Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

12
Terbit Dwi Bulanan Edisi Keempat Tahun 2005 Untuk Kalangan Sendiri Didukung oleh : Foto by : Andy Blair Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan Trips Mobile Awareness Unit

Transcript of Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Page 1: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Terbit Dwi Bulanan Edisi Keempat Tahun 2005 Untuk Kalangan Sendiri

Didukung oleh :

Foto

by

: And

y B

lair

Festival Orangutan

Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai

Orangutan Trips

Mobile Awareness Unit

Page 2: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Pongo News

Redaksi : Jl. Sei Bengawan No. 72 Medan

20143

Sumatera Utara - Indonesia

Telp/Fax : +62 +61 4156451

Website : www.orangutancentre.org

E-mail : [email protected]

Penerbit : Orangutan Information Centre

Pelindung : Sumatran Orangutan Society

Pembina : - Lucy Charlotte Wisdom

- Dave Delatore

- Panut Hadisiswoyo S.S. MA

P. Jawab : Sofian Hadinata S. Hut

Pimp Redaksi : M. Jamil

Editor : Kurniawan

Staff Redaksi : Naumi, Ismail, Mustaqim

Design : M. Jamil

Fotografer : Mustaqim, Luga

Kami ButuhPerlindungan

Daftar Isi

Bulletin “Pongo News” yang terbitdua bulanan, berusaha memberikaninformasi yang cukup bagi pembacatentang Orangutan dan hal-hal yangberkaitan dengannya. Diterbitkanoleh Sumatran Orangutan Society -Orangutan Information Centre (SOS-OIC) Medan selaku lembaga yangmenaungi media ini.

SOS-OIC berupaya agarlembaga ini sebagai sumber/pusatinformasi Orangutan di Kota Medan,di mana masih banyak masyarakatyang tidak mengenal secara baiktentang Orangutan dan upayaperlindungan hukum yang dilakukanPemerintah maupun lembaga diluarpemerintah dalam melindungiOrangutan dar i kepunahan.

Pada edisi ini telah dirubahformat layout yang semula berukuransetengah A4 menjadi ukuran A4.Semoga bulletin ini bermanfaat bagipara pembaca.

Salam Redaksi

Festival OrangutanOrangutan TripMobile Awaraness UnitPendidikan LingkunganS a h a b a t O r a n g u t a nFiksiKotak Pongo

Page 3: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan HidupSedunia SOS-OIC, BKSDA I – Sumut dan FK3LI DeliSerdang mengadakan serangkaian kegiatanyang dilaksanakan dalam tajuk Festival Orangutanbertempat di SMP Negeri 1 Namorambe

Kabupaten Deli Serdang. Berbagai kegiatan seperti Pameran Lingkungan Hidup, Lomba Kuis Konservasiuntuk tingkat SMP, Lomba mewarnai untuk tingkat SD, dan Lomba Penulisan Opini Guru tentang sekolahberwawasan lingkungan. Juga dilaksanakan launching Mobile Awareness Unit (MAU) yang merupakan mobilun i t penyadaran dan pendidikan l ingkungan dalam bentuk perpustakaan kel i l ing.Penyerahan bibit-bibit tanaman penghijauan dan buah-buahan secara simbolis kepada guru-guru yangmewakili sekolah-sekolah di Kabupaten Deli Serdang dalam rangka kegiatan penghijauan sekolah danpelepasan benih ikan. Acara dihadiri oleh Wakil Bupati Deli Serdang, Kadis P dan P Deli Serdang, KepalaBapedalda Deli Serdang, Anggota DPRD Deli Serdang, dan perwakilan dari Polres Deli Serdang serta guru-guru yang mewakili sekolah-sekolah di Kabupaten Deli Serdang dan tampak pula hadir undangan dariLembaga asing HELP Jerman.

Dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di SMPN I Namorambe, Kec. NamorambeKabupaten Deli Serdang 20 – 23 Juni 2005

Page 4: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Bakau, atau yang biasa disebut ‘bangka’ dalambahasa Aceh merupakan salah satu kunci keberhasilankonservasi ekosistem pesisir pantai. Setelah gempa yangberkekuatan ± 9 Skala Richter dan gelombang Tsunamidengan kecepatan ±800 km/jam yang menghancurkanhampir 25% daerah-daerah di Aceh dengan nilaikerugian ± 135 triliun rupiah. (BKSDA-NAD, Maret 2005)pada Desember 2004 yang lalu seakan memberikanpesan untuk melestarikan hutan, di antaranya ekosistempesisir pantai, khususnya tanaman bakau di areal hutanbakau.

