Fitri_Febriantoi_Resume Jurnal ICU management of severe acute respiratory syndrome.docx
-
Upload
yohanes-cakrapradipta -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of Fitri_Febriantoi_Resume Jurnal ICU management of severe acute respiratory syndrome.docx
JOURNAL READING
MANAJEMEN ICU PADA SINDROM RESPIRASI AKUT BERAT
Stephen E. Lapinsky Laura Hawryluck
Oleh:
Fitri Febrianti Ramadhan
G99142099
Pembimbing:
dr. Septian Adi Permana, Sp.An, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU ANASTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
ABSTRAK
Latar Belakang: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom respirasi akut berat
adalah suatu penyakit virus menular yang pertama kali diakui pada tahun 2002. Hal tersebut
yang didokumentasikan pada 26 negara di dunia, dengan outbreak yang signifikan di China,
Hong kong, Singapore dan Toronto. Penelitian dalam identifikasi agen penyebab, evaluasi cara
penularan penyakit, dan pilihan terapi terus menerus dilakukan.
Diskusi: Penyakit ini dapat menghasilkan pneumonia bilateral berat dengan hipoksemia
progresif. Lebih dari 20% pasien membutuhkan bantuan mesin ventilator dengan outcome fatal
yang terjadi sekitar 5% kasus.
Simpulan: Penulis mereview pengetahuan terbaru tentang penyakit ini dengan menitikberatkan
pada konsen tertentu pada manajemen ICU dan kontrol pencegahan infeksi untuk mencegah
transmisi penyakit.
PENDAHULUAN
Sindrom respirasi akut berat merupakan penyakit dengan karakteristik berupa demam
dan gejala-gejala respirasi yang dapat berkembang menjadi kegagalan respirasi dan kematian.
Pelaporan pertama adanya pneumonia atipikal yang sangat menular berasal dari Provinsi
Guangdong, Republik China pada November 2002. Kondisi tersebut tetap terisolasi di China
hingga Februari 2003, ketika seorang dokter terinfeksi ketika perjalanan ke Hong Kong. Sejak
itu, sampai dengan tanggal 20 April 2003, penyakit ini telah menyebar dan menginfeksi lebih
dari 3.500 orang di 26 negara (WHO 19 April 2003, www.who.int/csr/sars/en).
Wabah terbesar disebutkan terjadi di Hong Kong, Toronto, Kanada, dan Singapura.
Sementara dunia Barat telah menyadari kondisi ini hanya beberapa minggu, pada
perkembangannya, telah dilakukan identifikasi mengenai organisme virus yang berperan pada
kondisi tersebut. Belum dapat diketahui cara penularan dan pengobatan penyakit ini, namun
mekanisme penularan penyakit ini terjadi melalui penyebaran droplet, kontak dengan permukaan
tubuh, dan penularan melalui udara. Ulasan ini menggambarkan keadaan saat ini mengenai
pengetahuan tentang SARS, dengan referensi khusus untuk pengelolaan pasien sakit kritis serta
keselamatan dan perlindungan terhadap staf ICU. Rekomendasi yang ada didasarkan pada data
yang jarang dipublikasikan, kolaborasi antara dokter di berbagai pusat yang berpengaruh,
rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian Penyakit, serta
pengalaman lokal.
AGEN PENYEBAB
Sebuah coronavirus baru telah diisolasi dari pasien yang memenuhi definisi atau kriteria kasus
untuk SARS, menggunakan mikroskop elektron dan reaksi berantai polimerase (PCR) virus
diisolasi dalam kultur sel [1,2]. Studi serologis awal menunjukkan bahwa virus ini sebelumnya
tidak menginfeksi populasi dari Amerika Serikat [1]. Genom virus telah diurutkan, dan awal tes
berbasis PCR berada dalam tahap evaluasi.
GAMBARAN KLINIS
Definisi kasus SARS saat ini didasarkan pada adanya faktor risiko epidemiologi
(kontak dekat dengan kasus SARS atau perjalanan ke daerah "terjangkit" SARS) disertai dengan
kombinasi demam dan sindrom pernapasan, dengan atau tanpa hipoksia dan / atau perubahan
radiografi dada [3]. Namun, karena SARS menyebar ke populasi umum, kemampuan kita untuk
membedakannya dari pneumonia komunitas yang didapat lainnya berdasarkan hubungan
epidemiologi tersebut akan menjadi semakin renggang. Pada saat ini SARS harus
dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial dari setiap pneumonia komunitas atau nosokomial.
