Flora Dan Fauna
-
Upload
andi-lardi -
Category
Documents
-
view
84 -
download
4
description
Transcript of Flora Dan Fauna
FLORA DAN FAUNA
FLORA (TUMBUH-TUMBUHAN)
1. MELATIBunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu spesies melati yang berasal dari Asia Selatan. Tanaman perdu ini tersebar mulai dari daerah Hindustan, Indochina, Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai puspa bangsa, satu diantara tiga bunga nasional Indonesia.
Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman
perdu, berbatang tegak merayap, hidup
menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas
tropik, kondisi tanah ringan, porus, berpasir
sampai agak liat. Bunga melati berukuran kecil,
umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk
membulat.
Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis yang umum
dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan kepada bunga melati
seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda),
Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).
2. ANGREK
Grammatophyllum speciosum atau seringpula
disebut-sebut dengan nama G. papuanum yang
diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman
ini tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan,
Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran
bila banyak ditemukan varian-varian nya dengan
bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit
berbeda. Dalam satu rumpun dewasa, tanaman
ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan
panjang malai bunga hingga 3 meter dengan
diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya
malai bunganya mampu menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm.
Dari corak bungany penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan
akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang
memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai
anggrek tebu, karena sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu.
Meskipun persebarannya cukup luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari
perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar
mudah terlihat oleh para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang
mencolok. Belum lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit
diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman
dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari kenapa anggrek ini
menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.
3. BUNGA BANGKAI
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dariSumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Bunga bangkai juga sering digunakan sebagai julukan bagi fatma raksasa Rafflesia arnoldii. Di alam tumbuhan ini hidup di daerah hutan hujan basah. Bunga bangkai adalah bunga resmi bagi Provinsi Bengkulu.
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian,
fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya.
Tingginya dapat mencapai 6 meter . Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini
layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan
mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang
tumbuh kembali daunnya.
4. BUNGA RAFFLESIA ARNOLDIRafflesia Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya tumbuh di kawasan Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi Bengkulu. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Bengkulu pada tahun 1818, oleh seorang letnan dari Inggris, yang pada saat itu tengah menjabat sebagai Gubernur Bengkulu, Thomas Stamford Raffles dan Dr. Arnoldy, seorang ahli botani.
Oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini
ditetapkan sebagai lambang provinsi. Karena
Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka,
maka sejak tahun 2000 Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkannya sebagai tanaman
yang dilindungi dan harus dilestarikan. Selain itu, sejak tahun 2001, beberapa kawasan
hutan yang menjadi habitat Rafflesia Arnoldi ditetapkan sebagai kawasan hutan yang
dilindungi.
Raflesia Arnoldi adalah bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit barisan Provinsi
Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentuknya yang jauh lebih besar dari
ukuran bunga pada umumnya juga karena proses pemunculannya yang tiba-tiba tanpa
memiliki bentuk pohon tertentu. Menurut berbagai ahli botani, bunga ini diidentifikasi
sebagai bunga terbesar di dunia.
5. Kenanga (bahasa Latin: Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan pohon yang menghasilkannya. Ada dua forma kenanga, yaitu macrophylla, yang dikenal sebagai kenanga biasa, dan genuina, dikenal sebagai kenanga filipina atau ylang-ylang. Selain itu, masih dikenal pula kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa), yang banyak ditanam sebagai hiasan di halaman rumah.
6. Sembung adalah tanaman perdu yang biasa dipakai untuk mengobati penyakitpilek, reumatik, kembung,
diare, sakit tulang dsb.[1][2] Di Filipina juga dipakai sebagai obat peluruh
(diuretik).[3] Kegunaan lainnya adalah untuk mengobati luka yang terinfeksi, infeksi pernafasan, dan sakit perut di Thailand dan Cina sebagai obat rakyat.
7. Sonokeling atau sanakeling adalah nama sejenis pohon penghasil kayu
keras dan indah, anggota dari suku Fabaceae. Kayunya yang
berbobot sedang dan berkualitas tinggi itu dalam perdagangan
dikenal sebagai Indian rosewood,Bombay blackwood atau Java
palisander (Ingg.), palisandre de l’Inde (Prc.); dalam
klasifikasi Indonesia digolongkan sebagai kayu sonokeling.[2] Di Jawa, dikenal varian yang dinamai sonobrit dan sonosungu.
8. Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil
kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu
tanaman langka. Pohon Kapur yang mampu
menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status
keterancaman tertinggi yakniCritically Endangered (Kritis).
Pohon Kapur di Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur,
Kayatan, Keladan, Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera
selain disebut Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.
9. Pohon Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal sebagai salah
satu tanaman obat di Indonesia. Asalnya dari Papua/Irian Jaya.
