Farkot

5
Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari rejimen pengobatan untuk helicobacter pylori! Dalam pengobatan tukak yang disebabkan H.pylori terdapat beberapa regimen pengobatan di dalamnya yaitu regimen 2 obat, rejimen 3 obat, dan regimen 4 obat disertai terapi pemeliharaan di akhir setelah tukak sembuh. Namun pengobatan pada tukak lebih baik diawali dengan rejimen 3 obat-PPI dikarenakan efikasi dari rejimen 2 obat kurang efektif serta di dalamnya hanya ada 1 antibiotik yang dikhawatirkan menyebabkan resistensi antibiotik. Jadi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Regimen dua obat memiliki kelebihan, seperti variasi obat lebih sedikit sehingga meningkatkan kepatuhan, harga obat lebih murah (Rp 60.000,-), memiliki efektivitas yang cukup, serta tidak membuat bingung pasien dalam meminum obat, efek lain jarang ditemukan. Tetapi juga memiliki kekurangan yaitu belum cukup efektif karena jika pada pasien yang tukaknya parah maka efikasinya tidak maksimal, bisa menyebabkan resistensi antibiotik karena hanya ada satu macam antibiotik, lebih lama dalam mencapai kesembuhan. Contoh regimen 2 obat yaitu: klaritromisin 500 mg 3x1 hari selama 14 hari dan PPI 2x1 hari selama 14-28 hari; klaritromisin 500 mg 3x1 hari selama 14 hari dan RBC 400 mg 2x1hari selama 14-28 hari. 2. Regimen tiga obat memiliki kelebihan, seperti variasi yang masih tergolong sedikit sehingga meningkatkan kepatuhan, agak lebih mahal tapi masih terjangkau, efektivitas sangat baik dan bahkan dianjurkan, kesembuhan cepat, lebih toleran, simpel serta efek lain jarang ditemukan. Tetapi juga memiliki kekurangan yaitu agak lebih banyak dari rejimen dua obat jadi perlu perhatian untuk waktu minum obat, komplikasi sering

description

anti mual

Transcript of Farkot

Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari rejimen pengobatan untuk helicobacter pylori!Dalam pengobatan tukak yang disebabkan H.pylori terdapat beberapa regimen pengobatan di dalamnya yaitu regimen 2 obat, rejimen 3 obat, dan regimen 4 obat disertai terapi pemeliharaan di akhir setelah tukak sembuh. Namun pengobatan pada tukak lebih baik diawali dengan rejimen 3 obat-PPI dikarenakan efikasi dari rejimen 2 obat kurang efektif serta di dalamnya hanya ada 1 antibiotik yang dikhawatirkan menyebabkan resistensi antibiotik. Jadi dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Regimen dua obat memiliki kelebihan, seperti variasi obat lebih sedikit sehingga meningkatkan kepatuhan, harga obat lebih murah (Rp 60.000,-), memiliki efektivitas yang cukup, serta tidak membuat bingung pasien dalam meminum obat, efek lain jarang ditemukan. Tetapi juga memiliki kekurangan yaitu belum cukup efektif karena jika pada pasien yang tukaknya parah maka efikasinya tidak maksimal, bisa menyebabkan resistensi antibiotik karena hanya ada satu macam antibiotik, lebih lama dalam mencapai kesembuhan. Contoh regimen 2 obat yaitu: klaritromisin 500 mg 3x1 hari selama 14 hari dan PPI 2x1 hari selama 14-28 hari; klaritromisin 500 mg 3x1 hari selama 14 hari dan RBC 400 mg 2x1hari selama 14-28 hari.2. Regimen tiga obat memiliki kelebihan, seperti variasi yang masih tergolong sedikit sehingga meningkatkan kepatuhan, agak lebih mahal tapi masih terjangkau, efektivitas sangat baik dan bahkan dianjurkan, kesembuhan cepat, lebih toleran, simpel serta efek lain jarang ditemukan. Tetapi juga memiliki kekurangan yaitu agak lebih banyak dari rejimen dua obat jadi perlu perhatian untuk waktu minum obat, komplikasi sering terjadi, agak lebih mahal dari rejimen dua obat (Rp 190.000,-).Contoh regimen 3 obat yaitu : klaritromisin 500 mg2x1 hari, amoksisilin 1 gr 2x1 hari dan Ppi 2x1 hari (ketiganya diminum 10-14 hari).3. Regimen empat obat memiliki kelebihan, seperti efekivitas baik, kesembuhan dicapai dalam 14 hari, komplikasi tidak sering terjadi. Tetapi juga memiliki kekurangan yaitu variasi obat sangat beragam sehingga waktu minum obat harus benar- benar dipantau, harga relatif mahal (Rp 250.000,-), efek lain sangat tinggi, terdapat indikasi ketidakpatuhan minum obat.Contoh regimen 4 obat yaitu : BSS 500 mg 4x1 hari, metronidazol 250-500 mg 4x1 hari, tetrasiklin 500 mg 4x1 hari, dan PPI atau H2RA dosis standar (keempatnya diminum 14 hari).Seluruh rejimen terapi obat untuk H.pylori setelah ada kesembuhan dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan omeprazol 20-40 mg 1x sehari untuk tetap mengendalikan asam lambung, sukralfat 1 gram sehari untuk melapisi mukosa lambung, serta ranitidin 100-300 mg yang berfungsi sama dengan PPI.

