELANJA DAERAH 175 161956860 1127846242 457949602.02 13074692.48 172961923.87
DAU 175 105690000 743064000 343288178.28 9739968.29 128847669.41
PAD 175 13679480 238237999 45639997.21 2320110.80 30692180.98
TOTAL PENDAPATAN
DAERAH 175 161979609 1173328383 471647992.21 13704745.89 181296747.13
Valid N (listwise) 175
cliv
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Asumsi Klasik:
Uji Multikolonieritas
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PAD, DAUa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .968a .938 .937 4.34084E7
a. Predictors: (Constant), PAD, DAU
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 4.881E18 2 2.441E18 1.295E3 .000a
Residual 3.241E17 172 1.884E15
1
Total 5.205E18 174
a. Predictors: (Constant), PAD, DAU
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH
clv
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 1.516E7 9.423E6 1.609 .110
DAU 1.053 .029 .784 36.847 .000 .799 1.252
1
PAD 1.782 .120 .316 14.855 .000 .799 1.252
a. Dependent Variable:
BELANJADAERAH
Coefficient Correlationsa
Model PAD DAU
PAD 1.000 -.449 Correlations
DAU -.449 1.000
PAD .014 -.002
1
Covariances
DAU -.002 .001
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index (Constant) DAU PAD
1 2.756 1.000 .01 .01 .03
2 .184 3.867 .17 .04 .89
1
3 .060 6.780 .81 .95 .08
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH
clvi
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -7.357 .515 -14.290 .000
DAU 1.486E-9 .000 .080 .952 .343
1
PAD 1.135E-8 .000 .145 1.732 .085
a. Dependent Variable: LNU2
clvii
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 4.31581671E7
Absolute .079
Positive .079
Most Extreme Differences
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z 1.043
Asymp. Sig. (2-tailed) .227
a. Test distribution is Normal.
clviii
Uji Autokorelasi
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -2.371E6 9.185E6 -.258 .797
PAD .017 .116 .012 .146 .884
DAU .004 .028 .013 .157 .875
1
RES2 .175 .064 .177 1.928 .064
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clix
LAMPIRAN 7
Hasil Regresi Pengaruh DAU t dan PADt terhadap BDt
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 PAD, DAUa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .968a .938 .937 4.34084E7
a. Predictors: (Constant), PAD, DAU
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 4.881E18 2 2.441E18 1.295E3 .000a
Residual 3.241E17 172 1.884E15
1
Total 5.205E18 174
a. Predictors: (Constant), PAD, DAU
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.516E7 9.423E6 1.609 .110
DAU 1.053 .029 .784 36.847 .000
1
PAD 1.782 .120 .316 14.855 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH
clx
LAMPIRAN 8
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2002) dan PADt-1(2002) terhadap BDt(2003)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PAD2002,
DAU2002a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2003
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .963a .927 .923 2.79947E7
a. Predictors: (Constant), PAD2002, DAU2002
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3.193E17 2 1.596E17 203.699 .000a
Residual 2.508E16 32 7.837E14
1
Total 3.444E17 34
a. Predictors: (Constant), PAD2002, DAU2002
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2003
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 3377973.804 1.960E7 .172 .864
DAU2002 1.301 .085 .758 15.317 .000
1
PAD2002 2.326 .270 .426 8.615 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2003
clxi
LAMPIRAN 9
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2003) dan PADt-1(2003) terhadap BDt(2004)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PAD2003,
DAU2003a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2004
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .974a .948 .945 2.30854E7
a. Predictors: (Constant), PAD2003, DAU2003
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3.123E17 2 1.562E17 293.015 .000a
Residual 1.705E16 32 5.329E14
1
Total 3.294E17 34
a. Predictors: (Constant), PAD2003, DAU2003
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2004
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 26206354.580 1.550E7 1.691 .101
DAU2003 1.057 .058 .755 18.070 .000
1
PAD2003 2.018 .189 .445 10.663 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2004
clxii
LAMPIRAN 10
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2004) dan PADt-1(2004) terhadap BDt(2005)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PAD2004,
DAU2004a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2005
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .966a .934 .929 2.93108E7
a. Predictors: (Constant), PAD2004, DAU2004
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3.865E17 2 1.932E17 224.931 .000a
Residual 2.749E16 32 8.591E14
1
Total 4.140E17 34
a. Predictors: (Constant), PAD2004, DAU2004
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2005
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4708974.211 2.015E7 -.234 .817
DAU2004 1.133 .074 .727 15.409 .000
1
PAD2004 2.196 .219 .474 10.033 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2005
clxiii
LAMPIRAN 11
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2005) dan PADt-1(2005) terhadap BDt(2006)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PAD2005,
