Film Invictus-Makalah Kelompok

25
1 UNIVERSITAS INDONESIA Strategi Kepemimpinan Dalam Melawan Diskriminasi; Review Film Invictus MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem Oleh : Ahmad Sulaiman (1406594291 ) Astasari ( 1406520444 ) Baiq Qurrata Aini ( 1406594404 ) Cynthia Caroline ( 1406594436 ) Martina Pakpahan ( 1406594915 ) Raden Danu Ramadityo (1406521176 ) Risky Kusuma Hartono ( 1406521283) Rr. Ajeng Arumsari Yayi Pramesti ( 1406521314 ) PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2014

description

Kepemimpinan dan pemimpin berdasarkan film invictus

Transcript of Film Invictus-Makalah Kelompok

Page 1: Film Invictus-Makalah Kelompok

1

UNIVERSITAS INDONESIA

Strategi Kepemimpinan Dalam Melawan Diskriminasi; Review Film Invictus

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem

Oleh :

Ahmad Sulaiman (1406594291 )

Astasari ( 1406520444 )

Baiq Qurrata Aini ( 1406594404 )

Cynthia Caroline ( 1406594436 )

Martina Pakpahan ( 1406594915 )

Raden Danu Ramadityo (1406521176 )

Risky Kusuma Hartono ( 1406521283)

Rr. Ajeng Arumsari Yayi Pramesti ( 1406521314 )

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2014

Page 2: Film Invictus-Makalah Kelompok

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan

rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul“Strategi

Kepemimpinan dalam melawan diskriminasi; Review Film Invictus” untuk memenuhi tugas

mata kuliah Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem. Makalah ini kami susun untuk

memberikan pembelajaran penting nilai-nilai yang telah dipraktekkan oleh Nelson Mandela

untuk membangun persatuan suatu negara, menghapus perbedaan antara orang berkulit

hitam dan putih yang diperagakan dalam film Invictus. Selain itu, besar harapan kami nilai-

nilai tersebut dapat diterapkan oleh kami dan para pembaca nantinya untuk menyelesaikan

suatu permasalahan secara berpikir sistem dan strategis dalam organisasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk

itu kami sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang konstruktif dan inspiratif dari

semua pihak sehingga dapat menambah wawasan dan sebagai evaluasi diri dalam

penyusunan makalah kami selanjutnya.

Depok, September 2014

Penulis

Page 3: Film Invictus-Makalah Kelompok

3

DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………

Kata Pengantar ............................................................................................... ……. 1

Daftar Isi ......................................................................................................... ……. 2

Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ …….

1.1 Latar Belakang .................................................................................... …..... 3

1.2 Rumusan masalah ................................................................................ ……. 3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. ……. 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………...

2.1. Defenisi Kepemimpinan …………………………………………………. 5

2.2. Karakteristik Pemimpin …………………………………………………. . 6

2.3. Macam Gaya Kepemimpinan ……………………………………………. 7

Bab 3 Pembahasan ......................................................................................... …….

3.1. Perkembangan Politik Apartheid di Afrika Selatan..................................... 9

3.2. Nelson Mandela dan Harapan Rakyat Afrika Selatan................................ 10

3.3. Dari Prinsip Keras Leadership Menjadi Partnership……………….......... 11

3.4. Olahraga Membangun Nasionalisme ……………………………………. 19

BAB 4 Penutup ............................................................................................... …….

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ ……. 22

3.2 Saran ................................................................................................... ……. 22

Daftar Pustaka

Page 4: Film Invictus-Makalah Kelompok

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era saat ini, membuat kebijakan strategis sangat diperlukan untuk menciptakan

perubahan. Hal ini dimungkinkan bila para pemimpin peka untuk membuat strategi untuk

menciptakan perubahan yang diinginkan. Kesalahan perencanaan strategis dapat membuat

kemunduran. Dalam hal ini peran pemimpin sangat diperlukan untuk menentukan maju atau

mundurnya keadaan. Lebih lanjut lagi Kepemimpinan menurut Grifin (2000) merupakan

proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota untuk melaksanakan aktivitas

yang seharusnya dilakukan. Dalam hal ini difokuskan pada proses yag dilakukan pemimpin

menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi serta menciptakan budaya

yang produktif. Selain itu karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk

mempengaruhi perilaku orang lain, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima

budaya yang dibuat oleh pemimpinnya.

Salah satu contoh studi kasus pembuatan perubahan yaitu penghapusan rasialisme

antara kulit hitam dan kulit putih yang terjadi di Afrika Selatan oleh Presiden Nelson

Mandela.Perwujudan perubahan ini tentunya tidaklah mudah dikarenakan lingkupnya dalam

suatu negara. Sehingga diperlukan pemikiran yang mendalam beserta karakteristik

kepemimpinan yang dimiliki oleh sosok Nelson Mandela untuk mempengaruhi masyarakat

Afrika Selatan yang dipimpinnya untuk menghaus rasialisme.

Dari uraian diatas, kami menilai bahwa dibutuhkan sebuah penjelasan penting peran

kepemimpinan dalam membuat kebijakan strategis yang dilakukan untuk membuat

perubahan. Manusia yang seperti ini memiliki tekad kuat di dalam dirinya untuk membuat

suatu perubahan dari pada sibuk mementingkan urusan dirinya sendiri dan lebih

mementingkan kemajuan bersama. Seperti halnya peran yang dicontohkan oeh Nelson

Mandela. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami membahas kebijakan strategis, tipe

kepemimpinan, serta nilai-nilai yang dapat diambil dari sosok tokoh Nelson Mandela

melalui sebuah film yang berjudul “Invictus”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Strategi Kepemimpinan Nelson Mandela dalam menghapus Rasialisme?

2. Bagaimana nilai-nilai strategi kepemimpinan Nelson Mandela diterapkan dalam

organisasi?

Page 5: Film Invictus-Makalah Kelompok

5

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Strategi Kepemimpinan Nelson Mandela dalam menghapus

Rasialisme

2. Untuk mengetahui nilai-nilai strategi kepemimpinan Nelson Mandela diterapkan

dalam organisasi.

Page 6: Film Invictus-Makalah Kelompok

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan berisi konotasi tentang citra citra individu yang berkuasa dan dinamis

yang memimpin armada yang menang perang, yang mengendalikan kerajaan-kerajaan

korporasi dari atas-atas gedung pencakar langit yangberkilauan, atau yang mengarahkan

tujuan bangsa-bangsa.

Beberapa definisi yang dapat dianggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah

sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah “perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-

aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).”

(Hemhill & Coons, 1957,hlm 7)

2. Kepemimpinan adalah sebuah proses member arti (pengarahan yang berarti)

terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha

yang diinginkan untuk mencapai sasaran. (Jacobs & Jacques, 1990, hlm.281)

3. Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu

kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan

pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai

tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

4. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk

dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau

mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh

kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan

mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian

khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan

organisasi atau kelompok.

Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminakan asumsi bahwa

kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh

yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur

Page 7: Film Invictus-Makalah Kelompok

7

aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi

(Yukl. G, 1998)

2.2.Karakteristik Pemimpin

a. Pemimpin Karismatik

Karisma adalah sebuah kata Junani yang berarti ”karunia diinspirasi Illahi” (divinely

inspired gift) seperti kemampuan untuk melakukan mukjizat atau memprediksi

peristiwa-peristiwa di masa mendatang (Gary Yukl, 1998)

Menurut House (1977), pemimpin karismatik kemungkinan akan mempunyai

kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, serta pendirian dalam

keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Rasa percaya diri dan pendirian

yang kuat meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan

pendapat pemimpin tersebut.

Perilaku kepemimpinan menurut House (1977) akan: 1) berhubungan dengan

perilaku-perilaku yang dirancang untuk menciptakan kesan di antara para pengikut

bahwa pemimpin tersebut kompeten; 2) menekankan kepada tujuan-tujuan ideologis

yang menghubungkan misi kelompok kepada nilai-nilai, cita-cita, serta aspirasi-

aspirasi yang berakar dalam yang dirasakan bersama oleh para pengikut; 3)

menetapkan suatu contoh dalam perilaku mereka sendiri agar diikuti oleh para

pengikut; 4) mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi tentang kinerja para

pengikut sedangkan pada saat yang bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya

terhadap para pengikut; 5) berperilaku dengan cara-cara yang menimbulkan motivasi

yang relevan bagi misi kelompok.

Kebanyakan teori tentang kepemimpinan karismatik setuju bahwa para pemimpin

karismatik lebih besar kemungkinannya akan muncul bilamana sebuah organisasi

berada dalam keadaan stres dan transisi. Karisma diperkuat bila kekuasaan formal

gagal untuk menanggapi sebuah krisis besar dan bila nilai-nilai tradisional dan

keyakinan-keyakinan dipertanyakan. Jadi, kepemimpinan karismatik lebih besar

kemungkinannya akan diketemukan dalam sebuah organisasi yang sedang berjuang

untuk kelangsungan hidupnya, atau sebuah organisasi tua yang gagal, daripada

sebuah organisasi tua yang sangat berhasil (Bass,1985).

Page 8: Film Invictus-Makalah Kelompok

8

b. Kepemimpinan Transformasional

Bass (1985) mengusulkan sebuah teori kepemimpinan transformasional

(transformational leadership) yang dibangun atas gagasan-gagasan yang lebih awal

dari Burns (1978). Para pengikut seorang pemimpin transformasional merasa adanya

kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan

mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan

terhadap mereka.

Formulasi asli dari teori Bass (1985) mencakup tiga komponen kepemimpinan

transformasional: karisma, stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan

perhatian yang diindividualisasi (invidualized consideration). Stimulasi intelektual

adalah sebuah proses dimana pemimpin meningkatkan kesadaran terhadap masalah

dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah-masalah dari sebuah

perspektif yang baru. Perhatian yang diindividualisasi termasuk member dukungan,

membesarkan hati dan member pengalaman-pengalaman tentang pengembangan

kepadapara pengikut. Sebuah revisi baru dari teori tersebut menambahkan perilaku

transformasional lain yang disebut inspirasi (atau “motivasi inspirasional”), yang

didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pemimpin mengkomunikasikan sebuah

visi yang menarik,menggunakan symbol-simbol untuk mengfokuskan usaha-usaha

bawahan, dan memodelkan perilaku-perilaku yang sesuai (Bass& Aviolo, 1990).

2.3.Macam Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang

diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung

jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan

hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan

wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu

mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan

demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung

jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire

Page 9: Film Invictus-Makalah Kelompok

9

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para

bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang

dihadapi.

Page 10: Film Invictus-Makalah Kelompok

10

BAB 3

PEMBAHASAN

Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua dibenua Afrika. Ada banyak suku

yang telah menjadi penghuninya. Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba

disana pada 1652, pada saat itu juga Inggris berminat dengan Negara ini, terutama setelah

penemuan cadangan berlian yang melimpah. Hal inilah yang kemudian menyebabkan

terjadinya perang Britania-Belanda dan dua perang Boer. Pada 1910, empat republik utama

digabung dibawah kesatuan Afrika Selatan, kemudian pada 1931, Afrika Selatan menjadi

jajahan Britania sepenuhnya.

Walaupun Negara ini berada dibawah jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi

kekuasaan dengan pihak Afrikaner. Pembagian kekuasaan inilah yang berlanjut hingga

tahun 1940, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP) memperoleh mayoritas di

parlemen. Strategi partai tersebutlah yang telah menciptakan dasar apartheid, suatu cara

untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial Negara dengan dominasi kulit putih dan

diskriminasi ras.

3.1. Perkembangan Politik Apartheid di Afrika Selatan

Politik apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid dalam bahasa

resmi Afrika Selatan adalah aparte ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.

Memperhatikan makna dari arti apartheid itu sendiri kedengarannya baik yaitu tiap

golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus

sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam

masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya

penistaan dari penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.

Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku

untuk golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih

kecil. Pada 1948, saat Partai Nasional terpilih untuk menguasai Afrika Selatan inilah

yang kemudian memperkuat implementasi pemisahan rasial dibawah kekuasaan

kolonial Inggris dan Belanda.

Pemerintahan Nasionalis kemudian mengatur jalannya undang-undang

pemisahan, menggolongkan orang-orang kedalam tiga ras, mengembangkan hak-hak

dan batasan untuk masing-masing golongan. Minoritas kulit putih menguasai mayoritas

kulit hitam yang jauh lebih besar.

Page 11: Film Invictus-Makalah Kelompok

11

Pemencilan ini dimaksudkan kulit putih untuk mengontrol kekayaan yang

mempercepat industrialisasi dari 1950an, ‘60an, dan ‘70an yang kemudian minoritas

kulit putih menikmati standar paling tinggi di seluruh Afrika sementara mayoritas kulit

hitam terus dirugikan dalam setiap tingkat, meliputi pendapatan, pendidikan, rumah, dan

tingkat harapan hidup. Apartheid menjadi semakin kontroversial, mendorong kearah

meluasnya sanksi internasional, divestasi dan kerusuhan serta penindasan di Afrika

Selatan.

Mayoritas kulit hitam yang semula tidak mengerti akan kebijakan

pemerintahannya lambat laun mengerti bahwa tujuan sebenarnya adalah diskriminasi

rasial. Oleh karena itu mereka bangkit mengadakan perlawanan, yang dalam kacamata

konflik sosial disebut dengan istilah stratifikasi, antara kelas atas yang juga sebagai

penguasa termasuk pemerintahan (borjuasi) dan kelas bawah (buruh). Namun dibawah

pemerintahan Pieter Botha saat itu dengan kejam menumpas setiap perlawanan yang

terjadi. Banyak tokoh-tokoh kulit hitam yang dijebloskan dalam penjara, seperti tokoh

kharismatik Nelson Mandela yang terpaksa mendekam dalam penjara selama 27 tahun.

Selain perlawanan bersenjata, usaha-usaha mengakhiri politik apartheid juga dilakukan

melalui perjuangan politik. Partai-partai yang terkenal anatara lain Partai Kongres

(ANC) pimpinan Nelson Mandela dan Inkatha Freedom Party pimpinan Mongosuthu

Buthulesi.

3.2. Nelson Mandela dan Harapan Rakyat Afrika Selatan

Nelson Rolihlahla Mandela merupakan seorang revolusioner anti apartheid

Afrika Selatan. Mandela lahir di Mveso, Afrika Selatan 18 Juli 1918. Terlahir dari

keluarga kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, Mandela belajar hokum di Fort Hare

University dan University of Witwatersrand. Ketika menetap di Johannesburg, ia

terlibat dalam politik anti-kolonial, bergabung dan kemudian mengetuai ANC (African

National Congress). Setelah kaum nasionalis Afrikaner dari partai nasional berkuasa

ditahun 1948 dan menerapkan kebijakan apartheid, popularitas Mandela melejit karena

melakukan serangkaian perlawanan dalam menentang pemerintahan yang menerapkan

apartheid. Akibat upayanya melawan kebijakan pemerintah dengan melakukan

persekongkolan dan sabotase untuk penggulingan, Mandela akhirnya dijatuhi hukuman

penjara seumur hidup di pengadilan Rivonia.

Mandela menjalani masa kurungan selama kurang lebih 27 tahun, pertama di

pulau robben, kemudian di penjara pollsmor dan penjara victor verster. Pada Februari

Page 12: Film Invictus-Makalah Kelompok

12

1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-

apartheid khususnya ANC, pemerintahan partai nasional dibawah pimpinan F.W. de

Klerk menarik balik larangan terhadap ANC dan partai-partai politik berhaluan kiri

yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara. Setelah pembebasan

Mandela, undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan. Mandela kemudian

melakukan upaya negosiasi dengan presiden F.W. de Klerk untuk penghapusan

apartheid secara keseluruhan dan melaksanakan pemilu multiras 1994 yang kemudian

dimenangkan oleh ANC, Nelson Mandela dilantik sebagai presiden kulit hitam yang

pertama di Afrika Selatan.

Terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden Afrika Selatan tentu membawa

angin perubahan bagi warga kulit hitam, setelah sekian lama dalam penindasan era baru

kesetaraan kemudian dimulai. Tak sedikit dari warga kulit hitam yang menganggap

keterpilihan Nelson Mandela akan membalaskan dendam rasisme yang telah lama

mereka pendam, mencerabut hak atau bahkan melakukan hal yang serupa yang pernah

dilakukan oleh warga kulit putih (perbudakan).