Riwayat penyakit pasien yang tipikal, nilai laboratorium sugestif, dan kegagalan dalam merespon
antibiotik konvensional akan meningkatkan kecurigaan kejadian SARS. Tes diagnostik akan
sangat penting di masa depan baik untuk memastikan bahwa pasien terisolasi dengan cepat dan
inisiasi pengobatan.
Masa inkubasi 2-10 hari, dan manifestasi awal berupa gejala influenza-like seperti
demam, mialgia, dan sakit kepala. Saat ini belum jelas pada tahap apa pelepasan virus penyakit
tersebut terjadi, atau apakah seseorang terinfeksi tetapi tanpa gejala dapat menulari orang lain.
Jika pengetahuan tentang SARS dan etiologi coronavirus dikembangkan, kita akan mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut. Viral load (tumpangan virus) mungkin
memainkan peran baik dalam transmisi maupun keparahan penyakit berikutnya.
Pemahaman saat ini mengenai penyakit tersebut adalah bahwa demam terjadi pada
hampir semua pasien dan sering memperlihatkan gejala-gejala tertentu. Demam terkadang tidak
didapatkan pada orang tua. Beberapa pasien memiliki gejala pernapasan ringan di awal, dan
manifestasi gastrointestinal relatif jarang. Diare telah dilaporkan dengan peningkatan frekuensi
wabah baru-baru ini. Gejala pernapasan dimulai setelah 3-7 hari dengan batuk kering dan sesak
nafas. Pada beberapa kasus, gejala-gejala ini diikuti oleh hipoksia dan bukti radiologis berupa
infiltrat paru progresif. Gambaran radiologi patchy, fokal infiltrat atau konsolidasi sering
ditemukan dengan distribusi perifer, yang dapat berlanjut menjadi infiltrasi difus. Infiltrat paru
dapat memperburuk selama 10 hari pertama, dan gangguan pernapasan akut yang membutuhkan
ventilasi mekanis telah terjadi pada sekitar 10-20% pasien. Angka kasus kematian (case fatality
rate) adalah sekitar 3-12% tergantung pada apakah penyebut merupakan dugaan kasus (suspect)
dan kemungkinan kasus (probable case) (3%) atau kemungkinan kasus (probable case) saja
(12%) [4, 5, 6]. Sedangkan angka kematian lebih tinggi pada pasien yang lebih tua terutama
pasien dengan komorbiditas yang sudah ada sebelumnya (misalnya, diabetes dan imunosupresi),
juga telah diketahui dini, orang yang sebelumnya sehat menjadi terkena penyakit. Hal ini
mungkin karena viral load yang lebih tinggi atau respon host mereka.
Penyakit ini berlangsung selama 7-14 hari, dan kejadian bifasik telah dilaporkan terjadi
pada beberapa pasien, dengan kesakitan pada awalnya, perbaikan, dan kemudian perburukan.
Perburukan tersebut dapat muncul sebagai demam berulang 4-7 hari setelah penurunan suhu
badan sampai mencapai normal pada awalnya, infiltrat dada baru pada radiografi, atau kegagalan
pernapasan berulang. Pada beberapa pasien, awal gangguan pernapasan ringan sampai sedang
dapat meningkat, kemudian diikuti oleh kerusakan progresif yang membutuhkan dukungan
ventilasi.
Temuan laboratorium pada pasien dengan SARS ditemukan trombositopenia dan
leukopenia (pada limfopenia tertentu). Creatine kinase, dehidrogenase laktat, dan transaminase
telah tercatat mengalami kenaikan. Ada bukti bahwa puncak laktat dehidrogenase dan jumlah sel
darah putih meningkat di awal dapat membawa pada prognosis yang buruk [6]. Studi
epidemiologis saat ini sedang berlangsung untuk membantu menentukan faktor prognostik.