DAU2005a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2006
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .973a .946 .943 3.56183E7
a. Predictors: (Constant), PAD2005, DAU2005
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 7.167E17 2 3.583E17 282.462 .000a
Residual 4.060E16 32 1.269E15
1
Total 7.573E17 34
a. Predictors: (Constant), PAD2005, DAU2005
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2006
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -9802732.826 2.418E7 -.405 .688
DAU2005 1.541 .085 .771 18.050 .000
1
PAD2005 2.140 .221 .414 9.686 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2006
clxiv
LAMPIRAN 12
Hasil Regresi Pengaruh DAU t-1(2006) dan PADt-1(2006) terhadap BDt(2007)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PAD2006,
DAU2006a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2007
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .962a .925 .920 5.50562E7
a. Predictors: (Constant), PAD2006, DAU2006
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1.198E18 2 5.988E17 197.544 .000a
Residual 9.700E16 32 3.031E15
1
Total 1.295E18 34
a. Predictors: (Constant), PAD2006, DAU2006
b. Dependent Variable: BELANJADAERAH2007
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -12595073.247 3.547E7 -.355 .725
DAU2006 1.250 .084 .761 14.854 .000
1
PAD2006 2.218 .293 .388 7.580 .000
a. Dependent Variable: BELANJADAERAH2007
clxv
LAMPIRAN 13
Pengelompokkan Daerah PAD Tinggi dan PAD Rendah
2003 2004 2005 2006 2007 No Kab/ Kota
PAD Kriteria PAD Kriteria PAD Kriteria PAD Kriteria PAD Kriteria
1 25303140 R 30622370 R 34210830 R 43886240 R 44873490 R 2 45045840 T 51224310 T 63767250 T 84391270 T 95714781 T 3 23308570 R 23610800 R 23301040 R 31030150 R 30968198 R 4 26933910 R 29530460 R 29432590 R 36637790 R 43392417 R 5 32781310 R 36960020 T 46616170 T 59307280 T 67437551 T 6 25288380 R 25735110 R 36401590 R 47995350 R 65350835 T 7 48301120 T 53499090 T 66462070 T 78895460 T 82175122 T 8 16507820 R 17449370 R 19987130 R 33811860 R 34892164 R 9 37296070 T 37038760 T 38336530 R 41926790 R 51564443 R
10 53740240 T 47266550 T 50745470 T 54110380 R 54110690 R 11 25196920 R 29485260 R 34302570 R 46052120 R 56889064 R 12 29807200 R 26264660 R 31707790 R 92533200 T 52469400 R 13 37174070 T 31671370 R 38403130 R 63330010 T 75781451 T 14 22288970 R 27047600 R 29084660 R 33920000 R 52110860 R 15 38842600 T 41617400 T 43696080 T 51311620 R 52726631 R 16 35808180 T 43687040 T 52858630 T 62226150 T 69962597 T 17 40826750 T 55030350 T 57156110 T 66197690 T 78965732 T 18 22734770 R 27224990 R 29079680 R 30803320 R 42185039 R 19 28982710 R 26905820 R 43226930 T 58450070 T 56046047 R 20 28300570 R 28619780 R 43553510 T 47694610 R 52744391 R 21 21882950 R 26277060 R 27888430 R 32813870 R 48237524 R 22 18295450 R 18715700 R 28589410 R 39998290 R 42249359 R 23 40269710 T 44634640 T 56511820 T 66625760 T 70860501 T 24 42976690 T 43547110 T 42848550 R 52019760 R 65157983 T 25 19929270 R 21701840 R 30384470 R 44008080 R 42449908 R 26 38336280 T 39009420 T 48015430 T 53852900 R 63363141 T 27 18580060 R 19572480 R 24018630 R 31187560 R 34695194 R 28 25998750 R 25290370 R 36272330 R 47864480 R 50329495 R 29 24385840 R 23869510 R 23335690 R 30618480 R 36606618 R 30 23567460 R 22628700 R 28643560 R 36954060 R 35814845 R 31 13679480 R 15864600 R 15192710 R 20444520 R 25737351 R 32 20181960 R 21619400 R 27784720 R 32444850 R 36192748 R 33 1.43E+08 T 1.56E+08 T 1.9E+08 T 2.25E+08 T 2.38E+08 T 34 54815680 T 59632520 T 66169010 T 78585750 T 88034379 T 35 35147570 T 42359750 T 50342160 T 63725640 T 62969695 T
Rata-rata
PAD 33876388 36315396 43100325 54870801 60037076
clxvi
LAMPIRAN 14
Perhitungan Flypaper Effect
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 0.7405341 0.75398741 0.72838040 0.76441207 0.71839671 2 Kab. Banyumas 0.7990918 0.71496837 0.71365915 0.75195913 0.75243948 3 Kab. Batang 0.8041009 0.79267166 0.72728655 0.75576478 0.72099088 4 Kab. Blora 0.7348187 0.76574076 0.73153722 0.76014363 0.72683314 5 Kab. Boyolali 0.7503464 0.75416985 0.78611024 0.78088065 0.76405301 6 Kab. Brebes 0.7810507 0.80160197 0.78666865 0.79871640 0.78645780 7 Kab. Cilacap 0.7391424 0.76577822 0.69420627 0.70894920 0.72532811 8 Kab. Demak 0.7502230 0.81831911 0.84873567 0.82025097 0.77683024 9 Kab. Grobogan 0.7716181 0.75350527 0.75199605 0.86252256 0.77062633
10 Kab. Jepara 0.6909685 0.69608517 0.67383426 0.74703496 0.66878174 11 Kab. Karangayar 0.7769355 0.78639164 0.71641298 0.76941886 0.71595754 12 Kab. Kebumen 0.7632187 0.78153368 0.75588804 0.75189045 0.75485288 13 Kab. Kendal 0.7132699 0.75406398 0.70146309 0.71044007 0.69871154 14 Kab. Klaten 0.8591879 0.77711481 0.77842347 0.83244221 0.78739911 15 Kab. Kudus 0.6713152 0.68681550 0.62311794 0.68172949 0.63121047 16 Kab. Magelang 0.7846369 0.70623613 0.75614289 0.75813464 0.71767060 17 Kab. Pati 0.7206104 0.72495624 0.68668070 0.83187353 0.71206385 18 Kab. Pekalongan 0.8039034 0.82216563 0.81116889 0.79395406 0.73836925 19 Kab. Pemalang 0.6912110 0.79307057 0.77451097 0.84277126 0.77265571 20 Kab. Purbalingga 0.7746342 0.71848381 0.75478479 0.74689129 0.70942619 21 Kab. Purworejo 0.7586093 