Selain sebagai penahan abrasi laut gunamenjaga struktur tanah pinggiran pantai, banyak lagimanfaat hutan dan tanaman bakau untuk kelangsunganhidup manusia. Misalnya sebagai tempat pembijahanbiota laut (ikan, udang, kepiting, dan sebagainya)sehingga memastikan kelestarian komponen-komponenbiota laut tersebut serta fungsi rantai makanan. Ataujuga sebagai pencegah intrusi laut sehingga mengurangikadar garam air laut yang mengalir ke darat sebagaicadangan air tanah. Pohon-pohon bakau juga bernilaiekonomis untuk masyarakat, beberapa buah bakaudapat dikonsumsi oleh masyarakat seperti jenissonneratia, aphiculata dan mucronata.

Ketika melakukan perjalanan ke Sabang (pulaupaling barat Indonesia) kami memperkirakan bahwakerusakan areal hutan bakau akibat penebangan liardan gelombang Tsunami mencapai luas antara 10 –40 hektar.

Pendataan awal yang dilakukan oleh berbagaiinstitusi pendidikan, penelitian dan pemerhati lingkunganmencatat untuk daerah kota Banda Aceh dan Acehbesar sendiri terdapat ±13 titik yang perlu untukdirehabilitasi hutan bakaunya. Masing-masing titik tersebutmenyerap kebutuhan sekitar 2 juta bibit baru sehinggamenjadikan total kebutuhan bibit bakau untuk daerahBanda Aceh dan Aceh Besar sebanyak 26 juta bibitbaru untuk ditanam kembali.Beranjak dari pemikiran di atas, Sumatran OrangutanSociety-Orangutan Information Centre (SOS-OIC)bekerjasama dengan Yayasan Gajah Sumatra (YAGASU)dan disponsori oleh HELP (Hilfe zur Selbsthilfe e. V.)mengadakan proyek pembibitan dan pengadaan bibitbakau jenis Aphiculata dan Mucronata sebanyak 30.000propagul. Proyek pembibitan ini berlokasi di desa Tibang,Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Kegiatan pembibitan bakau ini bertujuan untukmemberikan kontribusi dalam rehabilitasi ekosistempesisir pantai, khususnya tanaman hutan bakau, prosespenyuluhan dan penyadaran lingkungan bagimasyarakat pesisir pantai, mempromosikan konseppembangunan masyarakat yang berkelanjutan dengancara melibatkan masyarakat setempat sebagai salahsatu komponen pelaksana proyek pembibitan danmemberikan kontribusi sosial bagi masyarakat korbanbencana Tsunami.

Pada bulan kerja Juli 2005, pelaksana proyekpembibitan ini memulai dikerjakandengan langkah-langkah awal yaitu; pembuatan MoU (Memorandumof Understanding) antara SOS-OIC dengan HELP;pembelian bahan-bahan kebutuhan pembibitan (sepertipolybag, plastik, kayu, paku, dan lain-lain); pengisiantanah ke polybag; pembuatan 66 buah bedengan;penurunan polybag isi tanah ke bedengan;pengumpulan dan penanaman bibit di lokasi yangtelah disiapkan sebelumnya.

Selain langkah kerja di atas, sebagai prosesedukasi dan penyadaran lingkungan SOS-OICbekerjasama dengan YAGASU mengundang seorangahli pembibitan dari Langkat, Sumatera Utara, untukmemberikan pengarahan tentang penyeleksian danteknis penanaman tanaman bakau yang benar ditujukanbagi pelaksana proyek pembibitan dan masyarakattempatan. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari,yakni pada tanggal 18 dan 19 Juli 2005, bertempat dilokasi pembibitan, desa Tibang.

Dalam rapat koordinasi antara SOS-OIC dengantim penanggung jawab rehabilitasi pantai dari BadanPenanggulangan Dampak Lingkungan Daerah(BAPEDALDA) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sertaYAGASU, dihasilkan sebuah usulan pembuatan draftpanduan petunjuk penanaman bakau dan kebijakandaerah untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Perkembangan dan Hasil-hasil yang Sudah DicapaiSampai dengan tanggal 30 Juli 2005, beberapa

hasil yang menggembirakan telah dicapai. seperti;a. Interaksi Sosial dengan Masyarakat Tempatan.

