FARMAKOLOGI Obat Mata Dan Telinga

32
FARMAKOLOGI MATA DAN TELINGA Kelainan pada organ sensoris, yaitu mata berdasarkan struktur anatominya, dapat dikelompokkan atas kelainan bagian anterior, tengah dan posterior bola mata dan struktur mata, sedangkan untuk telinga, dikelompokkan atas kelainan telinga luar, tengah dan dalam. Apapun etiologi dari kelainan/penyakit tersebut, obat harus dapat mencapai daerah yang mengalami kelainan (farmakokinetika), baru dapat berkerja mengatasi kelainan tersebut (farmakodinamika). Terdapat beberapa rute yang dapat dipilih untuk memberikan obat dengan bentuk sediaan tertentu. Setiap rute memiliki kelebihan dan kekurangan. Rute-rute tersebut adalah: 1. Topikal : bentuk sediaan obat : tetes (solution dan suspensi), salep 2. Oral : tablet, kapsul, sirup, eliksir 3. Parenteral : a. Intravena, intra muskuler, subkutan, intrakutan b. Injeksi subkunjungtiva, sub-Tenon's, dan retrobulbar, intaokuler, Intravitreal, intatimpanic, intakoklear. Pemberian secara topikal, umumnya ditujukan untuk efek lokal pada daerah yang diaplikasikan, misalnya mata atau telinga bagian luar saja. Namun, beberapa obat topikal, terutama pada penggunaan dosis besar atau penggunaaan jangka panjang, dapat menimbulkan efek samping sistemik (obat tersebut berhasil

description

mnshsdsgf

Transcript of FARMAKOLOGI Obat Mata Dan Telinga

FARMAKOLOGIMATA DAN TELINGA

Kelainan pada organ sensoris, yaitu mata berdasarkan struktur anatominya, dapat dikelompokkan atas kelainan bagian anterior, tengah dan posterior bola mata dan struktur mata, sedangkan untuk telinga, dikelompokkan atas kelainan telinga luar, tengah dan dalam. Apapun etiologi dari kelainan/penyakit tersebut, obat harus dapat mencapai daerah yang mengalami kelainan (farmakokinetika), baru dapat berkerja mengatasi kelainan tersebut (farmakodinamika). Terdapat beberapa rute yang dapat dipilih untuk memberikan obat dengan bentuk sediaan tertentu. Setiap rute memiliki kelebihan dan kekurangan. Rute-rute tersebut adalah:1. Topikal : bentuk sediaan obat : tetes (solution dan suspensi), salep2. Oral : tablet, kapsul, sirup, eliksir3. Parenteral :a. Intravena, intra muskuler, subkutan, intrakutanb. Injeksi subkunjungtiva, sub-Tenon's, dan retrobulbar, intaokuler, Intravitreal, intatimpanic, intakoklear.Pemberian secara topikal, umumnya ditujukan untuk efek lokal pada daerah yang diaplikasikan, misalnya mata atau telinga bagian luar saja. Namun, beberapa obat topikal, terutama pada penggunaan dosis besar atau penggunaaan jangka panjang, dapat menimbulkan efek samping sistemik (obat tersebut berhasil mencapai aliran darah sistemik dan mempengaruhi berbagai sistem organ).Pemberian obat per oral, secara pasti akan menimbulkan efek sistemik, karena obat tersebut harus berhasil masuk ke dalam aliran darah sistemik, baru dapat mencapai daerah yang mengalami kelainan, baik di mata, telinga atau maupun organ. Oleh karena itu, harus dipertimbangan farmakokinetika (absorbsi, distribusi, metabolisme/ biotransformasi, dan ekskresi) obat tersebut serta kemungkinan efek samping pada saluran cerna dan efek samping sistemiknya.

Pemberian obat secara parenteral (injeksi), farmakokinetikanya tergantung pada tempat injeKsinya. Secara umum, rute pemberian ini tidak dipengaruhi oleh faktor absorbsi, karena obat langsung mencapai aliran darah sistemik atau daerah yang mengalami kelainan. Rute pemberian ini, membutuhkan suatu keahlian untuk mengaplikasikannya. Efek samping sistemik juga harus dipertimbangkan.

FARMAKOKINETIKA :Absorbsi:Absorbsi obat melalui suatu membran sel, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :1. Ukuran obat; semakin kecil ukuran suatu obat, semakin besar kemungkinan obat tersebut melintasi membran sel2. Bentuk molekul obat; sebagian besar obat, mempunyai kanal atau protein tertentu yang menfasilitasinya melintasi membran, bentuk molekul yang sesuai dengan kanan atau protein tersebut dapat melintasi membran.3. Kelarutan terhadap lemak; struktur membran plasma adalah lipid bilayer, sehingga obat yang mempunyai kelarutan dalam lemak yang baik, lebih mudah melintasi membran dibandingkan dengan yang larut air. 4. Derajat ionisasi ; membran sel/plasma dan obat, adalah molekul yang bermuatan (positif atau negatif). Adanya muatan ini, menghalangi perlintasan obat tersebut pada membran sel. Obat yang tidak bermuatan (tak terionisasi) yang dapat melintasi membran. Persentase obat yang tak terionisasi dapat kita tingkatkan dengan merubah pH pada kompartemen obat tersebut berada. Obat asam (pKa rendah), dalam suasana lingkungan (kompartemen) yang asam, akan lebih banyak dalam keadaan tak terionisasi, sehingga proses absorbsi dapat terjadi. Obat basa (pKa tinggi), dalam suasana lingkungan (kompartemen) yang basa, akan lebih banyak dalam keadaan tak terionisasi, sehingga proses absorbsi dapat terjadi. Perubahan pH kompartemen dengan pKa obat, (asam-basa atau basa-asam) akan memperbesar fraksi obat yang terionisasi, sehingga proses absorbsi dihambat.5. Konsentrasi obat; hal ini terutama untuk obat ynag absorbsninya secara pasif yang tergantung pada perbedaan konsentrasi obat antar kompartemen.6. Aliran darah pada daerah absorbsi; obat yang berhasil melintasi membran sel, harus segera dibawa keluar dari daerah absorbsi, karena penumpukan obat tersebut dapt menghalangi absorbsi obat berikutnya. 7. Faktor lain : kondisi kulit atau mukosa, luas area absorbsi, lama waktu obat berkontak dengan area absorbsi, gerakan peristaltik, flora normal pada daerah absorbsi,