0.75497530 0.72994986 0.79772843 0.73726337 22 Kab. Rembang 0.7486488 0.72441981 0.70177254 0.70519062 0.70922139 23 Kab. Semarang 0.7109624 0.70443438 0.68011377 0.72111321 0.69454446 24 Kab. Sragen 0.6705391 0.71753392 0.74339520 0.75550650 0.69350643 25 Kab. Sukoharjo 0.8068425 0.82035502 0.71654918 0.76726806 0.74872470 26 Kab. Tegal 0.7683544 0.78977309 0.73694248 0.77487405 0.77443322 27 Kab. Temanggung 0.7607469 0.76355073 0.74658692 0.78526017 0.75514738 28 Kab. Wonogiri 0.7698375 0.76920611 0.74415693 0.80054856 0.76661922 29 Kab. Wonosobo 0.6054127 0.78875237 0.76984413 0.73382765 0.71670931 30 Kota. Magelang 0.7214214 0.68507404 0.65389582 0.79479195 0.72405226 31 Kota. Pekalongan 0.7072410 0.69265936 0.68744919 0.76289513 0.71257445 32 Kota. Salatiga 0.6473434 0.66510841 0.64852473 0.67989828 0.70241817 33 Kota. Semarang 0.4838717 0.44925815 0.42026328 0.48669532 0.54187716 34 Kota. Surakarta 0.6517607 0.59798547 0.59569204 0.65433600 0.62089998 35 Kota. Tegal 0.6179496 0.74127202 0.67966793 0.65296617 0.64097983
clxvii
LAMPIRAN 15
Hasil t-test : Uji Beda Daerah PAD Rendah dengan Daerah PAD Tinggi
Group Statistics
PAD N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
TINGGI 67 .700709920 .0832881209 .0101752635 FLYPAPEREFFECT
RENDAH 108 .750201210 .0473861389 .0045597333
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances
assumed 10.786 .001 -5.010 173 .000 -.0494912896 .0098788220 -.0689898254 -.0299927539
FLYPAPER
EFFECT
Equal variances
not assumed
-4.439 92.859 .000 -.0494912896 .0111502087 -.0716338381 -.0273487412
clxviii
LAMPIRAN 16
Perhitungan Rasio Lancar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 1 Kab. Banjarnegara 82.0701488 98.11444488 133.0549 188.6485 66.93289287 2 Kab. Banyumas 34.09183 13.47923474 14.21078 32.48817 38.49677923 3 Kab. Batang 74.1344388 147.9301338 84.60962 38.2111 247.0178112 4 Kab. Blora 16.1856753 10.97951043 842.7638 1033.624 20.32159773 5 Kab. Boyolali 9.18408222 42.01979341 141.7339 593.3597 21.18079327 6 Kab. Brebes 2.05884172 8.854805918 44.45183 79.09548 299.6706686 7 Kab. Cilacap 3.83495587 34.21559239 50.11764 22.05684 26.77025252 8 Kab. Demak 16.694865 55.01452087 33.37658 71.8871 34.15739639 9 Kab. Grobogan 1.38057247 35.78435036 4.451698 10.34287 5.587086492 10 Kab. Jepara 25.3221844 ∞ ∞ 31.02549 34.5389339 11 Kab. Karangayar 38.4666952 36.16065975 7.169204 17.86541 48.16360894 12 Kab. Kebumen 40.8060584 2.158735368 426.4007 825.7621 507.666435 13 Kab. Kendal 3.32446782 5.117476534 43.11269 25.3836 23.47654214 14 Kab. Klaten 74.8367217 69.96025776 51.71 10.01927 443.601348 15 Kab. Kudus 25.389379 1.838766337 0.30801 0.796125 100.6508967 16 Kab. Magelang 21.7864135 33.20852187 364.2751 75.36012 49.55635852 17 Kab. Pati ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 18 Kab. Pekalongan 6.15789464 40.83164677 37.96237 135.0166 56.41309765 19 Kab. Pemalang 7.46113238 1.014367086 19.27297 46.06231 103.6436304 20 Kab. Purbalingga 21.3677115 243.7503328 28.72805 54.85798 67.10011727 21 Kab. Purworejo 5.17999814 0.776617528 0.611834 39.07712 138.6112672 22 Kab. Rembang 35.9132692 2.766606599 35.33139 728.9374 103.4373094 23 Kab. Semarang 2.01204739 41.80277633 39.70382 96.92633 47.34343809 24 Kab. Sragen 14.4475055 18.13309178 10.06014 26.86776 14.55279106 25 Kab. Sukoharjo 68.26657 110.2459396 230.7987 367.0869 400.5434464 26 Kab. Tegal 70.9693232 3.518055627 191.5601 219.606 108.5908281 27 Kab. Temanggung 16.6478316 55.00868602 ∞ 328.9463 15.48953985 28 Kab. Wonogiri 1.75602726 12.65215022 4.771278 5.442222 113.583326 29 Kab. Wonosobo 10.4374621 0.528743971 0.837596 4.587982 17.92219759 30 Kota. Magelang 14.5247427 33.20852187 86.33084 44.2566 29.24518215 31 Kota. Pekalongan 8.81881006 1.358573438 17.81041 20.83793 313.1356238 32 Kota. Salatiga 4.81492091 133.3484573 74.48969 66.56927 56.97871386 33 Kota. Semarang 460.45029 2.21879272 6.856589 68.63946 118.3799308 34 Kota. Surakarta 3.52634145 0.220140336 4.434994 9.7695 7.882183958 35 Kota. Tegal 73.7781777 529.7795824 570.2257 59.10115 129.1307353 Rata-Rata 37.0313538 52.17142533 102.90094 153.67185 108.8506503
clxix
LAMPIRAN 17
Perhitungan Rasio Cepat (Quick Rasio) No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 81.2344905 87.52465 121.8487 174.3106777 62.6399409 2 Kab. Banyumas 33.8764036 11.74111 12.39413 29.861501 38.4399479 3 Kab. Batang 73.2613212 146.8436 79.1156 35.97925287 221.420711 4 Kab. Blora 16.0519335 10.9175 774.2597 995.5463381 19.9773921 5 Kab. Boyolali 9.10994147 37.85178 131.0431 568.4463383 19.6037736 6 Kab. Brebes 1.76413517 8.821908 41.86765 75.55998557 299.512875 7 Kab. Cilacap 3.82579384 28.26024 39.88323 20.79742183 24.6241264 8 Kab. Demak 16.0168465 48.48794 24.74009 61.51312492 29.0096465 9 Kab. Grobogan 1.34823528 30.28799 3.214744 9.055097225 5.56875852