Namun Mandela menilai kepemimpinannya bukanlah sebuah pertarungan

otoritas yang kemudian mengharuskannya melakukan hal yang serupa yang pernah ia

alami, mendekam di penjara selama 27 tahun dan diperlakukan sangat tidak manusiawi

oleh kerasnya kebijakan politik apartheid. Mandela yang dulu dan Mandela yang saat

ini menjabat sebagai orang nomor satu di Afrika Selatan itu tetap sama, pejuang anti-

politik apartheid.

3.3. Dari Prinsip Keras Leadership Menjadi Partnership

Tanggung jawab adalah inti kepemimpinan. Ini adalah kearifan tua yang kini

menjadi isu kontemporer ketika dunia mengalami katastrofi multidimensi. Kecemasan

terhadap daya dukung bumi, disparitas ekonomi antarnegara, konflik ideologi,

persaingan nuklir, semuanya telah menghadapkan dunia pada satu pertanyaan final ;

bagaimana peradaban harus dikelola agar kita dapat berbagi oksigen, bergantian

memakai energy, dan bergandengan tangan membersihkan bumi? Pertanyaan itu

sesungguhnya mendahului segala perbedaan ideologi dan semua ambisi politik,

manakala kita paham bahwa kita adalah penumpang satu perahu yang sedang

menghadapi masalah dengan samudera dan cuaca.

Kepemimpinan adalah kompas untuk meyakinkan kita bahwa pembagian

tanggung jawab merupakan keperluan untuk keselamatan bersama. Itulah alasan etis

Page 13: Film Invictus-Makalah Kelompok

13

kepemimpinan saat ini. Artinya, kepemimpinan bukan lagi dipahami dalam arti

kompetisi otoritas, melainkan sebagai ko-operasi humanitas. Keputusan dibuat di meja

bundar dan dilaksanakan dalam skema kemitraan. Pendekatan kepemimpinan beralih

dari prinsip keras “leadership” menjadi “partnership”. Dalam skema itu, pemimpin

mendistribusikan persoalan, bukan sebagai beban teknis, tetapi sebagai tanggung jawab

etis. Dengan cara itu, keterlibatan ditempuh dalam proses, dan bukan ditunggu dalam

pembagian hasil. Pendekatan semacam ini mengubah persoalan menjadi perhatian setiap

orang, dan bukan sekedar keahlian beberapa orang. Kepemimpinan berarti keahlian

advokasi setiap orang, dan bukan hak eksekusi beberapa ahli. Reformulasi konsep

kepemimpinan itu menghendaki reformulasi berbagai konsep konvensional tentang

politik, bisnis dan kebudayaan (The Dancing Leader 2002 : 7).

Nelson Mandela merupakan seorang pemimpin yang memiliki banyak

karismatik yang menginspiratif orang-orang disekitarnya. Meskipun menghadapi

berbagai konflik maupun krisis sosial yang masih melanda Afrika Selatan yang

membutuhkan sebuah kerja keras dan kesabaran yang extra untuk benar-benar

menghilangkannya dari Afrika Selatan, seperti kemiskinan, kejahatan yang semakin

marak, konflik ras, ekonomi yang lemah dan pengangguran, Mandela tetap dengan

keyakinannya yang tinggi, keteguhan, dan kerja kerasnya tetap mencari berbagai solusi

yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut sampai ke akar-akarnya. Pekerjaan

pertama yang harus Mandela selesaikan adalah mencari formula dan langkah-langkah

strategis untuk mengakomodir antara aspirasi warga kulit hitam dengan prasangka

warga kulit putih meskipun terkadang langkah-langkahnya dan kemampuannya tersebut

masih diragukan oleh pihak-pihak tertentu. Namun, Mandela tetap berpikir positif

dengan segala cemooh maupun keraguan masyarakat itu dijadikannya sebagai cambuk

dan semangat untuk membuktikan kepada dunia bahwa dia dapat menciptakan

perdamaian di bumi Afrika Selatan.

Gaya Kepemimpinan Karismatik

Sikap karismatik Mandela ini merupakan wujud nyata dari pernyataan ahli

sosiologi Max Weber (1974) yang menggunakan istilah karisma untuk menjelaskan

sebuah bentuk pengaruh yang didasarkan bukan atas tradisi atau kewewenangan namun

atas persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniakan dengan

kemampuan-kemampuan yang luar biasa. Menurut Weber, karisma terjadi bilamana

terdapat suatu krisis social, yang pada krisis itu, seorang pemimpin dengan kemampuan

Page 14: Film Invictus-Makalah Kelompok

14

pribadi yang luar biasa tampil dengan sebuah visi yang radikal yang memberi suatu

pemecahan terhadap krisis tersebut, dan pemimpin tersebut menarik perhatian para

pengikut yang percaya pada visi itu dan merasakan bahwa pemimpin tersebut sangat

luar biasa (Trice & Beyer, 1993).

Menurut House, seorang pemimpin yang karismatik mempunyai dampak

yang dalam dan tidak biasa terhadap para pengikut; mereka merasakan bahwa

keyakinan pemimpin tersebut adalah benar, mereka menerima pemimpin tersebut tanpa

mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, mereka

merasa sayang terhadap pemimpin tersebut, mereka terlibat secara emosional dalam

misi kelompok atau organisasi tersebut, mereka percaya bahwa mereka dapat memberi

kontribusi terhadap keberhasilan misi tersebut, dan mereka mempunyai tujuan-tujuan

kinerja tinggi. Hal ini juga tergambarkan pada film ini disaat Mandela pertama kali

melaksanakan tugasnya di gedung Presiden dan disaat bersamaan pegawai yang berkulit

putih pada masa pemerintahan sebelumnya akan berhenti bekerja untuk Presiden.

