FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

18
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58 e-ISSN. 2685-8509 (Online); p-ISSN. 2685-5453 Homepage: https://alisyraq.pabki.org/index.php/alisyraq/ 41 FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ASPEK ILMIAH DAN ILAHIAH THE PHILOSOPHY OF ISLAMIC GUIDANCE AND COUNSELING: INTEGRATION OF NATURAL AND DIVINE ASPECTS Mohamad Thohir 1* 1 Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia *E-mail: [email protected] Abstract This study aims to present a more complete understanding of science philosophy of Islamic Guidance and Counseling by examining it from a philosophical point of view so that it deserves to be called an independent science. Islamic guidance and counseling as an independent science will be able to know what the object of study is, it can be verified, can be traced to the source and method of obtaining it, as well as visible ethics, aesthetics and benefits. This study seeks to find out the paradigm of science of BKI in Islamic Religious Higher Education (PTKI), more precisely the BKI Study Program which is under the auspices of the Da'wah Faculty at UIN, IAIN and STAIN and to see its position beside the BK Study Program at non-PTKI universities. This paper is the result of library research which explores data on the science of BKI from various sources, ranging from books, articles, journals and online media. The results of the study show that there are different paradigms in viewing the science of guidance and counseling between western scientists and Islam, where the truth of science in the west is determined by ratio and senses, while Islam rests its truth on revelation (Al-Qur'an and Hadith), which is also does not leave the findings of the ratio and senses.. Keywords: Philoshopy; Guidance and Counseling; Islamic Guidance and Counseling. Abstrak Kajian ini bertujuan untuk menyajikan pemahaman yang lebih utuh tentang filsafat ilmu bimbingan dan konseling Islam dengan mengkaji ilmu BKI tersebut dari sudut pandang filsafat sehingga layak disebut ilmu yang berdiri sendiri. Bimbingan dan konseling Islam sebagai sebuah ilmu yang mandiri akan dapat diketahui apa objek kajiannya, dapat dibuktikan kebenarannya, dapat ditelusuri sumber dan metode pemerolehannya, serta terlihat etika, estetika dan manfaatnya. Kajian ini berusaha mengetahui paradigma ilmu BKI di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), lebih tepatnya Program Studi BKI yang berada dalam naungan Fakultas Dakwah di UIN, IAIN dan STAIN serta melihat posisinya di samping Program Studi BK di Perguruan Tinggi non-

Transcript of FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Page 1: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

e-ISSN. 2685-8509 (Online); p-ISSN. 2685-5453

Homepage: https://alisyraq.pabki.org/index.php/alisyraq/

41

FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM:

INTEGRASI ASPEK ILMIAH DAN ILAHIAH

THE PHILOSOPHY OF ISLAMIC GUIDANCE AND COUNSELING:

INTEGRATION OF NATURAL AND DIVINE ASPECTS

Mohamad Thohir1*

1 Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

*E-mail: [email protected]

Abstract

This study aims to present a more complete understanding of science philosophy of Islamic Guidance and Counseling by examining it from a philosophical point of view so that it deserves to be called an independent science. Islamic guidance and counseling as

an independent science will be able to know what the object of study is, it can be verified, can be traced to the source and method of obtaining it, as well as visible ethics, aesthetics and benefits. This study seeks to find out the paradigm of science of BKI in Islamic Religious Higher Education (PTKI), more precisely the BKI Study Program which is

under the auspices of the Da'wah Faculty at UIN, IAIN and STAIN and to see its position beside the BK Study Program at non-PTKI universities. This paper is the result of library research which explores data on the science of BKI from various sources, ranging from books, articles, journals and online media. The results of the study show that there are different paradigms in viewing the science of guidance and counseling

between western scientists and Islam, where the truth of science in the west is determined by ratio and senses, while Islam rests its truth on revelation (Al-Qur'an and Hadith), which is also does not leave the findings of the ratio and senses..

Keywords: Philoshopy; Guidance and Counseling; Islamic Guidance and Counseling.

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk menyajikan pemahaman yang lebih utuh tentang

filsafat ilmu bimbingan dan konseling Islam dengan mengkaji ilmu BKI tersebut dari sudut pandang filsafat sehingga layak disebut ilmu yang berdiri

sendiri. Bimbingan dan konseling Islam sebagai sebuah ilmu yang mandiri akan dapat diketahui apa objek kajiannya, dapat dibuktikan kebenarannya, dapat ditelusuri sumber dan metode pemerolehannya, serta terlihat etika,

estetika dan manfaatnya. Kajian ini berusaha mengetahui paradigma ilmu BKI di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), lebih tepatnya Program Studi

BKI yang berada dalam naungan Fakultas Dakwah di UIN, IAIN dan STAIN serta melihat posisinya di samping Program Studi BK di Perguruan Tinggi non-

Page 2: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

42

PTKI. Tulisan ini merupakan hasil penelitian kepustakaan yang menggali data-

data tentang ilmu BKI dari berbagai sumber pustaka mulai dari buku, website, artikel, dan jurnal. Hasil kajian menunjukkan bahwa ada perbedaan paradigma

dalam memandang ilmu bimbingan dan konseling antara ilmuwan dunia Barat dan Islam, dimana kebenaran ilmu di Barat ditentukan oleh indera dan rasio, sedangkan Islam menyandarkan kebenarannya pada wahyu (Al-Qur’an, dan

Hadist), yang juga tidak meninggalkan hasil temuan rasio dan indera.