PENGELOLAAN/ MANAJEMEN
Tes Diagnostik
Tes diagnostik awal harus mencakup pencarian untuk patogen pernapasan lainnya,
termasuk kultur darah, stain dan kultur Gram dahak, dan tes serologi. Bronkoskopi berharga
untuk mengeliminasi diagnosis lain tetapi tidak dianjurkan pada pasien dengan gambaran klinis
yang khas dan terkait epidemiologi yang jelas, karena risiko tinggi terhadap posisi bronkoskopi
untuk staf ICU. Pada pasien yang imunosupresi dan ketika diagnosis lain sangat mungkin untuk
dipertimbangkan, risiko bronkoskopi mungkin dapat diterima. Dokter harus menyediakan
beberapa spesimen klinis (pernapasan, darah, dan serum) untuk pemeriksaan tambahan sampai
diagnosis spesifik dibuat. Tes khusus untuk virus, termasuk tes antibodi (enzyme-linked
immunosorbent assay and imunofluoresensi), dan tes PCR berada dalam tahap pengembangan
dan evaluasi.
Pengobatan
Jika diagnosis belum pasti, terapi empiris untuk pneumonia komunitas harus
dipertimbangkan menggunakan antibiotik dengan aktivitas melawan kedua patogen pernapasan
tipikal dan atipikal. Dalam semua seri SARS dijelaskan terapi saat ini sudah mencakup antibiotik
spektrum luas, termasuk fluorokuinolon atau macrolide [4, 5, 6]. Pengobatan regimen untuk
SARS yang kita ikuti, seperti dari 11 April 2003, adalah sebagai berikut:
1. Terapi antibiotik
1) fluorokuinolon pernapasan atau macrolide
2. Ribavirin
1) 400 mg intravena setiap 8 jam selama 3 hari, diikuti oleh
2) 1200 mg oral setiap 12 jam selama 7 hari
3. Kortikosteroid
1) Methylprednisolone 40 mg intravena setiap 12 jam selama 3 hari diikuti dengan
prednison 50 mg oral per hari selama 7 hari.
Obat antivirus Ribavirin telah digunakan di sebagian besar pasien yang dirawat di Hong Kong
dan di Toronto, tanpa bukti keberhasilan atau bahkan memberikan saran bertentangan yang kuat
terhadap manfaat pengobatan. Efek samping dari ribavirin ini signifikan, khususnya anemia
hemolitik dan gangguan elektrolit seperti hipokalemia dan hipomagnesemia. Obat ini juga
teratogenik, dan ini harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi pilihan pengobatan.
Bukti yang bertentangan menunjukkan manfaat kortikosteroid, terutama pada pasien
dengan infiltrat paru progresif dan hipoksemia. Pada beberapa tapi tentu tidak semua pasien
tercatat terjadi perbaikan signifikan setelah terapi steroid. Berbagai regimen telah digunakan di
berbagai pusat-pusat pelayanan kesehatan, dengan dosis mulai dari methyprednisolone 40 mg
dua kali sehari (mirip dengan terapi pneumonia Pneumocystis) [8] untuk 2 mg / kg per hari
(mirip dengan terapi fase akhir untuk sindrom gangguan pernapasan akut) [7] kemudian
dilanjutkan dengan dosis tinggi (pulse doses) 500 mg intravena per hari.
Pasien dengan perburukan akhir biasanya dimulai dengan ribavirin dan peningkatan
dosis steroid. Tidak ada bukti yang mendukung praktek-praktek seperti saat ini, dan manfaatnya
belum pasti. Dokter harus tetap waspada dan mencari penyebab lain dari demam dan sumber-
sumber sekunder dari infeksi.
Oksigenasi dan Ventilasi
Manajemen dipengaruhi oleh peningkatan risiko penularan droplet virus dengan
prosedur tertentu. Terapi oksigen dengan menggunakan pelembap aerosol dapat meningkatkan
risiko penyebaran droplet. Prosedur risiko tinggi lainnya termasuk pemakaian penyeka
nasofaring (swabs), ventilasi bag-mask, intubasi, suction, fisioterapi dada pada pasien yang tidak
terintubasi, terapi obat nebulisasi, ventilasi noninvasif, dan ekstubasi (Tabel 1). Jika pasien
memakai ventilator mengalami desaturasi dan memerlukan ventilasi bag manual, penting untuk
mengubah ventilator menjadi "standby" sebelum melepaskannya, untuk menghindari percikan
droplet. Bahkan, pada pasien dengan SARS yang terintubasi sebaiknya menghindari melepaskan
ventilator kecuali ada kegagalan yang nyata dari ventilator mekanik, bahkan pada kejadian
cardiac arrest (henti jantung).
