FARINGITIS AKUT

download FARINGITIS AKUT

of 15

Transcript of FARINGITIS AKUT

FARINGITIS AKUTALAN L. BISNO, M.D.

Faringitis akut adalah salah satu penyakit yang paling umum pada pasien yang berkunjung ke dokter untuk perawatan primer. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernapasan atas, termasuk faringitis akut, bertanggung jawab terhadap 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di AS 1- lebih dari dua kali lipat untuk setiap kategori lain dari penyakit menular. Sakit tenggorokan, demam, dan malaise/tidak enak badan berhubungan dengan faringitis akut begitu menyusahkan, tapi dengan beberapa pengecualian, penyakit ini bersifat jinak dan selflimited/sembuh sendiri. Banyak organisme bakteri dan virus yang mampu merangsang faringitis, baik sebagai manifestasi tunggal atau sebagai bagian dari penyakit yang lebih umum. Daftar dari sebagian mikroorganisme yang menyebabkan faringitis disajikan pada Tabel 1.2 Strategi untuk diagnosis dan pengobatan diarahkan untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan zat antimikroba tertentu dan mencoba untuk meminimalkan penggunaan yang tidak perlu dari zat ini. Faringitis yang merupakan bagian dari flu biasa tidak akan dibahas secara rinci dalam ulasan ini.

FARINGITIS STREPTOKOKUSManifestasi Klinis Streptokokus grup A sejauh ini merupakan bakteri penyebab paling umum dari faringitis akut, terhitung sekitar 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak dan 5 sampai 10 % kasus pada orang dewasa. 3,4 Selain itu, faringitis streptokokus grup A adalah satu-satunya bentuk yang umum dari penyakit yang pasti diindikasikan terapi antimikroba. Karena itu, ketika dokter mengevaluasi pasien dengan sakit tenggorokan akut, tugas klinis yang paling penting adalah untuk memutuskan apakah pasien memiliki "radang tenggorokan" atau tidak. Penyakit ini terjadi terutama, meskipun tidak secara eksklusif, pada anak-anak usia sekolah. Di daerah beriklim sedang, kejadian tertinggi berlansung selama musim dingin dan awal musim semi. Temuan klinis yang khas dirangkum dalam Tabel 2. Tidak semua pasien mengalami sindrom yang tersebar penuh/full blown; banyak kasus yang lebih ringan dan non eksudatif, dan pasien yang telah menjalani operasi amandel/tonsillectomy mungkin memiliki gejala lebih ringan.

Diagnosa Temuan seperti eksudat tonsillopharyngeal (Gambar 1) dan limfadenitis serviks anterior meningkatkan kemungkinan statistik bahwa agen yang menular adalah streptokokus kelompok A. 6 Sejumlah algoritma yang menggabungkan faktor-faktor epidemiologi dan klinis telah dirancang; faktor tersebut meningkatkan akurasi diagnostik terutama dengan mengidentifikasi pasien dengan risiko infeksi streptokokus yang sangat rendah.4,7-8 Indikator risiko rendah meliputi tidak adanya demam (tanpa menggunakan agen antipiretik), tidak adanya eritema faring, dan adanya kemunculan flu biasa yang jelas.