Distribusi :Distribusi obat dalam darah ke jaringan, tergantung pada beberapa aspek:1. Aliran darah sistemik; semakin baik dan lancar peredaran darah, maka transportasi obat akan semakin baik2. Konesntrasi protein pengangkut; di dalam darah, sebagain besar obat akan berikatan dengan protein pengangkut, yaitu albumin untuk obat yang bersifat asam, dan alfa glikoprotein untuk obat yang bersifat basa. Ikatan obat dengan protein pengankut ini mempunyai dampak minimal pada 2 aspek, yaitu mempercepat proses transportasi obat dan mengurangi konsentrasi obat bebas dalam darah (cairan tubuh lainyya), sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya efek toksik (obat yang bekerja adalah obat yang tidak berikatan dengan protein pengangkut).3. Ikatan obat dengan jaringan; beberapa obat dapat diikat oleh jaringan dalam jumlah yang signifikan. Ikatan oleh jaringan ini dapat mengakibatkan beberapa hal seperti efek obat akan lebih lama terjadi jika dosis obat biasa, efek obat akan lebih lama karena pelepasan obat tersebut dari jaringan, dan terjadinya efek toksik pada jaringan penyimpan.

Metabolisme (biotrasformasi) Metabolisme obat yang utama terjadi di hepar, sehingga struktur dan fungsi hepar, sangat berpengaruh. Tujuan dari proses biotrasformasi obat adalah:1. Mengubah obat yang aktif menjadi obat yang kurang aktif atau menjadi tidak aktif. Pada proses ini, obat juga dibuat menjadi lebih larut air sehingga lebih mudah diekresi melalui ginjal. Hal ini dapat mengurangi konsentrasi obat aktif dalam darah sehingga dapat mencegah terjadinya toksistas obat. Sebagian besar obat, dimetabolisme dengan tujuan ini. 2. Mengubah obat yang aktif menjadi obat yang aktif. 3. Mengubah obat yang tidak aktif (pro drug) menjadi obat yang aktifKerusakan fungsi hepar, akan menghambat proses metabolisme obat, sehingga efek obat cenderung lebih lama, dan kemungkinan terjadinya efek toksik meningkat. Pada kerusakan hati yang berat dan luas, dosis obat harus dikurangi atau interval pemberiannya diperjauh.

Ekskresi Jalur ekskresi obat antara lain melalui ginjal (sebagian besar obat); pernapasan (obat inhalasi), empedu (obat yang larut lemak), ASI (obat yang larut lemak), keringat.Kerusakan ginjal yang berat dapat menghambat proses ekskresi sehingga obat lebih lama bertahan dalam darah, efek obat memanjang, dan kemungkinan efek toksik meningkat. Proses ekskresi melalui ginjal, dapat dioptimalkan dengan mencegah proses reabsorbsi dalam tubulus. Prinsip reabsorbsi sama dengan prinsip absorbsi. Dengan merubah pH kompartemen berlawanan dengan pKa obat, (asam-basa atau basa-asam) akan memperbesar fraksi obat yang terionisasi, sehingga proses reabsorbsi dihambat dan proses ekskresi dioptimalkan.

ASPEK FARMAKOKINETIKA OBAT TOPIKAL MATAAbsorbsi Setelah pemberian topikal, kecepatan dan banyaknya obat yang terabsorbsi, ditentukan oleh waktu/lama obat tertahan dalam cul-de-sac dan lapisan air mata prekornea, eliminasi melalui drainase nasolakrimal, ikatan dengan protein dalam air mata, metabolisme obat oleh air mata, dan difusi obat melintasi kornea dan konjungtiva. Terdapat 3 barier yang membatasi konsentrasi obat yang dalam mata, yaitu, kehilangan obat melalui permukaan bola mata, barier nasolakrimalis dan barier darah mata (blood ocular barrier) Lama obat tertahan dalam segmen anterior bola mata anterior dapat diperpanjang dengan mengubah formulasi obat, atau memblok (menghalangi) pembuangan air mata dengan menutup drainase air mata, misalnya dengan kauter. Drainase nasolakrimal memberikan kontribusi terhadap jumlah obat topikal ke bola mata yang diabsorbsi secara sistemik. Obat yang diabsorbsi melalui mukosa hidung, tidak dibawa ke hati sehingga kadar yang terabsorbsi berefek secara sistemik langsung, efek ini akan signifikan terutama jika obat tersebut digunakan secara terus-menerus (berkepanjangan). Absorbsi trans kornea dan trans konjungtiva, merupakan jalur absorbsi obat yang diharapkan berefek lokal ke jaringan mata. Waktu yang dibutuhkan sejak obat tersebut diberikan sampai terdeteksi di dalam humor aquous (cairan bola mata) disebut lag time. Perbedaan (Gradient) konsentrasi obat antara lapisan air mata dan epitel kornea dan konjungtiva, menyebabkan terjadinya difusi pasif obat melintasi jaringan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi kapasita difusi adalah besar molekul, struktur kima dan konfigurasi obat (steric configuration) (bentuk obat). Penetrasi obat transkornea, secara konseptual berbeda dengan proses kelarutan; karena struktur yang dilewati bukan lipid bilayer, tetapi trilamellar "fat-water-fat" (struktur yang terlibat adalah lapisan epitel, stroma, dan endotel). Epitelium dan endotelium menjadi barier/penghalang perlintasan senyawa yang hidrofilik (larut air), sedangkan stroma membatasi perlintasan senyawa yang hidrophobik (kurang larut air = lebih lipofilik/larut lemak). Oleh karena itu, obat yang hidrofilik atau hidrofobik (lipofilik) dapat diabsorbsi melalui kornea (transkornea).