Interaksi sosial dan keterikatan emosional antarapelaksana proyek pembibitan dengan masyarakattempatan dirasakan baik sejak dari dimulainyakegiatan proyek pembibitan ini.Menciptakan hubungan seperti ini dirasakan sangatpenting demi kontinuitas dan rasa tanggung jawabterhadap keberadaan proyek pembibitan ini dantanaman bakau nantinya.Salah satu cara mendelegasikan tanggung jawabini adalah dengan menunjuk salah seorangmasyarakat lokal sebagai pengawas pembibitanbakau ini.

b. Partisipasi GenderDalam melaksanakan proyek pembibitan bakau ini,kami dari pihak pelaksana proyek pembibitan ini lebihbanyak melibatkan ibu-ibu masyarakat tempatan.Kebijakan ini diambil setelah melihat situasi dilapangan yang menunjukkan bahwa ibu-ibunya lebihmudah untuk diajak bekerjasama disamping jugauntuk mempromosikan kesetaraan gender yangmasih kurang dianggap penting oleh budayamasyarakat tempatan.

Bibit Tanaman Bakau

REHABILITASI LAHAN PESISIR PANTAIDESA TIBANG, KECAMATAN SYIAH KUALA, BANDA ACEH

Oleh: Pria Santri Beringin, S.S

Page 5: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

c. Pengadaan 52.500 Bibit Bakau Baru. Selain nilai-nilaiabstrak penting di atas, saat ini SOS-OIC memiliki persediaan ± 52.500 bibit bakau baru untuk diadaptasikan di DesaTibang, Syiah Kuala, Banda Aceh sebelum siap untuk ditanam nantinya.

Hambatan dan RekomendasiBelajar dari pengalaman mengerjakan tahap awal proyek pembibitan ini kami menemukan beberapa hal yang

patut dijadikan pertimbangan sebagai risk assessment untuk proyek-proyek serupa selanjutnya. Di antaranya:a. Kondisi alam

Tingkat keasaman tanah, kadar belerang, serta kadar salinitas air untuk tempat pembibitan tanaman bakau perlumenjadi salah satu faktor pertimbangan pemilihan lokasi untuk pembibitan bakau. Di lapangan, ahli pembibitanbakau yang kami undang dari Langkat menemukan bahwa tanah tempat lokasi pembibitan tersebut mengandungkadar belerang yang cukup tinggi, sehingga perlu untuk mencampur tanah yang dimasukkan ke polybag dengantanah dari darat. Atas pertimbangan ini, kami membeli 5000 buah polybag isi tanah campuran antara tanah tambakyang berlumpur dengan tanah darat dari lokasi dekat areal pembibitan sebagai sample dan usaha mengurangiresiko kematian nantinya.

b. Waktu TanamMengingat tanaman bakau adalah tanaman air laut yang bergantung pada pasang surut air laut, ombak, sertasuhu, maka kami menyarankan untuk memulai menanam propagul ke polybag pada antara tanggal 1 – 15 bulan-bulan kalender penanggalan berdasarkan revolusi bulan terhadap bumi, seperti kalender Hijriah dan kalender Jawa.Ini penting mengingat antara tanggal 1 – 15 bulan-bulan penanggalan bulan tersebut, atas pengaruh gravitasi bulan,air pasang naik di pagi hari sampai dengan sore hari berselang-selang dalam kurun waktu 4 jam. Artinya di saatmatahari terik di siang hari, propagul akan tetap terendam sehingga tetap aman untuk bertahan hidup. Lain halnyajika kita mulai menanam propagul ke polybag di antara tanggal 16 - 30 penanggalan bulan, maka pasang naikakan banyak terjadi di malam hari. Sehingga untuk propagul-propagul yang kurang ternaungi dari terik matahariakan berisiko untuk hidup jika tidak terendam air.

c. Sistem Distribusi BibitPekerjaan pengumpulan bibit / propagul dalam kapasitas besar akan sulit untuk dilakukan hanya dalam satu hari.Sehingga propagul-propagul yang sudah terkumpul dan belum mencapai jumlah yang diinginkan, disarankan untukdidederkan di daratan yang berair, atau direndam langsung di pantai atau sungai yang dibatasi dengan penahansehingga propagul tidak terbawa air/ombak. Setelah terkumpul dalam jumlah yang diinginkan kemudian didistribusikankeluar daerah dengan waktu perjalanan sekitar 6 jam, sedapat mungkin bibit dihindari dari terkena sinar mataharisecara langsung.

d. Bedengan PipaRencana awal memakai pipa plastik sebagai penggantikayu sebagai bahan pembuat bedengan harus kamibatalkan atas dasar efisiensi dan ketahanan. Pipa yangawalnya direncanakan sebagai tiang penahanbedengan ternyata lebih mahal dan tidak mampumenahan arus air pada saat pasang naik. sebagaigantinya kembali memakai kayu seefisien mungkin.

