FISIOLOGI HORMON

130
FISIOLOGI HORMON MIFTAH

description

FISIOLOGI HORMON. MIFTAH. Pendahuluan. Hormon adalah suatu zat yang: dihasilkan oleh satu sel atau sekelompok sel, dimasukkan ke cairan tubuh, dan memiliki kontrol fisiologis terhadap sel lain Jenis menurut tempat kerja hormon lokal bekerja di sekitar tempat sekresi, memiliki efek lokal - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of FISIOLOGI HORMON

Page 1: FISIOLOGI HORMON

FISIOLOGI HORMON

MIFTAH

Page 2: FISIOLOGI HORMON

Pendahuluan• Hormon adalah suatu zat yang:

– dihasilkan oleh satu sel atau sekelompok sel,– dimasukkan ke cairan tubuh, dan– memiliki kontrol fisiologis terhadap sel lain

• Jenis menurut tempat kerja– hormon lokal bekerja di sekitar tempat sekresi,

memiliki efek lokal– hormon umum disekresi organ spesifik, masuk

aliran darah, bekerja di tempat jauh

Page 3: FISIOLOGI HORMON

Hormon lokal• Asetilkholin

– dari ujung akson motorik ke myoneural junction– dari ujung neuron pre-ganglion, ke post-ganglion

• Nor-epinefrin– dari ujung akson simpatis, ke sel-sel di dekatnya

• Sekretin– dari sel-sel duodenum, ke sel-sel pankreas

• Kholesistokinin– dari sel-sel jejunum, ke sel-sel kantong empedu

Page 4: FISIOLOGI HORMON

Hormon umum• Efek umum: bekerja pada semua sel

(reseptornya ada pada semua sel)– growth hormone– thyroid hormones

• Efek lokal: bekerja pada sel-sel target (sel-sel yang memiliki reseptor untuknya)– epinefrin: dari adrenal ke berbagai organ– ACTH: dari adenohipofisis ke korteks adrenal– estrogen/progesteron: dari ovarium ke organ seks

Page 5: FISIOLOGI HORMON

Hubungan hormon-persyarafan

• Adalah sistem pemberian signal antar sel• Berdasarkan atas konsep rangsangan dan

respons terhadapnya• Signal bisa lokal atau umum• Penting dalam kerjasama antara sel-sel,

jaringan-jaringan, dan organ-organ

Page 6: FISIOLOGI HORMON

Neurotransmitter adalah hormon• Neuron dan sel kelenjar

– mampu bersekresi ke aliran darah, – mengalami depolarisasi

• Suatu zat hormon mampu pula menjadi neurotransmitter

• Suatu sel dapat menghasilkan hormon dan neurotransmitter

• Suatu gen dapat membentuk neurotransmitter dan hormon

Page 7: FISIOLOGI HORMON

Koordinasi Hormon dan Syaraf • Hipoglikemia

– deteksi oleh hati dan otak– kadar gula darah ditingkatkan oleh aktifitas:

• syaraf simpatis: nor-epinefrin (pemecahan glikogen)• hipotalamus, adenohipofisis, adrenal, pankreas

• Penurunan volume darah– deteksi oleh baroreseptor jantung, ginjal, dan otak– volume darah ditingkatkan oleh aktifitas:

• syaraf simpatis: nor-epinefrin (vasokonstriksi)• hipotalamus, atrium, adrenal, adrenal, dan ginjal

Page 8: FISIOLOGI HORMON

Jenis Kimiawi• Protein atau peptida

– paling banyak: insulin, growth hormone, prolaktin, oksitosisn

• Steroid– adrenal: kortisol, aldosteron– gonad: testoteron, estrogen, progesteron– multiprodusen: vitamin D

• Derivat tyrosin (suatu asam amino)– tiroid: tetra-iodo tironin (tiroksin) dan tri-iodo tironin– adrenal: katekolamin (epinefrin dan nor-epinefrin)

Page 9: FISIOLOGI HORMON

Produksi Hormon• Sederhana

– tiroid/katekolamin: dari tirosin di sitoplasma– steroid: dari kolesterol di sitoplasma– protein dan peptida:

• pre-prohormon (retikulum endoplasma kasar)• prohormon: (benda Golgi), hormon: (granul sekresi)

• Rumit– perubahan androgen menjadi estrogen– perubahan kholesterol menjadi Vitamin D– angiotensinogen menjadi angiotensin I dan II

Page 10: FISIOLOGI HORMON

Kontrol Lain• Persyarafan: pulsa genetik atau didapat

– rangsangan luar• panca indera• oksitosin akibat rangsangan papilla mammae

– rangsangan dalam• nyeri, emosi, takut, seksual• aldosteron meningkat ketika berdiri lama

• Kronotropik– irama harian (circadian rhythm)– irama pertumbuhan: pubertas– irama bulanan: menstruasi– irama musiman: suhu, matahari, laut

Page 11: FISIOLOGI HORMON

Transport Hormon

• Bebas– katekolamin– protein– peptida

• Terikat globulin khusus– tiroid– steroid

• Bisa kembali ke sirkulasi melalui limfe

Page 12: FISIOLOGI HORMON

Syarat Kerja Hormon

• Ada reseptor spesifik• Terdapat ikatan hormon dengan reseptor• Timbul sinyal intrasel yang membangkit

aktifitas spesifik di dalam sel

Page 13: FISIOLOGI HORMON

Reseptor• Membran (peptida/protein, katekolamin)

– protein-G mengaktifkan 2nd messenger:• cAMP, cGMP, Ca-calmodulin, IP3, DAG

– respons dalam hitungan detik• Sitoplasma (steroid), nukleus (tiroid)

– masuk ke nukleus untuk kontak DNA– respons muncul agak lama

• Down-regulation: penurunan efek• Up-regulation: peningkatan efek

Page 14: FISIOLOGI HORMON

Kerja Hormon• Faktor Penentu

– Kadar hormon– Jumlah reseptor– Kontak hormon-reseptor: lama dan interval– Keadaan intrasel: kadar enzim, kofaktor, dan substrat – Kehadiran hormon lain: antagonis atau agonis.