Kata Kunci: Filsafat; Bimbingan dan Konseling, Bimbingan dan Konseling Islam.

Pendahuluan

Mengkaji bimbingan dan konseling (BK) dalam konteks Indonesia

merupakan salah satu hal yang menarik, karena secara realita telah berkembang

jurusan/ program studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI), Bimbingan dan

Penyuluhan Islam (BPI) di PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam), dan

Bimbingan dan Konseling Pendidikan di perguruan tinggi umum. Ilmu BK di

perguruan tinggi umum lahir sebagai salah satu hasil konferensi pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(IKIP) Malang tanggal 20-24 Agustus 1960. Pada tahun 1964, berdiri jurusan

Bimbingan Penyuluhan di bawah fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang dan IKIP

Bandung. Sejak lahir hingga sekarang BK di PT Umum mengarahkan layanannya di

ranah pendidikan (Yusuf & Nurihsan, 2010). Sedangkan BKI dan Bimbingan

Penyuluhan Islam (BPI) di PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam), misal di

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, telah berkembang sejak tahun 1983 (Uinsuka,

2020) dan di UIN Sunan Ampel Surabaya sejak tahun 1984 (Thohir, 2020).

Keduanya berada di bawah Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan sebutan awal

Bimbingan dan Penyuluhan Masyarakat (BPM). Sejak tahun 70-an hingga tahun

2016 berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 33 Tahun 2016,

Kementerian Agama yang membawahi PTKI mengatur bahwa BKI dan BPI berada

di Fakultas Dakwah (PMA, 2016). Baru pada tahun 2017, sesuai PMA No. 38 Tahun

2017, terdapat Program Studi BKI dan BPI di Fakultas Dakwah dan Program Studi

BKPI (BK Pendidikan Islam) di fakultas Tarbiyah (PMA, 2017).

Pertanyaan yang sering mengemuka, apakah BKI/ BPI yang berkembang di

PTKI di Indonesia layak disebut sebagai ilmu BK yang berdiri sendiri ataukah

Page 3: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

43

sekedar ilmu BK yang diberi label Islam. Filsafat ilmu BKI dalam konteks ini

mencoba menguraikan posisi BKI di tengah ilmu lain, khususnya ilmu BK dan

mendudukkan posisi antara kajian BK di ranah kajian pendidikan saja ataukah juga

ada dalam lingkup sosial. Hal ini memerlukan kajian filsafat tentang ilmu BK

tersebut.

Filsafat adalah upaya manusia untuk berfikir tentang alam, manusia dan

hubungannyadengan alam semesta, tentang hidup dan makna kehidupan

(Hanurawan, 2012) yang dilakukan secara komprehensif, merangkum, spekulatif

rasional, dan mendalam sampai ke akarnya, sehingga diperoleh inti hakiki dari objek

yang dipelajari (Hanurawan, 2014). Kata kunci filsafat adalah proses berfikir,

membangun konsep melalui berfikir, dan refleksi (berfikir di balik sesuatu yang tidak

dapat disentuh manusia (Drees, 2003). Filsafat bertugas membangun teori dan

sekaligus memeriksa secara kritis kebenaran sebuah teori. Teori yang dihasilkan oleh

filsafat menjadi landasan bagi keyakinan dan tindakan manusia; sedangkan

pemeriksaan secara kritis dilakukan untuk menyempurnakan teori (Gie, 1997).

Kajian filsafat meliputi ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi adalah

proses berfikir mendalam tentang hakikat sesuatu, membangun spekulasi tentang apa

yang tampak dan tersembunyi/metafisika, misal alam, bahan dasar dan hukum

kausalitas, waktu dan kebenaran (Mumford, 2008). Epistemologi mengkaji tentang

apa itu pengetahuan dan bagaimana memperolehnya (Nasution, 1973), atau proses

penyelidikan dan pemeriksaan sesuatu hingga dapat diketahui kebenarannya

(Jalaluddin, 2014). Aksiologi adalah kajian tentang baik dan buruk, nilai, estetika,

etika dan moral (Lacey, 1996) sebagai pijakan seorang filosof untuk melakukan yang

baik, memilih yang indah, dan membicarakan nilai dan manfaat sesuatu. Dalam

proses perkembangannya, filsafat mengkaji banyak hal mulai dari Tuhan, manusia,

alam, agama dan ilmu. Filsafat yang mengkaji ilmu kemudian dikenal dengan filsafat

ilmu.

Filsafat ilmu merupakan salah satu bidang kajian dalam filsafat yang fokus

pada pondasi, metode dan dampak sebuah ilmu. Kajian ini mempertanyakan ”kapan

ilmu dinyatakan layak sebagai sebuah ilmu?”, apakah teori-teori yang dikembangkan

oleh sebuah ilmu sudah reliabel, dan apa manfaat utama ilmu tersebut (Wikipedia,

2020). Pertanyaan-pertanyaan ini penting dijawab untuk membedakan antara ilmu

Page 4: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

44

satu dengan lainnya. Filsafat Ilmu BKI berarti mengkaji secara mendalam ilmu BKI

dari aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi untuk memastikan keabsahan BKI

sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Metode Penelitian

Kajian tentang filsafat ilmu bimbingan dan konseling Islam ini menggunakan

metode penelitian kepustakaan yang melibatkan kegiatan identifikasi dan

penempatan informasi yang relevan, menganalisis temuan-temuan, dilanjutkan

dengan mengembangkan dan mengekspresikan ide-ide dalam laporan penelitian

berkaitan dengan tema yang diteliti berdasarkan bahan bacaan. Kegiatan terbesar

dalam seluruh proses penelitian ini adalah membaca sumber bacaan tentang teori

dan konsep dalam buku-buku teks, ensiklopedia, monograf, jurnal, dan artikel

penelitian. Kriteria sumber bacaan harus mutakhir dan relevan, kecuali untuk

penelitian historis, penggunaan sumber bacaan yang yang sudah lama malah lebih

mutakhir (Suryabrata, 1995).