Infeksi streptokokus dapat dikesampingkan dengan keyakinan atas dasar bukti klinis dan epidemiologi, namun, bagaimanapun pasien dengan faringitis akut harus diuji untuk adanya streptokokus grup A di tenggorokannya,5,9-11 dengan cara kultur tenggorokan atau uji cepat untuk antigen streptokokus kelompok A. Dokter yang mengandalkan kesan klinis saja cenderung overtreat/mengobati secara berlebihan karena takut kehilangan infeksi yang mungkin mengakibatkan demam rematik akut atau penyakit invasif lokal atau sistemik.3, 12 Kultur tenggorokan yang dilakukan dan diinterpretasikan dengan benar tetap menjadi standar utama untuk diagnosis faringitis streptokokus grup A. Karena memiliki sensitivitas 90 persen atau lebih tinggi, menurut penelitian yang menggunakan kultur tenggorokan duplikat. Hasil negatif palsu mungkin pada pasien dengan jumlah organisme yang sedikit di faring, dan banyak pasien tersebut mungkin pembawa streptokokus dibanding dengan orang-orang yang terkena infeksi akut. Faktor-faktor penting yang terlibat dalam kultur tenggorokan (metode yang tepat dari swabbing/penyekaan, media, waktu, dan suasana yang optimal untuk inkubasi, dan pembacaan yang akurat dari lempeng) telah diringkas secara rinci di makalah lain. 9,13,14 Untuk mendapatkan hasil kultur tenggorokan yang pasti membutuhkan waktu antara 24 dan 48 jam. Menunda terapi antimikroba untuk periode ini tidak akan mengurangi efektivitasnya dalam mencegah demam rematik, tapi seringkali sulit untuk menjelaskan kepada pasien atau orang tua mereka akan perlunya untuk tidak memberikan terapi, terutama seorang anak yang sakit. Memang, pada pasien yang tampak sakit akut dan pada siapa saja yang terdapat alasan kuat untuk dicurigai terkena faringitis streptokokus, tidak masuk akal untuk memulai terapi antimikroba sementara yang lain menunggu hasil kultur. Kultur tenggorokan negatif, bagaimanapun, harus mendikte untuk penghentian segera dari terapi tersebut. Masalah-masalah ini akhirnya dapat terhindarkan dengan tes deteksi antigen yang cepat, yang dapat mengkonfirmasi kehadiran karbohidrat anti-gen streptokokus grup A pada penyekaan tenggorokan dalam hitungan menit. Alat tes saat ini tersedia secara komersial, yang menggunakan metode- immunoassay enzim, yang memberikan hasil yang sangat spesifik untuk kehadiran streptokokus grup A. Dengan demikian, tes cepat yang positif dapat dianggap setara dengan kultur tenggorokan positif, dan jika tes cepat menyatakan hasil positif, terapi dapat dimulai tanpa konfirmasi mikrobiologis lebih lanjut. Sayangnya, sensitivitas sebagian besar tes ini berkisar, yang terbaik, antara 80 dan 90 persen ketika tes dibandingkan dengan kultur lempeng agar darah. Untuk alasan ini, komite penasehat nasional merekomendasikan bahwa hasil negatif dari tes cepat pada anak-anak dan remaja dikonfirmasi dengan kultur tenggorokan konvensional. 5,9,10 Karena kebanyakan kultur tenggorokan diperoleh dalam rawat jalan adalah negatif, kebutuhan untuk memverifikasi tes cepat negatif dengan kultur tenggorokan merupakan disinsentif untuk menggunakan metode skrining. Salah satu tes yang lebih baru, immunoassay optik, telah ditemukan oleh beberapa peneliti bahwa hal itu dalam kepekaannya setara dengan kultur tenggorokan, 15,16 tetapi yang lain telah melaporkan sensitivitasnya kurang dari 80 %.17, 18 Perbedaan ini perlu dijelaskan. Rekomendasi untuk mengkonfirmasi hasil negatif dari tes cepat masih kontroversial, dan beberapa merasa bahwa keuntungan dalam sensitivitas dengan kultur tenggorokan mungkin tidak dibenarkan karena biaya dan ketidaknyamanan dan belum tentu menghasilkan hasil yang lebih baik di daerah di mana kejadian demam rematik akut cukup rendah.19 Pengembangan pengujian diagnostik cepat yang lebih sensitif dapat membuat masalah yang diperdebatkan. Sementara itu, dokter yang memilih untuk menggunakan immunoassay optik pada anak-anak dan remaja tanpa dikonfirmasi dengan kultur harus hanya dilakukan setelah memverifikasi bahwa di antara pasien dalam praktek mereka, pengujian yang dipakai telah memiliki kepekaan yang sama dengan standar kultur tenggorokan.10 Selain itu, praktisi harus cukup yakin tentang sensitivitas yang setara untuk tidak melakukan terapi antimicrobial untuk anak-anak dan remaja saat tes cepat adalah negatif. Baik kultur tenggorokan konvensional maupun tes cepat yang andal membedakan pasien yang terinfeksi secara akut dari pembawa asimtomatik dengan faringitis oleh virus. Memang, kebaikan utama tes ini di daerah dengan kejadian demam rematik yang rendah adalah bahwa memungkinkan dokter untuk tidak memberikan antibiotik pada mayoritas anak-anak dan remaja dengan sakit tenggorokan, yang kulturnya akan terbukti negatif. Hal ini sangat penting mengingat fakta bahwa 70 persen anak-anak dan remaja dengan sakit tenggorokan yang terlihat dalam perawatan primer di Amerika Serikat menerima resep untuk agen antimikroba.20 Mengingat kejadian faringitis streptokokus yang rendah dan risiko minimal dari demam rematik akut pada orang di atas 20 tahun, tampaknya masuk akal untuk mengandalkan kultur tenggorokan atau tes deteksi antigen cepat yang mempunyai sensitivitas tinggi tanpa konfirmasi dengan kultur orang dewasa. Kekhususan yang tinggi dari tes cepat (sangat sedikit hasil positif yang palsu) akan membantu mencegah penggunaan yang tidak perlu dari agen antimikroba pada orang dewasa dengan faringitis akut.