Jumlah obat yang terpenetrasi ke dalam bola mata, berbanding lurus dengan konsentrasi obat dalam air mata (tear film). Beberapa keadaan/penyakit, seperti ulkus kornea mempengaruhi jumlah obat yang terpenetrasi. Jumlah obat yang terabsorbsi biasanya akan meningkat jika barier (penghalang) anatomi dikurangi, seperti pada ulkus kornea.

DistribusiPemberian obat secara topikal berefek secara sistemik terutama akibat absorbsi melalui mukosa hidung, dan kemungkinan lainnnya melalui absorbsi traskornea/transkonjungtiva. (Lihat Gambar).Ikatan obat dengan struktur pada mata seperti ikatan dengan melanin (pigmen yang memberikan warna pada iris dan retina) juga mempengaruhi distribusi dan efek obat topikal mata. Misalnya, pemberian obat yang berefek midriatikum dengan mengaktifkan reseptor adrenergik (saraf simpatis), efek obatnya lebih lambat mucul (onset of action) pada individu dengan iris berwarna lebih gelap dibdaningkan dengan yang lebih terang, karena obat yang berhasil melintasi segmen anterior bola mata, berikatan dengan melanin. Obat yang tidak berikatan dengan melanin yang memberikan efek midriatikum.

BEBERAPA CIRI RUTE PEMBERIAN OBAT KE MATA *Rute / jalurPola AbsorpsiKegunaan khususKeterbatasan dan pencegahan

TopikalCepat, tergantung pada formula obat Mudah diaplikasikan, ekonomis, relatif aman Kepatuhan pasien, toksisitas pada kornea dan konjungtiva, toksisitas pada mukosa hidung, efek samping sistemik akibat absorbsi pada nasolakrimal

Injeksi subkunjungtiva, sub-Tenon's, dan retrobulbar Cepat atau bertahap, tergantung pada formulasi obat Infeksi pada segmen anterior mata, uveitis posterior, edema makula sistoid (cystoid macular edema)Toksisitas ke jaringan lokal, kerusakan jaringan, perforasi bola mata, trauma nervus optikus, oklusi (sumbatan) arteri/vena retina, toksisitas langsung obat ke retina (karena perforasi), trauma otot mata, efek obat berkepanjangan

Injeksi intraokuler (intracameral) Cepat Operasi atau infeksi segmen anterior bola mataToksisitas ke kornea atau ke intraokuler, lama kerja obat relatif singkat action

Injeksi Intravitreal Absorbsi obat circumvented, efek lokal segera (sangat cepat), berpotensi efek obat bertahan lebih lama Endophthalmitis, retinitisToksisitas ke retina

ASPEK FARMAKOKITETIKA OBAT UNTUK TELINGA (khususnya TELINGA DALAM)Aspek farmakokinetika pada obat yang diberikan topikal, atau langsung ke dalam telinga atau melalui rute sistemik, pada dasarnya sama dengan obat untuk sistem organ yang lain. Beberapa hal yang khas, antara lain: AbsorbsiBeberapa aspek yang berhubungan dengan absorbsi obat sehingga dapat mencapai telinga dalam: 1. Kompartemen cairan Sebagian besar struktur koklea, dilindungi barier darah koklea atau labirin (blood-cochlear barrier / blood-labyrinthine barrier) dari aliran darah sistemik. Cairan dalam telinga terdiri atas 4 macam yaitu : (1) aliran darah sistemik; (2) perilymph, cairan yang komposisinya mirip dengan cairan sebrospinal, (3) endolymph, cairan yang tinggi kandungan K, dan (4) cairan ekstraseluler pada tulang koklea. 2. Mekanisme Barrier : keberdaan barier ini mebatasi obat yang mencapai koklea. Sel-sel endotel yang menyusun kapiler pada koklea, sangat rapat, sehingga lebih sulit obat melintasinya. Endotel ini juga muatannya lebih positif, sehingga hanya jika jumlah obat yang tak terionisasi tinggi, dapat melintasinya.

Rute pemberian obat pada telinga :1. Topikal : tetes telinga ; untuk kelainan pada telinga luar atau telinga tengah jika membran timpati tidak intak lagi (saat ekskresi otorea telinga minimal)2. Oral : tablet, kapsul, sirup, eliksir; efek sistemik 3. Parenteral : Intratympanic ; misalnya gentamicin dan steroid untuk mengobati penyakit menier (telinga dalam) Metodenya :1. Transtympanic injection atau myringotomy2. Silverstein MicroWick 3. Microcatheter implantation4. Hydrogel application Nanoparticles Langsung ke dalam telinga dalam (intakoklear) Metodenya : 1. Melalui Cochlear Implantation2. Melalui osmotic pump3. Melalui reciprocating perfusion system

FARMAKOLOGI OBAT MATAPENGATURAN FUNGSI STRUKTUR PADA MATA OLEH SISTEM SARAF OTONOM

Jaringan Reseptor Adrenergik (Simpatis) Reseptor Kolinergik (Parasimpatis)

SUBTIPERESPONSUBTIPERESPON

Epitel kornea 2Belum diketahui MaBelum diketahui

Endotel kornea2Belum diketahuiBelum teridentifikasi Belum diketahui

Otot radial iris 1Midriasis

Otot spinkter irisM3Miosis

Trabecular meshwork2Belum diketahui

Epitel siliaris b2/2Produksi humor Aqueous

Otot siliaris 2Relaksasi cM3Akommodasi

Kelenjar Lakrimal 1SekresiM2, M3Sekresi

Epitel pigmen retina1/2H2O transport/belum diketahui

a walaupun asetilkolin dan choline acetyltransferase banyak ditemukan di epitel kornea, tetapi fungsi dari neurotrasmitter ini belum diketahui dengan jelas. b epitel siliaris juga merupakan terget kerja carbonic anhydrase inhibitors. Isoenzim II Carbonic anhydrase, ditemukan pada epitel pigmen dan tidak berpigmen pada epitel siliaris. cwalupun reseptor 2 adrenergik mengatur relaksasi otot polos badan/corpus siliaris, belum ada data tentang pengaruhnya yang signifikan terhadap proses akomodasi.

