Fase Dalam Model Proses Komunikasi Kesehatan

30
Manajemen Pendidikan Kesehatan Masyarakat DOSEN : HARIZA ADNANI, S..KM, M.Pd, M.Kes Disusun Oleh: Nama : IKHSAN NIM : 14.11.2562 Kelas : D.KM.V KONSENTRASI MANAJEMENT RUMAH SAKIT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

description

kesehatan

Transcript of Fase Dalam Model Proses Komunikasi Kesehatan

Manajemen Pendidikan Kesehatan Masyarakat

DOSEN : HARIZA ADNANI, S..KM, M.Pd, M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : IKHSAN

NIM : 14.11.2562

Kelas : D.KM.V

KONSENTRASI MANAJEMENT RUMAH SAKIT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2013

Judul : Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Dan Cara Berhenti Merokok

FASE 1.

Definisi dan Deskripsi Masalah

Rokok adalah produk yang berbahaya & adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena didalam

rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya merupakan zat karsinogenik

(dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang terkandung didalam rokok antara lain : tar,

karbon monoksida, sianida, arsen, formalin, nitrosamine dll. 

   

Efek rokok terhadap kesehatan sendiri sangat membahayakan, akibat kandungan berbagai bahan

kimia berbahaya yang ada di dalam rokok maka dengan merokok sama saja kita memasukkan

bahan-bahan berbahaya tersebut ke dalam tubuh kita. Penyakit-penyakit yang diketahui dapat

disebabkan oleh rokok antara lain : kanker tenggorokan, kanker paru-paru, kanker lambung,

penyakit jantung koroner, pneumonia, gangguan sistem reproduksi dll. 

Tetapi walaupun rokok sudah banyak diketahui bahayanya & menimbulkan banyak penyakit ,

masih banyak saja orang yang tetap merokok. Salah satu alasannya adalah kandungan nikotin di

dalam rokok akan menimbulkan kecanduan bagi para penghisapnya sehingga apabila mereka

tidak merokok, mereka akan merasakan gangguan seperti gelisah, berkeringat dingin, sakit perut

dll. Kemudian ketika mereka merokok kembali & nikotin telah menyentuh otak lagi, barulah

mereka akan merasa tenang & dapat berkonsentrasi. 

Oke, nah berikut ini gambar perbandingan Paru-Paru Orang tidak Perokok dan Orang

Perokok :  

 

Identifikasi Audiens Target Utama Atau Spesifik

Pada remaja mahasiswa khususnya, masalah kesehatan jangka pendek termasuk diantaranya

penyakit yang dapat timbul akibat rokok adalah gangguan pernafasan, kecanduan nikotin serta

meningkatnya resiko untuk menggunakan bahan berbahaya lain termasuk obat terlarang.

Sedangkan masalah jangka panjangnya adalah kenyataan bahwa sekali orang telah menjadi

perokok aktif maka biasanya akan terus menjadi perokok aktif sepanjang hidupnya.

Berikut beberapa masalah lain yang dapat timbul akibat bahaya rokok :

Perokok mempunyai fungsi paru-paru yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang

bukan perokok.

Merokok mengurangi pertumbuhan paru-paru.

Pada orang dewasa, penyakit yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung & stroke.

Penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut juga mulai terlihat pada remaja yang menggunakan

rokok.

Merokok dapat menurunkan performa & daya tahan tubuh para remaja, bahkan pada remaja yang

aktif berolahraga.

Secara rata-rata, orang yang merokok 1 bungkus atau lebih setiap harinya berkurang hidupnya

selama 7 tahun dibandingkan orang yang tidak merokok.

Merokok sejak usia dini akan meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru-paru. Untuk

penyakit lain karena rokok maka resikonya juga akan semakin meningkat apabila terus merokok.