10 Kab. Jepara 14.7445775 ∞ ∞ 26.23123287 30.2659209 11 Kab. Karangayar 32.5422396 35.80531 7.040796 17.57609565 46.4940198 12 Kab. Kebumen 40.5883965 2.148748 402.5562 792.96105 507.594105 13 Kab. Kendal 2.70958441 4.083781 37.89453 22.99332714 21.9478221 14 Kab. Klaten 51.4268889 55.31773 44.59 9.375531705 413.811518 15 Kab. Kudus 25.2094954 1.356659 0.255162 0.691880462 93.8474949 16 Kab. Magelang 21.7681029 30.91187 334.4342 69.21989292 46.9138886 17 Kab. Pati ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 18 Kab. Pekalongan 5.98553352 37.1536 34.25714 124.8593778 52.5308701 19 Kab. Pemalang 5.95612376 0.769558 16.07185 41.93336269 95.3523799 20 Kab. Purbalingga 21.0268926 185.6209 24.44354 51.24245706 59.8528135 21 Kab. Purworejo 3.77777028 0.300297 0.418342 35.27122998 130.0346 22 Kab. Rembang 35.84247 2.287566 32.22209 697.544062 102.92954 23 Kab. Semarang 1.9540121 32.94951 33.82037 93.20361573 44.6106946 24 Kab. Sragen 14.320372 15.20015 8.874312 24.93504263 13.644558 25 Kab. Sukoharjo 60.3546212 95.34325 213.3974 347.3078612 374.932095 26 Kab. Tegal 70.6196483 3.479722 149.2634 200.2567646 101.214297 27 Kab. Temanggung 16.5659159 54.45221 ∞ 309.622694 14.0630043 28 Kab. Wonogiri 1.68748987 12.14293 4.460894 4.730829778 111.3394 29 Kab. Wonosobo 10.3528817 0.522716 0.733219 4.028857039 16.170794 30 Kota. Magelang 13.9889033 30.91187 80.37751 42.74700247 27.772685 31 Kota. Pekalongan 6.9203668 1.313918 16.29441 19.4460114 310.262303 32 Kota. Salatiga 4.73185725 104.1096 63.07434 63.82463985 55.208353 33 Kota. Semarang 456.073176 2.111827 6.586897 66.41642083 114.245155 34 Kota. Surakarta 3.50943201 0.10278 3.058953 9.082917267 7.36901017 35 Kota. Tegal 73.7219243 517.0465 555.7659 57.94082395 125.661501
Rata-rata 35.2247936 46.74799 94.23595 145.8432205 103.9676
clxx
LAMPIRAN 18
Perhitungan Rasio Solvabilitas No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 1021.446154 2624.89165 3827.55554 1710.337822 1452.318768 2 Kab. Banyumas 271.8130889 242.237847 305.587843 4028.280906 328.4723579 3 Kab. Batang 1839.30301 4807.63508 922.796679 325.2294662 675.929152 4 Kab. Blora 296.6901926 284.180057 3074.96325 2269.38162 210.2218256 5 Kab. Boyolali 572.0465173 406.596607 907.762488 1397.214838 183.2450297 6 Kab. Brebes 73.92279747 169.148548 249.43237 265.1524548 243.7036926 7 Kab. Cilacap 58.02210019 649.25682 841.398011 248.5016585 407.3069992 8 Kab. Demak 106.7579838 643.46311 775.340312 873.2366996 409.761089 9 Kab. Grobogan 82.46265276 809.857338 35.6328695 38.87775354 48.29684346
10 Kab. Jepara 1569.245605 453.871814 ∞ 2940.097334 2677.611822 11 Kab. Karangayar 358.2360401 408.553318 97.308041 265.6373127 1582.722407 12 Kab. Kebumen 2066.274191 173.426883 11985.2618 13244.73206 2229.709132 13 Kab. Kendal 317.4111721 223.069854 429.081868 342.7261509 312.0526481 14 Kab. Klaten 5155.17448 5553.38483 4285.71222 596.5787262 30290.52605 15 Kab. Kudus 217.2776496 173.977178 19.2445373 39.45096443 820.2645575 16 Kab. Magelang 283.6173832 626.084617 1062.69004 551.0294705 425.3034227 17 Kab. Pati ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 18 Kab. Pekalongan 336.1359322 1123.0828 1149.40747 1139.166064 1042.104153 19 Kab. Pemalang 237.3064113 67.5782412 223.685874 212.363766 304.9980649 20 Kab. Purbalingga 212.0664294 1055.90911 328.62581 458.3619282 570.3306085 21 Kab. Purworejo 113.6444656 33.1257292 23.1415491 338.8496804 673.8809761 22 Kab. Rembang 427.4729231 59.0973416 330.402604 762.3842413 618.6806694 23 Kab. Semarang 20.59425328 831.872838 551.237061 1060.479643 620.3850835 24 Kab. Sragen 1670.977842 296.009165 181.277722 470.0120604 232.563464 25 Kab. Sukoharjo 884.370169 120.474354 385.158994 512.029757 711.8170195 26 Kab. Tegal 487.919274 33.5545053 628.045805 583.2040242 541.1078963 27 Kab. Temanggung 284.6944567 1176.65254 ∞ 9922.541727 411.1949805 28 Kab. Wonogiri 57.27353698 521.079591 161.048972 112.2670544 92.82777984 29 Kab. Wonosobo 150.2562658 17.2285948 31.6669579 105.9631175 404.6081607 30 Kota. Magelang 167.2209198 626.084617 1941.37843 668.5565934 564.4163733 31 Kota. Pekalongan 166.1676405 29.7896904 179.425095 384.6461213 8006.118256 32 Kota. Salatiga 129.4602173 1295.37306 910.599832 606.6173004 510.2107157 33 Kota. Semarang 11568.562 41.4126736 97.235432 189.4395531 222.1295188 34 Kota. Surakarta 874.7725065 52.0693699 109.59093 127.8610869 104.8776304 35 Kota. Tegal 308.0630179 288.87162 336.470027 161.5791266 239.3963115
Rata-rata 925.3331223 740.5400398 1039.6619 1341.508231 1661.974099
clxxi
LAMPIRAN 19
Perhitungan Rasio Utang Terhadap Pendapatan Asli Daerah
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 1 Kab. Banjarnegara 0.060452108 0.02423396 0.015331827 0.028971199 0.036685 2 Kab. Banyumas 0.11167484 0.14222934 0.095947785 0.073034812 0.081036 3 Kab. Batang 0.038426695 0.01464992 0.056906287 0.130793912 0.068495 4 Kab. Blora 0.205572674 0.22991638 0.025207043 0.029249505 0.288484 5 Kab. Boyolali 0.028193788 0.0422073 0.016579402 0.01062495 0.082168 6 Kab. Brebes 0.233137426 0.15807929 0.08751498 0.085658177 0.073686 7 Kab. Cilacap 0.576568601 0.05043394 0.034869728 0.117386663 0.07749 8 Kab. Demak 0.202790722 0.04406724 0.0437962 0.026975634 0.068978 9 Kab. Grobogan 0.208964809 0.02642219 0.655781592 0.628159641 0.549724