Penelitian kepustakaan bidang bimbingan dan konseling ini bersumber dari

beberapa artikel hasil review, artikel hasil penelitian, hasil pencarian online melalui

internet (termasuk video di youtube dan berita) dan kontak/ wawancara ahli yang

berkaitan dengan ilmu, filsafat ilmu, bimbingan dan konseling, serta bimbingan dan

konseling Islam (McLeod, 2003).

Hasil dan Pembahasan

Sejarah menunjukkan bahwa filsafat ilmu telah lahir sejak masa Yunani Kuno

abad ke-17, ketika pengetahuan berkembang pesat di negara-negara Barat. Pada era

ini ilmu dan filsafat berpecah dan berdiri sendiri (Kirom, 2011). Sebelumnya, ilmu

identik dengan filsafat atau ilmu dianggap sebagai bagian filsafat, sehingga pada

masa itu, sistem filsafat yang dianut dapat memengaruhi definisi sebuah ilmu

bergantung (Van Peursen, 1985). Filsafat ilmu memuat kajian tentang (1) fungsi dan

tujuan ilmu, (2) batasan ilmu, (3) proses penemuannya, (4) Eksplanasi, apa saja yang

dijelaskan oleh ilmu tersebut, dan (5) teori, hukum, model dan hipotesis, paradigma

dan tradisi penelitiannya (Machamer, 1992).

Page 5: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

45

Ilmu adalah suatu nama bagi usaha manusia untuk mampu memahami sifat-

sifat dasar berbagai hal dengan merumuskan hipotesis-hipotesis atau teori-teori

tentang sifat-sifat dasar dan kemudian mengujinya melalui pengamatan atau

percobaan untuk mengetahui apakah masih berlaku atau tidak. Sebuah ilmu

dikatakan ilmiah apabila: sikap, metode, tindakan, kesimpulan dan implikasinya

bersifat ilmiah (Bahm, 1985). Secara umum dunia barat menyatakan bahwa sebuah

Ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat: sistematis, objektif, rasional, general,

reliabel dan komunitas. Sistematis artinya fakta-fakta pentingnya disusun berurutan

atau teratur dan saling berkaitan. Objektif berarti menjelaskan apa adanya sesuai

dengan fenomena yang terjadi. Rasional, bersumber pada pemikiran rasio dan

mematuhi kaidah-kaidah logika. General, kualitas dan kebenaran ilmu pengetahuan

bersifat umum, yakni dapat diterapkan untuk fenomena yang sama tanpa terikat

ruang dan waktu. Reliabel, dapat diperiksa, diselidiki kembali atau diuji ulang

kebenarannya oleh masyarakat ilmiah. Komunitas, ada komunitas umum yang

dapat menerima kebenarannya (Gie, 1997).

Setiap ilmu memiliki 2 (dua) obyek kajian tertentu yang membedakannya

dengan ilmu lain, yakni obyek material dan formal. Obyek material merupakan

obyek yang dihadirkan dalam pemikiran atau penelitian, baik yang bersifat materi

(seperti benda-benda) maupun yang non-materi (seperti masalah, konsep, ide-ide).

Sementara, obyek formal berarti dari sudut pandang mana suatu obyek itu diselidiki

(Suhartono, 1997). Kajian manusia bisa terdapat pada beberapa ilmu pengetahuan.

Sebagai objek material, manusia sama-sama dikaji oleh biologi, psikologi,

komunikasi, agama dan bimbingan dan konseling. Namun obyek formalnya bisa

berbeda-beda, ada yang melihat aspek fisiknya saja, jiwanya, kemampuan

komunikasinya, pemahaman dan praktik agamanya, serta problema dan potensi

pengembangannya.

Obyek kajian ilmu BKI adalah manusia baik pada sisi biologis, pribadi, sosial,

dan religius (Farida & Saliyo, 2008), karena manusia merupakan ”homo religius,

makhluk beragama (Yusuf, 2005). Layanan BKI diarahkan untuk mempebaiki diri

dan lebih mendekatkan kepada Allah dan juga bertujuan mewujudkan manusia yang

sesuai dengan perkembangan unsur dirinya sebagai makhluk individu, sosial dan

makhluk yang berbudaya. Bimbingan dan konseling Islam membantu

Page 6: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

46

meyeimbangkan kehidupan duniawi dan ukhrowi dengan menggunakan landasan

konseptual ajaran Al Qur’an dan Sunnah. Ilmu BKI dalam operasionalnya

didasarkan pada ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, filsafat, dan pendidikan, serta

ilmu hukum (syariat) Islam (Faqih, 2001).

Ilmu dalam Pandangan Islam

Fenomena ilmu, Islam, dan islamisasi ilmu sudah cukup lama berkembang

sebagai reaksi terhadap perkembangan ilmu modern dan kesadaran tentang bahaya

dan dampak ”merusak” ilmu sekuler yang tidak sinergis dengan agama. Upaya

meminimalkan daya rusak tersebut adalah dengan islamisasi, yaitu mengadaptasi

dan mengasimilasi ilmu sekuler ke dalam nilai-nilai budaya dan religius Islam.