Remaja yang menggunakan rokok mempunyai kemungkinan 3x lebih banyak dibandingkan

mereka yang tidak merokok untuk menggunakan alkohol, 8x lebih banyak untuk menghisap

ganja serta 22x lebih banyak untuk menggunakan kokain. Merokok juga sering dihubungkan

dengan terjadinya kelakukan beresiko lain seperti berkelahi ataupun melakukan hubungan

seksual secara dini. Bahaya merokok pada remaja dengan kata lain memberi efek buruk lebih

dini.

Oleh sebab itu banyak perokok yang akan terus menjadi perokok seumur hidupnya, walaupun

apabila mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk berhenti, mereka sulit menghentikan

kecanduan mereka terhadap rokok. Salah satu hal lain yang turut menjadi keprihatinan adalah

jumlah perokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini berarti bahwa terdapat

pertambahan perokok baru setiap saat yang kemungkinan besar akan terus menjadiperokok aktif

seumur hidupnya. Perokok baru tersebut sebagaian besar adalah anak-anak & remaja.

FASE 2.

Masukan Audiens

mengidentifikasi terhadap keinginan dan  kebutuhan suatu audiens (remaja atau mahasiswa)

maupun faktor-faktor yang memengaruhi perilakunya, termasuk manfaat, kendala, dan kesiapan

untuk berubah. Pengkajian penelitian formatif biasa meliputi survey, focus group, wawancar

menyeluruh, wawancara ahli, pengumpulan pendapat umum, dan studi kasus.

FASE 3.

Pemilihan Strategi

- Menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok atau KTR yang mana kawasan tersebut

meliputi Ada delapan tempat yang sama sekali tidak boleh merokok. Jika melanggar,

perokok terancam hukuman pidana. , yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar

mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, tempat kerja, sarana olahraga, angkutan

umum, dan tempat umum yang tertutup.

- Memiliki Program Berhenti Merokok yang bekerjasama dengan pelayanan kesehatan

seperti klinik, puskesmas dan rumah sakit.

FASE 4.

Penyususnan Pesan Untuk Audien

Menghentikan perilaku merokok adalah sulit karena saat perokok-perokok mencoba

berhenti, kondisi yang mereka rasakan menjadi makin buruk.

Kebanyakan upaya-upaya untuk mengurangi kecanduan rokok pada remaja difokuskan pada

program-program pencegahan merokok, namun kecil upaya untuk menghentikan perilaku

merokok itu sendiri. Upaya yang dilakukan lebih bersifat parsial dan sangat terfokus pada

individu dan bukan pada komunitasnya sehingga perilaku merokok tetap bertahan bahkan terus

meningkat. Perubahan diharapkan terjadi pada tingkat individual tetapi tidak pada komunitasnya

sehingga tingkat keberhasilan remaja berhenti merokok juga kecil  .

Pendekatan komunitas sangat dibutuhkan untuk menghentikan perilaku merokok pada

remaja. Intervensi komunitas untuk menghentikan perilaku merokok remaja menginginkan suatu

perubahan di sebuah populasi. Tujuannya adalah untuk menurunkan permasalahan kesehatan

terkait dengan merokok dan untuk meningkatkan status kesehatan komunitas.

FASE 5.

Penetapan Lingkungan Penyampaian Pesan

Lingkungan yang umum untuk penyampaian pesan meliputi rumah, sekolah, tempat kerja, pusat

layanan kesehatan, bisnis eceran, balai masyarakat, tempat ibadah, lembaga pemerintah,

perpustakaan, pusat perbelanjaan, pameran kesehatan, koalisi, sarana transportasi, rapat PTA,

dan permukiman. Penetapan lingkungan jelas berhubungan dengan pesan yang akan disampaikan

dan strategi yang dipilih.

FASE 6.

Penetapan Saluran Penyampaian Pesan dalam Lingkungan Pilihan

Untuk melakukan kampanye, TV lebih dominant digunakan, karena menanyakan hal-hal umun

maupun hal spesifik. Namun, TV juga mendatangkan banyak hal negatif. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan di amerika., TV lebih sering digunakan orang untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan, seperti kampanye anti AIDS dan anti rokok.