10 Kab. Jepara 0.029061132 0.16702219 0 0.024535555 0.028208 11 Kab. Karangayar 0.137789835 0.11798936 0.499543032 0.170826016 0.053585 12 Kab. Kebumen 0.148683772 2.46679467 0.032690695 0.010294123 0.01315 13 Kab. Kendal 0.101931466 0.21452373 0.097752416 0.083607132 0.083743 14 Kab. Klaten 0.037454708 0.03181843 0.038829212 0.245912628 0.003243 15 Kab. Kudus 0.140623766 0.1694823 1.602323182 0.73406645 0.035275 16 Kab. Magelang 0.097340298 0.04298996 0.021411549 0.039496153 0.049866 17 Kab. Pati 0 0 0 0 0 18 Kab. Pekalongan 0.411171807 0.10924319 0.10132754 0.099535568 0.081631 19 Kab. Pemalang 0.215573303 0.88669753 0.172564588 0.148217698 0.118437 20 Kab. Purbalingga 0.111475616 0.02805587 0.063287837 0.048085562 0.039705 21 Kab. Purworejo 0.200107646 0.63540776 0.995014444 0.074858571 0.030432 22 Kab. Rembang 0.052900731 0.40059235 0.051097351 0.020266043 0.033817 23 Kab. Semarang 1.295737281 0.03481135 0.043947679 0.021264309 0.038782 24 Kab. Sragen 0.08115945 0.05055627 0.096252866 0.051386369 0.097279 25 Kab. Sukoharjo 0.029501614 0.22189118 0.05671494 0.035588337 0.029954 26 Kab. Tegal 0.038596817 0.60983238 0.031014357 0.036576164 0.038889 27 Kab. Temanggung 0.187240828 0.04944835 0 0.005063216 0.12408 28 Kab. Wonogiri 1.22232632 0.14579434 0.339366899 0.407236144 0.507528 29 Kab. Wonosobo 0.360643276 3.47177545 2.00938935 0.497243722 0.118398 30 Kota. Magelang 0.268074963 0.08299656 0.021982998 0.053681124 0.072422 31 Kota. Pekalongan 0.322870367 1.60038013 0.366497215 0.137352071 0.113574 32 Kota. Salatiga 0.292164548 0.02802285 0.033263942 0.048104103 0.057685 33 Kota. Semarang 0.002227938 0.59759625 0.239738897 0.098806086 0.084815 34 Kota. Surakarta 0.048304165 0.85624038 0.358164784 0.273460941 0.360717 35 Kota. Tegal 0.092603546 0.09500236 0.07267135 0.125411192 0.090826
Rata-rata 0.216895624 0.395634421 0.239336628 0.132049422 0.103793914
clxxii
LAMPIRAN 20
Rata-rata Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 1 Kab. Banjarnegara 0.075306796 0.088465 0.089959 0.0794 0.071235 2 Kab. Banyumas 0.094244064 0.097698 0.112612 0.105084 0.110096 3 Kab. Batang 0.083341273 0.084153 0.076053 0.070333 0.061567 4 Kab. Blora 0.073264017 0.079273 0.075481 0.067914 0.070435 5 Kab. Boyolali 0.084217271 0.091801 0.117049 0.094095 0.097494 6 Kab. Brebes 0.055267521 0.05499 0.071074 0.062885 0.078111 7 Kab. Cilacap 0.096943568 0.101021 0.117441 0.084585 0.080214 8 Kab. Demak 0.053277445 0.052053 0.060406 0.067901 0.061844 9 Kab. Grobogan 0.084796359 0.084211 0.083725 0.070515 0.070493
10 Kab. Jepara 0.149331667 0.127046 0.123468 0.100256 0.07846 11 Kab. Karangayar 0.073443565 0.083435 0.086395 0.084078 0.088707 12 Kab. Kebumen 0.072128765 0.060423 0.066065 0.129637 0.067662 13 Kab. Kendal 0.098000974 0.083269 0.093925 0.109926 0.116692 14 Kab. Klaten 0.046778363 0.054974 0.05592 0.044433 0.059106 15 Kab. Kudus 0.114212255 0.124418 0.119478 0.097389 0.078875 16 Kab. Magelang 0.093458475 0.101284 0.115519 0.093799 0.091537 17 Kab. Pati 0.097773944 0.125919 0.116379 0.108067 0.100453 18 Kab. Pekalongan 0.08211231 0.095935 0.093109 0.064806 0.075757 19 Kab. Pemalang 0.067370178 0.068334 0.101178 0.100268 0.081638 20 Kab. Purbalingga 0.086153257 0.083354 0.116462 0.092785 0.089909 21 Kab. Purworejo 0.061698565 0.072089 0.072376 0.060592 0.075389 22 Kab. Rembang 0.072497041 0.068948 0.093216 0.082288 0.082802 23 Kab. Semarang 0.110848004 0.117227 0.137728 0.116481 0.107932 24 Kab. Sragen 0.105970255 0.11017 0.10394 0.084184 0.087986 25 Kab. Sukoharjo 0.058788742 0.063197 0.079888 0.080121 0.068995 26 Kab. Tegal 0.09513253 0.090476 0.102603 0.081733 0.089153 27 Kab. Temanggung 0.063767589 0.065522 0.076861 0.068443 0.067331 28 Kab. Wonogiri 0.06433769 0.059654 0.080203 0.073204 0.069286 29 Kab. Wonosobo 0.062227702 0.076442 0.070488 0.062461 0.067329 30 Kota. Magelang 0.141707536 0.126759 0.149116 0.135937 0.109919 31 Kota. Pekalongan 0.079190388 0.087624 0.078923 0.074395 0.077744 32 Kota. Salatiga 0.123613002 0.13347 0.145178 0.118963 0.119571 33 Kota. Semarang 0.224384608 0.222873 0.240675 0.212957 0.203045 34 Kota. Surakarta 0.153767753 0.163541 0.180741 0.153824 0.145956 35 Kota. Tegal 0.143220743 0.166087 0.19193 0.220154 0.183213
Rata-rata 0.092644978 0.096175286 0.105587543 0.095825514 0.091026743
clxxiii
LAMPIRAN 21
Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemda Kabupaten/kota
di Provinsi Jawa Tengah
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 1 Kab. Banjarnegara 0.08144 0.10273 0.09885 0.08625 0.0783 2 Kab. Banyumas 0.10455 0.1169 0.12702 0.11781 0.12537 3 Kab. Batang 0.09092 0.09189 0.08524 0.07598 0.06561 4 Kab. Blora 0.08818 0.08633 0.08164 0.07308 0.07322 5 Kab. Boyolali 0.09949 0.10748 0.11971 0.10437 0.10779 6 Kab. Brebes 0.0585 0.0571 0.07651 0.06816 0.0912 7 Kab. Cilacap 0.10919 0.11237 0.13307 0.09659 0.08721 8 Kab. Demak 0.0672 0.05491 0.05763 0.06882 0.06033 9 Kab. Grobogan 0.10512 0.0892 0.0927 0.07021 0.08169