• Efek berbentuk kurva sigmoid– respons minimum dan maksimum, dosis efektif. – Penurunan respons,

• efek maksimum berkurang berapa pun tingginya kadar. – Penurunan kesensitifan,

• dibutuhkan kadar yang lebih tinggi untuk efek normal

Page 15: FISIOLOGI HORMON

Penentu Efek Hormon• Efek hormon tergantung pada

– Jenis sel target– Mekanisme yang diaktifkan di dalam sel tersebut

• Contoh: Somatostatin– Somatostatin hipotalamus menghambat pembebasan

somatotropin di adenohipofisis – Somatostatin berbagai sel di otak bekerja pada sel otak

lainnya untuk mengubah tingkah laku. – Somatostatin pulau pankreas menghambat sekresi insulin

oleh sel pulau pankreas lainnya.

Page 16: FISIOLOGI HORMON

Hipotalamus

• Hormon disekresi di ujung akson dari neuron:– magnacellular: ke neurohipofisis

• oksitosin, vasopressin (antidiuretic hormone [ADH])• 9 asam amino, beda pada 2 posisi• diteruskan aliran darah sistemik

– parvicellular: ke eminentia mediana• GHRH, somatostatin, CRH, LHRH (GnRH), PIF & PRF• diteruskan aliran darah lokal ke adenohipofisis

Page 17: FISIOLOGI HORMON

Vasopressin / Antidiuretic hormone

• Sekresi dirangsang oleh cairan hipertonus• Menarik air di tubuli distal & duktus koligentes

– air di bawa oleh vesikel melalui sitoplasma– urine menjadi pekat

• ADH <2 pg/mL: kepekatan urine 0,3 plasma• ADH > 5 pg/mL: kepekatan urine 4 x plasma• Volume plasma 15-25%: sekresi bisa 50x

– vasokonstriksi, tekanan darah

Page 18: FISIOLOGI HORMON

• Penekanan aorta, a. karotid, a. pulmonalis:– signal baroreseptor menekan produksi ADH

• Volume darah , tekanan darah , – tekanan baroreseptor , produksi ADH

• Penurunan efek: Diabetes Insipidus– sentral: produksi ADH turun– nefrogenik: respons tubuli berkurang

• Produksi meningkat:– volume plasma meningkat– ANH melibatkan diri untuk eskresi NaCl dan air

Page 19: FISIOLOGI HORMON

Oksitosin• Suckling: rgs papilla mammae ke hipotalamus• Efek pada

– mioepitel alveoli mammae: milk ejection– otot polos uterus: kontraksi

• uterus subinvolusi• induksi persalinan• menghentikan perdarahan postpartum

• Estrogen memperkuat efek oksitosin• Katekolamin melemahkan efek oksitosin

Page 20: FISIOLOGI HORMON

Adenohipofisis

• Rangsangan dari hormon hipotalamus yang dibawa melalui eminentia mediana

• Sel-sel – somatotrof (40-50%): somatotropin (GH)– kortikotrof (15-20%): ACTH– mammotrof 10-25%): Prolaktin– gonadotrof (10-15%): Gonadotropin (LH & FSH)– tirotrof (3-5%): Tirotropin (TSH)

Page 21: FISIOLOGI HORMON

Somatotropin

• Pembesaran, perbanyakan, diferensiasi sel– Protein: transport AA, pembentukan protein

• pemecahan AA dihambat– Lemak: mobilisasi, perubahan ke asetil ko-A

• bisa berakibat ketosis dan fatty liver– Karbohidrat: penggunaan glukosa dihambat

• penyimpanan glukosa sebagai glikogen• bisa berakibat diabetes pituitary

Page 22: FISIOLOGI HORMON

• Tulang: – GH merangsang somatomedin hati– somatomedin = insulin-like growth factor

– kondrosit dan sel osteogenik• protein dan reproduksi sel meningkat• perubahan rawan menjadi tulang

– pertumbuhan • garis epifisis: tulang makin panjang• permukan: pembesaran dan penebalan tulang

Page 23: FISIOLOGI HORMON

• Efek umum GH– perlemakan berkurang– leam body mass meningkat– sintesis protein hati meningkat

• Efek GH melallui somatomedin– pertumbuhan linear meningkat– ukuran dan fungsi organ meningkat

Page 24: FISIOLOGI HORMON

• Defisiensi– faktor hipotalamus, hipofisis– faktor molekul GH, somatomedin, reseptor– masa pra-pubertas: dwarfisme– bisa sebagai bagian panpituitarisme

• Hiperaktifitas– pra-pubertas: gigantisme

• sering dengan diabetes mellitus– dewasa:

• tulang tebal• jaringan lunak bertumbuh lebih banyak

Page 25: FISIOLOGI HORMON

Gonadotropin (LH dan FSH)

• Mengatur pubertas dan sekresi gonad• Sekresi dipengaruhi mata dan hidung• Stress mengganggu via CRH dan endorfin• Awal pubertas: LHRH naik, pria-wanita mirip• Pulsa dewasa:

– wanita: 15 menit, tiap 1-7 jam– pria: 8-10 kali perhari (tiap 2-3 jam)

Page 26: FISIOLOGI HORMON

• LHRH dan LH :– dihambat oleh

• testosteron (sel interstitium testis [Leydig] dan ovarium)• estradiol (sel Sertoli testis dan sel granolusa ovarium)• progesteron kronis, prolaktin

– bisa dirangsang oleh estradiol dan progesteron !!• FSH

– dihambat oleh• testosteron dan estradiol• inhibin (asal = estradiol)

– dirangsang oleh aktivin (feedback positif)

Page 27: FISIOLOGI HORMON

Prolaktin

• Perkembangan mammae dan produksi ASI• Mulai naik pada hamil 5 minggu, sp 10-20 x• Dirangsang oleh:

– PRF dan TRH, dibantu estrogen– hisapan papilla mammae– paling responsif: 0-6 mg postpartum– tidur, stress fisik dan mental

• Ditekan oleh PIF/dopamin dan somatostatin

Page 28: FISIOLOGI HORMON

• Efek biologis– merangsang

• proliferasi saluran ASI: – dgn estrogen, progesteron, kortisol, GH

• pertumbuhan lobuli dan alveoli hamil– dgn estrogen dan progesteron

• merangsang sintesis dan sekresi ASI– dgn kortisol, tapi ditekan oleh estrogen dan progesteron– meningkat setiap ada rangsangan papilla mammae

– menekan sekresi LHRH dan gonadotropin:• menekan ovulasi, spermatogenesis. libido

– overproduksi: infertilitas, galaktorrhea

Page 29: FISIOLOGI HORMON

ACTH (kortikotropin)

• Rangsangan sekresi oleh CRH dan ADH• Stress: sekresi CRH naik, diikuti ACTH• Feedback negatif melalui ACTH dan Kortisol• POMC berisi:

– ACTH, β-lipotropin, γ-lipotropin, β-endorfin– aktifitas MSH: pigmentasi kulit

• Sekresi puncak 2 dan 4 jam sebelum bangun• Merangsang perkembangan korteks adrenal

Page 30: FISIOLOGI HORMON

TSH (Tirotropin)

• Perkembangan kelenjar dan sekresi tiroid• Dirangsang TRH, ditekan T3 dan T4

• Respons thd TRH – berkurang di saat puasa (metabolisme rendah)– meningkat ketika dingin (metabolisme perlu naik)

Page 31: FISIOLOGI HORMON

Pulau – pulau pankreas

• Menghasilkan 2 hormon : insulin & glukagon ( pengtr metblime yg cepat & kuat)

• Mengatur : glukosa, as lemak, AA & molekul substrt lainnya

- kebthn energi - dilakkn di hati , otot, jar lemak

Page 32: FISIOLOGI HORMON

• 1,0-1,5% massa pankreas, di antara asini• 2500 sel/pulau, dengan jenis

– α: 20-25%, glukagon– β: 60-70%, insulin– δ: 10%, somatostatin– PP: polipeptida pankreas

Page 33: FISIOLOGI HORMON

Insulin

• Hormon pertama diisolasi dr binatang• Hormon pertama susunan AA diketahui• Sekresi insulin: - diatur oleh hubgn feedback mkn dr luar - substrat banyak, insulin disekresikan - merngsang penggunaan substrat - menghambat mobilisasi substrat dr tubuh

Page 34: FISIOLOGI HORMON

• Pengaruh glukosa : - perngsang insulin yg penting bg manusia - kadar gula darah <50mg/dl, insulin tdk

disekresikan -respon max pd kadr 300mg/dl - respon 50% 150mg/dl

Page 35: FISIOLOGI HORMON

• Pengaruh protein - protein oral tu: arginin & lisin utk sekresi

insulin -leusin utk rangsangan moderat

Page 36: FISIOLOGI HORMON

• Pengaruh lemak - trigliserida & as lemak, efek rangsangnya

kecil - as keto, merangsang sekresi insulin secara

moderat

Page 37: FISIOLOGI HORMON

• Pengaruh lain: - K, Ca, penting untuk timbulnya respon

terhadap glukosa, Mg utk efek moderat. - simpatik: beta adrenergik (merngsang), alfa

adrenergik (menghambat) - sejumlah hormon meningkatkan sekrei insulin

Page 38: FISIOLOGI HORMON

Insulin plasma

• 10 μUnit/mL plasma, beredar bebas• puasa, olahraga lama: turun• makan: naik 3-10 kali dalam 30-60 menit

– turun dalam 2 jam: “glucose tolerance”• 0,5-1 unit /jam (basal), 30 unit/hari• metabolisme di hati

Page 39: FISIOLOGI HORMON

Mekanisme kerja insulin

• Langkah pertama : keluar dr dinding kapiler menuju sel-sel & mengaktifkan mekanisme dlm sel

• Efek sangat penting, transport glukosa ke sel otot & lemak

Page 40: FISIOLOGI HORMON

Metabolisme KH

• Penyimpanan sebagai glikogen• Oksidasi glukosa menjadi energi• Menghambat produksi glukosa• Perubahan glukosa menjadi G6P (di hati)• Menghambat G6P menjadi glukosa (di hati)

Page 41: FISIOLOGI HORMON

• Metabolisme lemak– hambat mobilisasi dan oksidasi lemak

• produksi asam keto berkurang• asam keto yang ada dijadikan enerji• insulin = antiketogenic hormone

– dorong lipogenesis• lipase lipoprotein thd chylomicron:

– mengubah VLDL & trigliserida menjadi FFA• adiposum: FFA + α-gliserofosfat = trigliserida

Page 42: FISIOLOGI HORMON

• Metabolisme protein– transport AA, pembentukan protein (anabolik)– menghambat pembebasan dan oksidasi AA

• proteolisis menjadi terhalang– molekul makro jaringan: rawan dan tulang

• Metabolisme mineral– transport K dan fosfat ke hati– transport K, fosfat dan Mg ke otot– reabsorbsi K, fosfat, dan Na dari ginjal

Page 43: FISIOLOGI HORMON

Glukagon• Perangsang :

– hipoglikemia, ARG dan LYS (!)– olahraga lama, vagus, asetilkholin– stress fisik penyebab hipoglikemia

• Penekan: – insulin, somatostatin, glukosa dan FFA

• Makanan oral:– dirangsang oleh GIP– ditekan oleh GLP dan sekretin

Page 44: FISIOLOGI HORMON

• Efek Glukagon– Meningkatkan kadar glukosa darah

• mendorong glikogenolisis, glukoneogenesis• menghambat glikogenesis dan glikolisis

– Meningkatkan kadar FFA plasma• mengaktifkan lipase, mobilisasi dan oksidasi lemak• menghambat pembentukan trigliserida

• Somatostatin: – dirangsang oleh makanan

• Polipeptida Pankreas: – dirangsang makanan– menghambat enzim pankreas

Page 45: FISIOLOGI HORMON

Aspek klinis

• Kadar gula darah – puasa 80-90 mg/dL, – 1 jam post-prandial (pp) 120-140 mg/dL– 2 jam pp kembali <120 mg/dL

• Sumber energi eksklusif: – otak, retina– sperma dan ovum

Page 46: FISIOLOGI HORMON

• Diabetes mellitus– Tipe I: insulin dependent: kadar insulin rendah– Tipe II: non-insulin dependent (80-90%)

• reseptor insulin tidak berespons• jaringan resisten terhadap insulin

– Polifagia: lapar karena sel kekurangan glukosa– Poliuria: glukosa muncul di urin, diikuti air– Polidipsia: akibat poliuria

Page 47: FISIOLOGI HORMON

Hormon-hormon Tiroid

• T3 dan T4 (tri- dan tetra-iodotironin)• Hormon utama metabolisme tubuh

– tiroid (-): turun 40-50%; (++++): naik 60-100%• Pembentukan:

– I2 MIT dan DIT (sel folikel) T3 dan T4 (koloid)– sekresi melalui pinositosis ke sel, lalu difusi keluar– butuh 50 mg/th: cukup 10 ppm I2 dalam NaCl– 93% sekresi T4, yang paling aktif T3 (1,75x)