Setelah itu diikuti media lainnya seperti radio, koran, majalah, buletin dan sebagainya.

FASE 7.

Penetapan Metode dan Materi Komunikasi Kesehatan

Penerapan berbagai metode komunikasi kesehatan juga mencakup penyusunan materi

pendukung, yang didefinisikan sebagai barang nyata yang diperlukan untuk mendukung metode

atau pesan komunikasi kesehatan. Materi pendukung ini membantu meningkatkan

penerimaannya, menguatkan daya tariknya, merangkum poin utamanya, dan melengkapi pesan

yang disampaikan melalui suatu saluran dalam lingkungan tertentu. Contohnya mencakup 

perangkat media cetak, poster, periklanan, lembar terima kasih, lembaran fakta, place mat,

kurikulum, dan panduan coordinator program

Penjelasan :

Fase Dalam Model Proses Komunikasi Kesehatan

The Health Communication Process Model  melibatkan tujuh fase. Fase pertama berfokus pada

pemberian defenisi dan deskripsi masalah. Fase kedua (masukkan audiens) melibatkan analisis

audiens, pasar, dan pilihan saluran atau media dari mereka yang dipengaruhi oleh masalah

kesehatan. Fase ketiga mengidentifikasi strategi intervensi yang tepat (pendidikan, kebijakan,

layanan kesehatan, teknologi, mobilisasi masyarakat) yang diperlukan untuk memodifikasi

masalah kesehatan. Tahapan pemilihan strategi ini mencakup penetapan apakah komunikasi

merupakan stretegi utama atau pendukung. Fase keempat melibatkan pembuatan pesan yang

diperlukan untuk mendukung strategi intervensi pilihan. Fase kelima difokuskan pada pemilihan

lingkungan yang tepat-lokasi tempat audiens sasaran paling efektif dijangkau. Fase keenam

mengidentifikasi saluran yang tepat yang didasarkan pada sebagian pada analisis saluran dalam

fase 2. Fase ketujuh mengidentifikasi metode komunikasi kesehatan yang tepat. Contoh

konferensi pers atau publikasiberita, presentasi, konseling, web page, dan materi cetak.

Fase 1: Definisi dan Deskripsi Masalah

Fase pertama melibatkan identifikasi masalah kesehatan dan mempertimbangkan pesan dan

teknik memungkinkan yang akan mempengaruhi audiens sasaran. Proses identifikasi masalah

kesehatan melibatkan pemberian pernyataan masalah kesehatan secara jelas dan identifikasi

mengapa hal itu menjadi masalah. Ada banyak cara untuk melakukan  aktifitas itu. Contoh, kita

dapat mendeskripsikan kematian dan disabilitas berkaitan dengan masalah kesehatan.

Setelah masalah didefinisikan dan dideskripsikan dengan tepat, kita perlu mengidentifikasi

audiens target utama atau spesifik, yang akan menerima komunikasi kesehatan.istilah yang

digunakan untuk menjelaskan pendekatan ini di dalam komunikasi kesehatan adalah segmentasi,

yaitu aktivitas memecah suatu populasi yang besar menjadi segmen-segmen yang dapat dikelola.

Segmentasi didefinisikan sebagai suatu proses pembagian sebuah populasi menjadi  segmen-

segmen yang berbeda yang didasarkan  pada karakteristik yang memengaruhi ketanggapan

mereka pada intervensi.

Segmentasi memerlukan identifikasi audiens target utama yang memiliki karakteristik sama

(mis, tingkat kesiapan untuk berubah, kepercaan kesehatan).