10 Kab. Jepara 0.17497 0.15317 0.14086 0.10643 0.08661 11 Kab. Karangayar 0.07589 0.08583 0.096 0.0918 0.09844 12 Kab. Kebumen 0.07917 0.06431 0.07074 0.14895 0.07789 13 Kab. Kendal 0.10884 0.09214 0.10914 0.12437 0.1421 14 Kab. Klaten 0.06449 0.06121 0.05809 0.04671 0.06315 15 Kab. Kudus 0.14464 0.14381 0.12686 0.1079 0.09243 16 Kab. Magelang 0.10417 0.11439 0.13049 0.10351 0.10517 17 Kab. Pati 0.10837 0.14406 0.13322 0.10843 0.11167 18 Kab. Pekalongan 0.0841 0.09568 0.09275 0.0693 0.08199 19 Kab. Pemalang 0.07888 0.07139 0.11087 0.10111 0.09335 20 Kab. Purbalingga 0.11017 0.09139 0.13189 0.10393 0.09975 21 Kab. Purworejo 0.07123 0.07668 0.08229 0.06468 0.08223 22 Kab. Rembang 0.07816 0.07405 0.10278 0.09173 0.09028 23 Kab. Semarang 0.12467 0.14972 0.15973 0.13184 0.12099 24 Kab. Sragen 0.13653 0.12381 0.12167 0.09192 0.10037 25 Kab. Sukoharjo 0.06274 0.06913 0.08686 0.0871 0.07417 26 Kab. Tegal 0.10549 0.0962 0.12052 0.08941 0.0982 27 Kab. Temanggung 0.06811 0.07016 0.08326 0.07347 0.07256 28 Kab. Wonogiri 0.06878 0.06408 0.09269 0.07866 0.0757 29 Kab. Wonosobo 0.06614 0.08277 0.07583 0.0675 0.07498 30 Kota. Magelang 0.16272 0.14621 0.17702 0.14575 0.12349 31 Kota. Pekalongan 0.08605 0.09604 0.08569 0.07759 0.10031 32 Kota. Salatiga 0.14105 0.15403 0.16983 0.13506 0.13581 33 Kota. Semarang 0.28988 0.30146 0.3317 0.2823 0.26389 34 Kota. Surakarta 0.18925 0.19428 0.21546 0.18212 0.17594 35 Kota. Tegal 0.16716 0.19917 0.23833 0.2823 0.22736
Rata-rata 0.107322 0.109545 0.120484 0.10729 0.103987
clxxiv
LAMPIRAN 22
Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 1 Kab. Banjarnegara 0.924699 0.861139 0.910041 0.920575 0.909715 2 Kab. Banyumas 0.901451 0.835711 0.886548 0.892002 0.90114 3 Kab. Batang 0.916659 0.915847 0.892219 0.9257 0.938433 4 Kab. Blora 0.830813 0.918291 0.924519 0.929305 0.961906 5 Kab. Boyolali 0.846492 0.85413 0.977799 0.901562 0.90445 6 Kab. Brebes 0.944711 0.963117 0.928926 0.922588 0.916252 7 Kab. Cilacap 0.887835 0.898979 0.882563 0.875747 0.919786 8 Kab. Demak 0.792844 0.947911 1.048149 0.986706 0.989648 9 Kab. Grobogan 0.80665 0.944053 0.903172 1.004283 0.917618
10 Kab. Jepara 0.853447 0.829439 0.876532 0.941954 0.90588 11 Kab. Karangayar 0.967786 0.972137 0.89997 0.915922 0.901104 12 Kab. Kebumen 0.911027 0.939577 0.933935 0.870363 0.894491 13 Kab. Kendal 0.900417 0.903736 0.860569 0.88387 0.913593 14 Kab. Klaten 0.725379 0.89818 0.962586 0.951296 0.935906 15 Kab. Kudus 0.789625 0.865146 0.941844 0.902571 0.913218 16 Kab. Magelang 0.897183 0.885433 0.885256 0.906198 0.896567 17 Kab. Pati 0.902226 0.874082 0.873588 0.996658 0.899547 18 Kab. Pekalongan 0.976359 1.002717 1.003912 0.935194 0.924029 19 Kab. Pemalang 0.854088 0.957193 0.912612 0.991674 0.918229 20 Kab. Purbalingga 0.781998 0.91205 0.883003 0.892766 0.901317 21 Kab. Purworejo 0.866174 0.94009 0.879542 0.936815 0.916796 22 Kab. Rembang 0.927503 0.931052 0.906965 0.897081 0.917143 23 Kab. Semarang 0.889152 0.782985 0.862272 0.883519 0.892068 24 Kab. Sragen 0.776185 0.88983 0.854302 0.915816 0.984668 25 Kab. Sukoharjo 0.93696 0.914199 0.919717 0.919879 0.930213 26 Kab. Tegal 0.901823 0.940459 0.851358 0.914098 0.907903 27 Kab. Temanggung 0.936232 0.933868 0.923135 0.931557 0.927888 28 Kab. Wonogiri 0.935366 0.930995 0.865293 0.930685 0.915312 29 Kab. Wonosobo 0.940898 0.92359 0.929512 0.925299 0.897964 30 Kota. Magelang 0.87088 0.866951 0.842362 0.932677 0.890084 31 Kota. Pekalongan 0.920242 0.912376 0.921077 0.958847 0.895869 32 Kota. Salatiga 0.876387 0.866524 0.854822 0.880848 0.946504 33 Kota. Semarang 0.774048 0.739313 0.725587 0.754354 0.85467 34 Kota. Surakarta 0.812516 0.841779 0.83888 0.844631 0.962194 35 Kota. Tegal 0.856779 0.833914 0.805305 0.779846 0.922194
Rata-rata 0.875223829 0.897908371 0.896224914 0.9129396 0.917837114
clxxv
LAMPIRAN 23
Analisis Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab. Banjarnegara 1783764300 1717674173 942583781 32465799868 19574466022 2 Kab. Banyumas 4152296400 35785720075 33296374384 36866003000 72231325000 3 Kab. Batang 3226416300 11004675000 -3146029270 55608210670 925575354 4 Kab. Blora 5600173100 3090709200 19131092868 90942426322 75829385884 5 Kab. Boyolali 5304386453 6945122744 3.82E+11 1.00E+11 1.26E+11 6 Kab. Brebes 2.61E+10 -5134564951 46005293439 39865099000 67391681000 7 Kab. Cilacap 1.01E+10 27102039911 11376065124 1.07E+11 -426506114588 Kab. Demak 1421132890 42712108000 5964803151 34051982474 18897411219 9 Kab. Grobogan 4029124030 1550519850 2739292809 47952244000 45135248000
10 Kab. Jepara 2634360620 -1.35E+10 9859612154 22782225547 19832088600 11 Kab. Karangayar 1.79E+10 8803736400 2125519226 53544405734 21327822793 12 Kab. Kebumen 2.97E+10 4567368300 65693777703 58491829000 38901671000 13 Kab. Kendal 2.17E+10 7859727731 22895080031 23163540260 51170029283 14 Kab. Klaten 4695897120 6929841193 8665513837 30738912896 6128346210 15 Kab. Kudus 4174178900 -1.44E+10 -3.98E+10 61820935772 63374851649 16 Kab. Magelang 3131898500 -3.53E+10 10645892069 40876182565 28210983907 17 Kab. Pati 3362161500 -140284680 37046170495 1.05E+11 28888331860 18 Kab. Pekalongan 2.00E+10 -1629404770 5127449830 79123426180 5989234481 19 Kab. Pemalang 1.45E+10 -1.35E+10 36261176454 54729975413 35184688735 20 Kab. Purbalingga 2334796453 -1189561835 19632567003 45288698986 89875556283 21 Kab. Purworejo 6.03E+11 15065120733 32008982162 12228382162 59867488203 22 Kab. Rembang -6330013652 -1925605207 27367144161 77722379000 97056473000 23 Kab. Semarang 7.95E+11 17932142914 3.78E+11 40820592988 4280199553 24 Kab. Sragen 3.02E+10 14935985301 3.55E+11 25525283157 38613899283 25 Kab. Sukoharjo 4756221569 25478090445 50751193621 76305884759 -2.063E+10 26 Kab. Tegal 1.48E+10 6488245000 31439831270 53869273770 7406523578 27 Kab. Temanggung -5069161548 5102784190 42632534515 75046120573 19233174636 28 Kab. Wonogiri 1.45E+10 1969369146 27058004350 52182738942 91183311895 29 Kab. Wonosobo 6.15E+11 -3.94E+10 -3400173147 56273036145 31246400952 30 Kota. Magelang 4861829523 -3.53E+10 19984464457 48327938521 8800246944 31 Kota. Pekalongan 5.10E+11 3323118000 13055596366 35964534600 89442603100 32 Kota. Salatiga 1.46E+10 -6970154886 19153664131 47016756939 48914890861 33 Kota. Semarang 8.37E+10 39890464547 77670254913 1.28E+11 2.05E+11 34 Kota. Surakarta 2.05E+10 37245379272 33534757476 22875947016 11884734077 35 Kota. Tegal -5.35E+10 2678865134 13980503739 -2352307135 8909967822