ANTIMIKROBA Aminoglycosida*

ObatDosage FormComment

NeomycinSolution and salep and corticosteroidOnly in combination form; greatest potential for sensitivity RX of all in group

GentamicinSolution and salep and corticosteroidRelatively high corneal toxicity

TobramycinSolution and salep and corticosteroidGood antipseudomonal activity

AmikacinNo ophthalmicExcellent for treatment of resistant P. aeruginosa strains; must be extemporaneously prepared in a 6.7-mg/cc solution

*Action: Inhibition of protein synthesis; bactericidal.

Macrolida*

ObatDosage FormComment

ErytromomycinOphthalmic salep; oral tablets and pediatric suspensionClassic alternative for penicillin-sensitive patients; marked GI upset; med. spectrum

ClaritramomycinOnly systemic dosage forms; tablets and pediatric suspensionLong half-life allows twice daily dosing; excellent for Hemophilus

AzitramomycinOnly systemic dosage forms; tablets and pediatric suspensionLong half-life allows daily dosing; Obat of choice for chlamydia in all age groups

*Action: Inhibition of protein synthesis; bacteriostatic and bactericidal activity.

Tetracyclin*

ObatDosage FormComments

TetracyclineOphthalmic suspension and salep; oral capsules and syrupEffective oral treatment for marginal Staphylococcal blepharitis; alternative treatment for chlamydia

DoxycyclineOral dosage form onlyLong half-life allows once or twice daily dosing; OK to take with food; tetracycline of choice

MenitocyclineOral dosage form onlyOnce to twice daily Gram (+) and Gram (-) coverage

*Action: Inhibition of protein synthesis; bacteriostatic.

WARNING: All tetracyclines are contraindicated in children and pregnant women. Avoid dairy products and antacids with tetracycline. Tetracyclines can produce photosensitivity.

Sulfonamid*

ObatDosage FormComment

SulfacetamideOphthalmic solution and salep (whit corticosteroid)Marked S. aureus resistance

SulfasoxazoleOpthalmic solutionSame as above; less sting upon instillation than sulfacetamide

Sulfamethoxazole and trimethoprim TMP-SMZOral tablets and suspensionSynergistic combination effectively inhibits folic acid; very effective in treating toxoplasmosis; alternative treatment for chlamydia; avoid in pregnant women and sulfonamide-sensitive patients

*Action: Inhibition of bacterial folic acid synthesis by inhibiting the enzymatic conversion of para-amenitobenzoic acid (PABA) to dihydrofolic acid; bacteriostatic.

Fluoroquinolon*

ObatDosage FormComment

CiprofloxacinOphthalmic solution; oral tabletsApproved for monotherapy of bacterial keratitis; increasing bacterial resistance; incidence of corneal precipitates

OfloxacinOphthalmic solution; oral tabletsNo corneal precipitates; approved for monotherapy of bacterial keratitis

NorfloxacinOphthalmic solution; oral tabletsNot approved for bacterial keratitis; useful for bacterial conjuctivitis

MoxifloxacinOphthalmic solution; oral tabletsImproved Gram (-) and Gram (+) coverage

GatifloxacinOphthalmic solution; oral tabletsImproved Gram (-) and Gram (+) coverage

LeuofloxacinOphthalmic solutionPurified Leuoisomen of Ofloxacin-lower mic-90 than Ofloxacin

*Action: Inhibit bacterial reproduction by inhibiting DNA gyrase; bactericidal.

Penicillin*

ObatDosage FormComments

AmpicillinOral tablets, suspension, and injectionFirst broad-spectrum, semisynthetic penicillin; not effective against -lactamase-producing bacteria

AmoxicillinOral tablets and suspensionPro-Obat of ampicillin, therefore, less GI upset, better absorption and tid vs qid dosing

DicloxacillinOral capsules and suspensionExcellent resistance to -lactamase

Amoxicillin/potassium clavulanateOral tablets and suspensionExcellent resistance to -lactamase, but much more expensive than dicloxacillin

*Action: Inhibit cell-wall synthesis; bactericidal.

WARNING: Approximately 3% of the population (1-10%) reports penicillin sensitivity. A careful history to evaluate for penicillin sensitivity is absolutely necessary prior to their use. Non-penicillinase Staphylococcus and Hemophilus sp. are now the exception. When prescribing penicillins for eye infections commonly caused by these microbes, one should assume that they are -lactamase-producing strains and select the Obat accordingly.

Sefalosforin*

ObatDosage FormComments

FIRST GENERATION

CephalexinOral capsules and suspensionInexpensive alternative in penicillin-sensitive patients

CefazolinPowder for injectionUsed to formulate fortified topical antibitotic to treat bacterial keratitis

SECOND GENERATION

CefaclorOral tablets and suspensionExcellent action against Hemophilus influenzae;

CefuroximeOral and IVSame as above

Note: Approximately 3-15% of the population that reports penicillin sensitivity will also exhibit sensitivity to the cephalosporins.

First-generation cephalosporins show excellent activity against -lactamase-producing Gram (+) microbes, but limited Gram (-) activity.