Namun, Mandela dengan sikapnya yang berkarisma dapat meyakinkan seluruh pegawai

untuk tetap tinggal bekerja bersama dalam masa Pemerintahannya, berkontribusi

terhadap Negaranya tanpa harus memikirkan lagi perbedaan ras untuk mewujudkan

tujuan yang sama yaitu perdamaian Afrika Selatan. Selain itu, sikap tersebut juga dapat

digambarkan dari meleburnya pengawal-pengawal Mandela dalam pelaksanaan tugas

tanpa memikirkan lagi permasalahan ras dan masalah yang terjadi masa lalu.

Teori Bass (1985) mengungkapkan bahwa terdapat tiga komponen

kepemimpinan transformasional yaitu karisma, stimulasi intelektual (intellectual

stimulation), dan perhatian yang diindividualisasi (invidualized consideration).

Stimulasi intelektual adalah sebuah proses dimana pemimpin meningkatkan kesadaran

terhadap masalah dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah-masalah

dari sebuah perspektif yang baru. Perhatian yang diindividualisasi merupakan sikap

memberikan dukungan, membesarkan hati dan memberikan pengalaman-pengalaman

tentang pengembangan kepada para pengikut. Selain itu juga perilaku transformasional

disebut sebagai inspirasi (atau “motivasi inspirasional”) (Bass& Aviolo, 1990). Dari

berbagai komponen kepemimpian transformasional yang disebutkan sebelumnya ini

merupakan cerminan dari sikap-sikap yang ditunjukkan oleh seorang Mandela. Mulai

dengan Mandela memberikan stimulasi intelektualnya kepada orang-orang yang bekerja

dengannya juga terhadap asosiasi Proteas yang menginginkan tim nasional Springbooks

untuk bubar. Sikap invidualized consideration juga ditunjukkan Mandela ketika,

Page 15: Film Invictus-Makalah Kelompok

15

memberikan pengalaman dan motivasi serta mendukung tim nasional Springbooks

untuk meraih juara dalam kejuaraan dunia dalam upaya mempersatukan seluruh rakyat

Afrika Selatan.

Gaya Kepemimpinan kotemporer: “Servant Leadership”

“The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In

between, the leader is a servant.” – Max DePree

Istilah servant leader dipakai untuk pertama kalinya oleh Robert K.

Greenleaf pada tahun 1970 dalam tulisannya yang berjudul The Servant as Leader.

Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) merupakan suatu tipe atau model

kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami

oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (Servant Leader)

mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi

orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara

pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.

Kata pemimpin dan pelayan biasanya sering dipandang sebagai sesuatu yang

berlawanan.. Dalam hal ini kata pelayan dan pemimpin disatukan untuk menciptakan

gagasan paradoksal kepemimpinan pelayan. Istilah kepemimpinan pelayan muncul

berdasarkan suatu buku yang ditulis oleh Robert K. Greenleaf (1904-1990) pada tahun

1970 dengan bukunya yang berjudul The Servant as Leader . Greenleaf adalah Vice

President American Telephone and Telegraph Company (AT&T) . Tujuan utama

penelitian dan pengamatan Greenleaf akan kepemimpinan pelayan adalah untuk

mebangun suatu kondisi masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli. Greenleaf

berpandangan bahwa yang dilakukan pertama kali oleh seorang pemimpin besar adalah

melayani orang lain. Kepemimpinan yang sejati timbul dari mereka yang motivasi

utamanya adalah keinginan menolong orang lain.

Apakah Kepemimpinan Pelayan Itu ?

Dari semua hasil karyanya, Greenleaf membicarakan keperluan akan jenis

baru model kepemimpinan, suatu model kepemimpinan yang menempatkan pelayanan

kepada orang lain, termasuk karyawan, pelanggan dan masyarakat sebagai prioritas

Page 16: Film Invictus-Makalah Kelompok

16

nomor satu. Kepemimpinan pelayan menekankan makin meningkatnya pelayanan

kepada orang lain, sebuah cara pendekatan holistik kepada pekerjaan, rasa

kemasyarakatan dan kekuasaan pembuatan keputusan yang dibagi bersama.

Greenleaf menyatakan bahwa pemimpin pelayan adalah orang yang mula-

mula menjadi pelayan. Dalam buku The Servant as Leader dia menulis : “ Ini dimulai

dengan perasaan alami bahwa orang ingin melayani, melayani lebih dulu. Kemudian

pilihan sadar membawa orang untuk berkeinginan memimpin. Perbedaan ini

memanifestasikan diri dalam kepedulian yang dimiliki oleh pelayan yang menempatkan

kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani. Orang ini jauh berbeda dengan

orang yang menjadi pemimpin lebih dulu, mungkin karena keperluan untuk membantu

dorongan kekukasaan yang tidak biasa atau untuk memperoleh hak milik duniawi.

Pemimpin dulu dan pelayan dulu adalah tipe yang berbeda. Perbedaannya dilukiskan

dalam kepedulian yang diambil oleh pelayan lebih dulu untuk memastikan bahwa

kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani. Ujian yang terbaik dan sulit

untuk melaksanakannya adalah apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai pribadi ,

atau apakah mereka ketika dilayani menjadi lebih sehat (lebih baik), lebih bijaksana,

lebih bebas, lebih mandiri, dan lebih memungkinkan diri mereka menjadi pelayan ? Dan

apakah pengaruhnya terhadap tanggung jawab dalam lingkungan social; akankah

menguntungkan atau merugikan ?