Fase 2: Masukan Audiens

Setelah audiens target diidentifikasi, kita perlu mengumpulkan masukan darinya dan melakukan

pengkajian untuk lebih memahami audiens tersebut. Proses ini dikenal sebagai penelitian

formatif, yang melibatkan identifikasi terhadap keinginan dan  kebutuhan suatu audiens maupun

faktor-faktor yang memengaruhi perilakunya, termasuk manfaat, kendala, dan kesiapan untuk

berubah. Pengkajian penelitian formatif biasa meliputi survey, focus group, wawancar

menyeluruh, wawancara ahli, pengumpulan pendapat umum, dan studi kasus.

Penelitian formatif melibatkn analisis audiens, pasar, dan analisis saluran, analisis audiens

berfokus pada karakter khas dari audiens target, termasuk keinginan dan kebutuhan.  Analisis

pasar menguji kesesuaian antara focus minat (mis., perubahan perilaku yang diinginkan) dan

variable pasar penting didalam audiens target. Istilaah yang digunakan dalam komunikasi dan

pemasaran berorientasi konsumen untuk variable itu adalah campuran peasara (marketing mix).

Marketing mix ini tersusun atas empat komponen, produk,harga, dan tempat. Produk,produk

dapat berupa perilaku, layanan, atau produk yang diinginkan unruk pemanfaatan audiens target

atau bahkan gagasan untuk diadaptasi. Harga merupakan biaya yang harus dibayar konsumen

untuk untuk menerapkan perilaku yang baru. Harga dapat mencakup antara lain, uang, waktu,

tenaga atau peluang, Tempat adalah lokasi produk dikaji atau diperoleh. Penting untuk

menetukan apakah produk paling baik diberikan dalam lingkungan yang memungkinkan adanya

dukungan sosial, atau apakah produk lebih tepat didistribusikan melalui internet, surat, atau

beberapa saluran lain. Terakhir, promosi melibatkan metode yang digunakan untuk

berkomunikasi dengan audiens sasaran dan sangat serupa dengan analisis saluran. Analisis

saluran, merupakan proses yang membantu menentukan lingkungan, saluran dan metode,

komunikasi mana yang kemungkinan yang paling menarik bagi audiens target. Proses ini juga

mencakup analisis lokasi tempat audiens target paling mudah dijangkau (lingkungan), cara

mereka menerima sebagai besar informasi mereka (saluran), dan pilihan mereka akan metode

komunikasi.

Dengan menggunakan perspektif audiens yang diperoleh dalam fase 2, proses komunikasi

kesehatan berfokus pada identifikasi pesan, lingkungan, saluran, dan metode yang akan

membentuk strategi intervensi. Walau diperlukan kerja dan sumber tambahan, untuk

memperoleh masukan seperti segmentasi dan riset formatif yang tepat, hasil kerja dalam bentuk

mutut intervensi dan hasil akhir ang efektif sebanding dengan investasi yang dkeluarkan.

Fase 3: Pemilihan Strategi

Strategi dapat didefinisikan sebagai rencana umum tindakan yang dapat mencakup beberapa

aktivitas dan mempertimbangkan karakteristik populasi target. Pilihan strategi membantu

membentuk seleksi metode. Strategi promosi kesehatan yang efektif dapat dikategorikan sebagai

berikut:

Strategi komunikasi kesehatan

Strategi kebijakan atau penegakan

Strategi mobilitas komunitas

Strategi layanan kesehatan dan

Strategi teknologi.

Pemilihan strategi intervensi yang tepat dengan mengetahui bahwa komunikasi kesehatan

dilibatkan dalam setiap strategi promosi kesehatan.

Fase 4: Penyususnan Pesan Untuk Audiens

Setelah pilihan (-pilihan) strategi diseleksi secara cermat, pertimbangkan pesan-pesan yang perlu

disampaikan kepada audiens target. Strategi yang dipilih akan mempengaruhi jenis pesan yang

akan diterima audiens target.