Second-generation cephalosporins are quite useful in managing Hemophilus influenzae, which is particularly common in children. They also have the advantage of twice-daily dosing. A simple way to remember the spectrum of activity of the second-generation cephalosporin agents is by the pneumonic HENPEK: H: Hemophilus E: Enterococci N: Neisseria P: Proteus E: E. Coli K: Klebsiella

*Action: Inhibit cell-wall synthesis; greater resistance to -lactamase than some of the penicillins.

Chloramphenicol*

ObatDosage FormComment

ChloramphenicolOphthalmic solution and salep; oral capsule and suspensionHigh lipid solubility; excellent corneal penetration; low corneal toxicity; crosses blood-brain barrieruseful in meningitis

*Action: Inhibition of protein synthesis; bacteriostatic.WARNING: Chloramphenicol can produce dose-related CNS toxicity in children or adults with reduced hepatic microsomal activity.

Both topical and systemic chloramphenicol can produce aplastic anemia. This is a potentially fatal, nondose-related reaction.

Bacitracin*

ObatDosage FormComments

BacitracinOphthalmic salepUseful for Gram (+) species

Powder for injectionCan be prepared as fortified solution for treatment of bacterial keratitis

*Action: Inhibition of cell-wall synthesis; bactericidal.

Bacitracin is used in combination with a variety of other topical ophthalmic agents. It is primarily used in these products to enhance their ability to kill Gram (+) (staphylococcal and streptococcal sp.). Products that contain bacitracin include: Polysporin ophthalmic salep; Polytrim ophthalmic solution; Neosporin ophthalmic salep.

Polymyxin B*

ObatDosage FormComments

Polymyxin BCombined with other agents in a variety of ophthalmic productsVery effective against Gram (-) bacteria, particularly P. aeruginosa

*Action: Cell-wall inhibitor; bactericidal.

Polymyxin B is used in combination with other antibacterial agents to enhance their spectrum of activity. It is particularly useful against Gram (-) organisms, in particular P. aeruginosa. Polymyxin B combination products include: Polysporin ophthalmic salep; Terramycin with polymyxin B ophthalmic salep; Neosporin ophthalmic solution; Neosporin ophthalmic salep.

Vancomycin*

ObatDosage FormComments

VancomycinNo ophthalmic dosage form; oral capsules and powder for injectionMajor ophthalmic use is as topical prepared from powder to manage resistant Staphylococcus sp.; oral Obat of choice to manage C. dificile infection

*Action: Inhibits cell-wall synthesis, increases cell-wall permeability, and alters RNA synthesis.

Obat antimikroba yang diberikan secara topikal *Nama Generik FormulariumaToksisitasaIndikasi penggunaan

Bacitracin zinc 500 units/g salep mataHKonjungtivitis, blepharitis

Chloramphenicol 0.5% tetes mataH, BDKonjungtivitis, keratitis

1% salep mata

Ciprofloxacin hydrochloride 0.3% tetes mataHKonjungtivitis, keratitis

0.3% salep mata

Gatifloxacin0.3% tetes mataHKonjungtivitis

Levofloxacin 0.5% tetes mataHKonjungtivitis

Levofloxacin 1.5% tetes mataHKonjungtivitis, keratitis

Moxifloxacin 0.5% tetes mataHKonjungtivitis

Ofloxacin 0.3% tetes mataHKonjungtivitis, keratitis

Erythromycin 0.5% salep mataHBlepharitis, konjungtivitis

Gentamicin sulfate 0.3% tetes mataHKonjungtivitis, blefaritis, keratitis

0.3% salep mata

Sulfacetamide sodium10, 15, 30% tetes mataH, BDKonjungtivitis, keratitis

10% salep mata

Polymyxin B (kombinasi)bBerbagai tetes mata (kombinasi dgn antimikroba lain)Konjungtivitis, blepharitis, keratitis

Berbagai salep mata (kombinasi dengan antimikroba lain)

Tobramycin sulfate 0.3% tetes mataHKonjungtivitis, blepharitis, keratitis

0.3% salep mata

Ket: a H: hipersensitivitas (alergi); BD: blood dyscrasia (kelainan darah).

Obat Antivirus pada mata *

Nama Generik Rute pemberian INDICATION FOR USE

Trifluridine Topical (1% tetes mata)Herpes simplex keratitis

Herpes simplex konjungtivitis

Vidarabine Topical (3% salep mata)Herpes simplex keratitis

Herpes simplex konjungtivitis

AcyclovirOral (tablet 200, 400- dan 800-mg )Herpes zoster ophthalmicus

Herpes simplex iridocyclitis

ValacyclovirOral (tablet 500- dan 1000 mg)Herpes simplex keratitis

Herpes zoster ophthalmicus

FamciclovirOral (tablet 125-mg, 250-mg, dan 500-mg)Herpes simplex keratitis

Herpes zoster ophthalmicus

FoscarnetIntravenaCytomegalovirus retinitis

Intravitreal

GanciclovirIntravena, oralCytomegalovirus retinitis

Intravitreal implant

FormivirsenInjeksi IntravitrealCytomegalovirus retinitis

Cidofovir IntravenaCytomegalovirus retinitis

Antijamur untuk mata*

Klas ObatRute pemberian Indikasi

Polyenes

Amphotericin B0.1-0.5% (umumnya 0.15%) tetes matafungal keratitis dan endophthalmitis

0.8-1 mg subconjunctivalfungal endophthalmitis

5-ug injkesi intravitrealfungal endophthalmitis

Intravenafungal endophthalmitis

Natamycin5% suspension topikalfungal blepharitis, konjungtivitis, keratitis

Imidazoles

Fluconazoleoral, intravenakeratitis dan endophthalmitis

ItraconazoleOralfungal keratitis dan endophthalmitis

KetoconazoleOralkeratitis dan endophthalmitis

Miconazole1% tetes matafungal keratitis

5-10 mg subconjunctivalfungal endophthalmitis

10 ug injeksi intravitreal fungal endophthalmitis

OBAT OTONOM Kegunaan umum dari obat atonom pada kelainan mata adalah: Persiapan pemeriksaan mata seperti funduskopi Persiapan operasi mata Penatalaksanaan glaukoma; uveitis, dan strabismus.