Bakau sebagai proteksi dan komoditi ekosistempesisir pantai patut kita jaga dan lestarikan. Oleh karenanya,melalui proyek pembibitan di desa Tibang ini yang dimulaipada bulan Juli 2005 ini oleh SOS-OIC bekerjasamadengan YAGASU dan disponsori oleh HELP diharapkandapat menjadi motor dan pengalaman berharga dalammemulai proyek-proyek serupa di masa mendatang.

Interaksi sosial, partisipasi gender serta pengadaanbibit baru, merupakan kontribusi penting yang bisa kitaberikan melalui proyek pembibitan ini.Di masa mendatang, semoga sustainabilitas proyek inibisa terjaga dan tidak menemui terlalu banyak hambatanberarti.

Let’s go hand in to save our nature

Page 6: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Hutan hujan sangat terkenal dengan tingkatkeanekaragaman-hayatinya yang tinggi. Hutan yangdicirikan dengan suhu yang tetap terjaga, yaitu antara23 – 310 C sepanjang tahun memiliki lebih kurang 200jenis pepohonan dan 30 juta jenis serangga yangterdapat di dalamnya ditambah lagi dengan jenis faunalainnya. Keanekaragaman ini disebabkan oleh iklimbasah yang hangat sepanjang tahun dan tingkatpersaingan yang tetap untuk menemukan ruang hidupdan menghindari pemangsa.

Salah satu jenis tumbuhan yang dapatditemukan di dalam hutan hujan adalah jenis tumbuhanAra/Rambung atau dikenal juga dengan nama Ficussp. Ficus merupakan salah satu jenis makanan yangpaling digemari oleh Orangutan. Selain Orangutansatwa – satwa lain juga memakan buah dari Ficus ini,seperti monyet, burung, dan serangga.

Menurut Kochumen (1978), Ficus sp merupakanjenis tumbuhan pohon, perdu yang sering bersifat epifitdan pohon pencekik (strangling) atau kadang – kadangmemanjat. Tumbuhan ini mempunyai getah, kulit batangumumnya abu – abu pucat dan licin. Pada rantingterdapat bekas kedudukan stipula yang melingkar setiapnodus.

Berdasarkan klasifikasinya, tumbuhan inimerupakan satu dari beberapa genus family Moraceae.Endress mengklasifikasikan tumbuhan ini sebagai :

Divisio : Spe rma tophy taSubdivisio : AngiospermaeKelas : MagnoliopsidaSubkelas : HamamelidaeOrdo : UrticalesFamili : MoraceaeGenus : FicusMarga Ficus memiliki antara 600 sampai 1000

jenis yang umumnya tersebar di daerah tropic. Pusatpenyebaran dari jenis – jenis ini adalah daerah Indo –Malaya., yang mencakup Malaysia, Indonesia, Philipina,Papua New Guinea, Brunei, dan Singapura. (Sastrapradjadan Afriastini, 1984).

Bunga Ficus berkelamin satu (uniseksual),terdapat pada dinding sebelah dalam dari dasar bunga(receptaculum) yang berdaging dan berair (fig). MenurutBacker dan Bakhuizen (1968), pada ujung fig ditutupitangkai buah yang melebar dan kemudian membentukmangkok yang tepinya menyatu. Masih ada bagianyang tidak tertutup yang merupakan “mulut”buah.(Sastrapradja dan Afriastini, 1984).

Masa berbunga dan berbuah Ficus tidaktergantung pada musim dan bila berbuah akanmenghasilkan dalam jumlah yang banyak. Banyak yangberbunga dan berbuah dengan interval waktu yangtidak teratur, biasanya lebih dari satu tahun. Whitten, et

RAMBUNG/ARA (Ficus sp.)by: Erwin Kurnia Alamsyah Siregar, S.Hut.

Proses Ara Pencekik Memperoleh Ruang Tumbuh

Pendidikan Lingkungan

al (1984), menyatakan dari 10 jenis yang menghasilkanbunga, hanya 6 jenis saja yang menghasilkan buah tiptahunnya. Ini berarti bahwa tidak semua bunga menjadibuah. hujan, tumbuhan ini menjadi epifit terhadaptumbuhan lainnya. Namun tidak keseluruhan Ficusmenjadi epifit terhadap tumbuhan lainnya. Ficus memilikiproses – proses yang kompleks dalam mencari ruangtumbuh di dalam hutan Ficus yang menjadi epifitterhadap tumbuhan lainnya dikenal dengan namaAra/Rambung pencekik. Dalam prosesnya memerlukanbantuan organisme lainnya, seperti Burung, Tupai, atauMonyet. Prosesnya adalah organisme – organisme inimenyebar biji – biji Ficus dengan cara membuangnyadi mahkota pohon inang (A). Kemudian akar dari biji –biji Ficus ini tumbuh ke bawah, akar samping tumbuhdan bersatu dengan akar lainnya (B). Sehingga pohonyang mendukung pohon Ficus ini “dikandangkan” olehakar – akar pohon Ficus yang pada akhirnya dapatmenyebabkan kematian pada pohon inang tersebut(C).

Sebagai satwa arboreal (satwa yang hidup dipepohonan), orangutan atau yang lebih dikenal dengan“mawas” menghabiskan sebagian besar waktu hidupnyauntuk makan. Dari hasil berbagai penelitian – penelitianyang telah dilakukan terlihat jelas bahwa makananpokok orangutan adalah buah. Komposisi jenis makananorangutan adalah 60% berupa buah – buahan, 25%merupakan daun – daunan, dan sisanya merupakankulit batang dan serangga.

Di habitat yang berkualitas baik, antara 57 %(jantan) dan 80 % (betina) waktu makannya dihabiskanuntuk memakan buah – buahan. Walau pun ada sekitar200 jenis buah yang dimakan, beberapa jenis buahternyata jauh lebih tinggi dalam komposisi makanankera besar ini. Buah – buahan ini biasanya berdaginglembek, dan berbiji. Orangutan juga lebih menyukaipohon – pohon yang berbuah lebat.

Page 7: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Sesuai dengan hal – hal tersebut menunjukkan bahwa buah ara, terutama yang berasal dari tumbuhanpemanjat bertajuk lebar merupakan salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh orangutan. Buah ara/rambungini dapat dikatakan sebagai makanan pokok yang dapat diperoleh kapan saja dan di mana saja buah – buahanini tersedia di dalam hutan.

Selain itu Ficus di daerah Asia tenggara merupakan genus yang besar dan mempunyai jenis yang banyak.Dan dapat tumbuh pada semua tipe hutan, dari pantai berkarang hingga puncak gunung dan biasanya didapatkanpada daerah – daerah terbuka. (Malinda, F., 1998).

Salah jenis Ficus sp. yaitu Rambung TampukPinang Besar (Ficus altissima sp.)

OrangutanOrangutan dalam sub species sendiri terbagi

ke dalam dua sub species, yaitu Orangutan Kalimantan(Pongo pygmaeus pygmaeus) dan orangutan Sumatera(Pongo pygmaeus abelii). Kedua sub species sangatlahmemerlukan perhatian yang khusus, karena kedua subspecies ini masuk ke dalam kriteria Endangered speciesdan Critically Endangered Species. Sehingga bentuk-bentuk informasi yang berkaitan dengan keberadaaansatwa Orangutan dan habitatnya masih sangatdiperlukan.

Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang memilikiluas 2, 5 juta hektar diduga memiliki jumlah populasiOrangutan Sumatera yang terbesar. Salah satu bagiandari kawasan ekosistem Leuser, adalah Maryke yangdiyakini merupakan bagian dari habitat OrangutanSumatera. Maryke secara administrasi terletak diKabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Sebagai salah satu habitatnya, kawasan hutanMaryke kurang mendapatkan perhatian atau penelitianyang berperan dalam mendukung upaya pelestarianOrangutan dan habitatnya. Diperlukan upaya-upayapengkajian yang berkaitan dengan Orangutan sumatera(Pongo pygmeus abelii), baik mengenai kondisi dariOrangutan itu sendiri mau pun kondisi habitatnya.

Orangutan Trips adalah program pendataansosial ekonomi masyarakat sekitar habitatnya orangutandan berupaya mendapatkan data–data dan informasimengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat danhubungannya dengan keberadaan satwa Orangutan

Diagram komposisi makana orangutan

di kawasan hutan Maryke.Maksud dan Tujuan

Ada pun maksud dan tujuan dari kegiatanPendataan Sosial ekonomi Masyarakat Di Sekitar HutanMar yke yang akan di laksanakan adalah :1. Melihat langsung keadaan habitat orangutan yangterdapat di kawasan hutan Marike..2. Mengidentfikasi keadaan sosial ekonomi masyarakatyang tinggal di sekitar kawasan.