6. Seorang wanita umur 57 tahun menyelesaikan pengobatannnya dihari ke 7 dengan obat amoksisilin, klaritromisin, dan pantoprazol 2 minggu lalu untuk pengobatan tukak duodenum. Dia melakukan check up untuk tahu kondisinya. Gejala-gejala gangguan GI telah tidak dirasakannya lagi, padahal H.pylori pada IgGnya positif. Apa pengobatan terbaik untuk menangani infeksi H.pylori nya saat ini?- Subjek: seorang wanita umur 57 tahun- Objek : infeksi H.pylori- Assessment: sebelumnya mengkonsumsi amoksisilin yaitu antibiotik beta laktam, klaritromisin yaitu antibiotik golongan makrolida, dan pantoprazol yaitu obat golongan PPI. Dikonsumsi selama 7 hari. Termasuk regimen 3 obat- Planning: wanita pada kasus ini sudah tua sehingga kepatuhan nya dalam minum obat suah berkurang karena biasanya orang tua jika minum obat hanya jika merasa sakit tapi begitu gejala sakit itu hilang dia akan berhenti minum obat walaupun itu antibiotik. Ini terlihat dari kasus diatas dimana terapi regimen 3 obat seharusnya dilakukan 10-14 hari, tetapi baru hari ke 7 sudah tidak minum obat lagi. Jika harus diberikan regimen yang sama dikhawatirkan sudah terjadi resistensi sehingga perlu ditangani dengan terapi tukak regimen 4 obat yang terdiri dari BSS 500 mg 4x1 hari, metronidazol 250-500 mg 4x1 hari, tetrasiklin 500 mg 4x1 hari selama 14 hari, dan omeprazole 20 mg sekali sehari dan seluruh obat diminum selama 14 hari dan tidak boleh dikurangi atau dilebihkan. Selain itu harus dipastikan wanita ini ada yang mengawasi dalam minum obat dana melakukan monitoring obat agar tingkat kepatuhan meningkat.Terapi non farmakologi untuk wanita ini yaitu sering olahraga, hindari makanan, minuman, dan obat yang mengiritasi lambung serta harus diberi arahan bahwa minum obat tepat waktu dan patuh pada jangka waku pengobatan merupakan sesuatu yang krusial yang apabila dilanggar akan berdampak buruk untuk pasien sendiri. Juga minum obat sesuai dengan anjuran merupakan bentuk ikhtiar kita mencapai kesembuhan sehingga dengan ikhtiar yang baik akan menggugah Sang Maha Penyembuh untuk menyembuhkan kita. InsyaAllah.

10. Berikan peran mengenai terapi obat dalam penanganan hepatitis virus kronis

Lamivudine berperan sebagai alternatif dari interferon yang dipakai pada pasien dengan beban virus rendah dan kadar ALT tinggi Entecavir berperan sebagai salah satu analog guanosin siklopentil baru yang berpotensi menghambat replikasi virus hepatitis B. Konsentrasi hambatnya mendekati 3-5 nM, 30 kali lebih rendah dari lamivudin Tenofovir berperan sebagai inhibitor enzim transkiptase balik nukleotida. Merupakan obat antietrovirus yang sedang dikembangkan. Adefovir berperan sebagai analog nukleotida fosfonat dari adenosin dengan aktivitas penghambatan terhadap hepadnavirus, retrovirus untuk hepatitis B. Telbivudine berperan sebagai alternatif dari interferon yang sama perannya seperti Lamivudine. Interferon 2 alfa dan 2 beta untuk pengobatan hepatitis B kronik dan C kronik Ribavirin berperan sebagai pengobatan hepatitis C kronis pada pasien fungsi hati terkompensasi Telaprevir berperan sebagai penghambat sintesis DNA virus hepatitis B kronik Boceprevir perannya sama seperti Telaprevir