OBAT OTONOM UNTUK MATA*

Golongan obatFormulasi Indikasi penggunaan (sering)Efek samping pada mata

Cholinergic agonists (parasimpatomimetik)

Acetylcholine 1% tetes mataUntuk menimbulkan miosis pada operasi mata Edema kornea

Carbachol 0.01 to 3% tetes mata Untuk menimbulkan miosis pada operasi mata GlaucomaEdema kornea, miosis,miopia, penurunan visus, retinal detachment (ablasio retina)

Pilocarpine0.25-10% tetes mata, 4% gelGlaucomaSama seperti carbachol

Anticholinesterase agents (parasimpatomimetik dengan menghambat enzim kolinesterase)

Physostigmine0.25% salep mataGlaucoma, esotropia akomodatifRetinal detachment (ablasio retina), miosis, katarak, glaukoma sekunder akibat blok pada pupil, stenosis pada punctum dan sistem nasolakrimal

Echothiophate0.125% tetes mataGlaucoma, esotropia akomodatifSama seperti physostigmine

Muscarinic antagonists(parasimpatolitik)

Atropine 0.5-2% tetes mata, 1% salep mataMidriatikum untuk pemeriksaan fuduskopi, Sikloplegik Photosensitivity, penglihatan kabur

Scopolamine0.25% tetes mataSama seperti atropineSama seperti atropine

Homatropine2 & 5% tetes mataSama seperti atropineSama seperti atropine

Cyclopentolate0.5, 1, & 2% tetes mataSama seperti atropineSama seperti atropine

Tropicamide0.5 & 1% tetes mataSama seperti atropineSama seperti atropine

Sympathomimetic agents(perangsang saraf simpatis)

Dipivefrin 0.1% tetes mataGlaucomaPhotosensitivity, hipermemia konjugtiva, hipersensitivitas

Epinephrine0.1, 0.5, 1, & 2% tetes mataGlaucomaSama seperti dipivefrin

Phenylephrine0.12, 2.5, & 10% tetes mataMydriasisSama seperti dipivefrin

Apraclonidine0.5 & 1% tetes mataGlaucoma, mencegah peningkatan tekanan intraokuler (TIO) pre- & postlaserSama seperti dipivefrin

Brimonidine0.15 dan 0.2% tetes mataGlaucomaSama seperti dipivefrin

Cocaine1-4% tetes mataAnestesi topikal, menilai anisocoria

Hydroxyamphetamine 1% tetes matamenilai anisocoria

Naphazoline0.012 to 0.1% tetes mataDecongestanSama seperti dipivefrin

Tetrahydrozoline0.05% tetes mataDecongestanSama seperti dipivefrin

& Adrenergic antagonists (simpatolitik/ penghambat saraf simpatis dengan menghambat reseptor simpatis)

Dapiprazole ()0.5% tetes mataMenghilangkan mydriasishiperemia konjungtiva

Betaxolol (1-selective) 0.25 & 0.5% suspensionGlaucoma

Carteolol ()1% tetes mataGlaucoma

Levobunolol () 0.25 & 0.5% tetes mataGlaucoma

Metipranolol () 0.3% tetes mataGlaucoma

Timolol () 0.25 & 0.5% tetes mata & gelGlaucoma

aMydriasis dan cycloplegia, atau paralisis akomodasi pada mata manusia, terjadi pada pemberian satu tetets atropine 1%, scopolamine 0.5%, homatropine 1%, cyclopentolate 0.5% or 1%, dan tropicamide 0.5% or 1%. Midriasis rekoveri yaitu ukuran pupil kembali ke normal, yaitu sekitar 1 mm. Waktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan midriasi maksimal dan rekoveri (kembali ke keadaan normal) secara berturut-turut; atropine, 30 - 40 menit dan 7 - 10 hari; scopolamine, 20 - 130 menit dan 3 - 7 hari; cyclopentolate, 30 - 60 menit dan 1 hari; tropicamide, 20 - 40 menit dan 6 jam. Waktu yang butuhkan untuk menimbulkan siklopegi dan untuk rekoveri: atropine, 60 - 180 menit dan 6 to 12 hari; scopolamine, 30 - 60 menit dan 3 7 hari; homatropine, 30 - 60 menit dan 1 to 3 hari; cyclopentolate, 25 - 75 menit dan 6 jam - 1 hari; tropicamide, 30 menit dan 6 jam.

CYCLOPLEGIC (SIKLOPLEGIK)Indikasi penggunaan Cycloplegic (sikloplegik), a/l:

1. Strabismus (khususnya esotropia)2. Amblyopia3. Anisometropia4. Pseudomyopia5. Hyperopia yang berhubungan dengan esophoria atau gangguan akomodasi

Perbandingan antara obat Cycloplegic

Obat DosisOnset CyclopelgiaDurasi Cycloplegia

Tropicamide 1%1 tetes, diulangi setelah 5 menit20-30 menit4-8 jam

Cyclopentolate 0.5% and 1.0%1 tetes, diulangi setelah 5 menit20-45 menit8-24 jam

Homatropine 5%1 tetes, diulangi setelah 5 menit30-60 menit24-48 jam

Scopolamenite 0.25%1 tetes, diulangi setelah 20 menit30-60 menit5-7 hari

Atropine

0.5% salep1/4 salep menjelang tidur selam 3 hari sebelum pemeriksaan 30-60 menit10-14 hari

1.0% solution1 tetes tid 1 hari sebelum pemeriksaan

Effikasi sikloplegik

Obat % Effikasi

1% Atropine.100

1% Cyclopentolate92

1% Tropicamide80

5% Homatropine54

Efek samping Cycloplegic

Dermatitis kontak alergik Glaukoma sudut tertutup Peningkatan tekanan intra okuler pada glaukoma sudut terbuka