Manajemen ventilasi pada pasien dengan SARS tidak berbeda untuk pasien dengan
sindrom gangguan pernapasan akut. Penggunaan osilasi frekuensi tinggi dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyebaran droplet dan paparan sekresi pernapasan, dan manajemen pasien
ini adalah menghindari intervensi ini. Ventilasi jet pada kegagalan ventilasi konvensional dapat
digunakan dengan aman. Terdapat sedikit penelitian dengan penggunaan intervensi seperti nitrat
oksida dan kejadian yang rawan olehnya. Secara bertentangan, penelitian di Toronto dan
Singapura telah ada dan menyatakan bahwa nitrat oksida memberikan sedikit keuntungan.
Konsultasi mengenai penyakit menular sangat penting, untuk saran terbaru mengenai
manajemen dan nasihat tentang pencegahan dan pengendalian infeksi.
Tabel 1. Prosedur Berisiko Tinggi untuk Penularan SARS di ICU
Prosedur Berhubungan dengan Larutan yang mungkin
Nasopharyngeal swabs Batuk Menggunakan swab hidung
Ventilasi Bag-valve-mask Kesulitan untuk menutup
wajah
Batasi sebanyak mungkin
Intubasi Batuk, Agitasi Sedasi dan hambatan
neuromuskular
Suction Batuk, Menghirup Sustion/sedot dalam satu garis
lurus
Ventilasi noninvasif Ekshalasi aerosol yang tidak
terfiltrasi
Hindari
Oscilasi frekuensi tinggi Ekshalasi tak terfiltrasi,
Sekresi tak terkontrol
Hindari
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Organisme ini tampaknya ditularkan oleh penyebaran droplet, meskipun kontaminasi
permukaan tubuh dan penyebaran udara mungkin memainkan peran. Data terakhir menunjukkan
bahwa virus dapat tetap bertahan untuk waktu yang cukup pada permukaan tubuh yang kering
(hingga 24 jam). Pendidikan staf dan kewaspadaan lanjutan sangat penting. Langkah-langkah
pengendalian infeksi untuk petugas kesehatan yang terpajan pasien seharusnya dilakukan (lihat
Tabel 2).
Tabel 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di ICU
Edukasi Staff
Prosedur risiko tinggi, alternate dan pencegahan
Metode meminimalkan eksposur dan efektivitas waktu selama di ruangan
Instruksi staff pada bagaimana “menanggalkan pakaian” atau “memakai pakaian
kembali” tanpa kontaminasi
Pentingnya kewaspadaan dan ketaatan pada pencegahan dan pengendalian semua infeksi
Pentingnya memonitor kesehatannya sendiri
Informasi mengenai perkembangan SARS
Pencegahan
Pencegahan penularan melalui udara menggunakan N95 atau FFP2 respirator
Pencegahan kontak
Proteksi mata dengan non-reusable goggles (kacamata sekali pakai) atau face-shield
(pelindung muka)
Bolpoin, kertas atau peralatan pribadi yang lain seharusnya tidak diperkenankan
dimasukkan ke dalam ICU atau sebaiknya dibuang dari ICU
Penutup untuk respirator purifikasi udara yang terpakai sebaiknya digunakan selama
prosedur risiko tinggi
Peralatan dan Lingkungan
Ruangan isolasi bertekanan negative dengan ruang depan (antechamber) dan pintu yang
tertutup setiap saat
Ruang isolasi masing-masing diberi persediaan kebutuhan dasar dan obat – obat
emergensi
Desinfeksi peralatan dan tangan berbasis alcohol
Sarung tangan, gown, masker dan unit pembuangan sebaiknya tersedia dan siap pakai
Penggunaan peralatan kamera video atau jendela untuk memonitor pasien
Membersihkan permukaan tubuh sering dan hati-hati dengan pakaian yang sekali pakai
dan detergen berbasis alcohol
Tidak boleh ada peralatan yang digunakan secara bersama-sama oleh pasien yang berbeda
Transportasi
Mencegah transportasi pasien kemanapun