Buah mahkota dewa mengandung beberapa zat aktif seperti:
Alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di
dalam tubuh
Saponin, yang bermanfaat sebagai:
sumber anti bakteri dan anti virus
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
meningkatkan vitalitas
mengurangi kadar gula dalam darah
mengurangi penggumpalan darah
Flavonoid
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada
pembuluh darah
mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh
darah
mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner
mengandung antiinflamasi (antiradang)
berfungsi sebagai anti-oksidan
membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan
Polifenol
berfungsi sebagai anti histamin (antialergi)
Tanaman atau pohon mahkota dewa seringkali ditanam sebagai
tanaman peneduh. Ukurannya tidak terlalu besar dengan tinggi
mencapai 3 meter, mempunyai buah yang berwarna merah menyala
yang tumbuh dari batang utama hingga ke ranting.
10. Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon
penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan
sebagai rempah-rempah, bahan dupa,aromaterapi,
campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik
bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri
Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja
sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau
Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang
untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya.
Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan
Fauna (Hewan / binatang)
1. KOMODO
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis, adalah
spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang,
dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga
disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan
kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini
berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh
hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia
karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.
Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi
ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya
yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam
bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo
sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di
bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional
Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
2. ORANG UTAN
Orang utan (atau orang hutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar
dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau
Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia . Mereka biasa tinggal di
pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada
berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah,
daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau
dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada
ketinggian 500 m di atas permukaan laut , sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan
dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl. hidup di hutan tropika Indonesia,
khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatra.
3. HARIMAU SUMATERA
Harimau Sumatra atau dalam bahasa latin disebut Panthera tigris sumatrae merupakan
satu dari lima subspisies harimau (Panthera tigris) di dunia yang masih bertahan hidup.
Harimau Sumatera termasuk satwa langka yang juga merupakan satu-satunya sub-spisies
harimau yang masih dipunyai Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera
tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah.
Hewan dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di Pulau Sumatera, Indonesia.
Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 400–500 ekor. Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae) semakin langka dan dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah.
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal
sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun
yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural History
of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China dan
Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di barat
dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah
kawasan pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia,
sebagiannya lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).
Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat pada 6.000
hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda
genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang
berbeda dengan subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi
spesies terpisah, bila berhasil lestari.
4. BADAK SUMATERA
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu spesies badak yang
dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). Badak sumatera (Sumatran
rhino) juga merupakan spesies badak terkecil di dunia merupakan satu dari 5 spesies
badak yang masih mampu bertahan dari kepunahan selain badak jawa, badak india, badak
hitam afrika, dan badak putih afrika.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa,
semakin langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan populasi badak bercula dua ini
tidak mencapai 200 ekor. Wajar jika IUCN Redlist kemudian memasukkan badak
sumatera (Sumatran rhino) dalam daftar status konservasicritically endangered (kritis;
CE).
Badak sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering kali juga
disebut sebagai hairy rhino lantaran memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak
lainnya. Badak Sumatera dalam bahasa latin disebur sebagai Dicerorhinus sumatrensis.
Ciri-ciri dan Habitat Badak Sumatera. Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang
cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara 2-3 meter dengan
berat antara 600-950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar antara 120-135 cm.
Habitat badak sumatera meliputi hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan
meskipun umumnya binatang langka ini menyukai hutan bervegetasi lebat. Satwa langka
bercula dua ini lebih sering terlihat di hutan-hutan sekunder dataran rendah yang
memiliki air, tempat berteduh, dan sumber makanan yang tumbuh rendah. Makanan
utama badak sumatera meliputi buah (terutama mangga liar dan fikus), dedaunan,
ranting-ranting kecil, dan kulit kayu.
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa penjelajah yang hidup
dalam kelompok-kelompok kecil meskipun umumnya hidup secara soliter
(menyendiri).Pada cuaca yang cerah sering turun ke daerah dataran rendah, untuk
mencari tempat yang kering. Pada cuaca panas ditemukan berada di hutan-hutan di atas
bukit dekat air terjun.
5. GAJAH SUMATERA
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil dari ketiga
subspesies dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk Pulau Sumatra. Sebelum
terjadi perusakan besar-besaran pada habitatnya, gajah secara luas tersebar di seluruh
Sumatra pada ekosistem yang beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer
pada ketinggian di atas 1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933
dalam Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di
daerah jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan
migrasi luas. Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah
dari daerah gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu
kali ketika hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai. 2007).
Gajah sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung belalai memiliki
satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki
depan dan 4 kuku di kaki belakang. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000
kilogram, lebih kecil dari Gajah Afrika.