Terapi Tujuan terapi untuk faringitis streptokokus grup A adalah untuk mencegah komplikasi supuratif (peritonsillar atau abses retropharyngeal, limfadenitis serviks, mastoiditis, sinusitis, dan otitis media), mencegah demam rematik, mengurangi infektivitas sehingga pasien dapat kembali ke sekolah atau bekerja, dan memperpendek perjalanan klinis penyakit tersebut.21, 22 Tujuan terakhir biasanya dapat dicapai hanya jika pasien dirawat dari awal terjadinya penyakit, karena dalam sebagian besar pasien dengan sakit tenggorokan streptokokus, gejala membaik dalam tiga sampai empat hari bahkan tanpa terapi.23 Tidak ada bukti kuat bahwa pengobatan infeksi tenggorokan streptokokus dapat mencegah perkembangan glomerulonefritis akut. Penisilin, dimana organisme biasanya secara seragam rentan, tetap menjadi pilihan perawatan untuk faringitis streptokokus grup A karena efektivitasnya terbukti, spektrum sempit, keamanan, dan biayanya yang rendah. Jika terapi oral dipilih, diperlukan 10 hari penuh pengobatan untuk memastikan tingkat maksimal pemberantasan infeksi dari faring 24 (Tabel 3). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengobatan selama 10 hari dengan dosis harian tunggal amoksisilin sama efektifnya dengan pengobatan dengan dosis harian beberapa penisilin 25. Jika temuan ini dikonfirmasi, rejimen amoksisilin dapat dianggap sebagai alternatif yang sederhana dan ekonomis dibanding penisilin. Tingkat pemberantasan yang sedikit lebih tinggi dapat dicapai dengan sefalosporin 26 mungkin disebabkan oleh efektifitas yang unggul dari obat ini dalam memberantas pembawaan 27 dan tidak membenarkan penggunaan rutin dari antibiotik yang lebih mahal dan yang spektrumnya lebih luas. Meskipun eritromisin menjadi obat pilihan pertama pada pasien yang alergi terhadap penisilin, sefalosporin oral menjadi pilihan kedua yang wajar dalam kasus tersebut.

Pengobatan dengan sejumlah agen antimikroba, termasuk azitromisin, cefuroxime, cefdinir, cefixime, dan cefpodoxime, telah dilaporkan menghasilkan tingkat pemberantasan streptokokus pada 5 hari yang sama dengan tingkat yang dicapai dengan penisilin pada 10 hari, tetapi biaya dan efek pada pola resistensi antimikroba harus tetap diperhatikan. Azitromisin memiliki beberapa fitur menarik: dapat diberikan dalam dosis tunggal, dapat ditoleransi lebih baik daripada eritromisin pada pasien yang alergi terhadap penisilin, dan mungkin efektif dalam lima hari. Namun, harga grosir rata-rata saat penggunaan azitromisin tablet 5-hari pada dosis yang dianjurkan adalah $ 40, dibandingkan dengan $ 1,75 untuk penggunaan penisilin 10-hari (250 mg tiga kali sehari). Selain itu, resistensi streptokokus terhadap makrolida berkembang pesat dengan penggunaan luas obat ini, yang tidak terjadi pada penicillin28; Oleh karena itu, penggunaan macrolides baru, seperti azitromisin, sebagai terapi lini pertama harus dihindari. Dengan pengecualian yang jarang, 9 tidak pada pasca perawatan kultur tenggorokan dari pasien tanpa gejala atau kultur rutin dari kontak keluarga asimtomatik yang diperlukan. Pengobatan faringitis yang berulang dan kambuh, termasuk rejimen antimikroba disarankan, baru-baru ini telah ditinjau. 9, 14