Trips

Page 8: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

Konflik dengan manusia dan SatwaKonflik yang dirasakan oleh warga adalah

dengan satwa – satwa seperti monyet, babi hutan,dan rusa. Karena pada umumnnya Orangutan jarangmerusak kebun kecuali pada saat musim buah duriandan menurut pantauan Team dan hasil wawancarabelum ada di tiga dusun yang khusus berkebun durian,

dan biasanya menurut warga bila Orangutandiganggu pada saat memakan buah pada

satu pohon ia akan merusak ranting dandahan yang ada pada pohon tersebut

sebagai ekspresi kekesalannya, dandianggap sebagai satwa yang lambandan selalu mengalah dengan monyetdan hewan lainnya karena monyetbiasanya mendatangi kebun merekadengan beramai-ramai dan merusaktanaman.

Dari 31 responden, merasakankonflik dengan monyet sebesar 51, 61%, dengan babi hutan 9,67 %, dan rusa

3,22 %. Sedangkan yang merasakantidak ada konflik dengan satwa adalah

35,48 %.Pengetahuan Warga Mengenai Manfaat

HutanDari kegiatan wawancara terhadap

responden, 80,65 % dari responden mengetahui fungsihutan. Sedangkan sebesar 19,35 % tidak mengetahuifungsi hutan. Secara umum responden memberikanpenjelasan mengenai manfaat hutan sebagaiperlindungan, siklus udara, dan sebagai penyedia air.Harapan – Harapan Masyarakat

Harapan utama masyarakat seper t ipembangunan sarana jalan, penerangan, danpendidikan yang memadai. Hal ini menyangkut jugadengan penghasilan dan tingkat kesejahteraan merekadan dapat membuka keter i so l i ran warga.

Dari pemantauan team di lapangan, banyakhasil bumi dan potensi alam lainnya yang perlu digalidari daerah ini seperti ekowisata dan hasil bumi.Pengamatan Mengenai Keberadaan Orangutan

Team berhasil menemukan orangutan jantandan betina berusia remaja di hutan sekitar barakSaringgana. Hutan tempat ditemukan orangutan iniberbatasan langsung dengan areal pengusahaanperkebunan sawit.

Pengamatan pada hutan–hutan yangberbatasan dengan dusun Urug Gedang dan Sulkam,team hanya berhasil menemukan bekas sarang–sarangorangutan.

Menurut warga, hal ini disebabkan karena saatini bukan musim buah durian, sehingga sangat sulitmenemukan orangutan di daerah yang berbatasandengan lingkungan dusun. Orangutan–orangutantersebut masuk berada ditengah hutan untuk mencarimakan.

Pada musim durian orangutan akan membuatsarang–sarang di pohon–pohon durian yang ada atauterdapat di lingkungan dusun, baik yang terdapat diladang atau sekitar lingkungan pemukiman warga.1

hutan Maryke serta hubungan masyarakat dengankeberadaan Orangutan.3. Mengamati dan mendata aktivitas dan kondisimasyarakat serta kebiasaan – kebiasaan yang ada dimasyarakat lokal.

Ada 3 daerah yang akan menjadi kajian padakegiatan Orangutan Trips kali ini yaitu Barak Saringgana(PT. Panca Sawit Karunia Mas), Dusun I UrugGedang, dan Dusun II Sulkam. Ketiga daerahini berbatasan langsung dengan hutanTaman Nasional Gunung Leuser (TNGL).Barak Saringgana secara administrasiterletak pada kelurahan Rampah Kec.Salapian, Langkat. Sedangkan dusunI Urug Gedang dan dusun II Sulkamtermasuk pada kelurahan Sulkam,Kecamatan Salapian.

B e b e r a p a k e b i a s a a nmasyarakat seperti “Aron”, yaitu sistemkerja sama antar beberapa wargapenduduk yang dibagi ke dalamkelompok–kelompok tertentu dalam halpengerjaan suatu ladang/kebun yangdimiliki oleh satu warga yang termasukdalam kelompok tersebut. Kegiatan aronini dilakukan dalam waktu seminggu sekali.

Kebiasaan lain yaitu “Sambatan”.merupakan sistem kerja sama atau gotong royongwarga dalam pengerjaan pembangunan salah saturumah warga.

Tingkat pendidikan di ketiga daerah ini masihrendah, salah satu penyebabnya ialah lokasi sekolahyang jauh dari pemukiman penduduk.

Tingkat kesejahteraan di ketiga daerah kajianmasih terbilang rendah. Dimana tingkat pendapatanper bulannya secara umum berkisar antara Rp. 100.000– Rp 799.999. Jenis pekerjaan dari daerah kajianterbanyak adalah petani sebanyak 67,75 %. Sedangkanjenis – jenis pekerjaan lain seperti karyawan adalahsebesar 29, 03 %, dan wiraswasta sebesar 3, 22 %.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan,umumnya warga tidak memiliki konflik denganOrangutan. Orangutan atau yang lebih sering disebutsebagai Mawas oleh masyarakat dirasakan sedikitmengganggu hanya ketika orangutan memakan buahdurian saat musim buah tiba dengan jumlah relatifsedikit.