Page 48: FISIOLOGI HORMON

• Fungsi tiroid intrasel– pembentukan protein sel dan transport AA

• Na, K, ATPase: untuk transport Na dan K sel• protein struktural dan fungsional (otak)

– pemecahan protein otot• Efek umum

– termogenesis (kecuali otak, gonad, limpa)• konsumsi O2: Tir(-) 150, (N) 250, (+) 400 mL/1’ • suhu, aliran darah, keringat, ventilasi paru, eritrosit naik

– pulse pressure naik • sistole naik (stroke volume), diastole turun (resistensi)

Page 49: FISIOLOGI HORMON

– suplai substrat untuk produksi energi• penyerapan glukosa• penguatan efek katekolamin, glukagon, kortisol, GH

– glukoneogenesis, proteolisis, lipolisis, ketolisis• pembuatan dan penggunaan kolesterol untuk empedu

– sinergi dengan katekolamin– growth and development

• perkembangan tubuh dan otak• Sekresi diatur TSH:

• iodide uptake, iodinasi tiroglobulin, MIT-DIT coupling• pembesaran ukuran dan aktifitas folikel

Page 50: FISIOLOGI HORMON

• Klinis– Hipertiroidime:

• TSI merangsang folikel dan produksi T3-T4• TSH turun karena feedback negatif• tidak terdapat feedback negatif ke TSI• efek khas dengan peningkatan metabolisme• eksoftalmus akibat edema retroorbita

– Hipotiroidisme: goiter koloid • endemik: I2 kurang, T3-T4 turun, TSH naik• non-toksik idiopatik: tioriditis• metabolisme turun, miksedema, kretinisme

Page 51: FISIOLOGI HORMON

Metabolisme Ca dan PO4

• Peran: GIT, tulang, ginjal, [kulit dan hati]• Calcium

– Tulang dan gigi: 1 sampai 2 kg.– [Ca+] intrasel 10-7 M, bebas 0,2 mg, terikat 9000 mg:

• RE, mitokondria, membran plasma• naik 10-100x pada aktifitas umum sel: potential aksi, gerakan,

sitoskeleton, pembelahan, sekresi, aktifitas enzim– [Ca+] ekstrasel 10-3M, (total 1000 mg)

• dipertahankan oleh membran spesial dan Ca+-pump• potensial aksi, Ca+ influx (kontraksi), pembekuan darah, dan

aktifitas enzim plasma– [Ca+] plasma 8,6-10,6 mg/dL ± 10%.

Page 52: FISIOLOGI HORMON

• Phosphates– integral dalam semua komponen glikolisis– bagian dari molekul

• transfer berenergi tinggi: ATP dan kreatinin pospat• kofaktor: NAD, NADP dan thiamin piropospat• DNA dan RNA• lipid: pospatidilkolin• anion utama dalam sel dan struktur kristal tulang/gigi

– [PO4] plasma 2,5-4,5 mg/dl

Page 53: FISIOLOGI HORMON

Dinamika tulang• Massa tulang : 80% korteks, 20% trabekula.

– proses remodelling terus menerus – satu di antara mekanisme homeostasis Ca. – masa muda: pembentukan > penyerapan.. – usia tua: penyerapan > pembentukan.– 15% massa tulang berubah per tahun

• Sel utama : osteoblast, osteosit, dan osteoklast.– osteoblast: membuat dan mengantar kolagen,

• disusul mineralisasi: perlu Ca, PO4, dan vitamin D– osteoblast berubah menjadi osteosit– osteoklast menyerap Ca, matriks hancur, massa berkurang

Page 54: FISIOLOGI HORMON

Vitamin D• Produksi awal vitamin D

– makanan: ergosterol tanaman melalui radiasi ultraviolet D2/D3: dari – kulit: 7‑dehidrokolesterol menjadi previtamin D3 (UV), vitamin D3 (panas)

• Vit D3 diubah menjadi – 25‑OH D3 (hati), lalu 1,25‑(OH)2-D3 atau 24,25‑(OH)2-D3 (ginjal)– potensi: 1,25‑(OH)2-D3 = 10x, 24,25‑(OH)2-D3 = 1/2 vitamin D3.

• Pembentukan 1,25‑(OH)2-D3– defisiensi vitamin D, – defisiensi kalsium dan hipokalsemia, – defisiensi pospat dan hipopospatemi, – dan peningkatan sekresi hormon paratiroid.

• Pembentukan 24,25‑(OH)2-D3 – vitamin D cukup, juga didorong 1,25‑(OH)2-D3 – Ca dan PO4 plasma cukup berlebih.

Page 55: FISIOLOGI HORMON

• Peranan: – penyerapan Ca dari usus dan dari tulang, diikuti pospat.

• Usus– penyerapan Ca dengan melawan beda konsentrasi. – bekerja di inti sel villus dan sel kripta. – menghasilkan kalbindin (protein pengikat kalsium).

• Tulang, – reseptor pada osteoblast, merangsang kerja osteoklast – kadar rendah bisa merangsang osteolisis oleh osteosit

• Lain – efek lemah pada penyerapan Ca di ginjal– merangsang transport Ca ke otot lurik – peningkatan sekresi insulin dan prolaktin

Page 56: FISIOLOGI HORMON

Hormon paratiroid (PTH)• Efek utama:

– penyerapan Ca dari tulang dan ginjal– sintesis 1,25‑(OH)2-D3 (menyerap Ca di usus)– penghambatan reabsorpsi pospat di ginjal.

• Pengatur metabolisme Ca secara feedback negatif. • Ca menekan produksi dan massa kelenjar PTH• Sekresi PTH

– level basal pada [Ca+] 5,5 mg/dL. – sekresi terbesar pada [Ca+] 3,5 mg/dL

• Pospat naik: Ca+menurun, PTH terangsang

Page 57: FISIOLOGI HORMON

• Efek umum:– meningkatkan kadar kalsium plasma– plasma: Ca naik, pospat turun

• penarikan Ca di tulang dan usus diikuti pospat, • PTH di ginjal mengeluarkan pospat dengan kuat.

• Peranan di Tulang– penarikan Ca: dari kanalikuli tulang ke oosit dan ekstrasel. – merangsang osteoklast menyerap tulang (lebih lambat) – reseptor di osteoblast, efek melalui osteoklast

• Peranan di Ginjal– penyerapan Ca

• peningkatan PTH kronis: Ca darah naik, filtrasi > reabsorbsi.– menghambat penyerapan pospat.

