fiedtrip resmi b3.5

download fiedtrip resmi b3.5

of 25

Transcript of fiedtrip resmi b3.5

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti responsi dan syarat kelulusan praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah di laboratorium Tanah Umum Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Telah disetujui dan disahkan pada: Hari Tanggal Tempat : : :

Yogyakarta, Mengetahui, Asisten

2010

------------------------

i

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................................2 ABSTRAKSI.........................................................................................................................3 I. II. III. IV. V. PENDAHULUAN...............................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4 METODOLOGI..................................................................................................7 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN..............................................9 KESIMPULAN..................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23 LAMPIRAN........................................................................................................................24

2

ABSTRAKSIPraktikum lapangan Dasar-dasar Ilmu Tanah ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 10 April 2010 di lima (5) lokasi yang berbeda, diantaranya adalah : tanah Regosol di Banguntapan, tanah Latosol di Pathuk, tanah Rendzina di Hutan Bunder, tanah grumusol di Playen, dan tanah fulsolik di Mulo. Yang dimaksud pengenalan jenis tanah yaitu melihat sifat, ciri, dan kenampakan tanah di lapangan terutama tanah-tanah yang digunakan dalam praktikum. Dengan demikian diharapkan akan terjadi keruntutan informasi mengenai sifat dan ciri-ciri masing-masing jenis tanah antara sifat fisik dan kimia di laboratorium dengan kondisinya di lapangan. Pelaksanaan praktikum ini meliputi cara-cara penentuan morfologi dan profil tanah yang meliputi struktur tanh, tekstur tanah, dan warna tanah secara kualitatif. Lapisan-lapisan pada tanah sendiri dapat ditentukan dengan melihat perbedaaan warna, perbedaan tekstur, dan konsistensi tanah tersebut. . Pengamatan di lapangan dilakukan menggunakan alat dan bahan seperti palu pedologi, belati, GPS, kompas, pH meter, soil munsell color charts, serta beberapa macam khemikalia seperti H2O2, HCl, serta H2O dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks yang terdiri dari tiga fase yakni bahan padat, cair, dan gas. Dari tiga fase tersebut mempunyai variasi komposisi yang menentukan ciri, sifat, watak, dan kelakuan tanah serta mempengaruhi tekstur tanah yang merupakan komposisi fraksi-fraksi tanah yang berlainan. Tekstur tanah hanya dapat berubah oleh pencampuran dengan tanah lain yang bertekstur berbeda. Oleh karena tidak mudah berubah, maka tekstur tanah sering digunakan untuk menduga asal bahan induk tanah dan proses-proses yang berlangsung pada suatu bentang lahan. Sifat fisik tanah yang dipengaruhi tekstur antara lain : daya dukung tanah, daya serap (simpan air, permeabilitas, eradibilitasme), kemudahan penetrasi akar tanaman drainase atau pengatusan, kemudahan terolah, plastisitas, dan kelekatan. Pengamatan suatu profil tanah akan membantu kita dalam memperoleh sifat-sifat tanah, terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan dengan memungkinkan kita untuk lebih mengetahui sifat-sifat berbagai horison tanah.

B. Tujuan Pengenalan lapangan mengenai tanah-tanah di Yogyakarta bertujuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai sebaran jenis tanah berdasarkan satuan fisiografi dan untuk mengenalkan geografi tanah yang dijumpai di Yogyakarta.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat tanah berbeda-beda. Dengan melakukan perbedaan pada beberapa tanah berarti kita telah melakukan klasifikasi tanah meskipun dengan cara yang sederhana. Jadi, klasifikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasar atas sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan kedalam satu kelas yang sama (Darmawijaya, 1997). Tanah sebagai salah satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas kemampuannya jika kita hendak melakukan pertanaman pada tanah itu. Analisa tersebut bertujuan

mengungkapkan (Sutedjo, 2004) : a. Khuluk (nature) tanah. b. Sifat-sifat (propertise) tanah. c. Tabiat atau perilaku (behaviour) tanah. Penentuan khuluk, sifat, dan tabiat tanah dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif (Sutedjo, 2004) : 1. Dalam hal pengungkapan yang bersifat kuantitatif, hakikat tanah dapat dijabarkan menjadi variabel yang gayut; 2. Dengan pengungkapan yang bersifat kualitatif, hakikat tanah dijabarkan menjadi sejumlah atribut yang gayut. Konsistensi tanah dapat ditarifkan sebagai daya kohesi dan daya adhesi tanah pada berbagai kelembaban (Baver, 1985 cit. Sutedjo dan Kartasapeotra, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan percobaan konsistensi tanah tersebut bermacam-macam tergantung dari tekstur, kadar bahan organik, kadar dan khuluk bahan koloid, dan terutama kadar lengas tanah (Sutedjo dan Kartasapeotra, 2002). Sedangkan faktor yang mempengaruhi intensitas warna adalah (Kohnke, 1968 cit. Sutedjo dan Kartasapeotra, 2002) : a. Kadar lengas dan tingkat hidratasi, b. Kadar bahan organik, c. Kadar dan mutu mineral. Kisaran warna tanah yang sangat lebar akan menyulitkan para pemeri tanah dalam memberikan hasil pemeriannya supaya dapat diinterpretasikan sama oleh semua orang. Salah satu bukti pedoman pemerian warna tanah telah dipublikasikan oleh USDA yang diberi nama Munsell Soil Color Charts (MSCC). Pedoman ini dibuat berdasarkan notasi Munsell, yaitu : hue, value, dan chroma. 4

Kohesi di dalam agregat tanah menurun bila kadar kelengasan tanah meningkat. Setiap agregat menjadi lunak dan mungkin menyerupai atau mungkin juga tidak, tergantung pada kemantapannya. Bukti eksperimen menunjukkan bahwa kohesi adalah maksimum pada batas terendah dan plastik. Kandungan air pada batas tersebut tergantung pada jumlah x colloidal alami. Kandungan koloid mengatur sejumlah film x koloid alami menentukan kualitas air yang diserap sebelum pembeda air fim disekitar masing-masing poin kontak terbentuk. Hal ini disubstansikan oleh kenyataan bahwa tingkat tinggi korelasi ada diantara higrocapacity diatas 30% H2SO4 dan kandungan air batas terendah plastik (Baver, 1956). Jenis tanah Regosol umumnya belum jelas membentuk deferensiasi horison. Tekstur tanah biasanya kasar, struktur kersai atau remah, konsistensi lemah sampai gembur dan pH 67. Umumnya cukup mengandung unsur P dan K, tetapi kekurangan unsur N. Berdasarkan bahan induknya tanah Regosol dapat dibedakan atas (Darmawijaya, 1997). 1. Regosol Abu Vulkanik, 2. Regosol Bukit pasir, 3. Regosol Batuan Sedimen. Latosol adalah tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas horison kabur, solume tebal (>150 cm) dan kejenuhan basa 30%, bersifat mengembang dan mengerut. Tanah jenis ini relatif subur jika dikelola dengan baik. Pada sistem taksonomi lain tanah ini disebut Vertisol (Djajadirana, 2000). Istilah Grumusol berasal dari istilah grumus (gumpalan kertas). Kandungan bahan organik pada umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh humus dan kadar kapur. Sifat-sifat fisik tanah Grumusol yang berat membuat jenis tanah ini termasuk sangat peka terhadap erosi dan bahaya longsoran (Djajadirana, 2000).

6

III. METODOLOGI

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 10 April 2010 di 5 lokasi yang berbeda, yaitu : tanah Regosol di Banguntapan, tanah Latosol di Pathuk, tanah Rendzina di Hutan Bunder, tanah grumusol di Playen, dan tanah fulsolik di Mulo. Pada praktikum lapangan ini alat-alat yang digunakan antara lain: palu pedologi, belati, metline, alat tulis, kamera, Soil Munsell Color Charts, dan pnetrometer. Adapun bahan yang digunakan adalah lima jenis tanah (Regosol, Rendzina, Latosol, Grumusol, dan Mediteran), HCl 2N, H2 O2 10%, H2O2 3%, dan kertas pH universal. Penetapan warna tanah kuantitatif dengan menggunakan buku warna Soil Munsell Color Charts yang disusun atas tiga unsur yaitu HUE (spektrum warna yang merajai yang membedakan warna merah sampai kuning), VALUE (tingkat kecerahan warna dengan warna putih sebagai pembanding), dan CHROMA (kemurnian warna, semakin besar semakin keruh). Pengamatan tekstur dilapangan mencakup tiga hal yaitu tipe, ukuran, dan derajat. Ada empat tipe struktur yaitu: Tipe lempeng : ukuran horisontal lebih panjang daripada vertikal Tipe tiang Gumpal : ukuran vertikal lebih panjang daripada horisontal : vertikal dan horisontal sebanding (gumpal membulat dan gumpal menyudut) Tipe speroidal : berbentuk bundar Berdasarkan derajatnya struktur dibagi menjadi empat yaitu tidak beragregat (struktur pejal dan butir tunggal), lemah (mudah hancur jika tersinggung), sedang (masih mudah pecah), dan kuat (perlu cukup tenaga untuk menghancurkan). Dilakukan pengamatan konsistensi dengan cara memijit tanah diantara ibu jari dan telunjuk pada tiga aras lengas yaitu basah, lembab, dan kering. Pada keadaan basah menunjukkan keliatan atau kalekatan tanah yaitu lekat, agak lekat tidak lekat, dan sangat lekat. Keadaan lembab menunjukkan kemudahan untuk dibentuk yaitu tidak liat, agak liat, liat, dan sangat liat. Keadaan kering digolongkan menjadi lepas-lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan luar biasa teguh. Pengamatan bahan kasar meliputi jenis, ukuran, jumlah, dan kekerasan. Penggolongan jenis antar lain kerikil, pasiran, dan batu. Ukuran dibedakan menjadi kecil, sedang, dan kasar. Jumlah dihitung dari persen volume dalam tiap lapisan.

7

Perakaran meliputi ukuran (meso, mikro, dan makro) dan jumlah (sedikit, sedang, dan banyak). Pengamatan akar yaitu akar yang tumbuh dari atas bukan dari samping. Reaksi-reaksi tanah diamati meliputi kadar BO dengan direaksikan dengan H2 O2 10%, sedangkan kadar Mn dengan menggunakan H2O2 3%. Untuk mengetahui kadar kapur

digunakan pereaksi HCl 2N, sedangkan untuk menguji pH digunakan kertas pH universal.

8

III. PENGAMATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN PENGAMATAN LAPANGAN I. Morfologi Tapak (Site)

Nama Pengamat : B.3 / 5 Lokasi Fisiografi Topografi Lereng : Banguntapan : Dataran : lereng / Datar : 0 3%

Tanggal Kode Landform Litologi Arah lereng Bebatuan

: 10 April 2010 : Stop site I : Tepi sungai : Aluviem : 110 NE : Batuan kecil

Tata Guna Lahan : Tegalan & sawah Vegetasi Pola Drainase Erosi Cuaca : Jati, padi : Dentritik : Lembar : Cerah, panas

Pertumbuhan : Baik Jeluk air tanah : 3 m Tingkat erosi : rendah Altitude Koordinat : 120 m dpl : 07o48,339 LS; 110o24,838 BT

II. Karakteristik Profil No 1. 2. Pengamatan Jeluk (cm) Warna Tanah a. Matrik b. Karatan c. Campuran Tekstur Struktur a. Tipe b. Klas c. Derajat Konsistensi Perakaran a. Ukuran b. Jumlah Bahan kasar a. Jenis b. Jumlah Lapisan I 0- 4,8 10 YR 4/2 Pasir Lapisan II 4,8-8 10 YR 4/3 Pasir Lapisan III 8-124 10 YR 3/4 Geluh lempungan Gumpal menyudut Sedang Menyatu Agak teguh Meso Mikro Sedikit Lapisan IV 124-140 10 YR 3/3 Geluh lempungan Gumpal membulat Sedang Menyatu Agak teguh

3. 4.

5. 6.

Gumpal menyudut Sedang Lemah Sangat gembur Meso mikro Banyak -

Gumpal menyudut Sedang Sedang Sangat gembur Meso mikro Banyak -

Mikro Banyak 9

7.

c. Ukuran 8. Uji khemikalia a. BO(H2 O2 10%) b. Mn (H2O2 3%) c. Kapur (HCl 2N) 9. pH H2O 10. Catatan khusus III. Klasifikasi Tanah a. PPT b. FAO c. USDA

-

-

-

++ + 4

+ +++ + + +++ 4,5 4 5 Pada lapisan ketiga terdapat bercak kuning

: Regosol : Kambisol : Inseptisol PEMBAHASAN

Tanah yang kita jumpai di daerah Banguntapan, Wonosari adalah tanah Regosol, dalam klasifikasi FAO disebut kambisol. Secara fisiografi tanah ini berada pada dataran dengan relief datar dan lereng 0-3% dengan kemiringan lereng 110 derajat NE. Landform tanah ini yaitu teras, sungai dengan letak altitude 120 m dpl, tingkat erosi tanah ini rendah. Erosi yang terjadi adalah erosi lembur yaitu erosi yang menyebabkan kehilangan tanah lapisan atas karena air yang mengalir di permukaan menghanyutkan partikel tanah. Pola drainase tanah ini adalah dendritik. Relief ini berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah. Proses yang dominan adalah haplodisasi secara argilik pedoturbasi yaitu proses pencampuran lapisan tanah atas dengan lapisan tanah bawah secara periodik. Hal ini dipengaruhi adanya kandungan liat yang tinggi dengan tipe 2:1. Liat ini dapat mengembang jika air jenuh dan mengkerut jika kering. Peristiwa ini terjadi masing-masing unit yang terjadi dari 2 Si tetrahidral ditambah dengan 1 Al oktahidral dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah dari oksigen-oksigen, air, dan kation dapat masuk pada ruang antar lapisan sehingga mudah mengembang dan mengerut. Kembang kerut ini memiliki taraf perkembangan yang spesifik, yaitu berhubungan dengan kemasakan BO dan pelapukan yang terjadi. Beragamnya tingkat kelembaban yang luas dan banyaknya kation-kation alkali (Ca dan Mg) akan merintis pembentukan liat humus yang sangat spesifik. Hal ini kemudian menjadi ciri khas tanah Grumusol.Tanah grumusol ini mempunyai pola drainase dendritik. Tanah ini memiliki warna 10 YR 4/2 pada lapisan I, 10 YR 4/3 pada lapisan II, 10 YR 3/4 pada lapisan III, 10 YR 3/3 pada lapisan IV. Metode yang digunakan yaitu secara kuantitatif dengan menggunakan kartu warna soil munsell color charts. 10

Penentuan tekstur dilakukan secara kuantitatif dengan metode perabaan/terpilin sehingga dapat diketahui fraksi dominan penyusun tanah. Dari percobaan diketahui bahwa tekstur tanah grumusol adalah pasir. Begitu juga penentuan tipe struktur tanah dilakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk dan ukurannya dan diperoleh hasil bahwa tanah grumusol bertekstur gumpal membulat pada lapisan IV dan menyudut pada lapisan I III. Hal ini dikarenakan pada saat kering tanah grumusol cenderung menggumpal tidak teratur dengan bentuk seperti menyudut. Konsistensi tanah ini teguh pada saat kering dan lekat pada saat basah. Kekerasan pada horison A dan B termasuk rendah karena kandungan bahan organiknya lebih banyak. Penentuan BO dengan menggunakan H2 O2 10%, reaksi yang kuat (timbul buih banyak) menandakan kadar BO lebih banyak. Kandungan Mn pada horison A dan B termasuk rendah. Pengujian Mn dilakukan dengan menggunakan H2 O2 3% dan tanah yang menunjukkan reaksi yang kuat menandakan banyak mengandung Mn. Kandungan kapur pada tanah ini termasuk banyak. Pengujian dilakukan dengan cara menambahkan larutan HCl 2N dan yang bereaksi kuat menandakan kandungan kapurnya tinggi. Tidak ditemukannya kandungan kapur dalam tanah ini. Penentuan pH dengan menggunakan kertas pH universal. PENGAMATAN LAPANGAN

I. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat : B.3 / 5 Lokasi Fisiografi Topografi Lereng Tataguna lahan Vegetasi Pola drainase Erosi Cuaca : Karangsari, Patuk : perbukitan : bergelombang : 15 % : tegalan : jati : dendritik : parit : berawan Tanggal Kode Landform : 10 April 2010 : Stop site II : perbukitan

Bahan Induk : Andesit Arah lereng Bebatuan : 182 NE : sedikit

Pertumbuhan : baik Jeluk air tanah : 1 - 3 m Tingkat erosi : rendah Altitude Koordinat : 235 m : 7o51,365 LS; 110o30,219 BT

II. Karakteristik Profil 11

No. Pengamatan 1. Jeluk (cm) 2. Warna tanah a. matrik b. karatan c. Campuran 3. Tekstur 4. Struktur a. Tipe b. Kelas c. Derajad Konsistensi Perakaran a. Ukuran b. Jumlah Bahan kasar a. Jenis b. Jumlah c. Ukuran Uji Chemicalia a. BO (H2 O2 10%) b. Mn (H2O2 3%) c. Kapur (HCl 2N) pH H2O

Lapisan 1 1 66 5 YR 3/4 Geluh lempungan Gumpal menyudut Halus Sedang Sedang Mikro, Meso Banyak -

Lapisan 2 66 -103 5 YR 3/4 Geluh Lempungan Gumpal menyudut Halus Sedang Sedang Meso Sedang -

Lapisan 3 103 - 125 5 YR 3/4 Geluh lempungan Gumpal menyudut Sedang Sedang Sedang Makro Sedikit -

Lapisan 4 125-149 5 YR 4/4 Lempung

Lapisan 5 149 - 160 5 YR 3/4 Lempung

5. 6.

Gumpal menyudut Sedang Sedang Sedang Makro, mikro Sedang -

Gumpal menyudut Sedang Sedang Sedang

Meso Sedikit

7.

8..

+++ +++ +++ 4.5

+ +++ ++ 5

+ +++ + 4.5

+++++ ++ ++++ ++ + + 4.5 4.5

9.

III. Klasifikasi Tanah a. PPT b. FAO c. USDA : Latosol :: Ultisol

PEMBAHASAN Tanah Latosol adalah salah satu jenis tanah yang dapat kita temui di wilayah Patuk, Gunung Kidul. Daerah ini memiliki topografi berombak, arah lereng 182 NE. Selain itu daerah ini memiliki jenis erosi parit dengan tingkat erosi rendah. Pada saat pengamatan cuaca

12

mendung jadi untuk pengamatan warna sangat baik, karena tanah tidak terkena sinar matahari secara langsung. Landform wilayah ini adalah perbukitan dengan bahan induk batuan andesit basal. Lahan ini biasa digunakan sebagai tegalan dengan vegetasi tanaman tahunan seperti jati. Pola drainase lahan ini adalah sama seperti pada tanah Regosol yaitu Dendritik. Sedangkan jeluk air tanahnya 1-3 m dari permukaan tanah. Dari pengamatan , lahan ini memiliki tiga lapisan yaitu pada bagian atas adalah horison A dengan jeluk 1-66 cm, dan dibawahnya ada horison Bt1 dengan jeluk 66-103cm dan horison Bt2 dengan jeluk lebih dari 103-125cm. Disamping itu lahan ini memiliki altitute 235 m dpl. Penentuan tekstur dilakukan secara kuantitatif dengan metode perabaan/terpilin sehingga dapat diketahui fraksi dominan penyusun tanah. Tekstur pada horison A ,Bt1 dan Bt2 adalah geluh lempungan. Begitu juga dengan penentuan tipe struktur tanah dilakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk dan ukurannya dan diperoleh hasil bahwa tanah Latosol bertekstur gumpal menyudut dengan kelas sedang. Konsistensi pada horison A , Bt1 dan Bt2 adalah sedang. Perakaran yang ada yaitu meso dan mikro dengan jumlah banyak pada horison A, sedangkan pada horison Bt1 dan Bt2 adalah makro, meso, dan mikro dengan jumlah banyak. Bahan kasar yang terdapat di dalam tanah adalah kerikil dengan jumlah sedikit dan ukuran kecil pada horison A dan pada horison Bt1 dan Bt2 kerikil berjumlah banyak dengan ukuran sedang. Pada uji khemikalia tanah latosol ini mempunyai kandungan bahan organik (BO), Mn maupun kapur yang cukup tinggi. Sedangkan pH H2 O tanah ini adalah 5. Sedangkan pada uji pnetometer (kekerasan) pada horison A sebesar 2 Kg/cm2, pada horison Bt1 dan Bt2 sebesar 3 Kg/cm2. PENGAMATAN LAPANGAN

I. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat : B.3 / 5 Lokasi Fisiografi : Hutan Bunder : Perbukitan Tanggal Kode Landform Litologi : 10 April 2010 : Stop site III : teras sungai : kapur 13

Topografi/Relief : Datar

Lereng

: 0-8 %

Arah lereng Bebatuan

: 270 NE : tidak ada

Tata Guna Lahan : Hutan Lindung Vegetasi Pola Drainase Erosi Cuaca : sangon, akasia : dendritik : alur : cerah, panas

Pertumbuhan : baik Jeluk air tanah : 1 m Tingkat erosi : sangat rendah Altitude : 217 m dpl

Letak lintang : 754,89 LS ; 11033,4,3 BT II. Karakteristik Profil No. Pengamatan Lapisan 1 1. Jeluk (cm) 0 41 2. Warna tanah a. matrik 10 YR 3/2 b. karatan c. Campuran 3. Tekstur Lempung 4. Struktur Gumpal menyudut a. Tipe b. Kelas Sedang c. Derajad Kuat 5. Konsistensi Kuat 6. Perakaran a. Ukuran Mikro b. Jumlah Banyak 7. Bahan kasar a. Jenis b. Jumlah c. Ukuran Uji Chemicalia 8.. a. BO (H2 O210%) +++ b. Mn (H2O2 3%) + c. Kapur (HCl 2N) 9. pH H2O 5 Catatan khusus

Lapisan 2 41-74 10 YR 3/2 Lempung Gumpal menyudut Sedang Kuat Kuat Mikro Banyak -

Lapisan 3 -

Lapisan 4 -

++ +++ + 4,5

-

10.

Pengangkatan dasar laut dan masih -banyak ditemukan cangkang hewan laut. 14

III. Klasifikasi Tanah a. PPT b. FAO c. Soil Taxsonomy : Rendzina : mollisol : Mollisol

PEMBAHASAN Pengamatan tanah Rendzina yang dilakukan di daerah Wonosari, tepatnya di hutan Bunder yang menurut fisiografi berada di perbukitan. Pada saat pengamatan cuaca cerah sehingga cukup mendukung kegiatan. Lahan ini digunakan sebagai hutan dengan vegetasi tanaman tahunan seperti sangon dan akasia. Tanah ini berlitologi batuan kapur yang umumnya mudah lapuk dan menghasilkan tanah dengan tekstur lebih halus dan memiliki kandungan basa tinggi. Bahan induk penyusunnya yaitu batuan kapur. Daerah ini memiliki altitute 217 m dpl. Relief tanah ini bergelombang dengan lereng 0-8%. Jenis erosinya adalah alur, hal ini mungkin dikarenakan derasnya hujan dan aliran permukaan yang cukup besar. Sebenarnya tanah Rendzina merupakan tanah yang subur (kandungan bahan organik tinggi), namun terdapat banyak kendala untuk pengusahaan lahan secara optimal. Berdasarkan tempat terbentuknya, tanah ini terletak di daerah dengan curah hujan rendah dan suhu yang tegas. Kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan tanah ini peka terhadap erosi. Untuk mencegah erosi maka hutan ini tidak boleh terbuka. Infiltrasi sangat besar sehingga mudah mengalami kekeringan. Oleh karena itu tanaman dengan perakaran dangkal lebih cocok dibududayakan pada lahan ini. Hal ini tampak pada perakaran yang ditemukan yaitu mikro dan meso pada horison Ac, namun pada horison A ditemukan perakaran meso, mikro, dan makro. Pada pengamatan karakteristik profil tanah diketahui bahwa tanah Rendzina terdiri atas 2 lapisan/horison yaitu horison A dan horison Ac. Horison A berada pada jeluk 0-41 cm dengan warna 10 YR 3/2, sedangkan pada horison Ac yang terletak pada jeluk 41-74 cm dengan warna sama yaitu 10 YR 3/2. Penentuan tekstur dilakukan secara kuantitatif dengan metode perabaan/terpilin sehingga dapat diketahui fraksi dominan penyusun tanah. Dari percobaan diketahui bahwa tekstur tanah Rendzina adalah lempungan. Begitu juga penentuan tipe struktur tanah dilakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk dan ukurannya dan diperoleh hasil 15

bahwa tanah Rendzina bertekstur gumpal menyudut. Hal ini dikarenakan pada saat kering tanah Rendzina cenderung menggumpal tidak teratur dengan bentuk seperti menyudut, wujudnya pun kasar dan sangat kering (pengamatan cuaca panas dalam iklim peralihan dari kemarau menjadi penghujan). Kekerasan pada lapisan 1 atau horison A lebih rendah karena kandungan bahan organiknya lebih banyak. Sedangkan pada horison B kandungan bahan organiknya lebih kecil. Penentuan BO dengan menggunakan H2 O2 10%, reaksi yang kuat (timbul buih banyak) menandakan kadar BO lebih banyak. Kandungan Mn pada horison A lebih sedikit dari pada horison B, hal ini berperan Pengujian Mn dilakukan dengan menggunakan H2 O2 3% dan tanah yang menunjukkan reaksi yang kuat menandakan banyak mengandung Mn. Kandungan kapur hanya terlihat pada horison B dan tidak ditemukan pada horison A. Pengujian dilakukan dengan cara menambahkan larutan HCl 2N dan yang bereaksi kuat menandakan kandungan kapurnya tinggi. pH yang didapat pada horison A sebesar 5 dan pada horison B sebesar 4,5 .

PENGAMATAN LAPANGAN I. Morfologi Tapak (Site) Nama Pengamat Lokasi Fisiografi Topografi Lereng Tataguna Lahan Vegetasi Pola Draenase Erosi Cuaca : B3 / 5 : Playen : cekungan Wonosari : datar : 02% : sawah Kode Landform Litologi Arah lereng Bebatuan : stop site 4 : dataran : kapur : 336 NE : sedikit

Pertumbuhan : baik

: jagung, padi, pisang Jeluk air tanah : 2 M : dendritik : lembar : cerah, panas Tingkat erosi : rendah Altitude : 181 mdpl

Letak lintang :758,208LS;11032,711BT

II. Karakteristik Profil No. Pengamatan Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 4 16

1. 2.

3. 4.

Jeluk (cm) Warna tanah a. matrik b. kerapatan c. Campuran Tekstur Struktur a. Tipe b. Kelas c. Derajad Konsistensi Perakaran a. Ukuran b. Jumlah Bahan kasar a. Jenis b. Jumlah c. Ukuran Uji Chemicalia a. BO (H2 O2 10 %) b. Mn (H2O2 3 %) c. Kapur (HCl 2 N) pH H2O Catatan khusus (konkresi, slicken side struktur baji, clay skin, dll)

0 46 Hitam 7.5 YR 3/0 Lempungan Gumpal menyudut besar Kuat teguh Mikro Banyak Tidak ada -

46 85 Hitam 7.5 YR 2/0 Lempungan gumpal menyudut Besar Kuat Teguh meso,mikro Sedang Tidak ada -

5. 6.

7.

8

++++ +++ ++++ 6 Struktur baji

+++ ++++ +++++ 6 -

10. 11.

III. Klasifikasi Tanah a. PPT b. FAO : : Grumusol Grumosol Vertisol

c. Soil Taxonomy / USDA :

PEMBAHASAN Di Playen, terdapat tanah grumusol, yang dalam klasifikasi FAO disebut Vertisol. Tanah ini berlitologi batuan kapur yang umumnya mudah lapuk dan menghasilkan tanah dengan tekstur sangat halus. Bahan induk penyusunnya yaitu kapur. 17

Landform tanah ini yaitu dataran. Daerah ini mencapai ketinggian 181 mdpl dan terletak di daerah lipatan (daerah pertemuan bukit dengan lembah sehingga terbentuk cekungan). Relief tanah ini datar, berlereng 2 % dengan kemiringan lereng ke arah Timur. Tingkat erosi yang terjadi rendah. Erosi yang terjadi adalah erosi lembar yaitu erosi yang menyebabkan kehilangan tanah lapisan atas karena air yang mengalir di permukaan menghanyutkan butiran atau partikel tanah. Kondisi tanah sangat kering dan pecah-pecah pada musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan kondisinya sangat berkebalikan yaitu basah, lengket, dan susah diolah. Kondisi alam yang demikian menyebabkan pola drainase bersifat dendritik. Yaitu air masuk dari permukaan tanah ke dalam tanah secara infiltrasi, dan karena kelengasan di lapian tanah atas cukup, air bergerak menuju air tanah atau menuju tanah bawahan. Karena komponen utama tanah ini adalah kapur dan gamping sehingga daya infiltrasi (pori-pori tanah besar) dan perkolasi besar, maka di dalamnya akan terbentuk sungai-sungai bawah tanah. Perlu dipertimbangkan keseimbangan antara air tanah dan pemakaiannya pada lingkungan yang relatif kering sehingga evaporasi yang berlebih dapat menyebabkan stress tanaman karena kurang air. Untuk menyikapi hal ini perlu memperhatikan jumlah curah hujan sepanjang tahun, kehilangan air yang diminimumkan sehingga tersedia bagi tanaman (run off), dan daya infiltrasi tanah terhadap air supaya kebutuhan air tercukupi. Sumber air yang demikian juga berpengaruh terhadap pola vegetasi di wilayah ini. Pertumbuhan tanaman relatif sedang dengan komoditi dominan turi, kelapa, jati dan jagung. Vertisol merupakan tanah yang tidak begitu subur, penambahan pupuk organik sangat membantu dalam meningkatkan kandungan unsur hara tanah; terutana N dan P. pemanfaatan lahan sebagai area pertanian harus disesuaikan dengan jenis tanaman, iklim dan pengairan. Namun penggunaannya sebagai lahan persawahan sangat minim karena masalah pengairan (sumber air melimpah di dalam tanah dan kesulitan untuk menaikkannya menjadi air permukaan), sehingga cenderung sesuai untuk tanaman lahan kering. Hal ini tampak dengan banyaknya perakaran mikro di lapisan 1, 2 dan 3 daripada perakaran meso dan makro pada lapisan yang sama. Pada karakteristik profil, diketahui bahwa terdiri atas 2 lapisan / horizon yaitu lapisan 1 (0 46 cm) dan lapisan 2 (46 - 85 cm). Pengukuran kedalaman masing-masing horizon ini menggunakan metline. Kemudian dalam menentukan horizon itu diperkuat dengan perbedaan warna tanah di setiap horizon. Namun pada tanah ini tidak ditemukan perbedaan warna yang signifikan sehingga warna pada lapisan 1 dan 2 adalah 7,5 YR 3/0 sedangkan pada lapisan 2 adalah 7,5 YR 2/0. Umumnya Grumusol berwarna gelap yaitu cenderung hitam (ciri khas). 18

Warna ini terjadi karena pengaruh reduksi bahan organik yang berkepanjangan pada liat halus dan terjadi pada tingkatan humifikasi. Penentuan tekstur dilakukan secara kuanlitatif dengan metode perabaan/terpilin sehingga dapat diketahui fraksi dominan penyusun tanah. Dari percobaan diketahui bahwa tekstur tanah grumusol adalah lempungan. Begitu juga penentuan tipe struktur tanah dilakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk dan ukurannya dan diperoleh hasil bahwa tanah grumusol bertekstur gumpal menyudut dengan kelas sedang dan tekstur lempug. Hal ini dikarenakan pada saat kering tanah grumusol cenderung menggumpal tidak teratur dengan bentuk seperti menyudut. Konsistensi tanah ini teguh pada saat kering dan lekat pada saat basah. Kekerasan pada horison ini termasuk rendah karena kandungan bahan organiknya lebih banyak. Penentuan BO dengan menggunakan H2 O2 10%, reaksi yang kuat (timbul buih banyak) menandakan kadar BO lebih banyak. Kandungan Mn pada horison A dan B termasuk rendah. Pengujian Mn dilakukan dengan menggunakan H2 O2 3% dan tanah yang menunjukkan reaksi yang kuat menandakan banyak mengandung Mn. Kandungan kapur pada tanah ini termasuk banyak. Kandungan kapur yang tinggi menyebabkan tanah memiliki pH H2 O yang cukup tinggi yaitu 6 yang menjadikan tanah agak bersifat masam. Penentuan pH dengan menggunakan kertas pH universal.

PENGAMATAN LAPANGAN

I. Morfologi Tapak (Site) Nama pengamat : B3 / 5 Lokasi Fisiografi Topografi Lereng Tataguna Lahan Vegetasi Pola Draenase Erosi Cuaca : Mulo : Pegunungan seribu : bergelombang : 12 % : hutan konservasi : akasia : dendritik : alur : cerah, panas Kode Landform Litologi Arah lereng Bebatuan : stop site 5 : perbukitan : kapur : 81 NE : sedikit

Pertumbuhan : baik Jeluk air tanah : 1 - 3 m Tingkat erosi : sedang Altitude : 205 mdpl 19

Letak lintang : 8 2,74 LS 110 35,58 BT II. Karakteristik Profil No. Pengamatan 1. Jeluk (cm) 2. Warna tanah a. matrik b. karatan c. Campuran 3. 4. Tekstur Struktur a. Tipe b. Kelas c. Derajad Konsistensi Perakaran a. Ukuran b. Jumlah Bahan kasar a. Jenis b. Jumlah c. Ukuran Uji Chemicalia a. BO (H2 O2 10 %) b. Mn (H2O2 3 %) c. Kapur (HCl 2 N) pH H2O Catatan khusus (konkresi, slicken side Struktur baji, clay skin, dll) Lapisan 1 0 28 Merah 5 YR 3/4 Geluh lempungan gumpal menyudut Sedang Sedang Sedang Meso mikro banyak Lapisan 2 28 56 5 YR 3/4 Geluh lempungan gumpal menyudut Sedang Sedang Sedang Mikro Banyak Lapisan 3 56 - 93 7,5 YR 3/2 Geluh lempungan Gumpal menyudut Besar Kuat Teguh Mikro Banyak Lapisan Lapisan -

5. 6.

-

-

7.

8.

+++ +++ 4.5 Terdapat clay skin Terdapat konkresi

++ ++ 5

+ + 4.5

-

-

10. 11.