Sementara Max Depree, dalam bukunya The Art of Leadership mengatakan

bahwa kepemimpinan pelayan adalah “Respek terhadap orang lain. Hal ini diawali

dengan mengerti bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan

ini menuntut kita untuk dapat menumbuhkan rasa saling percaya.Perbedaan telah

menuntut kita untuk lebih mengetahui kekuatan orang lain. Setiap orang datang dengan

bakat yang kuhusus, tetapi bukan bakat yang sama.”. Hidup bukan sekedar mencapai

tujuan. Sebagai individu dan bagian suatu kelompok kita membutuhkan pencapaian

potensi maksimal yang dimiliki. Seni dari kepemimpinan bersandar pada kemampuan

memfasilitasi, memberi kesempatan dan memaksimalkan setiap bakat yang berbeda dari

setiap individu. Jadi jelaslah bahwa kepemimpinan bukanlah suatu popularitas, bukan

kekuasaan, bukan keahlian melakukan pertunjukkan, dan bukan kebijaksanaan dalam

perencanaan jangka panjang. Dalam bentuk yang paling sederhana kepemimpinan

Page 17: Film Invictus-Makalah Kelompok

17

adalah menyelesaikan sesuatu bersama orang lain dan membantu orang lain dalam

mencapai suatu tujuan bersama.

Sepuluh Ciri Khas Kepemimpinan Pelayan

Dari beberapa tulisan Greenleaf, Spears (1996) menyimpulkan bahwa sedikitnya

terdapat sepuluh cirri khas kepemimpinan pelayan yang paling dominan, yaitu :

1. Mendengarkan (Listening receptively to what others have to say). Secara tradisional,

pemimpin dihargai karena keahlian komunikasi dan kemampuan mereka dalam

pembuatan keputusan. Pemimpin pelayan harus memperkuat keahlian yang penting

ini dengan menunjukkan komitmen yang mendalam dalam mendengarkan secara

intensif ide-ide atau kata-kata orang lain. Pemimpin pelayan berusaha mengenali dan

memahami dengan jelas kehendak kelompok. Mereka berusaha mendengarkan secara

tanggap apa yang dikatakan (dan tidak dikatakan). Mendengarkan dan memahami

apa yang dikomunikasikan oleh tubuh, jiwa dan pikiran.

2. Menerima orang lain dan Empati (Acceptance of others and having empathy for

them). Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada

orang lain. Orang perlu diterima dan diakui sebagai suatu individu yang istimewa

dan unik. Setiap individu tidak ingin kehadirannya dalam suatu

organisasi/perusahaan ditolak oleh orang lain yang berada di sekitar dirinya.

Pemimpin pelayan yang paling sukses adalah mereka yang mampu menjadi seorang

pendengar yang penuh dengan empati.

3. Kemampuan meramalkan (foresight and intuition). Kemampuan untuk

memperhitungkan kondisi yang sudah terjadi atau meramalkan kemungkinan hasil

suatu situasi sulit didefinisikan, tetapi mudah dikenali. Orang mengetahui kalau

melihatnya. Kemampuan meramalkan adalah cirri khas yang memungkinkan

pemimpin pelayan bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang

dan kemungkinan konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini

menanamkan inti permasalahan sampai jauh ke dalam pikiran intuitif. Jadi

kemampuan meramalkan adalah salah satu cirri khas pemimpin pelayan yang dibawa

sejak lahir. Semua ciri khas lainnya bisa dikembangkan secara sadar.

4. Kesadaran (Awareness and perception). Kesadaran akan diri sendiri dan keberadaan

orang lain dapat turut memperkuat pemimpin pelayan. Kesadaran juga membantu

Page 18: Film Invictus-Makalah Kelompok

18

dalam memahami persoalan yang melibatkan etika dan nilai-nilai. Hal ini

memungkinkan orang dapat memandang sebagian besar situasi dari posisi yang lebih

terintegrasi.

5. Membangun kekuatan Persuasif (Having highly develoved power of persuasion). Ciri

khas kepemimpinan pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan meyakinkan

orang lain, bukannya wewenang karena kedudukan, dalam membuat keputusan di

dalam organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain, bukannya

memaksakan kepatuhan. Elemen ini memberikan perbedaan yang paling jelas antara

model wewenang tradisional dan model kepemimpinan pelayan. Pemimpin pelayan

efektif dalam membangun konsensus dalam kelompok.

6. Konseptualisasi (An ability to conceptualize and to communicate concepts).

Pemimpin pelayan berusaha memlihara kemampuan mereka untuk “memiliki impian

besar”. Kemampuan untuk melihat kepada suatu masalah (atau sebuah organisasi)

dari persfektif konseptualisasi berarti bahwa orang harus berpikir melampaui realita

dari hari ke hari. Manajer tradisional disibukkan oleh kebutuhan untuk mencapai

tujuan operasional jangka pendek. Seorang manajer yang ingin menjadi pemimpin

pelayan harus mampu mengoptimalkan pemikirannya sampai mencakup pemikiran

konseptual yang mempunyai landasan lebih luas (visioner). Pemimpin pelayan harus

mengusahakan keseimbangan yang rumit antara konseptualisasi dan fokus sehari-

hari.

7. Kemampuan Menyembuhkan (ability to exert a healing influence upon individual

and institutions). Belajar menyembuhkan merupakan daya yang kuat untuk

perubahan dan integrasi. Salah satu kekuatan besar kepemimpinan pelayan adalah

kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Banyak orang yang

patah semangat dan menderita karena berbagai masalah emosional. Walaupun hal

tersebut merupakan sesuatu yang alami dalam kehidupan manusia, akan tetapi

seorang pemimpin pelayan harus mampu dan mempunyai kesempatan menggerakkan

hati dan memberi semangat kepada orang-orang yang berhubungan dengan mereka.