Gajah Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150 kilogram dan
180 liter air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap oleh
pencernaannya. Untuk memenuhi nafsu makan ini Gajah Sumatera melakukan perjalanan
hingga 20 km perharinya. Dengan kondisi hutan yang semakin berkurang akibat
pembalakan liar dan kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu makan dan daya jelajah
bintang berbelalai ini sering terjadi konflik dengan manusia.
Sebagaimana spesies gajah asia lainnya, Gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama
tidur, telinganya selalu dikipas-kipaskan. Ia mampu mendeteksi keberadaan sumber air
dalam radius 5 kilometer. Gajah Sumatera, mengalami masa kawin pada usia 10-12 tahun.
Dan akan melahirkan anak 4 tahun sekali dengan masa mengandung hingga 22 bulan.
6. ANOA
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna identitas
provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri atas dua spesies
(jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus
depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua
spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini
terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk
diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam binatang dengan
status konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status
“Punah”.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang
serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila
menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa
atau apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.
7. BEKANTAN
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung
panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies
dalam genustunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung. Fungsi dari
hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan
olehseleksi alam . Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai
pasangannya. panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm
dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini
juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya.
Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang
menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang
membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa danhutan pantai di
pulauKalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup
dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga
dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau
lain.
Bekantan merupakan maskotfauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut,
serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai
Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITESAppendix I.
8. TARSIUS SULAWESI (TARSIUS SPECTRUM )
Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki
tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan
telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal
yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat
melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga
memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan
dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali
jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih
besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat
dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat
pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan
maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk
mendeteksi keberadaan mangsa
Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur
pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang
paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan terkadang reptil kecil, burung,
dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan,
juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Di Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh
masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke” atau “tikus jongkok” jika diartikan
kedalam Bahasa Indonesia.
9. Kangguru Tanah (lau-lau atau paunaro):
– Thylogale brunii (Dusky Pademelon)
merupakan jenis kangguru terkecil yang ada di dunia. Beratnya antara 3-6 kilogram,
tetapi ada juga yang 10 kilogram. Panjang tubuhnya sekitar 90 sentimeter dengan lebar
sekitar 50 sentimeter. Satwa langka yang dilindungi ini adalah hewan endemik Papua, dan
hanya terdapat di Papua di kawasan dataran rendah di hutan-hutan di wilayah Selatan
Papua, dan Papua Niugini. Di IndonesiaThylogale brunii terdapat antara lain di Taman
Nasional Wasur (Kabupaten Merauke) dan Taman Nasional Gunung Lorentz (Mimika).
– Thylogale stigmata (red-legged pademelon)
merupakan jenis yang hidup di daerah pantai selatan Papua.Thylogale
stigmata mempunyai warna kulit tubuh lebih cerah yaitu kuning kecokelatan.
– Thylogale brownii (Brown’s pademelon)
Selain di Papua, binatang ini juga terdapat di Papua New Guinea.
10. BURUNG MERAK HIJAU
Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebutPavu muticus adalah salah
satu dari tiga spesies merak yang terdapat di dunia. Satwa yang terdapat di Cina, Vietnam
dan Indonesia ini mempunyai bulu-bulu yang indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang
memiliki ekor panjang yang mampu mengembang bagai kipas.
Merak Hijau (Pavu muticus) mempunyai bulu yang indah yang berwarna hijau keemasan.
Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, dengan penutup ekor yang sangat
panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil
dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan
tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Mukanya memiliki aksen warna hitam di sekitar mata
dan warna kuning cerah di sekitar kupingnya.
Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina.
Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung
betina menetaskan tiga sampai enam telur setelah mengeraminya pada tumpukan daun
dan ranting di atas tanah selama satu bulan. Anaknya akan terus berdekatan dengan
induknya hingga musim kawin berikutnya, walaupun sudah bisa terbang pada usia yang
masih sangat muda.
Dalam urusan makan, burung Merak Hijau doyan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan
dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan
kadal kecil.
Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik
Rakyat Cina, Vietnam, Myanmar dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan
juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Meskipun
berukuran besar, burung indah, langka, dan dilindungi ini bisa terbang.
Di Indonesia, Merak Hijau hanya terdapat di Pulau Jawa. Habitatnya mulai dari dataran
rendah hingga tempat-tempat yang tinggi. Salah satunya yang masih bisa ditemui berada
di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Selain itu diperkirakan juga masih terdapat di
Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Meru Betiri.
Populasi Merak Hijau terus berkurang. Ini diakibatkan oleh rusaknya habitat dan
perburuan liar. Burung langka yang indah ini diburu untuk diambil bulunya ataupun
diperdagangkan sebagai bintang peliharaan. Untuk menghindari kepunahan burung
langka ini dilindungi undang-undang. Di Pulau Jawa kini jumlah Merak Hijau (Pavu
muticus) diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor.