Fisiologi Suhu Tubuh Dan LabFISIOLOGI SUHU TUBUH DAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGANirin...

16
FISIOLOGI SUHU TUBUH DAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN Detya Indrawan (3415133046), Merlis Nurlyta (3415133050), Rumi Subekti (3415133072), Tiara Arisenda K. (3415133073), Zamita Amalia (3415131026) 1 1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta ABSTRACT Practicum aims to determine the animal's body Poikilotherm temperature regulation, knowing subjectivity temperature receptors, the mechanism of balance in humans, the working mechanism of the anterior and posterior semicircular canal, and balance mechanism in frogs. Practicum held on 17 April 2015 conducted by using objects such as humans and frogs, thermometers, surgical boards, planks of wood, rope, chemistry cups, swivel chair and water with three different temperatures, namely hot water, tap water and ice water. From the observation of the animal's body poikilotherm temperature regulation, showed that the frog's body temperature follows the temperature of environment. From observations subjectivity temperature receptors, showed that the human body contains a provision temperature (homeostasis). When the temperature of the human body heat, there is a tendency of the body increases heat loss to the environment whereas when the body feels cold, the body will tend to reduce the cold. From the observation of balance in humans, showed that when the head slowly round 30subdued, the view was spinning and the head became dizzy. In the fast lap, head getting dizzy and feel like falling to the left while when tilted to the right 120with fast lap, head getting dizzy and feel like fall nor when stopped. On balance observations showed that the frog tend to retain his position by using the mechanism of the balance organs in the labyrinth (inner ear) and disoriented body if damaged spinal system. Keywords: Temperature, frog, human, balance. PENDAHULUAN Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasilakhir dari proses oksidasi di dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairantubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasiakan naik mencapai keadaan maksimum pada suhu optimal.

description

FISIOLOGI SUHU TUBUH DAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN

Transcript of Fisiologi Suhu Tubuh Dan LabFISIOLOGI SUHU TUBUH DAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGANirin...

  • FISIOLOGI SUHU TUBUH DAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR

    KESEIMBANGAN

    Detya Indrawan (3415133046), Merlis Nurlyta (3415133050), Rumi Subekti (3415133072),

    Tiara Arisenda K. (3415133073), Zamita Amalia (3415131026)1

    1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Negeri Jakarta

    ABSTRACT

    Practicum aims to determine the animal's body Poikilotherm temperature

    regulation, knowing subjectivity temperature receptors, the mechanism of balance in humans,

    the working mechanism of the anterior and posterior semicircular canal, and balance

    mechanism in frogs. Practicum held on 17 April 2015 conducted by using objects such as humans

    and frogs, thermometers, surgical boards, planks of wood, rope, chemistry cups, swivel chair

    and water with three different temperatures, namely hot water, tap water and ice water. From

    the observation of the animal's body poikilotherm temperature regulation, showed that the frog's

    body temperature follows the temperature of environment. From observations subjectivity

    temperature receptors, showed that the human body contains a provision temperature

    (homeostasis). When the temperature of the human body heat, there is a tendency of the body

    increases heat loss to the environment whereas when the body feels cold, the body will tend to

    reduce the cold. From the observation of balance in humans, showed that when the head slowly

    round 30 subdued, the view was spinning and the head became dizzy. In the fast lap, head

    getting dizzy and feel like falling to the left while when tilted to the right 120 with fast lap, head

    getting dizzy and feel like fall nor when stopped. On balance observations showed that the frog

    tend to retain his position by using the mechanism of the balance organs in the labyrinth (inner

    ear) and disoriented body if damaged spinal system.

    Keywords: Temperature, frog, human, balance.

    PENDAHULUAN

    Thermoregulasi adalah proses

    pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah

    merupakan hasilakhir dari proses oksidasi

    di dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh

    (termoregulasi), pengaturan cairantubuh,

    dan ekskresi adalah elemen-elemen dari

    homeostasis.Bila suhu tubuh naik, maka

    proses oksidasiakan naik mencapai keadaan

    maksimum pada suhu optimal.

  • Pada vertebrata telah berkembang

    mekanisme-mekanisme untuk

    mempertahankan suhu tubuh dengan

    menyesuaikan tingkat pembentukan dan

    pengeluaran panas. Pada ikan, amfibi dan

    reptil, mekanisme pengeluaran ini relatif

    kurang berkembang dengan sempurna, dan

    hewan-hewan ini disebut berdarah dingin

    (poikilotermik) karena suhu tubuh mereka

    berfluktuasi cukup besar. Pada unggas dan

    mamalia, hewan berdarah panas

    (homeotermik), beroperasi sekelompok

    respon refleks yang terutama terintegrasi di

    hipotalamus untuk mempertahankan suhu

    tubuh dalam rentang yang sempit walaupun

    terjadi perubahan yang besar pada suhu

    lingkungan. Mamalia yang melakukan

    hibernasi adalah salah satu pengecualian.

    Ketika bangun, hewan ini bersifat

    homeotermik, tetapi selama hibernasi, suhu

    tubuh mereka turun (Ganong, 2003).

    Tubuh dapat dianggap sebagai inti

    penghasil panas (organ internal, SSP, dan

    otot rangka) yang dikelilingi oleh suatu

    lapisan pelindung yang kapasitas

    insulatifnya berubah-ubah (kulit). Kulit

    mempertukarkan energi panas dengan

    lingkungan eksternal, dengan arah dan

    jumlah perpindahan panas bergantung pada

    suhu lingkungan dan kapasitas, insulatif,

    lapisan pelindung tersebut. Empat cara fisik

    untuk mempertukarkan panas antara tubuh

    dan lingkungan eksternal adalah (1).

    Radiasi (perpindahan netto energi panas

    melalui gelombang elektromagnetik);(2).

    Konduksi (pertukaran energi panas melalui

    kontak langsung); (3). Konveksi

    (perpindahan energi panas melalui arus

    udara); dan (4). Evaporasi (ekstraksi energi

    panas dari tubuh oleh konversi H2O uap).

    Karena energi panas berpindah dari benda

    yang lebih panas ke benda yang lebih

    dingin, radiasi, konduksi, dan konveksi

    dapat disalurkan untuk menyebabkan

    penambahan atau pengurangan panas,

    masing-masing bergantung pada apakah

    benda-benda di sekitar lebih panas atau

    lebih dingin dibandingkan dengan

    permukaan tubuh. Dalam keadaan normal,

    ketiganya adalah jalan untuk pengeluaran

    panas, bersama dengan evaporasi yang

    terjadi akibat berkeringat (Sherwood,

    2001).

    Untuk mencegah malfungsi sel yang

    serius, suhu inti harus dipertahankan

    konstan sekitar 37,8oC (ekivalen dengan

    suhu oral 37oC) dengan secara terus-

    menerus menyeimbangkan penambahan

    dan pengurangan panas walaupun suhu

    lingkungan dan produksi panas internal

    berubah-ubah. Keseimbangan

    termoregulatorik ini dikontrol oleh

    hipotalamus. Hipotalamus diberitahu

    mengenai suhu kulit oleh termoreseptor

    perifer dan mengenai suhu inti oleh

    termoreseptor sentral, dengan

    termoreseptor yang paling penting terletak

    di hipotalamus itu sendiri. Cara utama

  • penambahan panas adalah produksi panas

    oleh aktivitas metabolik, yang paling

    berperan adalah kontraksi otot rangka.

    Pengurangan panas terjadi melalui proses

    berkeringat dan dengan mengontrol sebesar

    mungkin gradien suhu antara kulit dan

    lingkungan di sekitar. Yang terakhir di

    lakukan dengan mengatur Kaliber

    pembuluh darah kulit. Vasokonstriksi

    pembuluh kulit mengurangi aliran darah

    hangat ke kulit, sehingga suhu kulit turun.

    Lapisan kulit dingin antara inti tubuh dan

    lingkungan meningkatkan sawar insulatif

    antara inti yang hangat dan udara eksternal.

    Sebaliknya, vasodilatasi kulit mengalirkan

    darah hangat ke kulit, sehingga suhu inti,

    dengan demikian kapasitas insulatif kulit

    pun berkurang. (Sherwood, 2001)

    Telinga dalam memiliki komponen

    khusus, yakni apparatus vestibularis, yang

    memberikan informasi yang penting untuk

    sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi

    gerakan-gerakan kepala dengan gerakan

    mata dan postur tubuh. Apparatus

    vestibularis terdiri dari dua set struktur

    yang terletak di dalam tulang temporalis di

    dekat koklea kanalis semisirkularis dan

    organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus.

    Semua komponen apparatus vestibularis

    mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh

    perilimfe. Komponen vestibuler masing-

    masing mengandung sel-sel rambut yang

    berespons terhadap perubahan bentuk

    mekanis yang dicetuskan oleh gerakan-

    gerakan spesifik endolimfe. Sel sel reseptor

    vestibularis dapat mengaami depolarisasi

    atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah

    gerakan cairan.

    Kanalis semisirkularis mendeteksi

    akselerasi atau deselerasi anguler atau

    rotational kepala. Sel-sel rambut reseptif di

    setiap kanalis semikularis terletak di suatu

    bumbungan ampula. Rambut-rambut

    terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa

    seperti topi di atasnya, yaitu kupula. Kupula

    bergoyang sesuai arah gerakan cairan.

    (Sherwood, 2001)

    METODE

    Alat & Bahan

    Termometer, papan bedah, kursi putar,

    gelas kimia, katak (Rana sp.), air es, air

    ledeng, air panas, air ledeng, air es, alat

    tulis, tangan manusia dan manusia.

    Cara Kerja

    Kegiatan 1. Regulasi Suhu Tubuh Hewan Poikiloterm

  • Kegiatan 2. Subjektivitas Reseptor Suhu

    Kegiatan 3. Keseimbangan pada Manusia

    a. Kerja kanalis semisirkularis lateral

    b. Kerja semisirkularis anterior dan posterior

    Kegiatan 4. Keseimbangan Pada Katak

    HASIL & PEMBAHASAN

    Kegiatan 1. Regulasi Suhu Tubuh

    Hewan Poikiloterm

    Tabel Regulasi Suhu Tubuh Hewan

    Poikiloterm

    Mengikat Katak di atas papan bedah

    Memasukkan termometer sampai esophagus selama 5

    menit. Catat suhu tubuh.

    Memasukkan setengah tubuh katak yang telah terpasang termometer ke dalam air es selama 25 menit. Catat suhu

    setiap 5 menit.

    Beri jeda 5 menit. Memasukkan setengah tubuh katak ke dalam air panas selama 25

    menit. Catat suhu setiap 5 menit.

    Menyiapkan 3 baskom. Kemudian

    masing-masing baskom diisi dengan air panas, air ledeng,

    dan air es.

    Memasukkan tangan kanan (sampai

    pergelangan tangan) ke air hangat dan

    tangan kiri ke air es selama 5 menit

    Setelah 5 menit kemudian kedua tangan diangkat

    secara bersamaan dan kedua tangan dicelupkan ke air

    ledeng

    Mencatatat sensasi yang dirasakan dan

    menganalisisnya

    Mahasiswa yang menjadi objek pengamatan duduk

    di kursi putar. Objek menundukkan kepala 30o

    dan memejamkan mata.

    Objek diputar ke kanan secara perlahan dan

    lama-lama menjadi agak cepat dan kemudian

    lambat

    Objek mengemukakan sensasi saat diputar

    cepat, agak cepat dan lambat. Mencatat

    hasilnya.

    Mahasiswa yang menjadi objek pengamatan duduk di kursi putar. Objek menundukkan

    kepala 120o dan memejamkan mata.

    Objek diputar ke kanan secara perlahan dan lama-lama menjadi

    agak cepat dan kemudian lambat

    Menghentikannya dan memegang tangannya kuat-kuat.

    Kemudian objek menegakkan kepala dengan mata tetap

    dipejamkan. Objek mengemukakan sensasinya.

    Mencatat hasilnya.

    Meletakkan Rana sp (katak) di atas

    papan bedah dan menggerakkan papan bedah

    memutar, naik turun,

    mentelentangkan katak.

    Lalu mengamati dan mencatat perilaku

    dan respon Rana sp. ketika tegak,

    diputar, diturun naikkan, di

    telentangkan dan saat berenang.

    Selanjutnya melakukan

    penusukan bagian otak kiri dengan

    sebuah jarum lalu menggerakkan

    papan bedah ke segala arah (muter),

    menaik turunkannya,

    menelentangkan.

    Lalu mengamati dan mencatat perilaku

    dan respon Rana sp. ketika tegak,

    diputar, diturun naikkan, di

    telentangkan dan saat berenang.

    Tahap terakhir yaitu menusuk bagian

    otak kanan dengan sebuah jarum

    Lalu mengamati dan mencatat perilaku

    dan respon Rana sp. ketika tegak,

    diputar, diturun naikkan, di

    telentangkan dan saat berenang.

  • Suhu katak Suhu air

    Suhu normal 29 C -

    Suhu es 10,5 C 7 C

    Suhu air

    panas 40 C 45 C

    Menurut Campbell (2004).

    Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu

    tubuh di dalam suhu kisaran yang membuat

    sel-sel mampu berfungsi secara efisien.

    Berdasarkan kemampuan mengatur panas

    tubuhnya, hewan dibedakan menjadi 2

    golongan, yaitu poikiloterm dan

    homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya

    dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh

    bagian dalam lebih tinggi dibandingkan

    dengan suhu tubuh luar. Contoh hewan

    poikiloterm adalah kelas pisces, amphibi

    dan reptile. Hewan homoiterm sering

    disebut hewan berdarah panas. Pada hewan

    homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini

    dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya

    sehingga dapat mengatur suhu tubuh.

    Hewan homoiterm dapat melakukan

    aktifitas pada suhu lingkungan yang

    berbeda akibat dari kemampuan mengatur

    suhu tubuh.Contoh hewan homoiterm

    adalah kelas aves dan mamalia (Dukes,

    1985)

    Pada praktikum kali ini percobaan

    regulasi suhu tubuh dilakukan pada katak.

    Katak termasuk hewan poikiloterm, hewan

    yang melakukan adaptasi perubahan suhu

    tubuh mendekati suhu lingkungan untuk

    dapat bertahan hidup. Katak di beri 3

    perlakuan berbeda yang representative

    terhadap 3 kondisi lingkungan yang

    berbeda. Pertama katak di ukur pada suhu

    normalnya pada lingkungan dengan

    thermometer, kedua meletakkkan katak di

    dalam air dingin yang bersuhu 7 C, ketiga

    meletakkan katak di dalam air panas yang

    bersuhu 45 C. Untuk perlakukan kedua dan

    ketiga masing-masing dilakukan selama 25

    menit kemudian diukur suhunya setiap 5

    menit. Antara perlakuan kedua ke

    perlakuan ketiga diberikan waktu jeda

    selam 5 menit untuk mengembalikan suhu

    katak menjadi normal.

    Katak di ikat pada papan

    Katak di masukkan ke dalam air es

  • Berdasarkan pada tabel hasil suhu

    normal katak adalah 29 C. Ketika katak di

    masukan ke dalam air es terjadi penurunan

    suhu dari suhu normal 29 C menjadi 10,5

    C. Terjadi penurunan drastis pada katak

    dengan selisih suhu 18,5 C. Ketika katak di

    masukkan ke dalam air panas suhu katak

    terjadi kenaikan suhu dari suhu normal 29

    C menjadi 40 C, selisih suhunya yaitu 11

    C. Dari hasil percobaan tersebut terlihat

    bahwa dengan cepat suhu katak dapat

    berfluktuasi sesuai dengan kondisi

    lingkungannya. Hal ini dikarenakan katak

    termasuk hewan poikiloterm, hewan yang

    melakukan adaptasi perubahan suhu tubuh

    mendekati suhu lingkungan. Pengaturan

    untuk menyesuaikan suhu tubuh katak

    terhadap suhu lingkungan dingin dilakukan

    dengan cara memanfaatkan input radiasi

    sumber panas yang ada di sekitarnya

    sehingga suhu tubuh di atas suhu

    lingkungan dan pengaturan untuk

    menyesuaiakan terhadap suhu lingkungan

    panas dengan penguapan air melalui kulit

    dan organ-organ respiratori menekan suhu

    tubuh beberapa derajat di bawah suhu

    lingkungan. Oleh karena itu, ketika suhu

    lingkungan turun, suhu tubuh katak juga

    ikut turun menyesuaikan dengan

    lingkungannya. Demikian halnya pada suhu

    lingkungan yang panas. Dari data

    pengamatan diatas dibuktikan bahwa katak

    merupakan hewan poikiloterm dimana suhu

    tubuhnya ditentukan oleh

    keseimbangannya dengan kondisi suhu

    lingkungan, dan berubah-ubah seperti

    berubahnya-ubahnya kondisi suhu

    lingkungan.

    Kegiatan 2. Subjektivitas Reseptor Suhu

    Sensasi es (5) (43)

    Saat

    Dingin, kaku, panas, sakit,

    kesemutan.

    Mukosa tangan menjadi

    merah.

    Awalnya panas kemudian

    menjadi hangat.

    Mukosa tangan menjadi

    pucat.

    Setelah dimasukan ke air

    ledeng

    Panas meningkat, kesemutan

    dan sakit seperti ditusuk-

    tusuk.

    Dingin.

    Mukosa tangan menjadi pucat

    dan keriput.

  • Mukosa tangan menjadi

    merah, kencang agak

    bengkak.

    Foto

    Pada kegiatan ini, praktikan

    memasukkan tangan kanan ke dalam air

    panas dengan suhu 43 dan memasukkan

    tangan kiri ke dalam air dingin dengan suhu

    5 secara bersamaan selama 5 menit

    kemudian secara bersamaan kedua tanagan

    dimasukkan ke dalam air ledeng. Sensasi

    yang dirasakan oleh praktikan saat tangan

    kanan dimasukkan ke dalam air panas

    adalah awalnya terasa panas kemudian

    lama kelamaan menjadi terasa hangat dan

    mukosa tangan menjadi pucat. Hal ini

    disebabkan karena pada tubuh manusia

    terdapat 2 jenis alat indra suhu yaitu alat

    indra yang terutama menjawab terhadap

    rangsang suhu yang sedikit di atas suhu

    tubuh yang merupakan reseptor suhu panas

    dan alat indra yang terutama menjawab

    terhadap suhu yang sedikit di bawah suhu

    tubuh yang merupakan reseptor suhu

    dingin. Meskipun demikian, rangsang

    adekuat sebenarnya adalah beda antara dua

    derajat panas, karena dingin merupakan

    suatu bentuk energi.

    Alat indra suhu adalah ujung-ujung

    saraf bebas yang berespons terhadap suhu

    mutlak, bukan terhadap gradien suhu di

    kulit. Reseptor panas berespons terhadap

    suhu 30 sampai 45 dan aferen untuk

    panas adalah serat C. Aferen ini

    meneruskan informasi ke girus

    postsentralis melalui traktus

    spinotalamikus lateralis dan radiasi

    talamus. Stimulus di berbagai bagian girus

    postsentralis menimbulkan sensasi yang

    diproyeksikan ke bagian-bagian tubuh yang

    sesuai sehingga timbulah rasa panas.

    Oleh karena alat-alat indra terletak

    di daerah subepitel, suhu jaringan subkutis-

    lah yang menentukan respons. Pada suhu

    kulit di bawah 20 dan diatas 40 tidak

  • terjadi adaptasi, tetapi diantara suhu 20

    dan 40 terjadi adaptasi, sehingga kesan

    yang ditimbulkan oleh perubahan suhu

    lama kelamaan akan menghilang menjadi

    kesan suhu netral. Hal inilah yang

    menyebabkan setelah beberapa saat tangan

    dimasukkan dalam air panas lama kelamaan

    tidak terasa panas lagi tetapi hangat karena

    tubuh sudah mulai beradaptasi dengan suhu

    air panas. Sedangkan apabila suhu diatas

    45, maka mulai terjadi kerusakan

    jaringan, dan seterusnya berubah menjadi

    nyeri.

    Mukosa tangan menjadi pucat

    disebabkan karena, ketika tangan diberikan

    suhu yang panas maka akan membuat

    pembuluh darah limfe mengalami

    vasodilatasi. Vasodilatasi ini menyebabkan

    meluasnya diameter pembuluh darah

    sehingga memperkecil tekanan dan

    memperbesar kecepatan aliran darah.

    Karena darah yang mengalir semakin cepat

    sehingga menyebabkan tidak ada

    penumpukan darah dan mukosa kulit

    terlihat pucat.

    Setelah tangan di masukkan ke

    dalam air ledeng maka terasa dingin karena

    suhu lingkungannya menurun, mukosa

    kulit masih pucat dan keriput. Mukosa

    tangan menjadi keriput karena kulit

    memiliki sifat permeable terhadap air

    walaupun dalam kapasitas yang sangat

    kecil. Ketika tangan berada dalam air

    ledeng yang suhunya lebih rendah daripada

    suhu tubuh setelah dimasukkan ke dalam

    air panas, maka air akan keluar dari sel

    melalui membran sel pada kulit sehingga

    kulit tangan menjadi keriput.

    Sensasi yang dirasakan oleh

    praktikan saat tangan kiri dimasukkan ke

    dalam air es adalah dingin, kaku, panas,

    sakit, kesemutan dan mukosa tangan

    menjadi merah dan sensasi setelah

    dimasukkan ke dalam air ledeng adalah

    panas meningkat, kesemutan dan sakit

    seperti ditusuk-tusuk serta mukosa tangan

    menjadi merah, kencang agak bengkak.

    Sensasi dingin disebabkan karena reseptor

    dingin berespons terhadap suhu 10 sampai

    38 ,dan aferen untuk suhu dingin adalah

    serat C dan A. Sama seperti aferen pada

    suhu panas, aferensuhu dingin ini

    meneruskan informasi ke girus

    postsentralis melalui traktus

    spinotalamikus lateralis dan radiasi

    talamus. Stimulus di berbagai bagian girus

    postsentralis menimbulkan sensai yang

    diproyeksikan ke bagian-bagian tubuh yang

    sesuai sehingga timbulah rasa dingin.

    Sensasi panas, kesemutan dan

    mukosa mulut yang berwarna merah

    disebabkan karena terjadinya vasokontriksi

    pada pembuluh darah limfe. Vasokontriksi

    ini menyebabkan menyempitnya diameter

    pembuluh darah sehingga memperbesar

    tekanan darah dan memperlambat

  • kecepatan aliran darah. Karena darah yang

    mengalir semakin lambat sehingga

    menyebabkan terjadi penumpukan darah

    dan menyebabkan mukosa kulit berwarna

    merah. Karena terhambatnya aliran darah

    ini menyebabkan timbulnya rasa panas dan

    kesemutan. Sensai panas yang dirasakan

    berbeda dengan sensasi panas saat

    direndam dalam air panas, panas yang

    dirasakan merupakan rasa dingin yang

    berlebihan yang menyebabkan tidak ada

    aliran darah sementara sel-sel saraf terus

    menerus terangsang dan pembuluh darah

    semakin berkontraksi sehingga timbul rasa

    panas, kesemutan dan seperti ditusuk-

    tusuk. Sensasi kaku disebabkan karena

    ketika suhu lingkungan dingin maka tubuh

    akan berusaha untuk membuat

    perlindungan dengan menaikan suhu. Otot

    melakukan penaikkan suhu dengan cara

    menggetarkan otot atau dinamakan kejang

    otot dan menjadikan otot terasa kaku.

    Setelah dimasukkan ke dalam air

    ledeng, sensasi panas yang dirasakan

    semakin meningkat karena suhu

    lingkungan meningkat drastis sehingga

    aliran darah yang tadinya terhambat mulai

    mengalir tetapi setelah aliran darah

    mengalir dengan kecepatan yang normal

    sensasi panas tersebut juga menghilang.

    Mukosa tangan terasa kencang dan agak

    bengkak karena kulit memiliki sifat

    permeable terhadap air walaupun dalam

    kapasitas yang sangat kecil. Ketika tangan

    berada dalam air ledeng yang suhunya jauh

    lebih tinggi daripada air es, air akan masuk

    ke membran sel pada kulit sehingga kulit

    tangan terlihat kencang dan agak bengkak.

    Kegiatan 3. Keseimbangan pada

    Manusia

    OP1

    Posisi kepala Sensasi OP1

    Menunduk 30

    Putar pelan

    Putar cepat

    Berhenti

    Sakit perut,

    berkeringat, mual, kulit

    dingin, gemetar, lemas,

    pucat

    Miring 120

    Putar pelan

    Putar cepat

    Berhenti

    Pusing, mual, jatuh ke

    depan

    OP2

    Posisi

    Kepala

    Arah

    dan

    Banyak

    Putaran

    Sensasi

    Saat

    Diputar

    pelan ->

    cepat

    Sensasi Saat

    Berhenti

    Tegak

    Kanan,

    10 kali

    putaran

    Berputar

    ke kanan Berputar ke kiri

    Menunduk

    30

    Kanan,

    15 kali

    putaran

    Berputar

    ke kanan

    -> masih

    ke kanan

    Jatuh ke depan ke

    arah kiri

    Dimiringkan

    ke Kanan

    120

    Kanan,

    20 kali

    putaran

    Berputar

    ke kanan

    -> ragu

    Jatuh ke depan,

    menahan tubuh

    ke belakang

  • Salah satu reseptor pengatur

    keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh

    manusia adalah kanalis semisirkularis yang

    berupa 3 saluran setengah lingkaran. Proses

    keseimbangan tubuh ketika badan dalam

    posisi tegak dan kepala tegak, dan tubuh

    diputar ke kanan, melibatkan kanalis

    semisirkularis lateral. Mata OP ditutup agar

    kesadaran visual terhadap kondisinya tidak

    bekerja sehingga OP hanya dapat

    mendeteksi kondisi keseimbangannya

    tanpa kesadaran indera penglihatannya.

    Pada bagian dasar kanalis semisirkularis

    terdapat struktur yang disebut ampula. Di

    dalam ampula terdapat reseptor sistem

    vestibular yang disebut Krista

    ampularis. Rambut-rambut sensorik krista

    atau stereosilia ini tertanam pada gelatin

    yang memanjang, disebut kupula. Di dalam

    ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika

    tubuh dan kepala dalam posisi tegak diputar

    serta mata dipejamkan kemudian tubuh

    diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali,

    maka kanalis semisirkularis lateral akan

    ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan

    endolimfe akan bergerak sebaliknya yaitu

    ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak

    ke kiri karena mengalami depolarisasi

    ketika stereosilia bergerak ke arah

    kinosilium. Sensasi yang diakibatkan

    adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan.

    Namun saat putaran dihentikan, cairan

    endolimfe akan bergerak ke arah kanan,

    yang menyebabkan stereosilia bergerak ke

    kanan, untuk mempertahankan

    kelembamannya. Karena itu saat mata

    masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak

    ada), OP akan merasa bergerak kea rah kiri.

    Proses keseimbangan tubuh ketika

    badan dalam posisi badan dan kepala

    merunduk 30, dan tubuh diputar ke kanan,

    melibatkan kanalis semisirkularis superior.

    Mata OP ditutup agar kesadaran visual

    terhadap kondisi keseimbangannya tidak

    bekerja sehingga OP hanya dapat

    mendeteksi kondisi keseimbangannya

    tanpa kesadaran indera penglihatannya.

    Pada saat kepala merunduk, posisi kanalis

    semisirkularis superior akan menjadi

    horizontal. Pada bagian dasar kanalis

    semisirkularis ini juga terdapat struktur

    yang disebut ampula. Di dalam ampula

    terdapat reseptor sistem vestibular yang

    disebut Krista ampularis. Rambut-rambut

    sensorik krista atau stereosilia ini tertanam

    pada gelatin yang memanjang, disebut

    kupula. Di dalam ampula terdapat cairan

    endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak

    dan kepala dalam posisi merunduk diputar

    serta mata dipejamkan kemudian tubuh

    diputar ke arah kanan sebanyak 15 kali,

    maka kanalis semisirkularis superior akan

    ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan

    endolimfe di dalamnya akan bergerak

    sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia

    juga akan bergerak ke kiri karena

    mengalami depolarisasi ketika stereosilia

  • bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang

    diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke

    arah kanan. Namun saat putaran dihentikan,

    kepala ditegakkan (kanalis semisirkularis

    superior kembali tegak), maka cairan

    endolimfe akan bergerak searah jarum jam

    (dalam posisi tegak), yang menyebabkan

    stereosilia bergerak searah jarum jam,

    untuk mempertahankan kelembamannya.

    Karena itu saat mata masih tertutup

    (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan

    merasa bergerak seperti jatuh ke arah depan

    sebelah kiri.

    Proses keseimbangan tubuh ketika

    badan dalam posisi badan dan kepala

    dimiringkan 120 ke kanan, dan tubuh

    diputar ke kanan, melibatkan kanalis

    semisirkularis posterior. Mata OP ditutup

    agar kesadaran visual terhadap kondisi

    keseimbangannya tidak bekerja sehingga

    OP hanya dapat mendeteksi kondisi

    keseimbangannya tanpa kesadaran indera

    penglihatannya. Pada saat kepala

    dimiringkan ke kanan, posisi kanalis

    semisirkularis posterior akan menjadi

    horizontal. Pada bagian dasar kanalis

    semisirkularis ini juga terdapat struktur

    yang disebut ampula. Di dalam ampula

    terdapat reseptor sistem vestibular yang

    disebut Krista ampularis. Rambut-rambut

    sensorik krista atau stereosilia ini tertanam

    pada gelatin yang memanjang, disebut

    kupula. Di dalam ampula terdapat cairan

    endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak

    dan kepala dalam posisi miring ke kanan

    120 diputar serta mata dipejamkan

    kemudian tubuh diputar ke arah kanan

    sebanyak 20 kali, maka kanalis

    semisirkularis posterior akan ikut bergerak

    ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di

    dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu

    ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak

    ke kiri karena mengalami depolarisasi

    ketika stereosilia bergerak ke arah

    kinosilium. Sensasi yang diakibatkan

    adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan,

    ketika putaran dipercepat tubuh tidak

    mengetahui bergerak ke arah mana atau kita

    dalam keadaan ragu. Namun saat putaran

    dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis

    semisirkularis porterior kembali tegak),

    maka cairan endolimfe akan bergerak ke

    depan (dalam posisi tegak), yang

    menyebabkan stereosilia bergerak ke

    depan, untuk mempertahankan

    kelembamannya. Karena itu saat mata

    masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak

    ada), OP akan merasa bergerak seperti jatuh

    ke arah depan, dan OP menahan tubuhnya

    ke arah belakang.

    Pada saat mata terbuka OP tidak

    akan mengalami sensasi seperti yang terjadi

    pada table pengamatan karena sensasi

    sadarnya telah bekerja dan tubuhnya telah

    menyadari bahwa ia tidak lagi bergerak.

    Sensasi sadar lebih kuat daripada sensasi

    saat mata tertutup sehingga sensasi tersebut

  • dapat menggantikan sensasi saat mata

    tertutup.

    Kegiatan 4. Keseimbangan Pada Katak

    Pada telinga dalam memiliki

    apparatus vestibularis, yang memberikan

    informasi penting untuk sensai

    keseimbangan dan untuk koordinasi

    gerakan gerakan kepala dengan gerakan

    mata dan ppostur tubuh. Apparatus

    vestibularis terdiri dari dua struktur yang

    terletak di dalam tulang temporalis di dekat

    koklea kanalis semisirkularis dan organ

    utrikulus dan sarkulus. Semua komponen

    apparatus vestibularis mengandung

    endolimfe.

    Komponen vestibularis mengandu-

    ng sel rambut yang berespon terhadap

    perubahan bentuk mekanis yang

    dipengaruhi gerakan spesifik endolimfe.

    Sel sel rambut berada di suatu bumbungan

    ampula. Sel rambut terbenam dalam suatu

    lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya,

    yaitu kupula. Kupula bergoyang sesuai arah

    gerakan cairan. (Sherwood, 2001)

    Pada praktikum keseimbangan pada

    Rana sp. dilakukan beberapa perlakuan

    yang berbeda, petama yaitu Rana sp.

    diletakkan diatas papan bedah kemudian

    diputar searah jarum jam, kemudian

    diangkat naik turun. Setelah itu Rana sp.

    dimasukkan ke air, berdasarkan

    pengamatan tersebut Rana sp. mulai

    berenang ketepian, kemudian Rana sp. di

    terlentangkan saat di telentangkan cepat

    membalikan badannya seperti semula.

    Karena pada bagian dalam telinga

    terdapat organ keseimbangan dinamis dan

    organ keseimbangan statis yang melakukan

    koordinasi peyampaian implus sarafnya

    masing masing. Sel reseptor pada

    No Perlak

    uan Normal

    Dirusak

    Otak Kiri

    Dirusak

    Otak

    Kanan

    1 Tegak

    Kepala di

    angkat dan

    kaki tegap

    Kepala agak

    menunduk

    badan tetap

    tegap

    Nunduk dan

    lemas

    2 Berena

    ng

    Berenang

    dengan

    lancar

    Berenang

    biasa dan

    sedikit sudah

    lemas.

    Tidak dapat

    berenang

    dengan baik

    3 Diputar

    Loncat ke

    atas

    sebelah

    kanan.

    Meloncat

    kesebelah

    kanan

    Mengikuti

    arah putaran

    4 Naik

    turun

    Kepala

    naik turun

    mengikuti

    arah

    sebalilknya

    Kepalanya

    diam saja

    Tidak dapat

    merespon

    karena

    lemas.

    5 Terlent

    ang

    Cepat

    membalika

    n badan

    seperti

    semula

    Tidak dapat

    membalikan

    badan secara

    cepat

    Tidak dapat

    membalikan

    badan

  • keseimbangan dinamis berupa sel sel

    rambut dan sel sel penunjang melekat

    pada membran yang mengandung kalsium

    karobonat (CaCO3) disebut otolith.

    Perubahan posisi kepala merangsang sel

    sel rambut sehingga menyebabkan

    depolarisasi sel reseptor, yang berjalan ke

    orak kecil sebagai organ keseimbangan.

    Kerika kepala Rana sp. bergerak akibat

    terjadinya putaran tubuh, endolimfe yang

    berasal dari saluran labirin akan mengalir di

    atas sel sel rambut. Sel sel rambut

    menerima rangsangan tersebut dan

    mengubahnya menjadi impuls saraf.

    Sebagai reseptornya, otot otot berkontaksi

    untuk mempertahankan keseimbangan

    tubuh pada posisi yang baru.

    Pada perlakuan kedua yaitu dengan

    menusuk otak kiri Rana sp. berdasarkan

    pengamatan Rana sp. tersebut tidak dapat

    berenang seperti semula Rana sp. berenang

    ke tepian menggunakan anggota tubuh

    bagian kanan yang lebih aktif,

    kemungkinan dikarenakan Rana sp. sudah

    lemah karena sudah di putar, di naik

    turunkan secara tidak sewajarnya, selain itu

    karena otaknya sudah ditusuk pada bagian

    kiri. Akibatnya kepalanya agak menunduk

    dan tidak melakukan gerakan apapun. Hal

    ini dikarenakan cerebrum sebagai pusat

    penglihatan dan pusat koordinasi tubuh

    khususnya gerak sadar sehingga apabila

    otak rusak maka Rana sp. tidak dapat

    mengendalikan tubuhnya dengan baik.

    Selanjutnya saat otak bagian kanan

    di rusak Rana sp. tidak melakukan

    perlawanan apapun, tidak dapat

    mengkoordinasikan tubuhnya dengan baik.

    Kerusakan ini mengakibatkan sistem spinal

    tidak berfungsi dan mengakibatkan

    terjadinya disorientasi posisi pada Rana sp.

    dan mengalami komplikasi lain seperti

    tertanggunya denyut jantung dan

    pernafasan sehingga Rana sp. mengalami

    kematian akibat kerusakan total pada sistem

    koordinasi tersebut.

    KESIMPULAN

    Pada termoregulasi atau pengaturan

    suhu tubuh pada katak antara suhu tubuh

    normal dan suhu tubuh setelah diberi

    perlakuan terjadi perubahan suhu tubuh,

    pada saat diberi air dingin maka suhu tubuh

    katak akan menurun, dan pada saat diberi

    air hangat suhu tubuh katak akan naik.

    Sehingga dapat disimpulkan katak

    merupakan hewan poikiloterm dimana suhu

    tubuhnya ditentukan oleh keseimbangan-

    nya dengan kondisi suhu lingkungan, dan

    berubah-ubah seperti berubahnya-ubahnya

    kondisi suhu lingkungan

    Alat indra suhu adalah ujung-ujung

    saraf bebas yang berespons terhadap suhu

    mutlak, bukan terhadap gradien suhu di

    kulit. Reseptor panas berespons terhadap

    suhu 30 sampai 45 dan aferen untuk

  • panas adalah serat C. Reseptor dingin

    berespons terhadap suhu 10 sampai 38

    ,dan aferen untuk suhu dingin adalah serat

    C dan A. Suhu panas menyebabkan

    pembuluh darah mengalami vasodilatasi

    yang mengakibatkan kulit pucat. Suhu

    dingin menyebabkan pembuluh darah

    mengalami vasokontruksi yang

    mengakibatkan kulit berwarna merah,

    panas, sakit, kesemutan dan seperti

    tertusuk-tusuk. Pada suhu kulit di bawah

    20 dan diatas 40 tidak terjadi adaptasi,

    tetapi diantara suhu 20 dan 40 terjadi

    adaptasi, sedangkan apabila suhu diatas

    45, maka mulai terjadi kerusakan

    jaringan, dan seterusnya berubah menjadi

    nyeri.

    Labirin berfungsi sebagai alat

    keseimbangan tubuh karena memiliki

    organ-organ vestibular (sakulus,utrikulus,

    dan kanalis semisirkularis). Sakulus dan

    utrikulus dikhususkan untuk mendeteksi

    posisi kepala terhadap arah tarik gravitasi

    bila kepala dalam posisi hampir vertikal.

    Kanalis semisirkularis berfungsi untuk

    mempertahankan keseimbangan akibat

    percepatan sudut. Pada saat objek berotasi

    dengan cepat terjadi nistagmus karena

    terjadi gerakan endolimfe yang berlawanan

    arah dengan arah percepatan sudut. Salah

    satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi

    dan gravitasi tubuh manusia adalah kanalis

    semisirkularis yang berupa 3 saluran

    setengah lingkaran. Proses keseimbangan

    tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan

    kepala tegak melibatkan kanalis

    semisirkularis lateral. Proses keseimbangan

    tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan

    kepala merunduk melibatkan kanalis

    semisirkularis superior. Proses

    keseimbangan tubuh ketika badan dalam

    posisi tegak dan kepala miring ke kanan

    atau kiri melibatkan kanalis semisirkularis

    posterior.

    Katak termaksud hewan

    poikiloterm, dimana suhu tubuhnya

    ditentukan oleh keseimbangannya dengan

    kondisi lingkungannya, dan berubah ubah

    seperti perubahan suhu lingkungannya.

    Labirin berfungsi sebagai alat

    keseimbangan tubuh karena memiliki organ

    organ vestibular ( sakulus, kanalis

    semisirkularis dan utrikulus). Kanalis

    semisirkularis berfungsi untuk

    mempertahankan keseimbangan akibat

    percepatan sudut. Sakulus dan utrikulus

    dikhususkan untuk mendeteksi posisi

    kepala terhadap arah tarik gravitasi bila

    kepala dalam posisi hampir vertikal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, reece. 2004. Biologi Edisi

    Keenam Jilid 3. Jakarta: Erlangga

    Duke, NH. 1995. The Physiology of

    Domestic Animal. Comstock

    Publishing: New York.

  • Ganong, William F. 2003. Review of

    Medical Physiology 20/E. Boogota

    : McGrawhill.

    Guyton,D.C.1993.Fisiologi Hewan.EGC:

    Jakarta

    Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.

    Yogyakarta: Kanisius.

    Pinel,J.P.J.1993. Biopsycology.2nd ed.

    Massachusetts:Allyn and Bacon.

    Puspita, I.1999. Psikologi faal.Depok:

    Universitas Gunadarma.

    Rusdi, dkk. 2015. Praktikum Fisiologi

    Hewan. Jakarta: Jurusan Biologi

    Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam

    Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi

    Manusia. Jakarta: Buku

    Kedokteran EGC

    Pertanyaan :

    Jelaskan mekanisme jalannya impuls dan

    reseptor panas sampai integrasi di korteks

    somatosensoris tempat terbentuknya

    sensasi dan di area asosiasi tempat

    tebentuknya persepsi pada saat telapak

    tangan merasakan panas.

    Jawab :

    Saat ada rangsangan berupa suhu

    panas 30 sampai 45 , rangsangan tersebut

    diterima oleh reseptor panas. Serat aferen

    untuk suhu panas adalah serat C, yang akan

    bersinaps dengan neuron di kornu dorsalis.

    Akson-akson neuron ini akan menyilang

    garis tengah dan menuju ke atas dalam

    kuadran anterolateral medula spinalis untuk

    membentuk sistem anterolateralis serat

    jaras asendens. Dalam perjalanannya

    keatas, jaras yang lainnya berada lebih

    dorsal. Rangsangan suhu dihantarkan

    melalui traktus spinotalamikus lateralis dan

    radiasi talamus menuju ke girus

    postsentralis. Sebagian serat-serat sistem

    anterolateralis berakhir di nukleus relai

    spesifik talamus; sedangkan yang lainnya

    menuju garis tengah dan intralaminer

    nukleus non spesifik. Impuls dari sistem

    anterolateralis terutama dihantarkan ke

    formasio retikularis mesenfalon. Impuls

    sensorik ini akan menggiatkan reticular

    activating system (RAS) yang

    meningkatkan keadaan jaga (alert state)

    korteks serebri. Stimulasi di berbagai

    bagian girus postsentralis menimbulkan

    sensasi yang diproyeksikan ke bagian-

    bagian tubuh yang sesuai. Dengan

    elektroda yang cukup halus dapat

    dicetuskan sensasi yang relatif murni untuk

    rasa panas. Sensasi ini timbul dari korteks

    serebri somatosensori bagian 1,2,3 dan

    akhirnya timbul persepsi panas pada

    korteks serebri persepsi bagian 5 dan 7.

  • Lampiran :

    Keseimbangan Katak

    Sebelum di rusak bagian otaknya

    Katak berenang menuju ketepian

    Katak Tegak

    Katak ketika di terlentangkan

    Sesudah di rusak otaknya

    Katak sudah tidak dapat berenang

    Tidak memberi respon ketika di

    telentangkan