Faringitis Karena Streptococcus Non -Grup A Streptococcus dari serogrup C dan G telah bertanggung-jawab atas wabah faringitis yang ditularkan melalui makanan dan melalui air dan untuk kasus-kasus yang menyebabkan glomerulonefritis akut. Organisme ini juga dapat menyebabkan kasus sporadis faringitis yang meniru grup A faringitis streptokokus tetapi umumnya tidak terlalu parah.29 Karena streptokokus grup C dan grup G sering hidup bersama dari saluran pernapasan bagian atas, sangat sulit untuk membedakan anatara kolonisasi dan infeksi. Manfaat, jika ada, terapi antimikroba tidak diketahui. Para agen antimikroba yang digunakan untuk mengobati streptokokus grup A (Tabel 3) akan sesuai untuk organisme non-kelompok A; lama pengobatan harus lebih pendek, namun, karena streptokokus non-grup A tidak pernah terbukti menyebabkan demam rematik akut.

DIFTERIFaring difteri kini sangat jarang di Amerika Serikat. Sebuah kasus kemungkinan tunggal dilaporkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada tahun 1998. Penyakit ini terjadi terutama di antara anggota yang tidak diimunisasi atau kurang diimunisasi dari kelompok sosioekonomi yang miskin.30 Temuan fisik yang paling penting adalah pseudomembran difteri coklat keabu-abuan, yang mungkin melibatkan satu atau kedua amandel atau mungkin meluas secara luas yang melibatkan nares, uvula, langit-langit lunak, faring, laring, dan pohon trakeobronkial. Keterlibatan struktur terakhir dapat menyebabkan obstruksi pernafasan yang mengancam jiwa. Penghilangan membran menyebabkan perdarahan submukosa dan edema. Edema jaringan lunak dan serviks dan adenopati submental yang menonjol dapat membuat penampilan leher yang besar. Racun yang ampuh yang diuraikan oleh Corynebacterium diphtheriae dapat menghasilkan toksisitas jantung dan neurotoksisitas. Diagnosis, dapat diduga kuat atas dasar epidemiologi dan klinis, harus dikonfirmasi oleh kultur pseudomembran dalan media selektif Loeffler atau tellurite. Faring difteri diobati dengan equine hyperimmune antitoksin difteri dan penisilin atau eritromisin.

INFEKSI BAKTERI LAINNYAHaemolyticum Arcanobacterium merupakan penyebab yang jarang didiagnosis yang menyebabkan faringitis akut dan tonsilitis yang cenderung terjadi pada remaja dan dewasa muda. Gejala-gejala infeksi organisme ini sangat menyerupai orang-orang dengan faringitis streptokokus akut, termasuk ruam scarlatiniform di banyak pasien.31, 32 infeksi A. haemolyticum harus dicurigai pada pasien dengan temuan ini di antaranya yang hasil kultur tenggorokannya negatif untuk streptokokus grup A. Organisme dapat dideteksi lebih mudah di lempeng agar -darah manusia daripada pada lempeng yang mengandung darah domba dan dengan demikian mungkin terlewatkan pada kultur rutin. Dalam kasus yang jarang terjadi, A. haemolyticum menghasilkan faringitis membran yang susah dibedakan dengan difteri. Eritromisin adalah obat pilihan untuk pengobatan. Meskipun kolonisasi faring dengan Neisseria gonorrhoeae biasanya tanpa gejala, secara klinis faringitis yang jelas kadang-kadang berkembang, dan kolonisasi faring mungkin terkait dengan penyakit yang disebarluaskan. 33 Faringitis gonokokus harus dicurigai, khususnya pada wanita dan pria homoseksual yang melakukan fellatio. Diagnosis harus dikonfirmasi oleh kultur pada media Thayer-Martin. Jika kasus nya tidak berat, pengobatan yang terdiri dari dosis tunggal ceftriaxone intramuskular (125 mg) atau dosis tunggal dari kuinolon oral (ciprofloxacin, 500 mg, atau ofloxacin, 400 mg), ditambah dosis tunggal azitromisin (1 g) atau doksisiklin (100 mg) dua kali sehari selama tujuh hari untuk kemungkinan koinfeksi klamidia di lokasi genital. 34 Doxycycline dan ofloksasin tidak boleh diresepkan untuk wanita hamil.