Rata-rata 80939098927 4564749455 51262674613 53446498832 42090114653
clxxvi
LAMPIRAN 24
Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Lancar
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.669 1.599 4.170 .000 1
FLYPAPEREFFECT 2.243 2.177 .078 1.030 .304
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 1.65682070E2
Absolute .286
Positive .286
Most Extreme Differences
Negative -.280
Kolmogorov-Smirnov Z 2.784
Asymp. Sig. (2-tailed) .147
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.915 136.851 .014 .989
FLYPAPEREFFECT -2.517 186.360 -.001 -.014 .989
1
RES_2 .080 .076 .080 1.045 .297
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxvii
LAMPIRAN 25
Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Cepat
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.947 1.584 4.385 .000 1
FLYPAPEREFFECT 1.693 2.157 .060 .785 .434
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 1.58301177E2
Absolute .285
Positive .283
Most Extreme Differences
Negative -.285
Kolmogorov-Smirnov Z 2.769
Asymp. Sig. (2-tailed) .151
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 2.264 130.735 .017 .986
FLYPAPEREFFECT -3.033 178.032 -.001 -.017 .986
1
RES_2 .082 .076 .082 1.076 .283
a. Dependent Variable: Unstandardized
Residual
clxxviii
LAMPIRAN 26
Uji Asumsi Klasik Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Solvabilitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 10.613 1.458 7.278 .000 1
FLYPAPEREFFECT 3.673 1.986 .139 1.850 .066
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation 2.97040513E3
Absolute .344
Positive .344
Most Extreme Differences
Negative -.326
Kolmogorov-Smirnov Z 2.557
Asymp. Sig. (2-tailed) .121
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 228.702 2482.308 .092 .927
FLYPAPEREFFECT -311.391 3380.575 -.007 -.092 .927
1
RES_2 -.051 .077 -.051 -.661 .510
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxix
LAMPIRAN 27
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Utang Terhadap PAD
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -3.367 1.636 -2.058 .041 1
FLYPAPEREFFECT -.700 2.228 -.024 -.314 .754
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .42529236
Absolute .303
Positive .281
Most Extreme Differences
Negative -.303
Kolmogorov-Smirnov Z 2.012
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .029 .356 .082 .935
FLYPAPEREFFECT -.039 .485 -.006 -.080 .936
1
RES_2 -.043 .077 -.043 -.558 .578
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxx
LAMPIRAN 28
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -5.699 1.456 -3.914 .000 1
FLYPAPEREFFECT -4.143 1.983 -.157 -2.090 .088
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .02383254
Absolute .072
Positive .060
Most Extreme Differences
Negative -.072
Kolmogorov-Smirnov Z .947
Asymp. Sig. (2-tailed) .332
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -2.777E-5 .020 -.001 .999
FLYPAPEREFFECT .000 .027 .000 .006 .995
1
RES_2 -.009 .077 -.009 -.119 .905
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxxi
LAMPIRAN 29
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.624 1.569 -2.947 .104 1
FLYPAPEREFFECT -5.084 2.137 -.178 -2.380 .218
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .03032531
Absolute .065
Positive .058
Most Extreme Differences
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .861
Asymp. Sig. (2-tailed) .449
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.860E-5 .025 .003 .998
FLYPAPEREFFECT 7.243E-5 .034 .000 .002 .998
1
RES_2 -.028 .077 -.027 -.357 .721
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxxii
LAMPIRAN 30
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -6.837 1.909 -3.581 .000 1
FLYPAPEREFFECT -1.814 2.600 -.053 -.698 .486
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean .0000000 Normal Parametersa
Std. Deviation .04292428
Absolute .112
Positive .071
Most Extreme Differences
Negative -.112
Kolmogorov-Smirnov Z 1.479
Asymp. Sig. (2-tailed) .125
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.002 .035 -.069 .945
FLYPAPEREFFECT .003 .047 .005 .068 .946
1
RES_2 .197 .075 .196 2.609 .110
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxxiii
LAMPIRAN 31
Uji Asumsi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Arus Kas Bebas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 52.436 1.782 29.419 .000 1
FLYPAPEREFFECT -5.977 2.427 -.184 -2.463 .115
a. Dependent Variable: LNU2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 175
Mean -.0000016 Normal Parametersa
Std. Deviation 1.06271914E11
Absolute .275
Positive .275
Most Extreme Differences
Negative -.236
Kolmogorov-Smirnov Z 2.644
Asymp. Sig. (2-tailed) .116