8. Kemampuan Melayani. Peter Block (pengarang buku Stewardship dan Empowered

Manager) mendefinisikan kemapuan melayani (stewardship) dengan pengertian

“memegang sesuatu dengan kepercayaan orang lain”. Dalam suatu organisasi, setiap

level manajemen, dari top management sampai shoop floor semuanya mempunyai

peranan penting dalam memegang organisasi mereka dengan kepercayaan kepada

kebaikan masyarakat yang lebih besar. Kepemimpinan pelayan, seperti kemampuan

Page 19: Film Invictus-Makalah Kelompok

19

melayani, yang pertama dan terutama adalah memiliki komitmen untuk melayani

kebutuhan orang lain. Hal ini tentunya menekankan adanya keterbukaan dan

kejujuran, bukan pengendalian atau pengawasan.

9. Memiliki Komitmen pada Pertumbuhan Manusia. Pemimpin pelayan berkeyakinan

bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik yang melampaui sumbangan nyata yang

telah mereka berikan selama ini. Dalam sifatnya yang seperti ini, pemimpin pelayan

sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, profesional dan spiritual setiap

individu di dalam organisasi. Dalam prakteknya hal ini bisa dikembangkan dengan

cara melakukan pengembangan pribadi dan profesional, menaruh perhatian pribadi

pada gagasan dan saran karyawan atau anggota, memberikan dorongan kepada

keterlibatan pekerja dalam pengambilan keputusan, toleran terhadap kesalahan dan

sebagainya.

10. Membangun komunitas/masyarakat di tempat kerja (Building community in the

workplace). Membangun komunitas ini mencakup membangun komunitas yang baik

antar karyawan, antar pimpinan dan bawahan dan membangun komunitas masyarakat

dan pelanggan. Pemimpin pelayan menyadari bahwa pergeseran komitmen lokal ke

suatu lingkungan yang lebih besar merupakan pembentuk utama kehidupan manusia.

Lingkungan kerja yang kondusif secara internal dan eksternal diharapkan akan

meningkatkan performansi organisasi secara maksimal. Kemampuan pemimpin

pelayan dalam menciptakan suasana rasa saling percaya akan membentuk kerjasama

yang cerdas dalam suatu tim kerja. Dengan ketulusan dan keteladan yang dimiliki

oleh pemimpin pelayan, rasa saling percaya dapat ditumbuhkan.

Page 20: Film Invictus-Makalah Kelompok

20

Page 21: Film Invictus-Makalah Kelompok

21

3.4. Olahraga Membangun Nasionalisme

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat

berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.”

(Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

Olahraga merupakan kegiatan fisik yang dilakukan oleh sejumlah orang atau

masyarakat untuk berbagai kepentingan baik itu kepentingan kesehatan, pendidikan,

rekreasi, dan prestasi hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rusli

Lutan dalam bukunya Manusia dan Olahraga, tujuan manusia melakukan aktifitas fisik

atau olahraga adalah pendidikan,rekreasi,kesehatan dan prestasi.

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, penerbit Gitamedia Press, kata

olahraga merupakan kata kerja yang diartikan gerak badan agar sehat. Sedang menurut

para pakar olahraga, adalah sebuah aktivitas manusia yang bertujuan untuk mencapai

kesejahteraan (sejahtera jasmani dan sejahtera rohani) manusia itu sendiri.

Hans Kohn (Sumantri Mertodipuro,1984 : 11) dikutip dalam internet.

Mengatakan bahwa nasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa kesetiaan

tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan yang sangat

mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-

tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang

sejarah dengan kekuatan yang berbeda–beda.

Daerah yang telah mengalami konflik peperangan dalam jangka waktu panjang

secara tidak langsung akan mengalami pemudaran rasa nasionalime pada negaranya, hal

ini sesuai dengan pendapat Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter

yang timbul karena perasaan senasib. Olah raga memiliki kaitan tersendiri dalam bidang

nasionalisme anatara lain seperti pendapat yang dikemukakan oleh (Bona Beding :

2000: 5 ) dalam bukunya menjelaskan bahwa olahraga membawa keharuman bangsa

Olah raga sejak lama telah menjadi simbolisasi dari semangat jiwa manusia. Hal ini

dianggap nyata dan penting karena dalam pengolahan tubuh manusia, akan timbul

kesadaran untuk berorientasi pada satu tujuan. Pada cakupan kecil, ia menjadi usaha

manusia untuk menjaga kesehatan dan cara ampuh melawan penyakit serta

memaksimalkan raga dan pikiran. Pada cakupan yang lebih luas, ia mengandung makna

yang selalu dikaitkan dengan kemanusiaan, persaudaraan, dan semangat hidup.

Page 22: Film Invictus-Makalah Kelompok

22

Semangat yang universal sekaligus partikular yang ada dalam olah raga

tersebut juga dapat memperkuat rasa kebanggaan dan salah satu cara ampuh

memperkuat nasionalisme. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta sejarah bagaimana

prestasi di bidang olah raga mampu mengangkat derajat, harkat, dan martabat suatu

bangsa.. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta sejarah bagaimana prestasi di bidang

olah raga mampu mengangkat derajat, harkat, dan martabat suatu bangsa meskipun

dalam keadaan yang terpuruk. Argentina pernah berhasil mempecundangi Inggris di

Piala Dunia 1986 yang dianggap sebagai pembalasan dengan cara lain atas kekalahan

Argentina oleh Inggris di Perang Malvinas yang berakibat jatuhnya Kepulauan

Malvinas ke negara pulau itu. Argentina kemudian berhasil meraih juara I pada Piala

Dunia tersebut.

Olahraga membuka peluang bagi setiap orang untuk berprestasi dan

mengharumkan nama bangsanya. Dalam semangat HUT kemerdekaan Indonesia yang

ke-69 ini, cita-cita untuk membentuk manusia Indonesia yang tangguh dan berdaya

guna harus menjadi semangat kita dalam upaya membangun bangsa.