Diskusi dengan masyarakat

Page 9: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

IMPLEMENTASI MAUBeraneka ragam buku tentang lingkungan hidup danpembangunan berkelanjutan disusun di sebuah mobilvan yang telah dirancang ulang dan berfungsi sebagaimobil perpustakaan keliling. Mobil van ini akandioperasikan oleh dua orang staf pelaksana MAU danmengunjungi sekolah-sekolah dan posko-poskopengungsi korban bencana bencana gempa dantsunami. Buku-buku tersebut akan dipinjamkan kepada

anak-anak dengan periode waktu tertentu.Pada saat peminjaman buku-buku

kepada anak-anak, staf MAU akanm e n g a d a k a n k e g i a t a n

penyuluhan tentang pentingnyaperl indungan l ingkunganmelalui kegiatan diskusi, tanyajawab, presentasi, danpemutaran fi lm tentanglingkungan.

Peluncuran MAUMobile Awareness Unit (MAU)

di luncurkan pada tanggal 20 – 22juni 2005 pada pelaksanaan kegiatan

Pestifal Orangutan di SLTP Negeri I Namu RambeKabupaten Deli Serdang, berupa penyediaan unitperpustakaan keliling dengan jumlah buku 293 darirenana 1000 eksemplar. Buku perpustakaan akan terusditambah setahap demi setahap. Disamping itu MAUdilengkapi dengan fasilitas proyektor digital untukmemutar film-film tentang lingkungan hidup untukmasyarakat.

Daerah-daerah yang telah dikunjungiPada tahap I telah dikunjungi posko-posko

pengungsi akibat bencana alam tsunami seperti poskodesa Cot Petisah, Kec. Seunundon, Kab.Aceh utara,posko Desa Geulumpang Payong, Kec. Jeumpa, Kab.Bireuen dan posko Desa Alueh Barueh, Kec. Seunundon,Kab. Aceh Utara tanggal 06 – 08 Juli 2005. Pada tanggal28 – 30 Juli 2005 kunjungan tahap II telah mengunjungiPosko Desa Tibang, Kec. Syah Kuala, Kab. Aceh, poskoNK–2 Desa Neu Heun, Kec. Masjid Raya, Kab. AcehBesar dan posko pengungsi di Aceh Jaya.1

Sumatran Orangutan Society - OrangutanInformation Centre (SOS-OIC) telah meluncurkan sebuahunit baru yang disebut dengan Mobile Awareness Unit(MAU). MAU merupakan sebuah unit pelayananpenyadaran dan perpustakaan keliling yang memilikitujuan utama untuk mengembangkan sumber dayayang diperlukan untuk membantu meningkatkankesadaran masyarakat tentang pent ingnyapembangunan lingkungan secara berkelanjutan danmempromosikan upaya pelestarian satwa liaryang dilindungi oleh undang-undangkhususnya orangutan Sumatera.Program Mobile Awareness Unit(MAU) ini merupakan bagiandari pelaksanaan pendidikandan penyadaran lingkunganu n t u k m e n i n g k a t k a nwawasan, pengetahuan dankesadaran masyarakat untuklebih berperan dalam upayakonservasi sumberdaya alamdan pelestarian lingkungan.Sasaran utama Mobile AwarenessUnit (MAU) ini adalah kalangan generasipemuda/pelajar sebagai generasi penerus.Diharapkan dengan pendidikan dan penyadaranlingkungan dari usia dini akan membentuk jiwa-jiwamanusia yang konservatif.

Kegiatan Mobile Awareness Unit ini ditujukansebagai pendidikan non–formal kepada anak-anak usiasekolah mulai dari tingkat kanak-kanak hingga tingkatmenengah atas dan juga ditujukan khusus untukpendidikan non–formal yang bersifat pemulihan kondisipsikis/kejiwaan melalui pengembangan wawasan danpengetahuan kepada anak-anak di lokasi pengungsiankorban pasca Gempa–Tsunami Aceh dan Nias, dantidak tertutup kemungkinan akan digunakan padaprogram-program SOS-OIC selanjutnya.