Contoh, kampanye flouridasi yang difokuskan pada membangun kesadaran melalui komunikasi

kesehatan mungkin memiliki pesan berikut: “Flouridasi air aman dan efektif bagi semua, dan

akan mengurangi kasus gizi karies sampai 38%. Hubungi pembuat kebijakan Anda dan katakana

kepada mereka bahwa Anda mendukung peningkatan kesehatan gigi melalui flouridasi air.”

Suatu pesan kebijakan/pelaksanaan dapat berupa: “Flouridasi air merupakan metode yang paling

biaya efektif untuk meningkatkan kesehatan gigi dikalangan penduduk.” Pesan yang mendukung

teknologi dapat berupa: “Pemantauan dan pengaturan kadar flouridasi dalam air pada system air

untuk masak marupakan cara paling pasti untuk menurunkan kasus penyakit gigi.” Pesan yang

mendukung mobilisasi komunitas, misalnya: “Pembuat kebijakan yang Anda pilih memutuskan

untuk tidak menudukung flouridasi air, walau fakta menunjukkan bahwa pemeliharaannya sangat

mendukung prioritas komunitas yang sangat penting itu. Suara Anda bergaraga agar pejabat yang

Anda pilih mau mendengarkan. Telpon 555-2222 untuk menyatukan suara Anda dengan yang

lain.”Jelas sudah, pesan komunikasi kesehatan yang didesain dengan baik adalah komponen

penting dari jenis strategi apapun.

Pesan efektif didasarkan pada bagaimana metode dapat menghasilkan perubahan dan menarik

audiens targetnya. Pesan melibatkan poin-poin kunci yang akan mendorong audiens untuk

memberikan reaksi yang diharapkan. Suatu pesan kemungkinan akan lebih efektif jika memiliki

karakteristik tertentu yang menarik dan berhubungan dengan audiensnya.”Cara untuk

memastikan bahwa suatu pesan memang sesuai adalah dengan melakukan uji pendahuluan

dikalangan audiens target melalui salah satu metode penelitian formatif  yang teridentifikasi

sebelumnya.

Ada empat karakteristik yang harus diperhitungkan ketika mendesain suatu pesan. Karakteristik

pertama adalah mutu, yang seringkali diukur melalui penilaian terhadap emosi. Daya tarik

emosional yang lazim mencakup pasan yang sedih, lucu, menimbulkan ketakutan, ramalan, satu

atau dua sisi, berdasarkan fakta atau bukti, implicit, atau eksplisit. Karakteristik kedua adalah

sumber. Pesan yang disusun dengan baik mungkin tidak dihiraukan jika tidak disebarkan melalui

sumber yang tepat dan terpercaya.

Contoh sumber pesan antara lain selebriti, teman sebaya, petugas pemerintah, dokter, konsultan,

perawat, ilmuwan, tokoh agama, pemimpin, dan politisi. Karakteristik ketiga melibatkan factor-

faktor internal yang berhubungan dengan audiens, seperti sikap pengetahuan, nilai maksud

perilaku, perilaku, tingkat melek huruf, rasa tau etnisitas, watak psikologis, pengalaman dengan

tindakan yang direkomendasikan, keterampilan, kerentanan dan keparahan masalah kesehatan

yang dirasakan, kesiapan untuk berubah, perhatian akan persetujuan orang lain, tujuan hidup, dan

standar pribadi. Karakteristik terakhir melibatkan factor-faktor eksternal, seperti dukungan

social, status sosio ekonomi, iklim politik, hokum, kebijakan tempat kerja, dan akses ke layanan

komunitas yang relevan dengan kesehatan.

Fase 5: Penetapan Lingkungan Penyampaian Pesan Anda

Satu komponen esensial dari aktivitas komunikasi kesehatan apapun adalah penetapan

lingkungan untuk menyampaikan pesan. Lingkungan mengacu kepada lokasi (-lokasi) tempat

pesan paling baik diterima atau paling disukai untuk diterima oleh audiens. Lingkungan juga

mengacu pada lokasi tempat audiens dapat dicapai dan pengaruhi untuk berpikir tentang pesan.