Islamisasi ilmu bukan melabeli ilmu dengan ayat al-Qur’an atau hadis, melainkan ia

bekerja pada tingkat epistemologis yang membahas status ontologis objek ilmu,

sistem klasifikasi ilmu serta metode ilmiah yang meliputi metode eksperimen (tajrȋbȋ),

demonstratif (burhânȋ) dan intuitif (‘irfânȋ) (Kartanegara, 2003).

Dalam dunia Islam, ada dua tokoh yang yang cukup getol menawarkan kajian

islamisasi ilmu secara berbeda, yakni Ziauddin Sardar dan Ismail Al-Faruqi. Sardar

berpandangan bahwa islamisasi ilmu seharusnya dimulai dari hal yang paling

mendasar, yaitu dengan membangun pandangan dunia (world view) Islam dan

paradigma Islam (Sardar, 2000). Sementara Al-Faruqi menyatakan bahwa islamisasi

ilmu dapat dilakukan dengan melakukan sintesis antara Islam dan ilmu pengetahuan

modern. Integrasi ilmu dan islam kemudian melahirkan ilmu ekonomi Islam,

psikologi islami, dan bimbingan konseling Islam (Ancok, 1994).

Ilmu dalam pandangan Islam dibagi menjadi dua, yakni ilmu ilahi dan insani.

Ilmu ilahi merupakan ilmu yang diberikan Allah swt., dan ilmu insani dicapai

manusia melalui usaha akal pikiran, berasal dari pengalaman hidup, indera jasmani,

perhatian, penyelidikan, dan pengkajian (Al-Attas, 1989). Oleh karena itu sumber

kebenaran ilmu dalam Islam terbagi menjadi dua, pertama sumber sumber Ilahi,

berupa wahyu atau berita yang benar, yakni al-Qur’an dan al-Sunah serta intuisi

(ilham); kedua sumber insani yang terdiri dari akal pikiran dan panca indera (Rusuli

& Daud, 2015). Pandangan ini memberikan pengaruh yang besar terhadap

Page 7: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

47

pengembangan ilmu BKI di Indonesia, sehingga fungsi dan tujuan ilmu BKI,

batasannya, teori, hukum, model dan hipotesis, paradigma dan tradisi penelitiannya

selalu terkait dengan wahyu dan merupakan sintesis antara kajian BK modern

(umum) dan ajaran agama Islam.

Ilmu Bimbingan dan Konseling Islam

Mengkaji ilmu bimbingan dan konseling Islam (BKI) dapat diurai dalam

lingkup: (1) pengertian, (2) tujuan, (3) metodologi dalam kegiatan keilmuannya, (4)

penggolongan Ilmunya, (5) pengembangan teori, model, dan paradigmanya, (6)

hubungannya dengan kesejahteraan manusia, dan (7) aliran-aliran filsafat ilmu pada

Ilmu BKI tersebut (Hanurawan, 2012). Jika menggunakan pandangan filsafat, maka

kajian ilmu BKI dapat diarahkan pada 4 hal, yakni (1) metafisika/realitas yang

berhubungan dengan keberadaan ilmu BKI, (2) metode pencapaian pengetahuan

ilmu BKI, (3) etika dan moralitas dalam penerapan BKI, dan (4) estetika/keindahan

ilmu BKI.

Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu, agar

mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan Konseling Islami

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu, agar menyadari kembali akan

eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya selaras dengan ketentuan dan

petunjuk Allah dalam All Qur’an dan Hadits, sehingga dapat mencapai kebahagiaan

di dunia dan di akhirat (Musnamar, 1992). Kata kuncinya, bimbingan diberikan

untuk mendorong kehidupan selaras dengan ketentuan Allah, sedangkan konseling

Islam diberikan untuk mengembalikan individu yang ”keluar jalur” untuk kembali

kepada arah yang benar.

Bimbingan dan konseling Islam adalah kegiatan seseorang dalam membantu

orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam hidupnya, agar

mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri

terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada dirinya suatu

cahaya harapan, kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depan (I. S. Farid,

2007). Bimbingan dan konseling Islam juga berarti layanan BK religius yang

Page 8: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

48

diberikan kepada konseli agar mampu memahami dirinya, mengarahkan dan

merealisasikan diri sesuai potensi yang dimiliki dengan tetap berpegang pada nilia-

nilai religius (Hasyim & Mulyono, 2010).

Beberapa ciri dan keyakinan mendasar pada bimbingan dan konseling Islam,

antara lain: (1) Berparadigma pada wahyu (Al Qur’an) dan keteladanan para Rasul

serta ulama; (2) layanan BKI hukumnya wajib dan bahkan merupakan bentuk

ibadah; (3) konselor dalam kehidupannya tidak boleh menyimpang dari wahyu,

karena dapat berakibat fatal bagi dirinya dan konseli; (4) sistem konseling Islam

dimulai dari arahan kepada kesadaran nurani dan membaca ayat-ayat Allah; dan (5)

Konselor Islam melakukan proses konseling selalu mengharap (merasa di bawah)

bimbingan Allah (Adz-Dzaky, 2000).

Tujuan umum layanan BKI adalah mewujudkan individu sebagai manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2001).