• PO4 turun, Ca naik dan PTH turun, penyerapan PO4 naik lagi– sintesis 1,25‑(OH)2‑D3 untuk menarik Ca dari usus.

Page 58: FISIOLOGI HORMON

Kalsitonin• Dihasilkan sel-sel para-folikel tiroid (= sel C)• Perangsang sekresi:

– peningkatan kalsium plasma. – meningkat ketika makan karena dirangsang gastrin.

• Kerja: – menurunkan kadar kalsium plasma. – menurunkan kadar pospat plasma.

• penghambatan absorbsi Ca di tulang memudahkan masuknya pospat ke dalam tulang

Page 59: FISIOLOGI HORMON

Aspek klinis• Hipoparatiroidisme

– tubuh kekurangan kalsium. – tetani, terutama larings - sumbatan jalan nafas.

• Hiperparatiroidisme– tumor paratiroid: kalsium naik, pospat turun– tulang rapuh karena dekalsifikasi luas.

• Ricketsia– cahaya matahari kurang, vitamin D kurang– Ca sedikit berkurang (dari tulang), kadar pospat rendah.

• Osteomalasia– mirip dengan rickets, akibat steatorrhea sehingga Ca terbuang – bisa akibat kerusakan ginjal: gangguan pembentukan vitamin D. – kerapuhan tulang sering terjadi

• Osteoporosis– usia tua, akibat kekurangan matriks, bukan kekurangan kalsifikasi tulang.

Page 60: FISIOLOGI HORMON

Kelenjar Adrenal• retroperitoneum

– di atas ginjal, berat total 6-10 gram.• sangat penting untuk kehidupan.

– atrofi → sakit berat, pembuangan → kematian. • gabungan dua kelompok yang berbeda.

– korteks: 80-90% kelenjar, sumber kortikosteroid; – medulla: sumber katekolamin.

• korteks terdiri dari tiga lapis – zona glomerulosa, fasikulata, retikularis. – fasikulata dan retikularis dipengaruhi kortikotropin

Page 61: FISIOLOGI HORMON

Hormon utama• Glukokortikoid: kortisol dan kortikosteron

– efek metabolisme dan efek anti-peradangan; • Mineralokortikoid: aldosteron

– keseimbangan sodium dan potassium; • Pendahulu androgen dan estrogen

– ikut membangkit/memelihara ciri seks sekunder.

Page 62: FISIOLOGI HORMON

Sintesa Hormon Korteks Adrenal

• Glukokortikoid: • fasikulata dibantu retikularis• kortisol: tidak disimpan, dibentuk kapan perlu

• Mineralokortikoid • aldosteron: zona glomerulosa.

• Pendahulu steroid seks: • zona retikularis• DHEA dan androstenedion → testosteron di perifer. • pada perempuan penting untuk 50-60% efek androgenik. • testosteron → estradiol, dan androstenedion → estron,

penting bagi perempuan setelah menopause.

Page 63: FISIOLOGI HORMON

• Kortisol berikatan dengan – transkortin (suatu globulin), 75-80% – berikatan dengan albumin, 15% – sisanya dalam bentuk bebas.

• Aldosteron berikatan dengan – aldosterone-binding globulin– transkortin– albumin

Transportasi

Page 64: FISIOLOGI HORMON

Zona fasikulata/retikularis• Sekresi kortisol dikontrol CRH dan ACTH.

– ACTH: sejak kolesterol sampai sintesa final. – ACTH kronis:

• merangsang IGF lokal, saling meningkatkan reseptor • memperbanyak reseptornya (up-regulasi), • meningkatkan jumlah sel: kortisol naik dengan pesat.

• ACTH mempengaruhi kortisol. – siklus diurnal,

• puncak sebelum bangun, terendah setelah tertidur. – kortisol plasma ditingkatkan oleh stress:

• bedah, luka bakar, infeksi, demam, psikosis, ECT, cemas hebat• olahraga berat dan lama, hipoglisemia.

– kortisol diturunkan dexametason, karena menekan ACTH

Page 65: FISIOLOGI HORMON

• POTENSIGLUKOKORTIKOID POTENSIMINERALOKORTIKOID• Kortisol 1.00 1.0• 11-keto kortison 0.80 0.8• Kortikosteron 0.50 1.5• Prednison 4.00 <0.1• 6α-Methil prednison 5.00 <0.1• Triamcinolone 5.00 <0.1• Dexamethasone 30.00 <0.1• Aldosterone 0.25 500.0• Deoxycorticosterone 0.01 30.0• 9α-Fluorokortisol 10.00 500.0

Page 66: FISIOLOGI HORMON

Glukokortikoid• Efek bersih: antianabolik

– produksi glukosa dari protein, metabolisme lemak, – respons vaskuler, dan fungsi sistim syaraf pusat. – pertukaran tulang, fungsi otot, respons imun, fungsi ginjal.

• Metabolisme Karbohidrat– penggunaan glukosa ↓, kadar gula darah ↑,

• diabetes adrenal– glukoneogenesis dan glikogenesis hati– mobilisasi AA otot ↑ → menjadi glukosa ↑ → glikogen.↑

Page 67: FISIOLOGI HORMON

Metabolisme Protein• Sel tubuh (selain hati):

• sintesis protein ↓ , pemecahan protein ↑., AA darah ↑ • transport terutama ke hati.

• Hati:• asam amino ↑, deaminasi asam amino ↑ • sintesis protein ↑, pembentukan protein plasma ↑

• Kadar kortisol berlebihan:• otot sangat lemah• fungsi imunitas limfoid sangat rendah

Page 68: FISIOLOGI HORMON

Metabolisme Lemak• Asam lemak bebas

– mobilisasi dari adiposum↑ → kadar darah ↑ – oksidasi di sel-sel ↑.→ penggunaan sebagai energi ↑. – penggunaan glukosa ↓ , konservasi glukosa dan glikogen

• Obesitas yang unik– penumpukan lemak yang berlebihan di dada dan kepala– bentuk tubuh seperti banteng dan wajah ‘moon face’. – nafsu makan ↑., pembentukan > mobilisasi/oksidasi lemak

Page 69: FISIOLOGI HORMON

Stress dan peradangan• kortisol menekan stress

• trauma, infeksi, panas atau dingin ekstrim, • injeksi norepinefrin, pembedahan, restraining, • injeksi zat yang membunuh jaringan di bawah kulit, • penyakit yang melemahkan.

