FISIOLOGI MENSTRUASI

3
FISIOLOGI MENSTRUASI Siklus menstruasi normal mencakup proses ovulasi sehingga ise!u siklus ovulatorik" Fase pertama paa siklus menstruasi ovulatorik aalah #a $ang itanai engan pengeluaran hormon GnR% secara pulsatil ari %ormon ini akan menginuksi sekresi hormon gonaotropik &FS% an L hipo#isis untuk menstimulasi pertum!uhan #olikel(#olikel ovarium &Rim Gonaotropik ilepaskan melalui kontrol umpan !alik positi# an negati# ole estraiol* progesteron serta inhi!in A an inhi!in ." /rogesteron an 012(e !eker3a paa hipotalamus an hipo#isis &kalen3ar pituitari' sementar paa level hipo#isis &Molina* +,,4' Folikel $ang tum!uh secara ominan akan mensekresikan estrogen untuk merangsangproli#erasi enometrium" Estrogen merangsangproli#erasi sel epitel* kalen3ar an pem!uluh arah i enometrium sehingga kete!alan lapis mencapai -(5 mm" Fase proli#erati# $ang iominasi estrogen !erlangsung ar hai sampai ovulasi" 6aar estrogen puncak memicu lon3akan L% $ang men$e!a! ovulasi &Sheer7oo* +,,0' atau #ase keua $ang ter3ai 0+ 3am setelah lon3a Fase ketiga aalah #ase luteal $ang ter3ai setelah ovulasi" /aa #ase luteum $ang ter!entuk aki!at lutenisasi sel #olikular mulai memprouksi est secara ominan* progesteron &Rims)a* +,,-'" Estrogen men$e!a!kan seikit pr sel tam!ahan paa enometrium selama #ase siklus ini* seangkan progresteron men$e!a!kan pem!engkakan $ang n$ata an perkem!angan sekretorik enometrium 6alen3ar makin !erkelok8 kele!ihan su!stansi sekresi !ertumpul i alam sel kelen3ar" Selain itu sitoplasma ari sel stroma !ertam!ah !an$ak* simpanan glikogen sangat meningkat alam sel stroma an suplai arah ke alam enome

description

OBSTETRI-GINEKOLOGI

Transcript of FISIOLOGI MENSTRUASI

FISIOLOGI MENSTRUASI

Siklus menstruasi normal mencakup proses ovulasi sehingga disebut sebagai siklus ovulatorik. Fase pertama pada siklus menstruasi ovulatorik adalah fase folikular yang ditandai dengan pengeluaran hormon GnRH secara pulsatil dari hipotalamus. Hormon ini akan menginduksi sekresi hormon gonadotropik (FSH dan LH) dari hipofisis untuk menstimulasi pertumbuhan folikel-folikel ovarium (Rimsza, 2003). Gonadotropik dilepaskan melalui kontrol umpan balik positif dan negatif oleh kadar estradiol, progesteron serta inhibin A dan inhibin B. Progesteron dan 17-estradiol bekerja pada hipotalamus dan hipofisis (kalenjar pituitari) sementara inhibin bekerja pada level hipofisis (Molina, 2006)

Folikel yang tumbuh secara dominan akan mensekresikan estrogen untuk merangsang proliferasi endometrium. Estrogen merangsang proliferasi sel epitel, kalenjar dan pembuluh darah di endometrium sehingga ketebalan lapisan ini dapat mencapai 3-5 mm. Fase proliferatif yang didominasi estrogen berlangsung dari akhir haid sampai ovulasi. Kadar estrogen puncak memicu lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi (Sheerwood, 2001) atau fase kedua yang terjadi 12 jam setelah lonjakan LH.

Fase ketiga adalah fase luteal yang terjadi setelah ovulasi. Pada fase ini, korpus luteum yang terbentuk akibat lutenisasi sel folikular mulai memproduksi estrogen dan secara dominan, progesteron (Rimsza, 2003). Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini, sedangkan progresteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik endometrium. Kalenjar makin berkelok; kelebihan substansi sekresi bertumpul di dalam sel epitel kelenjar. Selain itu sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak, simpanan lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma dan suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut akan meningkat sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh darah yang menjadi sangat berkelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium mencapai 5-6 mm (Guyton, dan Hall, 2006). Pembentukan lapisan yang subur ini untuk menunjang perkembangan mudiqah bila terjadi fertilisasi (Sheerwood, 2001).

Tanpa fertilisasi dan terbentuknya hormon human chorionic gonadotropin (hCG), korpus luteum tidak dapat bertahan dan terjadi regresi. Regresi korpus luteum menyebabkan produksi estrogen dan progesteron turun (Rimsza, 2003). Berkurangnya hormon tersebut akan menyebabkan akumulasi enzim proteolitik pada membrana basalis serta berkurangnya integritas membran sehingga terjadi lisis kelenjar uterina, sel-sel stroma, serta endotel vaskular. Iskemia akibat vasokonstriksi pembuluh darah pada fase menstruasi awal menyebabkan ruptur kapiler sehingga terjadi perdarahan. Selain itu, sekresi prostaglandin F2 secara signifikan pada fase sekretori akhir berperan dalam pelepasan asam hidrolase dari lisosom serta meningkatkan kontraksi miometrium untuk mengeluarkan sisa-sisa dinding endometrium yang meluruh (Molina, 2006).

Gambar 2.1. Siklus Menstruasi Ovulatorik (Rimsza, 2003)

DAFTAR PUSTAKA

Molina, Patricia E. 2006. Endocrine Physiology Edisi 2. United States of America: The McGraw-Hill Companies. Hal 50, 209, 222

Rimsza, Mary E. 2002. Dysfunctional Uterine Bleeding. Pediatric in Review. Vol 22, No. 7

Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 716-7

Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. Hal 1073