Tujuan khusus layanan BKI (Adz-Dzaky, 2000) adalah untuk menghasilkan: (1)

perubahan dan perbaikan kesehatan/kebersihan jiwa dan mental (menjadi damai

(muthmainah), rela (radhiyah) dan mendapat pencerahan dari tuhan (mardhiyah)); (2)

perubahan dan perbaikan kesopanan tingkah laku yang bermanfaat bagi diri,

keluarga, masyarakat dan alam; (3) kecerdasan emosi untuk mengembangkan rasa

toleransi, dan rasa kasih sayang; (4) kecerdasan spiritual untuk mengembangkan rasa

ingin menaati Tuhan, tulus mematuhi perintah-Nya, serta tabah menerima ujuian-

Nya; (5) potensi ilahiah untuk melakukan tugas sebagai khalifah dengan baik,

menanggulangi persoalan hidup dan memberi manfaat dan keselamatan bagi

kehidupan sekitar.

Posisi Filsafat Ilmu Bimbingan dan Konseling Islam dalam Penggolongan Filsafat

Ilmu

Kegiatan bimbingan dan konseling dalam sejarah hidup manusia sebenarnya

telah dimulai pada peristiwa Nabi Adam yang mendapatkan konsekuensi akibat

makan buah terlarang di taman Firdaus. Adam kemudian belajar melakukan refleksi

diri dan memperbaiki perilakunya (Gibson & Mitchel, 1981). Dalam konteks

Indonesia, pada masa lalu, praktik bimbingan dan konseling secara primitif

Page 9: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

49

sebenarnya telah berjalan dalam berbagai bentuk, seperti masyarakat yang pergi ke

dukun, tabib, kepala suku, kyai, peramal untuk mendapatkan solusi atas problema

hidup, untuk mendapatkan ketenangan batin, dan untuk memprediksi kesuksesan di

masa depan (All Habsy, 2017).

Ilmu dapat dikategorikan ke dalam ilmu murni (pure science) dan ilmu terapan

(applied science). Ilmu murni bertujuan meneliti, menemukan, dan memertinggi mutu

teori (science shake for the science). Bagi mereka, ilmu dikembangkan demi ilmu.

Sedangkan ilmu terapan adalah pemanfaatan teori yang dihasilkan oleh ilmu murni

(Krech, Ballachey, & Crutchfield, 1962). Ilmu bimbingan dan konseling berpijak dan

dikembangkan dari disiplin-disiplin ilmu dasar, yakni psikologi, antropologi sosial,

dan sosiologi (Wilkins, William & Perlmutter, 1960). Kontribusi ilmu psikologi

meliputi teori dan proses konseling, pertumbuhan dan perkembangan manusia,

asesmen standar, teknik konseling individu dan kelompok, dan pengembangan karir

serta teori-teori pengambilan keputusan (Gibson & Mitchel, 1981). Sosiologi

berkontribusi dalam memahami kedudukan individu dalam konteks bimbingan dan

konseling, dalam lembaga sosial seperti keluarga dan masyarakat. Antropologi

berkontribusi dalam memahami suasana bimbingan dan konseling terkait variabel

budaya.

Adapun bimbingan dan konseling Islam merupakan ilmu terapan yang

memanfaatkan 2 hasil kajian, yakni (1) hasil kajian ”ilmiah” yang bersumber dari

indera dan rasio, yakni ilmu filsafat, psikologi, komunikasi, antrolopogi, dan

sosiologi, dan (2) hasil kajian ”ilahiah” yang bersumber dari Tuhan dalam Al Qur’an,

Hadits dan ilham (intuisi) para ilmuan Islam yang secara operasional berwujud ilmu

syariat (fiqh) / hukum islam (Faqih, 2001), ilmu Tafsir Al Qur’an, Ilmu Hadits, ilmu

Aqidah, dan Akhlak.

Metode Ilmu Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam tradisi Islam berkembang 3 (tiga) pola pikir epistemologi keilmuan

Islam yang dikenal dengan istilah nalar islam Bayani, Irfani dan Burhani yang

dikembangkan oleh Muhammad Abid Al Jabiri melalui proyek ”Kritik Nalar

Arab”nya. Ia yang telah belajar dan mendapat pengalaman ilmu di Barat hendak

Page 10: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

50

mendekonstruksi tradisi keilmuan Islam yang dianggapnya masih berhenti di tempat.

Tiga nalar ini memberi pengaruh besar terhadap metode penemuan kebenaran dan

penelitian dalam dunia Islam termasuk dalam bidang bimbingan dan konseling Islam

(Al-Jabiri, 2003).

Nalar Bayani meletakkan realitas wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah), ijma’

(konsensus ilmuan islam), dan qiyas (analogi dalam agama) sebagai acuan dan

sumber dasar dalam pemerolehan pengetahuan. Pemeliharaan nash (teks agama) dan

hegemoni nash dalam aktivitas intelektual dengan menggunakan strategi istinbath

(penyimpulan), qiyas (analogi) dan istidlal (pencocokan dalil agama) melalui aplikasi

ilmu nahwu, balaghah, fiqh dan kalam, merupakan ciri dalam nalar bayani. Nalar

irfani lebih mendasarkan pengetahuan pada pengalaman langsung, rasa, ilham, dan

intuisi. Para sufi yang menjalani laku hidup sederhana, mengasingkan diri, menjalin

keterhubungan dengan Tuhan, memberikan nasehat dari ”ilham” yang didapatkan

merupakan bentuk implementasi nalar irfani. Nalar burhani bertumpu kemampuan

intelektual (rasio), indera dan pengalaman manusia. Kebenaran pengetahuan harus

sesuai dengan kenyataan yang ditangkap oleh indera dan juga dapat diterima oleh

akal sehat (Widodo & Ardi, 2007).