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Langrange Multiplier Test
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.628E8 8.801E10 -.005 .996
FLYPAPEREFFECT 9.634E8 1.198E11 .001 .008 .994
1
RES_2 .018 .076 .018 .238 .812
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
clxxxiv
LAMPIRAN 32
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Lancar
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: RASIOLANCAR
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .025a .001 -.005 166.16023
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3064.700 1 3064.700 .111 .739a
Residual 4776395.403 173 27609.222
1
Total 4779460.103 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: RASIOLANCAR
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 45.647 136.479 .334 .738 1
FLYPAPEREFFECT 61.918 185.845 .025 .333 .739
a. Dependent Variable: RASIOLANCAR
clxxxv
LAMPIRAN 33
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Cepat
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: RASIOCEPAT
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .020a .000 -.005 158.75804
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1801.166 1 1801.166 .071 .790a
Residual 4360311.691 173 25204.114
1
Total 4362112.858 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: RASIOCEPAT
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 50.493 130.399 .387 .699 1
FLYPAPEREFFECT 47.468 177.566 .020 .267 .790
a. Dependent Variable: RASIOCEPAT
clxxxvi
LAMPIRAN 34
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Solvabilitas
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: RASIO SOLVABILITAS
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .048a .002 -.003 2978.97775
a. Predictors: (Constant), FLYPAPER EFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3546401.055 1 3546401.055 .400 .528a
Residual 1.535E9 173 8874308.437
1
Total 1.539E9 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPER EFFECT
b. Dependent Variable: RASIO SOLVABILITAS
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -398.427 2446.843 -.163 .871 1
FLYPAPEREFFECT 2106.289 3331.895 .048 .632 .528
a. Dependent Variable: RASIO SOLVABILITAS
clxxxvii
LAMPIRAN 35
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Utang Terhadap
PAD
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: RASIOUTANGTHDPAD
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .002a .000 -.006 .42652
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .000 1 .000 .001 .975a
Residual 31.472 173 .182
1
Total 31.472 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: RASIOUTANGTHDPAD
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .207 .350 .590 .556 1
FLYPAPEREFFECT .015 .477 .002 .031 .975
a. Dependent Variable: RASIOUTANGTHDPAD
clxxxviii
LAMPIRAN 36
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Derajat
Desentralisasi Fiskal
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable:
RASIODERAJATDESENTRALISASIFISKAL
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .756a .571 .569 .02390
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .132 1 .132 230.540 .000a
Residual .099 173 .001
1
Total .231 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: RASIODERAJATDESENTRALISASIFISKAL
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .393 .020 20.022 .000 1
FLYPAPEREFFECT -.406 .027 -.756 -15.184 .000
a. Dependent Variable: RASIODERAJATDESENTRALISASIFISKAL
clxxxix
LAMPIRAN 37
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable:
RASIOKEMANDIRIANKEUANGANDAERAH
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .788a .620 .618 .03041
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .262 1 .262 282.831 .000a
Residual .160 173 .001
1
Total .422 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: RASIOKEMANDIRIANKEUANGANDAERAH
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .528 .025 21.139 .000 1
FLYPAPEREFFECT -.572 .034 -.788 -16.818 .000
a. Dependent Variable: RASIOKEMANDIRIANKEUANGANDAERAH
cxc
LAMPIRAN 38
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable:
RASIOKETERGANTUNGANKEUANGANDAERAH
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .592a .351 .347 .04305
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .173 1 .173 93.424 .000a
Residual .321 173 .002
1
Total .494 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: RASIOKETERGANTUNGANKEUANGANDAERAH
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .560 .035 15.830 .000 1
FLYPAPEREFFECT .465 .048 .592 9.666 .000
a. Dependent Variable:
RASIOKETERGANTUNGANKEUANGANDAERAH
cxci
LAMPIRAN 39
Hasil Regresi Pengaruh Flypaper Effect terhadap Arus Kas Bebas
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 FLYPAPEREFFE
CTa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ARUSKASBEBAS
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .114a .013 .007 1.06579E11
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2.566E22 1 2.566E22 2.259 .135a
Residual 1.965E24 173 1.136E22
1
Total 1.991E24 174
a. Predictors: (Constant), FLYPAPEREFFECT
b. Dependent Variable: ARUSKASBEBAS
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.775E11 8.754E10 2.027 .044 1
FLYPAPEREFFECT -1.792E11 1.192E11 -.114 -1.503 .135
a. Dependent Variable: ARUSKASBEBAS