III. Klasifikasi Tanah 1. PPT 2. FAO : : Fulsolik Ultisol Ultisol

3. Soil Taxonomy / USDA :

20

PEMBAHASAN Pada pelaksanaan praktikum mengambil lokasi di daerah Mulo, Wonosari. Vegetasi yang tumbuh di daerah ini adalah jenis tanaman tahunan seperti akasia. Kebanyakan daerah ini digunakan sebagai hutan. Di Mulo terdapat tanah fulsolik merah kuning, dalam klasifikasi FAO disebut ultisol. Tanah ini berlitologi karst yang umumnya mudah lapuk dan menghasilkan tanah dengan tekstur sangat halus. Wilayah dusun Mulo ini memiliki arah lereng ke sebelah Selatan sebesar 12 %. Dari pengamatan, dulunya tanah ini adalah dasaran laut yang mengalami pengangkatan. Hal ini terbukti adanya kapur-kapur batuan. Mungkin hal ini terjadi berjutajuta tahun yang lampau. Pola drainasenya adalah pola dendritik karena ditemukannya sungaisungai. Tingkat erosi besar dengan jenis erosi alur. Jeluk air tanahnya adalah 3 m diatas permukaan tanah. Tanah ini memiliki tiga lapisan/horison yaitu lapisan I dengan jeluk 0-28 cm dan warna merah 5 YR 3/3, lapisan II dengan jeluk 28-56 cm dan warna 5 YR 3/4 dan lapisan dengan jeluk lebih dari 56-93 cm dan warnanya 7,5 YR 3/2. Konsistensinya teguh dengan perakaran antara mikro sampai dengan meso. Pada tanah ini tidak ditemukan adanya bahan kasar. Ketika diadakan uji khemikalia terhadap masing-masing lapisan ternyata bahan organik pada lapisan pertama lebih banyak daripada pada lapisan kedua dan ketiga. Pada semua lapisan tanah ini tidak didapatkan adanya kapur. Derajad pH H2 O pada lapisan 1 dan 3 adalah 4,5 dan pada lapisan 2 adalah 5.

21

IV. KESIMPULAN 1. Perbedaan sifat fisika dan kimia tanah disebabkan karena adanya perbedaan dalam hal bahan induk tanah, iklim, organisme, topografi dan waktu pembentukan tanah. 2. Masing-masing tanah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan dari

karakteristik tersebut terdapat kekurangan dan kelebihan. 3. Hasil pengamatan : y Daerah Banguntapan (tanah Regosol) Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari bahan induk abu fulkan dari gunung Merapi. Tanah ini cocok untuk budidaya tanaman tahunan dan tanaman tegalan. Sebagian besar penduduk di area tanah ini menggunakannya sebagai sawah dan tegalan. y Daerah Patuk, Gunung Kidul (tanah Latosol) Tanah Latosol adalah tanah yang berasal dari bahan induk batuan andesit. Tanah ini cocok untuk budidaya tanaman tegalan dan pekarangan. Tanahnya banyak mengandung Mn dan Fe. Sangat berpotensi untuk tanaman perkebunan, tegalan dan pekarangan. y Hutan Bunder (tanah Rendzina) Rendzina merupakan tanah yang relatif subur . Baik dimanfaatkan untuk tanaman hutan sebagai sabuk konversi dan bahan baku industri serta berpotensi untuk daerah wisata hutan. y Daerah Playen (tanah Grumosol) Tanah Grumusol merupakan tanah bertekstur liat, berwarna gelap, memiliki KPK dan kejenuhan basa yang tinggi. Konsistensi tanah ini teguh pada saat kering dan lekat pada saat basah. y Daerah Mulo (tanah Fulsolik) Tanah Fulsolik adalah tanah yang berasal dari bahan induk napal yang terdapat di pegunungan kapur. Tanah ini berlitologi karst yang umumnya mudah lapuk dan menghasilkan tanah dengan tekstur sangat halus.

22

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2010. (http://www.encyclopediaofukraine.com/display.asp?AddButton=/ pages/s/o/soil classification.htm) diakses pada 22 April 2010 Baver, L. P. 1956. Soil Physics. Library of Congress Catalog Card Number, New York. Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Djajadirana, S. 2000. Kamus Dasar Agronomi. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 283p. Sutedjo, M. M., dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. 152p.

23

LAMPIRAN Gambar profil tanah

Gambar 1. tanah Regosol di Banguntapan

Gamnbar 2. tanah Latosol di Pathuk

Gambar 3. tanah Rendzina di Hutan Bunder

Gambar 4. tanah grumusol di Playen

Gambar 5. tanah fulsolik di Mulo 24

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN DASAR-DASAR ILMU TANAHPENGAMATAN MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK PROFIL TANAH

Disusun oleh : 1. Aldrian Glevinno 2. Giri Syahminggu 3. Hardianta T M G (11819) (EPN291) (EPN290)

4. Imran Widyantara (11475)

Asisten : Satria Wahyu Anggita Kelimpok 5 / Golongan B-3

LABORATORIUM TANAH UMUM JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 201025