Ada perbedaan paradigma dan objek kajian antara bimbingan dan konseling

Islam (BKI) dengan bimbingan dan konseling (BK) yang lahir di negara barat.

Bandingkan, misalnya definisi yang dikembangkan oleh masing-masing BKI dan

BK. Dalam buku-buku rujukan BK, dikemukakan bahwa bimbingan adalah proses

membantu seseorang dalam menentukan pilihan penting yang memengaruhi

hidupnya (Gladding, 2012), dengan memberi pemahaman, pengelolaan, dan fokus

pada pengembangan melalui kombinasi beberapa layanan, termasuk di dalamnya

layanan konseling (Dorcas, 2015), sebagai inti layanannya (the heart of guidance)

karena lebih langsung bersentuhan dengan masalah individu (Blocher, 1974).

Adapun konseling dimaknasi sebagai penanganan masalah individu untuk

mengubah perilaku, mengklarifikasi sikap, ide dan tujuannya untuk memecahkan

masalah dan untuk meningkatkan pemahaman diri seseorang dalam bidang

pendidikan, sosial, emosional, fisik, kejuruan dan kebutuhan moral (All Habsy,

2017).

Page 11: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

51

Dengan uraian bahasa yang lebih utuh, ACA (The American Counseling

Association) mendefinisikan konseling sebagai upaya penerapan prinsip-prinsip

kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi

kognitif, afektif, perilaku, atau secara sistemik, dan strategi yang mencanangkan

kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, atau perkembangan karir, dan juga patologi

(Gladding, 2012). Kata kunci layanan bimbingan dan konseling terletak pada proses

memfasilitasi perkembangan individu dalam lingkungannya melalui interaksi secara

sehat antara individu dengan lingkungan (Blocher, 1974).

Definisi BK tersebut di atas berhenti pada aspek masalah dan potensi manusia

saat ini dalam kehidupan dunia saja, belum menyentuh manusia manusia dari aspek

fitrahnya. Setiap manusia telah dilengkapi fitrah jasmani, rohani, nafs dan fitrah

”beragama” (beriman) kepada Allah dan tunduk kepadaNya (Sutoyo, 2013).

Layanan BKI diselenggarakan untuk menyentuh aspek yang lebih dari BK, yakni

aspek agama yang mengurusi masalah batin dan ruh yang tidak kasat mata, ibadah

dan ketaatan kepada Tuhan, dan tentang akhirat, sebuah kehidupan abadi setelah

kematian yang memerlukan bekal kebaikan dalam hidup sesuai dengan ridhoNya.

Oleh karena itu, dalam paradigma BKI, individu bermasalah tidak hanya

dikaitkan dengan ketidakmampuannya memahami diri dan beradaptasi dengan

lingkungan serta tidak optimalnya potensi diri saja, namun juga dikaitkan dengan

aspek fitrah beragamanya, yakni keyakinannya, ibadahnya, dan perilaku atau

akhlaknya terhadap diri, orang lain dan alam sekitarnya. Oleh karena itu, layanan

BKI ditujukan untuk menjaga agar fitrah individu bisa berkembang dan berfungsi

dengan baik menuju pribadi kaffah (Sutoyo, 2013) yakni sebagai abdullah yang

mematuhi hukum-hukum Allah, dan sekaligus khalifah, yang mampu mengelola

kehidupan demi kesejahteraan umat manusia. Tujuan akhirnya adalah individu yang

(1) mukminin, punya iman yang benar dan kukuh, (2) muttaqin, mematuhi perinyah

dan menjauhi larangan Allah, dan (3) mutawakkilin, menyerahkan segala hasil

usahannya kepada Allah, (4) mukhlisin, segala tindakannya diniatkan hanya untuk

mencari ridha Allah (A. Farid, 2015).

Berkaitan dengan pandangan tentang kebenaran dan sumber kebenaran, BKI

menempatkan wahyu (Al-Qur’an dan hadits) sebagai sumber kebenaran pertama,

Page 12: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

52

utama dan mutlak selain ”dan bahkan di atas” rasio dan indera (Sutoyo, 2015).

Kebenaran yang dihasilkan oleh indera dan rasio jika bertentangan dengan wahyu

akan ditolak. Sedangkan kebenaran wahyu meskipun belum dapat diindera dan

belum dapat dipahami oleh rasio sksn diterima dan diikuti, karena kebenaran (ilmu)

Tuhan diyakini lebih luas dan lebih benar dibanding kebenaran ilmu manusia yang

terbatas.

Paradigma BKI yang menempatkan Tuhan dan wahyu pada posisi di atas

(lebih utama) ini kemudian memberi dampak signifikan pada teori dan praksis

layanan BKI. Layanan-layanan bantuan masalah dan pengembangan diri konseli

banyak didasarkan pada Al Qur’an, do’a-doa, ibadah-ibadah dan nasihat-nasihat

ulama sufi. Oleh karena itu, dalam dunia islam berkembang bentuk-bentuk terapi

berbasis wahyu, seperti terapi wudhu’ terapi sholat, terapi dzikir, terapi sedekah,

terapi puasa dan terapi lain yang bersifat transenden dapat diterima dengan baik

dalam dunia Bimbingan dan Konseling Islam. Terapi-terapi islam semacam ini tentu

tidak mudah diterima di kalangan BK umum yang mendasarkan proses konselingnya

pada kekuatan (1) di luar manusia, seperti pikiran bawah sadar, pengalaman masa

lalu, pengaruh lingkungan, dan (2) dalam diri manusia seperti motivasi, nilai dan

makna hidup serta pikiran.