INFEKSI VIRUS

Infeksi mononucleosis Infeksi mononukleosis disebabkan oleh virus Epstein-Barr, anggota famili Herpesviridae. Kebanyakan kasus yang jelas secara klinis terjadi pada orang yang berusia antara 15 dan 24 tahun. Setelah periode prodromal yang menggigil, berkeringat, demam, dan tidak enak badan, penyakit menyajikan dengan trias klasik radang tenggorokan parah, demam (suhu setinggi 38 C sampai 40 C), dan lymphadenopathy. Amandel yang membesar, faring yang eritematosa dan sering ditutupi dengan eksudat yang terus menerus menebal, dan palatal petechiae yang mungkin jelas. Limfadenopati servikal posterior dan anterior adalah yang paling menonjol, tapi ketiak dan inguinal node juga sering membesar. Splenomegali ada pada sekitar 50 persen kasus, hepatomegali pada sekitar 10 sampai 15 persen, dan penyakit kuning pada 5 percent kasus.35 Sekitar 5 persen pasien memiliki ruam morfologi variabel, dan pemberian ampisilin akan memicu letusan makulopapular pruritic di hampir semua pasien. Temuan hematologi termasuk limfositosis relatif dan absolut, dengan lebih dari 10 persen limfosit atipikal, dan trombositopenia yang biasanya ringan tetapi kadang-kadang parah. Antibodi Heterophil yang mengaglutinasi/menggumpalkan eritrosit domba setelah penyerapan dengan ginjal hamster sekitar 90 persen didapatkan dari remaja dan orang dewasa yang terkena dampak dalam dua sampai tiga minggu ketika sakit. Agglutinin/penggumpalan sel darah merah kuda lebih sensitif, meskipun hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati karena antibodi heterophil dapat bertahan dalam serum selama satu tahun atau lebih setelah fase akut dari penyakit. 36 Tes spot dan slide yang menggunakan kuda atau eritrosit sapi murni dan yang memungkinkan skrining cepat untuk antibodi heterophil sekarang tersedia secara komersial. 37 Tes ini sangat spesifik, dan hasil yang positif dalam hubungannya dengan penyakit yang kompatibel secara klinis dapat dianggap diagnostik. Hasil negatif palsu dari tes heterophil cukup umum pada anak-anak, terutama mereka yang berusia kurang dari empat tahun. Untuk kasus heterophil-negatif atau atipikal, antibodi spesifik terhadap sejumlah antigen virus dapat diukur. Yang paling berguna dari hal ini untuk tujuan klinis umum adalah antibodi IgM terhadap antigen kapsid virus. Entitas yang paling umum yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial dari infeksi mononucleosis adalah faringitis streptokokus (yang mungkin sangat meniru dalam tahap awal), infeksi sitomegalovirus, dan sindrom retroviral akut. Yang kurang sering, infeksi dengan virus hepatitis A, Toxoplasma gondii, virus herpes manusia 6, atau virus rubella yang dapat meniru beberapa aspek mononukleosis yang menular. Meskipun sejumlah obat antivirus memiliki aktivitas terhadap virus Epstein-Barr in vivo, tak ada satupun yang terbukti berguna dalam praktek perawatan primer. 38 Pengobatan harus difokuskan pada pengendalian gejala, dan pasien harus berhati-hati terhadap kegiatan aktif yang mungkin menyebabkan pecahnya limpa selama setidaknya pada bulan pertama setelah mulainya penyakit.39 Kortikosteroid menghasilkan perbaikan gejala, tetapi penggunaannya dalam hal ini biasanya jinak dan penyakit self-limited/sembuh sendiri yang umumnya tidak dianjurkan. Mereka diindikasikan jika pasien memiliki hipertrofi tonsil yang mengancam untuk menghalangi saluran udara, trombositopenia berat, atau anemia hemolitik.