Lingkungan ditetapkan, sebagian, dari fase 2 (masukan audiens) dan dari umpan balik audiens

yang diperoleh setalah pesan dirancang.

Lingkungan yang umum untuk penyampaian pesan meliputi rumah, sekolah, tempat kerja, pusat

layanan kesehatan, bisnis eceran, balai masyarakat, tempat ibadah, lembaga pemerintah,

perpustakaan, pusat perbelanjaan, pameran kesehatan, koalisi, sarana transportasi, rapat PTA,

dan permukiman. Penetapan lingkungan jelas berhubungan dengan pesan yang akan disampaikan

dan strategi yang dipilih.

Fase 6: Penetapan Saluran Penyampaian Pesan dalam Lingkungan Pilihan

Lingkungan akan mempengaruhi cara saluran yang dapat digunakan untuk mencapai audiens

tertentu. Saluran mengacu kepada sarana untuk menyampaikan suatu pesan kepada audiens

tertentu. Pemilihan saluran yang tepat untuk suatu audiens kerap berhubungan, atau dalam

beberapa kasus dibatasi, oleh lingkungan (-lingkungan) yang dipilih. Pemilihan saluran yang

tepat juga didasarkan pada umpan balik audiens melalui aktivitas penelitian formatif. Contoh,

apabila rumah teridentifikasi sebagai lingkungan utama, saluran yang tepat dapat mencakup

kunjungan rumah satu persatu, teknologi via telepon, atau media massa via televise atau radio.

Lingkungan tempat pesan disampaikan secara langsung dapat mempengaruhi tipe saluran yang

diperlukan untuk mencapai audiens target.

Fase 7: Penetapan Metode dan Materi Komunikasi Kesehatan

Metode komunikasi kesehatan adalah aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan pesan

kunci kepada audiens melalui lingkungan dan saluran yang dipilih. Pemilihan metode

komunikasi dipengaruhi oleh keputusan yang diambil dalam keenam fase pertama. Contoh

metode komunikasi mencakup pemberitahuan di surat kabar atau konferensi pers, presentasi,

Web page, dan konseling.

Penerapan berbagai metode komunikasi kesehatan juga mencakup penyusunan materi

pendukung, yang didefinisikan sebagai barang nyata yang diperlukan untuk mendukung metode

atau pesan komunikasi kesehatan. Materi pendukung ini membantu meningkatkan

penerimaannya, menguatkan daya tariknya, merangkum poin utamanya, dan melengkapi pesan

yang disampaikan melalui suatu saluran dalam lingkungan tertentu. Contohnya mencakup 

perangkat media cetak, poster, periklanan, lembar terima kasih, lembaran fakta, place mat,

kurikulum, dan panduan coordinator program.

Cara paling baik untuk melihat bagaimana metode komunikasi kesehatan diseleksi, dan

bagaimana seleksi didasarkan pada fase-fase komunikasi kesehatan, pertimbangkan contoh

pelaksanaan nyata dalam bagian bab ini. Perhatikan bagaimana metode, pesan lingkungan, dan

saluran tercermin dalam setiap contoh. Amati bagaimana komponen tersebut berinteraksi,

khususnya berkaitan dengan strategi komunikasi kesehatan primer versus yang diseleksi dan cara

penerapannya.

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

I.             Pokok Bahasan                        : Bahaya Merokok

II.          Sub Pokok Bahasan     :

1.      Pengertian rokok

2.      Kandungan rokok

3.      Bahaya merokok

4.      Penyakit akibat merokok

5.      Mengapa orang merokok

6.      Tips berhenti merokok

7.      Upaya pencegahan

III.       Sasaran                         : Mahasiswa Santri Pondok Pesantren STIKES Surya Global

IV.       Waktu                           : Sela

V.          Tempat                          : Masjid Darrul Hijrah

VI.       Tujuan                          :

A.    Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 45 menit tentang bahaya merokok terhadap tubuh,

peserta penyuluhan mampu mengerti mengenai dampak menggunakan atau mengkonsumsi

rokok.

B.     Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu :

1.      Menjelaskan pengertian rokok secara benar

2.      Menyebutkan kandungan rokok

3.      Menjelaskan bahaya merokok

4.      Menyebutkan penyakit akibat merokok

5.      Mengetahui mengapa orang merokok

6.      Menyebutkan tips berhenti merokok

7.      Menyebutkan upaya pencegahan

VII.    Kegiatan Belajar Mengajar

No Kegiatan Respon masyarakat Waktu

1 Pendahuluan

a. Penyampaian salam

b. Perkenalan

c. Menjelaskan topic penyuluhan

a. Membalas salam

b. Memperhatikan

c. Memperhatikan

5 menit

d. Menjelaskan tujuan

e. Menjelaskan waktu pelaksanaan

d. Memperhatikan

e. Memperhatikan

2 Penyampaian materi

1. Materi

a. Pengertian rokok

b. Kandungan rokok

c. Bahaya merokok

d. Penyakit akibat merokok

e. Mengapa orang merokok

f. Tips berhenti merokok

g. Upaya pencegahan

2. Memberikan kesempatan untuk bertanya

3. Menjawab pertanyaan peserta

1.Memperhatikan

penjelasan dan

mencermati materi

2. Bertanya

3.Memperhatikan jawaban

45 menit

3 Penutup

a. Menyimpulkan hasil penyuluhan

b. Mengakhiri dengan salam

a. Memperhatikan

b. Menjawab salam

5 menit

VIII. Metode        :

Ceramah dan tanya jawab

IX.       Media          :

Leaflet/ Poster

Media Jejaring Sosial (Facebook dan Twitter)

X.          Evaluasi       :

Audience mampu :

1.      Menjelaskan yang dimaksud dengan rokok

2.      Menyebutkan 2 dari 3 kandungan rokok

3.      Menyebutkan 3 dari 5 bahaya merokok

4.      Menyebutkan 4 panyakit yang dapat ditimbulkan akibat merokok

5.      Mengidentifikasi beberapa penyebab alasan orang merokok

6.      Menyebutkan 3 tips berhenti merokok

7.      Menyebutkan upaya pencegahan merokok

XI.       Referensi     :

Jacksen, A. 2002. Bye..Bye..Smoke. Jakarta : Nexxmedia.

http://bahayarokok.blogspot.com/

http://www.e-psikologi.com/remaja

http://www.pjnhk.go.id/content/view/175/31/

http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok

httphttp://id.wikipedia.org/wiki/Rokok

XII.    Materi

Terlampir

ROKOK

1. PENGERTIAN ROKOK

Rokok merupakan salah satu zat aditif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya

kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai kegiatan

pengamanan rokok bagi kesehatan

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang

mengandung “nikotin” dan “tar” dengan atau tanpa bahan tambahan.

2. KANDUNGAN ROKOK

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya

dinyatakan berbahaya bagi kesehatan dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi

tubuh.

Racun utama bagi rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.

- Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,

mengandung bahan kimia yang beracun, sebagian merusak sel paru-paru dan

menyebabkan kanker.

- Nikotin adalah zat aditif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat yang

bersifat karsinogen, dan memicu kanker paru yang mematikan.

- Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah

tidak mampu mengikat oksigen.

Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan

yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene),

racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide).

