File MEIS 1 - Jurnal Middle East and Islamic Studies
Transcript of File MEIS 1 - Jurnal Middle East and Islamic Studies
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
144
Pengaruh Sinergi Transaksional Badan Usaha Milik Negara Terhadap Kinerja Pembiayaan Bank Umum Syariah
Perusahaan Anak Badan Usaha Milik Negara
Herudi Kandau Nugroho, M. Cholil Nafis Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan
Global, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstract
In order to support accelerated growth and cross selling transaction as well as strengthening the position of state-owned enterprises to face free competition and globalization, synergy in all of the lines business are needed. One of them is the transactional synergy where the source of financing came from Islamic commercial bank subsidiaries of SOEs. The research concluded that both frequency and value of transactions are significantly influence Financing to Debt Ratio (FDR) and Non-Performing Financing (NPF) Islamic commercial bank subsidiaries of SOEs. Partially, from the side of its influence on FDR: the more number of synergy transactional accounts of SOE, the higher FDR Islamic commercial bank subsidiaries of SOEs. The larger the value of synergy transactional SOEs, the lower the FDR Islamic commercial bank subsidiaries of SOEs. Partially, from the side of its effects on the NPF: the more number of synergy transactional accounts of SOEs, the higher NPF Islamic commercial bank subsidiaries of SOEs. The larger the value of synergy transactional SOEs, the higher NPF Islamic commercial bank subsidiaries of SOEs. In the implementation of synergy transactional, PT BNI S is at level of efficiency, while PT BSM and PT BRIS are not. Keywords: Synergy, State owned enterprises; Islamic Bank, Financing performance PENDAHULUAN
Salah satu pilar perekonomian
Indonesia adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Dalam rangka
melaksanakan peran strategis tersebut,
setiap tahun BUMN memerlukan dana
untuk operasi dan investasi yang sangat
besar. Gambar 1 dan Gambar 2
menunjukkan kebutuhan total dana operasi
(operating expenditure/opex) dan
permodalan (capital expenditure/capex)
seluruh BUMN yang secara majemuk tahun
mengalami laju pertumbuhan positif,
dengan tingkat laju pertumbuhan masing-
masing sebesar 5,78% dan 15,71%.
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
145
Gambar 1. Total Nilai Operating Expenditure (Opex) BUMN
Berdasarkan Gambar 1, diketahui
bahwa total dana yang dibutuhkan oleh
seluruh BUMN untuk membiayai
kebutuhan operasional selama tahun 2012
s.d. tahun 2014 terus mengalami
peningkatan. Meskipun tren pada tahun
2015 total dana opex BUMN sempat
mengalami penurunan yang diakibatkan
oleh perlambatan ekonomi nasional, namun
secara rerata dalam empat tahun terakhir,
total dana opex BUMN tetap tumbuh
sebesar 5,78%.
Gambar 2. Total Nilai Capital Expenditure (Capex) BUMN
Berdasarkan Gambar 2, diketahui
bahwa total dana yang dibutuhkan oleh
seluruh BUMN untuk membiayai
kebutuhan permodalan selama tahun 2012
s.d. tahun 2014 selalu mengalami
peningkatan. Sebagaimana kondisi yang
terjadi pada opex, di mana tren pada tahun
2015 total dana capex BUMN juga
mengalami penurunan yang diakibatkan
oleh perlambatan ekonomi nasional, namun
secara rerata dalam empat tahun terakhir,
total dana capex BUMN tumbuh sebesar
15,71%.
2012 2013 2014 2015Tahun 146 196 233 219
050
100150200250
(Rp
Trili
un)
CAPEX BUMN
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
146
Perubahan lingkungan bisnis yang
sangat cepat dalam dekade tahun 2000-
2020 serta ketidakpastian yang tinggi di
masa mendatang, yang antara lain
disebabkan oleh krisis ekonomi dunia dan
globalisasi, menyebabkan semakin
perlunya pembentukan BUMN-BUMN
yang unggul dan berdaya saing tinggi. Total
aset 118 BUMN yang mencapai Rp5.762
triliun (Kementerian BUMN, 2016) dan
portofolio BUMN yang tersebar di berbagai
sektor industri membuka peluang sinergi
antar BUMN. Bentuk dari sinergi tersebut
adalah melaksanakan kerja sama antar
BUMN guna optimalisasi sumber daya
yang dimiliki, antara lain berupa: kerja
sama keuangan, pemasaran, produksi,
distribusi, serta penelitian dan pelatihan,
dengan tetap memperhatikan asas-asas
berusaha yang sehat dan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance dalam
pelaksanaan kerja sama tersebut.
Sesuai dengan Road Map BUMN
Tahun 2015-2019, Sinergi BUMN
diperlukan dalam rangka mendukung
akselerasi pertumbuhan dan cross selling
transaction serta memperkuat posisi
BUMN dan meningkatkan pemerataan.
Bentuk Sinergi BUMN tersebut terbagi
menjadi 4 level, yaitu: 1) transaksional, 2)
kolaborasi atau kerja sama, 3) aliansi
strategis, dan 4) konsolidasi. Transaksional
adalah level sinergi berupa pemenuhan
kebutuhan pendanaan untuk aktivitas bisnis
dan operasional BUMN. Kolaborasi adalah
level sinergi berupa kontrak kerja sama
operasional tanpa pendirian entitas bisnis
baru dalam bentuk perusahaan
anak/perusahaan patungan. Aliansi
strategis adalah level sinergi berupa
resource sharing dan diwujudkan dalam
bentuk pendirian entitas bisnis baru seperti
joint venture company/ perusahaan
patungan. Konsolidasi adalah level sinergi
berupa peleburan aset maupun saham,
sehingga salah satu atau lebih entitas
bisnis/perusahaan menghilang.
Dalam rangka meningkatkan
implementasi Program Sinergi BUMN,
Pemerintah melalui Kementerian BUMN
mengarahkan agar pemenuhan dana opex
dan capex BUMN dilakukan melalui
mekanisme sinergi BUMN, yang dalam hal
ini berupa sinergi transaksional. Dengan
berkembangnya ekonomi syariah, alternatif
pemenuhan dana opex dan capex BUMN
juga menjadi semakin bervariatif, antara
lain melalui pinjaman dari lembaga
keuangan khususnya perbankan syariah
atau penerbitan obligasi syariah (sukuk).
Berdasarkan data statistik Otoritas
Jasa Keuangan/OJK tahun 2015, di tengah
pertumbuhan positif industri perbankan
syariah yang cukup menggembirakan
dengan peningkatan rata-rata 33,2% dalam
dekade tahun 2005-2015, terjadi fenomena
perlambatan pertumbuhan volume usaha.
Sesuai dengan Gambar 3, sejak tahun 2013,
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
147
pertumbuhan pembiayaan, pendanaan, dan
aset industri perbankan syariah mengalami
perlambatan dibandingkan periode
sebelumnya.
Gambar 3. Perkembangan Volume Usaha Bank Syariah Tahun 2008-2015
Perlambatan pertumbuhan volume
usaha industri perbankan syariah
khususnya akibat perlambatan penyaluran
kredit dan peningkatan pembiayaan
bermasalah, turut dialami oleh bank umum
syariah perusahaan anak BUMN. Kondisi
ini tercermin pada ikhtisar kinerja ketiga
bank umum syariah tersebut, yang dalam
penelitian ini dibatasi pada persentase
pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga
(Financing to Debt Ratio/FDR) dan
persentase pembiayaan bermasalah
terhadap total pembiayaan (Non
Performing Financing/NPF), di mana
secara ringkas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Gambar 4. NPF Bank Umum Syariah Perusahaan Anak BUMN Tahun 2012-2015
0%10%20%30%40%50%60%
050000
100000150000200000250000300000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Aset Jan Aset Mei
Aset September Gaset Jan
Gaset Mei Gaset September
Gdeposit Jan Gdeposit Mei
Gdeposit September Gfinancing Jan
Gfinancing Mei Gfinancing September
2012; BSM; 1,14
2012; BRI S; 1,84 2012; BNI S; 1,42
2013; BSM; 2,29
2013; BRI S; 3,26
2013; BNI S; 1,13
2014; BSM; 4,29
2014; BRI S; 3,65
2014; BNI S; 1,04
2015; BSM; 4,05 2015; BRI S; 3,89
2015; BNI S; 1,46
Non Performing Financing (dalam %)2012 2013 2014 2015
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
148
Sesuai dengan Gambar 4, selama
periode tahun 2012 s.d. 2015 NPF PT BSM
mengalami peningkatan rata-rata sebesar
94,11%, NPF PT BRIS mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 44,57%, dan
NPF PT BNI S mengalami penurunan rata-
rata sebesar 14,19%. Dengan demikian,
selama periode tersebut NPF pada sebagian
besar bank umum syariah perusahaan anak
BUMN mengalami peningkatan.
Gambar 5. NPF Bank Umum Syariah Perusahaan Anak BUMN Tahun 2012-2015
Sesuai dengan Gambar 1.5, selama
periode tahun 2012 s.d. 2015 FDR PT BSM
mengalami penurunan rata-rata sebesar
6,83%, FDR PT BRIS mengalami
penurunan rata-rata sebesar 4,46%, dan
FDR PT BNI S mengalami kenaikan rata-
rata sebesar 4,88%. Dengan demikian,
selama periode tersebut FDR pada sebagian
besar bank umum syariah perusahaan anak
BUMN mengalami penurunan.
Hasil penelitian Adzimatinur
(2014) menunjukkan bahwa FDR
memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap pembiayaan bank
umum syariah, sedangkan NPF akan
memberikan pengaruh yang signifikan
negatif terhadap pembiayaan.
Berdasarkan uraian tersebut,
ditemukan permasalahan bahwa
pertumbuhan dana opex dan capex BUMN
yang diharapkan Pemerintah dapat
dipenuhi melalui sinergi transaksional
BUMN, dalam pelaksanaannya
dimungkinkan belum berjalan secara
optimal. Hal ini terlihat dari tren kinerja
pembiayaan bank umum syariah
perusahaan anak BUMN pada periode yang
sama yaitu tahun 2012 s.d. 2015 justru
mengalami penurunan.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1) menganalisis pengaruh frekuensi dan
nilai sinergi transaksional BUMN
terhadap FDR bank umum syariah
perusahaan anak BUMN;
2012; BSM; 94,40 2012; BRI S; 103,07
2012; BNI S; 84,99 2013; BSM; 89,37
2013; BRI S; 102,70 2013; BNI S; 97,86
2014; BSM; 81,92
2014; BRI S; 93,90 2014; BNI S; 92,60
2015; BSM; 81,99 2015; BRI S; 84,16 2015; BNI S; 91,94
Financing to Debt Ratio (dalam %)2012 2013 2014 2015
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
149
2) menganalisis pengaruh frekuensi dan
nilai sinergi transaksional BUMN
terhadap NPF bank umum syariah
perusahaan anak BUMN;
3) menganalisis tingkat efisiensi kinerja
pembiayaan bank umum syariah
perusahaan anak BUMN dalam
pelaksanaan sinergi transaksional
BUMN.
TINJAUAN TEORITIS
Menurut Deardorff (2006) sinergi
adalah sebuah proses di mana interaksi dari
dua atau lebih unit atau kekuatan akan
menghasilkan pengaruh gabungan yang
lebih besar dibandingkan jumlah dari
pengaruh pelaku secara individual.
Selanjutnya berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Campble (1998), yang
menganalisis bahwa ketika sinergi dikelola
dengan baik, maka hal itu dapat menjadi
anugerah yang akan menciptakan nilai
tambah dari sumber daya yang ada. Namun
demikian sebaliknya, jika tidak dikelola
dengan baik sinergi dapat pula merusak
sebuah keyakinan dan mengikis
kepercayaan antara unit-unit bisnis
organisasi serta antara unit/anak dan
pusat/induk perusahaan. Covey (1993)
menyimpulkan bahwa sinergi yang
dikerjakan bersama lebih baik hasilnya
daripada dikerjakan sendiri-sendiri, selain
itu gabungan beberapa unsur akan
menghasilkan suatu produk yang lebih
unggul. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan pendapat (Corning, 1995) yaitu
kerja sama atau sinergi dilakukan bukan
untuk tujuan mempertahankan hidup,
melainkan agar dapat berkompetisi dengan
saling melengkapi.
Sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
definisi BUMN yaitu “badan usaha yang
seluruhnya atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari
kekayaan Negara yang dipisahkan”.
Berdasarkan definisi ini maka dapat
dirumuskan unsur-unsur yang ada dalam
BUMN yaitu:
1) badan usaha;
2) sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Negara;
3) kepemilikan modal Negara melalui
penyertaan secara langsung;
4) modal Negara tersebut merupakan
kekayaan Negara yang dipisahkan.
Menurut Sappington (2003),
BUMN biasanya diperintahkan untuk
mengejar tujuan selain memaksimalkan
keuntungan. Oleh karena itu, kerap terdapat
dugaan bahwa BUMN bertindak kurang
agresif dibanding para pesaing mereka dari
perusahaan swasta yang murni berorientasi
pada memaksimalkan keuntungan atau
laba.
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
150
Berdasarkan hasil penelitian-
penelitian tentang BUMN, dapat
disimpulkan bahwa BUMN merupakan
badan usaha yang dibentuk atau dimiliki
oleh Pemerintah dengan berbagai motif
atau tujuan, yang utamanya dalam rangka
menjaga keberlangsungan kepentingan
nasional. Berbeda halnya dengan
perusahaan pada umumnya, BUMN tidak
hanya bertujuan untuk meraih keuntungan
(business oriented), tetapi juga mengemban
misi Pemerintah untuk pencapaian tertentu
yang membawa kemaslahatan bagi hajat
hidup orang banyak. Dengan demikian,
dimungkinkan suatu BUMN tidak
mencapai target finansial dalam
menjalankan usahanya, sepanjang misi
nasional yang diamanahkan kepadanya
mampu terselenggara dengan baik.
Definisi tentang perbankan syariah,
bank syariah, dan bank umum syariah
ditegaskan dalam UU Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah sebagai
berikut: Perbankan Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Adapun Bank Umum Syariah adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Dari sisi sumber hukumnya,
Sjahdeini (2014) mengungkapkan bahwa
bank-bank syariah tunduk pada dua jenis
hukum yaitu syariah dan hukum positif
(peraturan perundang-undangan Negara
yang berlaku). Seperti halnya bank
konvensional, maka bank syariah juga
tunduk pada Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998, sertu
tentunya Undang-Undang tentang
Perbankan Syariah yaitu Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008.
Berdasarkan hasil penelitian-
penelitian di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa bank umum syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prinsip syariah,
dengan tetap tunduk pada hukum positif
yang sejalan dengan prinsip-prinsip
syariah. Ketentuan syariah tidak melarang
bank umum syariah untuk melakukan kerja
sama dengan pihak-pihak (bank dan non
bank) yang tidak menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah,
sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah tersebut. Dengan demikian,
bank umum syariah perusahaan anak
BUMN dapat melakukan kegiatan kerja
sama dengan BUMN atau
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
151
mengimplementasikan Program Sinergi
BUMN.
Gilbert dalam Syofyan (2003)
menyatakan ukuran kinerja perbankan yang
paling tepat adalah dengan mengukur
kemampuan perbankan dalam
menghasilkan laba atau profit dari berbagai
kegiatan yang dilakukannya, sebagaimana
umumnya tujuan suatu perusahaan
didirikan adalah untuk mencapai nilai
(value) yang tinggi, dimana untuk
mencapai value tersebut perusahaan harus
dapat secara efektif dan efisien dalam
mengelola berbagai macam kegiatannya.
Salah satu ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh keefektifan dan keefisienan
yang dicapai adalah dengan melihat kinerja
pembiayaan dan tingkat efisiensi
perusahaan. Semakin tinggi kinerja
pembiayaan dan semakin tinggi tingkat
efisiensi, maka semakin tinggi pula kinerja
sebuah perusahaan.
Menurut Khan (1995) sebagai
perantara keuangan, bank memiliki
kekuatan untuk menentukan jenis
pembiayaan yang akan diberikan.
Kemampuan perbankan syariah
menyediakan pembiayaan berpengaruh erat
dengan kinerja internal perbankan syariah,
di mana semakin baik kinerja perbankan
maka semakin banyak pembiayaan yang
dapat disalurkan.
Naja dalam Adzimatinur (2014)
menyatakan bahwa secara garis besar
pembiayaan pada perbankan syariah dibagi
menjadi tiga kategori berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu (1) transaksi
pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki
barang dilakukan dengan prinsip jual beli;
(2) transaksi pembiayaan yang ditujukan
untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan
prinsip sewa; dan (3) transaksi pembiayaan
untuk usaha kerja sama yang ditujukan
guna mendapatkan sekaligus barang dan
jasa, dilakukan dengan prinsip bagi hasil.
Berdasarkan teori dan penelitian-
penelitian sebelumnya, maka faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pembiayaan
syariah adalah tingkat bagi hasil, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Non-Performing
Financing (NPF), Finance to Deposit Ratio
(FDR), dan Return on Asset (ROA). Di
samping itu, tingkat efisiensi yang
merupakan rasio dari output terhadap input
turut diperhitungkan guna melihat secara
komprehensif kinerja sebuah perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan lainnya
pada sektor industri yang sama atau serupa.
Penelitian Adzimatinur (2014)
dapat melihat pengaruh NPF terhadap
pembiayaan perbankan syariah di
Indonesia. NPF akan memberikan
pengaruh yang signifikan negatif terhadap
pembiayaan. NPF merupakan pembiayaan
bermasalah sehingga semakin tinggi
pembiayaan bermasalah akan menurunkan
jumlah pembiayaan itu sendiri. Hal ini
disebabkan saat terjadi pembiayaan
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
152
bermasalah maka dana perbankan syariah
tidak dapat diputar dari satu nasabah ke
nasabah lainnya. Pembiayaan bermasalah
yang tinggi menyebabkan bank harus
menyiapkan dana penghapusan yang lebih
besar sehingga dapat menurunkan minat
bank untuk menyalurkan dana melalui
pembiayaan.
FDR merupakan perbandingan
antara pembiayaan dengan DPK. Maka
dapat diduga bahwa FDR memberikan
pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap pembiayaan. Hal ini dikarenakan
semakin meningkatnya FDR menunjukkan
terdapat peningkatan pada pembiayaan.
Rasio FDR menunjukkan seberapa besar
dana yang disalurkan untuk pembiayaan
dari dana pihak ketiga (Adzimatinur, 2014).
Menurut Farrell (1957) dalam
Ascarya (2009), efisiensi dari perusahaan
terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis
mencerminkan kemampuan dari
perusahaan dalam menghasilkan output
dengan sejumlah input yang tersedia,
sedangkan efisiensi alokatif mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya,
melalui struktur harga dan teknologi
produksi yang dimilikinya.
Bachrudin (2006) mengukur tingkat
efisiensi bank syariah dan bank
konvensional di Indonesia dengan David
Cole’s ROE for bank. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi bank syariah berbeda secara
berarti. Deviasi standar dari ROE pada
bank syariah lebih kecil dibanding bank
konvensional. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat risiko usaha bank syariah
lebih rendah dibandingkan bank
konvensional.
Berdasarkan penelitian sebelumnya
tentang efisiensi tersebut, maka efisiensi
merupakan hasil perbandingan antara
output fisik dan input fisik. Semakin tinggi
rasio output terhadap input maka semakin
tinggi tingkat efisiensi yang dicapai.
Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai
pencapaian output maksimum dari
penggunaan sumber daya tertentu. Jika
output yang dihasilkan lebih besar dari pada
sumber daya yang digunakan maka
semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang
dicapai. Hasil analisis atas efisiensi dapat
dimanfaatkan untuk mendapatkan
gambaran mengenai posisi tiap-tiap
perusahaan di samping pengetahuan
tentang potensi kelemahan dan usaha yang
diperlukan untuk memperbaikinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu analisis
data panel dan Data Envelopment Analysis
(DEA). Analisis data panel digunakan
untuk mengetahui pengaruh frekuensi
(number of account) sinergi transaksional
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
153
BUMN dan nilai sinergi transaksional
BUMN terhadap NPF dan FDR bank umum
syariah perusahaan anak BUMN, baik
secara bersama-sama/simultan maupun
parsial. Analisis data panel tersebut, secara
ringkas terdiri dari tujuh tahap sebagai
berikut:
(1) eksplorasi data menggunakan statistika
deskriptif terhadap variabel respon dan
penjelas;
(2) pendugaan parameter menggunakan
Model Gabungan (Pooled Least
Square);
(3) uji pengaruh waktu dan individu (Uji
Breusch Pagan);
(4) pendugaan parameter menggunakan
Model Pengaruh Tetap (Fix Effect
Model);
(5) uji spesifikasi model pengaruh tetap
(Uji Chow);
(6) pengujian asumsi;
(7) penduga matriks ragam peragam yang
kekar terhadap keheterogenan ragam.
Adapun DEA akan digunakan untuk
mengetahui tingkat efisiensi kinerja
pembiayaan bank umum syariah
perusahaan anak BUMN dalam
pelaksanaan sinergi transaksional BUMN.
Subyek yang diteliti terdiri atas
Kementerian BUMN dan tiga bank umum
syariah perusahaan anak BUMN yaitu: PT
Bank Syariah Mandiri/”PT BSM”, PT
BRISyariah/PT BRIS”, dan PT BNI
Syariah/”PT BNI S”. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive random
sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1) transaksi pembiayaan bank umum
syariah perusahaan anak BUMN
dilakukan terhadap BUMN, perusahaan
anak BUMN, atau perusahaan cucu
BUMN;
2) laporan keuangan harus memiliki tahun
buku yang berakhir tanggal
31 Desember, hal ini untuk
menghindari adanya pengaruh waktu
parsial dalam perhitungan variabel
independen maupun dependen; dan
3) data yang diteliti minimal memiliki tiga
periode, yaitu di antara tahun 2012 s.d.
2015.
Pengumpulan data primer dalam
penelitian ini dilakukan melalui wawancara
kepada pejabat Kementerian BUMN,
manajemen PT BSM, manajemen PT
BRIS, dan manajemen PT BNI S. Adapun
data sekunder yang digunakan sebagai
pelengkap atau pendukung dalam
penelitian ini bersumber dari Laporan
Tahunan Audited dan Laporan Manajemen
ketiga bank umum syariah perusahaan anak
BUMN tersebut, website resmi
Kementerian BUMN, PT BSM, PT BRIS,
dan PT BNI S, berbagai Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan/
Keputusan Menteri BUMN, Peraturan
Bank Indonesia, peraturan-peraturan dari
Otoritas Jasa Keuangan dan beberapa
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
154
instansi terkait lainnya, serta data
dukung/dokumen lainnya yang terkait.
Menurut hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya, maka
operasional variabel dalam penelitian ini
adalah:
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Pengukuran
NoA Number of Account sinergi
transaksional BUMN
Jumlah transaksi
per bulan
Rasio
Nilai Nilai sinergi transaksional
BUMN
Rupiah per bulan Rasio
FDR Financing to Debt Ratio Persentase Rasio
NPF Non Performing Financing Persentase Rasio
Berdasarkan operasional variabel tersebut,
maka model penelitian ini sebagai berikut:
1) Model Regresi Data Panel I
i = 1,2,3
t = 1,2,3,..., 48
: FDR bank umum syariah
perusahaan anak BUMN pada
perusahaan ke-i dan bulan ke-t
: frekuensi (number of account)
sinergi transaksional BUMN
pada perusahaan ke-i dan bulan
ke-t
: nilai sinergi transaksional
BUMN pada perusahaan ke-i
dan bulan ke-t
: intersep yang konstan
: koefisien regresi (slope) untuk
variabel jumlah transaksi (number of
account)
: koefisien regresi (slope) untuk
variabel nilai transaksi
: komponen sisaan untuk setiap
perusahaan ke-i pada periode bulan ke-
t
2) Model Regresi Data Panel II
i = 1,2,3
t =1,2,3,..., 48
: NPF bank umum syariah
perusahaan anak BUMN pada
perusahaan ke-i dan bulan ke-t
ity
itx1
itx2
0b
1b
2b
itu
ity
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
155
: frekuensi (number of account)
sinergi transaksional BUMN pada
perusahaan ke-i dan bulan ke-t
: nilai sinergi transaksional
BUMN pada perusahaan ke-i dan bulan
ke-t
: intersep yang konstan
: koefisien regresi (slope) untuk
variabel jumlah transaksi (number of
account)
: koefisien regresi (slope) untuk
variabel nilai transaksi
: komponen sisaan untuk setiap
perusahaan ke-i pada periode bulan ke-
t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Frekuensi (Number of
Account) Sinergi Transaksional BUMN
dan Nilai Sinergi Transaksional BUMN
terhadap FDR Bank Umum Syariah
Perusahaan Anak BUMN
Analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh frekuensi
(number of account) sinergi
transaksional BUMN dan nilai sinergi
transaksional BUMN terhadap FDR
bank umum syariah perusahaan anak
BUMN adalah analisis data panel.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan meliputi:
a. Pemodelan data dengan model
gabungan, model pengaruh tetap,
dan model pengaruh acak.
Tahapan yang dilakukan terdiri dari
pendugaan parameter model
gabungan dengan Metode Kuadrat
Terkecil (MKT) dan pendugaan
parameter dengan model pengaruh
tetap. Selanjutnya, setelah
didapatkan model pengaruh tetap
dan model gabungan dilakukan Uji
Chow untuk menentukan pemilihan
model antara model gabungan dan
model pengaruh tetap. Pemodelan
data dilanjutkan dengan pendugaan
parameter dengan model pengaruh
acak. Selanjutnya, setelah
didapatkan model pengaruh tetap
dan model pengaruh acak,
dilakukan Uji Hausman guna
menentukan pemilihan model
antara model pengaruh acak dan
model pengaruh tetap.
b. Pengujian Asumsi.
Uji Studentized Breusch Pagan
(BP) digunakan untuk mengetahui
sisaan yang kita miliki memenuhi
asumsi kehomogenan ragam atau
tidak. Uji asumsi kehomogenen
ragam tidak dipenuhi sehingga
dilakukan pendugaan parameter
model pengaruh tetap dengan
pembobotan cross section weight
sebagaimana Tabel 2.
itx1
itx2
0b
1b
2b
itu
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
156
Tabel 2. Model Pengaruh Tetap dengan Pembobotan Cross Section Weight
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.023941 0.007530 135.9862 0.0000
NOA 0.003259 0.001367 2.384864 0.0184 NILAI -1.44E-07 2.24E-08 -6.418545 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.921039 Mean dependent var 1.372780
Adjusted R-squared 0.918767 S.D. dependent var 0.617513 S.E. of regression 0.058017 Sum squared resid 0.467873 F-statistic 405.3403 Durbin-Watson stat 2.251212 Prob(F-statistic) 0.000000
Uji asumsi yang dilakukan
selanjutnya adalah Uji Normalitas
menggunakan metode Kolmogorof
Sminov, dengan hasil sebagaimana
Gambar 6:
Gambar 6. Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 6 dapat
diketahui bahwa sisaan menyebar
normal (Nilai p > 0.05). Uji
selanjutnya yang dilakukan adalah
multikolinearitas untuk mengetahui
ada atau tidaknya korelasi antar
variabel penjelas serta uji
autokorelasi menggunakan metode
Durbin Watson untuk mengetahui
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
157
ada atau tidaknya korelasi diri pada
sisaan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil analisis
tersebut, model terbaik yang
didapatkan adalah model pengaruh
tetap dengan pembobotan cross
section weight dengan persamaan
sebagai berikut:
FDR (BNI S) =
1.148533+3.23𝑥10'(NoA-
1.44𝑥10'(Nilai
FDR (BSM) =
0.995898+3.23𝑥10'(NoA-
1.44𝑥10'(Nilai
FDR (BRIS) =
0.927392+3.23𝑥10'(NoA-
1.44𝑥10'(Nilai
2. Pengaruh Frekuensi (Number of
Account) Sinergi Transaksional BUMN
dan Nilai Sinergi Transaksional BUMN
terhadap NPF Bank Umum Syariah
Perusahaan Anak BUMN
Analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh frekuensi
(number of account) sinergi
transaksional BUMN dan nilai sinergi
transaksional BUMN terhadap NPF
bank umum syariah perusahaan anak
BUMN adalah analisis data panel.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan meliputi:
a. Pemodelan data dengan model
gabungan, model pengaruh tetap,
dan model pengaruh acak.
Tahapan yang dilakukan terdiri dari
pendugaan parameter model
gabungan dengan Metode Kuadrat
Terkecil (MKT) dan pendugaan
parameter dengan model pengaruh
tetap. Selanjutnya, setelah
didapatkan model pengaruh tetap
dan model gabungan dilakukan Uji
Chow untuk menentukan pemilihan
model antara model gabungan dan
model pengaruh tetap. Pemodelan
data dilanjutkan dengan pendugaan
parameter dengan model pengaruh
acak. Selanjutnya, setelah
didapatkan model pengaruh tetap
dan model pengaruh acak,
dilakukan Uji Hausman guna
menentukan pemilihan model
antara model pengaruh acak dan
model pengaruh tetap.
b. Pengujian Asumsi.
Uji Studentized Breusch Pagan
(BP) digunakan untuk mengetahui
sisaan yang kita miliki memenuhi
asumsi kehomogenan ragam atau
tidak. Uji asumsi kehomogenen
ragam tidak dipenuhi sehingga
dilakukan pendugaan parameter
model pengaruh tetap dengan
pembobotan cross section weight
sebagaimana Tabel 3.
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
158
Tabel 3. Model Pengaruh Tetap dengan Pembobotan Cross Section Weight
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.017602 0.001787 9.850397 0.0000
NOA 0.001683 0.000256 6.568245 0.0000 NILAI 3.01E-08 5.19E-09 5.808165 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.807132 Mean dependent var 0.034592
Adjusted R-squared 0.801582 S.D. dependent var 0.013417 S.E. of regression 0.008053 Sum squared resid 0.009013 F-statistic 145.4251 Durbin-Watson stat 2.112898 Prob(F-statistic) 0.000000
Uji asumsi yang dilakukan
selanjutnya adalah Uji Normalitas
menggunakan metode Kolmogorof
Sminov, dengan hasil sebagaimana
Gambar 7:
Gambar 7. Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 7, dapat
diketahui bahwa sisaan menyebar normal
(Nilai p > 0.05). Uji selanjutnya yang
dilakukan adalah multikolinearitas untuk
mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar
variabel penjelas serta uji autokorelasi
menggunakan metode Durbin Watson
untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi diri pada sisaan yang dimiliki.
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
159
Berdasarkan hasil analisis tersebut,
model terbaik yang didapatkan adalah
model pengaruh tetap dengan pembobotan
cross section weight dengan persamaan
sebagai berikut:
NPF
(BNIS)=0.014582+1.68𝑥10'(NoA+
3.01𝑥10',Nilai
NPF
(BSM)=0.007452+1.68𝑥10'(NoA+
3.01𝑥10',Nilai
NPF
(BRIS)=0.030766+1.68𝑥10'(NoA+
3.01𝑥10',Nilai
Berdasarkan hasil analisis data,
diketahui bahwa frekuensi dan nilai sinergi
transaksional BUMN berpengaruh
signifikan secara bersama-sama baik
terhadap FDR maupun NPF bank umum
syariah perusahaan anak BUMN. Menurut
hasil penelitian terdahulu, di antaranya
Anggraini (2005), Ambarwati (2008), dan
Adzimatinur (2014), peningkatan kinerja
pembiayaan bank umum syariah dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan FDR
dan menurunkan NPF. Upaya peningkatan
FDR bank umum syariah perusahaan anak
BUMN dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan frekuensi sinergi
transaksional BUMN baik untuk yang telah
terjalin atau sinergi yang akan dilakukan
pada kesempatan yang akan datang. Namun
demikian, di sisi lain manajemen bank
umum syariah perusahaan anak BUMN
perlu memitigasi agar sinergi transaksional
BUMN tersebut tidak berdampak pada
semakin tingginya NPF yang berdampak
pula pada turunnya FDR.
Sesuai dengan penjelasan Sjahdeini
(2014) bahwa bank-bank syariah tunduk
pada dua jenis hukum yaitu syariah dan
hukum positif (peraturan perundang-
undangan Negara yang berlaku), maka
pelaksanaan sinergi transaksional BUMN
yang dilakukan oleh bank umum syariah
perusahaan anak BUMN pun harus
dipastikan comply dengan kedua jenis
hukum tersebut. Meskipun dilakukan
dengan sesama grup BUMN, pembiayaan
yang diberikan oleh bank umum syariah
perusahaan anak BUMN haruslah tetap
berpedoman pada prinsip-prinsip syariah
serta etika bisnis yang sehat dan akuntabel.