Efek samping sistemik tergantung dosis dari atropin

Dosis Effek

0.5-2 mg (1-4 tetes 1% solution) Takikardia Mulut kering Midriasis/cycloplegia

5 mg (10 tetes 1% solution)Efek di atas, ditambah dengan : Gangguan berbicara Gelisah Bingung Kulit panas dan kering Penurunan motilitas (peristaltik) saluran pencernaan Retensi Urin

>10 mg (> 20 tetes 1% solution)Efek di atas, ditambah dengan : Ataxia Hiperexitabilitas Hallusinasi Coma Kejang Kematian

Efek samping kolinesterase inhibitor topikal

MATA 1. korpus siliaris a. spasme akomodatif *b. difragma lensa-iris menonjol ke anterior c. robekan pada barier darah-aquous d. penurunan kedalamam bilik mata adepan (camera oculi anterior) 2. Conjunctivaa. Obat-induced cicatrizing conjunctivitisb. Hiperemia3. Toksisistas pada kornea 4. Peningkatan tekanan intraokuler (TIO) (paradoxical)5. Lensaa. Katarak (terutama kataram subkapsular anterior)6. Palpebra a. Blepharoconjunctivitis alergik b. Depigmentasi kulit (reversible)c. Kedutan orbicularis oculi7. Pupila. Kista Iris*b. Miosis8. Retinaa. Meningkatkan traksi vitreoretinal perifer SISTEMIK1. Jantung a. Arrhthmiab. Bradycardia2. Gastrointestinal*a. Kram abdominal b. Diarec. Nausea3. Sakit kepala 4. Saluran napas a. Spasme bronkus-brobkhiolus b. Kongesti saluran pernapasan bagian atas c. Rhinorrhea (hidung beringus)5. Lakrimasi6. Penurunan kadar kolinesterase plasma a. Menurunan katabolimse obat succinylcholine, procaine,dan tetracaine efek obat memanjang7. Inkontinensia urine

LUBRIKAN DAN AIR MATA BUATANAir mata buatan dan Lubrikan untuk mata, digunakan sebagai terapi awal pada kelainan permukaan mata anterior formularium baru dari sediaan ini, efek toksik dari senyawa tambahannya minimal, dan efek utamanya dapat meningkatkan regenerasi epitel pada permukaan anterior bola mata.

Air mata buatan

Nama DagangKomponen UtamaSenyawa tambahan (pengawet)

AdsorbotearHydroxyethylcellulose, povidoneThimerosal, EDTA

Akwa TearsPolyvinyl alcoholBenzalkonium chloride, EDTA

Artificial Tears SolutionPolyvinyl alcoholChlorobutanol, EDTA

Bion TearsDextran 70 0.1%Tidak ada

CelluviscCarboxymethylcelluloseTidak ada

HypotearsPolyvinyl alcohol, PEG-8000, dextroseBenzalkonium chloride, EDTA

I-Liqui TearsHydroxyethylcellulose, polyvinyl alcoholBenzalkonium chloride, EDTA

Isopto AlkalineHydroxypropyl methylcellulose 1%Benzalkonium chloride

Isopto PlainHydroxypropyl methylcellulose 0.5%Benzalkonium chloride

Isopto TearsHydroxypropyl methylcellulose 0.5%Benzalkonium chloride

Just TearsHydroxypropyl methylcelluloseBenzalkonium chloride

LacrilHydroxypropyl methylcellulose, gelatin A, polysorbate 80Chlorobutanol

Liquifilm FortePolyvinyl alcohol 3%Thimerosal, EDTA

Liquifilm TearsPolyvinyl alcohol 1.4%Chlorobutanol

Moisture TetesHydroxypropyl methylcellulose, dextran 40Benzalkonium chloride, EDTA

MurinePolyvinyl alcohol, povidone, dextroseBenzalkonium chloride, EDTA

MurocelMethylcelluloseMethylparaben, propylparaben

Muro TearsHydroxypropyl methylcellulose, dextran 40Benzalkonium chloride, EDTA

Neo-TearsPolyvinyl alcohol, hydroxyethylcelluloseBenzalkonium chloride, EDTA

RefreshCarboxymethylcellulose 0.5%Purite

Refresh PlusCarboxymethylcellulose 0.5%Tidak ada

Refresh LiquigelCarboxymethylcellulose 1.0%Purite

Refresh EnduraGlycerin 1%, Polysorbate 80 1%Tidak ada

SystanePolyethylene glycol 400 0.4%Polyquaternium-1

Propylene glycol 0.3%

TearGardHydroxyethylcelluloseEDTA

TearisolHydroxypropyl methylcelluloseBenzalkonium chloride, EDTA

Tears NaturaleHydroxypropyl methylcellulose, dextranBenzalkonium chloride, EDTA

Tears Naturale IIHydroxypropyl methylcellulose, dextranBenzalkonium chloride, EDTA

Tears PlusPolyvinyl alcohol, povidoneChlorobutanol

Tears RenewedHydroxypropyl methylcellulose, dextran 70Benzalkonium chloride, EDTA

TheraTears PFCarboxymethylcellulose 0.25%Tidak ada

Theratears liquid gelCarboxymethylcellulose 1%Tidak ada

Ultra TearsHydroxypropyl methylcelluloseBenzalkonium chloride

Salep pelumas (Lubricating Saleps)

Nama DagangKomonen Utama Senyawa tambahan (pengawet)

Akwa TearsWhite petrolatum, meniteral oil, lanolinTidak ada

Dey-LubeWhite petrolatumTidak ada

DuolubeWhite petrolatum, meniteral oilTidak ada

Duratears NaturaleWhite petrolatum, meniteral oil, lanolinMethylparaben, propylparaben