Syndrome Retroviral AkutSindrom retroviral akut merupakan perwujudan yang semakin diakui dari infeksi primer dengan human immunodeficiency virus (HIV). Setelah masa inkubasi yang mungkin paling singkat enam hari tetapi biasanya tiga sampai lima minggu, akan timbul gejala termasuk demam, faringitis non exudatif, lymphadenopathy, dan gejala sistemik seperti arthralgia, mialgia, dan kelesuan. Ruam makulopapular hadir pada 40 sampai 80 persen pasien. Penyakit ini kadang-kadang menyerupai mononukleosis yang menular, tetapi dapat dibedakan dari mononukleosis dengan onset/awalan yang lebih akut, adanya eksudat dan hipertrofi tonsil yang menonjol, dan sering terjadinya ruam (yang sangat jarang terjadi pada mononukleosis kecuali setelah pengobatan dengan ampisilin) dan ulserasi mukokutan.40 Tes untuk antibodi HIV seringkali negatif selama fase penyakit akut, tetapi tes untuk HIV tipe 1 RNA atau antigen p24 akan mengkonfirmasikan diagnosis.41

Virus lain Selain sakit tenggorokan yang khusus, beberapa virus pernafasan menghasilkan sindrom klinis yang lebih khas. Adenovirus dapat menghasilkan demam Tival pharyngoconjunc atau sindrom seperti influenza yang dikenal sebagai penyakit pernapasan akut dari rekrut militer.42 Coxsackieviruses adalah penyebab paling sering penyakit tangan-kaki-dan-mulut/hand- foot-and-mouth dan herpangina (Gambar 2) .43 Beberapa penelitian telah mendokumentasikan infeksi virus herpes manusia 1 utama sebagai penyebab faringitis, seringnya eksudatif, di mahasiswa perguruan tinggi.44, 45 Virus herpes manusia 2 kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit yang sama sebagai konsekuensi dari kontak seksual oral-genital.46 Meskipun infeksi virus herpes primer mungkin melibatkan bagian anterior dari rongga mulut (gingivostomatitis), mereka tidak selalu melakukannya.

AGEN MENULAR LAINNYAMycoplasma pneumoniae diasingkan dengan berbagai frekuensi dari pasien dengan gejala faringitis tetapi juga dari kontrol. Meskipun mungkin menyebabkan beberapa kasus faringitis akut, frekuensi kasus tersebut tetap tidak pasti.47-49 Chlamydia pneumoniae telah dilaporkan menyebabkan demam, batuk, dan sakit tenggorokan, baik sebagai sindrom yang terisolasi, atau bersama-sama dengan atau pneumonia sebelumnya.50 Ketika tidak berhubungan dengan penyakit saluran pernapasan bawah, tidak ada dari agen-agen mikroba ini yang mungkin didiagnosis selama fase akut penyakit dengan tes rutin yang tersedia untuk dokter perawatan primer. Kedua organisme menanggapi terapi dengan tetrasiklin atau eritromisin.

PENGOBATANSelama fase faringitis akut, pasien dengan gejala yang parah akan menjadi lebih baik dengan beristirahat, tetap menjaga asupan cairan yang cukup, obat antipiretik, dan berkumur dengan air garam hangat. Obat waungan lozenges yang mengandung menthol dan obat bius lokal ringan juga memberikan bantuan sementara dari rasa sakit tenggorokan yang parah. Untuk faringitis bakteri, terapi antimikroba harus diberikan sesuai dengan pedoman yang diberikan di atas. Untuk sebagian besar kasus faringitis, yang memiliki penyebab nonbacterial, tidak ada terapi lebih lanjut yang diperlukan. Meskipun bisa menjadi sangat susah, dokter perawatan primer memiliki tanggung jawab untuk mendidik pasien mereka tentang sifat self-limited dari virus faringitis dan bahaya penggunaan sembarangan dari agen antimi crobial bagi pasien dan masyarakat.

RINGKASANDokter perawatan primer perlu untuk mengidentifikasi pasien dengan faringitis akut yang membutuhkan terapi antimikroba spesifik dan untuk menghindari pengobatan yang tidak perlu dan berpotensi merusak pada sebagian besar pasien yang memiliki infeksi self limited yang jinak yang biasa karena virus. Dalam kebanyakan kasus, membedakan antara kedua jenis infeksi dapat dicapai dengan mudah jika dokter mempertimbangkan pengaturan epidemiologi, riwayat, dan temuan fisik, ditambah hasil dari beberapa tes laboratorium yang tersedia. Ketika terapi antimikroba diperlukan, paling aman, yang spektrumnya paling sempit, dan sebagian besar obat yang hemat biaya harus digunakan. Meskipun terdapat kesepakatan mengenai prinsip-prinsip ini oleh komite penasihat ahli, 5,9,10 data dari survei nasional rawat jalan menunjukkan bahwa agen antimicrobial terus diresepkan secara tidak pandang bulu untuk infeksi saluran pernapasan atas.15