Fisiologi penuaan

23
PENUAAN (AGING) PENUAAN ( AGING ) Menua atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua merupakan proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (rapuh) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Gambar 1). Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, akan terjadi kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif (hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker). Terdapat beberapa istilah dalam gerontologi (ilmu yang mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi, dan sejarah yang terkait dengan penuaan), yaitu: 1. Aging; menunjukkan efek waktu, suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan spontan. 2. Senescence; hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematian) atau 1

description

bahan bacaan fisiologi penuaan

Transcript of Fisiologi penuaan

Page 1: Fisiologi penuaan

PENUAAN (AGING)

PENUAAN ( AGING )

Menua atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua merupakan proses yang

mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (rapuh) dengan berkurangnya

sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai

penyakit dan kematian (Gambar 1).

Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya

berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada

kehidupan sehari-hari. Selain itu, akan terjadi kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan

menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif

(hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker).

Terdapat beberapa istilah dalam gerontologi (ilmu yang mempelajari proses menua dan semua

aspek biologi, sosiologi, dan sejarah yang terkait dengan penuaan), yaitu:

1. Aging; menunjukkan efek waktu, suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan spontan.

2. Senescence; hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu

akan menyebabkan kematian) atau turunnya fungsi efisiensi organisme sejalan dengan

penuaan dan meningkatnya kemungkinan kematian.

3. Homeostenosis; penyempitan/berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi selama

penuaan pada setiap sistem organ.

4. Geriatri; cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang dikaitkan

dengan proses menua dan usia lanjut (multipatologi/penyakit ganda), yang merujuk pada

pemberian pelayanan kesehatan untuk usia lanjut.

5. Longevity; merujuk pada lama hidup seseorang individu.

6. Mean longevity; lam hidup rata-rata suatu populasi atau usia harapan hidup (life expectancy),

yang dirumuskan dengan penjumlahan umur semua anggota populasi saat meninggal dibagi

jumlah anggota populasi tersebut.

1

Page 2: Fisiologi penuaan

7. Maximum longevity; usia saat meninggal dari anggota populasi yang hidup paling lama

(sekitar 110-120 tahun).

Batas-batas lanjut usia, yaitu:

1. Batasan usia menurut WHO meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly), antara 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old), antara 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.

2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan bahwa, seorang dapat dinyatakan sebagai

seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak

mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari

dan menerima nafkah dari orang lain.

3. Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang berbunyi, lansia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Gambar 1. Penuaan (Aging)

Teori-teori proses menua

1. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap

spesies mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu di

dalam inti sel. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak

diputar, sehingga bila jam ini berhenti maka seseorang akan meninggal dunia.

2

Page 3: Fisiologi penuaan

Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa adanya perbedaan harapan hidup pada

beberapa spesies, sebagai contoh pada manusia rekor rentang hidupnya 116 tahun (usia

maksimal) sedangkan pada gorila rekor rentang hidupnya 48 tahun. Sedangkan usia harapan

hidup tertinggi terdapat di Jepang yaitu pria 76 tahun dan wanita 82 tahun.

2. Teori mutasi somatik (Erros Catastrophe)

Faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya mutasi somatik, di mana bila terpapar radiasi dan zat kimia dapat

memperpendek umur sedangkan jika menghindari paparan radiasi atau zat kimia yang

bersifat karsinogenik atau toksik maka dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini,

terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemapuan fungsional sel tersebut.

Teori mutasi somatik berhubungan dengan hipotesis Error Catastrophe, di mana menua

disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan. Setelah

berlangsung dalam waktu yang lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA

menjadi RNA), maupun proses translansi (RNA menjadi protein/enzim) yang akan

menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai reaksi dan kesalahan-kesalahan lain

yang berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme

yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Walaupun dalam batas-batas tertentu

kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri

sendiri bersifat terbatas pada kesalahan dalam proses transkripsi (pembentukan RNA) yang

tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim, sehingga dapat menimbulkan

metabolit yang berbahaya. Apalagi jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi

(pembentukan protein), maka akan terjadi kesalahan yang semakin banyak, sehingga terjadi

katastrop (bencana).

3. Teori rusaknya sistem imum tubuh

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).

Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka ini

dapat mengakibatkan sistem imun tubuh menanggap sel yang mengalami perubahan tersebut

sebagai sel asing dan menghancurkannya.