Olahraga merupakan bidang yang strategis untuk bisa merajut kembali rasa

kebersamaan bangsa. Tak lekang juga dari ingatan bagaimana kedigdayaan dunia bulu

tangkis kita. Prestasi demi prestasi yang ditorehkan di berbagai ajang bergengsi kelas

dunia membuat atlet bulu tangkis Indonesia menjadi yang paling disegani oleh atlet bulu

tangkis dari negara lain. Meski sekarang prestasi tersebut sudah sangat jauh menurun.

Yang dapat kita palajari dari hal tersebut adalah bagaimana olahraga telah menjadi alat

yang paling efektif untuk mengembalikan kebanggaan kita sebagai bangsa. Karena itu,

tidak salah tentunya jika kita mulai berpikir bahwa olahraga mempunyai potensi yang

sangat besar dalam menjaga semangat nasionalisme. Euforia tak boleh berhenti menjadi

kesenangan sesaat belaka.

Menurut Yukl (1998), risiko terhadap penggunaan strategi-strategi baru

membuat pentingnya para pemimpin untuk mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk

melaksanakan strategi-strategi tersebut. Seorang pemimpin perlu memiliki ketepatan

waktu bersifat kritis dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai para

pengikut dan juga terhadap lingkungan agar dapat mengidentifikasi sebuah visi yang

inovatif, relevan, tepat waktu dan menarik. Sebagai seorang leader di suatu Negara,

Mandela memiliki ketrampilan dan keahlian tersebut. Hal ini dapat tergambarkan ketika

Mandela melihat peluang besar dan kesempatan emas untuk menyatukan kembali

Page 23: Film Invictus-Makalah Kelompok

23

negaranya melalui tim nasional olahraga rugby Afrika Selatan dalam kejuaran dunia.

Mandela melihat tim Springbooks dapat sebagai perantara dalam menyatukan

negaranya sehingga Mandela mendukung penuh tim nasional Afrika Selatan

“Springbooks”, yang pada akhirnya mampu menorehkan sejarah menjadi juara di

kejuaraan dunia dan pada saat bersamaan seluruh warganya telah melebur menjadi satu

untuk mendukung tim nasional mereka tanpa mempermasalahkan warna kulit.

Page 24: Film Invictus-Makalah Kelompok

24

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

Intisari dari film ini adalah menggambarkan sosok Nelson Mandela yang kharismatis dan

seorang pemimpin besar yang penuh inspirasi. Dengan caranya sendiri dan dengan

keteguhannya sang pemimpin menjadikan olahraga sebagai salah satu alat untuk menghapus

perbedaan dan menjadi seorang pemimpin yang sukses menciptakan sebuah kemenangan.

Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting dalam kepemimpinan. Gaya persuasi

yang berwibawa tetapi lembut memberikan suasana lebih nyaman bagi para pegawai di

kantornya untuk bekerja bersama, tergambar dalam film tersebut. Tidak hanya

menyampaikan kata-kata penuh makna, tidak hanya untuk mengutarakan maksud dan

tujuan, tetapi juga mendengarkan orang lain, itu hal yang tidak kalah penting dalam

komunikasi. Mandela mau mendengarkan orang lain, ingin mengenal setiap hal lebih dekat.

Dalam kepemimpinan tidaklah hanya pendapat sendiri atau mayoritas yang menjadi suara

utama, melainkan setiap pandangan adalah berarti. Seorang pemimpin harus dapat

mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan dalam

menyelesaikan permasalahan dalam kepemimpinannya, serta menemukan cara-cara untuk

dapat memberikan inspirasi kepada orang lain, baik oleh dirinya sendiri atau melalui agent

of change yang telah ia temu kenali.

Saran :

Film Biografi Nelson Mandela ini tentu sangat menginspirasi banyak kalangan dalam

penghapusan diskriminasi. Jika Marx menyebutkan bahwa stratifikasi yang kemudian

menimbulkan gejolak sosial yang terjadi dimasyarakat karena tingginya disparitas ekonomi

antara kaum yang tereksploitasi atau kaum tertindas (buruh) terhadap kaum pemilik modal

atau penindas (borjuis) lambat laun kemudian akan tersadarkan dan melakukan perlawanan

secara massif. Kondisi ini kemudian tercermin bukan hanya di Afrika Selatan melainkan

juga terjadi di repubik ini. Indonesia perlu melakukan kembali penataan pembangunan yang

berbasis kebutuhan sehingga pemerataan dari ujung barat hingga timur Indonesia menjadi

sesuatu hal yang perlu menjadi perhatian serius bangsa ini. Oleh anak bangsa harapan itu

semoga akan terwujud di bawah kepemimpinan baru selama lima tahun kedepan.

Page 25: Film Invictus-Makalah Kelompok

25

DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen R.1992.Principle-Centered Leadership. United States of

America:Fireside

Griffin.. 2000. Management, Edisi 2, Jakarta : Erlangga

Riyanti, Sora. 2011. Perskanaka. Bali : LPM Kanaka Fakultas Sastra Universitas

Udayana

Sutanto, Jusuf. 2011. The Dancing Leader. Jakarta : Kompas

Yukl, Gary. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : PT Prenhallindo

http://leadhership.blogspot.com/

http://cintaimabar.blogspot.com/p/kepemimpinan-yang-melayani-servant.html

(http://fadluvvita.blogspot.com/p/pudarnya-rasa-nasionalisme-dan.html

http://www.ligamahasiswa.co.id/pupuk-nasionalisme-lewat-olahraga/