• kortisol menekan proses radang– bisa menyelamatkan pada

• artritis reumatoid, • demam rematik, • glomerulonefritis akut.

Page 70: FISIOLOGI HORMON

Efek lain Kortisol• Efek lain

– menghambat respons radang pada alergi– reaksi dasar allergi tidak dipengaruhi. – jumlah eosinofil dan limfosit darah ↓

• Dosis besar:– atrofi jaringan limfoid, limfosit T dan antibodi ↓– kekebalan terhadap benda asing dan kuman ↓

Page 71: FISIOLOGI HORMON

Aldosteron• tanpa mineralokortikoid, mati 3-14 hari: kecuali

kalau dapat garam. – ekstrasel [K] meningkat, [Na] dan [Cl] menurun tajam– volume total cairan ekstrasel berkurang drastis. – cardiac output turun, syok, dan meninggal dunia.

• dapat dicegah dengan aldosteron atau mineralokortikoid lain – aldosteron 90% aktifitas mineralokortikoid korteks adrenal, – aktifitas kortisol [glukokortikoid] 1/400, tapi sekresi 80x

aldosteron– lain: kortikosteron dan deoksikortikosteron.

Page 72: FISIOLOGI HORMON

Sirkulasi dan Ginjal• Fungsi di tubuli distal dan duktus koligentes

– penyerapan Na dan pengeluaran K – tanpa aldosteron: Na ke urine 10-20 gram/hari, K ditahan.

• Penarikan Na diikuti oleh:– penarikan cairan interstitium. – volume darah ↑– tekanan darah ↑ – ekskresi air dan garam di ginjal ↑, ( pressure natriuresis)

Page 73: FISIOLOGI HORMON

• Kelebihan aldosteron: – potassium dibuang: hipokalemia: kelemahan otot yang

berat. • Kekurangan aldosteron:

– potassium ditahan: hiperkalemia: cardiac toxicity.• Efek pada keringat, saliva, dan usus

– penyerapan sodium dan ekskresi potassium – tanpa aldosteron: diare.

• Pengaturan Sekresi Aldosteron– (1) [K] ekstrasel ↑, sekresi aldosteron ↑– (2) aktifitas renin-angiotensin ↑, sekresi aldosteron ↑ – (3) [Na] ↑ sedikit menurunkan sekresi aldosteron – (4) ACTH: permissive.

Page 74: FISIOLOGI HORMON

GANGGUAN SEKRESI ADRENAL

• Hipoadrenalisme - Penyakit Addison– atrofi primer korteks: 80% aotuimun, lain TB/kanker. – hilangnya sekresi kortisol

• glukoneogenesis ↓: kadar gula darah puasa ↓↓↓ • mobilisasi protein dan lemak dari jaringan ↓↓↓• stress sulit diatasi: infeksi ringan dapat mematikan.• pigmentasi melanin akibat peningkatan ACTH.

– berkurangnya aldosteron • hiponatremia, hiperkalemia, asidosis ringan• volume plasma ↓, hematokrit ↑, curah jantung ↓, dan syok. • kematian 4 - 14 hari setelah aldosteron tidak dihasilkan.

Page 75: FISIOLOGI HORMON

• Hiperadrenalisme - Sindroma Cushing– hipersekresi kortisol:

• tumor adrenal atau hiperplasia adenohipofisis– mobilisasi lemak: tubuh banteng. dan ‘wajah bulan’. – androgenik: jerawat dan hirsutisme – hipertensi 80% (efek mineralokortikoid kortisol)– [gula] darah pp. bisa 200 mg/dl (glukoneogenesis) – protein tubuh berkurang (kecuali hati dan plasma)– otot lemah, kekebalan turun, subkutis robek, osteoporosis.

• Aldosteronisme Primer– tumor zona glomerulosa – hiperplasia korteks adrenal

Page 76: FISIOLOGI HORMON

• Sindroma Adrenogenital– tumor penghasil androgen: maskulinisasi. – wanita: ciri-ciri seks sekunder laki-laki,

• nada suara rendah, • jenggot, distribusi rambut badan pria, • pembesaran klitoris, • penumpukan protein seperti pria.

– menjelang pubertas, • mempercepat perkembangan organ dan dorongan

seks. – laki-laki dewasa:

• dikaburkan oleh testosteron dari testes.

Page 77: FISIOLOGI HORMON

Androgen• Produksi sel interstitium Leydig testes

– testosteron, dihydrotestosteron, androstenedion– testosteron paling banyak, tapi diubah menjadi

dihydrotestosteron di jaringan target.• Janin sampai usia 10 minggu

– rangsangan gonadotropin khorion (HCG) pada testes– pembentukan genitalia pria, penekanan genitalia wanita. – merangsang penurunan testes trimester terakhir

• Rangsangan gonadotropin hipofisis: usia 13 th

Page 78: FISIOLOGI HORMON

• Pembesaran organ genital• Pengembangan ciri-ciri seks sekunder

– rambut khas pubis, wajah, dada, punggung, – botak di puncak kepala – kulit tebal, subkutis kasar; sekresi sebasea, jerawat.– pertumbuhan otot, – hipertrofi mukosa larings – tulang lebih tebal, dan penyimpanan Ca meningkat– penyempitan pintu bawah panggul (panggul android).

Fungsi androgen

Page 79: FISIOLOGI HORMON

Kontrol Sekresi• LHRH hipotalamus → LH adenohipofisis → Testosteron• Feedback negatif terhadap LHRH, → LH dan FSH ↓.

• Efek bersama FSH dalam spermatogenesis– testosteron + FSH: awal– testosteron: jangka panjang. – FSH merangsang sel Sertoli menghasilkan zat yang diperlukan.

• Feedback negatif:– pembentukan sperma gagal → sekresi FSH ↑– spermatogenesis berlangsung cepat → sekresi FSH ↓

• inhibin sel Sertoli menekan FSH.

Page 80: FISIOLOGI HORMON

Estrogen

• Hormon utama: estradiol– dihasilkan oleh follikel di ovarium– dirangsang gonadotropin pada pubertas.

• Efek estrogen pada genitalia– penumpukan lemak mons pubis dan vulva:– epitel kuboid vagina menjadi gepeng berlapis– ukuran uterus membesar, endometrium menebal – jumlah sel-sel bersilia tuba meningkat

Page 81: FISIOLOGI HORMON

Efek lain estrogen• Mammae:

– perkembangan stroma dan sistem saluran– penumpukan lemak.