3. BAHAYA ROKOK

a. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya

beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat

yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.

b. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker

di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin

pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat

yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi

di jalanan raya yang macet.

c. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat

candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan

memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.

d. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,

sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk

membeli rokok.

e. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa

4. PENYAKIT AKIBAT MEROKOK

·   Kanker mulut

·   Kanker paru-paru

·   Kanker perut

·   Kanker payudara

·   Penyakit jantung

·   Stroke

·   Kemandulan

·   Bronchitis

·   Osteoporosis

 

5. MENGAPA ORANG MEROKOK

a. Rokok tanda kejantanan

b. Ekspresi perlawanan  dan pemberontakan

c. Kebiasaan sehari-hari (budaya)

d. Peer pressure (tekanan teman sebaya)

e. Pencapaian kebebasan

f. Pelarian tekanan hidup

6. TIPS BERHENTI MEROKOK

Dikenal dengan 8M :

·   Memiliki niat dan motivasi

·   Minum air atau juice buah

·   Memohon doa

·   Membuat sesuatu

·   Mengunyah sesuatu

·   Menarik nafas panjang

·   Melengahkan nyalaan api rokok

·   Melakukan olahraga

7. UPAYA PENCEGAHAN

Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk

dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk

berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak

terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan

keluarga/orangtua.

Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam

melakukan upaya pencegahan agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut

membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan

cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang

berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah

sekolah-sekolah, televisi atau radio.

 

Pesan-pesan yang disampaikan meliputi:

♥   Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena kamu mempunyai

akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri.

♥   Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu mulai belajar untuk

tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu.

♥   Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu bisa menolak

ajakan mereka untuk ikut merokok.

3. Bedakan dan jelaskan disertai contoh :

- Media cetak sebagai alat peraga adalah alat- alat yang digunakan oleh pendidik untuk

meyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran. Alat bantu ini berdasarkan kemampuan manusia

untuk menangkap stimulus dari inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/ pengetahuan yang

diperoleh, sedangkan Media cetak sebagai media pendidikan kesehatan atau alat peraga adalah

karena alat- alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan

dan karena alat- alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan- pesan

kesehatan bagi masyarakat atau klien.

Ex : Beberapa media cetak dikenal antara lain booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik

(flip chart), artikel atau rubrik, poster dan foto.

- Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk

dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme pelaksanaan yang

diarahkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan / direncanakan

sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan

kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang atau

peristiwa yang aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang. Dalam proses ini dikatakan

sebagai metode pendidikan kesehatan bila mana permainan peran ini menceritakan tentang

kesehatan lingkunagan di sebuah tempat yang terdiri dari dokter, warga, lurah, remaja dan peran

pembantu lainnya.

Ex : sandiwara mengenai bahaya rokok   pada kalangan  remaja .

- simulasi adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep

atau prinsip atau ketrampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi

tiruan. Metode simulasi menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggunakan proses,

kejadian, atau benda yang sebenarnya. Simulasi dikatakan juga sebagai metode pendidikan

kelompok. Metode simulasi diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan sekumpulan

fakta, konsep, dan strategi tertentu. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung

objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang

bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah

Dasar karena kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa dalam berinteraksi

dalam kelompok. Simulasi juga dapat diklatakan sebagai metode pendidikan massa bila mana

kita menerapkannya pada kalangan yang lebih luas lagi seperti mengadakan simulasi bencana

bersama masyarakat yang daerahnya rawan terhadap bencana.

Ex : Penerapan metode simulasi dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS kelas 5 SD dengan

materi perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Dalam pembelajaran, siswa dibagi

menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan satu peran yang sama. Ada yang

berperan sebagai penjajah Belanda, Jepang, maupun rakyat Indonesia. Mereka mensimulasikan

atau memperagakan dengan pura-pura saat rakyat Indonesia berjuang melawan penjajah. Alat

atau media yang mereka gunakan dapat menggunakan pedang plastik/mainan, pistol mainan,

sedotan runcing sebagai pengganti bambu runcing, bendera merah putih plastik, pakaian jaman

dulu/tradisional, dan sebagainya sesuai dengan alur cerita yang diperagakan. Dengan begitu,

diharapkan mereka akan lebih memahami, menghargai jasa-jasa para pahlawan dan mencintai

bangsa Indonesia serta mengisi kemerdekaan dengan perbuatan yang positif.