Mempertimbangkan kebutuhan investigasi dan apakah manfaat dan risiko transportasi
Pasien yang terintubasi seharusnya memiliki filter (Conserve PALL 50) yang dimasukkan
antara bag valve dan swivel connector
Kontrol infeksi sebaiknya diwaspadai
Ventilasi
Hindari: Nebulizer, ventilasi non invasif, oscilasi berfrekuensi tinggi, instilasi dengan
normal salin lebih dahulu dibanding suction
Pakai: Filter pada bag-valve-mask, 2 filter untuk ventilator, sistem scavenger
(pembuangan) untuk bagian ekspirasi
Kamar isolasi tekanan negatif sebaiknya dilengkapi dengan ruang depan (antechamber). Ruang
depan tersebut harus dilengkapi dengan:
1. Wastafel atau unit pembuangan untuk gaun, sarung tangan, masker, sabun antibakteri,
dan mencuci tangan beralkohol
2. Sarung tangan yang baru
3. Sebuah lembar instruksi kepada staf tentang bagaimana "menanggalkan pakaian" dan
"memakai pakaian kembali" tanpa kontaminasi
Untuk menghindari pemutusan berulang kali pada penghalang kamar bertekanan
negatif masing-masing harus diisi dengan persediaan dasar. Troli emergensi untuk cardiac arrest
yang dimodifikasi sebaiknya mengandung obat darurat seperti epinefrin, atropin, dan bikarbonat
dan harus tersedia di ruang dalam hal kebutuhan mendesak. Staf harus tetap berada di luar
ruangan tekanan negatif sebanyak mungkin. Sehingga perlu dipertimbangkan mengenai waktu
analisis darah dan pemberian terapi apapun untuk meminimalkan entri dan penggunaan peralatan
kamera video atau jendela untuk memantau pasien SARS tanpa paparan staf langsung. Sebuah
ruang depan (sebaiknya dengan wastafel) membantu untuk mempertahankan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang ketat dan menghindari kontaminasi potensial dari pintu kamar
tunggal. Pena, kertas, dan barang-barang pribadi lainnya seharusnya tidak diperbolehkan
dimasukkan ke dalam atau sebaiknya dikeluarkan dari ruangan.
Perhatian terhadap gaun dan pemakaiannya
1. Pencegahan penularan melalui udara menggunakan respirator N95 [9] atau setara (FFP2
respirator): penting mengetahui spesifikasi produsen, misalnya, beberapa masker N95
mempertahankan perlindungan selama 8 jam, beberapa
hanya selama 4 jam. Menyentuh masker atau mengangkatnya untuk menyeka wajah atau
hidung harus dihindari. Hal ini penting untuk menjaga segel dekat dengan kulit dan untuk
memastikan penggunaan dilakukan dengan benar dan sesuai.
2. Pencegahan kontak, termasuk penggunaan gaun dobel (setidaknya salah satunya adalah
tahan air) termasuk sarung tangan, topi, dan sepatu dobel. Gaun, sarung tangan, topi,
sepatu, masker, dan kacamata harus diganti setelah melihat setiap pasien SARS.
3. Pelindung mata dengan kacamata sekali pakai atau pelindung wajah.
4. Staf harus mengganti penggosok diri setelah tiba di rumah sakit dan berganti pakaian
sendiri pada akhir hari untuk menghindari fomite menyebar. Scrub jangan ditinggalkan di
rumah sakit dan harus disterilkan setelah digunakan.
5. Pena dan kertas tidak boleh dibawa masuk dan sebaiknya dikeluar dari kamar isolasi
bertekanan negatif. Pager dan jam tangan harus dibiarkan di luar atau hati-hati tutupatau
bungkus untuk menghindari kontaminasi.
6. Penutup untuk respirator pemurnian (purifikasi) udara bertenaga mesin harus digunakan
oleh semua anggota tim ICU di ruangan selama semua prosedur risiko tinggi seperti
intubasi dan bronkoskopi.
7. Tindakan pencegahan ALL harus di tempat sebelum anggota staf memasuki ruangan,
terlepas dari kondisi pasien.