Tujuan MAU- Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya anak-anak tentang pentingnya lingkungan yang lestari untukmasa depan mereka.- Menyediakan beraneka ragam informasi tentanglingkungan dan upaya pembangunan berkelanjutanuntuk diperkenalkan kepada anak-anak.- Menyebarkan pesan tentang perlunya pelestarianlingkungan dan perlindungan satwa liar terutamaOrangutan Sumatera kepada masyarakat luas.- Mendidik masyarakat lokal untuk mencintai danmembaca buku sebagai sumber untuk mendapatkanilmu dan pengetahuan sehingga dapat mendorongmasyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka didalam masyarakat.- Mempromosikan pendirian perpustakaan desa sebagaipusat informasi masyarakat pedesaan.

Page 10: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

OrangutanKepengurusan SOU telah dibentuk pada tanggal 7 agustus 2005. Seluruhnya adalah anggota SOU. Rencana

kegiatan SOU dibuat oleh pengurus dan dilaksanakan bersama-sama oleh anggota SOU. Sebagai ketua MansurAfandi, wakil ketua Medianta P.S, sekretaris Zakwan, bendahara Nurhasanah, Koordinator Divisi Humas Maulana,Koordinator Divisi Seni dan Kreativitas Sakinah Annisa Mariz, Koordinator Divisi Media dan Informasi Windy Delia, S dan

Koordinator Divisi Pendidikan dan Konservasi Abert. Dalam hal ini SOS-OIC hanya bertindak sebagai pembina.Berikut nama-nama anggota SOU yang telah melengkapi persyaratan administrasi. Bagi yang sudah

mendaftarkan namun belum melengkapi foto diri agar dapat mengirimkan atau mengantarkan langsung fotonyake kantor SOS-OIC, Jl. Karya Wisata No. 26 Medan Johor 20143. draft AD/ART dan program kerja, juga menghasilkansuatu kepengurusan Klub Sahabat Orangutan-Orangutan Information Centre (SOU-OIC). Dan susunan kepengurusannyaadalah sebagai berikut:

Page 11: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...

References:Godrej, Dinyar. 2002. the no-nonsense guide to Climate Change. New Internationalist Publications. Oxford, UK.Http://www. Davidsuzuki.org/naturechallengeHttp://www.pelangi.or.id/media.php?mid=142

I was sitting in a town library in a small town called Ladysmith in one of province in Canada, BritishColumbia when a poster caught my attention to read it. The poster said “Where do we go in next 50 years?”Then I came closer to the poster and found out that it was a campaign against global warming. I wonderedat that moment what is on earth global warming is. I asked a friend and she explained me about it in asense of little bit mocking. She told me that it is an international issue rising as the result of the significantincrease of green house effects on earth for the last one decade. Simply she told me that earth is gettinghotter and that would affect a lot of human and other living creature life. She added that there are sixyears in 1980s noticed as the hottest year in the last 100 year; 1988, 1987, 1983, 1981, 1980, 1986. Asexample how dangerous global temperature increase is she mentioned how a Celsius degree increasecan destroy a 3 km high of an ice mountain and that would make thousands of islands in this earth leftas water. Think about how many people living in those islands would be killed, how many houses wouldbe destroyed, how many land animals have to be pushed away and how many biodiversity would beendangered as they would be vanished…? I took a long breath after her explanation and realized howignorance I was about this very crucial thing, about the continuance of mine and my generation living inthis planet!

Then I asked her, what can we do to, at least, minimize this? Smilingly she said, “Respect the nature,love the forest, change your consumerism way of life!”

Now, let’s see! The main reason for the increase of global warming is the increase of CO2 emissionand other green house gasses in this earth. Why? Because the industry has forgotten the importance ofkeeping the balance of the nature! They forgot that every leaves of tree would hold CO2 and some othergreen house gases from being reflected to the atmosphere for the process of photosynthesis. And mostof trees grow in the forest. They keep growing the industry and big cities in a very greedy concept and leftthe forest cut and eventually banished from earth! Just for Indonesia, in every minute we lost 6 times sizeof soccer field of our forest. And it is predicted that in five decades Sumatera Island will lose their forest.

What shall we do? An international environmental NGO through its website stated that there are tensteps that we can do in order to protect our nature; reduce home energy use by 10%, choose an energyefficient home and appliances, do not use pesticides, eat meat-free meals one day a week, buy localgrown and produced food, choose a fuel-efficient vehicle, walk, bike, carpool or take transit, choose ahome close to work or school, Support alternative transportation, Learn more and share each other.

Now it is all left in our hand. Do we want to save our life and generation living after us? Or consumeas much as much as we can? Do we want to keep our eyes closed and say no to life? It all depends onus, in our hands, in our responsibility! I am impressed by this issue, what about you? ( by : Santri )

My Impression

Page 12: Festival Orangutan Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai Orangutan ...