• Tulang:– aktifitas osteoblast meningkat → pertumbuhan cepat. – penutupan epifisis lebih cepat → tidak setinggi pria. – postmenopause: aktifitas osteoblast ↓ → osteoporosis.

• Kulit: – lembut dan tebal, – vaskularisasi lebih banyak: hangat dan mudah luka

Page 82: FISIOLOGI HORMON

Progesteron• Pembentukan di korpus luteum• Fungsi pada uterus dan tuba

– sekresi endometrium persiapan implantasi. – sekresi tuba untuk nutrisi ovum.

• Terhadap mammae – perkembangan lobuli dan alveoli – alveoli proliferasi, membesar, dan sekretori. – peningkatan cairan di bawah kulit

Page 83: FISIOLOGI HORMON

Siklus Menstruasi• Pembagian fisiologis

– fase folikel: perdarahan - 15 (9-23) hari, – fase ovulasi: 1-3 hari, berakhir dengan ovulasi– fase luteum: 13 hari - berdarahan berikut

• Sesuai dengan perubahan hormonal• Menjelang akhir fase luteum:

– estrogen dan progesteron tinggi– FSH dan LH mencapai titik terendah (feedback negatif)– perbandingan LH/FSH sedikit di atas 1

Page 84: FISIOLOGI HORMON

Fase folikel• Satu atau dua hari sebelum menstruasi,

– FSH meningkat, diikuti LH. – estrogen meningkat akibat rangsanan FSH – progesteron dan androgen tetap rendah.

• Fase folikel akhir, – FSH turun, LH tetap naik, perbandingan LH/FSH sekitar 2. – estrogen naik 5-9 kali, androgen naik sedikit – estradiol dari folikel dominan, estrone dari perifer– estradiol dan inhibin menekan FSH (feedback negatif)– progesteron tetap rendah

Page 85: FISIOLOGI HORMON

Fase ovulasi dan luteum• Fase ovulasi

– peningkatan tajam gonadotropin, LH/FSH menjadi 5. – naik dalam 14 jam, bertahan 14 jam, dan menurun 20 jam – estradiol menurun tajam. – progesteron mulai meningkat.

• Fase luteum,– LH dan FSH menurun– progesteron meningkat 10 kali (korpus luteum) – estradiol, estrone, inhibin meningkat, (korpus luteum)– androgen terus menurun.

Page 86: FISIOLOGI HORMON

Perubahan uterus• Awal fase folikel

– endometrium tinggal 1-2 mm dengan sedikit kelenjar. • Setelah menstruasi selesai,

– endometrium menebal sampai 8-10 mm (estradiol)– mukus serviks menjadi lebih encer dan elastis.

• Setelah ovulasi, – progesteron menghambat proliferasi, jadi 5-6 mm. – stroma endometrium sembab, disebut fase sekresi.

• Kalau kehamilan tidak terjadi, – korpus luteum menyusut, estradiol dan progesteron menghilang, – kontraksi myometrium dan arteri spiralis, nekrosis– endometrium dilepaskan

Page 87: FISIOLOGI HORMON

Tuba fallopii• Fase folikel

– jumlah silia dan sel-sel sekresi meningkat (estradiol)• Menjelang ovulasi,

– kontraksi tuba meningkat• Fase luteum

– peningkatan gerak silia (progesteron)– memudahkan gerakan hasil pembuahan ke uterus.

• Progesteron – sekresi zat-zat yang perlu untuk makanan

Page 88: FISIOLOGI HORMON

• Vagina, – fase folikel awal: epitel gepeng menipis (estradiol) – fase ovulasi: epitel menebal, bertanduk– estradiol meningkatkan sekresi vagina, – progesteron mengurangi sel-sel bertanduk.

• Mammae – fase folikel awal: proliferasi dan pembesaran lobulus

(estradiol) – akhir fase luteum: ukurannya berkurang.

Page 89: FISIOLOGI HORMON

Human Chorionic Gonadotropin• Menstruasi dicegah oleh gonadotropin chorion (HCG)• Sekresi

– berasal dari sel trofoblast sinsitium – dapat diukur di darah 8‑9 hari setelah ovulasi. – maksimum 10-12 mgg, menurun 16-20 mgg, lalu menetap. – dasar untuk uji kehamilan melalui darah atau urine.

• Fungsi– mencegah penyusutan korpus luteum, – merangsang sekresi progesteron dan estrogen korpus luteum – merangsang sel interstitium testes untuk menghasilkan testosteron

• Korpus luteum menyusut minggu 13-17• Plasenta membentuk estrogen/progesteron:12 minggu

Page 90: FISIOLOGI HORMON

• Estrogen plasenta– pembesaran uterus, mammae dan struktur saluran ASI– pembesaran genitalia eksterna. – relaksasi ligamen pelvis ibu

• Progesteron plasenta – merangsang sel-sel desidua untuk nutrisi embryo – mengurangi kontraktilitas uterus– meningkatkan sekresi tuba– mempersiapkan mammae untuk laktasi

• Hormon laktasi– estrogen: pertumbuhan sistim saluran ASI – progesteron: pertumbuhan sistim lobuli-alveoli. – prolaktin: produksi ASI, – oksitosin: pengeluaran ASI

Page 91: FISIOLOGI HORMON

Fungsi Komunikasi Hormon

• Endokrin– pembuluh darah

• Neurokrin– akson– pembuluh darah

• Parakrin– c. interstitium ke

sel-sel berbeda• Autokrin

– c. interstitium, ke sel-sel sejenis

Page 92: FISIOLOGI HORMON

Komunikasi antar Sel

a. gap junctionb. hubungan

langsung sementara

c. parakrind. neurotransmittere. sekresi hormonf. neurohormon

Page 93: FISIOLOGI HORMON

Kontrol Feedback

• Negatif:– untuk

pertahanan kadar

• Positif– untuk

peningkatan cepat menuju keseimbangan baru

KELENJAR TARGET

HORMON

PRODUKmenghambat

merangsangA

KELENJARTARGET

PRODUK

HORMONmerangsang

merangsangB

Page 94: FISIOLOGI HORMON
Page 95: FISIOLOGI HORMON
Page 96: FISIOLOGI HORMON
Page 97: FISIOLOGI HORMON

Kurve Sigmoid Efek Hormon

100%

50%Penurunan kesensitifan

Penurunan responsivitas

KADAR HORMON

RESPONS

Page 98: FISIOLOGI HORMON

Hipotalamus-Neurohipofisis

Page 99: FISIOLOGI HORMON

Hipotalamus-Adenohipofisis

Page 100: FISIOLOGI HORMON
Page 101: FISIOLOGI HORMON

ADH – Osmolalitas Urine

Page 102: FISIOLOGI HORMON

Adenohipofisis

Page 103: FISIOLOGI HORMON

• Rangsangan sekresi GHRH dan GH– Tidur dalam (2 jam awal):– Stress fisik– Nutrisi:

• hipoglikemia akut, • hipoproteinemia kronis

• Feedback negatif:– GH merangsang somatostatin

(penekan GH)– GH ditekan oleh somatomedin

(produk hati)

HIPOTALAMUS

Tidur Stress

ADENOHIPOFISIS

HATI ORGAN LAIN

Somatostatin GHRH

Somatomedin

GH

STIMULASIINHIBISI

Page 104: FISIOLOGI HORMON

Makan protein

Insulin

Somatomedin

GH

Sintesis protein Pertumbuhan

Penyimpanan kalori

Puasa

Insulin

Somatomedin

GH

Sintesis protein Pertumbuhan

Penyimpanan kalori

Makan karbohidrat

Insulin

GH

Somatomedin Penyimpanan kalori

Sintesis protein Pertumbuhan

Page 105: FISIOLOGI HORMON

GROWTH HORMONE

SOMATOMEDIN

Penangkapan Glukosa Pemecahan Lemak

JARINGAN ADIPOSUM

PERLEMAKAN

OTOT

Penangkapan Glukosa Penangkapan Asam Amino Sintesis Protein

LEAN BODY MASS

Penangkapan Asam Amino Sintesis Protein Sintesis RNA Sintesis DNA Jaringan kolagen Kondroitin Sulfat Jumlah dan Ukuran Sel

KONDROSIT

PERTUMBUHAN LINEAR

Sintesis Protein Sintesis RNA Sintesis DNA Jumlah dan Ukuran Sel

TULANG JANTUNG PARU-PARU GINJAL PANKREAS P. LANGERHANS USUS PARATIROID KULIT JARINGAN IKAT

UKURAN ORGAN FUNGSI ORGAN

Sintesis RNA Sintesis Protein Glukoneogenesis Somatomedin

HATI

Page 106: FISIOLOGI HORMON
Page 107: FISIOLOGI HORMON
Page 108: FISIOLOGI HORMON

• Insulin– pertama: isolasi, susunan dikenal, diproduksi– substrat dan, mekanisme feedback negatif:

Page 109: FISIOLOGI HORMON

Kurve sigmoid

Page 110: FISIOLOGI HORMON

Respons terhadap Glukosa• dalam dua fase

– naik 5 menit, turun dengan cepat, lalu naik perlahan

– teori: kompartemen labil, inhibisi sekresi, dan insulin baru

• respons thd oral > intravena– GIP dan glucagon-like peptide1– blok oleh somatostatin

• langerhans (endokrin)• kelenjar usus (eksokrin)

Page 111: FISIOLOGI HORMON

• Efek thd glukosa– diffusi terbantu (BM 180)

• pada otot dan adiposum• juga olahraga• (hati/otak permiabel)

– hati:• glikogenesis dan glikolisis• blok pembentukan glukosa

– otot• transport ke dalam sel• glikogenesis dan glikolisis

– adiposum• transport ke dalam sel• lipogenesis

Page 112: FISIOLOGI HORMON

HIPOTALAMUS

DOPAMIN ENDORFIN

ADENOHIPOFISIS

GONAD

TESTOSTERON / ESTRADIOL

STIMULASIINHIBISI

FSH

LHRH

ACTIVIN

INHIBIN

NOREPINEFRIN

LH

Page 113: FISIOLOGI HORMON

GIT

Cairan Ekstrasel 1000 mg

Tempat Penyimpanan Labil 4000 mg

Tulang 1000.000 mg

Diet 1000 mg

Feses 800 mg

350 mg

150 mg

500 mg

500 mg

Urine 200 mg

Calcium turnover

Page 114: FISIOLOGI HORMON
Page 115: FISIOLOGI HORMON

GIT

Cairan Ekstrasel 500 mg

Jaringan Lunak 100.000 mg

Tulang 600.000 mg

Diet 1000 mg

Feses 350 mg

650 mg 250 mg

250 mg

Urine 650 mg

Phosphates turnover

Page 116: FISIOLOGI HORMON
Page 117: FISIOLOGI HORMON
Page 118: FISIOLOGI HORMON

KALSIUM PLASMA

1,25-(OH)2-D3

1,25-(OH)2-D3

POSPAT PLASMA

KALSITONIN

POSPAT URIN

SEKRESI PTH

KALSIUM PLASMA

PENYERAPAN DI USUS PENYERAPAN DI TULANG

POSPAT GINJAL

POSPAT PLASMA

SEKRESI PTH

24,25-(OH)2-D3

Page 119: FISIOLOGI HORMON

1,25-(OH)2-D3

1,25-(OH)2-D3

KALSIUM PLASMA

POSPAT URIN POSPAT PLASMA

PENYERAPAN DI USUS

PENYERAPAN DI TULANG

POSPAT GINJAL

POSPAT PLASMA

24,25-(OH)2-D3

SEKRESI PTH

KALSIUM URIN

Page 120: FISIOLOGI HORMON

Penarikan Na di ginjal

[Na] plasma ↑

Penarikan air dari intersititum

Volume plasma ↑

Venous return ↑

Pembuangan Na di ginjal ↑

Filtrasi glomerulus ↑ (pressure natriuresis)

Tekanan darah ↑

Keseimbangan sodium

Page 121: FISIOLOGI HORMON

[Na] plasma ↓

Angiotensinogen

Angiotensin I

Tekanan darah

Angiotensin II

Angiotensin converting enzyme

(ACE)Hati

Nafsu garam

Sekresi aldosteron

Renin

[Na] ginjal ↓

Paru-paru

Kerjasama hormonal

Page 122: FISIOLOGI HORMON
Page 123: FISIOLOGI HORMON
Page 124: FISIOLOGI HORMON
Page 125: FISIOLOGI HORMON
Page 126: FISIOLOGI HORMON
Page 127: FISIOLOGI HORMON
Page 128: FISIOLOGI HORMON
Page 129: FISIOLOGI HORMON
Page 130: FISIOLOGI HORMON