Lingkungan ICU
1. Permukaan ruangan harus menjadi perhatian dan sering dibersihkan dengan desinfektan
berbasis alkohol termasuk nurse station, keyboard komputer, dll
2. Peralatan tidak boleh digunakan bersama-sama dengan pasien yang lain
3. Turbulensi udara yang menyebabkan perubahan linen harus diminimalkan.
4. Tidak diperbolehkan makan di nurse station. Masker harus dibuang dan tidak
diperbolehkan tergantung di leher ketika makan / minum.
5. Staf harus memantau kesehatan mereka sendiri, dan sebagian besar pusat kesehatan telah
menyiapkan mekanisme screening untuk staf pada saat kedatangan di tempat kerja.
Di ICU risiko penyebaran droplet meningkat dengan berbagai prosedur (Tabel 1).
Upaya untuk menghindari penyebaran virus termasuk menghindari nebulizers untuk pemberian
obat dan pembatasan atau menghindari penggunaan ventilasi noninvasif. humidifikasi nebulasi
untuk terapi oksigen mungkin membawa risiko yang sama, disini peneliti menyediakan oksigen
nonhumidified menggunakan cabang nasal atau masker venturi. Sebuah masker non-rebreather
dengan bagian ekspirasi memungkinkan tersedianya filtrasi gas dan mungkin hal ini sangat
bernilai. Selama ventilasi bag-mask-valve, filter harus digunakan pada bagian ekspirasi. Prosedur
berisiko tinggi termasuk intubasi endotrakeal dan bronkoskopi. Intubasi harus dilakukan oleh
orang yang paling terampil tersedia dengan menggunakan metode yang paling nyaman bagi
mereka. Intubasi sebaiknya dilepas terkait dengan pasien yang agitasi dan batuk, yang bisa
sangat berhubungan dengan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Sebuah respirator
pemurnian udara bertenaga mesin (misalnya, 3M Airmate) dapat digunakan untuk prosedur ini.
Ventilator harus memiliki dua filter (misalnya, Conserve 50 PALL filters) yang
ditempatkan sehingga dapat menghilangkan pelepasan partikel virus dari pernapasan ke
lingkungan dan melindungi sebanyak mungkin bagian dalam ventilator dari kontaminasi. Satu
filter harus sela antara ujung distal dari tabung ekspirasi dan ventilator itu sendiri dan yang kedua
ditempatkan pada outlet ekshalasi dari ventilator. Idealnya port ekshalasi harus terhubung ke
sistem pembilasan sentral (scavengeing system) yang akan menghilangkan pelepasan partikel
virus ke ICU. Banyak ventilator memiliki filter ekspirasi sebagai komponen integral dari
rangkaian ekshalasi. Penggunaan sirkuit sekali pakai dan pelembap juga dapat membantu
mengurangi resiko kontaminasi untuk pasien dan staf.
PENGANGKUTAN
Mengangkut pasien SARS untuk pemeriksaan merupakan tantangan dalam
pengendalian infeksi. Pasien SARS tidak boleh diangkut saat sedang didukung oleh ventilasi
bag-valve-mask, dan sebaiknya diintubasi. Risiko dan manfaat dari prosedur apapun harus
dipertimbangkan sebelum mengangkut pasien. Jika ventilasi bag yang digunakan, filter harus
ditempatkan di antara bag dan tabung endotrakeal. Pengendalian infeksi harus juga berkonsultasi
untuk koreksi mereka terhadap tindakan pencegahan yang tepat.
Membatasi Pengunjung dan Personil
Sebuah komponen penting dari pengendalian infeksi adalah pembatasan personil dan
pengunjung memiliki kontak dengan pasien. Sangat penting bahwa anggota staf tidak bekerja
jika mereka sakit bahkan jika diagnosis tidak jelas. Anggota staf yang memiliki riwayat kontak
tanpa pelindung dengan pasien SARS harus tuntuk pada ketentuan bahwa mereka harus berada
pada masa karantina 10 hari wajib di rumah. Pengunjung dibatasi di rumah sakit Toronto. Semua
pengunjung diperiksa kemungkinan adanya gejala SARS dan mematuhi prosedur yang sama
sebagai staf rumah sakit dalam pemakaian gown, menggunakan sarung tangan, memakai masker
N95 dan kacamata. Pengunjung dengan SARS dilarang bahkan atas dasar kemanusiaan.