3

Page 4: Fisiologi penuaan

Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Hasilnya dapat berupa

reaksi antigen/antibodi uang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua

akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Teori ini dibuktikan

dengan bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia.

Di pihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada

proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker

leluasa membelah diri yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kanker sesuai dengan

meningkatnya umur. Semua sel somatik akan mengalami proses menua, kecuali sel bibit

(gurma sel telur) dan sel yang mengalami mutasi menjadi kanker.

4. Teori menua akibat metabolisme (teori glikosilasi)

Teori glikosilasi menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzematik yang menghasilkan

pertautan glukosa-protein yang disebut advanced glycation end products (AGEs) dapat

menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi sehingga

menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang menua (Gambar 2). Protein glikasi

menunjukkan perubahan fungsional, meliputi menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya

degradasi protein abnormal. Sehingga sewaktu manusia menua, AGEs berakumulasi di

berbagai jaringan termasuk kolagen, hemoglobin, lensa mata. Akibat muatan kolagen tinggi

maka jaringan ikat menjadi kurang elastis dan mengkaku, dan AGEs diduga juga berinteraksi

dengan DNA dan karenanya mungkin menggangu kemampuan sel untuk memperbaiki

perubahan pada DNA. Teori glikosilasi juga dikenal sebagai teori menua akibat metabolisme.

Teori glikosilasi didasarkan pada penelitian tikus-tikus yang dibatasi kalorinya mempunyai

gula darah yang rendah dan menyebabkan perlambatan penumpukan produk glikosilasi.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa pengurangan intake kalori akan menghambat pertumbuhan

dan memperpanjang umur, yang dibukti dengan hewan yang terhambat pertumbuhannya

dapat mencapai umur 2 kali lebih panjang umur kontrolnya. Perpanjangan umur karena

penurunan jumlah kalori ini juga disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa

metabolisme, di mana terjadinya penurunan pengeluaran hormon yang merangsang

proliferasi sel (insulin, hormon pertumbuhan) sehingga akan terjadi penundaan proses

degenerasi.

4

Page 5: Fisiologi penuaan

Teori metabolisme ini juga didukung oleh penelitian Balin dan Allen, di mana perkembangan

lalat (Drosophila Melanogaster) lebih cepat dan umurnya lebih pendek pada temperatur

30oC, jika dibandingkan dengan lalat yang dipelihara pada temperatur 10oC. Selain itu,

mamalia yang dirangsang untuk hibernasi selama musim dingin umurnya lebih panjang

daripada kontrolnya, sebaliknya jika mamalia ditempatnya temperatur yang rendah tanpa

dirangsang hibernasi maka metabolismenya meningkat dan berumur lebih pendek. Walaupun

umurnya berbeda, namun jumlah kalori yang dikeluarkan untuk metabolisme selama hidup

adalah sama. Pada penelitian lain, dijelaskan modifikasi cara hidup yang kurang bergerak

menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga dapat meningkatkan umur panjang. Hal ini

menyerupai hewan yang hidup di alam bebas yang banyak bergerak dibandingkan hewan

yang hidup di laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan di alam bebas

lebih panjang umurnya daripada hewan yang berada di laboratorium.

Gambar 2. Teori Glikosilasi

5

Page 6: Fisiologi penuaan

5. Teori akibat radikal bebas

Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan (Gambar 3), di

mana radikal bebas terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses selular atau

metabolisme normal yang melibatkan oksigen. Radikal bebas (RB) dapat terbentuk di alam

bebas dan di dalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai

pernapasan di dalam mitokondria. Untuk organisme aerobik, radikal bebas terutama

terbentuk pada waktu respirasi di dalam mitokondria karena 90% oksigen yang diambil tubuh

masuk ke dalam mitokondria. Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan

dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi di dalam

mitokondria, maka radikal bebas akan dihasilkan sebagai zat antara. Radikal bebas yang

terbentuk tersebut adalah superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), dan juga peroksida

hidrogen (H2O2). Radikal bebas ini bersifat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat

beraksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti membran sel dan dengan gugus

SH, yang selanjutnya menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama

dan mengganggu fungsi sel lainnya.

