Fix Forensik

9
TRAUMATOLOGI Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:: Luka karena kekerasan mekanik : Benda tajam, tumpul dan senjata api Luka karena kekerasan fisik : Luka karena arus listrik, petir, suhu (tinggi dan rendah), Perubahan tekanan udara, akustik, radiasi. Luka karena kekerasan kimiawi : Asam dan Basa. A. Luka Akibat Benda Tumpul Luka akibat benda tumpul terjadi akibat benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang dapat terjadi : 1. Luka Memar (Kontusio) Merupakan perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang muncul karena ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun vena yang diakibatkan oleh trauma / benturan dengan benda tumpul seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar , cedera akibat senjata tumpul, dan lain-lain. 2. Luka Lecet (Abrasi) Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis berupa robeknya jaringan yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka bersifat superfisial yang terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar / kulit ari epidermis. Pembagian Luka Lecet : Luka lecet gores (Scratch), Luka lecet gesek / serut (graze), Luka lecet tekanan (impression,impact abrasion), Luka lecet geser (friction abrasion)

description

pre-test forensik

Transcript of Fix Forensik

Page 1: Fix Forensik

TRAUMATOLOGITraumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan.

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat::

Luka karena kekerasan mekanik : Benda tajam, tumpul dan senjata api Luka karena kekerasan fisik : Luka karena arus listrik, petir, suhu (tinggi

dan rendah), Perubahan tekanan udara, akustik, radiasi. Luka karena kekerasan kimiawi : Asam dan Basa.

A. Luka Akibat Benda TumpulLuka akibat benda tumpul terjadi akibat benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang dapat terjadi :

1. Luka Memar (Kontusio) Merupakan perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang muncul karena ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun vena yang diakibatkan oleh trauma / benturan dengan benda tumpul seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar , cedera akibat senjata tumpul, dan lain-lain.

2. Luka Lecet (Abrasi)Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis berupa robeknya jaringan yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka bersifat superfisial yang terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar / kulit ari epidermis.Pembagian Luka Lecet : Luka lecet gores (Scratch), Luka lecet gesek / serut (graze), Luka lecet tekanan (impression,impact abrasion), Luka lecet geser (friction abrasion)

3. Luka RobekMerupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri: Bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, Tepi atau dinding tidak rata, Tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, Bentuk dasar luka tidak beraturan dan Sering tampak luka lecet atau luka memar di sekitar luka.

B. luka akibat benda tajam1. Luka iris / luka sayat (incised wound) Adalah luka karena alat yang

tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.

2. Luka tusuk (stab wound) Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Page 2: Fix Forensik

3. Luka bacok (chop wound) Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

TANATOLOGI

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan

kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran

forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian

serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.Kematian adalah berakhirnya

proses kehidupan seluruh tubuh, proses yang dapat dikenal secara klinis dengan

tanda kematian berupa perubahan pada tubuh mayat.

Penyebab, Cara, dan Mekanisme dari Kematian

Penyebab kematian adalah adanya perlukaan atau penyakit yang

menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang menghasilkan kematian pada

seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka tembak pada kepala, luka

tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan aterosklerosis koronaria.

Mekanisme kematian adalah kekacauan fisik yang dihasilkan oleh

penyebab kematian yang menghasilkan kematian.

Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang.

Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan,

bunuh diri, kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme

kematian yang dapat memiliki banyak penyebab dan penyebab yang memiliki

banyak mekanisme, penyebab kematian dapat memiliki banyak cara).

Jenis Kematian

Mati somatis (mati klinis atau sistematis)

Page 3: Fix Forensik

Terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan (sistem pernapasan, sistem

kardiovaskular, dan sistem susunan saraf pusat) yang bersifat menetap

Mati seluler (mati molekuler), Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul

beberapa saat setelah kematian somatis

Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga

sistem kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana.

Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga

sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus

keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan tenggelam

Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali

batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem

pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal

intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan

diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang

secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat

dihentikan.

Tanda Kematian

Tanda kematian tidak pasti:

Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, dan

auskultasi).

Sirkulasi berhenti, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

Perubahan pada kulit (pucat)

Relaksasi otot dan tonus menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah

menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang

menjadi lebih awet muda. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut

relaksasi primer, hal ini menyebabkan pendataran daerah-daerah yang

tertekan, misalnya daerah bokong dan belikat pada mayat terlentang.