Uraian di atas menggambarkan bahwa ilmu bimbingan dan konseling Islam

merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ”ilmiah” dan ”ilahiah”

dalam melahirkan berbagai teori dan praksisnya. Subjek kajian utamanya adalah

manusia, hakekat, aktivitas, dan komunikasinya dengan sekitar yang berdimensi

nilai filosofis, psikologis, sosiologis, antropologis, dan religious. Secara skematis,

posisi ilmu bimbingan dan konseling Islam di tengah ilmu-iilmu yang lain dapat

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 memberikan pemahaman bahwa layanan BKI mengambil manfaat

besar dari hasil kajian ilmu filsafat, psikologi, komunikasi, antroloogi, dan sosiologi

di satu sisi. Namun, juga bersandar kuat pada kajian agama yang bersumber dari

wahyu yang tertuang dalam Al Qur’an dan Hadits yang secara operasional

dikembangkan dalam ilmu fiqh, ilmu aqidah/kalam, ilmu akhlak, ilmu tafsir dan

hadits pada sisi yang lain.

Page 13: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

53

Gambar 1. Posisi Ilmu Bimbingan dan Konseling Islam di Tengah Ilmu-ilmu

Lainnya

Paradigma dan gambaran posisi ilmu BKI tersebut telah menjadi dasar dan

sumber pemikiran yang mempengaruhi pengembangan BKI di PTKI. Program Studi

BKI dengan itu pasti berbeda dengan BK di PT umum. Kalau kemudian ada

ungkapan yang mengatakan bahwa BKI itu bukan BK, maka bisa dibenarkan karena

pijakan dan tujuannya tidak sama persis. Namun jika ada yang menyebut

keberadaan BKI tidak sah, maka perlu ditanya balik, tidak sah menurut apa dan

siapa. Jika BK di PT umum memakai paradigmanya untuk menilai BKI di PTKI,

tentu akan menemukan ketidakcocokan, dan kemudian BKI dianggap bukan BK

seperti mereka. Sebaliknya, jika BKI menggunakan paradigmanya untuk menilai

BK, maka akan menemukan sesuatu yang hilang.

Memang dalam realitasnya, banyak dosen program studi dan jurusan BKI

lahir/ lulusan dari BK di PT umum yang sedikit banyak mengenal filsafat ilmu BK

saja dan tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang filsafat ilmu BKI. Hal

ini kemudian melahirkan perdebatan di kalangan BKI sendiri, tentang apakah BKI

diarahkan pada pendidikan atau sosial, padahal berada di lingkungan fakultas

Page 14: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

54

Dakwah (ilmu sosial). Hingga saat ini, program pascasarjana program studi BKI

belum tersedia secara memadai. Begitu pula, kurikulum pada program studi BKI juga

banyak yang bercampur dengan BK pendidikan sebagai warisan studi di BK pada

PT umum. Belum lagi persoalan rebutan ”lahan pekerjaan” yang saling mengklaim,

dimana BK mengharapkan bisa memberikan layanan di sekolah dimana BKI tidak

diperkenankan karena seharusnya di lembaga lain yang bergerak di bidang sosial.

Simpulan

Membahas bimbingan dan konseling Islam (BKI) sebagai ilmu dalam kajian

filsafat memerlukan energi yang tidak ringan. Persoalan pengertian ilmu BKI,

tujuan, dan metode pemerolehan kebenaran masih memerlukan perjalanan yang

panjang menuju kemapanan paradigma. Sebagai sebuah ilmu terapan, yang lahir dan

berada di tengah kemapanan dan kedewasaan BK yang fokus pada layana

pendidikan, BKI pada PTKI perlu terus bergerak, berbenah dan berubah bersama

dengan perkembangan ilmu ”ilmiah” dan ”ilahiah” yang menjadi landasannya.

Pertentangan dan dinamika yang muncul antara BK pada PT umum dan BKI

pada PTKI tidak dapat dielakkan karena perbedaan paradigma secara filosofis.

Selain itu, persoalan yang masih terus terjadi adalah masalah bidang layanan,

dimana BK fokus pada individu berkenaan dengan bidang pendidikan dan BKI

mengarah pada individu berkenaan dengan semua aspek hidupnya baik dari segi

fisik-jasmani, psikis, dan rohani/agama. Sehingga, seringkali lulusan BKI yang

bekerja di sekolah akan mendapatkan respon (protes) dari kalangan BK.

Para pegiat, pemerhati, pelaku dan ilmu BK dan BKI perlu saling mengkaji

paradigma filosofis masing-masing ilmu dan terus mengembangkannya hingga

mencapai tingkat kematangan. Masing-masing pihak perlu saling menghargai posisi

dan wilayah kajiannya. Saling belajar dan saling menghargai paradigma dan layanan

BK dan BKI lebih dibutuhkan dibanding saling mengklaim kebenaran. Kerjasama

dalam membantu masyarakat lebih berdaya dan lebih bahagia lebih penting dan

perlu diutamakan dibanding upaya saling menegasikan.