Selain itu, terdapat pula reactive ocygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS)

yang dihasilkan selama metabolisme normal. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara

kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi

lain terutama protein dan lemak tidak jenuh. Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang

dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi

makromolekul. Akibatnya, karena membran sel mengandung sejumlah lemak maka membran

ini dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran menjadi perubahan. Akibat

perubahan pada struktur membran ini maka membran sel menjadi lebih permeabel terhadap

beberapa substansi dan kemungkinan substansi tersebut melewati membran secara bebas.

Struktur di dalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh membran yang

mengandung lemak sehingga mudah diganggu oleh radikal bebas, dan radikal bebas juga

dapat bereaksi dengan DNA yang menyebabkan mutasi kromosom dan dapat merusak mesin

genetik normal dari sel (Gambar 4).

6

Page 7: Fisiologi penuaan

Gambar 3. Radikal Bebas

Gambar 4. Kerusakan DNA Oleh Radikal Bebas pada Mitokondria

Tubuh sendiri sendiri sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menangkal radikal bebas

dalam bentuk enzim (Tabel 1), seperti:

1. Superoxide dismutase (SOD) yang berunsur Zn, Cu, dan juga Mn. Enzim ini dapat

mengubah superoksida menjadi 2O2, dalam reaksi:

2O2- + 2H+ H2O2 + O2

7

SOD

Page 8: Fisiologi penuaan

2. Enzim kalatase yang berunsur Fe dalam bentuk heme, dapat menguraikan hidrogen

peroksida menjadi air dan oksigen, dalam reaksi:

2H2O2 2H2O + O2

3. Enzim glutation peroksidase berunsur selenium (Se) juga menguraikan hidrogen

peroksida, melalui reaksi:

H2O2 + GSH GSSH + H2O

Di samping itu, radikal bebas dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa nonenzimatik,

seperti vitamin C (asam askorbat), provitamin A (beta karoten), dan vitamin E (tocopherol).

Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap lolos bahkan

makin lanjut usia makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus

terjadi. Kerusakan organel sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati. Jadi teori

radikal bebas menyatakan bahwa terdapatnya akumulasi radikal bebas secara bertahap di

dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka

radikal bebas mungkin berkontribusi pada perubahan-perubahan yang seringkali dikaitkan

dengan penuaan.

Tabel 1. Pertahanan Selular Alami terhadap Radikal Bebas dan Distribusinya

8

Katalase

Page 9: Fisiologi penuaan

6. Teori DNA repair

Teori ini menjelaskan bahwa adanya perbedaan pola laju repair kerusakan DNA yang

diinduksi sinar UV pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang

mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukkan laju DNA repair terbesar, dan kolerasi

ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata.

Fisiologi penuaan dan perubahan-perubahannya

Homeostenosis merupakan karakteristik fisiologi penuaan, di mana terjadi penyempitan

(berkurangnya) cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya usia pada setiap sistem

organ. Dengan bertambahnya usia maka jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapai berbagai

perubahan (challenge) berkurang. Setiap challenge terhadap homeostasis merupakan

pergerakkan menjauhi keadaan dasar (baseline), dan semakin besar challenge yang terjadi maka

semakin besar cadangan fisiologis yang diperlukan untuk kembali ke homeostasis. Di sisi lain,

dengan makin berkurangnya cadangan fisiologis maka seorang lansia lebih mudah untuk

mencapai suatu ambang (precipice), yang dapat berupa keadaan sakit atau kematian akibat

challenge tersebut. Konsep homeostenosis dapat menjelaskan perubahan fisiologis yang terjadi

selama proses menua dan efek yang ditimbulkannya. Walaupun merupakan suatu proses

fisiologis, perubahan dan efek penuaan terjadi sangat bervariasi dan variabilitas ini makin

meningkat seiring peningkatan usia. Variasi ini terjadi antara satu individu dengan individu lain

pada umur yang sama, antara satu sistem organ dengan organ lain, bahkan dari satu sel terhadap

sel lain pada individu yang sama.

Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadi kehilangan atau penurunan

anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Kehilangan atau penurunan ini

ditunjukkan dengan adanya hukum 1% (Andres dan Tobin), yang menyatakan bahwa fungsi

organ akan menurun sebanyak 1% setiap tahunnya setelah berusia 30 tahun. Namun, pada

penelitian cros sectional (Svanborg) didapatkan bahwa perubahan yang terjadi pada organ yang

sama diikuti secara longitudinal ternyata tidak selalu dramitis dan baru dimulai setelah berusia

70 tahun.

Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak

dikaitkan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur biologiknya. Sebagai contoh,

9

Page 10: Fisiologi penuaan

mungkin seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun, tetapi sudah menunjukkan berbagai

penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut

sebagai akibat tidak biaknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan berkurangnya aktivitas.

Penurunan anatomik dan fungsional ini akan menyebabkan mudahnya timbul penyakit pada

organ (predileksi), hal ini sangat bergantung pada derajat kecepatan terjadinya perburukan atau

deteriorisasi (laju penurunan fungsi) dan tingkat tampilan organ yang dibutuhkan (tingkat kinerja

yang dibutuhkan). Jadi petanda penuaan adalah bukan pada tampilan organ atau organisme saat

istirahat namun pada saat bagaimana organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap

stres dari luar. Contohnya pada orang tua mungkin memiliki denyut nadi yang normal pada saat

istirahat, tetapi tidak mampu meningkatkan curah jantung pada waktu melakukan aktivitas.

Kadang-kadang berbagai perubahan akibat proses menua berkeja sama dan saling mempengaruhi

sehingga menghasilkan nilai-nilai normal pada keadaan isitirahat. Contohnya pada filtrasi

glomerulus dan aliran darah ginjal yang menurun sejalan dengan meningkatnya usia, namun

kadar kreatinin tetap tidak meningkat. Hal ini disebabkan berkurangnya massa otot (lean body

mass) yang menyebabkan produksi kreatinin menurun.

Perubahan-perubahan Fisik

1. Sel

1. Lebih sedikit jumlahnya.

2. Lebih besar ukurannya.

3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

5. Jumlah sel otak menurun.

6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Persarafan

1. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap

harinya).

2. Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

10

Page 11: Fisiologi penuaan

4. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,

mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan

rendahnya ketahanan terhadap dingin.

5. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran

1. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang

tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

2. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan

1. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

3. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat

dan susah melihat dalam cahaya gelap.

5. Hilangnya daya akomodasi.

6. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

7. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler

1. Elastisitas dinding aorta menurun.

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa

menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.

5. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

11

Page 12: Fisiologi penuaan

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat metabolisme yang

menurun.

2. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas

otot menurun.

7. Sistem Respirasi

1. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2. Menurunnya aktivitas dari silia.

3. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan

maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

4. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5. Kemampuan untuk batuk berkurang.

6. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal

1. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang

buruk.

2. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa

manis, asin, asam, dan pahit.

3. Eosephagus melebar.

4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6. Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi

1. Menciutnya ovari dan uterus.

2. Atrofi payudara.

3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan

secara berangsur-angsur.

4. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan

baik.

5. Selaput lendir vagina menurun.

12

Page 13: Fisiologi penuaan

10. Sistem Perkemihan

1. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah

yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran

darah ke ginjal menurun sampai 50%.

2. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan

terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11. Sistem Endokrin

1. Produksi semua hormon menurun.

2. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan

menurunnya daya pertukaran zat.

3. Menurunnya produksi aldosteron.

4. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

12. Sistem Kulit (Sistem Integumen)

1. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan

ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

3. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

4. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

5. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

6. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

7. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

8. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal

1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

2. Kifosis

3. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

4. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

5. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

6. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot serabut mengecil sehingga

seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

7. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

13

Page 14: Fisiologi penuaan

Perubahan-perubahan Mental

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2. Kesehatan umum

3. Tingkat pendidikan

4. Keturunan (Hereditas)

5. Lingkungan

2. Kenangan (Memory)

1. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa

perubahan.

2. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

3. IQ (Inteligentia Quantion)

1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

2. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada

daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

Perubahan-perubahan Psikososial

1. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan

peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami

kehilangan-kehilangan, antara lain :

1. Kehilangan finansial (income berkurang).

2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan

segala fasilitasnya).

3. Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4. Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

2. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

5. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.

6. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

14

Page 15: Fisiologi penuaan

7. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

8. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

9. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan famili.

10. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan

konsep diri.

Perkembangan Spritual

1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan.

2. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari-hari.

3. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara

memberikan contoh cara mencintai keadilan.

Daftar Pustaka

1. H. Hadi Martono, dkk. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut), Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.

2. Aru W. Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid 3. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.

3. Sjaifoellah Noer, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid 2. Jakarta: Balai

Penerbitan FKUI, 1999.

4. Ismayadi. Proses Menua (Aging Process). Medan: USU Digital Library, 2004.

15