Filsafat Pancasila - Onkologi Epistemologi Dan Aksiologi - KWN - FINAL

11
FILSAFAT PANCASILA (Onkologis, Epistemologis, dan Aksiologis Pancasila) MAKALAH Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan oleh Angga Bagas Samudra NIM. 145020307111048 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

description

Filsafat Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila, 3 Aspek, Onkologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Transcript of Filsafat Pancasila - Onkologi Epistemologi Dan Aksiologi - KWN - FINAL

FILSAFAT PANCASILA(Onkologis, Epistemologis, dan Aksiologis Pancasila)

MAKALAH

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan

olehAngga Bagas Samudra NIM. 145020307111048

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas BrawijayaMalang2015

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila, kita perlu memperdalam pemahaman mengenai Pancasila dari berbagai sudut pandang kajian. Kajian utama Pancasila disini merupakan bagian dari Pancasila sebagai suatu filsafat. Dalam filsafat pancasila, kita dituntut untuk mempelajari pancasila dari kajian ontologis, epistemologis, dan aksiologis pancasila. Dalam tulisan ini saya akan mencoba menggali bagaimana pancasila bila dibedah menurut sisi kajian antologis, epistemologis, dan aksiologis dengan fokus bahasan bersumber dari teori dan pemahaman Notonagoro.

1.2Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah mengenai kajian pancasila dari berbagai sudut pandang yaitu kajian ontologis, epistemolgi, dan aksiologi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembahasan pada makalah difokuskan membahas pemahaman filsafat Pancasila menurut Notonagoro

1.3TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui inti atau pokok kajian ontologis, epistemologi, dan aksiologi pancasila serta pengaruhnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.4ManfaatManfaat dari pembuatan makalah yang berjudul tentang kajian antologis, epistemologi, dan aksiologi pancasila adalah sebagai sumber referensi khasanah keilmuwan dan pemahaman kita sebagai warga negara tentang ideologi dasar negara kita.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat PancasilaPancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan budaya bangsa Indonesia, dengan tujuan untuk mendapatkan intisari pengertian yang mendasar dan menyeluruh. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro, 1971)

2.2Kajian OntologisSecara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila memiliki satu kesatuan dasar ontologis (setiap sila bukan merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri).Menurut Notonagoro, hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, karena Pancasila merupakan subyek hukum pokok sila-sila Pancasila. Maksudnya pada hakikatnya manusia memiliki hakikat monopluralis sebagai dasar ontologis Pancasila. Monoprulis disini artinya manusia menggabungkan 1 kesatuan yang berbeda-beda.Notonagoro mengungkapkan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri dari susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sebagai makhluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi (pemimpin dunia) dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2.3 Kajian EpistemologisKajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Epistemologis merupakan bidang filsafat yang membahashakikat ilmu pengetahuan. Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologinya. Maka dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya yaitu tentang hakikat manusia.Epistemologi Pancasila artinya Pancasila dikaji dari sumber, metode, dan validitasnya. Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut seperti adat, tradisi, kebudayaan masyarakat Indonesia, dan kebudayaan luar yang dimodifikasi. Pengetahuan Pancasila juga melibatkan pengalaman, rasio, imajinasi, dan bahkan rasa. Validitas Pancasila sebagai ilmu pengetahuan berdasarkan pembedahan dari setiap sila dapat dikategorikan pada unsur Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan, dan Keadilan. Ke-5 sila tersebut memiliki bukti historis terkait dalam upaya membuktikan bahwa Pancasila adalah valid sebagai ilmu pengetahuan.Hakikat manusia monopluralis merupakan dasar pijak epistemologi pancasila. Hakikat manusia monopluralis adalah hakikat manusia yang memiliki unsur-unsur pokok yaitu susunan kodrat yang terdiri atas raga (jasmani) dan jiwa (rohani). Menurut notonagoro, pengetahuan dan akal manusia merupakan sumber daya cipta manusia dan dalam kaitannya dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar terdapat tingkat-tingkat pemikiran yang kritis dan kreatif (Notonagoro, 1971).

2.4 Kajian AksiologiKajian aksiologi filsafat Pancasila membahas tentang nilai praksisi atau manfaat suatu pengetahuantentang Pancasila. Sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologis Pancasilamembahas tentang filsafat nilai Pancasila. Nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang diartikan sebagai keberhargaan(worth)atau kebaikan(goodnes),Notonagoro merinci tentang adanya nilai yang bersifat material dan nonmaterial. Manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda, tergantung pada pandangan hidup dan filsafat masing-masing. Ada yang berorientasi pada nilai material dan ada yang berorientasi pada nilai nonmaterial. Nilai material relatif lebih mudah diukur menggunakan pancaindra ataupun alat pengukur. Nilai yang bersifat nonmaterial (rohaniah) lebih sulit untuk diukur, namun dapat dilakukan dengan hati nurani manusia sebagai alat ukur yang dibantu oleh cipta, rasa, dan keyakinan manusia (Kaelan, 2012).Menurut Notonagoro, nilai-nilai pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis seperti nilai material, vital, kebenaran, keindahan atau estetis, kebaikan atau moral, ataupun kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematis-hierarkis dimana sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis semua sila Pancasila.Secara aksiologis bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai pancasila. Bangsa Indonesia merupakanbangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan, berkesatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Sebagai pandukung nilai bangsa Indonesia yang telah menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai suatu yang bernilai akan dapat diimplementasikan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia Indonesia.

BAB 3KESIMPULAN

Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis yang membedakan pancasila dengan sistem filsafat lainnya. Dasar ontologis yaitu bidang filsafat yang membahas tentang hakikat keberadaan sesuatu dan mencari hakikat mengapa sesuatu itu ada. Menurut Notonagoro, hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, karena Pancasila merupakan subyek hukum pokok sila-sila Pancasila.Dasar epistimologis dalam arti pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat pancasila. Epitemologis yaitu bidang filsafat yang membahas tentang hakikat ilmu pengetahuan. Epistemologi Pancasila artinya Pancasila dikaji dari sumber, metode, dan validitasnya. Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Hakikat manusia monopluralis merupakan dasar pijak epistemologi pancasila.Dasar aksiologis merupakan pandangan tentang nilai dan pandangan pancasila secara hierarki yang merupakan suatu kesatuan. Secara aksiologis bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai pancasila. Bangsa Indonesia merupakanbangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan, berkesatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, dan Achmad Zubaidi. 2012, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Paradigma : YogyakartaNotonagoro. 1971.Pengertian Dasar Bagi Implementasi Pancasila Untuk ABRI. Jakarta : Departemen Pertahanan dan Keamanan.http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-lainnya/pancasila-sebagai-falsafah-bangsa