Hypotears SalepWhite petrolatum, meniteral oilTidak ada

Lacri-Lube NPWhite petrolatum, meniteral oil, lanolinTidak ada

Lacri-Lube S.O.P.White petrolatum, meniteral oil, lanolinChlorobutanol

Refresh PMWhite petrolatum, meniteral oil, lanolinTidak ada

DEKONGESTAN Mekanisme kerja dari dekongestan adalah mengaktifkan reseptor alfa 1 saraf simpatis pada pembuluh darah, sehingga terjadi vasokonstriksi yang akhirnya mengurangi gejala hiperemia dan edema.Decongestan*

ObatDosis dan bentuk sediaanCatatan

TOPIKAL

Phenyephrine0.12% OTC solution2.5% RX solutionSemua dekongestan dikontraindikasikan pada kasus glaukoma sudut tertutup, ,hipertensi sitemik unstable, dan penggunan obat golongan MAO inhibitors. Penggunaan yang berlebihan dapat memicu hiperemia (rebound hyperemia)

Naphazoline0.0125-0.03% OTC solution 0.1% RX solutionDerivat Imidazole

Oxymetazolone0.025% OTC solutionDekongestan yang paling lama masa kerjanya

Tetrahydrozoline0.05% OTC solution

ORAL

PseudoephedrineTablet oral, sirup (pediatrik) : 30- dan 60-mg Kontraindikasi pada penderita hipertensi dan kelainan jantung heart disease and hypertension

OBAT GLAUKOMAPatofisiologi secara umum glaukoma adalah terjadinya peningkatan tekanan intraokuler akibat ketidakseimbangan antara produksi humor aquous dengan penyaliran humour aquous, baik penyaliran antara kamera okuli posterior ke anterior, maupun dari mata ke aliran darah sistemik.

OBAT TOPIKAL UNTUK PENATALAKSANAAN GLAUCOMA

ObatBentuk sediaan Kekuatan (%)Dosis lazimeaMekanisme kerja

2-Adrenergic blocking agents (simpatolitik / penghambat reseptor beta 2 saraf simpatis

BetaxololSolution (larutan / tetes)0.51 tetes 2xsehari (1 tetes b.i.d.)Menurunkan produksi humor aquous oleh badan siliar

Suspension0.251 tetes 2xsehari (1 tetes b.i.d.)

CarteololSolution11 tetes 2xsehari (1 tetes b.i.d.)

LevobunololSolution0.25, 0.51 tetes 2xsehari (1 tetes b.i.d.)

MetipranololSolution0.31 tetes 2xsehari (1 tetes b.i.d.)

TimololSolution0.25, 0.51 tetes q.d. atau b.i.d.

Gelling solution0.25, 0.51 tetes q.d.

Nonspecific adrenergic agonists (simpatomimetik / perangsang saraf simpatis)

DipivefrinSolution0.11 tetes 2xsehari (1 tetes b.i.d.)Meningkatkan pengaliran humor aquous

Beta 2-Adrenergic agonists

ApraclonidineSolution0.5, 11tetes 2 kali atau 3 kali sehari (b.i.d. atau t.i.d.)Mengurangi produksi humor aquaous; brimonidine meningkatkan penyaliran melalui uveoscleral

BrimonidineSolution0.151tetes 2 kali atau 3 kali sehari (b.i.d. atau t.i.d.)

Cholinergic agonists Direct-acting

CarbacholSoution0.75, 1.5, 2.25, 31tetes 2 kali atau 3 kali sehari (b.i.d. atau t.i.d.)Meningkatkan penyaliran humor aqueous melalui trabecular meshwork

PilocarpineSolution Gel0.25, 0.5, 1, 2, 4, 6, 8, 1041tetes 2 kali atau 3 kali sehari (b.i.d. atau t.i.d.)

Cholinesterase inhibitators

EchothiophateSolution0.125q.d. atau b.i.d.

Carbonic anhydrase inhibitators

BrinzolamideSuspension1b.i.d atau t.i.d.Menurunkan produksi humor aquous oleh badan siliar

DatauzolamideSolution2b.i.d. atau t.i.d.

Prostaglandin analogues

LatanoprostSolution0.0051 tetes q.h.s.Meningkatkan penyaliran melalui uveoscleral (utama) dan trabecular outflow (sedikit)

BimatoprostSolution0.031 tetes q.h.s.

TravoprostSolution0.0041 tetes q.h.s.

Combinations

Timolol-datauzolamideSolutionTimolol 0.5%Datauzolamide 2%1 tetes b.i.d.

Penggunaan penghambat Carbonic Anhydrase sistemik pada penatalaksanaan Glaucoma

ObatBentuk SediaanDosis sediaan Dosis lazim

AcetazolamideTablet125 mg, 250 mg125-250 mg, 2-4 x sehari

Injeksi500 mg/vial250-500 mg

Kapsul500 mg500 mg, 2 x sehari

DichlatauphenamideTablet50 mg25-50 mg, 1-3 x sehari

MethazolamideTablet25 mg, 50 mg25-50 mg, 2-3 x sehari

Obat hiperosmotik topikal

Nama DagangFormulasiSenyawa tambahan (pengawet)

Adsorbonac Opthalmic (Alcon)2% atau 5% NaCl solutionThimerosal

Muro-128 Opthalmic (Bausch & Lomb)2% ataur 5% NaCl solution dengan methylcelluloseMethylparaben Propylparaben

AK-NaCl (Akorn)Muro-128 Opthalmic (Bausch & Lomb)5% NaCl salep

Glucose-40 Opthalmic (Cooper Vision)40% salep dalam petrolatum dan lanolin

Obat Hiperosmotik sistemik

ObatFormulasiDosis

Glycerin50% solution1-2 g/kg p.o.

Isosorbide45% solution1-3 g/kg p.o.

Mannitol5, 10, 15, 20 25% injeksi 1.5-2 g/kg dalam bentuk 20% solution