Segmentasi pembuluh darah retina beberapa menit sebelum kematian.

Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina kemudian menetap

Page 4: Fix Forensik

Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang

masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

DEFINISI VISUM ET REPERTUM

Berasal dari kata “visual” yang berarti melihat dan “repertum” yaitu melaporkan. Jadi, visum et repertum adalah: “suatu keterangan tertulis dari dokter dalam kapasitasnya sebagai saksi ahli atas permintaan penegak hukum yang berwenang tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam pemeriksaan manusia ataupun bagian tubuh manusia, baik dalam keadaan hidup maupun meninggal, sesuai dengan sumpah jabatannya.”

Petunjuk umum:

1. Bahasa yang mudah dimengerti oleh penegak hukum. 2. Isinya harus relevan dengan maksud dan tujuan dimintakannya keterangan

tersebut, yaitu untuk membuat terang perkara pidana. 3. Memenuhi persyaratan formal, yaitu dibuat dengan sumpah atau janji yang

diucapkan di depan penegak hukum atau dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan.

Jenis dan bentuk visum. Visum et Repertum: 1. Visum et Repertum korban hidup 2. Visum et Repertum perlukaan atau kecederaan 3. Visum et Repertum kejahatan seksual4. Visum et Repertum keracunan5. Visum et Repertum jenazah 6. Visum et Repertum psikiatrik (kejiwaan)

Cara pembuatan visum et Repertum. Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut :

1. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa2. Bernomor dan bertanggal.3. Mencantumkan kata "Pro justitia" di bagian atas (kiri atau tengah) 4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar5. Tidak menggunakan singkatan - terutama pada waktu mendeskripsikan temuan

pemeriksaan6. Tidak menggunakan istilah asing.7. Ditandatangani dan diberi nama jelas.8. Berstempel instansi pemeriksa tersebut9. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan10. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum (instansi).11. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan

disimpan sebaiknya hingga 30 tahun.

Page 5: Fix Forensik

TEKNIK OTOPSI1. Pemeriksaan Luar: identifikasi, pakaian, lebam mayat, kaku mayat,

pembusukan, panjang dan berat badan, kepala, leher, perut, alat kelamin, dubur, anggota gerak, pungggung, dan bokong.

2. Pemeriksaan dalam : Yang perlu diperhatikan: Rongga perut perlu diinspeksi sebelum rongga dada dibuka Pemeriksaan dalam kepala harus dilakukan setelah rongga dada kosong Cara mengiris alat tubuh: o Permukaan (terrlhat seluas-luasnya)

o Satu kali irisan

o Irisan lain sejajar dengan irisan pertama

o Permukaan tidak boleh dicuci tetapi dihapus

3. Sering juga ditambah pemeriksaan penunjang (mikroskopis, laboratorium, konsultasi).

DVI (Disaster Victim Identification) DVI (Disaster Victim Identification) adalah suatu definisi yang diberikan

sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan dan mengacu kepada standar baku Interpol. Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari ‘The Scene’, ‘The Mortuary’, ‘Ante Mortem Information Retrieval’, ‘Reconciliation’ and ‘Debriefing’1. Fase 1

Fungsi Menetapkan prosedur DVI Mencari, menemukan, mencatat sisa tubuh dan barang Tempat insiden harus dianggap sebagai TKP TKP harus diteliti dan membuat catatan sebelum sisa tubuh dipindahkan Kerjasama dengan pihak terkait di TKP Form DVI warna pink

2. Fase 2Fungsi

• Melakukan pemeriksaan mayat, property dll • Mencatat hasil pemeriksaan, dokumentasi • Pengambilan sidik jari • Pengambilan sampel DNA• Mencatat hasil dalam form DVI warna pink

3. Fase 3Fungsi

Page 6: Fix Forensik

• Mendapatkan, menganalisa serta mencocokkan data orang hilang • Mengetahui data orang hilang • Mendapatkan informasi DNA• Mendapatkan informasi properti dalam formulir Ante Mortem

4. Fase 4Fungsi

• Membandingkan data AM dengan PM• Penetapan suatu identifikasi • Mengkorfimasi apakah hasil yang dicapai sudah memuaskan semua pihak

(Tim)5. Fase 5

Kegunaan Meninjau kembali pelaksanaan DVI Mengenali dampak positive dan negative operasi DVI Menentukan keefektifan persiapan tim DVI secara psikologi Melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk meningkatkan

operasi berikutnya