Dari sisi Pemerintah, terkait dengan
belum optimalnya pelaksanaan Program
Sinergi BUMN, Kementerian BUMN
khususnya perlu melakukan langkah
strategis dan praktis dalam memastikan
efektivitas pelaksanaan Program Sinergi
BUMN tersebut. Kebijakan Kementerian
BUMN tentang Program Sinergi BUMN
harus lebih aplikatif, dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate
governance). Apabila diperlukan,
kebijakan tersebut di dalamnya juga
mengatur tentang indikator-indikator
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
160
pencapaian yang dijadikan key
performance indicator bagi manajemen
BUMN. Selanjutnya, Kementerian BUMN
perlu melakukan monitoring dan evaluasi
secara sistematis/terstruktur, guna
memantau progres sekaligus memberikan
solusi terhadap tantangan dan kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan sinergi
tersebut.
KESIMPULAN
1) Frekuensi dan nilai sinergi
transaksional BUMN berpengaruh
signifikan secara bersama-sama
terhadap FDR bank umum syariah
perusahaan anak BUMN.
Secara parsial, pengaruh frekuensi
sinergi transaksional BUMN dan nilai
sinergi transaksional BUMN terhadap
FDR bank umum syariah perusahaan
anak BUMN dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) semakin banyak number of account
sinergi transaksional BUMN,
semakin tinggi FDR bank umum
syariah perusahaan anak BUMN.
b) semakin besar nilai sinergi
transaksional BUMN, semakin
rendah FDR bank umum syariah
perusahaan anak BUMN.
2) Frekuensi dan nilai sinergi
transaksional BUMN berpengaruh
signifikan secara bersama-sama
terhadap NPF bank umum syariah
perusahaan anak BUMN.
Secara parsial, pengaruh frekuensi
sinergi transaksional BUMN dan nilai
sinergi transaksional BUMN terhadap
NPF bank umum syariah perusahaan
anak BUMN dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) semakin banyak number of account
sinergi transaksional BUMN,
semakin tinggi NPF bank umum
syariah perusahaan anak BUMN.
b) semakin besar nilai sinergi
transaksional BUMN, semakin
tinggi NPF bank umum syariah
perusahaan anak BUMN.
3) Dalam pelaksanaan sinergi
transaksional BUMN, PT BNI S berada
pada batas efisiensi, sedangkan PT
BSM dan PT BRIS tidak efisien.
DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku: Ascarya, Diana Yumanita, dan Guruh S.
Rohimah. “Analisis Efisiensi Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis”. Current Issues Lembaga Keuangan Syariah. Ed. Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Jakarta: Kencana, 2009.
Covey, Stephen R. (1993). Principle-Centered Leadership. New York: Fireside Press.
Deardorff, Dale S. & Greg Williams. (2006). Synergy Leadership in Quantum Organizations.
New York: Fesserdorff Consultants.
MEIS ________________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 4 No. 2 Juli – Desember 2017
161
Sjahdeini, Sutan Remy. (2014). Perbankan Syariah. Produk-produk dan Aspek Hukumnya. Jakarta: Kencana.
Referensi Disertasi/Tesis: Ambarwati, Septiana. (2008). Faktor -
Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.
Anggraini, Desti. (2005). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri). Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.
Referensi Jurnal: Adzimatinur, F., Sri Hartoyo, Ranti
Wiliasih. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besaran Pembiayaan Syariah di Indonesia”. Jurnal Al-Muzara’ah. (2014): (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363).
Campble, Andrew & Michael Goold. Desperately Seeking Synergy. Harvard Business Review. (1998).
Corning, Peter A. Synergy and Self Organization in the Evolution of Complex System. Systems Research. (1995): 12(2): 89-121
Sappington, David E.M. and J. Gregory Sidak. Competition Law for State Owned Enterprises. Antitrust Law Journal. (2003): pp. 479-523. Vol. 71, No. 2.
Syofyan, Sofriza. Keputusan ”Go Public” dan Hubungannya dengan Kinerja Bank-Bank Swasta di Indonesia. Jurnal Media Riset & Manajemen. 2003: Vol. 3, No. 1.
Peraturan/Perundang-undangan/Produk
Pemerintah Lainnya: Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Road Map Badan Usaha Milik Negara Tahun 2015-2019. 2015.
Otoritas Jasa Keuangan. Laporan Tahunan Perbankan 2015. 2016.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 2003.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2007.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 2008.
Website: www.bnisyariah.co.id diakses 17
November 2016. www.brisyariah.co.id diakses 14
November 2016. www.bsm.co.id diakses 10 Oktober 2016. www.bumn.go.id diakses 10 Oktober 2016. www.ojk.go.id diakses 12 Oktober 2016.