KESIMPULAN
SARS telah mengakibatkan tantangan yang signifikan bagi perawatan pasien kritis dan
kemungkinan akan mengakibatkan perubahan pada lingkungan ICU untuk beberapa waktu ke
depan. Di daerah yang terkena dampaknya, kebijakan berubah setiap hari sehingga informasi
lebih lanjut tentang virus dan penyakit sangat dibutuhkan. Kemampuan penyakit ini dapat
melumpuhkan staf sehingga menyebabkan keselamatan staf menjadi prioritas untuk
mempertahankan layanan perawatan kritis yang memadai. Konsep " kewaspadaan universal "
sekarang termasuk ketat pernapasan dan pencegahan terhadap kontak. Pedoman dan
rekomendasi akan mengubah perkembangan pengetahuan kita. Teknologi informasi dan
komunikasi telah memainkan peran penting dalam memungkinkan kolaborasi dan kecepatan
transfer informasi. Hanya dengan berbagi dapat berharap untuk meningkatkan mortalitas dan
morbiditas pasien serta tetap menjaga kesehatan diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ksiazek TG, Erdman D, Goldsmith CS, Zaki SR, Peret T, Emery S, Tong S, Urbani C,
Comer JA, Lim W, Rollin PE, Dowell SF, Ling AE, Humphrey CD, Shieh WJ, Guarner J,
Paddock CD, Rota P, Fields B, DeRisi J, Yang JY, Cox N, Hughes JM, LeDuc JW, Bellini
WJ, Anderson LJ (2003) A novel coronavirus associated with severe acute respiratory
syndrome. N Engl J Med, 10 April (on-line publication ahead of print)
2. Drosten C, Gunther S, Preiser W, Van Der Werf S, Brodt HR, Becker S, Rabenau H,
Panning M, Kolesnikova L, Fouchier RA, Berger A, Burguiere AM, Cinatl J, Eickmann M,
Escriou N, Grywna K, Kramme S, Manuguerra JC, Muller S, Rickerts V, Sturmer M, Vieth
S, Klenk HD, Osterhaus AD, Schmitz H, Doerr HW (2003) Identification of a novel
coronavirus in patients with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med, 10 April (on-
line publication ahead of print)
3. Anonymous (2003) Preliminary clinical description of severe acute respiratory syndrome.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep 52:255–256
4. Tsang KW, Ho PL, Ooi GC, Yee WK, Wang T, Chan-Yeung M, Lam WK, Seto WH, Yam
LY, Cheung TM, Wong PC, Lam B, Ip MS, Chan J, Yuen KY, Lai KN (2003) A cluster of
cases of severe acute respiratory syndrome in Hong Kong. N Engl J Med, 31 March (on-line
publication ahead of print)
5. Poutanen SM, Low DE, Henry B, Finkelstein S, Rose D, Green K, Tellier R, Draker R,
Adachi D, Ayers M, Chan AK, Skowronski DM, Salit I, Simor AE, Slutsky AS, Doyle PW,
Krajden M, Petric M, Brunham RC, McGeer AJ (2003) Identification of severe acute
respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med, 31 March (on-line publication ahead of
print)
6. Lee N, Hui D, Wu A, Chan P, Cameron P, Joynt GM, Ahuja A, Yung MY, Leung CB, To
KF, Lui SF, CC Szeto, Chung S, Sung JJYMD (2003) A major outbreak of severe acute
respiratory syndrome in Hong Kong. N Engl J Med, 7 April (on-line publication ahead of
print)
7. Meduri GU, Headley AS, Golden E, Carson SJ, Umberger RA, Kelso T, Tolley EA (1998)
Effect of prolonged methylprednisolone therapy in unresolving acute respiratory distress
syndrome: a randomized controlled trial. JAMA 280:159–165
8. Gagnon S, Boota AM, Fischl MA, Baier H, Kirksey OW, La Voie L (1990) Corticosteroids
as adjunctive therapy for severe Pneumocystis carinii pneumonia in the acquired
immunodeficiency syndrome. A double-blind, placebo-controlled trial. N Engl J Med
323:1444–1450
9. Anonymous (1998) Laboratory performance evaluation of N95 filtering facepiece
respirators, 1996. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 47:1045–1049