Page 15: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

55

Daftar Pustaka

Adz-Dzaky, H. B. (2000). Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka

Baru.

Al-Attas, S. M. N. (1989). Islam dan Filsafat Sains. Bandung: Mizan.

Al-Jabiri, M. ‘Abid. (2003). Kritik Pemikiran Islam: Wacana Baru Filsafat Islam.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

All Habsy, B. (2017). Filosofi Keilmuan Bimbingan dan Konseling. Jurnal

Pendidikan, 2(1).

Ancok, D. (1994). Kata Pengantar Buku. In Fuat Nasori (ed.), Membangun Paradigma

Psikologi Islami. Yogyakarta: Sipress.

Bahm, A. J. (1985). What is Science? Mexico: Alburque.

Blocher, D. H. (1974). Developmental Counseling. New York: Ronald Press.

Dorcas. (2015). Functional Guidance and Counselling Centre In Tertiary Institution. The Journal of International Social Research.

Drees, W. B. (2003). Is Nature Ever Evil?: Religion, Science and Value. New York:

Routledge.

Faqih, A. R. (2001). Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.

Farid, A. (2015). Model Bimbingan Konseling Islam Anwar Sutoyo dalam

Mengatasi Kenakalan remaja. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling

Islam, 6(2).

Farid, I. S. (2007). Pokok-pokok Bahasan tentang Bimbingan Penyuluhan Agama sebagai

Tenik Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang.

Farida, & Saliyo. (2008). Teknik Layanan Bimbingan Konseling Islami. Kudus: STAIN

Kudus.

Gibson, R. L., & Mitchel, M. H. (1981). Intorduction to Guidence. USA: Macmillan

Publishing.

Gie, T. L. (1997). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

Gladding, S. T. (2012). Effective Group Counseling. Greensboro NC: ERIC/CASS.

Hanurawan, F. (2012). Filsafat Ilmu Psikologi. Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi

Universitas Negeri Malang.

Hanurawan, F. (2014). Filsafat Ilmu dalam Bidang Pendidikan. Makalah Kuliah Tamu pada Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia Banding, 25 November 2014.

Hasyim, F., & Mulyono. (2010). Bimbingan & Konseling Religius. Yogyakarta: AR-

RUZZ Media.

Page 16: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

56

Jalaluddin. (2014). Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban.

Jakarta: Rajawali Press.

Kartanegara, M. (2003). Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam.

Bandung: Mizan.

Kirom, S. (2011). Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya

dalam Mengatasi Persoalan Bangsa. Jurnal Filsafat, 21(2).

Krech, D., Ballachey, E. L., & Crutchfield, R. S. (1962). Individual in Society. Tokyo:

McGraw-Hill.

Lacey, A. R. (1996). A Dictionary of Philosophy, 3rd edition. London: Routledge.

Machamer, P. (1992). Philosophy of science: An overview for educators. Science & Education, 7, 1-11. In R.W. Bybee et al. (Eds.). 1992. Teaching About the History

and Nature of Science and Technology: Background Papers, USA: Colorado Springs,

CO (pp. 1–11).

McLeod, J. (2003). Doing Counselling Research. Second Edition. London: SAGE

Publications Inc.

Mumford, S. (2008). “Metaphysics.” In Psillos, Stathis and Curd, Martin. 2008. The

Routledge Companion to Philosophy of Science. Canada: Routledge.

Musnamar, T. (1992). Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami.

Yogyakarta: UII Press.

Nasution, H. (1973). Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

PMA. (2016). Peraturan Menteri Agama Nomor 33 Tahun 2016 tentang Gelar Akademik

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. (p. 33). p. 33.

PMA. (2017). Peraturan Menteri Agama Nomor 38 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 33 Tahun 2016 tentang Gelar Akademik

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (p. 38). p. 38.

Rusuli, I., & Daud, Z. F. M. (2015). Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke Al-Attas.

Jurnal Pencerahan, 9(1), 12–22.

Sardar, Z. (ed. . (2000). Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Suhartono, S. (1997). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Makassar: Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin.

Suryabrata, S. (1995). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutoyo, A. (2013). Bimbimbngan dan Konseling Islami: Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sutoyo, A. (2015). Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thohir, M. (2020). Wawancara dengan Abd. Basyid, alumni Jurusan BPM UIN Sunan

Page 17: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

57

Ampel lulus tahun 1987.

Uinsuka, B. (2020). Selayang Pandang. Retrieved from http://bki.uin-

suka.ac.id/id/page/prodi/687-Selayang-Pandang

Van Peursen. (1985). Susunan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu.

Jakarta: Gramedia.

Widodo, & Ardi, S. (2007). Nalar Bayani, Irfani dan Burhani dan Implikasinya terhadap Ilmu Pesantren. Hermenia: Jurnal Islam Interdisipliner, 6(1).

Wikipedia. (2020). Philosophy of science. Retrieved from

https://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy_of_science

Wilkins, William, D., & Perlmutter, B. J. (1960). The Philosophical Foundations of Guidance and Personnel Work. Sage Journals, 30(2), 97–104.

Yusuf, S. (2005). Psikologi Belajar Agama: Perspektif Agama Islam. Bandung: Pustaka

Bani Quraisy.

Yusuf, S., & Nurihsan, J. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Page 18: FILSAFAT ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM: INTEGRASI ...

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 41-58

58